Anda di halaman 1dari 65

Lampiran 2.

Skrining Resep
RESEP 1

dr. XXXXXX,SpOG
Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan

PRAKTEK:
Jln. XXXXXX
Telp. XXXX

GLOWONG, 30/01/18

R/ Blesifen 50 mg XXX
S 1 dd II

R/ Folamef XXX
S 1 dd I

R/ Metformin 500 mg XXX


S 2 dd I

PRO : Ny. R
UMUR :
ALAMAT :
Skrining resep:
1. Skrining Administratif
Pada Resep
No. URAIAN
Ada Tidak Ada
INSCRIPTION
1. Nama Dokter √
2. SIP √
3. Alamat √
4. No telpon √
5. Tempat dan Tanggal penulisan resep √
6. Tanda resep di awal penulisan resep (R/) √
Praescriptio/Ordinatio
7. Nama obat √
8. Bentuk sediaan √
9. Kekuatan obat √
10. Jumlah obat √
Signatura
11. Nama Pasien √
12. Jenis Kelamin √
13. Umur √
14. Berat Badan Pasien √
15. Alamat Pasien √
16. Aturan Pakai Obat √
17. Iter/tanda lain √
Subscriptio
18. Tanda Tangan/paraf dokter √
Kesimpulan :
Resep diatas kurang lengkap karena tidak terdapat No. SIPdokter, alamat
pasien, umur pasien, berat badan pasien dan paraf dokter.
Cara mengatasi:
Berat badan, umur dan alamat pasien dapat ditanyakan ketika pasien
menebus resep.
Mengatasi tidak ada No. SIP dan paraf dokter dengan cara menghubungi
dokter yang bersangkutan untuk memastikan resep tersebut benar ditulis
untuk pasien tersebut dan menanyakan No. SIP nya
2. Skrining Farmasetis
No. Kriteria Kesesuaian Permasalahan Solusi
1. Bentuk sediaan Tablet Obat folamef tidak Meminta
tersedia di apotek. persetujuan pasien
untuk
menggantinya
dengan obat folavit
yang kandungan
dan dosisnya sama
hanya beda merk
saja.
2. Stabilitas sediaan Stabil disimpan
pada suhu ruang
(20-25oC)
3. Inkompabilitas Tidak terdapat
masalah
4. Cara Pemberian Rute oral sudah
tepat sesuai
dengan kondisi
pasien.
Kesimpulan :
Pada skrining farmasetis hanya terdapat masalah pada ketersediaan obat folamef
yang kemudian dengan persetujuan pasien diganti dengan folavit

3. Skrining Klinis
No. Kriteria Uraian Permasalahan Solusi/Rekomendasi
1. Indikasi dan Dosis Ada − −
2. Kontra Indikasi Tidak Ada − −
3. Interaksi Tidak Ada − −
4. Duplikasi/Polifarmasi Tidak Ada − −
5. Alergi Tidak Ada − −
6. Efek samping Tidak Ada − −
7. Reaksi obat yang tidak Tidak Ada − −
diinginkan (ADR)
Kesimpulan:
Pada skrining klinis tidak ada masalah atau ketidaksesuaian
4. Informasi Obat Secara Umum
No. Nama Obat Indikasi Dosis Dosis Efek Samping Kontra Interaksi DRP Rekomendasi
Resep Literatur Indikasi
1. Blesifen 50 Terapi Diminum Dosis awal: Pembesaran Perdarahan − − Monitoring efek
mg infertilitas 1x2 tablet 50 mg sekali ovarium uterus samping obat
S 1 dd II pada wanita sesudah sehari sindrom abnormal,
karena makan. selama 5 hiperstimulasi pembesaran
Blesifen disfungsi hari. Mulai ovarium (OHSS), ovarium,
mengandung ovulatorik, dari hari gangguan visual ganguan
clomiphene polikistik kelima (DIH, 2009).
kelenjar
sitrat. ovari, siklus
adrenal atau
amenore- menstruasi.
galaktore, Jika tidak tiroid. Hamil
amenore terjadi & laktasi.
psikogenik, ovulasi, Penyakit hati
amenore pasca diberikan atau riwayat
penggunaan terapi ke-2, gangguan
kontrasepsi dosis fungsi hati.
oral(MIMS). ditingkatkan Lesi
menjadi 100 intrakranial
mg sekali organik
sehari (tumor
selama 5 pituitari)
hari (DIH,
(MIMS).
2009).
2. Folavit Untuk 1x1 tablet Sehari 400- Gangguan Terapi − − Monitoring efek
pertumbuhan folamef, 500 gastrointestinal, jangka samping obat.
Folavitmenga janin, dengan mcg(MIMS) reaksi panjang
ndung folic pemeliharaan kekuatan . hipersensitivitas, pada
acid kesehatan. 400mcg bronkospasme defisiensi
Defisiensi sesudah (MIMS) kobalamin
asam folat, makan, yang tidak
suplemen bisa pagi, diobati
dalam siang, sore (MIMS).
kehamilan & dan
menyusui, malam.
peningkatan
kebutuhan
asam folat
(MIMS).
3. Metformin Dapat Diminum 500 mg dua Anoreksia, mual, Koma − − Monitoring efek
digunakan 2x1 tablet kali sehari muntah, diare, diabetikum; samping obat
untuk terapi saat makan saat makan sakit perut, ketoasidosis, dan kadar
sindrom pagi dan pagi dan gangguan rasa, gangguan glukosa darah.
ovarium malam. malam hepatitis. Jarang ginjal;
polikistik terjadi penurunan penyakit hati
(DIH, 2009). penyerapan B12 kronik;
vitamin, eritema, gagal
pruritus dan jantung &
urtikaria. infark
Berpotensi Fatal: miokard
Asidosis laktat yang belum
(MIMS) lama terjadi;
alkoholik;
hipoksemia;
syok.
Insufisiensi
paru,
asidosis
laktat.
5. Pembahasan
Pengkajian yang dilakukan padaresep diatas ada tiga yaitu pengkajian
kesesuaian administratif, kesesuaian farmasetikdan pertimbangan klinis. Hasil yang
didapatkan dari skrining administratifresep menunjukan resep tidak memenuhi aspek
kelengkapan administratif resep, karena masih terdapat beberapa poin yang belum
lengkap tercantum dalam resep. Poin yang belum terpenuhi secara lengkap adalah
alamat, umur dan berat badan pasien. Alamat, umur dan berat badan pasien yang
belum ada, dapat diatasi dengan cara menanyakan langsung saat pasien/keluarga
pasien menebus resep, disertai dengan menanyakan nomor telpon pasien yang dapat
dihubungi. Poin lain yang tidak terdapat dalam resep yaitu No.SIP dan paraf dokter,
tetapi resep tersebut masih dapat diterima, karena resep tersebut ditulis oleh dokter
sudah bekerja sama dengan apotek sehingga terjamin keasliannya.
Selanjutnya pengkajian aspek farmasetik meliputi bentuk sediaan, potensi obat,
stabilitas obatdan inkompatibilitas. Tujuan dilakukannya pengkajian aspek farmasetik
yaitu memastikan bahwa bentuk sediaan, stabilitas obat dan inkompatibilitas telah
sesuai dengan apa yang dituliskan pada resep. Ditinjau dari kekuatan sediaan,
stabilitas dan kompatibilitas, cara dan lama pemberian serta cara penyimpanan
obatnya sudah tepat dan sesuai, tetapi untuk obat folamef tidak tersedia di apotek
sehingga dengan persetujuan pasien, obat diganti dengan folavit. Setelah aspek
farmasetika resep dinyatakan memenuhi syarat dan ketentuan, maka dilanjutkan
dengan skrining resep dari aspek klinis yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
Skrining klinis memperhatikan empat aspek yaitu indikasi, efikasi, keamanan (safety)
dan kepatuhan (compliance). Resep ini ditujukan kepada pasien yang bernama Ny. R
yang sedang menjalani program hamil.Dokter memberikan obat blesifen50 mg yang
mengandung clomiphene sitrat sebanyak 30 tablet, berfungsi untuk meningkatkan
terjadinya pembuahan, diminum sehari 1x2 tablet sesudah makan, bisa pagi, siang,
sore atau malam.Clomiphene sitrat bekerja dengan cara menduduki reseptor estrogen
di hipotalamus dan pituitari anterior sehingga meningkatkan sekresi hormon-hormon
gonadotropin, yaitu follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone
(LH). FSH dan LH bekerja pada ovarium untuk pengembangan dan pematangan
folikel yang mengandung sel telur, serta untuk menginduksi ovulasi (Irawati, 2012).
Selain itu, dokter juga memberikan folavit yang mengandung folic acidsebanyak 30
tablet berfungsi untuk meningkatkan kadar asam folat supaya cepat terjadi
pembuahan, diminum sehari 1x1 tablet sesudah makan.Metformin sebanyak 30
tabletdiminum 2x1 tablet sesudah makan pagi dan sore, berfungsi untuk terapi
sindrom ovarium polikistik yang merupakan salah satu penyebab ketidaksuburan
(infertilitas) karena kegagalan terjadinya proses ovulasi, keluarnya sel telur (ovum)
dari indung telur (ovarium) (Baziad, 2012). Selain itu, metformin juga
dapatmeningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin, sehingga berpotensi
mengurangi resistensi insulin dan hiperinsulinemia (Irawati, 2012).Sindrom ovarium
polikistik didefinisikansebagai kumpulan gejala yang ditandai denganadanya proses
anovulasi (tidak keluarnyaovum) kronis disertai perubahan endokrin
(sepertihiperinsulinemia dan hiperandrogenemia).Beberapa komplikasi jangka
panjang yangdapat terjadi pada pengidap sindrom ovariumpolikistik meliputi
peningkatan risiko diabetesmelitus tipe 2, gangguan toleransi glukosa(resistensi
insulin), kadar lipid dalam darah abnormal(dislipidemia), penyakit
kardiovaskular,penebalan dinding rahimdan infertilitas. Pengeluaran insulin memicu
sekresi testosteron dari ovarium dan menghambat sekresi sex hormonebinding
globulin (SHBG) dari hati. Pada sebagian wanita dengan PCOS dan anovulatorik,
ditemukan peningkatan kadar insulin dalam darah (Baziad, 2012).
Berdasarkan efektifitas, dosis blesifen, folavit dan metformin yang diberikan
sudah tepat dan efektif untuk memberikan efek terapi yang diinginkan. Berdasarkan
keamanan, semua obat yang diberikan memberikan efek samping tergantung dari tiap
orang itu sendiri sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap efek samping yang
mungkin timbul pada pasien. Tidak terdapat interaksi dari semua obat yang diberikan
yang dapat menurunkan atau menaikkan efek terapeutik dari masing-masing obat.
Informasi tambahan yang diberikan kepada pasien selain cara penggunaan obat
dan cara penyimpanan obat. Perbanyak makan buah – buahan yang mengandung asam
folat seperti alpukat, pisang, kurma dan lainnya. Apabila setelah terapi belum terjadi
pembuahan, pasien disarankan untuk melakukan kontrol kembali ke dokter.

6. Cara Mengerjakan Resep


a. Menyiapkan obat-obatan seperti:
- Blesifen 50 mg sebanyak 30 tablet
- Folavit 400 mcg sebanyak 30 tablet
- Metformin 500 mg sebanyak 30 tablet
b. Menyiapkan etiket putih sebanyak 3 lembar
c. Menuliskan identitas pasien dan aturan minum obat pada etiket yang sudah
disiapkan.
d. Memasukkan obat sesuai dengan indikasi dan aturan pakai pada plastik yang
beretiket.

Etiket

APOTEK SEHAT
Jl. Grajagan No. 247 Purwoharjo Banyuwangi
Apoteker : Ria Anita Sari, S. Farm., Apt.

No. 16002 Tgl. 16/02/2018

Ny. R Pagi
1x2 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Blesifen (30)


Tanggal kadaluarsa : 02-21
APOTEK SEHAT
Jl. Grajagan No. 247 Purwoharjo Banyuwangi
Apoteker : Ria Anita Sari, S. Farm., Apt.

No. 16002 Tgl. 16/02/2018

Ny. R Pagi
2x1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Metformin (3)


Tanggal kadaluarsa : 10-20

APOTEK SEHAT
Jl. Grajagan No. 247 Purwoharjo Banyuwangi
Apoteker : Ria Anita Sari, S. Farm., Apt.

No. 16002 Tgl. 16/02/2018

Ny. R Pagi
1x1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Folavit (30)


Tanggal kadaluarsa : 10-20

7. Memberikan KIE kepada pasien


Ny. R mendapatkan 3 macam obat
1. Blesifen 50 mg diberikan sebanyak 30 tablet, berfungsi untuk meningkatkan
terjadinya pembuahan. Diminum sehari 1x2 tablet sesudah makan, bisa pagi,
siang, sore atau malam.
2. Folavit diberikan sebanyak 30 tablet berfungsi untuk meningkatkan kadar
asam folat supaya cepat terjadi pembuahan. Diminum sehari 1x1 tablet
sesudah makan.
3. Metformin diberikan sebanyak 30 tablet., berfungsi untuk terapi sindrom
ovarium polikistik yang merupakan salah satu penyebab ketidaksuburan
(infertilitas) karena kegagalan terjadinya proses ovulasi, keluarnya sel telur
(ovum) dari indung telur (ovarium). Diminum 2x1 tablet sesudah makan pagi
dan sore.
Pasien disarankan minum obat pada jam yang sama setiap harinya. Obat
disimpan pada lemari atau kotak obat. Hindari terkena cahaya matahari langsung.
Jauhkan dari jangkauan anak – anak.
Adapun terapi nonfarmakologi yang dapat disampaikan kepada pasien yaitu
dengan memperbanyak mengkonsumsi buah seperti:
 Alpukat adalah buah yang mengandung asam folat paling tinggi sehingga baik untuk
kesuburan kandungan.
 Pisang mengandung banyak asam folat dan vitamin B6 yang membuat siklus
menstruasi jadi teratur, sehingga mendukung program kehamilan menjadi mudah.
 Kurma, buah ini mampu memperkuat dinding rahim. Kurma yang masih muda sering
dijadikan alternatif terapi untuk hamil.
 Nanas, buah ini memang dilarang pada perempuan hamil, tapi tidak bagi yang sedang
menjalani program hamil. Manfaatnya antara lain, kandungan enzim baik untuk
menstimulasi produksi telur, menyehatkan rahim dan menyeimbangkan hormon
kesuburan pada perempuan. Sedangkan untuk laki-laki, nanas mampu meningkatkan
gairah dan kualitas hubungan seksual.
 Manggis, kangdungan mangan, vitamin c, dan asam folat didalamnya baik untuk
mempersiapkan kehamilan. Buah ini juga dapat mencegah kelahiran prematur dan
cacat pada janin.
RESEP 2

INSTALASI FARMASI

RS. XXXX
Jl. XXXXXXXX
Telp. XXXX, Fax. XXXX

Iter 2x
COPY RESEP

Resep Dr. : XXXX Sp. Pd.


Ditulis tanggal : 10/2/18
Dibuat tanggal : disimpan dg No :
Untuk : Puji Astutik

R/ Metrix 2 mg XXX
S 1-0-0
ndet

R/ Lipitor XXX
S 0-0-1
ndet

CAP APOTEK
Tanda tangan

p.c.c
Skrining resep:
1. Skrining Administratif
Pada Resep
No. URAIAN
Ada Tidak Ada
INSCRIPTION
1. Nama Dokter √
2. SIP √
3. Alamat √
4. No telpon √
5. Tempat dan Tanggal penulisan resep √
6. Tanda resep di awal penulisan resep (R/) √
Praescriptio/Ordinatio
7. Nama obat √
8. Bentuk sediaan √
9. Kekuatan obat √
10. Jumlah obat √
Signatura
11. Nama Pasien √
12. Jenis Kelamin √
13. Umur √
14. Berat Badan Pasien √
15. Alamat Pasien √
16. Aturan Pakai Obat √
17. Iter/tanda lain √
Subscriptio
18. Tanda Tangan/paraf dokter √
Kesimpulan :
Resep diatas kurang lengkap karena tidak terdapat No. SIPdokter, alamat pasien,
umur pasien, berat badan pasien dan paraf dokter.
Cara mengatasi:
Berat badan, umur dan alamat pasien dapat ditanyakan ketika pasien menebus
resep.
Mengatasi tidak ada No. SIP dan paraf dokter dengan cara menghubungi dokter
yang bersangkutan untuk memastikan resep tersebut benar ditulis untuk pasien
tersebut dan menanyakan No. SIP nya
2. Skrining Farmasetis
No. Kriteria Kesesuaian Permasalahan Solusi
1. Bentuk sediaan Tablet − −
2. Stabilitas sediaan Stabil disimpan − −
pada suhu ruang
(20-25oC)
3. Inkompabilitas Tidak terdapat − −
masalah
4. Cara Pemberian Rute oral sudah − −
tepat sesuai dengan
kondisi pasien.
Kesimpulan :
Pada skrining farmasetis tidak terdapat masalah atau ketidaksesuaian

3. Skrining Klinis
No. Kriteria Uraian Permasalahan Solusi/Rekomendasi
1. Indikasi dan Dosis Ada − −
2. Kontra Indikasi Tidak Ada − −
3. Interaksi Tidak Ada − −
4. Duplikasi/Polifarmasi Tidak Ada − −
5. Alergi Tidak Ada − −
6. Efek samping Tidak Ada − −
7. Reaksi obat yang tidak Tidak Ada − −
diinginkan (ADR)
Kesimpulan:
Pada skrining klinis tidak ada masalah atau ketidaksesuaian
4. Informasi Obat Secara Umum
No. Nama Obat Indikasi Dosis Dosis Efek Kontra Interaksi DRP Rekomendasi
Resep Literatur Samping Indikasi
1. Metrix 2mg Merupakan obat Diminum 1-2 mg satu Gangguan Ketoasidosis − − Monitoring efek
golongan 1x1 tablet kali sehari, pada saluran diabetes samping dan
sulfonilurea bersamaan diberikan cerna seperti dengan atau kadar glukosa
untuk dengan bersamaan muntah, nyeri tanpa koma. darah.
Metrix makanan. Hamil &
pengobatan makan pagi lambung dan
mengandung laktasi
diabetes melitus atau makanan diare. Reaksi
Glimepiride (MIMS).
tipe II. utama yang alergi seperti
Menurunkan pertama. pruritus,
kadar gula darah Untuk pasien urtikaria.
dengan cara yang lebih Gangguan
merangsang sensitif metabolisme
tubuh terhadap obat- berupa
memproduksi obat hiponatremia.
insulin lebih hipoglikemik, Kaburnya
banyak (Salim, dosis awal penglihatan.
2007). yang
diberikan Reaksi
sebaiknya hematologik
dimulai dari 1 seperti
mg satu kali leukopenia,
sehari, agranu-
kemudian lositosis,
boleh trombosito-
dinaikkan penia, anemia
(dititrasi) hemolitik,
dengan hati- anemia
hati (Salim, aplastik, dan
2007). pansitopenia
(Salim, 2007).

2. Lipitor 10 Pengobatan Diminum 10-20 mg Nyeri dada, Hiper- − − Monitoring efek


mg dislipidemia 1x1tablet sekali sehari edema sensitivitas. samping obat
atau pencegahan pada (DIH, 2009). perifer, Penyakit hati dan kadar
Lipitor primer penyakit malam hari insomnia, aktif, atau kolesterol
mengandung kardiovaskular sesudah pusing, ruam, kenaikan pasien.
atorvastatin. (aterosklerotik) makan. nyeri perut, serum
(DIH, 2009). konstipasi, transaminase
diare, > 3 x batas
dispepsia, normal
perut tertinggi.
kembung, Hamil &
mual, infeksi laktasi
saluran (MIMS).
kemih,
artritis, sakit
punggung,
myalgia
(DIH, 2009).
5. Pembahasan
Pengkajian yang dilakukan pada copy resep diatas ada tiga yaitu pengkajian
kesesuaian administratif, kesesuaian farmasetikdan pertimbangan klinis. Hasil yang
didapatkan dari skrining administratif copy resep menunjukan copy resep tidak
memenuhi aspek kelengkapan administarsi copy resep karena masih terdapat
beberapa poin yang belum lengkap tercantum dalam copy resep. Poin yang belum
terpenuhi secara lengkap adalah alamat, umur dan berat badan pasien. Alamat, umur
dan berat badan pasien yang belum ada, dapat diatasi dengan cara menanyakan
langsung saat pasien/keluarga pasien menebus copy resep, disertai dengan
menanyakan nomor telpon pasien yang dapat dihubungi.
Selanjutnya pengkajian aspek farmasetik meliputi bentuk sediaan, potensi obat,
stabilitas obatdan inkompatibilitas. Tujuan dilakukannya pengkajian aspek farmasetik
yaitu memastikan bahwa bentuk sediaan, potensi obat, stabilitas obat, dan
inkompatibilitas telah sesuai dengan apa yang dituliskan pada copy resep. Ditinjau
dari bentuk sediaan obat, kekuatan sediaan, stabilitas dan kompatibilitas, cara dan
lama pemberian serta cara penyimpanan obatnya sudah tepat dan sesuai. Setelah
aspek farmasetika resep dinyatakan memenuhi syarat dan ketentuan, maka
dilanjutkan dengan skrining copy resep dari aspek klinis yang disesuaikan dengan
kondisi pasien. Skrining klinis memperhatikan empat aspek yaitu indikasi, efikasi,
keamanan (safety) dan kepatuhan (compliance). Copy resep ini ditujukan kepada
pasien yang bernama Ny. PA yang didiagnosis menderita diabetes dan kolesterol
selama kurang lebih 1 tahun. Dokter memberikan obat metrix yang dikonsumsi 1x1
tablet setiap pagi saat makan untuk menurunkan kadar gula darah pasien yang tinggi
yaitu 192. Glimepiride merupakan antidiabetes untuk pengobatan diabetes melitus
tipe II golongan sulfonilurea. Menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang
tubuh memproduksi insulin lebih banyak (Salim, 2007).Obat golongan sulfonilurea
merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk penderitadiabetes dewasa serta tidak
pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya (Depkes RI, 2005). Menurut guideline
terapi diabetes oleh Adi (2015), metformin merupakan obat pilihan pertama pada
terapi diabetes tipe 2. Ny. PA pada awal terapi sebenarnya sudah mendapatkan terapi
kombinasi metformin dan metrix 1 mg, tetapi pasien mengeluh nafsu makannya
meningkat setelah mengkonsumsi metformin dan meminta dokter untuk
menghentikan terapi metformin. Kemudian dokter menyetujuinya karena kondisi
pasien sudah cukup membaik dan meningkatkan dosis metrix menjadi 2 mg. Selain
itu, Ny. PA juga mendapatkan obat lipitoryang mengandung atorvastatin. Lipitor
seharusnya dikonsumsi 1x1 tablet pada malam hari untuk pengobatan kolesterolnya,
tetapi karena pasien merasa kondisinya sudah membaik dan dengan persetujuan
dokter, saat ini pasien hanya mengkonsumsi lipitor setelah mengkonsumsi makanan
yang memicu peningkatan kolesterolnya saja. Atorvastatin bekerja sebagai
penghambat HMG-CoA reduktase berfungsi menghambat sintesis kolesterol di hati
dan mengakibatkan penurunkan kadar LDL plasma. Penghambat reduktase
menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut
meningkatkan baik kecepatan katabolisme fraksional LDL maupun ekstraksi
prekursor LDL oleh hati (VLDL sisa), sehingga mengurangi simpanan LDL plasma.
Penurunan yang sedikit dalam trigliserida plasma dan sedikit peningkatan dalam
kadar kolesterol HDL terjadi pula selama pengobatan. Obat ini mengakibatkan
penurunan kolesterol dengan cara meningkatkan jumlah reseptor LDL, sehingga
akanterjadi penurunan kadar kolesterol (LDL) (Rabie’ah, 2014). Pemberian lipitor
pada Ny. PA sudah sesuai dengan kondisi pasien karena menurut Moda (2015),
pemberian statin telah dibuktikan memberikan efekyang paling besar didalam
menurunkan risiko kardiovaskular karena kadar kolesterol yang tinggi.
Berdasarkan efektifitas, dosis metrix dan Lipitor yang diberikan sudah tepat dan
efektif untuk memberikan efek terapi yang diinginkan. Berdasarkan keamanan, semua
obat yang diberikan memberikan efek samping tergantung dari tiap orang itu sendiri
sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap efek samping yang mungkin timbul
pada pasien, karena pasien mendapatkan obat metrix yang mungkin dapat
menyebabkan hipoglikemi, dan perlu dimonitoring kadar kolesterolnya supaya tidak
mengalami hipokolesterol.Tidak terdapat interaksi dari semua obat yang diberikan
yang dapat menurunkan atau menaikkan efek terapeutik dari masing-masing obat.
Informasi tambahan yang diberikan kepada pasien selain cara penggunaan obat
dan cara penyimpanan obat yaitu pengobatannya harus terus – menerus dan tidak
boleh sampai putus pengobatan. Perbanyak olahraga fisik ringan seperti jalan sehat,
jogging dan lainnya, kurangi konsumsi makanan berminyak, konsumsi buah dan sayur,
dilakukan diet sehat. Apabila setelah pengobatan kondisi pasien masih belum
membaik, pasien disarankan untuk melakukan kontrol kembali ke dokter.

6. Cara Peracikan
a. Menyiapkan obat-obatan seperti:
- Metrix 2 mg sebanyak 30 tablet
- Lipitor 10 mg sebanyak 30 tablet
b. Menyiapkan etiket putih sebanyak 2 lembar
c. Menuliskan identitas pasien dan aturan minum obat pada etiket yang sudah disiapkan.
d. Memasukkan obat sesuai dengan indikasi dan aturan pakai pada plastik yang beretiket.
Etiket

APOTEK SEHAT
Jl. Grajagan No. 247 Purwoharjo Banyuwangi
Apoteker : Ria Anita Sari, S. Farm., Apt.

No. 17002 Tgl. 17/02/2018

Ny. PAPagi
1x1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Metrix 2 mg (30)


Tanggal kadaluarsa : 11-21
APOTEK SEHAT
Jl. Grajagan No. 247 Purwoharjo Banyuwangi
Apoteker : Ria Anita Sari, S. Farm., Apt.

No. 17002 Tgl. 17/02/2018

Ny. PAPagi
1x1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Lipitor 10 mg (30)


Tanggal kadaluarsa : 08-20

Copy Resep

APOTEK SEHAT
Jl. Grajagan No. 247 Purwoharjo Banyuwangi
SIA : 401.331/25/444.255/2018
APA : Ria Anita Sari, S. Farm., Apt.
SIPA : 50/3435/SIPA/444.227/II/2018

SALINAN DARI RESEP No.17001 Tgl. 17/02/18


Dari : dr. XXX
Dibuat Tgl : 17/02/18
Untuk : Ny. PA

Iter 2x
R/ / Metrix 2 mg XXX
S 1-0-0
det 30

R/ Lipitor XXX
S 0-0-1
det 30

CAP APOTEK
Tanda tangan

p.c.c
7. Memberikan KIE kepada pasien
Ny. PA mendapatkan 2 macam obat
1. Metrix 2 mg sebanyak 30 tablet, berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa
darah. Diminum 1x1tablet saat makan pada pagi hari.
2. Lipitor 10 mg sebanyak 30 tablet,berfungsi untuk menurunkan kadar
kolesterol dalam darah. Diminum sehari 1x1 tablet sesudah makan pada
malam hari
Pasien disarankan minum obat pada jam yang sama setiap harinya. Obat disimpan
pada lemari atau kotak obat. Hindari terkena cahaya matahari langsung. Jauhkan dari
jangkauan anak – anak.
Adapun terapi nonfarmakologi yang dapat disampaikan kepada pasien yaitu :
 Perbanyak olahraga fisik ringan seperti jalan sehat, jogging dan lainnya, karena
dengan melakukan olahraga, tubuh mampu membakar semua kolesterol jahat yang
terdapat dalam tubuh serta menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap
normal.
 Kurangi konsumsi makanan berminyak
 Konsumsi buah dan sayur
 Diet Sehat. Obesitas merupakan penyebab dari munculnya penyakit diabetes
melitus tipe 2. Hal ini juga berguna untuk menekan berat badan agar menjadi
ideal, selain itu diet sehat juga sangat berperan dalam mengurangi kolesterol,
sehingga menyebabkan hormon pengolah kadar gula dalam darah (insulin)
berjalan dengan normal.
 Cukup Tidur. Hormon insulin akan berkerja dengan baik dalam mengolah kadar
gula dalam darah, apabila seseorang telah tercukupi dalam hal istirahat. Selain itu
istirahat juga dapat memicu resistensi insulin menjadi meningkat.
RESEP 3

dr. XXX, Sp. THT-KL


HP. XXXXXXX

Kantor: Rumah:
RSXX Jl. XXX
Jl. XXX XXXXX
XXXXX
Tgl. 16/1/18

R/ Rifampicin 450 mg No. XXX


S 1 dd 1

R/ Ethambutol No. XXX


S 1 dd 1

R/ INH 300 mg No. XXX


S 1 dd 1

R/ Vit B6 No. XXX


S 1 dd 1

Pro : Ny. DA
Umur : 32 th
Alamat :

Resep tidak dapat diganti tanpa izin dokter


Skrining resep:
1. Skrining Administratif
Pada Resep
No. URAIAN
Ada Tidak Ada
INSCRIPTION
1. Nama Dokter √
2. SIP √
3. Alamat √
4. No telpon √
5. Tempat dan Tanggal penulisan resep √
6. Tanda resep di awal penulisan resep (R/) √
Praescriptio/Ordinatio
7. Nama obat √
8. Bentuk sediaan √
9. Kekuatan obat √
10. Jumlah obat √
Signatura
11. Nama Pasien √
12. Jenis Kelamin √
13. Umur √
14. Berat Badan Pasien √
15. Alamat Pasien √
16. Aturan Pakai Obat √
17. Iter/tanda lain √
Subscriptio
18. Tanda Tangan/paraf dokter √
Kesimpulan :
Resep diatas kurang lengkap karena tidak terdapat No. SIPdokter, alamat pasien,
berat badan pasien dan paraf dokter.
Cara mengatasi:
Berat badan dan alamat pasien dapat ditanyakan ketika pasien menebus resep.
Mengatasi tidak ada No. SIP dan paraf dokter dengan cara menghubungi dokter
yang bersangkutan untuk memastikan resep tersebut benar ditulis untuk pasien
tersebut dan menanyakan No. SIP nya
2. Skrining Farmasetis
No. Kriteria Kesesuaian Permasalahan Solusi
5. Bentuk sediaan Tablet − −
6. Stabilitas sediaan Stabil disimpan − −
pada suhu ruang
(20-25oC)
7. Inkompabilitas Tidak terdapat − −
masalah
8. Cara Pemberian Rute oral sudah − −
tepat sesuai dengan
kondisi pasien.
Kesimpulan :
Pada skrining farmasetis tidak terdapat masalah atau ketidaksesuaian

3. Skrining Klinis
No. Kriteria Uraian Permasalahan Solusi/Rekomendasi
8. Indikasi dan Dosis Ada − −
9. Kontra Indikasi Tidak Ada − −
10. Interaksi Tidak Ada − −
11. Duplikasi/Polifarmasi Tidak Ada − −
12. Alergi Tidak Ada − −
13. Efek samping Tidak Ada − −
14. Reaksi obat yang tidak Tidak Ada − −
diinginkan (ADR)
Kesimpulan:
Pada skrining klinis tidak ada masalah atau ketidaksesuaian
4. Informasi Obat Secara Umum
No. Nama Obat Indikasi Dosis Dosis Kesimpulan Efek Samping Kontra Interaksi DRP Rekomendasi
Resep Literatur Indikasi
1. Rifampicin Untuk obat Diminum PO 8-12 Dosis yang Urin berwarna Hiper- − − Menitoring
450 mg antituberkulosis 1x1 mg/kg/hari. diberikan kemerahan, rasa sensitivitas efek samping
yang tablet 1 <50 kg: 450 sudah sesuai panas pada perut, terhadap obat.
dikombinasikan jam mg/hari; ≥50 dengan rifampicin.
dengan sebelum kg: 600 literatur. mual, muntah, Pasien dengan
antituberkulosis atau 2 mg/hari letih, rasa hepatitis,
jam kantuk, sakit kerusakan hati
lain untuk terapi (MIMS).
setelah kepala, demam, berat, neuritis
awal maupun
makan. pruritis, optikal,
ulang (Depkes ganguan
RI, 2005). urtikaria,
fungsi ginjal,
erupsi kulit, epilepsi, &
sariawan mulut alkoholisme
dan lidah kronik
(Depkes RI, (MIMS).
2005).

2. Ethambutol Ethambutol Diminum 15 -25 mg Dosis yang Gangguan Hiper- − − Monitoring


digunakan 1x1 mg per kg diberikan penglihatan sensitivitas. efek samping
sebagai terapi kapsul tidak sesuai Pasien dengan obat
kombinasi sesudah berat badan, dengan dengan neuritis optik
tuberkulosis makan. satu kali literatur. penurunan dan
dengan sehari. visual, buta penglihatan
Untuk warna. buruk
obat lain, sesuai pengobatan (MIMS).
regimen awal Gangguan awal
pengobatan jika diberikan 15 penglihatan
diduga ada mg / kg bersifat
resistensi. Jika berat subjektif; bila
risiko hal ini terjadi
badan, dan maka
resistensi pengobatan
rendah, obat ini lanjutan 25 ethambutol
dapat mg per kg
ditinggalkan. berat badan harus segera
Obat ini tidak (MIMS). dihentikan. Bila
dianjurkan segera
untuk dihentikan,
biasanya fungsi
anak-anak usia penglihatan
kurang 6 tahun,
neuritis optik, akan pulih.
gangguan visual Reaksi adversus
(Depkes RI, berupa sakit
2005). kepala,
disorientasi,
mual, muntah
dan

sakit perut
(Depkes RI,
2005).

3. Isoniazid Obat ini Diminum PO/IM 5 Dosis yang Neuritis perifer, Hiper- − − Monitoring
300 mg diindikasikan 1x1 mg/kg diberikan reaksi psikotik, sensitivitas efek samping
untuk terapi tablet 1 sampai 300 sudah sesuai konvulsi, terhadap obat.
semua bentuk jam mg/hari dengan neuritis optik, isoniazid.
tuberkulosis sebelum sebagai literatur. defisiensi Pasien dengan
aktif, atau 2 dosis Vitamin B6. hepatitis,
jam tunggal atau Anemia, kerusakan hati
disebabkan sesudah 15 mg/kg agranulositosis, berat, neuritis
kuman yang makan sampai 900 trombositopenia optikal,
peka dan untuk mg/hari, 2 , eosinofilia; gangguan
profilaksis atau 3 kali Reaksi fungsi ginjal,
seminggu hipersensitivitas epilepsi, &
orang berisiko
(MIMS). (termasuk alkoholisme
tinggi eritema kronik(MIMS)
mendapatkan multiforme), .
infeksi. Dapat demam,
digunakan vaskulitis; mual,
tunggal atau muntah, mulut
bersama-sama kering,
dengan konstipasi,
purpura, vertigo,
antituberkulosis retensi urin,
lain (Depkes RI, gynaecomastia.
2005). Berpotensi
Fatal: Hepatitis
(MIMS).
4. Vitamin B6 Mencegah efek Diminum 100-200 mg/ Dosis yang Pusing, asidosis, − − − Monitoring
samping 1x1 24 jam diberikan mual (DIH, efek samping
Vitamin B6 pengobatan tablet (DIH, 2009). sudah sesuai 2009). obat
merupakan tertentu seperti sesudah literatur.
nama penggunaan makan
generik dari isoniazid yang
PT. Kimia
menyebabkan
Farma.
defisiensi
vitamin B6.
5. Pembahasan
Pengkajian yang dilakukan pada resep ada tiga yaitu pengkajian kesesuaian
administratif, kesesuaian farmasetikdan pertimbangan klinis. Hasil yang
didapatkan dari skrining administratif resep menunjukan resep tidak memenuhi
aspek kelengkapan administarsi resep secara keseluruhan karena masih terdapat
beberapa poin yang belum lengkap tercantum dalam resep. Poin yang belum
terpenuhi secara lengkap adalah alamat dan berat badan pasien. Alamat dan berat
badan pasien yang belum ada, dapat diatasi dengan cara menanyakan langsung
saat pasien/keluarga pasien menebus resep, disertai dengan menanyakan nomor
telpon pasien yang dapat dihubungi. Poin lain yang tidak terdapat dalam resep
yaitu No.SIP dan paraf dokter. Hal itu dapat diatasi dengan menghubungi dokter
yang menuliskan resep untuk memastikan resep benar – benar ditulis oleh dokter
tersebut.
Selanjutnya pengkajian aspek farmasetik meliputi bentuk sediaan, potensi obat,
stabilitas obatdan inkompatibilitas. Tujuan dilakukannya pengkajian aspek
farmasetik yaitu memastikan bahwa bentuk sediaan, potensi obat, stabilitas obat,
dan inkompatibilitas telah sesuai dengan apa yang dituliskan pada resep. Ditinjau
dari bentuk sediaan obat, kekuatan sediaan, stabilitas dan kompatibilitas, cara dan
lama pemberian serta cara penyimpanan obatnya sudah tepat dan sesuai. Setelah
aspek farmasetika resep dinyatakan memenuhi syarat dan ketentuan, maka
dilanjutkan dengan skrining resep dari aspek klinis yang disesuaikan dengan
kondisi pasien. Skrining klinis memperhatikan empat aspek yaitu indikasi, efikasi,
keamanan (safety) dan kepatuhan (compliance). Resep ini ditujukan kepada pasien
yang bernama Ny. DA yang diduga menderita TBC yang merupakan pasien baru
dengan pengobatan tahap intensif karena pengobatan dilakukan setiap hari. Dokter
memberikan obat rifampicin, ethambutol dan isoniazid sebagai kombinasi obat
antituberkulosis. Rifampicin diminum 1 kali sehari sebelum makan, sedangkan
ethambutol dan isoniazid diminum 1 kali sehari sesudah makan. Terapi tersebut
tidak sesuai dengan guideline pada Depker RI (2005) yang seharusnya
menggunakan kombinasi obat isoniazid, rifampicin, pyrazinamid dan ethambutol.
Hal ini dilakukan karena mungkin pasien menderita hepatotoksik, sehingga tidak
diberikan pyrazinamid supaya tidak memperparah kondisi heparnya. Menurut
Depkes RI (2005), bila jenis obat penyebab dari reaksi efek samping itu telah
diketahui, misalnyapirazinamid atau etambutol atau streptomisin, maka
pengobatan TB dapat diberikan lagi dengan tanpa obat tersebut.Pasien juga
diberikan vit B6 untuk mengatasi efek samping dari obat antituberkulosis yaitu
mual muntah dan kesemutan yang merupkan efek samping dari penggunaan
isoniazid. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)diberikan dalam bentuk kombinasi dari
beberapa jenis obat, dalam jumlahcukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.
Pengobatan TBC harus rutin dan tidak boleh terhenti, jika terhenti pengobatan
harus mulai dari awal lagi. Oleh karena itu, untuk menjamin kepatuhan penderita
dalam menelan obat, pengobatandilakukan dengan pengawasan langsung (DOT =
Directly ObservedTreatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
(Depkes RI, 2005).
Berdasarkan efektifitas, dosis isoniazid dan vitamin B6 yang diberikan
sudah tepat dan efektif untuk memberikan efek terapi yang diinginkan, tetapi
untuk rifampicin dan ethambutol belum diketahui dosis yang diberikan sudah
tepat atau belum karena berdasarkan literatur dosis yang diberiikan disesuaikan
dengan berat badan pasien, sedangkan pada resep tersebut tidak disebutkan berat
badan pasien. Berdasarkan keamanan, semua obat yang diberikan memberikan
efek samping tergantung dari tiap orang itu sendiri sehingga perlu dilakukan
monitoring terhadap efek samping yang mungkin timbul pada pasien. Tidak
terdapat interaksi dari semua obat yang diberikan yang dapat menurunkan atau
menaikkan efek terapeutik dari masing-masing obat.
Informasi tambahan yang diberikan kepada pasien selain cara penggunaan
obat dan cara penyimpanan obat yaitu pengobatannya harus terus – menerus dan
tidak boleh sampai putus pengobatan. Perbanyak olahraga fisik ringan seperti
jalan sehat atau jogging, sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8
pagi), istirahat yang cukup, dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan vitamin
A untuk membentuk jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem imun,
menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal, menjaga sirkulasi
udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang baru, selalu
menggunakan masker supaya tidak menular kepada orang lain. Apabila setelah
pengobatan kondisi pasien masih belum membaik, pasien disarankan untuk
melakukan kontrol kembali ke dokter.

6. Cara Peracikan
a. Menyiapkan obat-obatan seperti:
- Rifampicin 450 mg sebanyak 30 tablet
- Ethambutol sebanyak 30 tablet
- Isoniazid 300 mg sebanyak 30 tablet
- Vitamin B6 sebanyak 30 tablet
b. Menyiapkan etiket putih sebanyak 4 lembar
c. Menuliskan identitas pasien dan aturan minum obat pada etiket yang sudah
disiapkan.
d. Memasukkan obat sesuai dengan indikasi dan aturan pakai pada plastik yang
beretiket.
Etiket

APOTEK SEHAT
Jl. Grajagan No. 247 Purwoharjo Banyuwangi
Apoteker : Ria Anita Sari, S. Farm., Apt.

No. 18002 Tgl. 18/02/2018

Ny. DA Pagi
1x1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
1 jam Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Rifampicin 450 mg (30)


Tanggal kadaluarsa : 09-21

APOTEK SEHAT
Jl. Grajagan No. 247 Purwoharjo Banyuwangi
Apoteker : Ria Anita Sari, S. Farm., Apt.

No. 17002 Tgl. 17/02/2018


APOTEK SEHAT
Jl. Grajagan No. 247 Purwoharjo Banyuwangi
Apoteker : Ria Anita Sari, S. Farm., Apt.

No. 17002 Tgl. 17/02/2018

Ny. DAPagi
1x1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
1jam Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Isoniazid 300 mg (30)


Tanggal kadaluarsa : 12-19

APOTEK SEHAT
Jl. Grajagan No. 247 Purwoharjo Banyuwangi
Apoteker : Ria Anita Sari, S. Farm., Apt.

No. 17002 Tgl. 17/02/2018

Ny. DA Pagi
1x1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Vitamin B6 (30)


Tanggal kadaluarsa : 04-20

7. Memberikan KIE kepada pasien


Ny. DA mendapatkan 4 macam obat
1. Rifampicin 450 mg sebanyak 30 tablet, berfungsi sebagai obat anti
tuberkulosis. Diminum 1x1 kapsul 1 jam sebelum makan atau 2 jam
sesudah makan, bisa pada pagi, siang, sore atau malam hari, asalkan
diminum pada jam yang sama setiap harinya. Disampaikan bahwa
kemungkinan setelah minum obat tersebut pipis pasien akan berwarna
merah atau timbul merah – merah pada kulit pasien dan akan terasa mual.
2. Ethambutol sebanyak 30 tablet, berfungsi sebagai obat anti tuberkulosis.
Diminum sehari 1x1 tablet sesudah makan, bisa pada pagi, siang, sore atau
malam hari, asalkan diminum pada jam yang sama setiap harinya.
3. Isoniazid 300 mg sebanyak 30 tablet, berfungsisebagai obat anti
tuberkulosis. Diminum sehari 1x1 tablet 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah
makan, bisa pagi,siang, sore atau malam hari, asalkan diminum pada jam
yang sama setiap harinya. Efek samping yang mungkin timbul yaitu
kekurangan vitamin B6.
4. Vitamin B6 sebanyak 30 tablet, berfungsi untuk mengatasi kekurangan
vitaminB6 dan untuk antimual akibat mengkonsumsi isoniazid dan
rifampicin. Diminum 1x1 tablet sesudah makan, bisa pagi, siang, sore atau
malam hari, asalkan diminum pada jam yang sama setiap harinya.
Pasien disarankan menyimpan obat pada lemari atau kotak obat. Hindari terkena
cahaya matahari langsung. Jauhkan dari jangkauan anak – anak.
Adapun terapi nonfarmakologi yang dapat disampaikan kepada pasien yaitu:
 Perbanyak olahraga fisik ringan seperti jalan sehat atau jogging
 Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pagi)
 Memperbanyak istirahat(bedrest) / istirahat yang cukup
 Diet sehat (pola makan yang benar), dianjurkan mengkonsumsi banyaklemak
dan vitamin A untuk membentuk jaringan lemak baru danmeningkatkan sistem
imun
 Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
 Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udarayang
baru.
 Selalu menggunakan masker supaya tidak menular kepada orang lain
RESEP 4

INSTALASI FARMASI RS XX
Jl. XXX
Phone (0333)XXX
Apoteker : XXX
SIPA : XXX

APOGRAP/ TURUNAN RESEP

Resep dr :X
Ditulis tgl : 5/12/2017
Dibuat tgl : 5/12/2017 disimpan No: 3552
Untuk : Ny A

R/ Glucophage 500 mg No X
S 1-0-0 ac did

R/ Mefinal 500 mg No X
S 3dd1 prn det 6

R/ Forelax 50 mg No X
S 2dd1 did

R/ Stator 20 mg No X
S 0-0-1 did

PCC
Skrinning Resep
1. Skrining Administratif
Kekurangan Resep
Persyaratan Administratif
Ada Tidak Ada
Inscription
1.Identitas Dokter
- Nama Dokter √
- Nomor SIP √
- Alamat Dokter √
- No.Telp.Praktek/Rumah √
2. Tanggal penulisan Resep √
Invocatio
3. Tanda awal penulisan resep √
Prescriptio/Ordonatio
4. Obat
- Nama obat √
- Bentuk sediaan √
- Kekuatan obat √
- Jumlah yang diminta √
Signatura
5. Pasien
- Nama √
- Alamat √
- Umur √
- Berat badan √
- Jenis kelamin √
6. Cara pemakaian yang jelas √
Subscriptio
7. Tanda tangan/ paraf Dokter √
Kesimpulan:
Resep diatas kurang lengkap alamat pasien, umur pasien, berat badan pasien dan
paraf dokter.
Cara mengatasi:
Berat badan, umur dan alamat pasien dapat ditanyakan ketika pasien menebus
resep.
Paraf dokter yang tidak ada bisa diatasi dengan menanyakan kepada dokter dengan
telepon mengenai kebenaran pasien A yang mendapatkan resep tersebut.
2. Skrining Farmasetik
Kesesuaian Farmasetik Kesesuaian Permasalahan Solusi
1. Bentuk sediaan Tablet - -
2. Stabilitas obat Stabil disimpan - -
pada suhu ruang
(20-25oC)
3. Inkompabilitas Tidak terdapat - -
masalah
4. Cara Pemberian Rute oral sudah - -
tepat sesuai
dengan kondisi
pasien.
Pada skrining farmasetis tidak terdapat masalah atau ketidaksesuaian

3. Skrining Klinis
No. Kriteria Uraian Permasalahan Solusi/Rekomendasi
1 Indikasi dan Dosis Ada − −
2 Kontra Indikasi Tidak Ada − −
3 Interaksi Tidak Ada − −
4 Duplikasi/Polifarmasi Tidak Ada − −
5 Alergi Tidak Ada − −
6 Efek samping Tidak Ada − −
7 Reaksi obat yang Tidak Ada − −
tidak diinginkan
(ADR)
Kesimpulan:
Pada skrining klinis tidak ada masalah atau ketidaksesuaian
4. Informasi Obat Secara Umum
No. Nama Obat Indikasi dan Dosis Dosis Kontra- Interaksi Efek DRP Kesimpulan
indikasi Samping
1 Glucophage Terapi untuk DM Dosis pada Gangguan - Gangguan GI - Sudah tepat
500 mg tipe 2, khususnya resep ginjal, (diare, pemberian sesuai
S 1 dd I ac pada pasien dengan diminum 1x penyakit mual/muntah, dengan terapi
kelebihan BB 1 tablet hati perut Diabetes Melitus
Glucophage dengan kadar sebelum kronik, kembung). tipe 2. Dengan
menandung glukosa darah yang makan. gagal (MIMS) pemberian terapi
metformin tidak bisa jantung, awal Metformin
dikendalikan secara Dosis pada infrk (Dipiro, 2015) .
adekuat dg diet & literatur miokard Pasien selalu
olahraga saja. Pada < 1500 mg yang dimonitoring
orang dewasa, tab setiap hari. belum kadar gula darah
salut selaput Namun, lama pasien.
Glucophage dapat dosis awal terjadi,
digunakan sebagai yang hipoksemi
monoterapi atau disarankan a
terapi kombinasi lebih rendah (MIMS).
dengan obat dan dosis
antidiabetes oral peningkatan
lainnya atau dengan bertahap
insulin. Pada anak direkomenda
mulai usia 10 tahun sikan untuk
& remaja, tab salut meminimalk
selaput Glucophage an gejala
dapat digunakan gastrointesti
sebagai monoterapi nal. (DIH,
atau terapi 2009).
kombinasi dengan
insulin. (MIMS).
2 Mefinal 500 Nyeri pada Dosis pada Tukak - Gangguan & - Mefinal
mg reumatik akut & resep 3x1 peptik atau perdarahan diberikan pada
kronis, luka tablet usus, GI, tukak saat nyeri saja.
Mefinal jaringan lunak, sesudah gangguan peptik.
mengandun pegal otot & sendi, makan. ginjal atau (MIMS)
g asam dismenore, sakit Diminum hati
mefenamat. kepala, gigi, nyeri saat merasa (MIMS)
pasca nyeri saja.
bedah.(MIMS).
Dosis
literatur
Dosis awal
500 mg
keudian 250
mg setiap 4
jam sesuai
kebutuhan.
Terapi
maksimal 1
minggu
(DIH, 2009)

3 Forelax 50 Pengobatan Dosis pada - - Lemas, Dosis Menanyakan


mg simtomatik resep pusing, mati Eperisone kembali kepada
terhadap kondisi diminum 2 x rasa atau HCl yang dokter penulis
Forelax yang terkait dengan 1 tablet . gemetar pada diberikan resep terkait
mengandun spasme Sesudah ekstremitas. belum dosis Eperisone.
gEperisone muskuloskeletal makan pagi (MIMS) sesuai Mungkin dosis
HCl seperti kejang otot. dan malam. dosis Eperisone HCl
(MIMS) lazim. diturunkan
Dosis pada dosisnya terkait
literatur PO kondisi pasien
50 mg 3 kali dan
sehari meminimalisir
(MIMS) adanya efek
samping yang
terjadi

4. Stator 20 Terapi tambahan Dosis pada Pasien - Gangguan GI, - Monitoring kadar
mg thd diet utk resep hamil dan sakit kepala, kolesterol
menurunkan kadar Diminum 1 Laktasi. mialgia,
Stator kolesterol total, kali sekali (MIMS) astenia,
mengandun LDL, pada malam edema
g apolipoprotein B & hari. angioneurotik,
Atorvastatin trigliserida yang kram otot,
meningkat pada Dosis miopati,
pasien dengan literatur 10- ikterus
hiperkolesterolemia 20 mg/ hari kolestatik,
primer, (DIH, 2009) neuropati
hiperlipidemia perifer,
kombinasi pruritus.
(campuran), dan (MIMS)
hiperkolesterolemia
familial homozigot
& heterozigot
dimana respon thd
diet atau terapi non
farmakologi lain
tdk adekuat
(MIMS)
5. Cara Peracikan
a. Menyiapkan obat-obatan seperti:
- Glucophage 500 mg sebanyak 5 tablet
- Mefinal 500 mg sebanyak 4 tablet
- Forelax 50 mg sebanyak 5 tablet
- Stator 20 mg sebanyak 5 tablet
b. Menyiapkan etiket putih sebanyak 4 lembar
c. Menuliskan identitas pasien dan aturan minum obat pada etiket yang sudah
disiapkan.
d. Memasukkan obat sesuai dengan indikasi dan aturan pakai pada plastik yang
beretiket.
Etiket

APOTEK SEJAHTERA
Jl. Cluring No. 1 Cluring Banyuwangi
Apoteker : Renova Rizka Putri, S. Farm., Apt.

No. 05001 Tgl. 5/02/2018

Ny. A Pagi
1x1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Glucophage 500 mg (5)


Tanggal kadaluarsa : 01-20

APOTEK SEJAHTERA
Jl. Cluring No. 1 Cluring Banyuwangi
Apoteker : Renova Rizka Putri, S. Farm., Apt.

No. 05001 Tgl. 5/02/2018

Ny. A Pagi
3 x 1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Mefinal 500 mg (4)


Tanggal kadaluarsa : 02-20
APOTEK SEJAHTERA
Jl. Cluring No. 1 Cluring Banyuwangi
Apoteker : Renova Rizka Putri, S. Farm., Apt.

No. 05001 Tgl. 5/02/2018

Ny. A Pagi
2 x 1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Forelax 50mg (5)


Tanggal kadaluarsa : 03-20

APOTEK SEJAHTERA
Jl. Cluring No. 1 Cluring Banyuwangi
Apoteker : Renova Rizka Putri, S. Farm., Apt.

No. 05001 Tgl. 5/02/2018

Ny. A Pagi
1 x 1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Stator 20 mg (5)


Tanggal kadaluarsa : 04-20

Memberikan KIE kepada pasien


Pasien mendapatkan 4 macam obat
4. Glucophage diminum 1 kali sehari 1 tablet sebelum makan di pagi hari.
Untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah.
5. Mefinal diminum 3 kali sehari 1 tablet. Mefinal diminum prorenatayang
artinya sesuai kebutuhan. Jadi mefinal diminum ketika merasa nyeri saja.
Apabila sudah merasa tidak nyeri maka tidak perlu mengkonsumsi
mefinal.
6. Forelax diminum 2 kali sehari 1 tablet sesudah makan.
7. Stator diminum 1 kali sehari 1 tablet pada malam hari

Pasien disarankan minum obat pada jam yang sama setiap harinya. Obat disimpan
pada lemari atau kotak obat. Hindari terkena cahaya matahari langsung. Jauhkan
dari jangkauan anak – anak. BUD (beyond use date) obat selama 6 bulan
Adapun terapi nonfarmakologi yang dapat disampaikan kepada pasien yaitu
- Mengatur pola makan, hindari makanan atau minuman yang manis-manis,
makanan yang berkolesterol tinggi seperti jeroan, santan, kuning telur dll.
- Olahraga ringan yang teratur, setiap hari meluangkan waktu untuk
olahraga 10-15 menit
- Selalu kontrol gula darah dan cek kolesterol secara rutin.

Pembahasan
Pengkajian yang dilakukan pada resep ada tiga yaitu pengkajian
kesesuaian administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pada
kasus ini yang kami dapat adalah copy resep. Hasil yang didapatkan dari skrining
administratif copy resep menunjukan resep tidak memenuhi aspek kelengkapan
administarsi resep secara keseluruhan karena masih terdapat beberapa poin yang
belum lengkap tercantum dalam resep. Poin yang belum terpenuhi secara lengkap
adalah umur , alamat dan berat badan pasien. Umur, alamat dan berat badan
pasien yang belum ada dapat diatasi dengan cara menanyakan langsung saat
pasien/keluarga pasien menebus resep obat. Alamat pasien pada copy resep tidak
tercantum. Hal ini karena pada saat pelayanan administrasi awal pasien akan
dimintakan identitas dan alamat pasien.
Selanjutnya pengkajian aspek farmasetik meliputi bentuk sediaan, potensi
obat, stabilitas obat, dan inkompatibilitas. Tujuan dilakukannya pengkajian aspek
farmasetik yaitu memastikan bahwa bentuk sediaan, potensi obat, stabilitas obat,
dan inkompatibilitas telah sesuai dengan apa yang dituliskan pada resep. Ditinjau
dari bentuk sediaan obat, kekuatan sediaan, stabilitas dan kompatibilitas, cara dan
lama pemberian serta cara penyimpanan obatnya sudah tepat dan sesuai. Pada
copy resep adalah resep non racikan. Setelah aspek farmasetika resep dinyatakan
memenuhi segala syarat dan ketentuan, maka dilanjutkan dengan skrining resep
dari aspek farmakologi/ klinis yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Skrining
farmakologi memperhatikan empat aspek yaitu indikasi, efikasi, keamanan
(safety), dan kepatuhan (compliance). Copy resep ini ditujukan kepada pasien
yang bernama Ny. A. Dimungkinkan pasien Ny. A menderita diabetes melitus
dengan komplikasi dislipidemia. Dokter memberikan obat Glucophage yang
mengandung metformin sebagai antidiabetes yang diminum 1 kali sehari tablet
dipagi hari untuk mengatasi kondisi gula darah pasien yang tinggi. Selain itu,
dokter juga memberikan Mefinal yang mengandung asam mefenamat sebagai
analgesik untuk mengurangi rasa nyeri. Dan Dokter memberikan resep Forelax
yang mengandung Eperisone HCl yang memiliki indikasi untuk mengurangi kram
otot. Pada pasien diabetes, kram dapat terjadi karena gula darah tinggi
menyebabkan buang air kecil yang berlebihan yg berakhir dengan dehidrasi
(Kemenkes, 2010).Buang air kecil yang berlebihan menyebabkan penderita
diabetes kehilangan banyak kalsium. Hilangnya sejumlah kalsium dapat muncul
dengan gejala iritabilitas neuromuskuler umum termasuk kram otot dan kejang
otot (Erwin dan Fithrie., 2017). Oleh karena itu dokter meresepkan Eperisone HCl
untuk kram ototnya atau kejang otot. Namun resep dokter untuk obat Eperisone
HCl masih kurang dari dosis lazim hal ini perlu dikonfirmasi kembali kepada
dokter atau memang dokter memiliki alasan untuk menurunkan dosis dari
Eperisone HCl. Selanjutnya dokter juga meresepkan Stator yang berisi
atorvastatin yang diminum 1 kali sehari 1 tablet pada malam hari. Pasien ini
memiliki kadar kolesterol yang tinggi yang dimungkinkan juga menjadi faktor
resiko terhadap DM Tipe 2. Kadar kolesterol yang tinggi menyebabkan
meningkatnya asam lemak bebas sehingga terjadi lipotoksisitas. Lipotoksisitas
mencerminkan efek toksik dari trigliserida dan asam lemak bebas yang berlebihan
dalam sel sehat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta
pankreas yang akhirnya mengakibatkan DM Tipe 2 (Trisnawati dan Setyorogo.,
2013).
Pemberian terapi Metformin untuk pasien Ny A ini dikarenakan
Metformin dapat meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan hepatik dan
perifer (otot) jadi memungkinkan untuk meningkatkan penyerapan glukosa.
Metformin juga dapat mengurangi trigliserida dalam plasma dan low density
lipoprotein (LDL) 8% sampai 15% dan dapat meningkatkan high density
lipoprotein (HDL) 2% (Dipiro, 2015). Sehingga pemberian Metformin tepat untuk
pasien Diabetes Melitus dengan komplikasi Dislipidemia.
Berdasarkan efektifitas, dosis yang diberikan sudah tepat dan efektif untuk
memberikan efek terapi yang diinginkan, Metformin yaitu < 1500 mg setiap hari
dan Asam mefenamat 500-1500 mg/hari, Atorvastatin 10-20 mg/hari (DIH 17th
ed) dan Eperisone HCl 150 mg/hari. Berdasarkan keamanan, semua obat obat
yang diberikan memberikan efek samping tergantung dari tiap orang itu sendiri
sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap efek samping yang mungkin timbul
pada pasien. Semua obat tidak mengalami interaksi obat yang dapat menurunkan
atau menaikkan efek terapeutik dari masing-masing obat.
Informasi tambahan yang diberikan kepada pasien selain cara penggunaan
obat dan cara penyimpanan obat yaitu apabila sudah tidak nyeri, terapi asam
mefenamat bisa dihentikan, mengatur pola makan terkait kadar gula pasien yang
tinggi sehingga perlu mengurangi konsumsi yang manis-manis dan karena pasien
memiliki kadar kolesterol yang tinggi pula jadi menghindari makanan yang
bersantan, jeroan, kuning telur dll. Olahraga ringan juga perlu dilakukan agar
kram otot yang terjadi dapat berkurang. Apabila obat sudah habis, disarankan
pasien untuk melakukan kontrol kembali ke dokter.
RESEP 5

APOTEK XXX
Jl. XXXX
Phone (0333) XXXXX
Apoteker :XX
SIP XXXXXXX

COPY RESEP

Resep dr : dr. X Sp. OP


Ditulis tgl : 24/10/2017
Dibuat tgl : 29/01/2018 disimpan No: 66601
Untuk : Tn B

R/ Diovan 40 mg No X
S 0-0-1 did

R/ Lasix Tab No X
S 1-0-0 did

R/ Rexidron No XXX
S 3dd1 did

R/ Cedocard 5 mg No XX
S 1-0-1 did

R/ Thrombo Asp No X
S 1-0-0 pc did

PCC
TTD

CAP APOTEK
1. Skrining Administratif
Kekurangan Resep
Persyaratan Administratif
Ada Tidak Ada
Inscription
e. Identitas Dokter
- Nama Dokter √
- Nomor SIP √
- Alamat Dokter √
- No.Telp.Praktek / Rumah √
2. Tanggal penulisan Resep √
Invocatio
3. Tanda awal penulisan resep √
Prescriptio/Ordonatio
4. Obat
- Nama obat √
- Kekuatan obat √
- Jumlah yang diminta √
Signatura
5. Pasien
- Nama √
- Alamat √
- Umur √
- Berat badan √
- Jenis kelamin √
6. Cara pemakaian yang jelas √
Subscriptio
7. Tanda tangan/ paraf Dokter √
Kesimpulan:
1.Resep diatas kurang lengkap alamat pasien, umur pasien, berat badan pasien.
2.Kekuatan obat tidak dituliskan oleh dokter.
3.Copy resep yang diserahkan pasien yaitu tanggal 24 Oktober 2017 Namun pasien
menebus salinan resep tersebut pada tanggal 29 Januari 2018. Dilihat dari copy
resep tidak terdapat resep iter. Oleh karena itu perlu dikonfirmasi dan ditanyakan
kepada pasien kapan terakhir kontrol/ periksa. Karena jarak dalam penebusan copy
resep sangatlah jauh, ditakutkan obat yang terdapat pada copy resep sudah tidak
sesuai dengan kondisi pasien saat ini.
Cara mengatasi:
1.Berat badan, umur dan alamat pasien dapat ditanyakan ketika pasien menebus
resep.
2.Jika kekuatan obat tidak ditulis oleh dokter maka diberikan obat dengan kekuatan
yang paling kecil.
3.Meminta konfirmasi kepada pasien dan merekomendasikan untuk periksakan
kembali kondisi tubuh pasien.
2. Skrining Farmasetik
Kesesuaian Kesesuaian Permasalahan Solusi
Farmasetik
1. Bentuk Tablet - -
sediaan
2. Stabilitas obat Stabil - -
disimpan
dalam suhu
ruang (20-
25oC)
3. Inkompabilitas - - -

5. Cara Ruter oral


Pemberian sesuai - -
dengan
kondisi
pasien
Kesimpulan: Tidak terjadi permasalahan pada skrining farmasetik

3. Skrining Klinis
No. Kriteria Uraian Permasalahan Solusi/Rekomendasi
1 Indikasi dan Dosis Ada − −
2 Kontra Indikasi Tidak − −
Ada
3 Interaksi Ada  Terjadi  Mengkomunikasika
interaksi mayor n kepada dokter
antara terkait interaksi
Amiodarone yang terjadi antara
dan Furosemid Amiodarone HCl
yang dan Furosemide
menyebabkan yang dapat
meningkatkan membahayakan
risiko detak kondisi pasien.
jantung tidak Setelah
teratur dikomunikasikan
(drugs.com). oleh dokter
mungkin dokter
akan memberikan
saran terapi untuk
pasiennya atau
tidak memberikan
Amiodarone
terlebih dahulu
namun tetap
dimonitoring detak
jantungnya.
 Mengkonsumsi
Aspirin dan
Valsartan secara
bersamaan dapat
menyebabkan
interaksi yang dapat
membahayakan
 Terjadi kondisi pasien, oleh
interaksi karena itu saat
moderete konsumsi obat
antara Aspirin tersebut tidak
dan Valsaran secara bersamaan.
yang Jadi Valsartan
menyebabkan diminum saat
dapat malam hari
mengurangi sedangkan Aspirin
efek valsartan diminum dipagi
dalam hari. Sehingga akan
menurunkan meminimalisir
tekanan darah. interaksi yang
Selain itu, obat terjadi. Perlu
ini dapat dilakukan
mempengaruhi monitoring
fungsi ginjal terhadap tekanan
selama darah pasien, kadar
pengobatan cairan elektrolit
dengan obat ini pasien.
dan juga
menggunakan
diuretic
(drugs.com)

4 Duplikasi/Polifarmasi Tidak − −
Ada
5 Alergi Tidak − −
Ada
6 Efek samping Tidak − −
Ada
7 Reaksi obat yang Tidak − −
tidak diinginkan Ada
(ADR)
Kesimpulan:
Pada skrining klinis terjadi permasalahan yaitu adanya interaksi antara
Amiodarone dan Furosemid serta Aspirin dan Valsaran.
4. Informasi Obat Secara Umum
No. Nama Obat Indikasi Dosis Kontra- Interaksi Efek DRP Kesimpulan
indikasi Samping
1 Diovan 40 Pengobatan Dosis pada Hamil dan - Sakit kepala, - Monitoring efek
mg hipertensi, resep Laktasi serta pusing, samping obat.
S 0-0-1 ac terapi gagal diminum 1x kerusakan infeksi oleh
jantung 1 tablet di hati yang virus, infeksi
Diovan (NYHA klas II- malam hari. berat , sal nafas,
menandung IV) pada pasien Dosis 40 mg sirosis, batuk, diare,
Valsartan yang intoleransi . gangguan lesu, sakit
terhadap ACE empedu. pinggang,
inhibitor (DIH, Dosis (MIMS) nyeri perut,
2009) Gagal mual.
Jantung (MIMS)
awal 20-40
mg
2kali/hari
(Dipiro,2015
)
2 Lasix Tab Menejemen Dosis pada Gagal - Telinga - Monitoring efek
edema resep Lasix ginjal akut, berdenging, samping obat.
Lasix Tab berhubungan tab diminum hipokalemi urin Pemberian Lasix
mengandun dengan gagal 1 kali sehari a,hiponatre berwarna Tab yang
g jantung dan 1 tablet di mia. gelap, nyeri menyebabkan
Furosemid penyakit hati pagi hari (MIMS) hebat pada sering kencing
atau ginjal, perut, nyeri maka obat
dapat Dosis dada, redah diminum pada
dikombinasikan literratur kalium, pagi hari. Jangan
dengan 20-80 sering diminum pada
antihipertensi mg/hari kencing/bua malam hari karena
dalam dalam dosis ng air kecil akan mengganggu
pengobatan awalnya (MIMS) waktu tidur
hipertensi (DIH, 2009) (istirahat) pasien.
(DIH, 2009)
3. Rexidron Denyut jantung Dosis pada Hipersensit interaksi Lemas, Terdapat  Mengkomunikas
tidak teratur resep ivitas mayor pusing, mati interaksi ikan kepada
Rexidron (seperti fibrilasi diminum 3 terhadap Amiodaron rasa atau mayor dokter terkait
mengandun ventrikel kali sehari 1 amiodaron, e dan gemetar Amiodarone interaksi yang
g persisten/takika tablet. Dosis sinus Furosemid pada dan terjadi antara
Amiodaron rdia) yang tiap tablet bradikardi, (drugs. ekstremitas. Furosemid Amiodarone HCl
e HCl serius 200 mg gangguan com) (MIMS) yang dan Furosemide
(mungkin fungsi menyebabka atau tidak
fatal). Hal ini Dosis pada tiroid n memberikan
digunakan literatur 600 (MIMS) meningkatka Amiodarone
untuk mg, dapat n risiko terlebih dahulu
mengembalikan dilanjutkan detak namun tetap
irama jantung hingga 8-10 jantung dimonitoring
normal dan hari. tidak teratur. detak
mempertahanka Pemeliharaa (drugs.com) jantungnya.
n detak jantung n 100-400
stabil (DIH, mg/hari.Dap  Merekomendasi
2009) at diberikan kan mengganti
berselang Amiodaron
seling 200 dengan Sotalol
mg tiap 2 dengan dosis 80-
hari sekali. 160 mg setiap 12
(MIMS) jam.

4. Cedocard Angina Dosis pada Anemia - Sakit kepala, - Monitoring detak


pektoris, resep berat, hipotensi, jantung pasien.
Cedocard profilaksis diminum 2 hipotensi. mual
mengandun serangan kali sehari Hindari (MIMS)
g Isosorbide angina pada pada pagi penggunaa
Dinitrat penyakit dan malam n
koroner kronik, hari. sildenafil,
kelainan angina Dosis tadalafil,va
setelah gagal literatur rdenafil
jantung yaitu (MIMS)
(MIMS). serangan
angina akut
(5 mg /
hari),
Profilaksis
(1-2 tab 3-4
x/hari).
(MIMS)
5. Thrombo Untuk terapi da Diminum 1 Sensitif interaksi Iritasi GI, Terjadi Valsartan
Asp pencegahan kali sehari pada moderete mual, interaksi diminum saat
trombosis pada pada pagi aspirin, antara muntah moderete malam hari
Thrombo infark miokard hari setelah asma, Aspirin (MIMS) antara sedangkan Aspirin
Asp akut atau pasca makan. ulkus dan Aspirin dan diminum dipagi
mengandun stroke (MIMS) peptikum, Valsaran Valsaran hari. Sehingga
g Dosis pada terapi (drugs. yang akan
Asetylsalici literatur antikoagul com) menyebabka meminimalisir
lic Acid 80mg / hari an (MIMS) n dapat interaksi yang
atau 1-2 mengurangi terjadi. Perlu
tablet x efek dilakukan
sehari valsartan monitoring
(MIMS) dalam terhadap tekanan
menurunkan darah pasien,
tekanan kadar cairan
darah. Selain elektrolit pasien.
itu, obat ini
dapat
mempengaru
hi fungsi
ginjal
selama
pengobatan
dengan obat
ini dan juga
menggunaka
n diuretik
(drugs.com)
5. Cara Peracikan
f. Menyiapkan obat-obatan seperti:
- Diovan 40 mg sebanyak 5 tablet
- Lasix Tab sebanyak 5 tablet
- Rexidron sebanyak 15 tablet
- Cedocard sebanyak 10 tablet
- Thrombo Asp sebanyak 5 tablet
g. Menyiapkan etiket putih sebanyak 5lembar
h. Menuliskan identitas pasien dan aturan minum obat pada etiket yang sudah disiapkan.
i. Memasukkan obat sesuai dengan indikasi dan aturan pakai pada plastik yang beretiket.
Etiket

APOTEK SEJAHTERA
Jl. Cluring No. 1 Cluring Banyuwangi
Apoteker : Renova Rizka Putri, S. Farm., Apt.

No. 29001 Tgl. 29/01/2018

Tn B Pagi
1x1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Diovan 40 mg (5)


Tanggal kadaluarsa : 01-21

APOTEK SEJAHTERA
Jl. Cluring No. 1 Cluring Banyuwangi
Apoteker : Renova Rizka Putri, S. Farm., Apt.

No. 29001 Tgl. 29/01/2018

Tn B Pagi
31x 1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Lasix Tab (5)


Tanggal kadaluarsa : 02-21
APOTEK SEJAHTERA
Jl. Cluring No. 1 Cluring Banyuwangi
Apoteker : Renova Rizka Putri, S. Farm., Apt.

No. 29001 Tgl. 29/01/2018

Tn. B Pagi
3 x 1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Rexidron (15)


Tanggal kadaluarsa : 03-21

APOTEK SEJAHTERA
Jl. Cluring No. 1 Cluring Banyuwangi
Apoteker : Renova Rizka Putri, S. Farm., Apt.

No. 29001 Tgl. 29/01/2018

Tn. B Pagi
2 x 1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Cedocard(10)


Tanggal kadaluarsa : 04-21

APOTEK SEJAHTERA
Jl. Cluring No. 1 Cluring Banyuwangi
Apoteker : Renova Rizka Putri, S. Farm., Apt.

No. 29001 Tgl. 29/01/2018

Tn. B Pagi
1 x 1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Thrombo Asp(5)


Tanggal kadaluarsa : 05-21
Memberikan KIE kepada pasien
Pasien mendapatkan 4 macam obat
 Diovan diminum 1 kali sehari 1 tablet dimalam hari..
 Lasix tab diminum 1 kali sehari 1 tablet di pagi hari.
 Rexidron diminum 3 kali sehari 1 tablet.
 Cedocard diminum 2 kali sehari 1 tablet pada pagi hari dan malam hari.
 Thrombo Asp diminum 1 kali sehari 1 tablet di pagi hari setelah makan.
Pasien disarankan minum obat pada jam yang sama setiap harinya. Obat disimpan
pada lemari atau kotak obat. Hindari terkena cahaya matahari langsung. Jauhkan dari
jangkauan anak – anak. BUD (beyond use date) obat selama 6 bulan

Adapun terapi nonfarmakologi yang dapat disampaikan kepada pasien yaitu


- Olahraga ringan yang teratur, setiap hari meluangkan waktu untuk olahraga 10
menit
- Selalu kontrol tekanan darah secara rutin.
- Mengatur gaya hidup yang sehat, menurunkan berat badan jika pasien
obesitas.

Pembahasan
Pengkajian yang dilakukan pada resep ada tiga yaitu pengkajian kesesuaian
administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pada kasus ini yang
kami dapat adalah copy resep. Hasil yang didapatkan dari skrining administratif copy
resep menunjukan resep tidak memenuhi aspek kelengkapan administarsi resep secara
keseluruhan karena masih terdapat beberapa poin yang belum lengkap tercantum
dalam resep. Poin yang belum terpenuhi secara lengkap adalah umur , alamat dan
berat badan pasien. Umur, alamat dan berat badan pasien yang belum ada dapat
diatasi dengan cara menanyakan langsung saat pasien/keluarga pasien menebus resep
obat. Alamat pasien pada copy resep tidak tercantum. Hal ini karena pada saat
pelayanan administrasi awal pasien akan dimintakan identitas dan alamat pasien.
Namun pada tanggal penulisan resep yang diserahkan pasien yaitu tanggal 24
Oktober 2017 Namun pasien menebus salinan resep tersebut pada tanggal 29 Januari
2018. Dilihat dari copy resep tidak terdapat resep iter. Seharusnya obat itu sudah
ditebus di bulan Oktober .Oleh karena itu perlu dikonfirmasi dan ditanyakan kepada
pasien kapan terakhir kontrol/ periksa. Karena jarak dalam penebusan copy resep
sangatlah jauh, ditakutkan obat yang terdapat pada copy resep sudah tidak sesuai
dengan kondisi pasien saat ini. Jadi solusi dari kami adalah dengan
merekomendasikan untuk periksakan kembali kondisi tubuh pasien.
Selanjutnya pengkajian aspek farmasetik meliputi bentuk sediaan, potensi
obat, stabilitas obat, dan inkompatibilitas. Tujuan dilakukannya pengkajian aspek
farmasetik yaitu memastikan bahwa bentuk sediaan, potensi obat, stabilitas obat, dan
inkompatibilitas telah sesuai dengan apa yang dituliskan pada resep. Ditinjau dari
bentuk sediaan obat, kekuatan sediaan, stabilitas dan inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian serta cara penyimpanan obatnya sudah tepat dan sesuai. Pada copy resep
non racikan ini aspek farmasetika resep dinyatakan sudah memenuhi segala syarat dan
ketentuan.
Dilanjutkan dengan skrining resep dari aspek farmakologi/ klinis yang
disesuaikan dengan kondisi pasien. Skrining farmakologi memperhatikan empat aspek
yaitu indikasi, efikasi, keamanan (safety), interaksi dan kepatuhan (compliance).
Terdapat interaksi antara Amiodarone dan Furosemid yang menyebabkan
meningkatkan risiko detak jantung tidak teratur yang dapat memperburuk kondisi
pasien (drug.com). Solusi dan rekomendasi yag dapat diberikan adalah dengan
melakukan konfirmasi ke dokter terkait interaksi yang terjadi dan melihat langkah
terapi yang diambil pasien atau mengehentikan amiodarone terlebih dahulu. Terkait
terapi takikardi yang diberikan dokter, pasien juga sudah mendapatkan terapi
Isosorbide Dinitrat yang digunakan untuk mengatasi angina (nyeri dada). Obat ini
bekerja dengan cara merelaksasi pembuluh darah pada tubuh, sehingga mengurangi
kerja yang harus dilakukan jantung untuk memompa darah. Dengan berkurangnya
kerja jantung maka kebutuhan oksigen juga berkurang dan nyeri dadapun berkurang.
Jadi dimonitoring denyut nadinya setelah diberikan beberapa obat yang telah
diresepkan. Apabila kami diminta untuk merekomendasikan penggantian obat maka
kami merekomendasikan mengganti Amiodaron dengan Sotalol dengan dosis 80-160
mg setiap 12 jam. Sotalol adalah golongan beta-blocker yang bekerja dengan cara
mempengaruhi respon pada impuls saraf di jantung. Sebagai hasilnya, detak jantung
menjadi lebih lambat dan berirama teratur.Sotalol dan amiodarone merupakan obat
antiaritmia kelas III yang mekanismenya sama yaitu amiodarone memiliki aksi
pemblokiran nonselektif, pemblokiran saluran kalium, dan memiliki aktivitas
penghambat kalsium. Sedangkan Sotalol menghambat pergerakan kalium dan juga
memiliki aksi pemblokiran nonselektif. (dipiro, 2015).
Terjadi interaksi moderete antara Aspirin dan Valsaran yang menyebabkan
dapat mengurangi efek valsartan dalam menurunkan tekanan darah. Namun pada
resep ini penggunaan obat tersebut tidak secara bersamaan. Jadi Valsartan diminum
saat malam hari sedangkan Aspirin dminum dipagi hari. Sehingga akan
meminimalisisr interaksi yang terjadi. Perlu dilakukan monitoring terhadap tekanan
darah pasien, detak jantung, kadar cairan elektrolit pasien.
Copy resep ini ditujukan kepada pasien B yang dimungkinkan pasien gagal
jantung dengan komplikasi aritmia. Dokter memberikan obat Diovan yang
mengandung Valsartanyang diminum 1 kali sehari tablet dimalam hari untuk
mengatasi gagal jantung.Lasix sebagai Diuretik loop untuk kombinasi terapi gagal
jantung dan memulihkan euvolemia pada pasien gagal jantung.
Euvolemia menggambarkan keadaan volume cairan tubuh normal yang
memungkinkan pengisian bilik jantung yang adekuat dan, pada gilirannya,
memungkinkan jantung untuk menghasilkan kardiak output yang dapat memenuhi
kebutuhan oksigen tersebut. Dalam keadaan euvolemia, diperlukan diuresis. Pada
pasien gagal jantung, tekanan darah yang terus meningkat akan menyebabkan
peningkatan kerak(plak) yang dapat menyebabkan menyempitnya pembuluh darah
koroner. Pembuluh darah koroner merupakan jalur oksigen dan nutrisi bagi jantung,
akibatnya pasokan oksigen dan aliran darah ke jantung akan semakin mengecil. Oleh
karena itu dokter juga meresepkan Cedocard yang mengandung isosorbide dinitrate
untuk angina pektoris yang merupakan rasa nyeri pada dada yang terjadi saat aliran
darah dan oksigen menuju otot jantung tersendat atau terganggu, khususnya saat
arteri jantung mengeras. Dokter memberikan Thrombo Asp yang berisis Aspirin yang
tujuannnya agar mencegah terjadinya pembekuan darah yang terjadi akibat gangguan
irama jantung yang terjadi dan karena terbentuknya plak yang menyebabkan
pembuluh darah menyempit.
Berdasarkan efektifitas, dosis yang diberikan sudah tepat dan efektif untuk
memberikan efek terapi yang diinginkan,Furosemide 20-80 mg / hari, 3 x sehari 50
mg (setiap 8 jam),Cedocard untuk serangan angina akut (5 mg / hari) dan 80 mg /
hari atau 1-2 tablet x sehari (MIMS). Dosis Diovan yang berisi Valsatan memenuhi
dosis lazim yaitu 20-40 mg/ hari untuk pemberian dosis awal.Berdasarkan keamanan,
semua obat obat yang diberikan memberikan efek samping tergantung dari tiap orang
itu sendiri sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap efek samping yang mungkin
timbul pada pasien.
Informasi tambahan yang diberikan kepada pasien selain cara penggunaan
obat dan cara penyimpanan obat. Mengatur gaya hidup yang sehat, mengurangi
konsumsi garam, menurunkan berat badan jika pasien obesitas. Selalu rutin
mengontrol tekanan darah. Apabila obat sudah habis, disarankan untuk melakukan
kontrol kembali ke dokter.
RESEP 6

Dr. X ,SpAnd, Mkes


SIP.No. XXXX

Praktek:
Klinik Amour 1 Jl. A
Klinik Amour 2 Jl B
Kantor:
C

Banyuwangi, 8/2/2018

R/ Vitan No XXX
S 1dd1

R/ Promin No XXX
S 1dd1

Pro : Tn Z

Alamat: XX
1. Skrining Administratif
Kekurangan Resep
Persyaratan Administratif
Ada Tidak Ada
Inscription
6. Identitas Dokter
- Nama Dokter √
- Nomor SIP √
- Alamat Dokter √
- No.Telp.Praktek/Rumah √
2. Tanggal penulisan Resep √
Invocatio
3. Tanda awal penulisan resep √
Prescriptio/Ordonatio
4. Obat
- Nama obat √
- Kekuatan obat √
- Jumlah yang diminta √
Signatura
5. Pasien
- Nama √
- Alamat √
- Umur √
- Berat badan √
- Jenis kelamin √
6. Cara pemakaian yang jelas √
Subscriptio
7. Tanda tangan/ paraf Dokter √
Kesimpulan:
1.Resep diatas kurang lengkap umur pasien, berat badan pasien, jenis kelamin.
2.Kekuatan obat tidak dituliskan oleh dokter.
3.Nomor telepon dokter praktek tidak tercantum pada resep
Cara mengatasi:
1.Berat badan, umur dan jenis kelamin dapat ditanyakan ketika pasien menebus
resep.
2.Jika kekuatan obat tidak ditulis oleh dokter maka diberikan obat dengan kekuatan
yang paling kecil.
3.Nomor telepone dokter sekitar apotek di list apabila ada hal yang perlu
dikonfirmasi terkait resep dan pasien, maka apotek punya data nomor telepon
dokter .
2. Skrining Farmasetik
Kesesuaian Kesesuaian Permasalahan Solusi
Farmasetik
1. Bentuk sediaan Tablet - -
2. Stabilitas obat Penyimapanan - -
pada suhu
ruang ( 20-
25oC)
3. Inkompabilitas - - -

4. Cara
Pemberian Rute oral - -
sesuai dengan
kondisi pasien

3. Skrining Klinis
No. Kriteria Uraian Permasalahan Solusi/Rekomen
dasi
1 Indikasi dan Dosis Ada − −
2 Kontra Indikasi Tidak Ada − −
3 Interaksi Tidak Ada − −
4 Duplikasi/Polifarmasi Tidak Ada − −
5 Alergi Tidak Ada − −
6 Efek samping Tidak Ada − −
7 Reaksi obat yang tidak Tidak Ada − −
diinginkan (ADR)
Kesimpulan:
Pada skrining klinis tidak ada masalah atau ketidaksesuaian
4. Informasi Obat Secara Umum
No. Nama Indikasi Dosis Kontra- Interaksi Efek DRP Rekomendasi
Obat Resep indikasi Samping
1 Vitan Memperbaiki Diminum - - - - Banyak istirahat
S 1dd1 vitalitas, disfungsi 1x sehari 1 dengan
ereksi, infertilitas tablet mengurangi
Vitan (MIMS) aktivitas, makan
mengandung Dosis makanan yang
Tribulus literatur bergizi, olahraga
terrestris L Pria Penur ringan secara ritin.
unan libido
&
vitalitas 1
tab 1-2
x/hr. Disfun
gsi
ereksi 1-2
tab 3 x/hr
selama 30-
40 hr. Dosis
rumat: 1 tab
1
x/hr. Inferti
litas 1-2 tab
3 x/hr
selama 60-
90 hr. Dosis
rumat: 1 tab
1
x/hr(MIMS)
.

2 Promin Utk memelihara Dosis resep - - - - Banyak istirahat


kesehatan prostat diminum 1 dengan
Komposisi pd pria. kali sehari 1 mengurangi
promin Pencegahan & table di pagi aktivitas, makan
adalah Saw pengobatan peny hari makanan yang
palmetto prostat. bergizi, olahraga
160 mg, Antioksidan utk Dosis ringan secara
lycopene 2 mencegah & literatur rutin.
mg yang menetralisir efek 1 tab 1-
diproduksi radikal bebas pd 2x/hari
oleh Global kelenjar prostat. (MIMS)
Health Utk melancarkan
Pharmaceuti aliran urin. Utk
cal membantu jalannya
saluran sperma.
(MIMS)
5. Cara Peracikan
a. Menyiapkan obat-obatan seperti:
- Vitan sebanyak 30 tablet
- Promin sebanyak 30 tablet
b. Menyiapkan etiket putih sebanyak 5 lembar
c. Menuliskan identitas pasien dan aturan minum obat pada etiket yang sudah disiapkan.
d. Memasukkan obat sesuai dengan indikasi dan aturan pakai pada plastik yang beretiket.

Etiket

APOTEK SEJAHTERA
Jl. Cluring No. 1 Cluring Banyuwangi
Apoteker : Renova Rizka Putri, S. Farm., Apt.

No. 08001 Tgl. 08/02/2018

Tn Z Pagi
1x1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Vitan (30)


Tanggal kadaluarsa : 01-21

APOTEK SEJAHTERA
Jl. Cluring No. 1 Cluring Banyuwangi
Apoteker : Renova Rizka Putri, S. Farm., Apt.

No. 08001 Tgl. 08/02/2018

Tn. Z Pagi
1 x 1 Tablet/Kapsul/BungkusSiang
Sebelum/Sesudah/Saat Makan Sore
Malam

Nama/Jumlah Obat : Promin (30)


Tanggal kadaluarsa : 03-21

Memberikan KIE kepada pasien


Pasien mendapatkan 2 macam obat
 Vitandiminum 1 kali sehari 1 tablet
 Promin diminum 1 kali sehari 1 tablet
Pasien disarankan minum obat pada jam yang sama setiap harinya. Obat disimpan pada lemari
atau kotak obat. Hindari terkena cahaya matahari langsung. Jauhkan dari jangkauan anak – anak.
BUD (beyond use date) obat selama 6 bulan

Adapun terapi nonfarmakologi yang dapat disampaikan kepada pasien yaitu


- Olahraga yang teratur, setiap hari meluangkan waktu untuk olahraga
- Istirahat yang cukup
- Mengatur gaya hidup yang sehat, menurunkan berat badan jika pasien obesitas.

Pembahasan
Pengkajian yang dilakukan pada resep ada tiga yaitu pengkajian kesesuaian administratif,
kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Hasil yang didapatkan dari skrining
administratif copy resep menunjukan resep tidak memenuhi aspek kelengkapan administarsi
resep secara keseluruhan karena masih terdapat beberapa poin yang belum lengkap tercantum
dalam resep. Poin yang belum terpenuhi secara lengkap adalah umur dan berat badan pasien.
Umur dan berat badan pasien yang belum ada dapat diatasi dengan cara menanyakan langsung
saat pasien/keluarga pasien menebus resep obat. Pada saat pelayanan administrasi awal pasien
akan dimintakan identitas dan alamat pasien. Selanjutnya tidak ada nomor telepon dokter. Jika
terdapat beberapa hal yang perlu dikonfirmasi kembali ke dokter seperti pnulisan obat diresep
yang tidak terbaca atau yang lain-lain, maka kami tidak bisa menghubungi dokter dikarenakan
nomor telepon tidak tertera.
Selanjutnya pengkajian aspek farmasetik meliputi bentuk sediaan, potensi obat, stabilitas
obat, dan inkompatibilitas. Tujuan dilakukannya pengkajian aspek farmasetik yaitu memastikan
bahwa bentuk sediaan, potensi obat, stabilitas obat, dan inkompatibilitas telah sesuai dengan apa
yang dituliskan pada resep. Ditinjau dari bentuk sediaan obat, kekuatan sediaan, stabilitas dan
kompatibilitas, cara dan lama pemberian serta cara penyimpanan obatnya sudah tepat dan sesuai.
Pada resep non racikan ini aspek farmasetika resep dinyatakan sudah memenuhi segala syarat
dan ketentuan,
Selanjutnya dilanjutkan dengan skrining resep dari aspek farmakologi/klinis yang
disesuaikan dengan kondisi pasien. Skrining farmakologi memperhatikan empat aspek yaitu
indikasi, efikasi, keamanan (safety), dan kepatuhan (compliance). Copy resep ini ditujukan
kepada pasien yang bernama Tn.Z. Dokter memberikan obat Vitan yang mengandung Tribulus
terrestis L untuk memperbaiki vitalitas pada pria diminum 1 kali sehari 1 tablet. Promin yang
mengandung Saw palmetto 160 mg, lycopene 2 mg untuk memelihara kesehatan prostat pada
pria. Pencegahan dan pengobatan penyakit prostat. Antioksidan untuk mencegah & menetralisir
efek radikal bebas pada kelenjar prostat. Untuk melancarkan aliran urin dan membantu jalannya
saluran sperma.Berdasarkan efektifitas, dosis yang diberikan sudah tepat dan efektif untuk
memberikan efek terapi yang diinginkan. Berdasarkan keamanan, obat-obat tersebut tidak
memberikan efek samping dikarenakan kedua obat tersebut merupakan obat yang kandungannya
dari herbal obat dan semua obat tidak mengalami interaksi obat yang dapat menurunkan atau
menaikkan efek terapeutik dari masing-masing obat.
Perlu diberikan informasi tambahan yang diberikan kepada pasien selain cara
penggunaan obat dan cara penyimpanan obat. Mengatur gaya hidup yang sehat, tidak
mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok.

Anda mungkin juga menyukai