Anda di halaman 1dari 18

Bagian Anestesi, Terapi Intensif & Manajemen Nyeri

Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana

Referat
Juni 2013

FARMAKOLOGI OBAT VASOPRESOR


(DOPAMIN, DOBUTAMIN DAN NOREPINEFRIN)

OLEH
Agida Kusuma Pertiwi, S.Ked (0908012827)
Desendio Krismasjati Tarom Prakoso , S.Ked (0908012831)

PEMBIMBING
dr. Budi Yulianto Sarim, Sp.An

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ANESTESI, TERAPI INTENSIF & MANAJEMEN NYERI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD. PROF. DR. W. Z. JOHANNES
KUPANG 2013
1

LEMBARAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan referat dengan judul Farmakologi Obat Vasopresor (Dopamin,


Dobutamin, Norepinefrin) oleh Agida Kusuma Pertiwi, S.Ked dan Desendio Krismasjati
Tarom Prakoso, S.Ked pada hari .

Kupang, Juli 2013


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Budi Yulianto Sarim, Sp.An

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
perkenaannya kami selaku dapat menyelesaikan pembuatan referat ini. Penulis mengharapkan
banyak manfaat dan ilmu yang dapat dipelajari dari referat ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada pembimbing klinik yang senantiasa memberikan bimbingan dan
pengajarannya dalam proses pembuatan referat ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih memiliki kekurangan atau
ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
demi meningkatkan kualitas dan isi referat ini. Akhir kata kami selaku penulis mengucapkan
selamat membaca dan selamat menimba ilmu.

Kupang, Juni 2013

Penulis

i
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

ii

BAB I
PENDAHULUAN

Farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup lewat
proses kimia khususnya lewat reseptor. Farmakologi dipisahkan lagi menjadi dua subdisiplin
yaitu farmakokinetik dan farmakodinamik. Farmakokinetik adalah apa yang dialami obat
yang diberikan pada suatu makhluk yaitu absorpsi, distribusi, biotransformasi dan ekskresi.
Farmakodinamik menyangkut pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk secara
keseluruhan (berhubungan erat dengan fisiologi, biokimia dan patologi).(1)
Obat adrenergik adalah obat yang menimbulkan efek mirip perangsangan saraf
adrenergik. Obat ini digolongkan menjadi dua yaitu berdasarkan mekanisme kerja dan efek
farmakologinya. Menurut mekanisme kerja dapat dibagi lagi menjadi tiga yaitu adrenergik
yang berefek langsung, tidak langsung dan campuran, sedangkan menurut efek
farmakologisnya obat adrenergik bisa dibagi menjadi lima yaitu vasopresor, bronkodilator,
dekongestan hidung, midriatik dan dekongestan mata.
Obat yang akan dibahas dalam referat ini adalah dopamine, dobutamin dan
norepinefrin. Menurut

efek farmakologisnya salah satu obat tadi contoh norepinefrin

termasuk obat adrenergik golongan vasopressor. Vasopressor adalah obat yang menyebabkan
naiknya tekanan darah karena memiliki kemampuan untuk membuat pembuluh darah
konstriksi (menyempit).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

DOPAMINE
Dopamine adalah senyawa kimia organik yang umum ditemukan pada saraf sebagai

neurotransimter yaitu substansi yang dilepaskan oleh sinaps untuk mengirim informasi ke
saraf lainnya. Karena dopamine secara alami bekerja sebagai neurotransimter dalam otak,
maka dopamine kadang disebut juga obat golongan katekolamin/ adrenergik. Secara kimia,
dopamine terbentuk dari satu cincin benzena yang berikatan dengan gugus etilamin.

Gambar 2.1 Rumus Kimia Dopamin

Meskipun demikian, tidak semua saraf neurotransmiternya menggunakan dopamine.


Sel syaraf yang dominan menggunakan dopamine sebagai neurotransmiternya biasa disebut
dopaminergic. Sebuah studi menunjukkan kadar dopamine dalam otak berhubungan dengan
perilaku percaya diri dan motivasi. Beberapa penyakit tertentu dalam sistem saraf juga
berkorelasi dengan disfungsi dopamine dalam otak contohnya penyakit Parkinson, ADHD
dan Schizophrenia.
Dopamine memegang peranan penting dalam kontrol motorik, motivasi, kognisi, dan
penghargaan serta memegang sedikit peranan dalam laktasi. Pemetaan dari area kerja
dopamine di otak manusia pertama kali dilakukan pada tahun 1964 oleh Annica Hahlstrom
6

dan Kjell Fuke. Pada skema yang mereka temukan, area A1 sampai A7 mengandung
neurotransmitter norepinephrine, dimana A8 sampai A14 mengandung dopamine. (2) Berikut
adalah daftar area dopaminergic (saraf yang memiliki transmiter utama dopamine) yang telah
diketahui:

Pertama di Substantia Nigra pada area kecil pada otak tengah yang dibentuk dari
komponen ganglia basalis. Saraf dopamine ditemukan terutama di bagian yang
disebut pars compacta (kelompok sel pada A8) dan sekitar A9. Nama substantia
nigra diambil dari bahasa latin yang berarti substansi gelap. Saraf saraf ini sangat
rentan terhadap kerusakan. Ketika banyak dari saraf tersebut rusak, maka
menimbulkan manifest berupa penyakit Parkinson.(3)

Kedua di Ventral Tegmental Area (VTA) yaitu daerah di otak tengah. Kelompok sel ini
(A10)merupakan kumpulan yang terbanyak dalam otak manusia. Proyeksi dari
dopaminergic di daerah ini adalah menuju nucleus accumbens dan prefrontal cortex,
yang berkaitan dengan tingkat motivasi dan pengambilan keputusan.(4)

Ketiga pada Posterior Hypoyhalamus (A11) yaitu kelompok dopaminergic yang


berproyeksi ke spinal cord yang mana fungsi kerjanya sampai sekarang belum
diketahui secara jelas namun dipercaya berhubungan dengan restless legs syndrome
yaitu kondisi dimana seseorang kesulitan tidur berkaitan dengan gerakan involunter
yang timbul terutama kaki.(5)

Keempat yaitu Arcuata Nucleus (A12) dan Periventricular Nucleus (A14) pada
hypothalamus. Proyeksi penting dopaminergic ini adalah menuju kelenjar pituitary,
dimana nantinya berpengaruh pada sekresi hormon prolaktin. Dopamine merupakan
inhibitor primer dari sekresi prolaktin.

Kelima adalah Zona Incerta (kelompok A13) terproyeksi ke beberapa area pada
hipotalamus dan turut berperan dalam kontrol gonadotropin releasing hormone,
yang mana hormon ini diperlukan untuk berkembangannya sistem reproduksi.(6)
Diluar sel saraf, dopamine mengambil fungsi di dalam tubuh sebagai pembawa pesan

lokal. Dalam pembuluh darah, dopamine menghambat pelepasan

norephinephrine dan

bekerja sebagai vasodilator,(7) dalam ginjal, dopamine mampu meningkatkan sekresi natrium
dan urine output, dalam pankreas, dopamine mengurangi produksi insulin, dalam sistem
pencernaaan dopamine menyebabkan penurunan motilitas usus dan membantu melindungi
mukosa intestinal. Penurunan aktivitas limfosit dalam sistem imun juga bisa dipengaruhi oleh
dopamine. Meski tersedia secara intravena, dopamine tidak bisa mencapai sirkulasi otak
melalui pembuluh darah. Pemberian melalui intravena digunakan untuk penanganan gagal
jantung dan syok terutama pada bayi baru lahir. Untuk sirkulasi otak, L DOPA (precursor
dari dopamine) biasa digunakan karena prekursor dari dopamine bisa menembus sawar darah
otak dan sudah digunakan secara luas untuk pengobatan parkinson.
Reseptor dopamine digolongkan menjadi 2 family yaitu family D1 dan D2. D1 terdiri
dari D1 dan D5 sedangkan D2 terdiri dari D2, D3 D4. Receptor D adalah reseptor yang
terdapat di permukaan sel. Secara seluler, family D1 memberikan efek untuk eksitasi (melalui
pembukaan kanal natrium) dan inhibisi (melalui pembukaan kanal kalium). Namun stimulasi
reseptor D1 pembuluh darah terutama di ginjal, mesenterikum, dan pembuluh darah koreoner
menyebabkan vasodilatasi melalui aktivasi adenilsiklase. Efek utama dari family D2 biasanya
sebagai inhibitor dari suatu sel saraf target, namun mekanismenya belum diketahui secara
jelas.
Dopamine disintesis dari prekursor sebelumnya yaitu Tirosin. Tirosin didapatkan
melalui makanan yang dimakan oleh tubuh.

Makanan seperti pisang, kentang, alpukat,

brokoli dipercaya mengandung bahan yang mengandung bahan bahan untuk pembentukan
8

dopamine.(8) Sintesis dopamine dimulai dari tirosin yang oleh enzim tirosin hidroksilase
diubah menjadi DOPA (L-DOPA, Levodopa) kemudian baru diubah lagi menjadi dopamine
dengan bantuan enzim DOPA dekarboksilase,
Dopamine dapat memberikan efek didalam sistem saraf pusat dan diluar sistem saraf
pusat. Telah dibahas tadi bahwa mekanisme kerja dopamine adalah untuk menstimulasi
reseptor D1 dan D2. Menstimulasi reseptor D1 pada pembuluh darah ginjal, mesenterikum
dan koroner: stimulasi ini menyebabkan vasodilatasi, peningkatan aliran darah ginjal lewat
mekanisme cAMP dependent-independent, sehingga berguna pada pasien dengan curah
jantung rendah disertai gangguan fungsi ginjal. Pemberian dopamine secara intravena tidak
mampu menembus sawar darah otak. Untuk itu, pengobatan dengan target reseptor di otak
menggunakan obat L-DOPA yang mampu menembus sawar darah otak.
Tabel 2.1 Keterangan Obat Dopamine(9)
Nama
generik
Dopamine

B.

Nama
dagang
Intropin,
dopamine

Kegunaan

Efek samping

Dosis

Keadaan syok karena


myocard infark, trauma,
operasi bedah jantung,
gagal ginjal dan keadaan
kompensasi kelainan
jantung karena Congestive
Heart Failure

Mual, muntah,
kelainan irama
jantung,
takikardia, nyeri
dada, palpitasi,
hipotensi,
dyspnea

2 50
mcg/kg/min IV
(kecepatan
pemberian
ditentukan dari
respon pasien)

DOBUTAMIN
Dobutamin adalah obat simpatomimetik yang digunakan untuk pengobatan gagal

jantung dan syok kardiogenik. Dobutamine memiliki struktur kimia menyerupai dopamine
(gambar 2.2). merupakan obat yang unik karena merupakan campuran dai isomer I dan d.
isomer I adalah 1 agonis sedangkan isomer d adalah 1 bloker. Meskipun memiliki efek yang

saling berlawanan, efek yang lebih kuat adalah sebagai 1 agonis karena isomer I lebih
dominan daripada isomer d.
Tujuan pemberian dobutamin adalah sebagai 1 agonis karena ternyata isomer d
sepuluh kali lebih poten daripada isomer I dalam hal menstimulasi reseptor 1. Mekanisme
utama dari obat ini adalah stimulasi langsung pada reseptor 1 dari saraf parasimpatis.
Dobutamin digunakan untuk menangani keadaan gagal jantung akut reversible yang mungkin
terjadi pada operasi jantung, sepsis dan syok kardiogenik. Dobutamin juga bisa digunakan
pada penyakit gagal jantung kongestif untuk meningkatkan cardiac output.
Efek samping dari penggunaan obat ini sesuai dengan efek aktivasi reseptor 1 seperti
peningkatan tekanan darah, angina, aritmia dan takikardi.( 10) Waspada menggunakan
dobutamin pada pasien dengan atrial fibrilasi karena dapat menyebabkan peningkatan
konduksi atrioventrikular. Efek paling berbahaya dari penggunaan dobutamin adalah
meningkatkan resiko aritmia. Beberapa hasil studi kasus mencatat bahwa pengobatan
dobutamin meningkatkan gejala klinik pasien gagal jantung kongestif kronik dimana hal ini
dapat memperburuk prognosis atau mempersingkat harapan hidup seseorang.
Dobutamin disintesis oleh reaksi dari 2-(3,4-dimethoxyphenyl) ethanamine dan 1-(4methoxyphenyl)-3-butanone dengan reduksi gugus imin. Skema yang jelas dapat dilihat pada
Gambar 2.2 dibawah ini.
H2/Pt-C

Hbr

Gambar 2.2
10

Dobutamin merupakan 1 stimulan yang predominan karena terdiri dari isomer positif
dan negatif. Isomer positif merupakan 1 agonis yang poten sedangkan isomer negatif
merupakan 1 antagonis. Kombinasi ini menyebabkan dobutamin berguna sebagai vasodilator
yang efektif.
Waktu paruh dari dobutamine adalah sekitar dua menit. Onset efek dari dobutamin
sangat cepat sebagai konsekuensinya loading dose tidak diperlukan. Keadaan konsentrasi
stabil (steady-state) dicapai dalam 10 menit setelah suntikan. Dosis yang digunakan berkisar
antara 2,5 10 g/kg per menit. Kecepatan suntikan dan lamanya pemberian ditentukan
berdasarkan kondisi hemodinamik pasien. Pada beberapa pasien, tekanan darah dan denyut
jantung meningkat seiring pemberian dobutamin. Hal ini perlu dipertimbangkan untuk
mengurangi kecepatan rata rata durasi injeksi. Pasien dengan riwayat hipertensi mungkin
menunjukkan gejala pressor yang berlebihan. Meski dobutamin kadang menyebabkan
peningkaan konduksi atrioventrikular pada keadaan pasen gangguan fibrilasi atrium, digoxin
atau obat lain mungkin diperlukan untuk mencegah hal ini terjadi. Sebagai inotropic agent,
dobutamin berpotensi meningkatkan myocardial infarct dengan meningkatkan permintaan
kebutuhan oksigen oleh sel otot jantung. Kemanjuran dari penggunaan dobutamin jangka
panjang belum diketahui secara jelas.

Tabel 2.2 Keterangan Obat Dobutamine


Nama
Komposisi
Indikasi

Dobutamine
Dobutamine HCl
Terapi penunjang inotropik pada pengobatan jangka pendek untuk pasien
dengan dekompensasi jantung karena penekanan kontraktilitas jantung yang
diakibatkan oleh penyakit jantung organik atau prosedur bedah jantung.
Pada fibrilasi atrial dengan respon ventrikular cepat, obat digitalis lebih
diutamakan daripada injeksi dobutamin inj.
Dosis
Kecepatan infus : 2.5-10 mcg/kg berat badan/menit. Dosis dapat
ditingkatkan sampai dengan 40 mcg/kg berat badan/menit.
Kontraindikasi Stenosis subaortik hipoertropik idiopatik.
Perhatian
Hamil dan Anak. Kecepatan dan irama denyut jantung, TD arteri dan
11

Efek samping
Interaksi obat
Kemasan
C.

kecepatan infus harus dimonitor ketat selama terapi. Pasien dengan infark
miokard akut.
Sakit kepala, nyeri angina, nyeri dada non spesifik, palpitasi, napas
memendek, hipotensi, flebitis.
Tidak boleh ditambahkan ke dalam larutan inj Na bikarbonat 5% atau
larutan alkali kuat lain, Na bisulfit, etanol
Vial 250 mg/10 mL x 1

NOREPINEPHRINE
Norepinephrine, seperti dopamine juga merupakan suatu ketekolamin yang bisa

dihasilkan sendiri oleh sel saraf. Norepinephrine ini merupakan neurotransmiter utama pada
kebanyakan saraf simpatik postganglionik dan beberapa saraf pusat.
Sintesis norepinephrine dalam tubuh merupakan kelanjutan dari dopamine, yaitu dengan
enzim dopamine -hydroxilase dopamine diubah menjadai norepinephrine, seperti yang bisa
dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.3

12

Norepinephrine ini kemudian dilepaskan dari adrenal medulla ke aliran darah sebagai
hormone dan juga menjadi neurotransmitter pada sistem saraf pusat. Pengaruh pada saraf
simpatik terjadi saat norepinehrine dikeluarkan dari saraf noradrenergik. Kerja dari
norepinephrine terjadi dari binding kepada reseptor adrenergik.

Gambar 2.4

Norepinephrine secara oksidatif akan didegradasi oleh monoamine oxidase (MAO)


menjadi 3,4-dihidroxyphenylglycoaldehyde (DOPGAL) dan kemudian akan direduksi
menjadi 3,4-dihydroxyphenylethylene glycol (DOPEG) atau dioksidasi menjadi 3,4dihydroxymandelic acid (DOMA). Norephinephrine bisa juga di metabolisme melalui jalur
lain yaitu dengan enzim catechol-O- methyltransferase (COMT) menjadi normetanephrine
13

yang nantinya akan dimetabolisme oleh enzim 3-methoxy-4-hydroxyphenylethylene glycol


(MOPEG) yang kemudian akan disekresi melalui urin.
Norepinephrine bekerja dengan cara menstimulasi reseptor , dan sedikit pada
reseptor 2. Pada pemberian Norepinephrine, tekanan sistol, diastol dan nadi akan meninggi.
Cardiac output menurun dan resistensi perifer akan meningkat. Peningkatan resistensi perifer
akan mengaktifkan refleks barorreseptor pada jantung yang akan memperlambat kerja
jantung namun stroke volume meningkat. Ketika resistensi vaskular meningkat, aliran darah
pada ginjal akan menurun. Norepinephrine ini juga menyebabkan terjadinya vasokonstriksi
pada arteri mesecterica yang akan menurunkan aliran darah ke limpa dan hati.
Norepinephrine kurang efektif apabila diberikan secara oral dan injeksi subkutan.
Pada pemberian peroral, norepinephrine akan terkonjugasi dan teroksidasi secara cepat oleh
mukosa gastrointestinal dan hati. Sedangkan pada pemberian subkutan, absorbsi
norepinephrine terjadi secara lambat yang disebabkan oleh vasokonstriksi pada pembuluh
darah.
Norepinephrine menimbulkan peningkatan tekanan darah. Efek samping yang paling
umum adalah berupa rasa kuatir, sukar bernapas, denyut jantung yang lambat tapi kuat, dan
nyeri kepala. Dosis berlebih atau dosis biasa pada pasien yang hiperreaktif (misalnya pasien
hipertiroid) menyebabkan hipertensi berat dengan nyeri kepala yang hebat, fotofobia, nyeri
dada, pucat, berkeringat banyak, dan muntah. Obat ini dikontraindikasikan pada anastesia
dengan obat yang menyebabkan sensitasi jantung karena dapat timbul aritmia. Ekstravasasi
obat sewaktu penyuntikan IV atau infus dengan NE dapat menimbulkan nekrosis jaringan.
Gangguan sirkulasi pada tempat suntikan, dengan maupun tanpa ekstravasasi NE dapat
diobati dengan fentolamin. Berkurangnya aliran darah ke organ-organ merupakan bahaya yag
selalu ada dalam penggunaan NE. Obat ini dikontraindikasikan pada wanita hamil karena
menimbulkan kontraksi uterus.
14

Tabel 2.3 Keterangan Obat Norepinephrine(8)


Nama generik

Nama

Kegunaan

Efek samping

dagang
Norepinephrine Levophed

Syok, hipotensi, cardiac Gelisah,

(levarterenol)

arrest

dosis

nyeri 1 mg/mL dalam

kepada, pusing, 1000 mL 5%


bradikardia,

dextrose.

2-3

hipertensi

mL/menit

per

IV, penggunaan
untuk maintain
tekanan

darah

sebesar 2 4
g/menit

15

BAB III
PENUTUP

Penggunaan obat obat adrenergik seperti dopamine, dobutamine dan norepinephrine


merupakan obat yang memiliki variasi yang luas bila diterapkan pada dunia klinis. Adapun
obat obatan ini sering digunakan untuk menangani keadaan syok hipovolemik dan sepsis
syok, hipotensi sedang atau berat, kontrol perdarahan superficial selama prosedur operasi di
mulut, hidung, tenggorokan dan kulit, penanganan asma bronkial, cardiac decompensation
dan cardiac arrest, reaksi alergi (termasuk anafilaktik syok), aritmia ventrikel dan
penggunaan di bidang anestesi untuk memperpanjang durasi anestesi.
Penggunaan sesuai indikasi dan pemahaman yang benar tentang mekanisme kerja dan
efek samping obat obat adrenergik sangat diperlukan untuk mencapai pengobatan yang
optimal yaitu menggunakan obat dengan mendapat hasil seoptimal mungkin dengan efek
samping seminimal mungkin.

16

DAFTAR PUSTAKA

17

Sulistai Gan Gunawan, Rianto Setiabudy Nafraldi, Elysabeth. Farmakologi dan Terapi 5 th

ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta:2007. p. 63


2

A. Dahlstrm and K. Fuxe (1964). "Evidence for the existence of monoamine-containing

neurons in the central nervous system. I. Demonstration of monoamines in the cell bodies of
brain

stem

neurons".

Acta

physiologica

Scandinavica.

Supplementum

232:

155.

PMID 14229500
3

Christine CW, Aminoff MJ (September 2004). "Clinical differentiation of parkinsonian

syndromes: prognostic and therapeutic relevance". Am. J. Med. 117 (6): 4129.
doi:10.1016/j.amjmed.2004.03.032. PMID 15380498
4

Bjrklund A, Dunnett SB (May 2007). "Dopamine neuron systems in the brain: an update".

Trends Neurosci. 30 (5): 194202. doi:10.1016/j.tins.2007.03.006. PMID 17408759


5

Paulus W, Schomburg ED (June 2006). "Dopamine and the spinal cord in restless legs

syndrome: does spinal cord physiology reveal a basis for augmentation?". Sleep Med Rev 10 (3):
18596. doi:10.1016/j.smrv.2006.01.004. PMID 16762808
6

Ben-Jonathan N, Hnasko R (2001). "Dopamine as a Prolactin (PRL) Inhibitor" (PDF).

Endocrine Reviews 22 (6): 724763. doi:10.1210/er.22.6.724. PMID 11739329


7

Missale, C; Nash, SR; Robinson, SW; Jaber, M; Caron, MG (1998). "Dopamine receptors:

from structure to function.". Physiological reviews 78 (1): 189225. PMID 9457173


8

Kulma A, Szopa J (2007). "Catecholamines are active compounds in plants". Plant Science

172: 433440. doi:10.1016/j.plantsci.2006.10.01


9

. Susan Beggs, MaryAnn Cosgarea, Nancy T. Hatfield, Debra Menshouse, et al. Introductory
Clinical Pharmacology 7th Edition. USA: 2006. p. 202-3

10

Laurence L. Brunton, John S. Lazo. Keith L. Parker. Goodman & Gilmans the

Pharmacological Basis of Therapeutics 11th ed. McGraw-Hill New York:2006. p. 280

Anda mungkin juga menyukai