ANALISIS RESEP
Oleh :
HADI KURNIAWAN, S.Farm.
NIM. 12811090
RESEP 1:
drg. A
SIP. No. 446/2502/419/3439/1-17
Jl. Nogopuro No. 1B Catur Tunggal Depok Sleman
Telp. (0274) 692xxxx
Yogyakarta, 19 Oktober 2012
R/ Amoxycillin tab 500 No. XV
S 3 dd tab I
Pro : YA
Umur : 35 tahun
Alamat: 08773964xxxx
ttd
Skenario:
- Ny. Yulia (pasien, 35 thn) datang kedokter dan memeriksakan giginya kemudian dicabut,
terdapat luka namun tidak terlalu banyak
- Beberapa hari kemudian setelah menggunakan obat, Ny. Yulia mengalami gangguan lambung.
Karena pasien menganggap antibiotic harus diminum rutin sampai habis maka Ny. Yulia
melanjutkan pemakaian obat, dan lambung Ny.Yulia semakin sakit. Sehingga Ny.Yulia
konsultasi kepada apoteker.
1. ASSESMENT
a. Menggali Riwayat Pasien
No. Kriteria Keterangan
1 Data Pasien Nama : Ny. YA
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : L / P
Alamat : -
No. HP : 087739640169
BB/TB : - kg / - cm
Pekerjaaan : -
Kondisi : Sakit gigi, setelah cabut gigi sedikit berdarah, setelah minum
obat dari dokter muncul rasa tidak enak di lambung.
Penyakit2 yang
Riwayat
pernahPenyakit
diderita : -
Keluhan sekarang : Sakit gigi dan nyeri di lambung.
Data Laboratorium : -
Diagnosis dokter : Sakit gigi setelah gigi dicabut dan alergi obat.
3 Riwayat Amoxycillin
Pengobatan Asam Mefenamat
Kalium Diclofenac
4 Keadaan Khusus Nyeri lambung.
Pasien
b. Skrining Resep
1) Administratif (Kelengkapan Resep)
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter
2 SIP dokter
3 Alamat dokter
4 Nomor telepon
5
Tempat dan tanggal penulisan resep
Invocatio
6
Tanda resep diawal penulisan resep
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat
8 Kekuatan obat
9 Jumlah obat
Signatura
10 Nama pasien
11 Jenis kelamin
12 Umur pasien
13 Barat badan
14 Alamat pasien
15 Aturan pakai obat
16 Iter/tanda lain
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai alamat pasien,
dan berat badan pasien.
Cara pengatasan Alamat dan berat badan pasien dapat ditanyakan langsung kepada
pasien/keluarga pasien.
2) Kesesuaian Farmasetis
No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk sediaan - Sesuai
2 Stabilitas obat - Sesuai
3 Inkompatibiltas - Sesuai
4 Cara pemberian - Sesuai
5 Jumlah dan aturan pakai - Sesuai
3) Dosis
No. Nama Obat Dosis Resep Dosis Literatur Kesimpulan Rekomendasi
1 Amoxycillin 3 x sehari 1 tablet 250-500 mg setiap 8 jam atau 500-875 mg 2 kali sehari. Sesuai -
(sediaan 500 mg) (DIH, 2010: 99).
2 Asam Mefenamat 3 x sehari 1 tablet 500 mg untuk dosis permulaan, kemudian 250 mg setiap 4 Sesuai -
(sediaan 500 mg) jam jika diperlukan, maksimum terapi 1 minggu.
(DIH, 2010: 932).
Dosis pertama (500 mg) dikenal dengan loading dose, tujuan
pemberiannya adalah agar kadar obat dalam darah meningkat
secara cepat, sehingga obat mencapai efek terapinya. Lalu,
selanjutnya diberikan dosis sebesar 250 mg, dimana dosis ini
dikenal sebagai maintenance dose, yang dimaksudkan agar
dapat mempertahankan tingkat keefektifan obat dalam cairan
tubuh setelah loading dose tercapai.
3 Kalium Diclofenac Jika perlu 1 tablet Dosis permulaan 50 mg 3 kali sehari, dosis maksimum 150 Sesuai -
mg/hari.
(DIH, 2010: 439).
4) Pertimbangan Klinis
No. Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Indikasi - -
2 Kontraindikasi Pasien mengalami nyeri lambung setelah Ganti terapi atau tambahkan obat yang dapat mengatasi
menggunakan obat, kemungkinan akibat alergi obat atau keluhan nyeri lambung atau obat yang dapat mengatasi efek
rekasi obat tidak diinginkan atau efek samping obat. samping obat.
3 Interaksi - -
4 Dupikasi/polifarmasi - -
5 Alergi Kemungkinan pasien alergi amoxicillin atau obat Tambahkan obat yang dapat mengatasi gangguan lambung
golongan NSAID. atau ganti dengan terapi yang lain.
Antibiotik amoksisilin dihentikan.
6 Efek samping Kalium Diklofenak: Diminum bersama makan atau setelah makan, jangan
Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/keram berkendaraan / menjalankan mesin selama minum obat.
perut, sakit kepala, diare, nausea, tukak lambung, pusing, Mengganti NSAID dengan paracetamol.
ruam, pruritus (Gangguan lambung) dan mengantuk. Menambahkan terapi untuk mengatasi keluhan lambung
Asam Mefenamat: yaitu Polysilene dan Spasmolitik Buscopan.
Pemberian (asam mefenamat) dapat memperburuk tukak
lambung yang diderita oleh pasien (MIMS : 109).
Reaksi obat yang
merugikan
- Kalium Diklofenak
(ADR/Adverse Drug
Hati-hati penggunaan pada penderita dekomposisi
Reaction)
jantung atau hipertensi, karena diklofenak dapat
menyebabkan retensi cairan dan edema; hati-hati
penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal,
jantung, hati, penderita usia lanjut dan penderita dengan
luka atau perdarahan pada saluran pencernaan; hindarkan
penggunaan pada penderita porfiria hati; hati-hati
penggunaan selama kehamilan karena diklofenak dapat
menembus plasenta; diklofenak tidak dianjurkan untuk
ibu menyusui karena diklofenak diekskresikan melalui
ASI.
c. Karakteristik Obat
1) Amoxycillin
Komposisi:
Amoxycillin 500 mg.
Indikasi:
Infeksi saluran nafas, saluran genitor-urinaria, kulit dan jaringan lunak yang disebabkan organism
gram positif dan negative yang peka terhadap obat ini.
Dosis:
Dewasa 250-500 mg tiap 8 jam.
mberian Obat:
Dapat diberikan bersama makan agar diabsorbsi lebih baik dan untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada Gastro Intestinal.
tra Indikasi:
ersensitif pada penicillin. Infeksi mononucleosis.
Peringatan:
Hipersensitif terhadap sefalosporin, kerusakan ginjal, leukemia limfatik, superinfeksi.
Efek Samping:
Reaksi hipersensitif, Gangguan Gastro Intestinal.
Interaksi Obat:
Probenesid meningkatkan waktu paro amoxicillin dalam plasma. Dengan Alopurinol timbul ruam
kulit. Kontrasepsi oral efektivitasnya diturunkan oleh amoxycllin.
Kategori kehamilan: B
2) Asam Mefenamat
Komposisi:
Asam mefenamat 500 mg
Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit
kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot trauma
dan tulang punggung,, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan, reumatik, nyeri paha, demam.
Dosis:
Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan.
Dewasa dan anak di atas 14 tahun:
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam atau 500 mg 2 – 3
kali sehari. Anak < 6 bulan : 6,5 mg/kg BB/6 – 8 jam.
Pemberian Obat:
Berikan segera sesudah makan.
Kontra Indikasi:
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam
mefenamat. Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan
saluran cerna.
Peringatan:
Gagal ginjal, penderita asma yang sensitif terhadap AINS, renitis alergi, urtikaria, hamil, laktasi,
anak < 14 tahun.
Efek samping:
Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan
diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia. Pada
penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat mengakibatkan
agranulositosis dan anemia hemolitik.
Interaksi Obat:
Obat-obat antikoagulan oral seperti warfarin; mempertinggi efek kumarin; asetosal (aspirin) dan
insulin.
Kategori Kehamilan:
C, D pada trimester 3 atau menjelang persalinan.
Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering.
(MIMS, 2012: 130).
Mekanisme Kerja:
Menghambat sintesis Prostaglandin melalui penurunan aktivitas enzim, siklooksigenase, yang
menghasilkan penurunan prekursor pembentuk prostaglandin (Lacy, 2003, hal 868).
3) Kalium Diclofenac
Komposisi:
Diclofenac K 50 mg.
Indikasi:
Nyeri peradangan pasca trauma, inflamasi dan nyeri pasca operasi, sebagai terapi tambahan pada
nyeri berat pada infeksi THT. Gejala nyeri pada kolumna vertebra, reumatik non artikuler.
Dosis:
Dewasa awal 100-150 mg terbagi dalam 2-3 dosis,
Kasus ringan dan anak > 14 tahun 75-100 mg/hari.
Pemberian Obat:
Berikan segera sesudah makan.
Kontra Indikasi:
Ulkus peptic.
Peringatan:
Riwayat penyakit Gastro Intestinal, ganggun fungsi hati, jantung, atau ginjal.
Efek samping:
Kadang-kadang gangguan Gastro Intestinal, sakit kepala, pusing, vertigo dan ruam.
Interaksi Obat:
Meningkatkan kadar litium, metotreksat dan digoksin dalam plasma. Dapat mengurangi efek
deuretik.
Kategori Kehamilan:
B, D pada trimester 3 atau menjelang persalinan.
4) Polysilane
Komposisi:
Per tablet polysilane Al(OH)3 200 mg, dimethicone 80 mg, Mg(OH)2 200 mg.
Indikasi:
Rasa terbakar khususnya pada hernia hiatal, pirosis, gastritis, kembung.
Dosis:
Dewasa 1-2 tablet/hari atau 1-2 sendok teh 3-4 kali/hari.
mberian Obat:
Dapat diberikan bersama makan.
Peringatan:
Kerusakan fungsi ginjal, penggunaan lama, dosis tinggi.
Efek Samping:
Deplesi fosfat.
Interaksi Obat:
Absorbsi dihambat dengan furosemid, indometasin, tetrasiklin, digoksin, INH, antikolinergik.
Kategori kehamilan: -
5) Buscopan
Komposisi:
Hyoscine-N-butylbromide.
Indikasi:
Gangguan spastic pada Gastro Intestinal, kandungan empedu, saluran kemih, dan saluran kelamin
wanita.
Dosis:
Drag 1-2 drag 4 kali/hari. Maksimum 100 mg/hari.
mberian Obat:
Bersama makan atau tanpa makan.
Kontra Indikasi:
Miastenia gravis, megakolon.
Peringatan:
Glaukoma sudut sempit, penderita obstruksi saluran kemih dan usus kecil, takiaritmia.
Efek Samping:
Xerostomia, dishidrolis, takikardi, retensi urin, reaksi alergi, reaksi pada kulit, dispneu (pada
pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi).
Interaksi Obat:
Meningkatkan efek antikolinergik dari antidepresan trisiklik, antihistamin, kuinidin,
amantadin, dan disopiramid. Meningkatkan efek takikardi dari B-adrenergik. Antagonis
dopamine menurunkan efek dalam saluran Gastro Intestinal.
Kategori kehamilan: C.
Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem) serta Care Plan:
Resep tidak lengkap secara administrasi, adanya efek samping terapi sehingga perlu
ditambahkan terapi untuk mengatasi keluhan lambung yaitu Polysilene dan Buscopan.
Kemudian antibiotic amoksisilin dihentikan karena kemungkinan pasien alergi antibiotic tersebut.
Lagipula perdarahan gigi sangat sedikit jadi antibiotic dapat dihentikan.
3. MONITORING
4. EVALUASI
a. Keberhasilan terapi: pasien sembuh atau tidak, gejala atau keluhan hilang/tidak, pasien dapat
beraktivitas seperti biasa.
b. Ada/tidaknya gejala/keluhan dan penyakit lain yang timbul setelah/selama pengobatan.
LEMBAR KERJA TUGAS RESEP
Pro : Tn. R
Umur : 29 tahun
Alamat: Kentungan km 6,5
ttd
1. ASSESMENT
a. Menggali Riwayat Pasien
b. Skrining Resep
1) Administratif (Kelengkapan Resep)
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter
2 SIP dokter
3 Alamat dokter
4 Nomor telepon
5 Tempat dan tanggal penulisan resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat
8 Kekuatan obat
9 Jumlah obat
Signatura
10 Nama pasien
11 Jenis kelamin
12 Umur pasien
13 Barat badan
14 Alamat pasien
15 Aturan pakai obat
16 Iter/tanda lain
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai SIP dokter,
nomor telepon dokter, kekuatan obat, dan berat badan pasien.
Cara pengatasan SIP dokter dan nomor telepon dokter dapat dikonfirmasi kepada
dokter untuk memastikan keabsahan resep, SIP boleh tidak dicantumkan jika dokter
bekerja diinstansi. Kekuatan sediaan dapat dikonfirmasi kedokter atau dipilih kekuatan
yang terkecil. Sementara data pasien seperti berat badan pasien dapat ditanyakan
langsung kepada pasien/keluarga pasien.
2) Kesesuaian Farmasetis
No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk sediaan - Sesuai
2 Stabilitas obat - Sesuai
3 Inkompatibiltas - Sesuai
4 Cara pemberian - Sesuai
5 Jumlah dan aturan pakai - Sesuai
3) Dosis
No. Nama Obat Dosis Resep Dosis Literatur Kesimpulan Rekomendasi
1 Nifedipin tab 2 x sehari 1 Dewasa Dosis awal 30 mg sekali sehari Under dose 3 x sehari 1
tablet sebagai sustain release, 10 mg 3 kali sehari tablet
sebagai kapsul.
Dosis lazim 10-30 mg 3 kali/hari sebagai
kapsul atau 30-60 mg sekali sehari sebagai
SR
Dosis maksimum 120-180 mg/hari
Meningkatkan SR pada interval 7-14 hari.
(DIH, 2010: 1065).
2 Platacid forte 3 x sehari 10 Tab/susp 1-2 tab atau 5-10 mL, diberikan 1 Sesuai -
syr mL jam sesudah tiap kali makan dan menjelang
tidur malam.
Tab forte/susp forte: diperlukan antasida
yang lebih kuat dan antiflatulen. Kasus
berat berikan tiap 2 jam.
(MIMS, 2012: 9).
3 Ranitidin tab 2 x sehari 1 Dewasa 150 mg 2x/hari, maintenance 150 Sesuai -
tablet mg 1x/hari.
(DIH, 2010: 1296).
4 Neurosanbe 3 x sehari 1 1 kaplet 3x/hari. Maksimal 4 kaplet/hari. Sesuai -
plus tab tablet (MIMS, 2012: 143).
4) Pertimbangan Klinis
No. Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Indikasi - -
2 Kontraindikasi - -
3 Interaksi
Antasida dapat menurunkan efektivitas Ranitidin dimakan 1 jam sebelum
dari ranitidin. antasida.
Ranitidin meningkatkan bioavaibilitas
Nifedipin. Beri jarak penggunaan ranitidin dan
nifedipin.
4 Dupikasi/polifarmasi - -
5 Alergi - -.
6 Efek samping Hipotensi, konstipasi, diare. Pemakaian obat sesuai dosis yang
dianjurkan.
Reaksi obat yang - -
merugikan
(ADR/Adverse Drug
Reaction)
c. Karakteristik Penyakit
1) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi yang semakin banyak terjadi belakangan
ini, dan lebih sering dialami oleh kaum pria. Hipertensi terjadi bila aliran darah didalam pembuluh
darah menimbulkan tekanan terlalu besar terhadap dinding pembuluh darah. Hasil atau nilai
pengukuran tekanan darah terdiri dari 2 nilai: nilai yang lebih tinggi disebut sebagai tekanan darah
sistolik, dan nilai yang lebih rendah disebut tekanan darah diastolik. Tekanan darah normal yaitu
≤ 120 (sistolik) / 80 (diastolik) mmHg, tetapi nilai ini bervariasi untuk masing-masing orang.
Sebagian besar (90%) kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga dapat meningkatkan resiko seseorang untuk mengalami hipertensi, antara lain: usia,
keturunan, jenis kelamin, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, obesitas (kegemukan), stres,
penyakit ginjal, gangguan adrenal, penyakit jantung bawaan, obat-obat tertentu, preeklamsia,
konsumsi makanan yang mengandung garam, dan gaya hidup yang kurang aktif.
(MIMS, 2012: A98).
2) Maag
Ulkus merupakan istilah umum yang mengacu pada kerusakan kulit lapisan permukaan dari usus
atau mulut, tetapi biasanya digunakan untuk ulkus pada saluran cerna. Derajat keasaman yang
berlebihan (hiperasiditas) atau adanya mikroorganisme seperti Helicobacter pylori biasanya
menjadi penyebab terjadinya ulkus pada saluran cerna. Helicobacter pylori adalah penyebab
terbanyak infeksi saluran cerna. Bakteri ini tumbuh subur pada lapisan mukosa yang melindungi
dinding saluran cerna. Faktor-faktor seperti merokok dan stress, jadwal makan tidak teratur, cara
diet yang salah, konsumsi alkohol berlebihan, dan beberapa obat-obatan juga mempengaruhi
terjadinya ulkus. Orang yang menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) dalam jangka
lama, terutama mereka yang mengidap arthritis, akan mengalami ulkus (tukak) lambung. Ulkus
peptikum dapat mengenai pria, wanita, dan anak-anak. Gejala-gejala ulkus antara lain : rasa perih
di ulu hati atau nyeri ketika lapar, mual, nyeri hilang beberapa menit setelah perut diisi makanan
atau antasida, nyeri berulang, biasanya berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa bulan,
berat badan turun. Kebanyakan ulkus yang banyak sembuh sendiri tanpa diobati. Tetapi gejala
ulkus dapat kambuh kembali dan memburuk jika factor penyebabnya tidak diatasi dan akhirnya
beresiko terjadi komplikasi seperti perdarahan dan perforasi lambung. Ulkus peptikum, gaster atau
duodenum kronik juga dapat menyebabkan terjadinya jaringan parut, yang selanjutnya dapat
menghalangi jalannya makanan, sehingga mengakibatkan muntah dan berat badan menurun.
Definisi
Sakit ulu hati (maag) adalah suatu gangguan yang tidak begitu serius. Penyebabnya ialah
kelebihan asam lambung yang mengalir keatas ke kerongkongan (esofagus), karena otot lingkar
(sfingter) antara kerongkongan dan lambung tidak bekerja dengan baik lagi. Hal ini diakibatkan
oleh antara lain hiatus hernia dan tekanan tinggi dalam perut. Misalnya karena kehamilan, terlalu
gemuk, lambung terus-menerus penuh dengan makanan atau gas, batuk atau sembelit kronis, dan
pakaian yang terlalu ketat. Begitupula dengan asam lambung yang berlebihan karena banyak
merokok atau terlalu banyak makan.
Gejala
Gejala-gejalanya berupa nyeri seperti terbakar pada kerongkongan yang dirasakan di
belakang tulang dada, terutama jika 1 jam setelah makan (terlalu banyak) dan bila membungkuk
atau baring. Selalu terasa nyeri yang menusuk di bagian lambung, mual dan muntah-muntah.
Adakalanya keluhan ini berkurang sesudah makan, tetapi kadang-kadang justru menghebat.
Seringkali penderita terbangun dari tidur karena perasaan pedih dan adanya sedikit asam dalam
mulut. Lazimnya serangan berlangsung 0,5 jam sampai lebih dari 1 jam. Bila tidak diobati dengan
tepat, dinding kerongkongan yang berlainan dengan dinding lambung yang tidak tahan asam akan
dirusak mukosanya. Dengan demikian terjadilah radang dinding kerongkongan yang lebih serius
(Swamedikasi: 94).
Pengobatan
Lazimnya dilakukan dengan sejumlah obat yang hanya bekerja simptomatis, yakni
meringankan gejala-gejalanya dengan jalan menurunkan keasaman isi lambung (antasida, H2-
bloker, penghambat pompa-proton, antikolinergik) (OOP: 249).
d. Karakteristik Obat
1) Nifedipin
Komposisi:
Nifedipin 10 mg.
Indikasi:
Angina pectoris stabil, varian dan tidak stabil, infark jantung, hipertensi atau fenomena Raynaud.
Dosis:
Angina pectoris stabil, varian dan tidak stabil, infark jantung Dosis awal 1 tab 3x/hari, dapat
ditingkatkan menjadi 9-12 tab/hari pada angina.
Hipertensi atau fenomena Rauynaud dapat ditingkatkan sampai dengan 2 tab 3x/hari.
Pemberian Obat:
Dapat diberikan dengan atau tanpa makan. Hindari jus grapefruit.
Kontra Indikasi:
Hamil.
Peringatan:
Hipotensi berat, penderita lemah jantung.
Efek Samping:
Pusing, kemerahan pada muka, sakit kepala, hipotensi, edema perifer. Hepatitis, ruam, kram otot,
sindrom nefrotik, psikosis akut, hyperplasia gingival.
Interaksi Obat:
Meningkatkan efek antihipertensi B-Blocker, meningkatkan bioavaibilitas dengan simetidin,
ranitidine.
Kategori Kehamilan: C
(MIMS, 2012: 50).
Komposisi:
Per tab forte/5 mL susp forte: Mg(OH)2 400 mg, Al(OH)3 400 mg, simethicon 100 mg.
Indikasi:
Mengurangi gejala kelebihan asam lambung, tukak lambung, tukak deudenum.
Dosis:
Tab/susp 1-2 tab atau 5-10 mL, diberikan 1 jam sesudah tiap kali makan dan menjelang tidur
malam.
Tab forte/susp forte: diperlukan antasida yang lebih kuat dan antiflatulen. Kasus berat berikan tiap
2 jam.
Pemberian Obat:
Berikan dalam perut kosong, 1 jam sesudah makan atau 1 jam sebelum makan dan menjelang tidur
malam.
Peringatan:
Insufisiensi ginjal.
Efek Samping:
Konstipasi dan diare.
Interaksi Obat:
Mengganggu absorbs tertasiklin, simetidin.
Kategori Kehamilan: -
Indikasi :
Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak akibat
AINS, tukak duodenum karena H. Pylori, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung akan bermanfaat.
Peringatan :
Gangguan ginjal dan hati (kurangi dosis); kehamilan dan menyusui; injeksi intravena lebih baik
dihindari (infus lebih baik), terutama pada dosis tinggi (kadang-kadang dapat menyebabkan
aritmia); gangguan kardiovaskular; hindarkan pada porfiria (IONI : 17).
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas. Hati-hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
Efek samping :
Sakit kepala, reaksi alergi, mual, muntah, pusing, lesu, diare, konstipasi.
Dosis :
Oral 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sebelum tidur malam (tukak lambung
dan tukak duodenum).
Pemberian Obat:
Dapat diberikan bersama atau tanpa makan.
Interaksi obat :
Waktu protrombin bisa dipengaruhi bila diberikan bersama antikoagulan. Antasid menurunkan
efektivitasnya, sehingga bila diberikan bersama harus terlebih dahulu dimakan 1 jam sebelum
antasid.
Mekanisme kerja :
Menghambat kerja histamin untuk menghasilkan asam lambung dengan menduduki reseptor
H2 pada sel parietal lambung (Peresepan Obat : 235).
3) Neurosanbe Plus
Komposisi:
Metampyron 500 mg, vit B1 50 mg, vit B6 100 mg, vit B12 100 mcg.
Indikasi:
Neuritis dan neuralgia, trauma nyeri berat pada penyakit degeneratif kolumna vertebra.
Dosis:
1 kaplet 3x/hari. Maksimal 4 kaplet/hari.
Pemberian Obat:
Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontra Indikasi:
Tekanan darah sistolik < 100 mmHg.
Peringatan:
Jangan digunakan pada nyeri otot akibat flu atau reumatik. Gangguan hematologi, gangguan fungsi
hati atau ginjal.
Efek Samping:
Reaksi hipersensitivitas, agranulositosis.
(MIMS, 2012: 143).
Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem) serta Care Plan:
Resep tidak lengkap secara administrasi, kekurangan dapat dikonfirmasi kepada dokter maupun
pasien. Adanya efek samping hipotensi, konstipasi, diare dapat diatasi dengan meminum obat
sesuai dosis yang dianjurkan. Nifedipin under doses diatasi dengan meningkatkan frekuensi
penggunaan menjadi 3 x sehari 1 tablet. Interaksi antasida dapat menurunkan efektivitas dari
ranitidin dan ranitidin meningkatkan bioavaibilitas nifedipin dapat diatasi dengan
meminum ranitidin diminm 1 jam sebelum antasida dan beri jarak penggunaan ranitidin dan
nifedipin.
Keterangan:
Nifedifin: 3 x/hari 1 tablet, bersama makan.
Plantacid: 3 x/hari 10 mL, perut kosong (1 jam sebelum makan).
Ranitidin: 2 x/hari 1 tablet, perut kosong/tanpa makan (1 jam sebelum antasida).
Neurosanbe plus: 3 x/hari 1 kaplet, bersama makan.
3. MONITORING
4. EVALUASI
a. Keberhasilan terapi: pasien sembuh atau tidak, gejala atau keluhan berkurang, hilang/tidak, pasien
dapat beraktivitas seperti biasa.
b. Ada/tidaknya gejala/keluhan dan penyakit lain yang timbul setelah/selama pengobatan (keluhan
berkurang/tidak).