Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN FARMASETIKA TERAPAN

MATERI V

OSTEOARTHRITIS

OLEH :

NAMA : FADILAH AYU LESTARI

NIM : O1A1 14 013

KELAS :A

ASISTEN : FARHAN SEPTIAN AREMA

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
BAB I
PENDAHULUAN
A Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1 Untuk mengetahui dan memahami cara melakukan skrining resep pasien
OA kondisi khusus
2 Untuk mengetahui dan memahami cara perhitungan dosis dan bahan
dalam resep pasien OA kondisi khusus
3 Untuk mengetahui dan memahami cara pelayanan informasi obat dan
konseling pasien OA kondisi khusus

B Landasan Teori
Osteoartrtis (OA) merupakan nyeri radang yang terjjadi pada tulang
dan sendi. OA merupakan penyakit degenerative yang menyebabkan
kerusakan tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang didekkatnya, disertai
dengan proliferasi dari tulang dan jaringan lunak didalam dan sekitar sendi
yang terkena. OA teradi ketika proses perbaikan sendi tidak mampu
mengimbangai terjadinya kerusakan yang terjadi, maka penyakit ini pada
umumnya terjadi pada usia lanjut (Priyanto, 2009).
Beberapa faktor risiko yang berperan dalam kejadian OA
diantaranya adalah kadar estrogen rendah, kadar insulin-like
growth factor 1 (IGF-1) rendah, usia, obesitas, jenis kelamin
wanita, ras, genetik, aktifitas fisik yang melibatkan sendi yang
bersangkutan, trauma, tindakan bedah orthopedik seperti
menisektomi, kepadatan massa tulang, merokok, endothelial cell
stimulating factor dan diabetes mellitus. Usia dan jenis kelamin
wanita merupakan faktor risiko utama terjadinya OA, terutama
pada lutut. Data radiografi menunjukkan bahwa OA terjadi pada
sebagian besar usia lebih dari 65 tahun, dan pada hampir setiap
orang pada usia 75 tahun.OA ditandai dengan nyeri dan kaku
pada sendi, serta adanya hendaya keterbatasan gerakan
(Depkes,2006).

Klasifikasi radiografi osteoartritis menurut criteria Kellgren-Lawrence


(Pratiwi, 2015)

Terapi yang dpat diberikan dapat berupa: terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi dapat berupa pemberian penghilang rasa sakit
bisa membantu dengan gejala. Kebanyakan dokter merekomendasikan
acetaminophen (Tylenol), jika rasa sakit berlanjut maka direkomendasikan obat
anti-inflammatory (nsaids). Obat ini membantu meredakan nyeri dan bengkak.
Jenis NSAID termasuk aspirin, ibuprofen dan naproxen. Kortikosteroid
disuntikkan langsung ke sendi juga dapat digunakan untuk mengurangi
pembengkakan dan nyeri. Namun, bantuan hanya berlangsung untuk waktu
yang singkat. Banyak orang menggunakan obat seperti glucosamine dan
chondroitin sulfat. Ada beberapa bukti bahwa suplemen ini dapat membantu
mengontrol rasa nyeri, meskipun mereka tampaknya tidak tumbuh tulang
rawan baru. Obat topical seperti Krim kulit Capsaicin (Zostrix) dapat
membantu mengurangi dalam waktu 1-2 minggu. Terapi non farmakologi yang
dapat diberikan dapat berupa perubahan gaya hidup seperti: latihan air adalah
latihan yang dapat membantu menjaga gerakan sendi dan keseluruhan seperti
berenang. Rekomendasi gaya hidup lainnya termasuk Menerapkan panas dan
dingin, Makan makanan yang sehat dan seimbang, Istirahat, Menurunkan berat
badan jika, kelebihan berat badan, Melindungi sendi. Melakukan terapi fisik,
Terapi fisik dapat membantu meningkatkan kekuatan otot dan gerakan pada
sendi kaku. Menggunakan alat penyangga sendi (splints danbraces) Splints dan
kawat penyangga kadang-kadang dapat mendukung sendi yang lemah. Pada
Kasus yang parah dari osteoarthritis mungkin memerlukan pembedahan untuk
mengganti sendi yang rusak atau perbaikan (Inawati, 2010).
BAB II
PEMBAHASAN
A Hasil pengamatan
1 Resep Asli

dr. Kim Joon Myun.,Sp.PD,KR.n

SIP 456/DEF/789/2015

Kendari,1 Mei 2017

R/ Naproksen 250 mg XV

S 2 dd 1 AC

R/ Voltaren 1 % Tube 10 g No.1

S u.e.3 dd applic part dol

R/ Proste X

S 3 dd 1 dc

Pro : Ny. Song Ji Hyo

Umur : 65 tahun
2 Resep yang diberikan kepada pasien

dr. Kim Joon Myun.,Sp.PD,KR.n

SIP 456/DEF/789/2015

Kendari,1 Mei 2017

R/ Naproksen 550 mg XV

S 2 dd 1 PC

R/ Omeprazole 20 mg XV

S 1 dd 1 AC

Pro : Ny. Song Ji Hyo

Umur : 65 tahun
ASSESMENT
a. Mengenali Riwayat Pasien
No Kriteria Keterangan
1 Data Pasien Nama : Ny. Song Ji Hyo
Usia : 65 Tahun
Alamat :-
Observasi : BB: 70 kg, TB: 155 cm, TD: 110/80 mmHg,
Nadi: 78 x/menit, Respirasi: 18 x/menit dan
Suhu 37oC.

2 Riwayat Keluhan nyeri pada daerah lipatan paha,panggul dan


Penyakit bokong (sejak 3 bulan)
3 Riwayat Meminum obat dari warung dan mengompres panggul
Pengobatan dengan air dingin
4 Keadaan Khusus -
Pasien

b. Skrining Resep
1) Administratif (Kelengkapan Resep)
NO URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter
2 SIP dokter
3 Alamat dokter

4 Nomor telepon
5 Tempat dan tanggal penulisan resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep (R/)
Prescriptio
7 Nama Obat
8 Kekuatan obat
9 Jumlah obat
Signatura
10 Nama pasien
11 Jenis kelamin
12 Umur pasien
13 Barat badan
14 Alamat pasien
15 Aturan pakai obat
16 Iter/tanda lain
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan:
Resep lengkap / tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena data pasien seperti alamat dan nomor telpon dokter, serta alamat
pasien. Selain itu, paraf dokter juga tidak ada.
Cara pengatasan :
Komunikasikan kepada dokter tentang pembuatan resep yang baik, agar menghindari
kekliruan dalam pemberian pelayanan.

2) Kesesuaian Farmasetis
No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk sediaan Tidak ada
2 Stabilitas obat Tidak ada
3 Inkompatibiltas Tidak ada
4 Cara pemberian Tidak ada
5 Jumlah dan aturan pakai Tidak ada

3) Dosis
No Nama Obat Dosis Dosis Kesimpulan Rekomendasi
Resep Literatur
1 Naproksen 250 mg 550 mg Dosis yang Ditingkatkan dosisnya
diberikan
kurang
2 Voltaren 1 % Tube 10 Tube 10 Sesuai -
gram gram
3 Proste - Glucosamine Resep pada -
: 250 mg & dosis
Chondrotin: dilengkapi
200 mg

4) Pertimbangan Klinis
N Kriteria Permasalahan Pengatasan
o
1 Indikasi Proste tidak cocok diberikan Jangan diberikan
untuk penderita OA panggul.
2 Kontra indikasi -
3 Interaksi - -
4 Dupikasi/ polifarmasi - -
5 Alergi - -
6 Efek samping insomnia, lemah, letih, Diedukasikan dengan baik
pusing, sakit kepala, mual, kepada pasien agar tidak terjadi
muntah, diare, hipotensi kesalahpahaman
7 Reaksi obat yang
merugikan - -
(ADR/Adverse Drug
Reaction)

c. Karakteristik Obat
1 Obat 1
Komposisi :
Naproksen

Indikasi :
OA, AR, Gout Akut, Nyeri pasca operasi dan Dismenore primer.
Dosisi :
550 mg 2x/hari

Pemberian Obat :
Bersama makanan ; Berikan segera sesudah makan.

Kontra Indikasi :
Pasien yang mengalami sindrom asma, rhinitis dan polip hidung karena
aspirin atau ACNS lain. Hamil trimester ke-3, dan laktasi.

Peringatan :
Tidak untuk anak <16 Tahun, Riwayat penyakit GI

Efek Samping :
Sakit kepala, mengantuk, pusing, edema, takikardi, mual dan muntah.
Kategori Kehamilan :
C, D (Pada trimester ke-3)

2 Obat 2 (Voltaren)
Komposisi :
Diclofenac diethylammon

Indikasi :
Terapi lokal inflamasi pada tendon, ligmen, otot serta persendian.

Dosisi :
Olsekan 3-4 x/hari ( 1 tube 10 gram )

Pemberian Obat :
-
Kontra Indikasi :
Asma, urtikaria, sinitis akut yang ditimbulkan oleh salisilat.

Peringatan :
Hanya digunakan pada permukaan kulit yang utuh/sehat. Hindari kontak
dengan mata dan selaput lender. Jangan diberikan bersama sediaan oral.

Efek Samping :
Dermatitis kontak alergi atau non alergi, Ruam kulit dan reaksi
hipersensitivitas.

Kategori Kehamilan :
C

3 Obat 3 (Proste)
Komposisi :
Glucosamine dan Chondrotin Sulfate

Indikasi :
Memelihara kesehatan sendi, mengurangi nyeri dan inflamasi pada OA,
meningkatkan pembentukan kolagen, serta memperkuat matriks kartilago.
Dosis :
3-6 kapsul/hari

Pemberian Obat :
Bersama makanan

Kontra Indikasi :
-

Peringatan :
Tidak cocok untuk OA panggul

Efek Samping :
Mual, muntah

Kategori Kehamilan :
Aman

Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem)
serta Care Plan:
Resep obat yang diberikan sebagian tidak rasional, karena dosis tidak di
cantumkan pada resep. Selain itu, pada pengobatan ini dokter memberikan
obat Naproksen, Voltaren dan Proste, dimana pada pasien penderita OA
panggul tidak diekomendasikan mengonsumsi obat yang mengandung
Glucosamine dan Chondrotin Sulfat (Proste), adapun penggunaan voltaren
secara topical sebenarnya bisa diberikan hanya lebih baik merekomendasikan
obat OA oral terlebih dahulu mengingat umur pasien 65 tahun artinya lebih
membutuhkan pengobatan secara peroral.

Penyerahan Dan Pemberian Informasi Obat/Pio, Komunikasi Informasi


Edukasi/Kie, Dan Konseling
No. Kriteria Informasi Isi Informasi

1 Nama Obat Naproksen


Omeprazole
2 Kegunaan Naproksen sebagai obat OA panggul
obat/outcome terapi Omeprazole sebagai obat lambung
yang diharapkan
3 Aturan pakai Naproksen 550 mg 2x/hari
Omeprazole 20 mg 1x/hari
4 Waktu minum obat Naproksen diminum pada pagi dan malam
hari setelah makan
Omeprazole diminum segera sebelum makan
pagi atau malam hari

B Pembahasan
Kasus ini seorang pasien bernama Ny. Song Ji Hyo datang dengan
keluhan nyeri pada daerah lipatan paha, panggul, dan bokong sejak 3 bulan
yang lalu. Pasien mengeluhkan nyerinya lebih parah 1 minggu sebelum masuk
puskesmas. Gerakan sendi pasien terbatas. Tidak ada dirasakan nyeri pada
daerah sendi lain. Pasien merasakan sakit pada saat melakukan pekerjaan berat
dan merasakan kaku pada sendi saat pasien bangun pagi maupun setelah
melakukan aktivitas. Pasien pernah minum obat dari warung tapi tidak
membaik. Pasien juga pernah mengkompres panggul dengan air dingin tetapi
juga tidak membaik. Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum
pasien sedang dan tampak kesakitan, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 78
x/menit, laju respirasi 18x/menit, suhu 37 oC, berat badan 70 kg, dan tinggi
badan 155 cm. Dokter mendiagnosis pasien terkena Osteoarthritis.
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa Ny. Song Ji Hyo menderita
OA panggul. Osteoartritis (OA) Panggul adalah bentuk umum dari
osteoartritis. Penyakit ini mempengaruhi sendi panggul seperti pada lutut.
Sendi panggul adalah sendi yang menghubungkan pelvis, atau pelvis ke tulang
paha (femur). OA panggul dapat disebabkan oleh cedera panggul yang terjadi
sebelumnya. Perubahan pada kesejajaran panggul, misalnya setelah patah
tulang pada sendi panggul atau tulang di sekitarnya, dapat mengakibatkan
distribusi berat badan yang tidak seimbang pada sendi panggul. Ini pada
akhirnya mengakibatkan sendi mudah mengalami masalah akibat penggunaan
seiring waktu. Gejala paling umum adalah rasa sakit ketika menempatkan
beban pada panggul yang bermasalah, seperti saat berjalan atau bahkan saat
duduk dalam jangka waktu lama.
OA panggul tidak dapat disembuhkan, namun tersedia terapi untuk
mengurangi rasa tidak nyaman dan mengendalikan degenerasi sendi. Dokter
dapat memberikan obat untuk membantu mengontrol rasa sakit. Terapi fisik
memainkan peran yang penting dalam mengobati OA panggul tanpa
pembedahan. Tujuan utamanya adalah untuk membantu penderita mengetahui
cara mengontrol gejala dan memaksimalkan fungsi panggul. Pasien akan
belajar cara untuk mengurangi rasa sakit dan gejala, termasuk melalui
istirahat, pemijatan, dan terapi panas. Tongkat berjalan atau rangka berjalan
mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan pada panggul saat berjalan.
Berbagai latihan gerak dan peregangan akan digunakan untuk memperbaiki
gerakan panggul.
Adapun pada kasus ini dokter meresepkan obat Naproksen, Voltaren 1
% (topical) serta Proste. Pada resep tersebut obat Voltaren dan Proste tidak
perlu diberikan karena sudah polifarmasi serta bisa membahayakan pasien OA
panggul. Proste tidak diberikan karena mengandung Glucosamine dan
Chondroti sulphate yang dapat memperburuk kondisi panggul pasien.
Sehingga cukup pemberian Naproksen yang dapat menghambat nyeri pada
sendi pasien.Naproksen merupkan golongan AINS bersifat selektif dengan
cara menurunkan resiko GI pada enzim COX-2 yang merangsang
Prostaglandin mengeluarkan rasa nyeri sehingga diharapkan dengan
penggunaan Naproksen dapat menurunkan nyeri sendi dari pasien, tetapi
diketahui Naproksen memiliki efek samping pada lambung, sehingga
direkomendasikan dengan tambahan penggunaan obat Omeprazol untuk
mengurangi efek samping dari obat Naproksen atau akibat dari komplikasi
terapi dari AINS tersebut, dimana kita ketahui umur pasien OA panggul 65
tahun yang kemungkinan terkena komplikasi GI. Dosis Naproksen yang
diberikan dokter 250 mg dinaikkan menjadi 550 mg sesuai literatur dan
dikonsumsi setelah makan 2x/hari setelah makan sedangkan dosis omeprazole
diberikan 20 mg untuk indikasi komplikasi dari terapi AINS dan dikonsumsi
1x/hari segera setelah makan. Apabila nyeri OA panggul sudah tidak
dirasakan lagi segera hentikan penggunaan obat.
Pencegahan dan memaksimalkan penyembuhan serta pemeliharaan
tubuh dapat diiringi dengan terapi non farmakologi untuk pasien diantaranya
adalah menganjurkan pasien untuk mengurangi berat badan, istirahat yang
cukup, penggunaan alat bantu sendi dan alat bantu jalan, kompres dingin dan
latihan untuk memelihara sendi (olahraga berjalan kaki selama 30 menit),
mengurangi nyeri, dan kekakuan, serta minum susu yang dapat membantu
memelihara kekuatan tulang dan sendi.
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1 Skrining resep pasien osteoarthritis dapat dilakukan dengan 3 tahapan
yaitu administrasi, kesesuaian Farmasetik, pertimbangan Klinis. Dimana
pertimbangan klinis sangat berperan dalam proses penyerahan obat serta
penyembuhan penyakit yang diderita oleh pasien, pertimbangan klinis
meliputi indikasi, kontra indikasi, interaksi, polifarmasi, alergi, efek
samping, dan ADR (Adverse Drug Reaction) dari obat yang akan
diberikan kepada pasien.
2 Dosis pemberian obat perlu diperhatikan untuk pemberian osteoarthritis.
Dosis obat yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan yang dialami
oleh pasien disesuiakan dengan usia, riwayat penyakit, penyakit
komplikasi serta berat badan dan tekanan darah pasien.
3 PIO (Pemeberian Informasi Obat) dilakukan agar tidak terjadi kesalahan
dalam penggunaan obat, PIO dapat meliputi nama obat, kegunaan/terapi
obat, aturan pakai, waktu minum obat, cara pakai, durasi penggunaan obat,
efek samping, penyimpanan serta aktivitas yang disarankan/dihindari.
Sedangkan konseling dapat berupa pemberian terapi non farmakologi,
konseling bertujuan untuk memberikan informasi mengenai gaya hidup
sehat atau hal-hal yang perlu dilakukan pasien agar terhindar dari penyakit
osteoarthritis.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes,2006, Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik,


Depkes RI, Jakarta.

Inawati, 2010, Osteoartritis, Jurnal Asset Archieve, Vol 1(2).


Pratiwi, A.I., 2015, Diagnosis and Treatment Osteoarthritis, J.Majority, Vol.4.(4).

Priyanto, 2009, Farmakoterapi dan Terminology Medis, Kekonfi, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai