Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN UROLITHIASIS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH FIK UI

Nama : Fandiar Nur Isdiaty


NPM : 0906510810
Tanggal : 3 Desember 2013
Tempat : Gd. Teratai Lt. 4 Selatan, RSUP Fatmawati

A. DEFINISI UROLITHIASIS
Urolithiasis adalah kalsifikasi/terbentuknya batu yang terjadi pada traktus
urinarius (Black, 2009). Menurut Smeltzer dan Bare (2002), urolithiasis mengacu pada
adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Batu terbentuk di traktus urinarius ketika
konsentrasi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat ataupun asam urat
meningkat. Biasanya urolithiasis terbentuk dari ginjal yang dinamakan nephrolithiasis
yang dapat bermigrasi ke saluran kemih bagian bawah.

Gambar 1. Sistem Perkemihan Gambar 2. Urolithiasis

B. FAKTOR RISIKO DAN ETIOLOGI


Berikut ini akan dijelaskan mengenai teori pembentukan Kristal pada saluran kemih
(Purnomo, 2009):
 Teori nukleasi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama
pada tempat-tempat yang sering mengalami stasis urin seperti kalises ginjal atau
buli-buli. Keadaan seperti pelvikalises, obstruksi infravesika kronis seperti BPH,
striktura, dan buli-buli neurogenisk merupakan keadaan yang memudahkan
terjadinya pembentukan batu.
Batu (Kristal) yang menghambat tersebut tetap berada dalam keadaan
metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak ada keadaan tertentu yang
menyebabkan presipitasi Kristal. Kristal-kristal tersebut kemudian beragregasi
dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi Kristal yang lebih besar.
Agregat Kristal ini menempel saluran kemih (membentuk retensi Kristal) dan
dari sinilah bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk
batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Meskipun
pembentukan batu hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang
memungkinkan jenis batu tidak sama (missal batu asam urat mudah terbentuk
pada suasana asam, sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk
karena urin bersifat basa.batu yang menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal
serta ureter proksimal.
Kondisi metastabel ini dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, koloid dalam
urin, konsentrasi solute dalam urin, laju aliran urin di dalam kemih, serta adanya
korpus alineum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.

 Teori inhibitor crystal


Menurut teori ini, terjadinya batu saluran kemih akibat tidak adanya atau
berkurangnya faktor inhibitor (penghambat) pembentukan batu seperti
magnesium, sitrat, peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat (mencegah pengikatan
kalsium dengan oksalat/fosfat yang 80% ditemukn sebagai komposisi batu),d an
beberapa protein yang mampu menghambat pertumbuhan Kristal, menghambat
agregasi Kristal, maupun menghambat agregasi Kristal.

 Faktor Eksternal
Meliputi usia (lebih banyak usia 30-50 tahun), jenis kelamin (laki-laki lebih
banyak dibanding perempuan), keadaan sosial ekonomi, diet (peningkatan
konsumsi asam lemak, protein hewani, gula, garam, minuman instan, penurunan
makanan berserat, protein nabati, dan karbohidrat), jenis pekerjaan (banyak
duduk dan paparan suhu tinggi lebih rentan), kurang asupan cairan, iklim panas
dan sinar UV tinggi meningkatkan produksi vitamin D berlebihan, riwayat
keluarga.
 Faktor Internal
 Stasis urin
 Infeksi saluran kemih  menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi
inti pembentukan batu saluran kencing. Infeksi bakteri juga akan memecah
ureum dan membentuk ammonium yang aan mengubah pH urin menjadi
alkali
 Hiperkalsiuria (kadar > 250-300 mg/24 jam) yang dapat disebabkan oleh
hiperparatiroid (peningkatan resorpsi kalsium tulang, ranulomatus
(peningkatan vitamin D yang diproduksi oleh granuloma), intake vitamin D
berlebih, gangguan reabsorpsi melalui tubulus ginjal dan absorpsi kalsium
melebihi usus, penggunaan obat-obatan seperti triamterene, antacid jangka
panjang, carbonat anhidrase inhibitor.
 Hiperoksaluri (ekskresi oksalat urin > 45 gr/hari)
 Hiperurikosuria (kadar asam urat dalam urin > 850 mg/hari). Asam urat yang
berlebihan bertindak sebagai batu pada terbentuknya batu asam urat.

C. PATOFISIOLOGI (terlampir)

D. TIPE KALKULI
1) Kalsium
Terjadinya kalkuli 90% lebih sering disebabkan karena kalsium. Batu kalsium
biasanya terbentuk dari kalsum fosfat atau kalsium oksalat. Pada awalnya batu
ini terbentuk dari partikel-partikel kecil yang dinamakan sand atau gravel.
Hiperkalsiuria (peningkatan kadar zat terlarut didalam urin) disebabkan oleh
empat komponen utama, yaitu:
- Peningkatan reabsorpsi tulang, yang akan meningkatkan kadar kalsium
didalam urin. Dapat ditemukan pada penderita penyakit Paget’s,
hiperparatiroidisme, penyakit chushing’s, imobilitas, dan osteolisis (yang
disebabkan karena adanya tumor ganas pada payudara, paru-paru, dan
prostat).
- Abnormalitas penyerapan asam urat, seperti pada keadaan sindrom milk-
alkali, sarcoidosis, dan kekurangan intake vitamin D
- Gangguan absorpsi pada tubulus renalis sehingga kalsium tidak dapat
difiltasi
- Abnormalitas struktur ginjal, seperti spone kidney
2) Oksalat
Jenis batu tersering kedua yang terjadi adalah batu oksalat. Penyakit ini sering
terjadi pada orang yang konsumsi diet utamanya adalah sereal.
Batu oksalat dapat terjadi karena:
- Hiperabsorpsi oksalat  terjadi pada keadaan inflamasi pada bowel dan
peningkatan intake dari produk kedelai.
- Reseksi postileal atau operasi bypass pada usus kecil
- Overdosis asam askorbat (vitamin C) akan dimetabolisme menjadi oksalat
- Malabsorpsi lemak dapat menyebabkan peningkatan penyerapan oksalat
3) Struvit
Batu struvit biasanya disebut triple fosfat, karena terdiri dari karbonat apatit,
dan magnesium ammonium fosfat. Pembentukan batu ini biasanya disebabkan
oleh bakteri Proteus yang mengandung enzim urease. Enzim ini akan
mengubah urea menjadi dua molekul ammonia, yang akan meningkatkan pH
urin. pH urin yang alkali akan mempengaruhi kelarutan dari zat terlarut
sehingga akan meningkatkan risiko pembentukan batu. Batu struvit biasanya
terbentuk sebagai staghorn calculi. Abses biasanya terjadi. Batu struvit ini
sulit untuk di eliminasi karena merupakan batu keras yang terbentuk dari inti
bakteri yang berfungsi melindungi dari terapi antibiotik. Apabila dilakukan
terapi pembedahan dan masih tersisa sedikit batu maka akan mencetuskan
pembentukan batu kembali.
4) Asam urat
Batu asam urat terjadi karena peningkatan ekskresi asam urat, kekurangan
cairan, dan pH urin yang rendah. Rata-rata orang dengan penyakit asam urat
akan berisiko terhadap pembentukan batu asam urat. Diet tinggi purin juga
dapat menjadi faktor lain yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat.
5) Cystine
Cystinuria terjadi karena adanya gangguan metabolik kongenital, yaitu
gangguan pada autosomal resesif. Batu cystine seringkali terjadi pada anak-
anak dan remaja, tetapi jarang terjadi pada usia dewasa.
6) Xantine
Batu xantine terjadi karena kondisi gangguan herediter yang jarang terjadi,
yaitu defisiensi xantine oksidase.

E. MANIFESTASI KLINIS
1) Nyeri
Jenis nyeri pada penderita urolithiasis
a. Renal kolik  nyeri berawal dari regio lumbal, pada pria akan menyebar
turun sepanjang testis. Adapun pada wanita, nyeri akan menyebar sampai
ke kandung kemih. Nyeri terjadi mendadak disertai nyeri tekan di seluruh
area kostovertebral, serta munul mual dan muntah.
b. Urethal kolik  nyeri menyebar ke area genitalia dan daerah paha
- Jika terjadi nyeri yang hebat, klien akan mengalami mual, muntah, wajah
pucat, bunyi napas yang mendengkur, peningkatan tekanan darah dan
nadi, ansietas, dan diaforesis. Pasien juga merasa ingin berkemih, tetapi
hanya sedikit yang keluar.
- Jika terjadi nyeri viseral, seperti renal kolik maka klien akan mengalami
mual, muntah, penurunan motilitas usus, dan paralisis ileus.
2) Infeksi, karena batu yang terdapat di saluran kemih dapat menjadi tempat
berkembanganya kuman seperti Proteus, Pseudomonas, Providencia,
Klebsiella, Staphyllococcus, dan Mycoplasma.
3) Klien akan mengalami gangguan pada urgensi dan frekuensi urin serta
hematuria
4) Klien akan mengalami hematuria
5) Klien kemungkinan akan mengalami cystisis kronik bila batu terjadi pada
kandung kemih.
6) Bila terjadi batu pada kandung kemih, maka dapat menyebabkan penurunan
kapasitas kandung kemih untuk menampung urin sehingga klien akan lebih
sering untuk berkemih.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Urinalisa  warna urin mungkin kuning, coklat gelap, atau berdarah.
2) Urine 24 jam  kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat
3) Kultur urine  mungkin menunjukkan Infeksi Saluran Kemih
4) BUN/kreatinin urin  memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mensekresi
ureum ataupun kreatinin.
5) Kadar klorida dan bikarbonat serum  peninggian kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal
6) Hitung Darah lengkap  Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia. Sel Darah Putih mungkin meningkat sehingga menunjukkan
infeksi.
7) Hormon Paratyroid  mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urine)
8) Foto Rontgen  menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang ureter
9) Intravenous Pyelogram (IVP)  memberikan konfirmasi cepat urolithiasis
seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas
pada struktur anatomik (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli
10) Sistoureteroskopi  visualisasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu atau efek obstruksi
11) CT Scan  menggambarkan kalkuli dan membedakan kalkuli dengan massa
lain di saluran kemih
12) USG Ginjal  untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Mengatasi gejala (medikamentosa)  ditujukan untuk batu ginjal yang
ukurannya <5 mm, karena batu diharapkan dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan
pemberian diuretikum, dan banyak minum supaya dapat mendorong batu keluar.
Obat-obatan yang biasa digunakan antara lain anti spasmodik bila ada kolik, anti
mikroba bila ada infeksi, batu kalsium-kalium sitrat, dan batu asam urat dengan
alupurinol.
2) Pengambilan batu
a. Endourologi  adalah tindakan untuk mengeluarkan batu saluran kemih
dengan menghancurkan batu dengan alat khusus yang dimasukkan melalui
uretra atau melalui irisan kecil pada kulit.
b. Sinar laser  caranya melalui saluran uretra dimasukkan selang fiber mini,
yang langsung dapat mengenai batu sasaran.
3) Pembedahan
a. Bedah laparoskopi  pembedahan ini dilakukan untuk mengambil batu
saluran kemih. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
b. Bedah terbuka  bedah terbuka meliputi beberapa klarifikasi, antara lain:
- Pielolitotomi atau nefrolitotomi: mengambil batu berukuran besar (batu
staghorn)
- Ureterolitotomi: mengambil batu di ureter
- Vesikolitotomi: mengambil batu di vesika urinaria
- Ureteroliotomi: mengambil batu di uretra

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak
duduk. Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan
mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler,
tirah baring lama)
b. Sirkulasi
Tanda: Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan
kemerahan atau pucat
c. Eliminasi
Gejala: Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya. Penurunan volume urine.
Rasa terbakar, dorongan berkemih. Diare
Tanda: Oliguria, hematuria, piouria. Perubahan pola berkemih
d. Makanan dan cairan
Gejala: Mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Riwayat diet tinggi purin,
kalsium oksalat dan atau fosfat. Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air
dengan cukup
Tanda: Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus. Muntah
e. Nyeri dan kenyamanan
Gejala: Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung
lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda: Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal
yang sakit
f. Keamanan
Gejala: Penggunaan alkohol. Demam/menggigil
g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotika, antihipertensi,
natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium
atau vitamin.

I. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1) Pre Operasi
 Nyeri
 Risiko kekurangan volume cairan
 Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 Kurang pengetahuan tentang penyakit
 Ansietas
2) Post Operasi
 Nyeri
 Ansietas
 Risiko infeksi
 Risiko perdarahan

J. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


(terlampir)
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. dan Hawks, J. (2009). Medical-Surgical Nursing Clinial Management for


Posistive Outcomes 8th Edition. Missouri : Elsevier Saunders.
Doenges Marilyn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien edisi III. Jakarta: EGC

Purnomo, Basuki B. (2009). Dasar-Dasar Urologi. Edisi II. Fakultas Kedokteran


Universitas Brawijaya

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarrth Volume 2 Edisi VIII .Jakarta: EGC
NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai