Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

Literature Review
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era yang sudah modern dengan kemajuan teknologi dan

kehidupan sosial membuat masyarakat cenderung memiliki pola

kehidupan yang serba instan, mulai dari makanan hingga aktivitas sehari-

hari, yang dimana mereka lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan

cepat saji dari pada mengelola makanan itu sendiri, selain itu masyarakat

sekarang ini juga cenderung memanfaatkan kemajuan dan perkembangan

teknologi untuk mengurangi beban kerja rumah tangga dari pada harus

mengeluarkan banyak tenaga dan juga menghabiskan banyak waktu.

Namun, Aktivitas fisik perlu dibiasakan dikehidupan sehari-hari untuk

memperbaiki kualitas hidup dan juga mencegah obesitas (Kemenkes RI,

2021). Menurut World Health Organization ( WHO ) tahun 2021, Apabila

melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu mencegah

penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, hipertensi, diabetes dan

beberapa jenis kanker.

World Health Organization (WHO) tahun 2021, Diabetes Melitus

(DM) adalah penyakit kronis metabolic yang ditandai dengan peningkatan

kadar glukosa darah yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung,

pembuluh darah, mata, ginjal dan saraf. Yang paling umum dirasakan oleh

penderita DM dengan usia kategori dewasa yaitu DM Tipe 2 yang terjadi


ketika tubuh resistensi terhadap insulin dan DM Tipe 1 yang terjadi akibat

pankreas tidak dapat menghasilkan insulin.

Dari Diabetes Atlas yang dikeluarkan oleh International Diabetic

Federation (IDF) tahun 2021, dapat diketahui bahwa pada tahun 2019

terdapat 463 juta penduduk dunia menderita DM. Angka ini diprediksi

akan meningkat 51% pada tahun 2045 hingga mencapai 700 juta jiwa.

Dari jumlah penderita DM yang dilaporkan tersebut, tercatat ada 10 negara

dengan jumlah penderita DM kategori usia dewasa (20-79 tahun) tertinggi

di dunia. Ranking pertama di duduki oleh China, disusul oleh India, USA,

Pakistan, Brazil, Mexico dan Indonesia yang berada pada peringkat ke

tujuh dengan angka 10.7 juta jiwa. Data ini juga menunjukkan bahwa

Indonesia merupakan satu-satunya negara dari Asia Tenggara yg berada

pada deretan 10 negara dengan jumlah penderita DM tertinggi di dunia.

Hal ini menunjukkan bahwa, orang Indonesia paling beresiko menderita

DM diantara penduduk negara Asia Tenggara lainnya.

KEMENKES RI, tahun 2021. Melapporkan jumlah angka

penderita DM terus meningkat hingga tahun 2018 dengan prevalensi 8,5 %

di bandingkan tahun 2013 dengan angka prevalensi 6,9 %. Hampir seluruh

provinsi di Indonesi mengalami peningkatan prevalensi DM pada tahun

2018. Tercatat DKI Jakarta menduduki posisi pertama dengan jumlah

prevalensi 3.4 %, kemudian disusul Kalimantan timur dan Yogyakarta

dengan prevalensi 3.1 %, dan untuk Sulawesi selatan menduduki posisi ke

enam belas dengan peningkatan prevalensi 1.7 %


Faktor resiko penyebab terjadinya penyakit DM diantaranya faktor

usia >40 tahun, Genetik, Kehamilan dengan kadar gula darah tinggi,

Riwayat melahirkan anak dengan BB > 4 kg, Riwayat lahir anak dengan

berat < 2,5 kg, gaya hidup yang tidak sehat, memiliki riwayat penyakit

jantung dan memiliki riwayat hipertensi. Namun, penyakit DM paling

banyak disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya

aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat dan seimbang serta obesitas.

( Kemenkes RI, 2021 ).

Pola makan pada masa modern ini cenderung untuk mengkonsumsi

makanan cepat saji atau junk food yang memiliki kandugan karbohidrat

tinggi, gula, garam namun rendah akan serat. Mengkonsumsi makanan

cepat saji atau junk food secara terus menerus merupakan kebiasaan yang

tidak sehat untuk tubuh karena dapat menyebabkan tubuh memiliki gizi

berlebih seperti lemak, gula dan garam yang selanjutnya menyebabkan

makanan tidak dapat terserap dengan sempurna (Kemenkes RI, 2021).

Pancreas merupakan organ yang memiliki sel-beta yang berfungsi untuk

memproduksi insulin yang berperan membantu mengangkut glukosa dari

aliran darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energy. Kadar

glukosa dalam tubuh yang tidak mampu diserap oleh tubuh dan di angkut

oleh hormone insulin dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin

sehingga terjadi hiperglikemia. ( Decroli, 2019 )

Aktivitas fisik sangat dianjurkan bagi penderita DM minimal 30

mnt/hari agar pancreas dapat memproduksi insulin sehingga kadar gula


darah dapat terkontrol ( Kemenkes RI 2021). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Aguz Purnama pada tahu 2019 di RS.X Jakarta Timur,

Aktivitas fisik memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar gula darah

pada pasien DM Tipe 1 dan DM Tipe 2.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan rangkuman literature

yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara aktivitas

fisik dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada

pasien Diabetes Melitus ?

1.3. Tujuan Penelitian

Menganalisis hubungan antara Aktivitas fisik dengan kadar gula

darah pada pasien Diabetes Melitus

Anda mungkin juga menyukai