DISUSUN OLEH :
Fahrul Ali (22053)
Salma Aqila (22076)
Sheila Riska Damayanti (22078)
Shinta Silvia (22079)
Adelia Anzani (22084)
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul
“Kebutuhan Keseimbangan suhu tubuh” Atas dukungan moral dan bantuan yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih.
penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna serta
kesalahan yang penulis yakini di luar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Suhu Tubuh..................................................................................................5
B. Fisiologi Suhu Tubuh.....................................................................................................5
C. Mekanisme Kehilangan Suhu Tubuh.............................................................................6
D. Asuhan Keperawatan Gangguan Suhu Tubuh...............................................................7
E. Prosedur Keperawatan Dalam Memenuhi Kebutuhan Suhu Tubuh Sesuai
SOP...............................................................................................................................10
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan
Belajar mengajar pada mata kuliah Kebutuhan dasar Keperawatan .
BAB II
PEMBAHASAN
Suhu tubuh adalah ukuran dari kemampuan tubuh dalam menghasilkan dan
menyingkirkan hawa panas. Suhu tubuh bisa dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya
suhu lingkungan. Tinggi atau rendahnya suhu tubuh seseorang juga bisa
mencerminkan kondisi kesehatannya. Suhu tubuh normal seseorang bisa berubah-
ubah tergantung aktivitas yang dilakukan dan kondisi tubuhnya. Meski begitu, suhu
tubuh normal umumnya berada di antara 36,5–37,2oC.
Suhu tubuh adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam
bidang thermodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem
untuk melepaskan tenaga secara spontan (Arif, 2009).
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia
dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur
dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan
suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh
yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme
umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk
mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh
dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C (Harold, 2005).
mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antar panas yang hilang
dan dihasilkan lebih disebut termoregulasi, mekanisme tubuh ini harus
mempertahanklan hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas agar suhu
tubuh tetap konstan dan normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme neurologis dan
kardiovaskular. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua
hemisfer otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti thermostat, suhu yang nyaman
merupakan set point untuk operasi sistem panas. Penurunan suhu lingkunganakan
mengaktifkan pemanas, sedangkan peningkatan suhu tubuh akan mematikan sistem
pemanas tersebut (Guyton,2007).
Konduksi adalah pemaparan panas dari suatu obyek yang suhunya lebih tinggi ke
obyek lain dengan jalan kontak langsung.panas yang dibuang dengan cara konduksi
ini yaitu dari permukaan tubuh ke obyek lain (Guyton, 2007). Konveksi adalah
pergerakan udara dalam jumlah kecil, konveksi hampir selalu terjadi disekitar tubuh
dikarenakan oleh kecenderungan udara yang dekat dengan kulit bergerak ke atas
waktu udara tersebut dipanasi. Radiasi adalah pemindahan panas melalui radiasi
elektromagnetik inframerah dari suatu benda yang lain dengan suhu yang berbeda
tanpa mengalami kontak ke dua benda tersebut (Guyton, 2007). Evaporasi adalah
pengalihan panas dari bentuk cair menjadi uap. Manusia kehilangan sekitar 9x10
kalori/gram melalui penguapan paru-paru . penguapan air melalui kulit paru-paru
disebut penguapan insisibel karena dapat terkontrol.
a. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang
panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki
panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang
panas ke segala penjuru tubuh.
Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%)
atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada
gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke
udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan
dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas,
yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya
lebih dingin dari suhu tubuh.
b. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-
benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan
mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi
dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan
tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada
paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan
panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
c. Evaporasi
vaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh.
Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan
panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat,
mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini
menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori
per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi
terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan
system pernafasan
d. Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan.
Misalnya ada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akana menjadi
dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti
udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.
1. PENGKAJIAN
1) Identitas Pasien Meliputi : Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama,
Pendidikan, Alamat, Diagnosa medis
3) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum klien : Kesadaran compos mentis, apatis, delirium,
somnolen, sopor, coma
b) Tanda-tada vital :Suhu : < 360 C / < 370 C
c) Pengkajian dengan melakukan pengukuran suhu dapat dilakukan di
empat tempat,yaitu oral,rectal, aksila, telinga. Berikut penjelasannya
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan keseimbangan suhu tubuh lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan proses infeksi
b. Gangguan keseimbangan suhu tubuh : kurang dari kebutuhan tubuh
c. Gangguan rasa nyaman : hipotermia/hipertermia berhubungan dengan proses
infeksi
d. Resiko gangguan keseimbangan suhu tubuh lebih dari kebutuhan tubuh. Resiko
gangguan keseimbangan suhu tubuh kurang dari kebutuhan tubuh
e. Resiko gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipotermia/ hipertermia
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Tujuan:
Setelah diberikan tindakan Asuhan Keperawatan diharapkan masalah pengaturan
suhu tubuh teratasi/ tidak terjadi dalam rentang waktu 2x24 jam
b. Kriteria Hasil :
1. Menunjukan suhu tubuh kembali dalam rentang normal (36,5°C-37,5°C)
2. Akral pasien dalam keadaan normal (tidak panas/dingin)
3. Pasien tampak tidak lemas (mampu melakukan aktifitas dengan mandiri)
4. Mukosa bibir lembab
c. Intervensi keperawatan :
Intervensi independen:
A) Ukur suhu pasien dalam rentang waktu yang sudah ditentukan 2) Berikan
kompres hangat atau dingin
B) Anjurkan pasien untuk minum (1500-2000 ml/hari)
C) Pantau inteke-output cairan dan nutrisi pasien
D) Anjurkan menggunakan pakaian yang kering, menyerap keringat dan
selimut yang tidak tebal atau pakai pakaian yang tebal dan selimut yang
tebal
E) Kurangi aktivitas fisik untuk membatasi produksi panas
F) Kaji tanda-tanda resiko penyakit
G) Beri penyuluhan tentang penyakit yang diderita kepada pasien/keluarga
Intervensi interdependen:
a) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan infus sesuai
dengan kebutuhan
b) Kolaborasi dengan ahli gizi terkait dengan diet yang harus diberikan
kepada pasien
c) Kolaborasi dengan laboran terkait dengan pemeriksaan diagnostik sesuai
dengan penyakit pasien
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
a. Subjectif : klien mengatakan badannya sudah tidak terasa panas/menggigil, tidak
mual, tidak pusing dan mampu melakukan aktivitas dengan mandiri. Klien
mengatakan badannya masih terasa panas,menggigil sedikit mual dengan muntah
1x/hari,sedikit pusing dan masih memerlukan bantuan dalam melakukan aktivitas
b. Objektif : Suhu tubuh pasien dalam rentang normal (36°C-37,5°C), akral hangat,
pasien tampak tidak pucat atau kemerahan, berdasarkan hasil auskultasi RR dalam
rentang normal (16-20x/menit) intake-output cairan dan nutrisi balance dan pasien
tidak tampak lemas. Suhu tubuh pasien masih dalam rentang 36°C atau >37,5°C,
akral panas/dingin, tampak pucat / kemerahan, RR < 16x/menit atau > 20x/menit
intake- output cairan tidak balance dan pasien tampak lemas.
E. Prosedur Keperawatan Dalam Memenuhi Kebutuhan Suhu Tubuh Sesuai SOP
KONTRAINDIKASI 1. Trauma
2. Pendarahan / edema
3. Gangguan vascular
4. Pleuritis
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dimulaI
C. Tahap kerja
1. Atur posisi pasien yang aman dan nyaman
2. Tinggikan tempat tidur pasien sampai ketinggian
kerja yang nyaman
3. Cuci tangan dan memakai handscoon
4. Mengukur ulang suhu tubuh pasien
5. Lakukan kompres hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan (dahi, leher, aksila, lipat paha) dan
sebelumnya pasang perlak jika dibutuhkan.
6. Hentikan prosedur sesuai waktu yang telah
ditentukan atau menganjurkan keluarga untuk
melanjutkan tindakan yang dilakukan
7. Rapikan posisi pasien seperti semula
8. Beritahu pasien bahwa prosedur sudah selesai
D. Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membersihkan alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
SUMBER https://dokumen.tips/documents/sop-kompres-hangat.html
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN KOMPRES DINGIN
AKPER PELNI
JAKARTA
B. Fase Kerja
1) Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
2) Menanyakan keluhan utama yang sedang dirasakan
3) Dekatkan alat-alat ke klien
4) Menjaga privasi klien
5) Mengatur klien dalam posisi nyaman
6) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
7) Masukkan es ke dalam kom air supaya pinggir es
tidak tajam
8) Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak ½ hingga
2 /3 bagian dari kirbat tersebut
9) Keluarkan udara dari kirbat es dengan melipat
bagian yang kosong, lalu di tutup rapat
10) Periksa kirbat es adakah kebocoran atau tidak
11) Keringkan kirbat es dengan lap, lalu masukkan ke
dalam sarungnya
12) Buka area yang akan di kompres dan atur yang
nyaman pada klien
13) Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang
akan di kompres
14) Meletakkan kirbat pada bagian tubuh yang akan
dikompres dengan kepala kirbat mengarah keluar
tempat tidur
15) kaji keadaan kulit setiap 5 menit terhadap nyeri,
mati rasa, dan suhu tubuh. Setiap 20 menit ganti es
dalam kirbat.
16) Angkat kirbat bila sudah selesai
17) Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman
18) Rapikan alat-alat bila terapi ini sudah selesai
19) Memantau respon klien
20) Merapikan klien
C. Fase terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2) Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah
dilakukan tindakan
3) Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
4) Melakukan kontrak waktu untuk tindakan
selanjutnya
SUMBER file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/Yva7A2c17X-
lampiran.pdf
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENGUKUR SUHU TUBUH ORAL, REKTAL,
AKPER PELNI DAN AXSILA
JAKARTA
2. Tahap Orientasi
1) Berikan salam terapeutik
2) Identifikasi klien
3) Tanyakan nama dan tanggal lahir, dan dicocokkan
dengan gelang yang dipakai oleh klien
4) Klarifikasi kontrak sebelumnya (waktu,
topik/kegiatan, tempat)
5) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6) Berikan kesempatan klien untuk bertanya
3. Tahap kerja Mengukur suhu tubuh ada 3 cara yaitu :
a. Melalui oral:
1) Bersihkan termometer
2) Turunkan batas angka pada termometer
hingga menunjukkan angka 35°C
3) Letakkan termometer di bawah lidah
4) Minta klien untuk menahan termometer
dengan bibir hingga 3-8 menit
5) Angkat dan baca termometer
6) Bersihkan termometer
7) Cuci termometer dengan air antiseptik, air
sabun, bilas dengan air DTT (desinfeksi
tingkat tinggi), keringkan, serta letakkan
kembali di tempatnya
8) Cuci tangan
b. Melalui rektal :
1) Mengatur lingkungan
2) Bersihkan termometer
3) Turunkan batas angka pada termometer
hingga menunjukkan angka 35°C
4) Beri gel pada ujung termometer
5) Atur posisi klien dengan posisi Sims
6) Masukkan termometer ke dalam anus
7) Tahan termometer selama 2-4 menit
8) Angkat termometer
9) Bersihkan termometer
10) Baca dengan teliti
11) Bersihkan anus klien dari pelumas/gel
12) Bantu klien ke posisi semula
13) Cuci termometer dan letakkan kembali ke
tempatnya
4. Tahap terminasi
1) Evaluasi respon dan perasaan pasien
2) Sampaikan hasil kegiatan tekanan darah
3) Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Cuci tangan
5) Dokumentasi : catat waktu melakukan tindakan
pengukuran tekanan darah, respon klien dan hasil
pengukuran
SUMBER http://repository.pkr.ac.id/1467/12/12.%20Lampiran.pdf
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
Pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa
yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi
panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan
radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh. Bila tubuh merasa panas, ada
kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan; bila tubuh merasa
dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke
lingkungan melalui radiasi dan konduksi – konveksi sangat di tentukan oleh perbadaan suhu
antara kilit dan lingkungan eksterna.
SARAN
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah “Kebutuhan Dasar
keperawatan”. Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan makalah ini
agar lebih baik.
REFERENSI
https://www.alodokter.com/memahami-suhu
tubuh#:~:text=Suhu%20tubuh%20adalah%20ukuran%20dari,juga%20bisa%20menc
erminkan%20kondisi%20kesehatannya
https://repository.um-surabaya.ac.id/5631/3/BAB_2.pdf
https://repository.ump.ac.id/189/3/BAB%20II_Wahyu%20Tri%20W..pdf