OLEH
CINDI CASIA HUTASOIT
NPM : 17.18.023
penelitian ini degan judul “Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Ketepeng
Cina (Cassia alata L.) Sebagai Antiinflamasi Pada Tikus Putih Jantan Yang
dukungan bimbimbingan, bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya karena telah memberi
2. Kedua orang tua saya, yaitu bapak Darius Hutasoit dan Ibu Arta Arpita
Simatupang yang telah berjuan dan bekerja keras untuk proses perkuliahan
saya dan tidak pernah putus asa dalam mendidik, membimbing dan
mendukung baik secara moral maupun materi serta doa yang tidak
i
6. Ibu apt. Delisma M. Simorangkir, S.Si., M.Si. Selaku Ketua Jurusan
8. Ibu apt. Vera Estefania Kaban, S.Farm. Selaku Wali Tingkat IV angkatan
9. Ibu apt. Vera Estefania Kaban, S.Farm selaku Dosen Penanggung Jawab
10. Seluruh Staf Dosen dan Laboran Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Deli
Husada Delitua yang telah banyak membantu dan memberi ilmu kepada
saya selama menjalani proses pendidikan.
11. Terimakasih kepada kakak dan adik-adik tercinta saya karena telah
12. Terimakasih kepada sahabat dan teman teman saya yang telah memberikan
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
iii
2.9 Karagenan ..................................................................................................18
2.10 Tikus Putih (Ratus norvegicus).................................................................18
2.11 Kerangka Konsep .....................................................................................20
2.12 Hipotesis Penelitian ..................................................................................21
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan adanya kesalahan
teknis, benturan atau aktivitas fisik yang melebihi batas beban dalam suatu cedera,
sehinga otot dan tulang tidak lagi dalam keadaan anatomis. Berbagai langkah
cedera yaitu harus ditangani dengan perawatan awal pada saat kecelakaan terjadi
yang merugikan, yang berupa respon vaskular, migrasi dan aktivitas leukosit,
yang rusak. Pada dasarnya inflamasi merupakan suatu respon protektif untuk
seperti sel dan jaringan nekrotik, untuk memunculkan reaksi inflamasi sebuah
(Widianti, 2017).
dari bahan kimia sintesis banyak digunakan masyarakat karena mempunyai efek
yang cepat dalam menghilangkan inflamasi tetapi juga mempunyai resiko efek
1
hipersensitivitas. Oleh karena itu pemanfaatan tumbuhan obat dengan khasiat
Bahan obat tradisional yang berasal dari alam, yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, hewani dan mineral. Sumber daya hayati beraneka ragam dan banyak
Pengobatan tradisonal menggunakan ramuan yang berasal dari sumber daya hayati
seperti akar, kulit batang, kayu, daun, bunga, buah dan biji (Surbakti, 2019).
baku obat herbal. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat
adalah tumbuhan ketepeng (Cassia alata L.) yang merupakan tanaman perdu dan
tumbuh secara liar di tempat yang lembab. Ketepeng cina dapat ditemukan
obat tradisional untuk mengobati infeksi bakteri seperti sifilis, bronkitis, infeksi
jamur seperti panu, kurap, eksim dan infeksi parasitis seperti malaria. Tumbuhan
antimikroba, antioksidan, dan efektif untuk beberapa golongan jamur (Egra, 2019)
obat pencahar, obat cacing, penghilang gatal-gatal dan obat kelainan kulit yang
disebabkan oleh parasit. Daun ketepeng cina memiliki kandungan penting seperti
tumbukan pada kulit yang sakit. Daun ketepeng cina (Cassia alata L.)
2
mengandung flavonoid yang memiliki efek antiinflamasi, antialergi, antioksidan
3
4
yaitu dengan cara digosokkan pada kulit yang sakit atau ditumbuk lalu
ditempelkan pada kulit yang sakit. Dalam penggunaan sehari-hari masyarakat juga
menambahkan sedikit minyak tanah, air, atau kapur sirih. Menggunakan tanaman
obat tradisional terbukti relatif aman, asalkan cara penggunaannya dengan dosis
yang benar dan jika menimbulkan efek samping yang kemungkinan rendah. Akhir
kembali meningkat, dan dengan indikasi yang tepat jarang sekali menimbulkan
yang menggunakan ekstrak etanol daun ketepeng cina pada tikus yang diinduksi
antiinflamasi.
a. Apakah ekstrak etanol daun ketepeng cina (Cassia alata L.) dapat
b. Berapakah dosis paling efektif pada ekstrak etanol daun ketepeng cina
c. Apakah ekstrak etanol daun ketepeng cina (Cassia alata L.) memberikan
inflamasi?
5
a. Untuk mengetahui ekstrak etanol daun ketepeng (Cassia alata L.) dapat
b. Untuk menentukan dosis paling efektif pada ekstrak etanol daun ketepeng
3. Sebagai sumber informasi dan sebagai refrensi dalam penemuan obat baru
elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul pada
tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme
agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan
untuk perbaikan jaringan. Meskipun ada hubungan antara inflamasi dan infeksi
disebabkan oleh infeksi. Dua tahap inflamasi adlah tahap vascular yang terjadi 10-
berusaha untuk membasmi atu menetralisir agen-agen atau bakteri yang masuk,
sehingga dapat berbahaya pada tempat yang terkena luka atau cedera dan dalam
terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih dan
mediator kimia berkumpul pada tempat terjadinya cedera jaringan atau infeksi
proses inflamasi ini untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta
membuang sel dan jaringan yang diakibatkan rusaknya sel (Sari, 2019).
5
8
melawan agen penyebab kerusakan sel pada suatu organisme yang ditandai
denagn adanya kemerahan pada bagian tubuh, terasa panas, adanya tumor, terasa
nyeri dan sakit. Inflamasi dapat diobati jika terdapat senyawa yang mampu
a. Kemerahan (Rubor)
pada kulit terkena sengatan matahari, selulitas karena infeksi bakteri atau
b. Panas (Kalor)
c. Pembengkakan (Tumor)
cairan dalam rongga ekstrak vaskular yang merembes ke dalam jaringan intestinal
Pada radang, rasa sakit merupakan salah satu gambaran yang dikenal baik
oleh penderita rasa sakit sebagian disebabkan oleh jaringan yang membengkak
dan terutama karena adanya tekanan di dalam rongga abses (Setyarini, 2009).
e. Hilangnya Fungsi
proses radang. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik dilakukan secara
langsung atupun reflek akan mengalami hambatan rasa sakit. Pembengkakan yang
dalam waktu sekejap dan memiliki waktu paruh yang pendek. Namun demikian
inflamasi juga harus di regulasi secara aktif dan ketat. Kebanyakan mediator
bekerja dengan berikatan pada reseptor spesifik, dan sebagian memiliki aktivitas
oksidatif. Mediator dapat bekerja dalam rangkaian yang menguatkan atau yang
mediator hidup singkat diakibatkan penguraian yang cepat atau diinaktivasi oleh
(Wahyudi, 2020).
10
setiap daerah yaitu, ketepeng kebo daerah jawa, ketepeng badak daerah sunda,
ternate, tabankun daerah tidore, kaskado daerah papua, daun kurap, galinggang
Tumbuhan ini dalam bahasa asing dikenal dengan nama ringworm bush,
plant (Inggris), dartrier dan bois dartre (Perancis), cafe beirao, fedegogo
pasto (Portugis), bajagua dan mocote (Spanyol), raun suluk (Bahasa Brunei
ludanggan dan daun kupang (Malaysia), khi let ban (Laos), kheekhaak, chumhet,
besar dan banyak tumbuh secara liar di tempat tempat yang lembab. Ketepeng
cina atau sering juga disebut juga dengan ketepeng kerbau mempunyai
bau langu, anak daunnya kaku berbentuk jorong sampai bundar telur sungsang
berpasangan 5-12 baris, panjang anak daun 3-15 cm, lebar 2,5-9 cm, ujung daun
tumpul, pangkal daun miring, tepi daun rata, tangkai anak daun 2 cm, bunga
Mahkota bunga berwarna kuning terang. Buah berupa polong yang gepeng,
bersayap pada kedua sisinya dengan panjang 10-20 cm dan lebar 12-15 mm.
Ketepeng cina tumbuh subur pada dataran rendah sampai ketinggian 1400 m
dilihat dari batangnya, tumbuhan ketepeng cina (Cassia alata L.) merupakan
menyirip dengan tangkai anak daun yang pendek dengan panjang ± 2 cm dan
berwarna hijau. Jika buah tersebut masak, maka pada kedua sisinya akan
membuka atau pecah sehingga biji yang terdapat di dalam polong akan terlempar
keluar. Biji yang dimiliki ketepeng cina berbentuk segitiga lancip dan berbentuk
pipih yang berjumlah 50–70 biji pada setiap polongnya (Fajri, 2018).
Kandungan kimia tanaman ketepeng cina (Cassia alata L.) antara lain
Kandungan yang lain pada daun ketepeng cina adalah fenolik, flavonoid,
dan masalah kesehatan. Pemanfaatan daun ketepeng ini dapat digunakan sebagai
obat panu, kurap atau kadas, obat konstipasi, obat sariawan, obat diabetes militus,
obat antialergi, obat cacingan, obat tanaman seperti cabe, tomat, kentang dan
Salah satu bahan alam yang memiliki potensi untuk diteliti adalah
ketepeng cina (Cassia alata L.). Selama ini ketepeng cina banyak dimanfaatkan
secara tradisional, antara lain adalah sebagai antiparasit, laksan, kurap, kudis,
13
panu, eksem, malaria, sembelit, radang kulit bertukak, sifilis, herpes, influenza
2.4 Ekstraksi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi pelarut dipisahkan dari sampel
tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu ekstrak awal perlu
dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang
adalah metode ekstraksi. Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal
2. Pemilihan pelarut
(Mukhriani, 2014).
Ekstraksi dapat dilakukan dalam berbagai metode dan cara yang sesuai
dengan sifat dan tujuan ektraksi itu sendiri. Sampel yang akan diekstraksi dapat
berbentuk sampel segar ataupun sampel yang sudah di keringkan. Sampel yang
berlangsung lebih cepat. Selain itu, penggunaan sampel segar dapat mengurangi
kemungkinan terbentuknya polimer resin atau artefak lain yang dapat terbentuk
yaitu dapat mengurangi kadar air yang terdapat didalam sampel. Sehingga dapat
senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas. Ekstraksi
1. Maserasi
Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini
dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam
wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan
2. Perkolasi
sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian
bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan
simplisia sudah dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi cara panas yaitu :
15
a. Seduhan
merendam simplisia dengan air panas selama waktu tertentu biasanya 5-10 menit
(Marjoni, 2016).
b. Destilasi Uap
serbuk simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi
kerusakan zat aktif. Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan
c. Infudasi
zat aktif yang larut dalam air dari bahan nabati, yang dilakukan dengan cara
membasahi dengan air. Biasanya dua kali bobot bahan, kemudian ditambah
dengan air secukupnya dan dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit dengan
d. Digesti
yaitu pada suhu 40°-50° C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
e. Dekokta
dengan air pada suhu 90°C selama 30 menit. Dekok dibuat dengan cara
mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air
secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu
16
yang keras seperti kayu, batang, biji dan lain sebagainya. Seperti halnya infus, jika
tidak dinyatakan lain dan kecuali untuk simplisia yang tertera di bawah, dekok
f. Refluks
kandungan zat aktif yang tahan terhadap pemanasan. Alat refluks ini terbuat dari
bahan gelas dimana bagian tengahnya dilengkapi dengan lingkaran gelas yang
g. Soxhletasi
khusus berupa ekstraktor soxhletasi. Suhu yang digunakan lebih rendah dibanding
dengan suhu pada metode refluks. Pelarut yang sudah membasahi sampel akan
turun menuju labu pemanasan dan kembali menjadi uap dan membasahi sampel,
sehingga penggunaan pelarut lebih hemat karena adanya sirkulasi pelarut. Hasil
2.5 Ekstrak
cair, ekstrak encer, ekstrak kental, dan ekstrak kering sebagai berikut:
a. Ekstrak Cair
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol
sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika
mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair
yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian
b. Ekstrak Encer
seperti madu. Saat ini, ekstrak encer jarang digunakan dalam pengobatan karena
c. Ekstrak Kering
ekstrak cair dengan kondisi sedang. Ekstrak kering harus diencerkan dengan
bahan yang inert seperti laktosa atau dekstrin untuk mendapatkan kadar senyawa
d. Ekstrak Kental
Ekstrak kental adalah sediaan cair yang kental pada suhu hangat, namun
tidak dapat dituang pada suhu kamar. Ektrak kental didapatkan dengan pemekatan
misela (miscellae) secara hati-hati sampai didapatkan masa plastis yang masih
mengandung sisa lengas (lembab air). Ekstrak kental dapat diencerkan dengan
bahan yang inert seperti laktosa atau dekstrin untuk mendapatkan kadar senyawa
2.6 Etanol
makanan untuk bahan pakan ternak dan telah dikenal sebagai pelarut yang baik
untuk ekstraksi polifenol dan aman untuk dikonsumsi manusia (Widianti, 2017).
dan alkaloid. Etanol juga dapat melarutkan senyawa polar, seperti gula, asam
obatan antiinflamasi terbagi dalam golongan steroid yang terutama bekerja dengan
non steroid yang bekerja melalui mekanisme lain seperti inhibisi siklooksigenase
meredakan nyeri yang merupakan gejala yang membuat pasien berobat dan
antiinflamasi dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan steroid dan golongan
Obat antiinflamasi non steroid merupakan suatu obat yang secara kimiawi
Golongan obat ini bekerja dengan jalan menghambat enzim cyclooksigenase tetapi
dapat mencegah sensitasi reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanik dan
penghambat siklooksigenase yang relatif non selektif dan kuat, juga mengurangi
analgesik, dan antipiretik. Absorbsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung
20
cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek
cairan sinovia yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu
paruh obat tersebut. Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit,
dan sakit kepala sama seperti semua obat AINS. Pemakaian obat ini harus
2. 9 Karagenan
Karagenan merupakan salah satu bahan iritan yang dapat digunakan untuk
air atau air basa dari beberapa spesies kelas Rhodophyceaea (rumput laut merah).
Karagenan juga sebagai polimer linear yang tersusun dari sekitar 25.000 turunan
(Widianti, 2017).
Tikus putih (Rattus norvegicus) atau disebut juga tikus norwegia adalah
salah satu hewan yang umum digunakan dalam eksperimental laboratorium. Lebih
dari 90 % dari semua hewan uji yang digunakan di dalam berbagai penelitian
sebagai pengerat terutama mencit (Mus musculus L.) dan tikus (Rattus
norvegicus). Hal ini di sebabkan karena secara genetik, manusia dan kedua uji
hewan tersebut mempunyai banyak sekali kemiripan. Jenis mencit dan tikus yang
paling umum digunakan adalah jenis albino galur wistar. Kedua jenis hewan
tersebt sering digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian (Sari, 2019).
21
Tikus galur ini bukan merupakan jenis tikus liar, terdapat perbedaan antara
tikus liar dan laboratorium, diantaranya yaitu tikus laboratorium memiliki kelenjar
adrenal dan kelanjar preputial yang lebih kecil, kematangan seksual lebih awal
tidak, tidak ada siklus reproduksi baik dan umur yang lebih pendek daripada tikus
Kingdom : Animalia
Divisi : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Ratus
lebih besar daripada mencit. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri morfologis seperti
albino, kepala kecil dan ekor yang lebih panjang dibandigkan badannya,
Uji
Efektivitas
Natrium Diklofenak Anti
Dosis 2,25 mg/kg BB Inflamasi
(kontrol positif)
% Inhibisi
Radang
CMC Na
(kontrol negatif)
b. Dosis paling efektif pada ekstrak etanol daun ketepeng (Cassia alata L.)
c. Ekstrak etanol daun ketepeng cina (Cassia alata L.) memberikan efek
METODE PENELITIAN
mengekstrak kandungan kimia dari daun ketepeng cina dilakukan dengan metode
maserasi dimana pelarut yang digunakan adalah etanol 96 %. Pada penelitian ini
perlakuan. Dimana kelompok perlakuan ini diberikan ekstrak daun ketepeng cina
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari 2021 sampai selesai
3.3.1 Populasi
Daun yang digunakan pada penelitian ini adalah daun ketepeng cina
(Cassia alata L.) yang diambil dari Desa Kampung Baru, Kecamatan Bandar
22
25
3.3.2 Sampel
Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah ekstrak daun ketepeng cina
3.4.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah beaker glass 250 ml,
beaker glass 100 ml, batang pengaduk, cawan penguap, corong, erlenmeyer 250
ml, erlenmeyer 100 ml, kertas saring, kandang hewan, timbangan hewan,
penangas air, aluminium foil, blender, spatula, neraca kasar, anak timbangan
gram/miligram, gelas ukur 1000 ml, gelas ukur 100 ml, gelas ukur 10 ml,
timbangan analitik, rotary evoporator, oral sonde, spuit 1ml, spuit 3 ml, pipet
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah aquadest, ekstrak daun
ketepeng cina (Cassia alata L.), karagenan 1 %, etanol 96 %, CMC Na, NaCl
0,9%, tablet Natrium diklofenak, HCl, eter, etilasetat, serbuk magnesium, FeCl3,
daunnya dibuang, kemudian ditimbang, dicuci dengan air bersih yang mengalir
lampu selama 6 hari. Daun ketepeng cina dianggap kering bila dapat diremas
rapuh dan hancur. Sampel yang telah dikeringkan dijadikan serbuk dengan cara di
blender, kemudian di ayak dengan ayakan yang haus dan disimpan dalam wadah
3.5.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)
Daun ketepeng cina (Cassia alata L.) dibersihkan dengan air bersih yang
permukaan sampel, ditutup, biarkan selama 3-5 hari terlindung dari cahaya sambil
dan ditutup, dibiarkan ditempat sejuk yang terlindung dari cahaya selama 2-3 hari,
penguapan diatas penangas sampai diperoleh ekstrak kental hingga berupa ekstrak
Skiring fitokimia serbuk simplisia daun ketepeng cina (Cassia alata L.)
a. Alkaloid
asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas ait selama 2
b. Flavonoid
selama 10 menit .disaring panas melalui kertas saring berlipat ,diencerkan filtrat
merah jingga sampai warna merah ungu menunjukkan adanya flavonoid, jika
warna kuning jingga, adanya flavon dan kalkon (Depkes RI, 1978).
c. Tanin
dirambahkan dengan 1-2 tetes besi (III) klorida. Terjadi warna biru atau hijau
d. Saponin
selama 10 detik. Terbentuk buih atau busa tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-
10 cm. Pada penambahan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, apabila buik tudak
e. Glikosida
25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat
berulang kali sebanyak 2 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada temperatur
tidak lebih dari 500C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa
tabung reaksi dan diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air
asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna ungu
f. Steroid/Triterpenoid
jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan
2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes sulfat pekat. Timbul warna ungu atau
start dan menunggu sampai alat selesai melakukan pengukuran ditandai dengan
lampu yang sudah mati. Kadar air dihitung dalam persen (Febriyenti, 2018).
29
kering dalam cawan berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Residu
dipanaskan dalam oven pada suhu 105o C sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari
yang larut dalam air dihitung terhadap dalam persen bahan yang telah dikeringkan
seksama, dimasukkan ke dalam krus porselin yang telah dipijarkan dan ditara,
arang habis. Pijaran dilakukan pada suhu 600º C selama 3 jam kemudian
asam klorida encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam
asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu yang telah
30
suling panas sebanyak 35 ml, ditutup dan didiamkan selama 15 menit hingga
diperoleh masa yang transparan, digerus hingga terbentuk gel lalu diencerkan
dengan sedikit air, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, lalu ditambahkan
totalnya. Timbang tablet dengan 2,25 mg/kg, lalu dimasukkan kedalam lumpang
dengan larutan NaCl 0,9% kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 5 ml,
dicukupkan dengan larutan NaCl 0,9% sampai garis tanda. Diinkubasi pada suhu
Hewan uji yang digunakan pada penelitian adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L.) berusia 2-3 bulan, dengan berat badan 150-200 gram.
Dirawat tikus dalam 2 minggu dengan baik dan pada kandang tikus harus selalu
terdiri dari 3 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol positif (suspensi Natrium
ekstrak etanol daun ketepeng cina dosis 200 mg/kgBB, 500 mg/kgBB dan 750
mg/kgBB.
No Kelompok Penguji
1 Kontrol positif (+) Suspensi Natrium Diklofenak 2,25 mg/kg BB
2 Kontrol negatif (-) Suspensi Na CMC 0,5%
3 Perlakuan 1 Kelompok uji suspensi daun ketepeng cina (Cassia
Pada hari pengujian masing-masing tikus diberi tanda pada bagian ekor
dan kaki kanan tikus lalu hewan ditimbang beratnya. Kemudian kaki kanan tikus
dimasukkan ke dalam sel yang berisi khusus yang ada pada alat pletismometer
sampai cairan naik pada garis batas atas, kemudian pedal ditahan, dicatat angka
ada monitor sebagai volume awal (V0) yaitu volume kaki sebelum diberi obat dan
bahan uji secara oral sesuai dengan kelompoknya. Satu jam kemudian masing-
masing telapak kaki tikus disuntik secara subplantar dengan 0,05 ml larutan λ-
32
kaki tikus pada sel pletismometer yang berisi cairan khusus sampai larutan
mencapai garis batas atas, dan pedal ditahan, dicatat angka pada monitor.
Perubahan volume cairan yang terjadi dicatat sebagai volume telapak kaki tikus
(Vt). Pengukuran dilakukan sampai 30 menit selama 180 menit. Dan tiap kali
pengukuran larutan sel tetap dicukupkan sampai garis tanda atau garis merah
bagian atas sel dan pada menu utama ditekan tombol nol, dan juga kaki tikus
Volume radang adalah selisih volume kaki tikus setelah dan sebelum
pletismometer sama setiap kali pengukuran dan tanda batas pada kaki tikus harus
jelas, kaki tikus harus tercelup sampai batas yang dibuat (Lumbanraja, 2009).
edema buatan, dimana pengujian dilakukan dengan cara mengukur volume edema
sebelum dan sesudah pemberian zat uji. Setiap kelompok tikus ditimbang dan
telapak kaki kanan belakang diberi tanda diatas mata kaki. Semua tikus putih
diukur volume kaki awalnya pada pletismometer (V0) sampai batas tanda yang
Vt−VO
%R= x 100 %
VO
33
Keterangan:
%R : persen radang
Vt : volume kaki tikus setelah diradangkan karagenan 1% pada waktu t
Vo : volume awal kaki tikus sebelum diradangkan dengan karagenan 1%
a−b
Persen inhibisi radang (%)= x 100 %
a
Keterangan:
a : persen radang rata-rata kelompok perlakuan kontrol
b : persentase radang rata-rata kelompok bahan uji atau obat pembanding
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan SPSS 20. Data diuji dengan
dengan Test Homogenity of Variace, selanjutnya data diuji dengan One Way
DAFTAR PUSTAKA
34
Agromedia, Redaksi. (2008). Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: PT. Agromedia
Pustaka. Hal:145.
Depkes RI. (1978). Materia Medika Indonesia Jilid II. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Edo, Taufiza, Erina dan Fakhrurrazi. (2017). Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol
Daun Ketepeng Cina (Casiia alata L.) Terhadap Pertumbuhan Jamur
Trichophyton sp. Secara In Vitro. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Egra, Saat, dkk. (2019). Uji Potensi Ekstrak Daun Tanaman Ketepeng (Cassia
alata L.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Ralstonia
solanacearum dan Streptococcus sobrinus. Samarinda: Universitas
Borneo Tarakan.
Fajri, Mathlail. (2018). Aktivitas Antifungi Daun Ketepeng Cina (Cassi alata L.)
Fraksi Etanol, N-Heksan, dan Klorofrom Terhadap Jamur Microsporam
Canis. Universitas Darussalam Gontor.
Lumbanraja, L.B .(2009). Skiring Fitokimia dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak
Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada
Tikus. Skiripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
35
Marjoni, M. R. (2016). Dasar Dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmas Jakarta:
Penerbit buku Trans Info Media. Hal: 15, 16.
Masitoh, Dewi. (2019). Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Ketepeng Cina (Cassia
alata. L) Terhadap Jumlah Leukosit dan Bobot Limpa Relative Ayam
Broiler yang Diinfeksi Salmonella Typhimurium. Skripsi. Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Mitchell, dkk.(2008). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC. Hal:38.
Nomleni, Fransina, dkk. (2019). Buku Ajar Etnobotani Masyarakat Lokal Desa
Kakaniuk. Jawa: Lakeisha. Hal: 29-30.
Setyarini, Holida. (2009). Uji Daya Antiinflamasi Gel Ekstrak Etanol Jahe 10 %
(Zingiber officinale Roscoe) yang Diberikan Topical Terhadap Udem
Kaki Tikus yang Diinduksi Karagenin. Skripsi. Fakultas Farmasi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Surbakti, Cristica Ilsanna dan Nadiya. (2019). Uji Mutu Ekstrak Daun Sirsak
(Annona muricata Linn.) Yang Di Ekstraksi Secara Maserasi Dengan
Pelarut Etanol 70%. Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua
Widianti, Z. (2017). Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Daun Zaitun (Olea
europaea L) Pada Edema Telapak Kaki Calur Spragua Dawley Jantan
yang di Induksi Karagenan. Jakarta: Program Studi Kedokteran dan
Propesi Dokter.