Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

DISUSUN OLEH :
Fahrul Ali (22053)
Salma Aqila (22076)
Sheila Riska Damayanti (22078)
Shinta Silvia (22079)
Adelia Anzani (22084)

Dosen pengampu Mata Kuliah :


Putri Permata Sari,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul
“Kebutuhan Keseimbangan suhu tubuh” Atas dukungan moral dan bantuan yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih.
penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna serta
kesalahan yang penulis yakini di luar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 15 Mei 2023


DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Suhu Tubuh..................................................................................................5
B. Fisiologi Suhu Tubuh.....................................................................................................5
C. Mekanisme Kehilangan Suhu Tubuh.............................................................................6
D. Asuhan Keperawatan Gangguan Suhu Tubuh...............................................................7
E. Prosedur Keperawatan Dalam Memenuhi Kebutuhan Suhu Tubuh Sesuai
SOP...............................................................................................................................10

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN........................................................................................................................19
SARAN....................................................................................................................................19
REFERENSI............................................................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran suhu tubuh merupakan salah satu cara yang umum dilakukan untuk mengetahui
kesehatan seseorang. Peningkatan suhu tubuh di atas normal yang disebut demam, adalah
suatu tanda adanya penyakit dan merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh
melawan infeksi (Bartfai & Conti, 2010). Beberapa penyebab demam antara lain penyakit
yang disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri. Selain infeksi, demam dapat disebabkan
oleh zat kimia, tumor otak, dan keadaan lingkungan yang dapat berakhir dengan heat stroke
(Ganong, 2003).
Efek negatif demam dapat berupa dehidrasi, kekurangan oksigen, rasa tidak nyaman (sakit
kepala), nafsu makan menurun, lemas, dan nyeri otot (Arifianto & Hariadi, 2007). Dampak
berbahaya dari suhu yang tinggi adalah malfungsi syaraf, denaturasi protein tubuh yang
irreversible, bahkan kematian (Sherwood, 2001).

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Pengertian Suhu Tubuh?


2. Mengetahui Mekanisme kehilangan suhu tubuh?
3. Mengetahui Asuhan Keperawatan Gangguan Suhu Tubuh ?

1.3 Tujuan Masalah

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan
Belajar mengajar pada mata kuliah Kebutuhan dasar Keperawatan .
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Suhu Tubuh

Suhu tubuh adalah ukuran dari kemampuan tubuh dalam menghasilkan dan
menyingkirkan hawa panas. Suhu tubuh bisa dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya
suhu lingkungan. Tinggi atau rendahnya suhu tubuh seseorang juga bisa
mencerminkan kondisi kesehatannya. Suhu tubuh normal seseorang bisa berubah-
ubah tergantung aktivitas yang dilakukan dan kondisi tubuhnya. Meski begitu, suhu
tubuh normal umumnya berada di antara 36,5–37,2oC.

Suhu tubuh adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam
bidang thermodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem
untuk melepaskan tenaga secara spontan (Arif, 2009).

Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia
dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur
dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan
suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh
yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme
umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk
mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh
dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C (Harold, 2005).

B. Fisiologi Suhu Tubuh

mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antar panas yang hilang
dan dihasilkan lebih disebut termoregulasi, mekanisme tubuh ini harus
mempertahanklan hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas agar suhu
tubuh tetap konstan dan normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme neurologis dan
kardiovaskular. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua
hemisfer otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti thermostat, suhu yang nyaman
merupakan set point untuk operasi sistem panas. Penurunan suhu lingkunganakan
mengaktifkan pemanas, sedangkan peningkatan suhu tubuh akan mematikan sistem
pemanas tersebut (Guyton,2007).

Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh hipotalamus anterior


mengatur kehilangan panas, sedangkan hipotalamus posterior mengatur produksi
panas. Jika sel saraf dihipotalamus anterior menjadi panas diluar batas titik
pengaturan (set point), maka impuls akan dikirimkan untuk menurunkan suhu tiubuh.
Mekanisme kehilangan panas adalah vasodilatasi, keringat dan hambatan produksi
panas. Jika hipotalamus mendeteksi adanya penurunan suhu tubuh dibawah titik
pengaturan, tubuh akan memulai mekanisme konversi panas yaitu dengan cara
vasokontriksi untuk mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstrimitas. Produksi panas
distimulasi tidak efektif maka akan timbul gerakan menggigil. disamping melalui
pengaturan dihipotalamus. Proses pemindahan energi panas, baik masuk ke dalam
tubuh maupun hilang melalui kulit dan dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu :
konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi.

Konduksi adalah pemaparan panas dari suatu obyek yang suhunya lebih tinggi ke
obyek lain dengan jalan kontak langsung.panas yang dibuang dengan cara konduksi
ini yaitu dari permukaan tubuh ke obyek lain (Guyton, 2007). Konveksi adalah
pergerakan udara dalam jumlah kecil, konveksi hampir selalu terjadi disekitar tubuh
dikarenakan oleh kecenderungan udara yang dekat dengan kulit bergerak ke atas
waktu udara tersebut dipanasi. Radiasi adalah pemindahan panas melalui radiasi
elektromagnetik inframerah dari suatu benda yang lain dengan suhu yang berbeda
tanpa mengalami kontak ke dua benda tersebut (Guyton, 2007). Evaporasi adalah
pengalihan panas dari bentuk cair menjadi uap. Manusia kehilangan sekitar 9x10
kalori/gram melalui penguapan paru-paru . penguapan air melalui kulit paru-paru
disebut penguapan insisibel karena dapat terkontrol.

C. Mekanisme Kehilangan Suhu Tubuh

a. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang
panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki
panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang
panas ke segala penjuru tubuh.
Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%)
atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada
gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke
udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan
dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas,
yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya
lebih dingin dari suhu tubuh.

b. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-
benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan
mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi
dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan
tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada
paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan
panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
c. Evaporasi
vaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh.
Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan
panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat,
mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini
menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori
per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi
terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan
system pernafasan

d. Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan.
Misalnya ada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akana menjadi
dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti
udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.

D. Asuhan Keperawatan Gangguan Suhu Tubuh ( pengkajian, diagnosa


keperawatan, perencanaan, dan evaluasi )

1. PENGKAJIAN
1) Identitas Pasien Meliputi : Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama,
Pendidikan, Alamat, Diagnosa medis

2) Riwayat kesehatan pasien


a) Riwayat kesehatan sekarang : Pasien datang dengan keluhan badan
terasa panas/ menggigil, tidak nafsumakan, mual, lemah, pusing.
b) Riwayat kesehatan dahulu : Klien pernah mengalami penyakit
tertentu atau tidak pernah mengalami
c) Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga klien atau klien
mengatakan tidak ada anggota keluarga yangmengalami penyakit
seperti yang diderita klien atau ada keluarga yang
pernahmengalami penyakit yang sama dengan klien.

3) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum klien : Kesadaran compos mentis, apatis, delirium,
somnolen, sopor, coma
b) Tanda-tada vital :Suhu : < 360 C / < 370 C
c) Pengkajian dengan melakukan pengukuran suhu dapat dilakukan di
empat tempat,yaitu oral,rectal, aksila, telinga. Berikut penjelasannya
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan keseimbangan suhu tubuh lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan proses infeksi
b. Gangguan keseimbangan suhu tubuh : kurang dari kebutuhan tubuh
c. Gangguan rasa nyaman : hipotermia/hipertermia berhubungan dengan proses
infeksi
d. Resiko gangguan keseimbangan suhu tubuh lebih dari kebutuhan tubuh. Resiko
gangguan keseimbangan suhu tubuh kurang dari kebutuhan tubuh
e. Resiko gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipotermia/ hipertermia

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Tujuan:
Setelah diberikan tindakan Asuhan Keperawatan diharapkan masalah pengaturan
suhu tubuh teratasi/ tidak terjadi dalam rentang waktu 2x24 jam

b. Kriteria Hasil :
1. Menunjukan suhu tubuh kembali dalam rentang normal (36,5°C-37,5°C)
2. Akral pasien dalam keadaan normal (tidak panas/dingin)
3. Pasien tampak tidak lemas (mampu melakukan aktifitas dengan mandiri)
4. Mukosa bibir lembab

c. Intervensi keperawatan :
Intervensi independen:
A) Ukur suhu pasien dalam rentang waktu yang sudah ditentukan 2) Berikan
kompres hangat atau dingin
B) Anjurkan pasien untuk minum (1500-2000 ml/hari)
C) Pantau inteke-output cairan dan nutrisi pasien
D) Anjurkan menggunakan pakaian yang kering, menyerap keringat dan
selimut yang tidak tebal atau pakai pakaian yang tebal dan selimut yang
tebal
E) Kurangi aktivitas fisik untuk membatasi produksi panas
F) Kaji tanda-tanda resiko penyakit
G) Beri penyuluhan tentang penyakit yang diderita kepada pasien/keluarga
Intervensi interdependen:
a) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan infus sesuai
dengan kebutuhan
b) Kolaborasi dengan ahli gizi terkait dengan diet yang harus diberikan
kepada pasien
c) Kolaborasi dengan laboran terkait dengan pemeriksaan diagnostik sesuai
dengan penyakit pasien
4. IMPLEMENTASI

a. Implementasi dari intervensi independen:


A) Mengukur suhu pasien dalam rentang waktu yang sudah ditentukan 2.
Memberikan kompres hangat atau dingin
B) Menganjurkan pasien untuk minum (1500-2000 ml/hari) 4. Memantau inteke-
output cairan dan nutrisi pasien
C) Menganjurkan menggunakan pakaian yang kering, menyerap keringat dan
selimut yang tidak tebal atau pakai pakaian yang tebal dan selimut yang tebal
D) Mengurangi aktivitas fisik untuk membatasi produksi panas
E) Mengkaji tanda-tanda resiko penyakit

b. Implementasi dari intervensi interdependen:


a) Mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan infus
sesuai dengan kebutuhan.
b) Mengkolaborasikan dengan ahli gizi terkait dengan diet yang harus diberikan
kepada pasien.
c) Mengkolaborasikan dengan laboran terkait dengan pemeriksaan diagnostik
sesuai dengan penyakit pasien.

5. EVALUASI
a. Subjectif : klien mengatakan badannya sudah tidak terasa panas/menggigil, tidak
mual, tidak pusing dan mampu melakukan aktivitas dengan mandiri. Klien
mengatakan badannya masih terasa panas,menggigil sedikit mual dengan muntah
1x/hari,sedikit pusing dan masih memerlukan bantuan dalam melakukan aktivitas

b. Objektif : Suhu tubuh pasien dalam rentang normal (36°C-37,5°C), akral hangat,
pasien tampak tidak pucat atau kemerahan, berdasarkan hasil auskultasi RR dalam
rentang normal (16-20x/menit) intake-output cairan dan nutrisi balance dan pasien
tidak tampak lemas. Suhu tubuh pasien masih dalam rentang 36°C atau >37,5°C,
akral panas/dingin, tampak pucat / kemerahan, RR < 16x/menit atau > 20x/menit
intake- output cairan tidak balance dan pasien tampak lemas.
E. Prosedur Keperawatan Dalam Memenuhi Kebutuhan Suhu Tubuh Sesuai SOP

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMASANGAN KOMPRES HANGAT
AKPER PELNI
JAKARTA

PENGERTIAN Kompres Hangat adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk


memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada
bagian tubuh yang memerlukan.

TUJUAN 1. Menurunkan suhu


2. Memperlancar sirkulasi darah
3. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
4. Memberikan rasa hangat, nyaman dan tenang pada
klien
INDIKASI 1. Klien Hipertermi
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien dengan penyakit peradangan seperti peradangan
pada persendian
4. Spasme otot
5. Adanya abses / hematoma

KONTRAINDIKASI 1. Trauma
2. Pendarahan / edema
3. Gangguan vascular
4. Pleuritis

PERALATAN 1. Baskom berisi air hangat


2. Perlak dan pengalas
3. Wash lap
4. Handuk kering
5. Handscoon
6. Thermometer
INSTRUKSI KERJA A. Tahap Prainteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat didekat pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dimulaI

C. Tahap kerja
1. Atur posisi pasien yang aman dan nyaman
2. Tinggikan tempat tidur pasien sampai ketinggian
kerja yang nyaman
3. Cuci tangan dan memakai handscoon
4. Mengukur ulang suhu tubuh pasien
5. Lakukan kompres hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan (dahi, leher, aksila, lipat paha) dan
sebelumnya pasang perlak jika dibutuhkan.
6. Hentikan prosedur sesuai waktu yang telah
ditentukan atau menganjurkan keluarga untuk
melanjutkan tindakan yang dilakukan
7. Rapikan posisi pasien seperti semula
8. Beritahu pasien bahwa prosedur sudah selesai

D. Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membersihkan alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

SUMBER https://dokumen.tips/documents/sop-kompres-hangat.html
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN KOMPRES DINGIN
AKPER PELNI
JAKARTA

PENGERTIAN Kompres dingin adalah memberi rasa dingin pada daerah


setempat menggunakan kain yang dicelupkan pada air es.

TUJUAN 1. Menurunkan intensitas nyeri


2. Menghentikan perdarahan
3. Mencegah peradangan
4. Mengurangi kongesti
5. Memberikan rasa nyaman
6. Menurunkan suhu tubuh
INDIKASI Klien yang mengalami nyeri akibat fraktur (khususnya fraktur
ekstremitas tertutup)

KONTRAINDIKASI 1. Klien dengan penyakit reynaud


2. Klien dengan alergi dingin
3. Klien dengan luka terbuka
4. Klien dengan gangguan sirkulasi

PERSIAPAN ALAT 1. Persiapan alat :


A. Kirbat es/eskap dengan sarungnya
B. Kom berisi potongan-potongan kecil es dan satu
sendok teh garam agar es tidak cepat mencair
C. Air dalam kom dan lap kerja
D. Perlak, pengalas, selimut (bila perlu)

2. Persiapan klien : Kontrak topic, waktu, tempat dan


tujuan dilaksanakannya kompres dingin

3. Persiapan lingkungan : Menciptakan lingkungan yang


aman dan nyaman bagi klien dan juga menjaga privasi
klien
PROSEDUR A. Fase Orientasi
PELAKSANAAN 1) Memberi salam/menyapa klien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur
5) Menanyakan kesiapan klien

B. Fase Kerja
1) Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
2) Menanyakan keluhan utama yang sedang dirasakan
3) Dekatkan alat-alat ke klien
4) Menjaga privasi klien
5) Mengatur klien dalam posisi nyaman
6) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
7) Masukkan es ke dalam kom air supaya pinggir es
tidak tajam
8) Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak ½ hingga
2 /3 bagian dari kirbat tersebut
9) Keluarkan udara dari kirbat es dengan melipat
bagian yang kosong, lalu di tutup rapat
10) Periksa kirbat es adakah kebocoran atau tidak
11) Keringkan kirbat es dengan lap, lalu masukkan ke
dalam sarungnya
12) Buka area yang akan di kompres dan atur yang
nyaman pada klien
13) Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang
akan di kompres
14) Meletakkan kirbat pada bagian tubuh yang akan
dikompres dengan kepala kirbat mengarah keluar
tempat tidur
15) kaji keadaan kulit setiap 5 menit terhadap nyeri,
mati rasa, dan suhu tubuh. Setiap 20 menit ganti es
dalam kirbat.
16) Angkat kirbat bila sudah selesai
17) Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman
18) Rapikan alat-alat bila terapi ini sudah selesai
19) Memantau respon klien
20) Merapikan klien

C. Fase terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2) Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah
dilakukan tindakan
3) Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
4) Melakukan kontrak waktu untuk tindakan
selanjutnya

5) Berikan reinforcement positif sesuai dengan


kemampuan responden
6) Mengakhiri kegiatan, memberi salam dan
berpamitan pada responden
7) Cuci tangan
8) Dokumentasikan tindakan

SUMBER file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/Yva7A2c17X-
lampiran.pdf
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENGUKUR SUHU TUBUH ORAL, REKTAL,
AKPER PELNI DAN AXSILA
JAKARTA

PENGERTIAN Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur suhu tubuh


yang dilakukan dengan meletakkan alat pengukur suhu
(thermometer) di bawah ketiak pasien.

TUJUAN Mengetahui suhu tubuh pasien

INDIKASI Pasien dengan keadaan demam (suhu tubuh > 37ºc).

PROSEDUR TINDAKAN 1. Tahap Pra Interaksi


1) Persiapan diri perawat
2) Verifikasi catatan keperawatan medis
3) Persiapan alat :
a. Termometer badan untuk ketiak
b. Larutan disinfektan dalam botol/gelas
c. Larutan sabun dalam botol/gelas
d. Air bersih dingin dalam botol/gelas
e. Kain kassa kering/tissu dalam tempatnya.
f. Lab/handuk kering
g. Bengkok untuk tempat kotoran
h. Buku catatan dan pulpen/pensil
4) Jaga privasi klien, bila perlu tutup pintu dan
jendela.

2. Tahap Orientasi
1) Berikan salam terapeutik
2) Identifikasi klien
3) Tanyakan nama dan tanggal lahir, dan dicocokkan
dengan gelang yang dipakai oleh klien
4) Klarifikasi kontrak sebelumnya (waktu,
topik/kegiatan, tempat)
5) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6) Berikan kesempatan klien untuk bertanya
3. Tahap kerja Mengukur suhu tubuh ada 3 cara yaitu :
a. Melalui oral:
1) Bersihkan termometer
2) Turunkan batas angka pada termometer
hingga menunjukkan angka 35°C
3) Letakkan termometer di bawah lidah
4) Minta klien untuk menahan termometer
dengan bibir hingga 3-8 menit
5) Angkat dan baca termometer
6) Bersihkan termometer
7) Cuci termometer dengan air antiseptik, air
sabun, bilas dengan air DTT (desinfeksi
tingkat tinggi), keringkan, serta letakkan
kembali di tempatnya
8) Cuci tangan

b. Melalui rektal :
1) Mengatur lingkungan
2) Bersihkan termometer
3) Turunkan batas angka pada termometer
hingga menunjukkan angka 35°C
4) Beri gel pada ujung termometer
5) Atur posisi klien dengan posisi Sims
6) Masukkan termometer ke dalam anus
7) Tahan termometer selama 2-4 menit
8) Angkat termometer
9) Bersihkan termometer
10) Baca dengan teliti
11) Bersihkan anus klien dari pelumas/gel
12) Bantu klien ke posisi semula
13) Cuci termometer dan letakkan kembali ke
tempatnya

c. Mengukur suhu melalui aksila/ketiak :


1) Mencuci tangan dengan sabun di bawah air
mengalir dan dikeringkan dengan handuk/ lap
kering
2) Membasuh termometer dengan air dingin bila
termometer direndam dalam larutan
disinfektan
3) Mengeringkan termometer dengan tissu/kassa
kering dari ujung (berisi air raksa) ke arah
pegangan
4) Membuang kasa/tissu kotor ke dalam bengkok
5) Menurunkan air raksa di dalam termometer
sampai angka 35 atau di bawahnya
6) Memberi tahu klien bahwa tindakan akan
segera dilaksanakan.
7) Membawa alat-alat ke dekat pasien
8) Meminta dan membantu pasien membuka
pakaian pada daerah ketiak
9) Mengeringkan salah satu ketiak pasien dengan
lab/handuk kering
10) Memasang termometer pada tengah ketiak
11) Menutup lengan atas dan menyilangkan
lengan bawah di dada
12) Membiarkan termometer di ketiak selama 6-8
menit
13) Mengambil termometer dari ketiak pasien
14) Membersihkan termometer dengan tissu/kassa
dari pangkal ke arah ujung
15) Membuang tissu/kassa kotor ke dalam
bengkok
16) Membaca tinggi air raksa di dalam
termometer
17) Mencatat hasil pengukuran pada buku atau
catatan keperawatan
18) Menurunkan air raksa di dalam termometer
19) Memasukkan termometer ke dalam larutan
disinfektan
20) Merapikan kembali pakaian pasien
21) Mengembalikan posisi pasien pada posisi
yang nyaman
22) Memberitahu pasien bahwa tindakan telah
selesai dilaksanakan
23) Membilas termometer dengan kassa/tissu yang
dibasahi larutan sabun
24) Membuang tissu/kassa kotor ke dalam
bengkok
25) Mencelupkan termometer ke dalam air bersih
26) Mengeringkan termometer dengan kassa/tissu
kering
27) Membuang kassa / tissu kotor ke dalam
bengkok

4. Tahap terminasi
1) Evaluasi respon dan perasaan pasien
2) Sampaikan hasil kegiatan tekanan darah
3) Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Cuci tangan
5) Dokumentasi : catat waktu melakukan tindakan
pengukuran tekanan darah, respon klien dan hasil
pengukuran
SUMBER http://repository.pkr.ac.id/1467/12/12.%20Lampiran.pdf
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
Pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa
yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi
panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan
radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh. Bila tubuh merasa panas, ada
kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan; bila tubuh merasa
dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke
lingkungan melalui radiasi dan konduksi – konveksi sangat di tentukan oleh perbadaan suhu
antara kilit dan lingkungan eksterna.

SARAN
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah “Kebutuhan Dasar
keperawatan”. Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan makalah ini
agar lebih baik.
REFERENSI

https://www.alodokter.com/memahami-suhu
tubuh#:~:text=Suhu%20tubuh%20adalah%20ukuran%20dari,juga%20bisa%20menc
erminkan%20kondisi%20kesehatannya
https://repository.um-surabaya.ac.id/5631/3/BAB_2.pdf
https://repository.ump.ac.id/189/3/BAB%20II_Wahyu%20Tri%20W..pdf

Anda mungkin juga menyukai