Fisiologi Latihan
Disusun oleh:
NIM : 201140100002
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kepada-Nya kita memuji dan bersyukur, serta memohon pertolongan dan
ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari keburukan diri dan
syaiton yang selalu menghembuskan kebatilan pada diri kita.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik berupa jasmani maupun rohani, sehingga penulis mampu
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Fisiologi
Latihan dengan judul “Toleransi Tubuh Terhadap Suhu Dingin”. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan dari pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini. Penulis juga menyampaikan mohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini.
Khumairo Hardiyanti R.
DAFTAR ISI
COVER ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1. Jenis kelamin...........................................................................................11
2.Usia............................................................................................................15
3. IMT..........................................................................................................18
4. Riwayat Penyakit....................................................................................20
3.1 Kesimpulan............................................................................................32
3.2 Saran......................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
Semakin tinggi suatu daerah dari permukaan air laut maka kadar
oksigenya (O2) semakin sedikit. Dengan adanya perbedaan tekanan parsial
oksigen (PO2) yang terdapat di dataran rendah dan dataran tinggi, akan
berpengaruh juga pada jumlah hemoglobin (Hb) dalam butir-butir sel darah
merah. Dataran tinggi atau di daerah pegunungan kadar oksigen dalam udara
akan menurun. Agar tubuh tetap mendapat jatah oksigen, maka alat angkutnya
yang diperbanyak, yakni jumlah hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah akan
bertambah. Pada daerah yang tinggi seperti di pegunungan kadar oksigen dan
tekanannya lebih kecil dibandingkan dengan daerah pesisir atau dataran
rendah. Karenanya perlu adaptasi fisiologis atau aklimatisasi bagi orang yang
tinggal di dataran tinggi atau di pegunungan, aklimatisasi ini terjadi sejak
seseorang lahir. Salah satu adaptasi fisiologis yang terjadi yakni: kapasitas
paru lebih besar dan kadar hemoglobin (Hb) darah menjadi tinggi (Nala,
1992:184).
TINJAUAN PUSTAKA
b. Respon metabolic
5. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit akan mengganggu metabolisme tubuh terutama
pada penyakit yang berhubungan dengan organ dalam. Penurunan
pembentukan panas terjadi pada keadaan hipometabolik, seperti pada
miksedema berat, malnutrisi, hipoglikemia dan insufiensi adrenal.
Penekanan sistem saraf pusat karena penyakit otak primer, obat-obatan
atau toksin dapat mengubah termostat dan menyebabkan hipotermia
(Burnside dan Thomas., 1995). Seseorang akan berisiko hipotermia
apabila mereka memiliki penyakit seperti jantung, kencing manis,
ginjal, stroke dan syaraf (Nugroho, 2009).
Selain itu hipertensi, diabetes, hipotiroidisme dan arteriosclerosis
juga rentan terhadap cedera dingin dan dikarenakan sirkulasi yang
buruk (Safety Compliance Letter, 2008). Hal tersebut akan
berpengaruh pula terhadap perubahan suhu inti tubuh karena akan
mengganggu proses produksi panas tubuh apabila organ-organ dalam
seperti abdomen, kepala dan dada mengalami hipometabolik.
6. Lemak Subcutaneus
Hipodermis / jaringan lemak subkutan ini merupakan lapisan kulit
lemak / jaringan ikat yang bertanggung jawab untuk mengatur suhu
tubuh dan juga melindungi organ dalam dan tulang (Saifuddin AB,
2014).
Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai pembentuk energi,
pembangun, pelindung saat kehilangan panas tubuh, pengatur suhu,
sebagai penghasil lemak essensial, dan sebagai pelarut vitamin A, D,
E, dan K. Lemak dalam tubuh disimpan di bawah kulit serta di sekitar
organ-organ dalam rongga abdomen. Kekurangan lemak dalam tubuh
dapat menyebabkan terganggunnya berbagai metabolisme dalam
tubuh. Sedangkan jumlah lemak yang berlebih di dalam tubuh juga
menyebabkan kegemukan atau obesitas.
Komplikasi tubuh dan kadar massa lemak tubuh bergantung dari
pertumbuhan serta perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan, usia juga sangat mempengaruhi distribusi lemak tubuh dan
sangat berperan dalam pembentukan tubuh. Tempat distribusi lemak
yang paling banyak adalah pada bagian subkutan dan intra abdominal.
Pada orang dengan Indeks Masa tubuh yang rendah akan lebih
mudah kehilangan panas dan merupakan salah satu faktor terjadinya
hipotermi yang kemudian dapat memicu terjadinya menggigil
(menggigil) hal ini dipengaruhi oleh sumber lemak yang tipis di dalam
tubuh yang bermanfaat sebagai cadangan energi. Sedangkan pada
indeks massa tubuh yang tinggi memiliki sistem proteksi panas yang
cukup dengan sumber energi penghasil panas yaitu lemak yang tebal
sehingga indeks massa tubuh yang tinggi lebih baik dalam
mempertahankan tubuh di banding dengan indeks massa tubuh yang
rendah karenan mempunyai cadangan energi yang lebih banyak
(Valchanov, 2011).
Penurunan kecepatan sirkulasi di jaringan tepi, tubuh akan
mengurangi kecepatan aliran darah pada ekstremitas juga pada
permukaan kulit. Hal tersebut dilakukan untuk menyimpan panas agar
tetap tertahan pada jaringan dalam tubuh. Lemak subkutan sangat
membantu proses tersebut, karena lemak adalah insulator yang baik. .
Pemaparan terhadap kondisi dingin meningkatkan laju metabolik
sehingga dapat meningkatkan kebutuhan makanan, karena makanan
juga dibutuhkan untuk membentuk deposit lemak yang berfungsi
sebagai isolator panas dan dibutuhkan bila pemaparan terhadap suhu
dingin berlangsung lama.
7.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan