Anda di halaman 1dari 49

TUGAS COMPOUNDING AND DISPENSING

RESEP 2

Oleh
Kelompok 10:
Luh Putu Ardiyanti Sumandari (1408515060)
Ni Luh Putu Risna Dewi (1408515061)
Agus Sutiawan (1408515062)
Desak Putu Raka Permana Dewi (1408515063)
Ni Putu Eka Partiwi Sari (1408515064)
Sagung Ari Mahadewi (1408515065)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

0
I. ILUSTRASI KASUS DAN RESEP
1.1 Salinan Resep Asli
Seorang ibu dengan menggendong anaknya yang baru berusia 15 bulan
mendatangi dokter spesialis anak untuk memeriksakan anaknya yang
mengeluh batuk pilek disertai demam yang telah diderita selama 4 hari tanpa
kunjung sembuh. Ibu tersebut juga menyampaikan keluhan yang dialaminya
karena anaknya sulit tidur akibat keluhan batuk flu yang dideritanya. Oleh
dokter tersebut, diberikan resep.

1.2 Hasil Pembacaan Salinan Resep


Berikut adalah hasil pembacaan
APOTEKsalinan
SARI resep
FARMA yang dilakukan :

APA : Sariasih, S.Farm, Apt


SIA : 448/19.22/3333/2014
Alamat : JL. Tukad Bilok No. 40 Denpasar
Telp : 0361 123456
Pro : R/
An. Putu,
Cefat 10015mg
bulan
Alamat Asvex
: Jl. Seroja 15 denpasar
1/7, 5 tab
Salbutamol 1/7.5 tab
Luminal 2 mg
m.f la syr 75 mL
S3dd cth I
1
Pro : Putu
Umur : 15 bulan
Alamat : Jalan Seroja 15 Denpasar
II. SKRINING RESEP
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
skrining resep yang dilakukan oleh apoteker meliputi:
1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama dokter,
nomor ijin praktek, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf
dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu: bentuk sediaan, dosis,
frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
obat.
3. Mengkaji aspek klinis yaitu : adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi khusus lainnya).
Membuatkan kartu pengobatan pasien (medication record).

4. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan.


Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila
perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. Apoteker juga melakukan
penyiapan obat yang meliputi peracikan, etiket, kemasan obat yang diserahkan,
penyerahan obat, informasi obat, konseling, dan monitoring penggunaan obat
(Kepmenkes RI, 2004).
2.1 Persyaratan Administrasi

2
Skrining administrasi dilakukan untuk mengetahui keabsahan pada resep.
Pada kasus di atas yang diberikan adalah salian resep maka dilakukan skrining
pada salinan resep yang memuat :
1. Semua keterangan yang terdapat dalam resep asli meliputi
Nama, SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf
dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan
pasien, nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang diminta, cara pemakaian
yang jelas, dan informasi lainnya
2. Nama dan alamat apotek
3. Nama dan nomor surat izin pengelolaan apotek
4. Tanda tangan atau paraf APA
5. Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan ; tanda nedet atau
nedetur untuk obat yang belum diserahkan.
6. Nomor resep dan tanggal peresepan
7. Salinan resep harus ditandatangani oleh APA (bila tidak ada dilakukan oleh
apoteker pendamping, asisten apoteker kepala, apoteker supervisor atau
apoteker pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang
bersangkutan).
8. Resep/salinan resep harus dirahasiakan.
9. Resep/salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep
atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Berikut adalah tabel penilaian terhadap kelengkapan resep yang diterima :
Table 1. Kelengkapan Administratif

Kelengkapan Resep Ada Tidak ada


Nama √
SIP √
SIK √
Identitas dokter Alamat rumah √
Alamat praktek √
No. Telp. √
Hari dan jam praktek √
Simbol R/ √
Superscriptio Nama Kota √
Tanggal resep √
Inscriptio Nama obat √

3
Kekuatan/potensi obat √
Jumlah obat √
Subscriptio Bentuk sediaan obat (BSO) √
Frekuensi pemberian √
Jumlah pemberian obat √
Signatura
Waktu minum obat √
Informasi lain √
Paraf √
Penutup
Tanda tangan √
Nama √
Alamat √
Umur √
Identitas pasien
Jenis kelamin √
Berat badan √
Tinggi badan √
Kelengkapan Salinan Resep
Nama apotek √
Alamat apotek √
Nama APA √
Nomor SIPA APA √
Tanda det atau ne det √
Nomor resep √
Tanggal pembuatan resep √
Tanda tangan APA/APING/Apoteker Pengganti √

Berdasarkan skrining administratif, salinan resep di atas masih belum


lengkap sehingga untuk memastikan keabsahan dan kelengkapan resep maka
perlu dilakukan komunikasi dengan dokter penulis resep. Namun pada salinan
resep tidak dicantumkan alamat dan no. telp. penulis resep sehingga untuk
mengantisipasi kesalahan dan memudahkan untuk menghubungi dokter
penulis resep maka perlu dilakukan penelurusan tentang identitas dokter
penulis resep. Hal ini dapat dilakukan dengan menanyakan pada pasien/
pembawa resep.

2.2. Skrining Farmasetis


Skrining farmasetis resep yang dilakukan oleh apoteker di apotek
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

4
1027/Menkes/SK/IX/2004. Berikut adalah penjelasan dari setiap kriteria pada
skrining farmasetis.
A. Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan yang diberikan dalam resep adalah sediaan sirup. Sediaan
sirup dibuat dari gabungan beberapa bentuk sediaan. Bentuk sediaan pada
resep yang ada di pasaran adalah tablet (asvex, salbutamol, luminal)
sedangkan untuk cefat yang tersedia adalah sirup kering (dry syrup).
Sediaan yang umum digunakan pada anak - anak adalah sediaan cair
(sirup, eliksir) atau puyer sehingga dapat diterima pada pasien An. Putu
dengan usia 15 bulan atas pertimbangan sediaan yang ada dipasaran dan
sifat kelarutan setiap sediaan pada resep berbeda diberikan 2 bentuk
sediaan yaitu sirup kering (cefat) dan puyer (asvex, salbutamol, luminal).
Sehingga bentuk sediaan yang akan diberikan kepada pasien masih
belum sesuai.
B. Frekuensi
Frekuensi penggunaan dalam resep sudah jelas, racikan yang mengandung
cefat, asvex, salbutamol dan luminal diberikan tiga kali sehari. Tetapi
berdasarkan pustaka, cefat (antibiotik) dan luminal (antikonvulsan)
diberikan dalam 2 kali sehari (Lacy et al., 2011) sehingga frekuensi
pemberian sediaan yang akan diberikan masih belum sesuai.
C. Potensi Obat
Apoteker harus memastikan bahwa potensi obat yang dimaksud dokter
memang sama dengan potensi obat yang beredar di pasaran sehingga
jumlah sediaan tablet atau kapsul yang digunakan untuk mendapatkan
jumlah kandungan masing-masing obat dalam resep dapat diketahui.
 Cefat
Dalam resep sudah jelas disebutkan dalam resep digunakan 100 mg
cefat untuk 75 mL, sehingga potensi cefat dalam sirup adalah 100 mg/
75 mL atau 6,67 mg/5mL.
 Asvex

5
Potensi asvex tidak tercantum dalam resep. Jika dilihat dari produk
yang beredar di pasaran, asvex berada dalam 1 potensi, yaitu 33,21
mg. Jika tidak dituliskan berarti kekuatan yang digunakan adalah
kekuatan obat yang beredar yang paling kecil. Apabila digunakan
asvex 33,21 mg, maka dalam sediaan sirup mengandung 1/7,5 tablet
asvex dengan potensi sebesar

= tablet x 33,21 mg/tablet

= 4,428 mg
Jadi potensi asvex dalam sirup adalah 4,428 mg/75 mL atau 0,295
mg/5mL.
 Salbutamol
Dalam resep potensi salbutamol tidak tercantum. Jika dilihat dari
produk yang beredar di pasaran, salbutamol berada dalam 2 potensi,
yaitu 2 mg dan 4 mg. Jadi untuk mengetahui kandungan salbutamol
dalam sirup, perlu dikonfirmasi ke dokter mengenai salbutamol yang
digunakan dalam resep merupakan salbutamol dengan potensi 2 mg
atau 4 mg. Jika tidak dituliskan berarti kekuatan yang digunakan
adalah kekuatan obat yang beredar yang paling kecil. Apabila
digunakan salbutamol 2 mg, dalam sediaan sirup mengandung 1/7,5
tablet salbutamol, maka potensi salbutamol sebesar

= tablet x 2 mg/tablet

= 0,267 mg
Jadi potensi salbutamol dalam sirup adalah 0,267 mg /75 mL atau
0,004 mg/mL atau 0,018 mg/5 mL.
 Luminal
Dalam resep sudah jelas disebutkan dalam resep digunakan 2 mg
luminal untuk 75 mL, sehingga potensi luminal dalam sirup adalah 2
mg/75 mL atau 0,027 mg/mL 0,133 mg/5mL

6
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan tidak terdapat
masalah mengenai potensi sediaan.
D. Stabilitas
Berdasarkan profil stabilitasnya, sediaan akan dibuat dalam bentuk sirup.
Sediaan akan stabil bila disimpan pada wadah yang tertutup rapat, di
tempat kering pada suhu ruang (25°C - 30°C) dan terlindung dari cahaya
(Sweetman, 2009; Lacy et al., 2011).
E. Inkompatibiltas
Inkompatibilitas dapat terjadi apabila suatu sediaan dicampurkan dengan
makanan, tempat penyimpanannya, maupun dicampurkan dengan sediaan
obat lain. Sediaan racikan yang diminta dalam resep merupakan sediaan
sirup. Sirup merupakan larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula
dalam kadar tinggi dengan pelarut air. Untuk mengetahui ketercampuran
masing-masing komponen bahan aktif, maka dilihat profil dari masing-
masing bahan dan kelarutannya.
 Cefat
Cefat mengandung cefadroxil monohidrat merupakan serbuk putih,
sedikit larut (slightly soluble) dalam air, very slightly soluble dalam
alkohol (Sweetman, 2009). Sehingga cefat tidak dapat dibuat dalam
sediaan sirup.
 Asvex
Asvex yang mengandung tipepidin hibenzat bersifat very slightly
soluble dalam air (1 bagian zat terlarut dalam 1000-10000 bagian
pelarut) sehingga tidak dapat dibuat sirup yang mengandung
pelarut air (Sweetman, 2009).
 Salbutamol
Salbutamol yang mengandung salbutamol sulfat bersifat berupa serbuk
kristalin putih, freely soluble dalam air (1 bagian zat terlarut dalam 1-
10 bagian pelarut); slightly soluble dalam alkohol (1 bagian zat terlarut
dalam 100-1000 bagian pelarut). Dalam hal ini salbutamol dapat
dibuat menjadi sediaan sirup.
 Luminal

7
Luminal yang mengandung fenobarbital merupakan serbuk kristalin
putih atau tidak berwarna, very slightly soluble dalam air (1 bagian zat
terlarut dalam 1000-10000 bagian pelarut); freely soluble dalam
alcohol (1 bagian zat terlarut dalam 1-10 bagian pelarut). Luminal juga
tidak stabil pada larutan aquaeus, gunakan hanya larutan jernih (Lacy
et al., 2011). Luminal merupakan obat dengan indeks terapi sempit
sehingga kelarutannya akan menjadi titik kritis dosis obat. Hal tersebut
menyebabkan sediaan yang dibuat harus dipastikan ketercampurannya.
Luminal atau fenobarbital juga tidak tahan pemanasan, sehingga tidak
dapat dilarutkan dengan menggunakan metode pemanasan dalam
pembuatan sirup (Anief, 2008). Sehingga luminal tidak dapat dibuat
dalam bentuk sirup.
F. Cara Pemberian
Cara pemberian obat yang berupa sirup adalah diminum. Namun pada
resep tidak dicantumkan pemberian sebelum atau sesudah makan.
G. Lama Pemberian
Lama pemberian sediaan pada resep sudah jelas. Sirup Racikan
(Cefat, Asvex, Salbutamol dan Luminal) Untuk 1 kali pemberian diberikan
sebanyak 5 mL sediaan, sehingga lama pemberian obat dapat dihitung
sebagai berikut

Table 2. Kelengkapan Farmasetis

Kriteria Cefat Asvex Salbutamol Luminal


Bentuk Sediaan Sirup Racikan
Dosis 100 mg 1/7,5 tablet 1/7,5 tablet 2 mg
Frekuensi Sirup Racikan 3 x sehari
Potensi/Kekuatan 100 - - 200
Obat
Stabilitas Di tempat Di tempat Di wadah Terlindung
kering pada sejuk dan tertutup rapat cahaya pada
suhu kering, pada suhu suhu
25oC-30oC. wadah 25oC-30oC. 25oC-30oC
tertutup
rapat pada

8
suhu 25oC-
30oC.
Inkompatibilitas Sedikit larut Sangat sukar Larut dalam Sangat sukar
air. larut dalam air. larut air.
air.
Cara Pemberian Oral Oral Oral Oral
Lama Pemberian Sirup Racikan diberikan untuk 5 hari

Tidak
Kriteria Sediaan Sesuai Keterangan
Sesuai
Cefat √ Berdasarkan atas
Asvex √
pertimbangan sediaan
Salbutamol √
Bentuk yang ada dipasaran dan
Sediaan sifat kelarutan setiap
Luminal √
sedian pada resep
berbeda.
Cefat √ Cefat sebagai antibitotik
Asvex √ yang diberikan dalam
Salbutamol √
dosis terbagai yaitu 2
kali sehari (Lacy et al.,
Frekuensi
2011).
Luminal √ Luminal diberikan 1-2
kali sehari (Lacy
et al., 2011)
Cefat √
Potensi/
Asvex √
Kekuatan -
Salbutamol √
Obat
Luminal √
Cefat √
Asvex √
Stabilitas -
Salbutamol √
Luminal √
Inkompatibi Cefat √ Tidak dapat dibuat sirup
litas Asvex √ terkait masalah kelarutan.
Salbutamol √ Dipertimbangkan untuk
Luminal √ mengubah bentuk sediaan
menjadi sediaan puyer

9
(asvex, salbutamol, dan
luminal) dan sediaan
sirup kering yang sudah
Cefat √
Cara Asvex √
-
Pemberian Salbutamol √
Luminal √
Cefat √ Obat yang bukan
Asvex √
termasuk golongan
Lama Salbutamol √
antibiotika tidak wajib
Pemberian
Luminal √ untuk diberikan selama 5
hari.

2.2 Skrining Klinis


Skrining klinis resep yang dilakukan oleh apoteker di Apotek berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004
yaitu meliputi :
A. Adanya Alergi
Saat dilakukan penggalian informasi pada orang tua pasien, pasien (anak
Putu) tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat.
B. Efek Samping Obat
 Cefat : 1-10%: Diare (Lacy et al., 2011).
 Asvex : Pyrexia, pigmentasi, stevens-johnson syndrome, rash.
 Salbutamol : Reaksi hipersensitivitas: reaksi hipersensitivitas yang
segera (urtikaria, angioedema, rash, bronkospasma) telah dilaporkan
(Lacy et al., 2011).
 Luminal : Kardiovaskular: bradikardia, hipotensi, mengantuk, eksitasi,
depresi, bingung, mengantuk, agitasi, hiperkinesia, ataksia, nervous,
sakit kepala, insomnia, mimpi buruk, halusinasi, anxietas, pusing, rash,
dermatitis eksfoliatif, Sindrom Stevens- Johnson, mual, muntah,
konstipasi, agranulositosis, trombositopenia, anemia megaloblastik,

10
oliguria, laringospasm, depresi, respiratori, hipoventilasi
(Lacy et al., 2011).
C. Interaksi
Tidak ada interaksi obat pada resep.

D. Kesesuaian Dosis
Table 3. Kesesuaian Dosis

Nama obat Dosis setelah perhitungan Dosis pada resep


Cefat Dosis untuk pediatri (Oral): 30 Dosis sehari = 3 cth
(cefadroxil 6,67 mg/ mg/kg/day dalam 2 dosis = 6,67 mg x 3
5mL) terbagi, maksimal 2 g/hari = 20,01mg
(Lacy et al., 2011). (underdose)

Dosis sehari Dosis sekali = 1 cth


= 30 mg/kg/hari x 11 kg = 6,67 mg/5mL
= 330 mg/hari (underdose)

Dosis sekali
= 330 mg/2
= 165 mg
Asvex (Tipepidine Dosis per oral sitrat ; 22,2 mg Dosis sekali = 1 cth
hibenzat tipepidine hibenzate ekuivalen = 0,295 mg/5mL
0,295 mg/5mL) (Sweetman, 2009) (underdose)
BB anak = 11 kg
= 24,2 pound Dosis sehari = 3 cth
Dosis sekali = 0,295 mg x 3
= 0,85 mg
= x 22,2 mg (underdose)
= 3,5816mg
Dosis sehari
= 3 x 3,5816 mg
= 10,7448 mg
Salbutamol Oral Anak : Dosis sekali = 1 cth
(Salbutamol sulfat 1 bulan – 2 tahun = 100 = 0,018 mg/5mL
0,018mg/5mL) mcg/kg (underdose)
= 0.1 mg/kg (NHS, 2014, )
Dosis sehari = 3 cth
2 – 6 tahun = 0.1 -0.2 mg/kg = 0,018 x 3

11
(Lacy et al., 2011) = 0,054 mg
(underdose)
Dosis sekali
= 100 mcg/kg x 11 kg
= 1100 mcg = 1,1 mg
Dosis sehari
= 1,1 mg x 3
= 3,3 mg

Luminal Antikonvulsan : 1- 5 tahun : 6- Dosis sehari = 3 cth


(Phenobarbital 0,13 8 mg/kg/hari IV/PO dalam 1-2 = 0,133 x 3
mg/5mL kali (Lacy et al., 2011). = 0,399 mg
(underdose)
Dosis sehari
= 6 - 8 mg/kg x 11 kg Dosis sekali
= 66 - 88 mg = 0,133 mg/5mL
(underdose)
Dosis sekali
= 66-88 mg / 2
= 33-44 mg

Table 4. Kelengkapan Klinis

Tidak
Kriteria Sediaan Sesuai Keterangan
Sesuai
Cefat √
Asvex √
Alergi -
Salbutamol √
Luminal √
Cefat √
Efek
Asvex √
samping -
Salbutamol √
obat
Luminal √
Cefat √
Interaksi Asvex √
-
obat Salbutamol √
Luminal √
Cefat √
Asvex √ Semua sediaan under
Dosis
Salbutamol √ dose.
Luminal √

12
KESIMPULAN HASIL SKRINING RESEP :
Resep bisa dilayani setelah melakukan wawancara dengan dokter terkait
keabsahan resep, bentuk sediaan obat dan dosis masing-masing obat yang akan
diberikan kepada pasien.
Berdasarkan skrining yang telah dilakukan, salinan resep di atas masih belum
lengkap sehingga untuk memastikan keabsahan dan kelengkapan resep maka perlu
dilakukan komunikasi dengan dokter penulis resep. Namun pada salinan resep
tidak dicantumkan alamat dan no. telp. penulis resep sehingga untuk
mengantisipasi kesalahan dan memudahkan untuk menghubungi dokter penulis
resep maka perlu dilakukan penelurusan tentang identitas dokter penulis resep.
Hal ini dapat dilakukan dengan menanyakan pada pasien/ pembawa resep.
Adapun percakapan yang terjadi antara pasien dan apoteker dari awal pasien
datang membawa resep sebagai berikut :
Apoteker :“Selamat siang ibu, perkenalkan saya apoteker Sariasih
apoteker di apotek Sari Farma?”
Pembawa resep :“Iya, selamat siang mbak”
Apoteker :“Resep ini ditujukan untuk siapa bu ?”
Pembawa resep :“Ini resep untuk anak perempuan saya Putu, mbak ”
Apoteker :“Untuk kepentingan administrasi dan peracikan resep,
saya ingin bertanya-tanya sedikit dengan ibu. Apakah ibu
bisa memberitahukan kepada saya alamat praktek dan no
telepon dokter yang memberikan resep ini kepada ibu ?”
Pembawa resep :“Alamat praktek dokter ini di Jl. Angsoka II mbak dan
ini no. telp. yang diberikan oleh dokter.”
Apoteker mencatat alamat dan no.telp. dokter penulis resep.
Apoteker : “Pada saat memeriksakan anak ibu pada dokter,
keleuhan apa saja yang telah ibu sampaikan kepada
dokter yang menuliskan resep ini?”
Pembawa resep :“Saya katakan kepada dokter bahwa anak saya
mengalami batuk, pilek dan demam selama 4 hari, mbak.”

13
Apoteker :“Selanjutnya apa yang dokter katakan tentang penyakit
dan obat yang diresepkan untuk anak ibu?”
Pembawa resep :“Kata dokter anak saya memang mengalami demam
yang disebabkan oleh infeksi bakteri sehingga kata dokter
perlu diberikan antibiotik dan anak saya juga mengalami
batuk pilek maka dokter meresepkan obat untuk
mengatasai batuk pileknya”.
Apoteker :“Bagaimana penjelasan dokter tentang aturan pakai
obat yang anak ibu terima?”.
Pembawa resep :“Dokter tidak mengatakan apa-apa mbak. Dokter hanya
memberi saya resep dan meminta menukarkan resepnya
saja”.
Apoteker :“Maaf bu, apakah dokter ada mengatakan mengenai
bagaimana harapan setelah anak ibu menggunakan obat
ini?”
Pembawa resep :“Dokter hanya mengatakan setelah minum obat ini
penyakit deman, pilek dan batuk anak saya akan reda
mbak.
Oleh karena itu, dalam hal ini apoteker berperan memberikan penjelasan
yang lengkap mengenai cara pakai obat tersebut.
Apoteker : “Apakah dokter sempat menimbang BB anak ibu?”
Pembawa resep : “Iya, tadi dokter sempat menimbang BB anak saya.BB
anak saya sebesar 11 kg mbak.”
Apoteker :“Kata dokter anak ibu mengalami demam, apakah dokter
sempat memeriksa suhu badan anak ibu?”
Pembawa resep :“Iya mbak, suhu badan anak saya sebesar 38oC.”
Apoteker :“Apakah demam yang dialami anak ibu selama 4 hari ini
mengalami kenaikan dan penurunan secara tiba-tiba atau
tidak menetap?”
Pembawa resep :“Iya mbak.”

14
Apoteker :“Apakah anak ibu sedang mengkonsumsi obat lain atau
tidak? Apakah anak ibu ada riwayat alergi obat?”
Pembawa resep :”Anak saya sedang tidak mengkonsumsi obat lain dan
anak saya juga tidak ada riwayat alergi obat mbak.”
Apoteker :“Baik bu. Terima kasih banyak atas waktu dan
informasinya. Kami akan siapkan dahulu obatnya, mohon
ditunggu sebentar ya. Terimakasih.”
Pembawa resep :“Baik mbak, terimakasih.”

III. MONOGRAFI OBAT


3.1 Cefat
 Komposisi dan kekuatan obat
Terdapat 4 komposisi di pasaran, yaitu:
Cefadroksil monohidrat 250 mg; Cefadroksil monohidrat 50 mg
Cefat Sirup kering 125 mg/5 mL; Cefat sirup kering forte 250 mg/5
mL
(MIMS Online, 2014)
 Mekanisme kerja
Antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian oral.
Golongan sefalosforin secara kimiawi memilki mekanisme kerja dan
toksisitas yang serupa dengan penicilin. Sefalosforin lebih stabil
daripada penicilin terhadap banyak bacteria beta-laktamase sehinga
biasanya mempunyai spektrum aktivitas yang lebih luas. Cefadroxil
bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel
bakteri. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam
rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Cefadroxil aktif terhadap
Streptococus beta- hemolytic, Staphylococus aureus (termasuk
penghasil enzim penisilnase), Streptococus pneumoniae, Escherichia
coli, Proteus mirabils, Klebsiela sp, Moraxela catarhalis (Lacy et al.,
2011).

 Indikasi/efek farmakologis
Digunakan dalam terapi pengobatan infeksi bakteri, termasuk
penyebab mereka oleh kelompok A Streptococus beta-hemolitk (Lacy
et al., 2011)

15
 Dosis (sesuai umur pasien)
Dosis untuk pediatri (Oral): 30 mg/kg/day dalam 2 dosis terbagi,
maksimal 2 g/hari (Lacy et al., 2011)
 Kontraindikasi
Hipersensitfitas pada cefadroxil, komponen lain di dalam formula, dan
cephalosforin lainya (Lacy et al., 2011).
 Interaksi obat : -
 Efek samping
- 1%-10%: Gastrointestinal (diare)
- <1%: Anafilaksis, rash (makulopapular dan eritema), eritema
multiform, Stevens-Johnson syndrome, serum sicknes, arthralgia,
urticaria, pruritus, angioedema, pseudomembranous kolits, nyeri
abdominal, dispepsia, mual, muntah, cholestasis, vaginits,
neutropenia, agranulositosis, thrombositopenia, peningkatan
transaminase, demam
- Reaksi lain yang ditemukan pada antibiotic sefalosporin lain: Toxic
epidermal necrolysis, nyeri abdominal, superinfeksi, disfungsi renal,
toxic nephropathy, anemia aplastik, anemia hemolitk, perdarahan,
prothrombin time prolonged, peningkatan BUN, peningkatan
kreatinin, eosinofila, pansitopenia, seizure. (Lacy et al., 2011)
 Pemberian
- Pemberian per oral pada waktu yang tepat memberikan
perbedan/variasi perbedan kadar puncak dan kadar serum yang
rendah.
- Pemberian secara oral bersaman dengan makanan untuk
mengurangi gangguan GI (Lacy et al., 2011)

 Penyimpanan
Pada suspensi rekonstiusi, suspensi disimpan dalam lemari es. Jangan
digunakan setelah 14 hari. Jangan dibekukan. (Lacy et al., 2011).
 Monitoring
Observasi tanda dan gejala anafilaksis pada dosis pertama (Lacy et al.,
2011).
 Pemerian cefadroxil monohidrat

16
Serbuk putih, slightly soluble dalam air, very slightly soluble dalam
alkohol. Suspensi 5 % dalam air memilki pH 4,0 – 6,0. Lindungi dari
cahaya (Swetman, 2009).

3.2 Asvex
 Komposisi dan kekuatan obat
Tipepidine hibenzate 3,21 mg tab (MIMS Online, 2014).
 Indikasi/efek farmakologis
Tipepidine hibenzate merupakan penekan batuk yang digunakan pada
batuk nonproduktif (Swetman, 2009). - Dosis (sesuai umur pasien)
Diberikan per oral sebagai hibenzate tetapi dosis dinyatakan sebagai
sitrat; 2,2 mg tipepidine hibenzate ekuivalen dengan 20 mg tipepidine
sitrat. Dosis umumnya setara dengan 20-40 mg sitrat 3 kali sehari
(Swetman, 2009).
 Kontraindikasi
Hipersensitf terhadap Tipepidine hibenzate, komponen lain dalam
formulasi (Swetman, 2009).

3.3 Salbutamol
 Komposisi dan kekuatan obat
Salbutamol sulfat 2 mg dan Salbutamol sulfat 4 mg (MIMS Online,
2014)

 Mekanisme kerja
Relaksasi otot polos bronchial dengan aksi pada reseptor beta dengan
efek yang kecil pada heart rate (Lacy et al., 2011).
 Indikasi/efek farmakologis
Sebagai bronkodilator pada obstruksi jalan napas yang reversibel karena
asthma atau COPD; pencegahan bronkospasma yang dinduksi olah
olahraga (Lacy et al., 201).
 Dosis
Oral Anak :1 bulan – 2 tahun :10mcg/kg (Dosis maksimal 2 mg) 3-4
kali sehari (Sweetman et al., 2009).
 Kontraindikasi

17
Hipersensitvitas terhadap salbutamol, adrenergik amin,atau komponen
lain dalam formulasi (Lacy et al., 2011).
 Interaksi obat
Fenobarbital meningkatkan efek sedasi dan salbutamol menurunkan
efek sedasi. Efek interaksi tidak jelas, gunakan dengan perhatian.
Potensial terjadi nteraksi, monitor (Medscape, 2014).
 Efek samping
Reaksi hipersensitvitas: reaksi hipersensitvitas yang segera (urtikaria,
angioedema, rash, bronkospasma) telah dilaporkan (Lacy et al., 2011).
 Pemberian
Pada pemberian per oral seharusnya diberkan dengan air 1 jam sebelum
atau 2 jam sesudah makan (Lacy et al., 201). – Penyimpanan Sirup dan
tablet disimpan pada suhu 25°C-30°C (Lacy et al., 2011).
 Monitoring
- FEV1, peak flow, dan/atau tes fungsi pulmonary yang lain; tekanan
darah, heart rate; stimulasi CNS; kadar gula darah, potasium
serum; gejala asthma; gas arteri atau kapiler darah (jika pasien ada
dalam kondisi membutuhkanya)
- Nilai efektivitas dan interaksi obat lain yang digunakan pasien.
Pantau tanda-tanda vital, efektivitas terapi, dan efek samping pada
awal terapi dan berkala bila digunakan untuk jangka panjang.
Menilai kemampuan/latih pasien untuk pengunan obat yang tepat,
intervensi untuk mengurangi efek samping, dan gejala yang
merugikan untuk dilaporkan.
- Monitoring Lab Tests
Gas darah arterial atau kapiler (jika kondisi pasien membutuhkan);
FEV1, peak flow, dan/atau tes fungsi pulmonary yang lain;
potassium serum, serum glukosa (pada pasien tertentu)
 Pemerian Salbutamol Sulfat
Serbuk kristalin putih, frely soluble dalam air; slightly soluble dalam
alkohol, kloroform, dan eter. Lindungi dari cahaya (Sweetman, 2009).

3.4 Luminal
 Komposisi dan kekuatan obat
Phenobarbital 30 mg (tablet) (MIMS Online, 2014)
 Mekanisme kerja

18
Merupakan barbiturate long-acting dengan sifat sedatif, hipnotik, dan
antikonvulsan. Barbiturat menekan korteks sensori, menurunkan
aktivitas motorik, mempengaruhi fungsi cerebelar, dan menghasilkan
rasa kantuk, sedasi, dan hipnosis. Pada dosis tingi, barbiturate
menunjukan aktivitas antikonvulsan; barbiturat menghasilkan efek
depresi saluran napas yang tergantung pada dosis (Lacy et al., 201).
 Indikasi/efek farmakologis
Pengatasan umum pada tonik-klonik (grand mal) dan kejang parsial;
obat penenang atau sedatif (Lacy et al., 201).
 Dosis
- Sedasi: anak-anak 2 mg/kg, 3 kali sehari per oral
- Antikonvulsan maintenance dose usia 1-5 tahun, 6-8 mg/kg/hari
dalam 1-2 dosis terbagi (per oral) (Lacy et al., 2011)

 Kontraindikasi
Hipersensitvitas terhadap barbiturat atau komponen lain dalam
formulasi; marked hepatic impairment; kesulitan bernapas atau
obstruksi saluran napas; porphyria; kehamilan (Lacy et al., 201).
 Interaksi obat
- Fenobarbital (luminal) dan salbutamol
Fenobarbital meningkatkan efek sedasi dan albuterol menurunkan
efek sedasi. Efek interaksi tidak jelas, gunakan dengan perhatian.
Potensial terjadi nteraksi, monitor (Medscape, 2014).
- Digunakan bersama makanan dapat menurunkan kadar vitamin D
dan kalsium karena ganguan absorbsi (Lacy et al., 2011).
 Efek samping (frekuensi tidak diketahui)
- Kardiovaskular: bradikardia, hipotensi
- CNS: mengantuk, eksitasi CNS atau depresi, bingung, mengantuk,
agitasi, hiperkinesia, ataksia, nervous, sakit kepala, insomnia,
mimpi buruk, halusinasi, anxietas, pusing.
- Dermatologik: rash, dermatis eksfoliatif, Sindrom Stevens-Johnson
- Gastrointestinal: mual, muntah, konstipasi
- Hematologik: agranulositosis, trombositopenia, anemia
megaloblastik
- Renal: oliguria

19
- Respiratori: laringospasm, depresi respiratori, hipoventilasi
(Lacy et al., 2011)
 Pemberian
Dengan makanan dapat menyebabkan penurunan absorbsi vitamin D
dan kalsium (Lacy et al., 2011).
 Penyimpanan
Lindungi eliksir dari cahaya. Tidak stabil pada larutan aquaeus,
gunakan hanya larutan jernih. Jangan ditambahkan pada larutan asam,
dapat terjadi pengendapan (Lacy et al., 2011).

 Monitoring
- Konsentrasi fenobarbital serum, status mental, CBC, LFTs
- Aktivitas seizure
- Nilai adanya riwayat adiksi, pengunan jangka panjang dapat
- menyebabkan ketergantungan, penyalahgunan, atau toleran;
evaluasi secara periodik untuk pengunan yang berkelanjutan
- Pada pengunan oral, monitor efektivitas terapi dan efek samping
pada awal terapi dan pada pengunan jangka panjang. (Lacy et al.,
2011)
 Pemerian
Serbuk kristalin putih atau tidak berwarna, very slightly soluble dalam
air; frely soluble dalam alkohol, membentuk water-soluble compounds
dengan alkali hidroksida dan karbonat, dan dengan ammonia. Dapat
menunjukan polimorfisme. Larut 1 dalam 100 bagian air dan 1 dalam
10 bagian alkohol, sparingly soluble dalam kloroform; soluble dalam
eter dan dalam larutan fixed alkali Hydroxides dan carbonates. Larutan
jenuh dalam air memilki pH 5 (Swetman, 2009).

20
IV. Metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, dan Plan )
4.1 Subyektif
Berdasarkan hasil komunikasi langsung kepada pasien melalui 3 prime
question, maka diketahui pasien datang ke dokter dengan keluhan sebagai berikut:
- Pasien mengalami batuk pilek disertai demam yang telah diderita selama 4
hari tanpa kunjung sembuh.
- Pasien sulit tidur akibat keluhan batuk flu yang dideritanya
- Berdasarkan gejala batuk dan dugaan sesak napas yang dialami pasien
sehingga mengganggu tidur dari pasien tersebut maka anamnesa sementara
apoteker adalah pasien tersebut mengalami bronchitis akut.
4.2 Objektif
Setelah apoteker mendapatkan penilaian secara subjektif melalui wawancara
dengan pasien, maka perlu dilihat juga secara objektif kondisi pasien dengan
melihat data klinis dan data laboratorium pasien. Namun pada kasus ini tidak
terdapat hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan
indikasi obat pada resep serta penilaian subjektif dan objektif, anamnase
kefarmasian untuk pasien ini adalah batuk dan pilek yang disertai dengan
infeksi saluran pernafasan yang belum diketahui penyebabnya. Data objektif
yang dimiliki pasien adalah sebagai berikut:
Umur : 15 Bulan
Berat Badan : 11 kg
Berdasarkan hasil skrining administratif, farmasetis, dan klinis, anamnesa
yang dilakukan apoteker, dan penggalian informasi dari pasien, apoteker masih
perlu berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan informasi mengenai terapi
pasien.
Apoteker: “Selamat sore dok, saya Apoteker A. Maaf dok, Apa benar dokter
membuat resep atas nama Anak Putu? Jika diperkenankan, apa bisa
saya bertanya sebentar? Saya ingin menanyakan mengenai resep Anak
Putu yang mendapatkan 1 macam sediaan sirup racikan, yang terdiri
dari cefat, asvex, salbutamol, dan luminal.
Dokter : “Baik dik, ada masalah apa ya dengan resep tersebut?”

21
Apoteker: “Untuk berat badan pasien tidak tercantum dok, berat badan pasien
kami butuhkan untuk menghitung dosis obat.”
Dokter : “Berat badan anak sebesar 11 kg.”
Apoteker: “Dok, dalam resep semua obat diberikan 3 kali sehari, berdasarkan
literatur, durasi pemberian Cefat adalah setiap 12 jam. Bagaimana dok,
hal ini terkait dengan sediaan yang akan kami buat. Jika rekomendasi
saya sediaan cefat yang digunakan 2 kali sehari dipisah dari 3
komponen lainnya”.
Dokter : “Sediaan yang lain sudah sesuai untuk 3 kali, baik kalau begitu boleh
dipisahkan menjadi 2 bentuk sediaan.”
Apoteker: “Berdasarkan analisa resep yang saya lakukan, saya menduga pasien
menderita bronchitis, faringitis, atau pneumonia, apa benar seperti itu
dok?
Dokter : “Iya dik, anak ini mengalami bronchitis akut. Berdasarkan gejala klinis
pasien yang mengalami batuk dan flu, kemudian disertai demam”
Apoteker: “Baik Dok, kemudian untuk terapi antibiotiknya memang diberikan
selama 5 hari dok? Apakah ini untuk terapi empiris atau memang
sudah spesifik pada kumannya?”
Dokter : “Ini terapi empiris saja, nanti saya minta pasien untuk kontrol lagi
untuk mengetahui antibiotiknya sensitif atau tidak”
Apoteker: “Terima kasih dok, dari data berat badan dan data yang dokter
sebutkan, saya akan melihat kerasionalan pengobatannya, Dok.”

4.3. Assesment
Berdasarkan hasil analisis resep dan didukung oleh data subjektif dan objektif
maka dapat diketahui bahwa pasien menderita bronkitis akut. Bronkitis
merupakan kondisi peradangan pada daerah trakheobronkial, dimana peradangan
tidak meluas sampai alveoli. Pada bayi penyakit ini dikenal dengan nama
bronkiolitis. Bronkitis akut dapat terjadi pada semua usia, namun bronkitis kronik
hanya terjadi pada usia dewasa saja. Adapun manifestasi klinik dari bronkhitis
adalah batuk yang menetap yang bertambah parah pada malam hari serta biasanya

22
disertai sputum, lemah, lelah lesu, serta demam. Pada umumnya bronkitis
disebabkan oleh virus, namun beberapa bakteri seperti Streptococcus juga dapat
menjadi penyebab terjadinya bronkitis (DepKes RI, 2005; Dipiro et al., 2008).
Adapun manifestasi klinik dari bronkhitis adalah batuk yang menetap yang
bertambah parah pada malam hari serta biasanya disertai sputum, lemah, lelah
lesu, serta demam. Pada umumnya bronkitis disebabkan oleh virus, namun
beberapa bakteri seperti Streptococcus juga dapat menjadi penyebab terjadinya
bronkitis (DepKes RI, 2005; Dipiro et al., 2008). Keluhan pasien dari data
subjektif sesuai dengan gejala dan tanda dari bronkitis akut yaitu batuk dan pilek
disertai demam sejak 4 hari yang lalu.
Assesment dilakukan dengan menilai kesesuaian obat yang diresepkan
terhadap hasil keluhan subyektif dan obyektif pasien. Setelah diketahui indikasi
yang diderita oleh pasien, maka selanjutnya ditentukan rasionalitas pengobatan
dan mengidentifikasi permasalahan pengobatan (DRP) dengan pendekatan 4T 1W.
Adapun perbedaan gejala antara bronchitis akut, rhinitis, sinusitis, faringitis,
pneumonia, dapat dilihat pada Tabel 4 yaitu:
Bronkhitis Rhinitis Sinusitis Faringitis Pneumonia
Batuk Sakit tenggorokan Sinus pain Sakit Demam
tenggorokan
Sesak nafas Rhinorhea Rongga hidung Radang Batuk non
bernanah amandel produktif
Sakit Batuk Demam Demam Malaise
tenggorokan
Demam Demam Batuk Sakit kepala Sakit dada
Hidung Serak Perasaan bengkak di Sakit perut Pilek
tersumbat mata dan wajah
Sakit kepala Sakit Kepala Tidak ada Serak
Rhinorhea,
batuk, dan
serak
Gatal-gatal pada
mata, hidung, dan
telinga
(Snellman, et all., 2003)
a. Tepat Indikasi

23
Berdasarkan anamneses kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker, pasien
diduga menderita infeksi saluran pernafasan bagian bawah yaitu bronchitis
akut, yang menyebabkan batuk kering, flu, serta demam. Pengobatan
bronchitis akut adalah dengan mengobati gejala yang dialami pasien dan
suportif secara alami. Meningkatkan waktu istirahat saat baik bagi pemulihan
kondisi pasien. Pasien juga disarankan untuk banyak minum air putih untuk
mencegah dehidrasi. Penatalaksaan terapi bronkhitis akut dapat
dilihat pada Gambar 1.

(Knutson and Braun, 2002)

1. Cefat

24
Cefat mengandung Cefadroxil yang diindikasikan untuk mengatasi infeksi
akibat Streptococcus beta hemolitik grup A (Lacy et al., 2012). Pemberian
Cefat merupakan terapi antibiotik yang dapat digunakan untuk mengatasi
infeksi bakteri yang umum menyebabkan bronchitis akut. Cefadroxil
bukanlah lini pertama penggunaan antibiotik pada bronkitis akut, dalam
hal ini penggunaan antibiotik cefadroxil digunakan berdasarkan data
empiris. Penggunaan secara empiris ditujukan untuk eradikasi atau
penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab
infeksi dan diberikan selama 48-72 jam (MenKes RI, 2011), beberapa
bakteri seperti Streptococcus juga dapat menjadi penyebab terjadinya
bronkitis (DepKes RI, 2005; Dipiro et al., 2008). Selain itu antibiotik
golongan sefalosforin lebih stabil daripada golongan penicilin terhadap
banyak bacteria beta-laktamase sehingga dapat dikatakan penggunaan
Cefat sudah tepat indikasi.
2. Asvex
Asvex mengandung Tipepidine hibenzate yang merupakan antitusif yang
berkerja dengan cara menekan pusat batuk pada (Watanabe dan Murao,
2013). Selain untuk mengatasi infeksi, terapi simptomatis juga diperlukan
dalam bronkhitis akut. Karena pada bronkhitis dapat terjadi batuk kering
maupun berdahak, pengobatan dapat fokus pada mencegah atau
mengontrol batuk (antitusif terapi) atau membuat batuk lebih efektif
(terapi protussive). Terapi Protussive diindikasikan bila batuk harus
didorong (misalnya, untuk membersihkan saluran udara lendir). Terapi
antitusif diindikasikan jika batuk menciptakan ketidaknyamanan yang
signifikan (Knutson dan Braun, 2002). Pada pasien, batuk yang dialami
menggangu tidur, sehingga dapat dikatakan gejala batuk kering tersebut
menyebabkan ketidaknyamanan pasien. Untuk itu, pemberian asvex
sebagai antitusif sudah tepat indikasi.

3. Salbutamol
Pemberian salbutamol ditujukan sebagai bronkodilator. Penggunaan
bronkodilator terbukti dapat membantu mengurangi gejala sesak nafas

25
yang dialami pasien bronkhitis akut (Knutson dan Braun, 2002). Meskipun
sesak merupakan salah satu gejala bronchitis akut, pada kasus ini, pasien
tidak mengeluh sesak, sehingga pemberian salbutamol dinilai tidak tepat
indikasi, sehingga pemberian salbutamol perlu dikonsultasikan lagi kepada
dokter penulis resep.
4. Luminal
Penggunaan luminal diindikasikan sebagai antikonvulsan untuk mengatasi
kemungkinan kejang yang dialami oleh pasien. Hal ini bisa terjadi karena
pasien mengalami demam dengan suhu 380 C. Mekanisme kerja luminal
adalah dengan menekan korteks sensori, menurunkan aktivitas motorik,
serta mempengaruhi fungsi cerebellar. Pada pasien anak dengan bronchitis
akut, sering kali gejala demam yang dialami anak dapat menyebabkan
anak tersebut mengalami kejang, sehingga dibutuhkan terapi
antikonvulsan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh pada pasien, pasien
mengalami demam dengan suhu 380 C, dimana demam yang dialami
pasien naik turun, sehingga pemberian luminal sudah tepat indikasi
(Dipiro, et al., 2008).

b. Tepat Obat
Obat yang diberikan kepada pasien dikatakan tepat dengan
mempertimbangkan (a) ketepatan kelas terapi dan jenis obat sesuai dengan
efek terapi yang diperlukan, (b) kemanfaatan dan keamanan obat sudah
terbukti, baik resiko efek sampingnya maupun adanya kontraindikasi, (c) jenis
obat paling mudah didapat, (d) jumlah jenis obat yang dipakai sedikit mungkin
(Chalker, 2012). Obat-obat yang diberikan kepada pasien yaitu cefat, asvex,
salbutamol, dan luminal sudah tepat indikasi dan tidak terdapat kontraindikasi
obat terhadap kondisi pasien. Seluruh obat mudah didapatkan dan jumlah jenis
obat yang digunakan sudah seminimal mungkin serta tidak terdapat obat yang
memiliki indikasi yang sama. Berdasarkan anlisa tersebut maka pemberian
keempat obat tersebut sudah tepat.

26
c. Tepat Dosis
Obat diberikan kepada pasien anak umur 15 bulan dengan berat badan 11 kg.
Pada resep tidak tercantum mengenai potensi obat-obat yang diberikan,
sehingga harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Dalam hal ini,
potensi obat yang digunakan adalah potensi obat terkecil yang ada di pasaran.
Perhitungan dosis untuk pasien:
A. Cefat
Dosis pada pustaka : Dosis Pediatri Oral: 30 mg/kg/hari dalam dua dosis
terbagi (Lacy et al., 2012). Sehingga dosis menurut
pustaka untuk pasien adalah: 15 mg x 11 kg = 165
mg/5mL
Dosis pada resep : 100 mg/mL
Kesimpulan : Dosis yang diberikan tidak sesuai dengan dosis yang
tercantum pada pustaka dimana dosis untuk 1 x
pemakaian under dose.
Pengatasan : Diberikan dosis 165 mg/5mL sirup digunakan 2 x sehari.
B. Asvex
Dosis pada pustaka : Dosis per oral sitrat ; 22,2 mg tipepidine hibenzate
ekuivalen dengan 20 mg tipepidine sitrat. Dosis
umumnya setara dengan 20-40 mg sitrat 3 kali sehari
(Sweetman, 2009). Sehingga dosis menurut pustaka
untuk pasien adalah:
BB = 11 kg = 24,25 pounds,
maka (24,25 pounds x 22,2 mg) / 150 = 3,59 mg perhari.
Dosis pada resep : 1/7,5 tablet x 33,21mg/tablet = 4,428 mg/75 mL atau
0,295 mg/5mL.
Kesimpulan : Dosis yang diberikan tidak sesuai dengan dosis yang
tercantum pada pustaka dimana dosis untuk 1 x
pemakaian under dose.
Pengatasan : Diberikan dosis 3,59 mg per sekali minum, digunakan 3
x sehari.
C. Salbutamol

27
Dosis pada pustaka : Oral Anak : 1 bulan–2 tahun: 100mcg/kg (Dosis
maksimal 2 mg) 3-4 kali sehari (Sweetman et al., 2007).
Sehingga dosis menurut pustaka untuk pasien adalah:
100 mcg/kg x 11 kg = 1100 mcg.
Dosis pada resep : 1/7,5 tablet x 2 mg/tablet = 0,267 mg/75 mL atau 0,018
mg/ 5mL atau 18 mcg/5mL .
Kesimpulan : Dosis yang diberikan tidak sesuai dengan dosis yang
tercantum pada pustaka dimana dosis untuk 1 x
pemakaian under dose.
Pengatasan : Diberikan dosis 1100 mcg per sekali minum, digunakan
3 x sehari.
D. Luminal
Dosis pada pustaka : Sebagai Antikonvulsan
Dosis Pediatri Oral : 6-8 mg/kg BB (FI III, 1979) dua
kali sehari per oral. Sehingga dosis menurut pustaka
untuk pasien adalah: 6-8 mg/ kg x 11 kg = 66-88 mg
(sehari pakai)
3-4mg/kg x 11 kg= 33-44 mg (sekali pakai)
Dosis pada resep : 2 mg/5 mL (sekali pakai)
Kesimpulan : Dosis yang diberikan tidak sesuai dengan dosis yang
tercantum pada pustaka dimana dosis untuk 1 x
pemakaian under dose.
Pengatasan : Diberikan dosis 33 mg per sekali minum, digunakan 3 x
sehari.

d. Tepat Pasien
Tepat pasien dilihat dari kesesuaian bentuk sediaan obat yang diberikan dengan
umur pasien dan kondisi pasien sudah memenuhi kriteria tepat pasien.
Pemberian Cefat, Asvex, Salbutamol, dan Luminal sudah tepat karena tidak
dikontraindikasikan terhadap kondisi pasien serta pasien tidak memiliki riwayat
alergi terhadap obat-obat yang diresepkan. Bentuk sediaan obat yang diberikan
juga sudah tepat, mengingat pasien merupakan pasien pediatri yang belum bisa
menelan tablet.

e. Waspada Efek Samping

28
Efek samping yang perlu diwaspadai adalah adanya resiko terjadinya diare
sebesar 1-10% akibat penggunaan cefadroxil (Lacy et al., 2011).

4.3.1. Drug Related Problem (DRP)


Berdasarkan paparan analisa 4TIW diatas maka rangkuman masalah dalam resep
dapat dilihat pada tabel 4.

Problem DRP Keterangan Pengatasan


Medik
Batuk, Need - -
pilek Additional
disertai Drug Therapy
demam
selama 4 Unnecessary Salbutamol: Pasien tidak mengeluh Digali kembali informasi
hari. drug therapy sesak, sehingga penggunaan kepada dokter penulis resep
salbutamol (bronkodilator) perlu mengenai gejala sesak yang
dikonsultasikan kembali kepada dialami pasien. Apabila
dokter penulis resep. terdapat gejala sesak, maka
salbutamol tetap diserahkan,
namun bila tidak ada
indikasi tersebut, pemberian
salbutamol dibatalkan
dengan persetujuan dokter
Wrong Drug - -
Dose to high Cefat: Frekuensi pemberian terapi Dikonsultasikan kepada
antibiotik cefat berlebih, seharusnya dokter mengenai frekuensi
diberikan 2 kali sehari, pada resep pemberian cefadroksil
diberikan 3 kali sehari menjadi 2 kali sehari dengan
selang waktu 12 jam
Dose to low Cefat, Asvex, Salbutamol, dan Dilakukan perhitungan
Luminal: Pemberian keempat jenis dosis, seperti pada sub
obat di atas berada di bawah rentang bagian 4T1W (bagian tepat
terapi (wrong dose) dosis), sehingga pemberian
keempat obat disesuaikan
dengan dosis terapi pada
pasien.
Adverse drug - -
reaction
Drug Terdapat interaksi obat antara Sampaikan kepada dokter
Interaction salbutamol dan luminal mengenai interaksi yang
(fenobarbital) terjadi, interaksi yang
terjadi dapat dimonitor

29
tanpa penggantian obat
Inappropriate - -
adherence

4.3.2. Konsultasi dengan dokter penulis resep terkait dengan pengatasan


DPR
Dalam pelaksanaan pengatasan DRP perlu dilakukan komunikasi/konsultasi
dengan dokter untuk menanyakan pertimbangan dokter mengenai resep yang
diberikan kepada pasien.
Apoteker : “Selamat sore dok, mohon maaf mengganggu, terkait dengan data
mengenai berat badan pasien yang dokter informasikan, saya ingin
menanyakan kembali mengenai terapi yang diterima pasien”
Dokter : “Iya, ada masalah apa dengan resep tersebut?”
Apoteker : “Apakah pasien mengalami sesak nafas dok, sehingga diberikan terapi
salbutamol?”
Dokter : “Iya dik, anak tersebut mengami sesak nafas karena bronkhitis yang
dialaminya
Apoteker :“Baik dok, selanjutnya untuk dosis dari keempat obat ini, setelah saya
melakukan perhitungan sesuai literatur, ternyata keempat obat tersebut
underdose dok. Berdasarkan sediaan yang diberikan, semua komponen
dibuat menjadi 75 mL sediaan. Bagaimana nggih dok..?”
Dokter : “Baiklah, kalau begitu tolong dilakukan perhitungan dosis yang sesuai
dik”
Apoteker : “Baik dok. Kemudian terkait interaksi obat, memang ada interaksi obat
antara Luminal dan Salbutamol. Tetapi interaksinya tidak memerlukan
penggantian obat. Hanya saja perlu dimonitor dok.”
Dokter : “Baik, ada lagi yang kurang terkait terapinya dik?”
Apoteker : “Tidak dokter, terimakasih atas bantuan dokter, Selamat Sore dok.”

4.3.3. Kesimpulan Hasil Konfirmasi pada Dokter


Tabel 5. Rangkuman Diskusi dengan Dokter terkait DRP

30
No Tipe DRP Deskripsi Rencana Pengatasan Hasil
Konsultasi
Dokter
1. Unnecessar Pasien tidak Digali kembali informasi Pasien
y drug mengeluh sesak, kepada dokter penulis mengalami
therapy sehingga resep mengenai gejala sesak, sehingga
penggunaan sesak yang dialamisalbutamol
salbutamol pasien. Apabila terdapat tetap diberikan
(bronkodilator) gejala sesak, maka
perlu salbutamol tetap
dikonsultasikan diserahkan, namun bila
kembali kepada tidak ada indikasi
dokter penulis tersebut, pemberian
resep. salbutamol dibatalkan
dengan persetujuan dokter
2. Dose to Frekuensi Dikonsultasikan kepada Cefat diberikan
high pemberian terapi dokter mengenai 2 kali sehari
antibiotik cefat frekuensi pemberian
berlebih, cefadroksil menjadi 2 kali
seharusnya sehari dengan selang
diberikan 2 kali waktu 12 jam
sehari, pada resep
diberikan 3 kali
sehari
3. Dose to low Cefat, Asvex, Dilakukan perhitungan - Cefat
Salbutamol, dan dosis, seperti pada sub diberikan dalam
Luminal:Pemberian bagian 4T1W (bagian bentuk sirup
keempat jenis obat tepat dosis), sehingga kering
di atas berada di pemberian keempat obat Diberikan dosis
bawah rentang disesuaikan dengan dosis 165 mg/5mL
terapi (wrong dose) terapi pada pasien. sirup digunakan
2 x sehari.
Asvex,
salbutamol, dan
luminal dibuat
dalam
bentuk puyer.
Masing-masing
puyer
mengandung,

31
3,95 mg
Asvex, 1100
mcg,
salbutamol, dan
33 mg
luminal. Dosis
ini untuk sekali
minum
4. Drug Terdapat interaksi Sampaikan kepada dokter Dilakukan
Interaction obat antara mengenai interaksi yang Monitoring
salbutamol dan terjadi, interaksi yang interaksi kedua
luminal terjadi dapat dimonitor obat
(fenobarbital) tanpa penggantian obat

4.4. Plan
Berdasarkan hasil percakapan dengan pasien dan dilihat dari obat yang
diresepkan dokter maka diduga pasien mengalami bronchitis akut yang
ditandai dengan gejala batuk, pilek dan demam.
a. Care Plan
Terapi non Farmakologi
b. Istirahat yang cukup
c. Minum air putih yang cukup untuk mencegah dehidrasi
d. Mandi air hangat
e. Penggunaan uap air hangat dengan ataupun tanpa zat aromatik yang
mudah menguap untuk membantu mengatasi kongesti.
f. Posisi tidur diperhatikan
Terapi Farmakologi
a. Pasien diberikan terapi cefat yang mengandung sefadroksil dalam
bentuk sediaan sirup kering. Sediannya dipisahkan dari ketiga obat
lainnya.
b. Pasien diberikan asvex, salbutamol, dan luminal dalam bentuk sediaan
pulveres.

c. Implementasi Care Plan


Orang tua pasien diberikan KIE mengenai obat yang digunakan, cara
penggunaan obat, aturan pakai obat, waktu penggunaan obat, dan efek
samping obat yang mungkin terjadi serta mengenai terapi non farmakologi

32
yang dapat diberikan kepada anaknya untuk mempercepat kesembuhan
pasien. Berikut adalah KIE yang diberikan:
- Cefat dalam bentuk sediaan sirup kering, harus direkonstitusi
sebelum digunakan. Cefat dikonsumsi 2 x sehari sehabis makan
dan dikonsumsi sampai habis.
- Asvex, salbutamol, dan luminal dalam bentuk sediaan pulveres
yang terpisah masing-masing diberikan 3 x sehari sampai gejala
tidak timbul lagi.
- Memperhatikan kenyamanan anak dalam beristirahat sehingga anak
dapat istirahat yang cukup.
- Memberikan asupan air putih yang cukup untuk mencegah
dehidrasi pada anak.
- Anaknya dimandikan dengan air hangat.
- Bantuan dalam pengeluaran ingus dengan terapi penguapan air
hangat dengan ataupun tanpa penambahan zat-zat aromatik yang
mudah menguap seperti eukaliptus, sehingga dapat membantu
mengatasi kongesti.
- Posisi tidur anak diperhatikan, agar tidak menggangu jalur
pernafasannya.

V. Compounding
Apabila resep obat telah dikonsultasikan kepada dokter serta obat yang
diperlukan tersedia pada apotek, maka selanjutnya dilakukan proses penyiapan
obat dan peracikan obat. Pada resep ini dilakukan perubahan bentuk sediaan,
dimana Cefat diberikan dalam bentuk sirup kering sedangkan asvex, salbutamol,
dan luminal masing- masing dibuat dalam bentuk puyer.
5.1 Perhitungan bahan
a. Sirup Kering Cefat 125 mg/5mL
Dosis yang dibutuhkan untuk sekali minum adalah 165 mg, diberikan 2
kali sehari, sehingga untuk terapi 1 hari dibutuhkan 330 mg Cefat. Sediaan
yang ada dipasaran adalah 125 mg/5mL
165mg
Sekali minum = 125mg/5mL

= 6,6 mL

33
Karena dipasaran tersedia sediaan cefat dengan dosis 125 mg/5 mL maka
sediaan diberikan 2 kali sehari 1 ½ sendok teh. Sehingga dosis sehari yang
diberikan adalah :
Diketahui :
1 ½ sendok teh = 7,5 mL
sediaan 125 mg/5mL = 1 mL sediaan mengandung 25 mg cefadroksil.
Sehingga :
Dosis sehari = (7,5 mL x 25 mg) x 2
= 375 mg
Dosis maksimum cefat sehari untuk anak-anak adalah 2 g, sehingga
pemberian 7,5 mL cevat dry sirup dua kali sehari masih bisa diberikan.
Pemberian antibiotik pada anak – anak yang ditunjukkan sebagai eradikasi
untuk penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab
infeksi dapat diberikan selama 2 - 3 hari (Depkes RI, 2011), sehingga untuk
terapi antibiotik empiris diberikan selama 3 hari. Sedian cefat yang beredar di
pasaran adalah dengan volume 60 mL perbotol sehingga untuk 3 hari
pemberian dibutuhkan :
375mg x 3 hari
mL yang diperlukan = 125mg/5mL

=
= 45 mL unruk 3hari pemberian
Dengan kata lain sediaan cefat 60 mL dapat mencukupi kebutuhan selama 3
hari terapi.

b. Pulveres
- Pulveres Asvex
Dosis sekali pakai adalah 3,59 mg, terapi diberikan sehari 3 kali selama 5 hari,
sehingga jumlah asvex yang diperlukan untuk 5 hari adalah :
Perhitungan = 3,59 mg x 3 x 5
= 53,85 mg

34
Sediaan Asvex yang beredar dalam bentuk tablet dengan potensi 33,21
mg/tablet. Sehingga jumlah tablet yang dibutuhkan adalah :
Jumlah tabet = 53,85 mg : 33,21 mg/tablet
= 1,62 tablet
Diperkirakan bobot tablet asvex dipasaran adalah 300 mg sehingga diperlukan
487 mg serbuk asvex. Untuk memperoleh 486 mg serbuk asvex, maka diambil
2 tablet asvex. Kemudian masing-masing tablet ditimbang. Tablet digerus lalu
timbang hasil gerusan yang setara dengan 53,9 mg tipepidine hibenzate (600
mg/66,42 mg x 53,9 mg = 487 mg serbuk).
Jumlah saccarum laktis yang dibutuhkan jika bobot 1 bungkus sediaan yang
diinginkan 200 mg adalah :
Saccarum laktis = (15 x 200 mg) – 487 mg
= 2513 mg saccarum laktis

- Pulveres Salbutamol
Dosis sekali pakai adalah 1,1 mg, terapi diberikan sehari 3 kali selama 5 hari,
sehingga jumlah salbutamol yang diperlukan adalah :
Perhitungan Salbutamol = 1,1 mg x 3 x 5
= 16,5 mg
Sediaan Salbutamol yang beredar dalam bentuk tablet dengan potensi 2
mg/tablet. Sehingga jumlah tablet yang dibutuhkan adalah :
Jumlah tablet = 16,5 mg : 2 mg/tablet
= 8,25 tablet
Diperkirakan bobot tablet salbutamol dipasaran adalah 300 mg sehingga
diperlukan 1650 mg serbuk salbutamol. Untuk memperoleh 1650 mg serbuk
salbutamol, maka diambil 9 tablet salbutamol. Kemudian masing-masing tablet
ditimbang. Tabet kemudian digerus, lalu timbang hasil gerusan yang setara
dengan 16,5 mg salbutamol (1800 mg/18 mg x 16,5 mg = 1650 mg serbuk).
Jumlah saccarum laktis yang dibutuhkan jika bobot 1 bungkus sediaan yang
diinginkan 200 mg adalah :
Saccarum laktis = (15 x 200 mg) – 1650 mg

35
= 1350 mg saccarum laktis
- Pulveres Luminal
Dosis sekali pakai adalah 33 mg, terapi diberikan sehari 2 kali selama 5 hari,
sehingga jumlah luminal yang diperlukan adalah :
Perhitungan Luminal = 33 mg x 2 x 5
= 330 mg
Sediaan Luminal yang beredar dalam bentuk tablet dengan potensi 30 mg.
Sehingga jumlah tablet yang dibutuhkan adalah :
Perhitungan Luminal = 330 mg : 30 mg/tablet
= 11 tablet
Diperkirakan bobot tablet luminal dipasaran adalah 200 mg sehingga
diperlukan 2200 mg serbuk luminal. Untuk memperoleh 2200 mg serbuk
luminal, maka diambil 11 tablet luminal. Kemudian masing-masing tablet
ditimbang. Tabet kemudian digerus, lalu timbang hasil gerusan yang setara
dengan 330 mg Phenobarbital (2200 mg/330 mg x 330 mg = 2200 mg serbuk).
Jumlah saccarum laktis yang dibutuhkan jika bobot 1 bungkus sediaan yang
diinginkan 200 mg adalah :

Saccarum laktis = (15 x 200 mg) – 2200 mg


= 800 mg saccarum laktis

5.2 Peracikan sediaan


a. Cefat (Sirup Kering)
1) Dibuka tutup botol sirup kering Cefat
2) Dimasukkan air matang dengan volume kurang lebih sebanyak
setengah volume dari tanda batas pada botol yaitu 30 mL
3) Botol ditutup, kemudian digojog hingga seluruh serbuk terdispersi
merata
4) Selanjutnya ditambahkan air matang hingga tanda batas pada botol
(sampai dengan 60 mL)
5) Digojog kembali hingga seluruhnya terdispersi merata

36
b. Pulveres (Asvex, salbutamol, dan Luminal)
- Pulveres Asvex
1) Diambil sebanyak 2 tablet asvex terlebih dahulu
2) Masing-masing tablet ditimbang satu per satu untuk mengetahui bobot
tablet
3) Tablet digerus pada mortir kaca sehingga menghasilkan serbuk halus.
4) Ditimbang sejumlah serbuk yang diperlukan
5) Ditambahkan saccharum lactis sesuai kebutuhan dan digerus hingga
homogen
6) Campuran tersebut diletakkan di atas kertas perkamen dan dibagi
menjadi 15 bagian secara visual
7) Sediaan yang telah dibungkus perkamen dimasukkan ke dalam klip
plastik
8) Kemudian diberi etiket
- Pulveres Salbutamol
1) Diambil sebanyak 9 tablet salbutamol terlebih dahulu
2) Masing-masing tablet ditimbang satu per satu untuk mengetahui bobot
tablet
3) Tablet digerus pada mortir kaca sehingga menghasilkan serbuk halus.
4) Ditimbang sejumlah serbuk yang diperlukan
5) Ditambahkan saccharum lactis sesuai kebutuhan dan digerus hingga
homogen
6) Campuran tersebut diletakkan di atas kertas perkamen dan dibagi
menjadi 15 secara visual
7) Sediaan yang telah dibungkus perkamen dimasukkan ke dalam klip
plastik
8) Kemudian diberi etiket
- Pulveres Luminal
1) Diambil sebanyak 11 tablet luminal terlebih dahulu
2) Masing-masing tablet ditimbang satu per satu untuk mengetahui bobot
tablet

37
3) Tablet digerus pada mortir kaca sehingga menghasilkan serbuk halus.
4) Ditimbang sejumlah serbuk yang diperlukan
5) Ditambahkan saccharum lactis sesuai kebutuhan dan digerus hingga
homogen
6) Serbuk dibagi menjadi 15 bagian dengan metode penimbangan.
(luminal memiliki indeks terapi sempit sehingga pembagiannya harus
dilakukan dengan penimbangan).
7) Sediaan yang telah dibungkus perkamen dimasukkan ke dalam klip
plastik
8) Kemudian diberi etiket dan label

5.3 Pengemasan
a. Cefat
Setelah direkonstitusi, sediaan dikemas kembali dalam box yang sudah
disediakan dari pabrik (kemasan sekunder)
b. Pulveres
1) Kertas perkamen diletak di atas permukaan yang rata. Lipat kira-kira
0,5 inchi ke arah pelipat
2) Serbuk yang telah homogen diletakkan di atas kertas perkamen
tersebut. Kertas dilipat satu kali mengarah ke seberang pelipat
3) Sisi panjang yang belum dilipat ke atas ditarik dan diletakkan pada
garis lipatan pertama
4) Lipatan dipegang dan ditekan sampai menyentuh dasar kertas
5) Kertas yang telah terlipat memanjang diambil dengan hati-hati dan
lipatan menghadap ke atas. Lipat bagian ujung kertas dan masukkan ke
dalam rongga yang terbentuk
Cara pembungkusan :

38
5.5 Pelabelan
a. Cefat (Sirup Kering)

5.3 Pelabelan dan Etiket


a. Dry sirup Cevat

APOTEK SARI FARMA


Jln. TukadBilok No 40 Denpasar
Apoteker :Sariasih, S. farm., Apt
SIPA : 448/19.22/3333/2014

No :02 Tgl: 24/09/2014


Namapasien : An. Putu
Umur : 15 bulan

Sirup Kering
Diminum 2 x sehari 1 1/2 sendok teh
Pada pukul 8 pagi dan 8 malam
Setelah Makan
KOCOK DAHULU
TTD apoteker

b. Pulveres Asvex
APOTEK SARI FARMA
Jln. TukadBilok No 40 Denpasar
Apoteker :Sariasih, S. farm., Apt
SIPA : 448/19.22/3333/2014

No :02 Tgl: 24/09/2014


Namapasien : An. Putu
Umur : 15 bulan

Pulveres Asvex 39
Diminum 3 x sehari 1 bungkus setelah makan
Pada pukul 8 pagi, 2 siang, dan 8 malam

TTD apoteker
c. Pulveres Salbutamol

APOTEK SARI FARMA


Jln. TukadBilok No 40 Denpasar
Apoteker :Sariasih, S. farm., Apt
SIPA : 448/19.22/3333/2014

No :02 Tgl: 24/09/2014


Namapasien : An. Putu
Umur : 15 bulan

Pulveres Salbutamol
Diminum 3 x sehari 1 bungkus setelah makan
Pada pukul 8 pagi, 2 siang, dan 8 malam
d. Pulveres Luminal

APOTEK SARI FARMA TTD apoteker


Jln. TukadBilok No 40 Denpasar
Apoteker :Sariasih, S. farm., Apt
SIPA : 448/19.22/3333/2014

No :02 Tgl: 24/09/2014


Namapasien : An. Putu
Umur : 15 bulan

Pulveres Luminal
\ Diminum 2 x sehari 1 bungkus setelah makan
Pada pukul 8 pagi, dan 8 malam

Label untuk pulveres luminal : TTD apoteker

TIDAK BISA DIULANG TANPA RESEP DOKTER

VI. Dispensing dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)


Penyerahan obat dalam resep kepada pasien disertai dengan pemberian
KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi). Penyerahan obat dan KIE
bertujuan untuk mengoptimalkan terapi pada pasien. Pada penyerahan obat
dan KIE disampaikan mengenai cara penggunaan obat, jangka waktu

40
penggunaan obat, efek samping yang mungkin muncul, dan beberapa hal yang
perlu dilakukan oleh pasien mencakup pelaksanaan terapi non farmakologi.
Penyerahan obat dan KIE kepada pasien meliputi:

1. Terapi Farmakologi
Waktu Pemberian Obat
Nama Pagi Siang Malam
Obat Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah
makan makan makan makan makan makan
5 mL pada 6 mL pada
Cefat - pukul 8 - - - pukul 8
pagi malam
1 bungkus 1 bungkus
1 bungkus
Puyer pada pada
- pada pukul -
asvex pukul 2 pukul 8
8 pagi
siang malam
1 bungkus 1 bungkus
1 bungkus
Puyer pada pada
- pada pukul - -
salbutamol pukul 2 pukul 8
8 pagi
siang malam
1 bungkus 1 bungkus
1 bungkus
Puyer pada pada
- pada pukul - -
luminal pukul 2 pukul 8
8 pagi
siang malam

 Cefat
- Indikasi: mengobati infeksi yang menyebabkan bronchitis pada pasien

41
- Cara penggunaan: diminum
- Aturan pakai: 2 kali sehari (setiap 12 jam) 5 mL
- Waktu pemberian: sesudah makan
- Lama pengobatan: 3 hari
- Penyimpanan: obat disimpan pada suhu kamar dan terhindar dari
matahari. Jangan gunakan obat 14 hari setelah diserahkan oleh
apoteker.

- Efek samping: diare


- Cara mengatasi ESO: minum yogurt
 Puyer
- Indikasi: meredakan batuk, sesak, dan keluhan sulit tidur pada pasien
- Cara penggunaan: diminum dengan air putih
- Aturan pakai: 3 kali sehari 1 bungkus
- Waktu pemberian: 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan
- Lama pengobatan: dapat dihentikan bila gejala sudah hilang
- Penyimpanan: obat disimpan pada suhu kamar dan terhindar dari
matahari

2. Terapi non farmakologi


 Mandi air hangat
Selain tetap menjaga kebersihan tubuh anak meskipun sedang sakit,
mandi dengan air hangat dapat meningkatkan kelembaban udara dan
meringankan batuk.
 Banyak minum air
Dengan cara ini anak terhindar dari dehidrasi, mencegah agar
tenggorokan tidak kering, serta dahak lebih encer sehingga mudah
dikeluarkan.
 Posisi tidur
Gunakan bantal yang lebih tinggi pada saat tidur dan usahakan posisi
tidur terlentang untuk membantu melegakan hidung yang tersumbat.
 Membantu mengeluarkan ingus
Anak usia 15 bulan belum dapat mengeluarkan ingusnya sendiri,
sehingga diperlukan bantuan orang tua. Oleh karena itu, setiap ingus
yang keluar dibersihkan dengan tisu dan saputangan, tekan-tekan
dengan lembut batang hidung anak (jangan terlalu keras), dimana
tekanan lembut ini dapat membantu mengeluarkan ingus. Untuk bekas

42
ingus yang mengering di sekitar lubang hidung, gunakan cutton bud
basah untuk menghilangkan ingus yang mengering.
 Penguapan air hangat dengan ataupun tanpa penambahan zat-zat
aromatik yang mudah menguap seperti eukaliptus, sehingga dapat
membantu mengatasi kongesti.

Berikut percakapan yang dilakukan apoteker dengan pasien untuk


memberi komunikasi, informasi, dan edukasi berkaitan dengan terapi
bagi pasien:
Apoteker : “Dengan Putu, silakan.”
Pasien : “Iya.”
Apoteker : “Maaf telah lama menunggu bu, ini obatnya sudah siap.
Anak ibu mendapatkan 2 jenis obat, 1 obat cair dan 1
puyer.”
Pasien : “Iya mbak.”
Apoteker : “Obat cair atau sirup ini antibiotik buat anak ibu.
Antibiotiknya diberikan 2 kali sehari ya bu, setiap 12 jam
sesudah makan. Obat antibiotik ini diminum selama 3 hari
atau sampai habis bu. Obat ini dapat disimpan di lemari es
dan jangan digunakan 14 hari setelah diracik. Setelah obat
ini habis, ibu dapat mengajak anak ibu untuk kembali
kontrol ke dokter ya bu.”
Pasien : “Oke mbak.”
Apoteker : “Obat yang kedua ini puyer bu, digunakan untuk mengobati
gejala batuk dan sesak anak ibu. Puyer ini diminum 3 kali
sehari dengan dicampur air ya bu. Diminum 1 jam sebelum
makan atau 2 jam sesudah makan. Jika gejala batuk dan
sesak anak ibu sudah hilang, obat ini bisa dihentikan
pemakaiannya bu.”
Pasien : “Iya mbak.”

43
Apoteker : “Apakah ada yang kurang jelas atau ada yang ingin
ditanyakan bu?”
Pasien : “Tidak mbak, saya rasa sudah jelas.”
Apoteker : “Baik bu. Oh iya bu, jika terjadi diare pada anak ibu, ibu
dapat memberikan yogurt untuk mengatasinya. Jangan lupa
untuk mengajak anak ibu kontrol kembali ke dokter setelah
3 hari ya bu. Saya juga sudah menuliskan aturan pakai
obatnya di kemasan bu, tapi jika nanti ada yang ingin ibu
tanyakan ibu dapat menghubungi saya di (0361) 987654.
Terima kasih atas waktunya bu, semoga anak ibu lekas
sembuh ya bu.”
Pasien : “Baik, terima kasih banyak ya mbak.”

VII. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi harus tetap dilakukan terhadap kondisi dari
pasien yang bertujuan untuk memantau apakah pengobatan yang disarankan telah
dilakukan dengan baik oleh pasien. Monitoring juga dilakukan untuk mengetahui
kondisi kesehatan dari pasien setelah menggunakan obat tersebut, apakah obat
yang diberikan memberikan efek yang signifikan, tidak memberikan efek, atau
menimbulkan efek yang merugikan (Adverse Drug Reaction). Monitoring akan
sangat membantu untuk melakukan penanganan lebih lanjut kepada pasien dan
meningkatkan kualitas kesehatan pasien. Monitoring dan evaluasi yang dapat
dilakukan terhadap pasien adalah :
1. Memantau kepatuhan pasien terhadap obat.
2. Memonitoring efek samping obat pada pasien.
3. Melayani segala informasi yang dibutuhkan pasien pasca obat tersebut
diberikan.
4. Menginformasikan hari kontrol pasien 2-3 hari sebelumnya.
5. Mendokumentasikan riwayat pengobatan pasien (Patient Medication
Record).
- Kepatuhan pasien
Kepatuhan pasien dimonitoring dengan menanyakan kepada orang tua pasien
mengenai penggunaan obat yang diberikan kepada pasien, apakah orang tua

44
pasien telah memberikan obat kepada pasien sesuai dengan aturan pakainya
atau tidak.
- Efektivitas Terapi
Kondisi klinik :
 Monitoring efektivitas terapi dapat dilakukan dengan melihat kondisi gejala
penyakit pasien apakah sudah membaik, atau dengan menanyakan masih atau
tidaknya demam, batuk, dan flu yang dialami pasien.
Monitoring efek sedasi yang dialami pasien.
- Monitoring efek sampig Obat
Monitoring efek samping terapi dapat dilakukan dengan menanyakan ada atau
tidaknya gejala-gejala yang ditimbulkan akibat pengkonsumsian obat cefat
yang diberikan, seperti diare.

DAFTAR PUSTAKA

45
Chalker, J. 2012. Managing for Rational Medicine Use. In: MDS-3: Managing
Access Medicines and Health Technologies. Arlington, VA: Management
Sciences for Health Inc.

Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Salura


Pernapasan. Jakarta: Depkes RI.

Dipiro, Joseph T. Robert L. Talber, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G.


Wells, L. Michael Posey. 2005. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach, 7th Edition. USA: The Mc-Graw-Hill Companies, Inc.

Knutson, D. and Braun, C. 2002. Diagnosis and Management of Acute Bronchitis.


Columbus: Ohio State Univesity School of Medicine and Public Health

Lacy, C. F., L. L. Amstrong, M. P. Goldman, L. L. Lance. 2011. DruG


Information Handbook 20th Edition. America: Lexicomp.

MenKes RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia
MIMS online. 2014. [serial on line] Available at: htp:/www.mims.com.

Snellman, L., Adams, W., Anderson, G. 2003. Health Care Guideline Diagnosis
and Treatment of Respiratory Illness inChildren and Adults. USA: Institute
for Clinical Systems Improvement

Swetman, S. 209. Martindale: The Complete Drug Reference, 36th Editon.


London: The Pharmaceuticals Pres.

Watanabe, H., and Murao, S. 2013. Acute Confosional State Caused by Tipepidine
Hibenzanate. Jounal of Medical Cases

46
Lampiran 1. Patient Medication Record (PMR)

UNIVERSAL MEDICATION FORM


(Fold this form and keep it in your wallet or purse)

Data form started : September 2014


Retail Pharmacy Name/Phone : Himafarm Farma / 0361- 9112883
Pharmacist Name : Sariasih, S. farm., Apt
SIPA : 448/19.22/3333/2014

A. Patient Information
Name Putu
Birth Date - (Umur 15 bulan)
Address Jl Seroja No 15 Denpasar
Occupation -
Phone Number -
B. Immunization Record
Type of Type of
Date Date
Immunization Immunization
Flu vaccine - BCG -
Pneumonia vaccine - DPT -
Tetanus - Another
C. Information of Allergic Patient
Allergic To/Describe Reaction
-

List all medicines you are currently taking : Prescription and over-the
counter medications (examples: aspirin, antacids) and herbals (examples:
ginseng, gingko). Include medication taken as needed (example:
nitroglycerin).
Name of
Medication/ Date
Date Started Reason for Taking
dose/frequen Stopped
cy
Cefat
(Cefadroxil Mengobati infeksi yang
125mg/5mL). menyebabkan bronchitis pada
28-9-2014 Diminum 2x 30-9-2014 pasien
sehari 6 mL
sesudah
makan
28-9-2014 Puyer Asvex Bila gejala Meredakan batuk, sesak, dan
(mengandung batuk, flu, keluhan sulit tidur pada
3,95 mg dan sesak pasien
asvex), puyer

47
salbutamol
(mengandung
1100 mcg,
Salbutamol),
dan puyer
luminal
(mengandung hilang
33 mg
luminal.).
Diminum 3x
sehari 1
bungkus
sebelum
makan.
( List any medical condition you have on the back of this form)

48

Anda mungkin juga menyukai