Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 5 Kelas D-2015 :

Ayu Wiradijaya / 25010115130275


Khoirotun Nisak / 25010115130282
Deviani Saskia Putri / 25010115140341
Miftah Farhana / 25010115130350
Narendra P. / 25010115140352

Osteomalacia

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh


kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak
yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan
terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak
karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). .
( Smeltzer. 2001: 2339 )

 Patofisiologi
Ada berbagai macam penyebab dari osteomalasia yang umumnya
menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Faktor yang berbahaya untuk
perkembangan osteomalasia diantaranya kesalahan diet, malabsorbsi,
gastrectomy, gagal ginjal kronik, terapi anticonvulsan jangka lama (phenyton,
phenobarbital) dan insufisiensi vitamin D (diet, sinar matahari).
Tipe malnutrisi (defisiensi vitamin D sering digolongkan dalam hal
kekurangan calsium) terutama gangguan fungsi menuju kerusakan, tetapi faktor
makanan dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi yang juga dapat menjadi
faktor pencetus hal itu terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan
vitamin D dalam makanan kurang dan adanya kesalahan diet serta kurangnya
sinar matahari.
Osteomalasia kemungkinan terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari
absorbsi calsium atau kekurangan calsium dari tubuh. Gangguan
gastrointestinal dimana kurangnya absorbsi lemak menyebabkan osteomalasia.
Kekurangan lain selain vitamin D (semua vitamin yang larut dalam lemak) dan
kalsium. Ekskresi yang paling terakhir terdapat dalam faeces bercampur dengan
asam lemak (fatty acid).
Sebagai contoh dapat terjadi gangguan diantaranya celiac disease, obstruksi
sistem pencernaan kronik, pankreatitis kronis dan reseksi perut yang kecil.
Lagi pula penyakit hati dan ginjal dapat menyebabkan kekurangan vitamin
D, karenanya organ-organ tersebut mengubah vitamin D ke dalam untuk aktif.
Terakhir, hyperparatiroid menunjang terjadinya kekurangan pembentukan
calsium, dengan demikian osteomalasia menyebabkan kenaikan ekskresi fosfat
dalam urine.

 Klasifikasi
Metabolic Bone Disease :
1. Hypercalcaemia
2. Hyperparathyroid bone disease
3. Hypocalcaemia
4. Osteomalacia
5. Pagets Disease

 Faktor Resiko dan Kelompok Resiko Tinggi


 Masa Pertumbuhan
 Lansia dengan minimal paparan sinar matahari
 Orang berkulit hitam
 Kulit yang tertutup saat di luar
 Sindrom malabsorbsi lemak
 Gagal ginjal
 Penyakit genetik
 Epilepsy (phenytoin, phenobarbitones)

 Distribusi dan Tren Penyakit


Masalah kurang vitamin D merupakan masalah gizi terbaru yang menjadi
perhatian saat ini. Berbagai studi di luar negeri, baik di negara sub-tropis
maupun tropis, menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi. Di Indonesia belum
banyak laporan tentang status vitamin D. Studi ini bertujuan mengetahui status
vitamin D di Indonesia dan faktor yang berperan. Analisis menggunakan data
dari South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) yang dikumpulkan tahun
2011. Desain penelitian adalah potong lintang di 48 Kabupaten di Indonesia.
Pengukuran kadar 25-hydroxyvitamin D [25(OH)D] menggunakan enzym
immuno assay. Analisis data menggunakan ANOVA and korelasi. Hasil
penelitian menunjukkan rerata kadar vitamin D anak umur 2,0-12,9 tahun 52.6
+ 0,7 nmol/L. Prevalensi deficiency vitamin D (serum 25(OH)D < 25 nmol/L),
insufficiecy (25-49 nmol/L), inadequate (50-74 nmol/L), dan desirable (> 75
nmol/L) berturut-turut 0 persen, 45,1 persen, 49,3 persen, dan 5,6 persen. Kadar
vitamin D lebih tinggi pada anak lelaki (54,7±0,9 nmol/L) dibanding
perempuan (49,9±1,0 nmol/L). Dijumpai hubungan positif antara lama
melakukan aktifitas diluar rumah dengan kadar vitamin D (r=0,164, p=0,012).
Kadar vitamin D pada anak kelompok umur 2,0-2,9 tahun yaitu 54,0±2,3
nmol/l, sedangkan pada anak kelompok umur 9,0-12,9 tahun yaitu 50,3 ± 1,4
nmol/l. Kadar vitamin D anak yang tinggal di kota (52,5 nmol/l) tidak berbeda
dengan anak yang tinggal di desa (52,6 nmol/l).

 Area Pengembangan dan Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian University of Otago, Selandia Baru, bekerja
sama dengan Seameo Tropmed RCCN, Universitas Indonesia dan Universitas
Putra Malaysia, yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition
tahun 2007, perempuan Indonesia hanya mengonsumsi 270 miligram kalsium
per hari.
Hal tersebut berarti asupan perempuan Indonesia bahkan kurang dari 50%
rekomendasi kalsium harian yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan dan
kesehatan tulang.
Asupan yang kurang dari 50% rekomendasi harian tersebut bahkan juga
terjadi di 9 negara Asia, seperti terlihat pada penelitian yang dilakukan Lyengar
dan tim pada 2004. Kebutuhan kalsium yang dianjurkan per harinya adalah
1.000-1.200 mg.
Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan (Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005, ditemukan bahwa 2 dari 5
orang Indonesia berisiko menderita kerapuhan tulang

 Pencegahan dan Pengendalian


Osteomalasia yang disebabkan oleh paparan sinar matahari yang tidak memadai
atau kekurangan vitamin D sering dapat dicegah.
Berikut adalah beberapa saran untuk membantu mengurangi risiko terkena
osteomalasia :
1. Luangkan beberapa menit di bawah paparan sinar matahari. Matahari
merupakan sumber alami dari vitamin D. Meskipun penting untuk
membatasi waktu untuk berada di bawah sinar matahari tanpa
perlindungan, periode singkat terhadap paparan sinar matahari secara
langsung akan membantu tubuh untuk memproduksi vitamin D. tanyakan
pada dokter anda mengenai waktu yang aman bagi tubuh anda terkena
paparan sinar matahari.
2. Makan makanan yang tinggi vitamin D. Makanan yang kaya akan
vitamin D diantaranya ikan berminyak (salmon, mackerel, sarden), dan
kuning telur. Cari juga makanan lain yang kaya akan vitamin D seperti
sereal, susu, roti, dan yoghurt.
3. Gunakan suplemen, jika diperlukan. Jika anda tidak mendapatkan cukup
vitamin dan mineral dalam makanan anda, atau jika anda memiliki
kondisi medis yang mempengaruhi kemampuan sistem pencernaan anda
untuk menyerap nutrisi dengan baik, tanyakan pada dokter anda tentang
penggunaan suplemen vitamin D dan sumplemen kalsium.

Berikut penanganan yang biasanya dilakukan pada penderita osteomalasia


berdasarkan penyebabnya :
1. Jika kekurangan kalsium.
Jalan satu-satunya memperbanyak konsumsi unsur kalsium sehingga
memperkuat kerja sel osteoblas (pembentuk tulang). Oleh sebab itu,
makanan seperti sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging,
yogurt, sangatlah disarankan. Suplemen kalsium dapat ditambahkan baik
yang berbentuk sirup atau tablet dengan konsumsi 1,5 gram per hari.
Kekurangan kalsium juga menyebabkan mudah mengalami kram pada
otot tangan dan kaki serta terganggunya tekanan darah.
2. Jika kekurangan vitamin D.
Perbanyak mengonsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur,
minyak ikan, dan susu. Bisa juga dengan sering berjemur di bawah sinar
matahari karena akan membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh.
Waktu yang tepat untuk berjemur sekitar pukul 7 - 9 pagi dan sore pada
pukul 16 -17. Berjemur di luar waktu tersebut justru berbahaya karena
matahari banyak mengeluarkan sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan
kanker kulit dan katarak.
3. Jika karena gangguan ginjal atau hati
Langkah pertama adalah menyembuhkan dulu gangguan/penyakit
tersebut. Biasanya terapi yang dilakukan lebih lama karena gangguan
ginjal maupun hati mengganggu metabolisme penyerapan kalsium.
4. Jika karena pengaruh atau efek samping dari obat-obatan seperti steroid
Maka konsumsi obat itu harus segera dikurangi atau kalau bisa diganti
dengan obat yang bisa menyerap kalsium.
5. Jika sudah telanjur mengalami patah tulang.
Mau tak mau harus dilakukan tindakan seperti gips untuk patah tulang
di bagian lengan. Kalau patah tulang di bagian tungkai atau tulang paha
dilakukan dengan biopsi. Berbeda patah tulang pada anak-anak relatif
mudah tersambung kembali, yakni sekitar tiga bulanan. Tindakan
selanjutnya upaya rehabilitasi atau fisioterapi untuk melatih kemampuan
atau keterampilan gerak. Misalnya, melatih keseimbangan duduk, berdiri,
dan berjalan.

Sumber :
http://adelinecalonperawat.blogspot.co.id/2009/03/askep-osteomalasia.html
https://febrianfn.wordpress.com/2008/11/12/osteomalasia-dan-ricketsia/
http://www.dokterdigital.com/id/penyakit/320_osteomalasia.html

Soal :

1. Berikut ini yang bukan merupakan faktor resiko penyakit osteomalacia


adalah ...
a. Gagal ginjal
b. Orang berkulit hitam
c. Terlalu sering terpapar sinar matahari
d. Sindrom malabsorbsi lemak
e. Epilepsi

Anda mungkin juga menyukai