Anda di halaman 1dari 24

UASCOMPOUNDING AND DISPENSING

Oleh :

Ni Nyoman Tri Andyani Nayaka Putri


(1508515041)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
I. Resep 41
Ny. Wulan (35 tahun) datang ke dokter spesialis THT karena mengeluh
mengalami flu (hidung tersumbat) dan sesak napas. Flu sudah dirasakan sejak 10 hari
yang lalu sejak selesai mendaki gunung. Pasien sudah pernah meminum obat
dekongestan untuk mengurangi flu yang diderita, namun gejala flu hingga saat ini
masih dirasakan. 1 hari yang lalu pasien mengalami demam hingga 39 C, sehingga
pasien memutuskan untuk berobat ke dokter. Keluhan yang dirasakan pasien saat ini
hidung tersumbat dengan lendir hidung berwarna kekuningan dan kental. Riwayat
pengobatan tidak diketahui. Pasien tidak memiliki riwayat asthma. Pasien merupakan
pendaki gunung dan anggota kegiatan pecinta alam.
II. HASIL PEMBACAAN RESEP
Dr. XXXX
SIP. 1234/XXXX/2010

Praktek: Rumah:
Jl. Bukit Jimbaran No. 123 Jl. Bukit Jimbaran No. 88
Badung Badung
Tlp. (0361) 87654321 Tlp. 08123456789

Denpasar, 11 Desember 2012

R/ Zycin 500 mg III


S dd 1
Aldisa SR X
S 2 dd 1
Sanexon 8 mg X
S 3 dd 1
Erdobat X
S 3 dd 1

Pro : Ny. Wulan (35 th)


Alamat : Denpasar

III. SKRINING RESEP


Berdasarkan peraturan mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menyatakan bahwa pelayanan
farmasi klinik meliputi:
A. Persyaratan administratif :
- Nama, SIP, dan alamat dokter
- Tanggal penulisan resep
- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
- Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang diminta
- Cara pemakaian yang jelas
- Informasi lainnya
B. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara, dan lama pemberian.
C. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat dan lain-lain).
Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya dan bila
perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.Apoteker juga melakukan
penyiapan obat yang meliputi peracikan, etiket, kemasan obat, penyerahan obat,
informasi obat, konseling, dan monitoring terhadap penggunaan obat(Kepmenkes RI,
2014).

3.1 Skrining Administratif


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, dinyatakan bahwa skrining
resep untuk persyaratan administratif yang dilakukan oleh apoteker meliputi:
- Nama, SIP, dan alamat dokter
- Tanggal penulisan resep
- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
- Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang diminta
- Cara pemakaian yang jelas
- Informasi lainnya
(Kepmenkes RI, 2014)
Hasil skrining persyaratan administratif pada resep yang diterima dapat dilihat
pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Hasil Skrining Administratif
Tidak
Kelengkapan Resep Ada
Ada
Identitas Dokter Nama √
SIP √
Alamat praktik √
Nomor telepon √
Hari dan jam kerja √
Superscriptio Simbol R/ √

Nama Kota √

Tanggal resep √
Inscriptio Nama obat √

Kekuatan/potensi obat √

Jumlah obat √

Subscriptio Bentuk sediaan obat (BSO) √


Signatura Frekuensi pemberian √

Jumlah pemberian obat √

Waktu minum obat √

Informasi lain √
Penutup Paraf √

Tanda tangan √
Identitas pasien Nama √

Alamat √

Umur √

Jenis kelamin √

Berat badan √
Pada tabel persyaratan diatas dapat diketahui bahwa data pada identitas dokter
sudah tercantumkan. Berdasarkan persyaratan administratif resep yang telah
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, diketahui bahwa identitas
dokter penulis resep sudah lengkap. Menurut Permenkes RI No
512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran, penulisan SIP dokter diperlukan untuk menunjukkan bahwa dokter
penulis resep secara tertulis terbukti telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan
praktik kedokteran. Hari dan jam kerja diperlukan guna mempermudah dalam
menghubungi dokter penulis resep apabila terdapat permasalahan terkait resep serta
meminta persetujuan dari dokter penulis resep terkait pertimbangan apoteker dalam
mengatasi permasalahan tersebut (Rahmawati dan Oetari, 2002).
Waktu minum obat dari masing-masing obat tidak terdapat pada resep. Waktu
minum obat berkaitan pemberian obat pada pagi, siang atau malam hari dan diberikan
sebelum makan, bersamaan dengan makanan atau setelah makan. Waktu minum obat
terikai dengan interaksi obat tersebut guna mengoptimalkan efektivitas obat yang
digunakan.
Hasil skrining administratif menunjukkan bahwa Identitas pasien pada resep
juga tidak lengkap, yaitu kurangnya data mengnai berat badan dan tinggi badan
pasien juga tidak terdapat. Identitas pasien penting diketahui untuk menjamin obat
diberikan kepada pasien yang tepat, yang dilihat dari data nama dan alamat, dan obat
diserahkan dalam bentuk sediaan obat serta dosis yang tepat sesuai umur dan berat
badan pasien. Karena pada resep tidak terdapat data berat badan pasien, maka perlu
dilakukan penggalian informasi pasien dari pembawa resep ataupun dari pasien.

3.2 Skrining Farmasetis


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, dinyatakan bahwa skrining
resep untuk persyaratan farmasetis yang dilakukan oleh apoteker meliputi bentuk dan
kekuatan sediaan; stabilitas dan kompatibilitas (ketercampuran obat) (PerMenKes RI,
2014).
Hasil skrining farmasetis pada resep dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Hasil Skrining Farmasetis
Kriteria Zycin Aldisa SR Sanexon Erdobat
Bentuk sediaan Kapsul Kapsul lepas Tablet Kapsul
lambat 5 x 10
Potensi/kekuatan 500 mg - 8 mg -
Stabilitas stabil pada stabil pada stabil pada stabil pada
suhu ruangan suhu ruangan suhu ruangan suhu ruangan
15-30oC, dan 15-30oC, dan 15-30oC, dan 15-30oC, dan
kering. kering. kering. kering.
Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan
dijauhkan dari dijauhkan dijauhkan dari dijauhkan dari
sinar matahari dari sinar sinar matahari sinar matahari
langsung. matahari langsung. langsung.
langsung.
Kompaktibilitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

a. Bentuk sediaan
Bentuk sediaan obat dalam resep tidak tercantum, sedangkan untuk yang
tersedia di pasaran zycin, erdobat adalah dalam bentuk kapsul sedangkan aldisa
SR dalam bentuk kapsul lepas lambat dan sanexon dalam bentuk tablet.
b. Potensi
Potensi zycin telah tercantum pada resep yaitu 500 mg. Potensi untuk sanexon
telah tercantum pada resep yaitu 8 mg, aldisa SR dan erdobat yang tersedia
dipasaran hanya satu pilihan sehingga digunakan sediaan yang ada.
c. Stabilitas
Sediaan pada resep cukup stabil karena merupakan sediaan jadi tunggal dan
tidak mengalami perubahan bentuk atau kemasan karena peracikan. Masing-
masing sediaan tersebut cukup stabil pada suhu ruangan, yaitu pada suhu 15-
30oC, dan kering. Penyimpanan ketiga sediaan tersebut sebaiknya dijauhkan
dari sinar matahari langsung.
d. Inkompaktibilitas
Dalam resep tidak terdapat kegiatan pencampuran dari masing-masing sediaan
dan diserahkan dalam bentuk sediaan sehingga masing-masing sediaan pada
resep tidak terdapat masalah inkompaktibilitas.

3.3 Skrining Klinis


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, dinyatakan bahwa skrining
resep untuk pertimbanganklinis yang dilakukan oleh apoteker meliputi:

- Ketepatan indikasi dan dosis obat;


- Aturan, cara dan lama penggunaan obat;
- Duplikasi dan/atau polifarmasi;
- Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinik);
- Kontra indikasi; dan
- Interaksi
(PerMenKes RI, 2014).
Hasil skrining klinis pada resep dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Skrining Klinis
Nama Obat Indikasi Efek samping Kontra Indikasi
(Komposisi)
Zycin Infeksi sal nafas dan Reaksi alergi, nefritis Tidak bersamaan
(Azithromycin bawah, kulit dan jar interstisial akut, mual, dengan Pimozide,
500 mg) lunak. Uretritis dan muntah, diare, nyeri Hipersensitifitas,
servisitis non-GO perut, kembung, melena, Sirosis hati
karena Chlamydia ikterus kolestatik,
trachomatis palpitasi nyeri dada,
moniliasis, vaginitis,
nefritis pusing, sakit
kepala, vertigo,
mengantuk, lelah,
peningkatan reversibel
enzim transminase
Aldisa SR Meredakan gejala Insomnia, mulut kering Loratadin:
(Loratadine 5 yang berhubungan Hipersensitivitas
mg, dengan rinitis alergi terhadap loratadin
pseudoephedri dan common cold Pseudoephedrine :
ne sulfate 120 termasuk kongesti Hipersensitivitas
mg) nasal, bersin, terhadap
rinore, gatal dan Pseudoephedrine,
hipertensi parah, bayi
lakrimasi
baru lahir, SR pada
anak <12 th
Sanexon Penyakit Gangguan cairan dan Hipersensitive terhadap
(Methylprednis pernafasan, elektrolit, lemah otot, Methylprednisolone,
olone 8 mg penyakit kulit, menghambat trauma otak, jangan
pertablet) rematik, kelainan pertumbuhan pada diberikan secara
intratekal.
endokrin, keadaan anak
alergi, berbagai
macam penyakit
autoimun.

Erdobat Mukolitik, sebagai Mual, muntah, nyeri Sirosis hati, gagal


(Erdosteine sekretolitik pada perut, ggn pengecapan, ginjal, feniketonuria
300 mg) gangguan saluran sakit kepala, terasa
napas akut & kronik dingin, sesak napas,
kulit gatal, kemerahan.

Dalam pertimbangan klinis, perlu diperhatikan kesesuaian dosis, jumlah dan


durasi pemberian obat. Hasil perbandingan dosis pustaka dan dosis resep dapat dilihat
pada tabel 4.dibawah ini.
Tabel 4. Perbandingan Dosis Pustaka dan Dosis Resep
Nama obat Dosis Pustaka Dosis Resep Keterangan
Zycin Azithromycin 500 mg Azithromycin 500 mg Dosis : sesuai
Jumlah : 3 kapsul
Frekuensi : 1 kali sehari
Durasi : 3 hari
Aldisa SR Loratadine 5 mg, Loratadine 5 mg, Dosis : sesuai
pseudoephedrine pseudoephedrine sulfate
sulfate 120 mg 120 mg
Jumlah : 10 kapsul lepas
lambat
Frekuensi : 2 kali sehari
Durasi : 5 hari
Sanexon Methylprednisolone 8 Methylprednisolone 8 mg Dosis : sesuai
mg pertablet Jumlah : 10 tablet
Frekuensi : 3 kali sehari
Durasi : ±3 hari
Erdobat Erdosteine 300 mg Erdosteine 300 mg Dosis : sesuai
Jumlah : 10 tablet
Frekuensi : 3 kali sehari
Durasi : ±3 hari

KESIMPULAN HASIL SKRINING RESEP:


Berdasarkan skrining yang telah dilakukan pada skrining administratif, skrining
farmasetis dan skrining klinis, resep di atas masih belum lengkap sehingga untuk
memastikan keabsahan dan kelengkapan resep maka perlu dilakukan komunikasi
dengan pasien/pembawa resep dan dokter penulis resep.Penelusuran identitas pasien
dapat dilakukan dengan komunikasi langsung dengan pasien atau pembawa resep.
Untuk melakukan komunikasi dengan dokter penulis resep, perlu digali informasi
terlebih dahulu dari pasien/pembawa resep karena identitas dokter penulis resep tidak
lengkap.
Untuk menggali informasi yang tidak ada diresep serta untuk mencegah
medication error, maka apoteker melakukan penggalian informasi dari pasien.
Apoteker : “Selamat siang, dik. Saya Ayu Nia apoteker di apotek amerta
farma. Ada yang bisa saya bantu?”
Ny Wulan : “Selamat siang, bu, saya ingin menebus resep ini.”
Apoteker : “Baik, bu. Mohon tunggu sebentar.”
(Apoteker kemudian mengecek stok obat yang tercantum dalam resep dan
memastikan bahwa obat yang diresepkan bagi pasien tersedia di Apotek)
Apoteker : “Mohon maaf bu, resep ini untuk siapa?”
Wulan : “Resep ini untuk saya sendiri bu.”
Apoteker : “Kalau boleh tahu nama ibu siapa?”
Wulan : “Nama saya Wulan.”
Apoteker : “Mohon maaf apakah Ibu Wulan ada waktu sebentar? Ada hal
yang ingin saya tanyakan terkait pengobatan.”
Wulan : “Ya, silakan bu.”
Apoteker : “Kalau boleh tau tinggi dan berat badan ibu berapa?”
Wulan : “Tinggi saya 165 cm dan berat badan saya 55 kg.”
Apoteker : “Ibu Wulan pergi ke dokter apa?”
Wulan : “Tadi saya pergi ke klinik yang ditangani olehdr. AAA di klinik
xxx.”
Dalam kasus ini Apoteker sudah memiliki data administratif dari identitas
Dokter penulis resep karena diumpamakan resep dari klinik xxx dan dari dokter
umum dr. AAA tersebut sudah sering diterima di apotek.Setelah mengumpulkan
seluruh informasi yang kurang, maka resep diatas dapat dilayani.

IV. MONOGRAFI OBAT


1. Zycin
 Komposisi :Azithromycin 500 mg
 Bentuk sediaan : Kapsul
 Indikasi :Infeksi sal nafas dan bawah, kulit dan jar lunak. Uretritis
dan servisitis non-GO karena Chlamydia trachomatis
 Dosis : Azithromycin 500 mg
 Cara pemberian :Dapat diberikan sesudah makanan.
 Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar dan tidak terpapar matahari
langsung.
 Kontraindikasi :Tidak bersamaan dengan Pimozide, Hipersensitifitas,
Sirosis hati
 Efek samping :Reaksi alergi, nefritis interstisial akut, mual, muntah, diare,
nyeri perut, kembung, melena, ikterus kolestatik, palpitasi
nyeri dada, moniliasis, vaginitis, nefritis pusing, sakit
kepala, vertigo, mengantuk, lelah, peningkatan reversibel
enzim transminase
(Madescape, 2014; Lacy et al., 2011)
2. Aldisa SR
 Komposisi :Loratadine 5 mg, pseudoephedrine sulfate 120 mg
 Bentuk sediaan : Kapsul lepas lambat
 Indikasi :Meredakan gejala yang berhubungan dengan rinitis
alergi dan common cold termasuk kongesti nasal,
bersin, rinore, gatal dan lakrimasi
 Dosis : Loratadine 5 mg, pseudoephedrine sulfate 120 mg
 Cara pemberian :Dapat diberikan sesudah makanan.
 Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar dan tidak terpapar matahari
langsung.
 Kontraindikasi : Loratadine : hipersensitiv terhadap loratadin
Pseudoefedrin : hipersensitiv terhadap pseuefedrin,
hipertensi parah, bayi baru lahir, SR pada anak < 12
th
 Efek samping :Insomnia, mulut kering
(Madescape, 2014; Lacy et al., 2011)
3. Sanexon
 Komposisi :Methylprednisolone 8 mg pertablet
 Bentuk sediaan : Tablet
 Indikasi : Penyakit pernafasan, penyakit kulit, rematik,
kelainanendokrin, keadaan alergi, berbagai macam
penyakit autoimun.
 Dosis : Methylprednisolone 8 mg pertablet
 Cara pemberian :Dapat diberikan sesudah makanan.
 Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar dan tidak terpapar matahari
langsung.
 Kontraindikasi : Hipersensitiv terhadap methylprednisolone, trauma otak,
jangan diberikan secara intratekal
 Efek samping :Gangguan cairan dan elektrolit, lemah otot,
menghambat pertumbuhan pada anak
(Madescape, 2014; Lacy et al., 2011)
4. Erdobat
 Komposisi :Erdosteine 300 mg
 Bentuk sediaan : Kapsul
 Indikasi :Mukolitik, sebagai sekretolitik pada gangguan saluran
napas akut & kronik
 Dosis : Erdosteine 300 mg
 Cara pemberian :Dapat diberikan sesudah makanan.
 Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar dan tidak terpapar matahari
langsung.
 Kontraindikasi : Sirosis hati, gagal ginjal, feniketonuria
 Efek samping :Mual, muntah, nyeri perut, ggn pengecapan, sakit kepala,
terasa dingin, sesak napas, kulit gatal, kemerahan.
(Madescape, 2014; Lacy et al., 2011)
II. PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL
Penggunaan obat yang rasional adalah bila pasien menerima obat yang sesuai
dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dan dengan harga yang
paling murah untuk pasien dan masyarakat (WHO, 1985). WHO memperkirakan
bahwa lebih dari separuh dari seluruh obat di dunia diresepkan, diberikan dan dijual
dengan cara yang tidak tepat dan separuh dari pasien menggunakan obat secara tidak
tepat. Maka dari itu penting untuk menilai penggunaan obat yang rasional guna
menjamin pasien mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk
periode waktu yang adekuat dengan harga yang terjangkau (KemenKes RI,
2011).Penilaian untuk penggunaan obat yang rasional dapat dinilai dari salah satunya
adalah metode SOAP.
a. Subjektif
Three prime questiondapat ditanyakan kepada pasien untuk memperoleh
informasi tambahan yang dibutuhkan guna memperkuat anamnese kefarmasian.
Berikut adalah percakapan antara Apoteker dengan pasien:
Apoteker : “Maaf bu, saya ingin menanyakan lagi mengenai keluhan yang
adik rasakan. Saat ibu kedokter tadi, keluhan apa saja yang ibu
sampaikan kepada Dokter?”
Pembawa resep : “Tadi saya bilang kepada Dokter bahwa saya mengalami flu
(hidung tersumbat) dan sesak napas, hidung tersumbat dengan
lendir hidung berwarna kekuningan dan kental.
Apoteker : “Sudah berapa lama ibu mengeluhkan penyakit ini?”
Pembawa resep : “Sudah sejak 10 hari yang lalu bu”
Apoteker : “Selain itu apakah ada keluhan lainnya yang ibu rasakan?”
Pembawa resep : “Oh iya kemarin saya juga mengalamipanas 39˚C
Apoteker : “ Apakah suhu badan ibu sekarang masih tinggi?”
Pembawa resep : “ Tidak bu”
Apoteker : “Oh begitu, apakah tadi dokter sudah menjelaskan kepada ibu
mengenai obat yang ibu terima?”
Pembawa resep : “Tadi Dokter bilang saya dikasi obat untuk menyembuhkan flu
(hidung tersumbat)”
Apoteker : “Bagaimana penjelasan Dokter tentangcara penggunaan obat
yang ibu terima?”
Pembawa resep : “Kata Dokter tadi saya diberikan 4 macam obat. Satu obat
antibiotik 1 kali sehari yang katanya dokter harus diminum
sampai habis, satu lagi untuk menghilangkan flu 2 kali sehari,
satunya lagi obat untuk radang 3 kali sehari, satu lagi obat untuk
batuk 3 kali sehari.
Apoteker : “Apakah pada saat di berobat ke Dokter ada dilakukan
pemeriksaan laboratorium?
Pembawa resep : “Tidak ada Bu.”
Apoteker : “Apakah ibu sudah pernah minum antibiotik sebelumnya dan
apakah ibu pernah merasakan hal yang aneh setelah meminum
antibiotik tersebut seperti adanya alergi contohnya gatal-gatal?”
Pembawa resep : “Tidak ada Bu.”
Apoteker :“Apa yang dikatakan Dokter setelah ibu meminum obat ini?”
Pembawa resep : “Dokter bilang setelah minum obat ini flu saya akan hilang.
Dari hasil percakapan diatas yang dilakukan dengan pasien, dapat diketahui
bahwa pasien mengalami flun (hidung tersumbat) dengan lender hidung berwarna
kekuningan dan kental.
b. Objektif
Setelah melakukan penilaian secara subjektif, maka langkah selanjutnya adalah
menilai pasien secara objektif.Namun pada kasus di atas tidak terdapat data hasil
pemeriksaan laboratorium sehingga apoteker hanya dapat menilai dari data subjektif
saja.
c. Assesment
Tahap selanjutnya adalah assesment.Pada tahap assesment, Apoteker dapat
melakukan penilaian kondisi klinis yang dialami pasien (anamnese) yang disesuaikan
dengan analisa 4T1W dan identifikasi drug related problemuntuk menganalisa
penggunaan obat yang rasional untuk kondisi pasien tersebut.

Penilaian Pengobatan yang Rasional


1. Tepat Indikasi
Tepat Indikasi adalah pemilihan obat bagi pasien harus didasarkan pada
diagnosis penyakit yang akurat (Donatus, 2004). Berdasarkan anamnese kefarmasian
yang dilakukan oleh apoteker, pasien diduga menderitaISPA atau Common Cold
yang menyebabkan demam, pilek,hidung tersumbat, bersin, meler dan batuk
berdahak.
Pengobatan common cold adalah dengan terapi simptomatik yang berarti
menangani gejala yang timbul sehingga diharapkan obat – obatan yang diberikan
mampu menangani gejala – gejala yang timbul. Dilihat dari indikasinya obat Aldisa
SR dan Sanexon sesuai dengan indikasi karena merupakan terapi untuk common
cold, sedangkan Zycin dan Erdobat tidak sesuai dengan indikasi karena antibiotic dan
mukolitik tidak diperlukan dalam kasus ini.
Table 5. Hasil Anamnese Kefarmasian Apoteker
Jenis Obat Indikasi / Use yang Analisa Subjektif Anamnese
DimungkinkanTerkait dan Objektif Kefarmasian
Kasus Sementara
Aldisa SR Antihistamin dan nasal Subjektif : Aldisa SR digunakan
dekongestan (Lacy et al., Pasien mengalami untuk menangani flu
2011) flu (hidung
tersumbat)
Objektif :
-

Sanexon Antiinflamasi (Lacy et al., Subjektif : Sanexon diduga


2011) Pasien mengalami digunakan untuk
flu mengatasi flu yang
Objektif : diderita pasien
-

2. Tepat Obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelahdiagnosis ditegakkan
dengan benar.Dengan demikian, obatyang dipilih harus yang memiliki efek terapi
sesuai denganjenis penyakit (KemenKes RI, 2011).
Dari data subyektif dan obyektif yang diperoleh dapat diketahui pasien
mengalami ISPA atau Common cold. ISPA atau Common cold biasanya
disebabkan oleh salah satu dari beberapa virus pernapasan , yang paling sering
rhinovirus . Virus ini berkonsentrasi di sekret hidung mudah menular melalui bersin ,
batuk. Tanda dan gejala common cold biasa seperti demam , batuk , pilek , hidung
tersumbat, sakit tenggorokan , sakit kepala , dan mialgia. Common cold biasanya
ditangani dengan terapi simptomatis(Fashner et al, 2012).

Gambar 3. Tanda dan Gejala Common Cold (Daniel et al.1999)


Dilihat dari algoritma terapi hanya obat-obatan yang menangani symptom yang dapat
digunakan dalam penanganan common cold.
1.Aldisa SR
Aldisa SR mengandung Loratadin dan pseudoefedrin yang merupakan
antihistamin dan nasal dekongestan yang digunakan untuk menangani flu
(hidung tersumbat).
2. Sanexon
3.Sanexon mengandung metilprednisolone yang biasa digunakan untuk
menangani radang pada kondisi flu.

Antibiotik (Zycin) dan mukolitik (Erdobat) tidak dugunakan dilihat dari algoritme
terapi.

3. Tepat Dosis
Tepat dosis adalah jumlah obat atau dosis yang diresepkan kepada pasien sesuai
dengan kebutuhan individual dari pasien dan dosis yang diberikan berada dalam
rentang terapi. Berikut adalah perbandingan kesesuaian dosis resep dengan dosis
pustaka.
Nama obat Dosis Pustaka Dosis Resep Keterangan
Aldisa SR Loratadine 5 mg, Loratadine 5 mg, Dosis : sesuai
pseudoephedrine pseudoephedrine sulfate
sulfate 120 mg 120 mg
Jumlah : 10 kapsul lepas
lambat
Frekuensi : 2 kali sehari
Durasi : 5 hari
Sanexon Methylprednisolone 8 Methylprednisolone 8 mg Dosis : sesuai
mg pertablet Jumlah : 10 tablet
Frekuensi : 3 kali sehari
Durasi : ±3 hari

4. Tepat pasien
Pasien wanita dewasa berumur 35 tahun, sehingga pemberian sediaan bentuk
kapsul dan tablet sudah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien. Selain itu
tidak ada kontraindikasi antara obat dengan kondisi pasien sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggunaan obat - obat pada resep ini sudah tepat pasien.
5. Waspada Efek Samping
Tidak ada efek samping yang sangat serius dan perlu diwaspadai.(Lacy et al,
2011).
Obat Komposisi Efek samping
Aldisa SR Loratadine 5 mg, Insomnia, mulut kering
pseudoephedrine sulfate 120
mg
Sanexon Methylprednisolone 8 mg Gangguan cairan dan
pertablet elektrolit, lemah otot,
menghambat pertumbuhan
pada anak

Drug Related Problem (DRP)


Penggunaan obat yang tidak rasional sering dijumpai dalam praktek sehari-hari.
Peresepan obat tanpa indikasi yang jelas, penentuan dosis, cara, dan lama pemberian
yang keliru, serta peresepan obat yang mahal adalah beberapa contoh dari
penggunaan obat yang tidak rasional. Penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional
jika kemungkinan dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar
daibandingkan manfaatnya. Dampak negatif dapat berupa:
a. Dampak klinik (contohnya terjadi efek samping dan resistensi kuman)
b. Dampak ekonomi (biaya tidak terjangkau)
(KepmenKes RI, 2011).
Analisa POR berdasarkan 8 DRP adalah sebagai berikut:
a. Unnecessary drug therapy
Berdasarkan penjelasan pada 4T1W, ada salah satu obat pada resep yang
tidak diperlukan dalam penanganan kondisi common cold yaitu Zycin yang
mengandung azitromisin dan Erdobat yang mengandung Erdostein. Menurut
guideline terapi antibiotik tidak diperlukan dalam penanganan common cold
sehingga perlu dikonsultasikan pada dokter pembuat resep untuk tidak
memberikan Zycin kepada pasien.Selain itu pasien tidak mengalami gejala
batuk sehingga pemberian mukolitik seperti erdobat tidak dipandang
menangani gejala sehingga tidak diberikan.
b. Wrong drug
Berdasarkan penjelasan 4T1W, pemberian antibiotik azitromisin dan
mukolitik erdobat pada pasien ini tidak tepat karenanya perlu
dikonsultasikan pada dokter pembuat resep untuk tidak memberikan zycin
dan erdobat pada pasien.
c. Dose too low
Berdasarkan pemaparan 4T1W pada bagian tepat dosis, semua obat yang
diberikan telah tepat dosis.
d. Dose too High
Berdasarkan pemaparan 4T1W pada bagian tepat dosis diketahui bahwa
tidak ada obat – obatan dalam resep yang dosisnya melebihi dosis
maksimum pemberian.
e. Adverse drug reaction
Tidak ada
f. Interaksi obat
Tidak terdapat interaksi antara obat – obat dalam resep ini.
g. Inappropriate adherence
Tidak ada masalah kepatuhan yang perlu dikhawatirkan dari obat – obatan
yang diterima pasien selama pasien telah diberi KIE mengenai pengobatan
yang diterima.
h. Need Additional Drug Therapy
Berdasarkan pemaparan 4T1W. Obat – obatan dalam resep telah cukup
untuk menangani gejala – gejala common cold yang diderita pasien
sehingga tidak diibutuhkan adanya terapi tambahan.
Pengatasan DRP
1. Unnecessary drug therapy
Telah dikonsultasikan mengenai pembatalan pemberian antibiotika Zycin
yang mengandung azitromisin dan mukolitik erdobat yang mengandung
erdostein kepada pasien. Dokter penulis resep setuju untuk tidak memberikan
antibiotika dan mukolitik karena tidak memberikan efek yang signifikan pada
kesembuhan pasien. Pemberian antibiotika pada pasien yang tidak
membutuhkan terapi antibiotika hanya akan meningkatkan resiko terjadinya
resistensi.Pasien tidak mengalami gejala batuk sehingga mukolitik tidak
dibutuhkan.
2. Wrong drug
Permasalahan obat yang tidak tepat juga telah teratasi karena zycin dan
erdobat yangdinilai tidak tepat obat tidak diberikan kepada pasien.

Care Plan
Pasien menderita common cold, pasien direkomendasikan untuk melaksanakan
terapi non-farmakologi dan farmakologi.
a. Terapi non-farmakologi
- Pasien diminta untuk minum air yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Selain
b. Terapi farmakologi
- Pasien diberikan 3 jenis sediaan yaitu Fludane syrup, Zenirex syrup dan Lacto B
sachet.
- Pemberian informasi kepada pasien mengenai obat yang digunakan, cara penggunaan
obat, aturan pakai obat, waktu penggunaan obat, dan efek samping obat yang
mungkin terjadi

V. COMPOUNDING AND DISPENSING


1. Compounding
a. Penyiapan Obat
Apabila resep obat telah dikonsultasikan kepada dokter serta obat yang
diperlukan tersedia pada apotek, maka selanjutnya dilakukan proses penyiapan
obat. kemudian diberi label sesuai dengan signa yang telah disetujui oleh dokter.
Keterangan yang dicantumkan pada etiket meliputi nomor resep, tanggal, nama
pasien, frekuensi penggunan obat dan waktu pemakaian obat.
1. Aldisa SR kapsul diberikan dalam jumlah yang sesuai yaitu sebanyak 10
kapsul. Aldisa SR menggunakan etiket putih dengan keterangan diminum 2
kali sehari, satu satu kapsulsetelah makan utuk meredakan flu (hidung
tersumbat).
2. Sanexon tablet diberikan dalam jumlah yang sesuai yaitu sebanyak 10 tablet.
Sanexon tablet menggunakan etiket putih dengan keterangan diminum 3 kali
sehari, satu tablet setelah makan untuk meredakan radang.

Apotek Nayaka Farma


Jl. BukitJimbaran No.23
Badung-Bali
Telp: (0361) 7223321

APA Nayaka Putri, S.Farm, Apt.


SP : KR.00.04.1.3.00067
SIPA : 38/32/4120/DB/DP/2013

No. 41 Jimbaran, 21-10-2015

Ny Wulan (35th)
Aldisa SR
2 x sehari
sesudah makan
BUD 6 bulan
TTD Apoteker
Apotek Nayaka Farma
Jl. BukitJimbaran No.23
Badung-Bali
Telp: (0361) 7223321

APA Nayaka Putri, S.Farm, Apt.


SP : KR.00.04.1.3.00067
SIPA : 38/32/4120/DB/DP/2013

No. 41 Jimbaran, 21-10-2015

Ny Wulan (35th)
Sanexon
3 x sehari
sesudah makan
BUD 6 bulan
TTD Apoteker

b. Penyerahan Obat (Dispensing), KIE dan Monitoring


Penyerahan obat disertai dengan KIE.Informasi yang diberikan
disesuaikan dengan informasi dari resep dan pertimbangan pengatasan DRP dan
rekomendasi yang diberikan.
c. Penyerahan Obat dan KIE kepada pasien/keluarga
Penyerahan obat-obat dalam resep disertai dengan pemberian KIE kepada
pasien. Dalam hal ini diberikan edukasi kepada pasien untuk perbaikan kondisi
secara nonfarmakologi. Penyerahan obat dan KIE bertujuan untuk
mengoptimalkan terapi pada pasien. Pada penyerahan obat dan KIE informasi
mengenai obat yang perlu disampaikan antara lain: cara penggunaan obat, aturan
pakai obat, waktu penggunaan obat, dan ADR yang mungkin terjadi. Penyerahan
obat dan KIE kepada pasien meliputi:
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta.

Daniel Y.T.G., Lynette P.C.S., Lee B.W. 1999. Acute Respiratory Tract Infections in
Children : Outpatient Management. National University Hospital: Buletin 10.

Fashner J et al. 2012. Treatment of the Common Cold in Children and Adults.
American Family Physician. 2012 Jul 15;86(2): 153-159.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027 tahun 2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Lacy, C. F., L. L. Armstrong, M. P. Goldman, L. L. Lance. 2011. Drug Information


Handbook, 20th Edition. Ohio: Lexi-Comp, Inc.

Medscape.2014. Cited 20 jun 2015. Available at www.medscape.com

Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36. Pharmaceutical
Press : London Chicago.

Anda mungkin juga menyukai