“THERMO REGULATOR”
Dosen Pengampu :
Dra. Farida Mulyaningsih, M.Kes.
Disusun Oleh :
Azhar Achmad Fanani
20601244055
PJKR D 2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada saya sebagai penyusun, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Fisiologi Olahraga.
Tugas ini telah saya susun dengan semaksimal mungkin. Terlepas dari semua itu,
saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa yang saya gunakan. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima
segala kritik dan juga saran dari si pembaca agar saya dapat memperbaiki tugas ini.
Demikian makalah ini saya buat dan saya susun dengan sebaik-baiknya, semoga
tugas ini dapat memberikan manfaat maupun ilmu kepada pembaca.
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................5
A. Konsep Dasar Suhu Tubuh.........................................................................5
B. Mekanisme Thermoregulasi........................................................................5
BAB III PENUTUP..................................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Termoregulasi merupakan salah satu hal yang penting dalam homeostatis.
Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme homeostatis yang mempertahankan
suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan mempertahankan keseimbangan
antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan (Brooker, 2008).
Manusia adalah makhluk endotermik dimana suhu tubuhnya relatif konstan terhadap
perubahan suhu disekitarnya. Sistem termoregulasi diatur fisiologis yang terintregasi dari
respon sistem efferent dan sentral. Reseptor sensitif suhu terdapat pada kulit dan membran
mukosa yang selanjutnya akan berintregasi menuju spinal cord dan berakhir di hipotalamus
anterior yang merupakan pusat control sistem termoregulasi (Fauzi, 2015).
Anestesi spinal merupakan salah satu cara untuk menghilangkan sensasi motorik
dengan jalan memasukkan obat anestesi ke ruang subarakhnoid. Pada tindakan anestesi spinal
terjadi blok pada sistem simpatis sehingga terjadi vasodilatasi yang mengakibatkan
perpindahan panas dari kompartemen sentral ke perifer, hal ini yang akan menyebabkan
hipotermi. Selain itu salah satu efek dari obat anestesi yang dapat menyebabkan hipotermia
adalah terjadinya pergeseran threshold pada termoregulasi sehingga tubuh lebih cepat
merespon penurunan suhu yang akan mengakibatkan hipotermi (Pramandu, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar suhu tubuh?
2. Mekanisme thermo-regulasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar suhu tubuh.
2. Mengetahui mekanisme thermo-regulasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Produksi panas
Panas diproduksi di dalam tubuh melalui metabolisme, yang merupakan reaksi kimia
pada semua sel tubuh. Makanan merupakan sumber bahan bakar utama bagi metabolisme.
Termoregulasi membutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas. Reaksi kimia sel
membutuhkan adenosine trifosfat (ATP). Aktivitas yang memerlukan tambahan reaksi kimia
meningkatkan laju metabolic. Bila metabolisme meningkat, panas tambahan akan diproduksi.
Ketika metabolisme menurun, panas yang diproduksi sedikit. Produksi panas terjadi selama
istirahat, gerakan otot polos, getaran otot dan termogenesis tanpa menggigil.
Pengeluaran panas
Pengeluaran panas dan produksi panas terjadi secara simultan atau secara bersamaan.
Struktur kulit dan paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara
normal melalui :
a) Radiasi adalah perpindahan panas daripermukaansatu objek kepermukaan objek
lainnya tanpa keduanya bersentuhan (Thibodeau dan Patton, 1993). Panas berpindah melalui
gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas kekulit dan
pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari
tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipothalamus. Panas menyebar ke
kulit setiap obyek yang lebih dingin di sekelilingnya. Penyebaran juga meningkat bila
perbedaan suhu antara obyek juga meningkat.
b) Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas dari satu obyek ke obyek lain dengan kontak
langsung. Ketika kulit hangat menyentuh obyek yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu
dua obyek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda
padat, gas, dan cair. Konduksi normalnya sedikit menyebabkan kehilangan panas.
c) Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panaskarena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama
kali oleh molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa
udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas meningkat.
d) Evaporasi
Evaporasi adalah penguapan terus menerus dari saluran pernafasan dan dari mukosa
mulut serta dari kulit. Kehilangan air yang terus menerus dan tidak tampak ini disebut
kehilangan air yang tidak dapat dirasakan. Jumlah kehilangan panas yang tidak dirasakan kira
–kira 10% dari produksi panas basal. Pada saat suhu tubuh meningkat, jumlah evaporasi
untuk kehilangan lebih besar.
e) Diaphoresis
Diaphoresis adalah prespirasi visual dahi dan thoraks atas. Kelenjar keringat berada
dibawah dermiskulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang mengandung natrium
dan klorida yang melewati duktus kecil pada permulaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem
saraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang
menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Suhu tubuh rendah menghambat
sekresi kelenjar keringat.
Kulit pada regulasi tubuh
Peran kulit pada regulasi suhu meliputi insulasi (isolasi)tubuh, vasokonstriksi (yang
mempengaruhi aliran darah dan kehilangan panas pada kulit), sensasi suhu. Kulit, jaringan
subkutan dan lemak menyimpan panas di dalam tubuh. Ketika aliran darah antara lapisan
kulit berkurang, kulit itu sendiri adalah insulator paling baik.
Kontrol perilaku
Manusia secara sadar bertindak untuk mempertahankan suhu tubuh yang nyaman ketika
berada pada suhu ekstrim. Kemampuan untuk mengontrol suhu tubuh tergantung pada :
a) Derajat ekstrim suhu.
b) Kemampuan individu untuk merasakan kenyamanan atau ketidaknyamanan.
c) Proses pikir atau emosi.
d) Mobilitas atau kemampuan individu untuk melepaskan atau menambahkan
pakaian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suhu tubuh merupakan salah satu tanda vital yang menggambarkan status kesehatan
seseorang. Energi panas dihasilkan di dalam tubuh kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh
melalui sirkulasi darah, namun suhu bagian-bagian tubuh tidak merata. Sistem termoregulator
tubuh harus dapat mencapai dua gradien suhu yang sesuai, yaitu antara suhu inti dengan suhu
permukaan, dan antara suhu permukaan dengan suhu lingkungan. Dari keduanya, gradien
suhu inti dengan suhu permukaan adalah yang terpenting untuk kelangsungan fungsi tubuh
yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA