Anda di halaman 1dari 14

NAMA : LATHIFATUL HIKMAH

KELAS : 4B S1 FARMASI
NPM : F420185055
MATKUL : FARMASI KLINIK

SOAL
1. Tuliska skrining resep
2. Jelaskan analisa resep dengan metode SOAP
3. Jelaskan analisa DRP terhadap kasus resep beserta efek farmakologinya
4. Tuliska evaluasi dan saran pada analisa kasus resep

KASUS 1

Kudus, 10 September 2020

R/ Amoxycillin tab 500 No XV


S.3 dd tab 1
R/ Mefinal tab mg 500 No.X
S. 3 dd tab 1
R/ Cataflam 25
S 2 dd tab 1

Pro : Ny. Yulia


Umur : 40 tahun
TTD
Anamnesa

 Ny. Yulia (pasien 40th) datang kedokter dan memeriksakan giginya kemudian
dicabut, terdapat luka namun tidak terlalu banyak.
 Beberapa hari kemudian setelah menggunakan obat Ny. Yulia mengalami
gangguan lambung. Karena pasien menganggap antibiotik harus diminum rutin
sampai habis, maka Ny. Yulia melanjutkan pemakaian obat dan lambunya Ny.
Yulia semakin sakit. Sehingga nyonya Yulia konsultasi kepada apoteker.

1. Skrining Resep
a. Kelengkapan Resep (administratif)

PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter: √
1 Nama dokter √
2 SIP dokter √
3 Alamat dokter √
4 Nomor telepon √
5 Tempat dan tanggal penulisan  √
resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep  √
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat    √
8 Kekuatan obat  √
9 Jumlah obat  √
Signatura
10 Nama pasien    √
11 Jenis kelamin    √
12 Umur pasien    √
13 Barat badan  √
14 Alamat pasien    √
15 Aturan pakai obat    √
16 Iter/tanda lain  √
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter  √

Kesimpulan:
Resep tersebutTidak lengkap. Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan
informasi mengenai identitas dokter, alamat pasien, dan berat badan pasien.

Cara pengatasan Alamat dan berat badan pasien dapat ditanyakan langsung kepada
pasien/keluarga pasien.

b. Kesesuaian Farmasetis

No Kriteria Permasalahan Pengatasan


1 Bentuk sediaan - Sesuai
2 Stabilitas obat - Sesuai
3 Inkompatibiltas - Sesuai
4 Cara pemberian - Sesuai
5 Jumlah dan aturan pakai - Sesuai

2. Analisis Resep dengan metode SOAP


a. Subjektif
1) RP : Sakit gigi, nyeri lambung
2) RO : amoxicillin tab 500mg, mefinal tab 500mg, cataflam 25mg
b. Objektif
-
c. Assesment
 Pemberian obat amoxicillin sudah tepat dengan cara pakai 3 kali sehari 1
tab
 Pemberian asam mefenamat/mefinal sudah tepat dengan cara pakai 3 kali
sehari 1 tablet
 Pasien mengalami nyeri lambung- belum diatasi- perlu diatasi
 Direkomendasikan untuk penambahan obat antasida atau obat untuk
tukak lambung.

d. Plan
 Cataflam sebaiknya diminum jika perlu.
 Penambahan obat antasida atau nyeri lambung missal polysilane tablet
diminum sebelum makan atau spasminal diminum jika perlu.

3. DRP
a. Indikasi tanpa obat
Pasien mengeluhkan nyeri lambung dan tidak mendapatkan obat antasida
dan semacamnya
b. Obat tanpa indikasi
Tidak ditemukan obat tanpa indikasi
c. Ketidaktepatan pemilihan obat
Tidak ditemukan ketidaktepatan pemilihan obat
d. Dosis obat kurang atau berlebih
Dosis obat berlebih karena sudah minum mefinal 500 mg dan cataflam 25
mg secara bersamaan.
e. Interaksi obat
Amoxicillin – mefinal = tidak ada
Amoxicillin – cataflam = tidak ada
Mefinal – cataflam = keduanya akan meningkatkan antikoagulasi
dan meningkatkan kalium serum.
f. Efek samping obat
Mengantuk, nyeri perut
4. Evaluasi dan Saran
 Penggunaan obat sudah benar kalau amoxycillin diminum sampai habis.
 Saran : Sebaiknya makan makanan yang lunak, lebih rajin menggosok gigi dan
menjaga kesehatan gigi. Minum obat antasida atau obat untuk tukak lambung1
jam sebelum makan dan minum obat dari dokter 1 jam setelah makan. Tidak
meminum mefinal dan catflam secara bersamaan

KASUS 2

Kudus, 17 September 2020

R/ Metformin 500        XLV
S. 3 dd 1
R/ Glibenklamide 5     XV
S. 1 dd 1
R/ Captopril 50           XLV
S. 3 dd 1
R/  furosemid               X
S. ½ - 0 – 0
R/ Amlodipin 5            XV
S. 1 dd 1
R/ Voltadex 50    XXX
S. 0 – 0 – 1
Pro : Ny Ina
Umur : 56 th

Ttd

Anamnesa
Pasien dinyatakan mengalami diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterolemia,
ostheoartritis, dan sindrom dispepsia.
1. Skrinig Resep
a. Kelengkapan resep (administratif)
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter: √
1 Nama dokter √
2 SIP dokter √
3 Alamat dokter √
4 Nomor telepon √
5 Tempat dan tanggal penulisan resep  √
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep  √
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat    √
8 Kekuatan obat  √
9 Jumlah obat  √
Signatura
10 Nama pasien    √
11 Jenis kelamin    √
12 Umur pasien    √
13 Barat badan  √
14 Alamat pasien    √
15 Aturan pakai obat    √
16 Iter/tanda lain  √
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter  √
Kesimpulan:
Resep tersebutTidak lengkap
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai identitas
dokter, alamat pasien, dan berat badan pasien.
Cara pengatasan : Alamat dan berat badan pasien dapat ditanyakan langsung
kepada pasien/keluarga pasien.

b. Kesesuaian Farmasetis
No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk sediaan - Sesuai
2 Stabilitas obat - Sesuai
3 Inkompatibiltas - Sesuai
4 Cara pemberian - Sesuai
5 Jumlah dan aturan pakai - Sesuai

2. Analisis Resep dengan metode SOAP


a. Subjektif
1) RP : mengalami diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterolemia,
ostheoartritis, dan sindrom dispepsia
3) RO : -

b. Data Objektif
-
c. Assessment
1) Kombinasi metformin dan glibenclamid pada pasien kasus pasien
diagnosa lain berupa hipertensi diperbolehkan. Dosis kedua obat
tersebut masih aman. Dimana dosis maksimum keduanya adalah
20mg/hari untuk glibenclamis dan 2000mg/hari untuk metformin
500mg.
2) Kombinasi obat antihipertensi ketiga obat terbeut diperbolehkan. Dosis
furosemide merupakan dosis terendah yaitu 20mg dengan waktu
pemberian yang tepat yaitu pagi hari. Sedangkan dosis captopril
diberikan dosis maksimum yaitu 150mg/hari dalam dosis terbagi 3.
Sedangkan amlodipine yang diberikan adalah dosis menengah yaitu 5
mg/hari, lazimnya 2,5-10mg/hari.
3) Voltadex/ natrium diclofenac untuk mengobati gejala nyeri akibat
osteoarthritis. Diklofenak diberikan dalam dosis tunggal pada malam
hari sebesar 50mg
4) Dalam kasus ini pasien telah di diagnose sindrom dyspepsia
mendapatkan terapi AINS yang dapat memperparah penyakit dan tidak
mendapatkan obat untuk indikasi ini.
5) Dalam kasus ini pasien di diagnose hiperkolesterolemia dan tidak
mendapatkan obat untuk penanganan penyakit ini.

d. Plan
1) Dosis captopril sebaiknya dikurangi dan diminum 1 jam sebelum
makan untuk menghindari interaksi dengan makanan..
2) Voltadex bisa diganti dengan antinyeri lainnya misalnya meloxicam
7,5 mg diminum sehari 1 tab pada malam hari, karena diklofenak akan
memperparah sindrom dyspepsia atau bisa juga penambahan obat
antasida atau obat untuk nyeri lambung lainnya.
3) Penambahan simvastatin 10mg untuk penanganan hiperkolesterolemia
diminum sehari sekali 1 tablet pada malam hari sebelum tidur.

3. DRP
a. Indikasi tanpa obat
Pasien didiagnosa sindrom dyspepsia tidak mendapatkan obat untuk
indikasi tersebut
Pasien didiagnosa hiperkolesterolemia tidak mendapatkan obat untuk
indikasi tersebut
b. Obat tanpa indikasi
Tidak ditemukan obat tanpa indikasi
c. Ketidaktepatan pemilihan obat
Ketidaktepatan pemilihan obat untuk hipertensi dengan kombinasi
furosemide, captopril 50 mg dan amlodipine 5mg.
Ketidaktepatan pada pemilihan obat untuk osteoarthritis yaitu natrium
diklofenac karena pasien mengalami sindrom dyspepsia.
d. Dosis obat kurang atau berlebih
Dosis obat berlebih karena sudah minum captopril dengan dosis maksimal,
furosemide dan amlodipine 5mg akan menyebabkan hipotensi pada pasien.
e. Interaksi obat
1) Amlodipine dan captopril jika digunakan bersma sama akan cenderung
berinteraksi menyebabkan efek hipotensif, ACE inhibor juga akan
bekerja pada system kanal kalsium, meski tidak secara langsung,
begitupun dengan furosemide akan mengalami diuresis.
2) Captopril berinteraksi dengan makanan dan meyebabkan absorbs
captopril menurun.
f. Efek samping obat
Iritasi lambung (diclofenac), mual, muntah, diare (metformin dan
glibenclamid) diuresis (furosemide).

4. Evaluasi dan Saran

Evaluasi : pemberian obat kurang tepat pada hipertensi dan tidak ada penanganan
pada indikasi sindrom dyspepsia dan hiperkolesterolemia

Saran : pasien harus melakukan terapi non farmakologi berupa diet makanan rendah
karbohidrat, lemak, dan garam. Serta menghindari konsumsi rokok dan alkohol,
olahraga ringan secara teratur sangat dianjurkan.
KASUS 3

Kudus, 7 September 2020

R/ Furosemid XV
S. 1-0-0
R/ Aspilet XV
S. 1 d d 1
R/ ISDN XV
S. 1 d d 1
R/ Lorazepam 2 XV
S. 0-0-1
R/ Ranitidin XXX
S. 2 d d 1
R/ Omeprazol X
S. 2 dd 1
R/   Ketorolac XLV
S 3 dd 1
R/  FA XLV
S 3 dd 1

Pro : Tn Amir
Umur : 60 th
TTD

Anamnesa
Pasien mengeluh sering merasakan sesak nafas, nyeri dada, dan nyeri lambung.
1. Skrinig Resep
a. Kelengkapan resep (administrasi)

PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter: √
1 Nama dokter √
2 SIP dokter √
3 Alamat dokter √
4 Nomor telepon √
5 Tempat dan tanggal penulisan resep  √
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep  √
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat    √
8 Kekuatan obat  √
9 Jumlah obat  √
Signatura
10 Nama pasien    √
11 Jenis kelamin    √
12 Umur pasien    √
13 Barat badan  √
14 Alamat pasien    √
15 Aturan pakai obat    √
16 Iter/tanda lain  √
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter  √
Kesimpulan:
Resep tersebutTidak lengkap
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai identitas
dokter, alamat pasien, dan berat badan pasien.
Cara pengatasan: Alamat dan berat badan pasien dapat ditanyakan langsung
kepada pasien/keluarga pasien.

b. Kesesuaian Farmasetis
No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk sediaan - Sesuai
2 Stabilitas obat - Sesuai
3 Inkompatibiltas - Sesuai
4 Cara pemberian - Sesuai
5 Jumlah dan aturan pakai - Sesuai

2. Analisis Resep dengan metode SOAP


a. Subjektif
1) RP : paseien mengalami sesak nafas, nyeri dada, dan nyeri
lambung
2) RO : -

b. Data Objektif
-
c. Assessment
1) Furosemid merupakan merupakan golongan obat diuretik yang sering
digunakan dalam penanganan kasus hipertensi, namun dalam kasus ini
pasien menyatakan tidak menderita hipertensi.
2) Berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh pasien menyatakan sering
sesak nafas, nyeri dada dan nyeri ulu hati. Keluhan sesak nafas dan
nyeri dada sering menjadi indikator adanya gangguan jantung. Adanya
dugaan gangguan jantung ini didukung oleh adanya obat ISDN dan
furosemid dalam resep dokter tersebut.
3) Aspilet merupakan AINS, yang memiliki efek lain sebagai antiplatelet,
dan sebagai antiinflamasi nonselektif, aspilet dapat menginduksi
terjadinya ulkus peptikum, karena adanya penghambatan pembentukan
prostaglandin yang berperan dalam melindungi dinding lambung.
Begitu pun dengan ketorolac. Dalam kasus ini pasien telah mengeluh
nyeri lambung. Maka pemberian aspilet dalam kasus ini kurang tepat,
karena aspilet dapat memperparah kondisi lambungnya, terlebih
dengan adanya efek antiplatelet obat tersebut, dapat memungkinkan
terjadinya pendarahan lambung, apalagi penggunaannya bersamaan
dengan ketorolac yang semakin meningkatkan resiko nyeri dan
pendarahan lambung.
d. Plan
1) Diberikan obat nyeri lambung lainnya yang tidak memperparah
lambung si pasien misalnya buscopan
2) Penggunaan ISDN lebih baik tidak diberikan

3. DRP
a. Indikasi tanpa obat
Tidak ditemukan indikasi tanpa obat
b. Obat tanpa indikasi
Terdapat obat tanpa indikasi yaitu pasien tidak mengeluhkan adanya
pengguaan ranitidine dan omeprazole
c. Ketidaktepatan pemilihan obat
Ketidaktepatan pemilihan obat pada aspilet dan ketorolac secara
bersamaan karena dapat memperparah keadaan lambung si pasien.
d. Dosis obat kurang atau berlebih
-
e. Interaksi obat
1) Furosemide dapat berinteraksi dengan diazepam (ansiolitik dan
hipnotik), interaksi ini memungkinkan terjadinya efek hipotensif.
Namun dalam kasus ini kemungkinan tersebut telah dapat dianulir,
karena furosemid dikonsumsi pagi hari, sedangkan diazepam malam
hari menjelang tidur.
2) Aspilet, berpeluang interaksi dengan alkali urin dan antasida, dalam
kasus ini pasien juga menerima terapi antasida yang merupakan salah
satu alkali. Antasida dan alkali lainnya akan mempercepat ekskresi
aspilet
3) Aspilet dan ketorolac akan meningkatkan resiko pendarahan
(meningkatkan efek antikoagulan) (BNF)
4) Efek samping obat
Pendarahan pada lambung disebabkan penggunaan aspilets dan
ketorolac, diuresis akibar penggunaan furosemide

4. Evaluasi dan Saran


a. Penggunaan ketorolac, sebaiknya dihindari, dari keluhan pasien, tidak ada
keluhan yang mengindikasikan perlunya penggunaan obat tersebut,
disamping kemungkinan interaksinya dengan aspilet, dapat meningkatkan
resiko perdarahan.
b. Pasien juga tidak mengungkapkan keluhan yang mengindikasikan
perlunya penggunaan ranitidine dan omeprazole, sehingga kedua obat
tersebut tidak perlu digunakan
c. Pasien dianjurkan untuk tidak makan makanan yang pedas terleih dahulu,
tidak merokok, olahraga rutin, tidak merokok, tidak makan makanan yg
asin terlebih dahulu karena biasa menyebabkan adanya indikasi hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai