Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

"SISTEM PENGATURAN SUHU DAN METABOLISME"

Dibuat oleh:

Werentin (21154011005)

Larah Aprianti (21154011017)

Tiara Natali (21154011033)

Dosen pengampu:

Ibu Lina Contesa, SST., M. Kes.

Ibu Deby Utami Siska Ariani, SST., M. Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK 2022


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah serta
inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang " Sistem Pengaturan Suhu dan
Metabolisme " dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi guru terbaik dan menjadi suri tauladan bagi umat Islam
diseluruh dunia.

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi syarat penilaan pada mata kuliah Asuhan
Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, dan penulis harap makalah ini dapat bemanfaat, baik
untuk penulis pribadi maupun para peserta didik lannya.

Dalam menyusun makalah ini pula penulis berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan
sumber-sumber dan informasi, baik dan buku-buku yang telah direkomendasikan oleh dosen
ataupun website yang terpercaya. Terima kasih kepada dosen pengajar yang telah membimbing
dalam penyelesaian makalah ini.

Untuk itu saran dan kritik penulis harapkan berkenaan dengan pembuatan makalah ini,
demi kesempurnaannya. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Palembang, 01 Desember 2022

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................ 5
2.1. Konsep Teori ....................................................................................................................... 5
BAB III........................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 7
3.1. Sistem Pengaturan Suhu .................................................................................................... 7
3.2. Metabolisme ...................................................................................................................... 15
3.2.1 Metabolisme Karbohidrat .......................................................................................... 16
3.2.2 Metabolisme Lemak .................................................................................................... 18
3.2.3 Metabolisme Protein ................................................................................................... 20
3.3. Penyimpanan Asam Amino ............................................................................................. 20
3.3.1 Protein Plasma ............................................................................................................. 21
3.3.2 Albumin ........................................................................................................................ 21
3.4. Penggunaan Protein untuk Energi .................................................................................. 22
3.5. Efek Stres Terhadap Metabolisme .................................................................................. 22
BAB IV ......................................................................................................................................... 23
PENUTUPAN .............................................................................................................................. 23
4.1.Kesimpulan......................................................................................................................... 23
4.2. Saran .................................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan
konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan
balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat
temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan
mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati
batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap
tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih
dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk
mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran
panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.

Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian
yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas (Harold S.
Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan
suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin
basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas
(Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan berfokus pada penggunaan teknik
kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.

Metabolisme adalah istilah yang mengacu pada perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi
di dalam tubuh untuk pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Setiap sel terdiri atas protoplasma
yang memiliki kemampuan memungut oksigen dan bahan keperluan lainnya, danmenyisihkan
bahan tertentu lainnya sebagai barang buangan, termasuk karbon dioksida. Namun,antara berbagai
perubahan yang terjadi di dalam sel itu terdapat bidang kegiatan kimiawi yangluas dan fungsi
tubuh yang sangat erat, yang bergantung dari kegiatan tersebut.Terdapat keseimbangan terus-
menerus antara pembangunan atau metabolisme berbagaiunsur-unsur kompleks dan jaringan yang
memakan energi, dan penghancuran atau katabolisme unsure-unsur kompleks yang membebaskan
energi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori

A. Sistem Pengaturan Suhu

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang
digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya
perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.

Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin
panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu
benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom
penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur
dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur,
Fahrenheit dan Kelvin

Manusia dan binatang menyusui mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relative
konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan. Kepentingan dipertahankan suhu tubuh pada
manusia adalah berhubungan dengan reaksi kimia didalam tubuh kita. Mis kenaikan suhu 10
derajat Celcius bisa mempercepat proses biologis 2 - 3 kalinya. Suhu inti (core temperature)
manusia berfluktuasi + 1 derajat Celcius dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya paling rendah
adalah pada waktu pagi hari (jam 4 - 6 subuh) dan mencapai puncaknya pada sore hari (jam 2 - 3
sore).

Kulit dan Homeostasis

1.Reseptor panas dan dingin terletak dalam kulit. Saat suhu tubuh meningkat, hypothalamus
mengirimkan sinyal saraf menuju kelenjar keringat dan menyebakan pelepasan air sekitar 1-2 liter
perjam untuk mendinginkan tubuh.

2.Hipothalamus juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah di kulit membuat lebih banyak
darah mengalir ke area tersebut dan menebabkan panas terlepa dri permukaan kulit.

3.Saat suhu tubuh menurun, kelenjar keringat mengkerut dan produksi keringat berkurang. Jika
suhu tubuh terus menerus berkurang, tuuh akan menjaga thermiogenesis, dengan cara
meningkatkan laju metabolisme dan dengan menggigil.

4.Kehilangan air lewat kulit berlangsung dalam dua cara; a. penguapan dan b. berkeringat.

5
B. Metabolisme

Metabolisme merupakan rangkaian reaksi kimia yang diawali olehsubstrat awal dan diakhiri
dengan produk akhir, yang terjadi dalam sel.Reaksi tersebut meliputi reaksi penyusunan energi
(anabolisme) danreaksi penggunaan energi (katabolisme). Dalam reaksi biokimia terjadiperubahan
energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, misalnya energikimia dalam bentuk senyawa
Adenosin Trifosfat diubah menjadienergi gerak untuk melakukan suatu aktifitas seperti bekerja,
berlari, jalan, dan lain - lain.Metabolisme meliputi segala aktifitas hidup yang bertujuan agar sel
tersebut mampu untuk tetap bertahan hidup, tumbuh, dan melakukan reproduksi. Semua sel
penyusun tubuh makhluk hidup memerlukan energi agar proses kehidupan dapat berlangsung. Sel-
sel menyimpan energi kimia dalam bentuk makanan kemudian mengubahnya dalam bentukenergi
lain pada proses metabolisme.

Metabolisme dibedakan atas anabolisme dan katabolime. Untuk memperlancar


berlangsungnya proses reaksi metabolismedalam sel makhluk hidup melibatkan komponen-
komponen penting yang sangat berperan sebagai penunjangnya. Tanpa komponen-komponen
penunjang itu, maka proses reaksinya tidak akan berjalan dengan lancar. Komponen-komponen
yang sangat berperan dalam proses metabolisme sel makhluk hidup terdiri atas koenziim,
Adenosin Trifosfat merupakan senyawa organik atau katalis protein yangdihasilkan oleh sel dan
berperan sebagai katalisator yang dinamakan biokatalisator. Enzim dapat mengatur kecepatan dan
kekhususan ribuan reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel. Perlu Anda ingat,walaupun enzim
dibuat di dalam sel, tetapi untuk bertindak sebagai katalis tidak harus berada di dalam sel. Reaksi
yang dapat dikendalikan

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Sistem Pengaturan Suhu

A. Kulit sebagai Pengatur Suhu

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang
cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari
inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang
efektif untuk keseimbangan suhu tubuh. Di samping itu di dalam kulit juga terdapat reseptor
berbagai macam sensasi, sati di antaranya oleh termoreseptor. Bagaimana kulit berperan sebagai
pengatur suhu, dapat dijelaskan sebagai berikut.

Bila tubuh merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke
lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan panas.
Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi – konveksi sangat di
tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan eksterna. Bagian pusat tubuh merupakan
ruang yang memiliki suhu yang di jaga tetap sekitar 37 derajat selsius . Mengelilingi pusat tubuh
adalah lapisan kulit dimana terjadi pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan luar. Dalam
usaha memelihara kekonstanan suhu pusat tubuh, kapasitas insulatif dan suhu kulit dapat di atur
ke berbagai gradient suhu antara kulit dan lingkungan eksterna, dengan cara demikian
mempengaruhi tingkat kehilangan panas.

Kapasitas insulatif kulit dapat di ibah-ubah dengan mengontrol jumlah darah yang mengalir
melalui kulit. Darah yang mengalir ke kulit melayani 2 fungsi. Pertama, menyediakan pasok
makanan ke kulit. Kedua, karena darah di pompa ke kulit dari jantung, maka darah membawa
panas dari pusat tubuh ke kulit. Aliran darah ke kulit terutama berfungsi meregulasi suhu. Pada
suhu kamar yang normal, 20-30 lebih darah mengalir melaluikulit untuk keperluan nutrisi.

Pada proses termoregulasi, aliran darah kulit dapat sangat berubah-ubah, dari 400 ml sampaI
2.500 ml/menit. Lebih banyak darah mencapai kulit dari pusat tubuh yang panas, maka suhu kulit
lebih dekat ke suhu pusat. Pembuluh darah kutaneus menghadapi keefektivan kulit sebagai suatu
insulator dengan membawa panas ke permukaan, dimana suhu ini dapat hilang dari tubuh melalui
radiasi dan konduksi – konveksi. Jadi, vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang memungkinkan
peningkatan peningkatan aliran darah panas ke kulit, akan meningkatkan kehilangan panas.
Sebaliknya vasokontriksi pembuluh darah kulit mengurangi aliran darah ke kulit, dengan demikian

7
menjaga suhu pusat tubuh konstan,dimana darah diinsulasi dari lingkungan eksternal, jadi
menurunkan kehilangan panas.

Bagaimanapun, kulit bukan merupakan insulator yang sempurna, bahkan dengan


vasokonstriksi yang maksimum. Meskipun aliran darah ke kulit minimal, sebagian panas tetap di
transfer melalui konduksi dari organ lebih dalam ke permukaan kulit dan kemudian di lepaskan
dari kulit ke lingkungan. Respon-respon vasomotor kulit ini dikoordinasi oleh hipotalamus melalui
jalur system saraf simpatik. Aktifitas simpatik yang di tingkatkan ke pembuluh kutaneus
menghasilkan penghematan panas vasokonstiksi untuk merespon suhu dingin,sedangkan
penurunan aktivitas simpatetik menghasilkan kehilangan panas vasodilatasi pembuluh darah kulit
sebagai respon terhadap suhu panas.

Kulit sebagai orga pengatur panas. Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi
perubahan suhu lingkungan. Hal ini dipertahankan karena penyusaian antara panas yang hilang
dan panas yang dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas. Pusat ini segera menyadari bila
ada perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah yang mengalir melalui medulla oblongata.
Suhu normal ( sebelah dalam ) tubuh, yaiti suhu visera dan otak adalah 36-37C. Suhu kulit sedikit
lebih rendah.

Persyarafan vaso-motortik mengendalikan anterior kutan dengan 2 cara, yaitu vaso-dilatasi


dan vaso-kontriksi. Pada vas -dilatasi anteriol memekar, kulit menjadi lebih panas, dan kelebihan
panas cepat terpancar dan hilang, dan juga hilang karena kelenjar keringat bertambah aktif, dan
karena itu terjadi penguapan cairan dari permukaan tubuh. Pada vaso-kontriksi pembuluh darah
dalam kulit mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, keringat hampir dihentikan, dan hilangnya
panas dibatasi. Dengan pengendalian ini pelepasan panas ditambah atau dikurangi sesuai
kebutuhan tubuh. Kulit adalah organ utama yang berurusan dengan.

Panas dilepas oleh kulit dengan berbagai cara yaitu:

1.Dengan penguapan, jumlah keringat yang dibuat tergantung dari banyaknya darah yang mengalir
melalui pembuluh darah kulit.

2.Dengan pemancaran, panas yang dilepas ke udara sekitarnya.

3. Dengan konduksi, panas dialihkan ke benda yang disentuh, seperti pakaian.

4.Dengan konveksi ( pengaliran ) karena mengalirnya udara yang telah panas, maka udara yang
menyentuh permukaan tubuh diganti dengan udara yang lebih dingin.

Cara mendinginkan tubuh yang terlampau panas, baik dengan membiarkan udara mengalir
menyentuh kulit dengan cara mengipas, mengusap badan, atau merendam kedalam air dingin.

8
Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit:

a. Radiasi

Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah.
Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20
mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi
merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh
mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar
energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali
suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran
panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin
dari suhu tubuh.

b. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang
ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil.
Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua
mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih
kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan
panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.

c. Evaporasi

Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu
gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58
kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450
– 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16
kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi
molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.

d. Konveksi

Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu
dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akanàmenjadi dipanaskan (dengan melalui konduksi
dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan
dalam pertukaran panas.

9
B. Kelenjar Keringat

Kelenjar keringat merupakan kelenjar eksokrin yang eksresinya dikeluarkan melalui pori- pori
yang tersebar luas di seluruh permukaan kulit. Kelenjar keringat dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan atas sekresinya, yaitu :

1. Kelenjar ekrin .

Kelenjar ekrin, tersebar di seluruh permukaan tubuh, memproduksi keringat jernih yang
terutamamengandung air,NaCl, dan urea.

2. Kelenjar apokrin

Kelenjar apokrin dijumpai terutama pada ketiak dan daerah genital. Disamping mensekresikan
air, NaCl, dan urea, kelenjar ini juga mensekresikan zat dari bahan dasar protein bersusu yang
merupakan medium ideal untuk mikroorganisme yang berada dalam kulit.

Kelenjar keringat, berada di bawah pengendalian system saraf. Di samping sebagai alat eksresi,
kelenjar keringat merupakan bagian penting dari alat regulasi suhu tubuh. Bila suhu lingkungan
cukup panas, maka kelenjar keringat akan mensekresikan keringat kepermukaan tubuh untuk
kemudian di uapkan airnya. Penguapan ini menggunakan panas tubuh, sehingga dengan demikian
penguapan keringat berlaku sebagai system keadaan darurat untk membebaskan panas apabila
system pendingin pembuluh darah tidak bekerja dengan baik untuk memelihara
homeostasis.Kehilangan panas dan penyimpanan panas di atur melalui vasodilatasi pembuluh-
pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat.

C. Pengertian suhu tubuh

Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dproduksi oleh proses tubuh dan jumlah
panas yang hilang ke lingkungan luar.adapun tempat pengukuran suhu tubuh:suhu inti yaitu suhu
jaringan dalam relatif konstan seperti rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner,
kandung kemiih dan suhu permukaan seperti kulit, aksila, oral. Rasa suhu mempunyai dua
submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa
panas dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam
system syaraf pusat. Dengan pengukuran waktju reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantar
untuk rasa dingin lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan hantaran rasa panas.

Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan,
diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed
back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur
hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan

10
balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh
untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan
agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap,
hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan
suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu
kembali pada titik tetap.

Dengan anestesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun subjektif rasa
dingin dan panas dapat dipisah yaitu:

1. Rasa suhu kulit yang tetap ( rasa suhu static ). Bila seseorang berendam di air hangat maka mula-
mula rasa hangat akan dialami oleh orang tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat tidak lagi
dirasakan dan kalau ia keluar dari air dan masuk kembali maka ia akan merasakan hangat kembali.
Hal ini terjadi karena suhu tubuh beradaptasi secara penuh terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi
penuh ini terjadi pada uhu netral ( suhu nyaman ). Rasa hangat yang mantap akan dirasakan bila
suhu berada di atas 36C dan rasa dingin dirasakan pada suhu 17C.

2. Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa suhu dinamik ). Pada pengindraan suhu kulit yang berubah
tiga parameter tertentu. Suhu awal kulit, kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar
tehadap rangsangan suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat tinggi sedangkan
untuk rasa dingin rendah. Bila suhu meninkat ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa
dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh terhadap timbulnya rasa panas/dingin.
Luasnya daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh pada rasa timbulnya panas/dingin.

3. Titik rasa dingin dan panas. Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan
dingin dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih rendah
dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih banyak dibandingkan dengan
titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling peka terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa
dingin paling tinggi.

Sifat-sifat reseptor suhu:

a. Selalu mengeluarkan impuls pada suhu kulit yang konstan frekuensinya bergantung pada suhu
kulit itu sendiri.

b. Pada penurunan/peningkatan suhu akan terjadi perubahan frekuensi impuls

c. Tidak peka terhadap rangsangan lain.

d. Ambang rangsang sesuai dengan kepekaan rasa suhu manusia terhadap rangsang suhu dikulit.

e. Mempunyai daerah reseptif yang sempit, setiap serat eferen mensarafi satu atau beberapa titik
rasa suhu saja.

11
D. Macam – macam suhu tubuh

Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :

· Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

· Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C

· Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C

· Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang
terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongg abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini
biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface
temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya
dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

1. Kecepatan metabolisme basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah
panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian
sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.

2. Rangsangan saraf simpatis.

Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih
cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun
dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi
panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan
peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.

3. Hormone pertumbuhan.

Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan


metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.

4. Hormone tiroid.

Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100%
diatas normal.

12
5. Hormone kelamin.

Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu
lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.

6. Demam ( peradangan ).

Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120%
untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

7. Status gizi.

Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini
terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan
suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah
mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak
menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.

8. Aktivitas

Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar


komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan
suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

9. Gangguan organ.

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada
saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah
kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh
terganggu.

10. Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang
atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat
mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi
sebagian besar melalui kulit.

13
Suhu tubuh dihasilkan dari :

1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh.

2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat
menggigil).

3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain,
misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).

4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis


pada sel.

5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama
bila temperatur menurun.

F. Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah

1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :

a. Vasodilatasi

Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini
disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan
vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan
pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

b. Berkeringat

Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas
kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui
evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang
cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal
10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu
meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di
area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian
menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi
keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin
dan norefineprin.

14
c. Penurunan pembentukan panas

Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat
dengan kuat.

2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :

a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh

Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.

b. Piloereksi

Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri.
Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu
ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.

c. Peningkatan pembentukan panas

Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil,


pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.

3.2. Metabolisme

Salah satu fungsi terpenting dari traktus gastrointestinal adalah mencerna nutrien berupa
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air yang digunakan makhluk hidup untuk memproduksi
energi, penyusunan protein kompleks dan lemak, serta maintenans elektrolit dan total cadangan
cairan tubuh. Produksi energi melibatkan oksidasi nutrien (karbohidrat, lemak, dan protein) yang
menghasilkan ikatan fosfat berenergi tinggi dimana energi disimpan untuk proses kehidupan, serta
karbon dioksida dan air dihasilkan sebagai produk sampingan.Ikatan fosfat berenergi tinggi yang
paling penting adalah adenosin trifosfat (ATP) . Molekul yang tersebar di seluruh tubuh ini adalah
tempat Penyimpanan energi bagi tubuh, menyediakan energi yang diperlukan untuk semua proses
fisiologis dan reaksi kimiawi. Kemungkinan, proses intraseluler yang paling penting yang
memerlukan energi dari hidrolisis ATP adalah pembentukan ikatan peptida antar asam amino
selama sintesis protein. Selain itu, kontraksi otot skeletal juga tidak dapat terjadi tanpa adanya
energi yang berasal dari hidrolisis ATP.

Metabolisme nutrien diperlukan untuk pembentukan ATP yang ketika dihidrolisis akan
menghasilkan energi untuk transpor ion pada semua membran sel. Transpor aktif diperlukan untuk
mempertahankan distribusi ion yang diperlukan untuk beberapa proses seluler, antara lain untuk
propagasi impuls saraf. Pada tubulus ginjal, 80% dari ATP digunakan untuk transpor ion membran.
Sebagai tambahan dari fungsinya sebgai transfer energi, ATP juga merupakan prekursor dari siklik

15
adenosin monofosfat (cAMP), sebuah molekul sinyal yang penting.Pada orang dewasa, total
kebutuhan energi rata-rata 39 kkal/kg pada pria dan 34 kkal/kg pada wanita. Sekitar 20 kkal/kg
digunakan sebagai metabolisme basal yang diperlukan untuk mempertahankan integritas membran
sel dan tugas lain yang memerlukan energi untuk membuat kita tetap hidup. Pada keadaan istirahat,
pengeluaran kalori basal kira-kira sekitar 1,1 kkal per menit, yang memerlukan sekitar 200 sampai
250 mL oksigen per menit pada seorang pria dengan berat badan 70 kg untuk oksidasi nutrien.
Semakin meningkatnya tingkat aktivitas diatas keadaan basal, kebutuhan kalori (dan oksigen)
semakin meningkat sebanding dengan pengeluaran energi yang dibutuhkan (Tabel 33-1). Tabel
33-1 Estimasi Pengeluaran Energi pada Orang Dewasa.Nilai kalori dari karbohidrat, lemak, dan
protein berkisar 4.1 kkal/g, 9.3 kkal/g, dan 4.1 kkal/g, secara berurutan. Lemak mencakup sebagian
besar dari tempat penyimpanan energi karena massanya yang lebih besar dan nilai kalori yang
lebih tinggi (Gambar. 33-2). Oleh karena itu, bentuk utama dari energi kimiawi yang disimpan
dalam tubuh adalah lemak (trigliserida). Tingginya densitas kalori dan sifat hidrofobik dari
trigliserida memungkinkan penyimpanan energi yang efisien tanpa adanya akibat osmotik yang
merugikan.

3.2.1 Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat meliputi sekelompok senyawa organik yang mencakup gula dan pati, serta
selain karbon, karbohidrat mengandung hidrogen dan oksigen dalam rasio yang sama dengan
air (2:1). Tiga disakarida sangat penting bagi manusia adalah sukrosa: glukosa dan fruktosa;
laktosa: glukosa dan galaktosa; dan maltosa: glukosa dan glukosa. Pati, yang terdapat di biji-
bijian seperti gandum, nasi, dan barley dan tumbuhan lain, seperti kentang dan jagung, terdiri
dari banyak unit glukosa yang terikat oleh ikatan glikosidik. Gula adalah sumber energi yang
penting bagi tubuh dan satu-satunya sumber energi bagi otak. Hati adalah tempat metabolisme
karbohidrat dimana regulasi, penyimpanan, dan produksi glukosa berlangsung. Hati merupakan
satu-satunya organ yang mengandung glukosa kinase, enzim yang memiliki laju reaksi tinggi
(Km), mampu memfosforilasi glukosa, tapi hanya ketika konsentrasinya tinggi.Konsentrasi
yang cukup segera muncul setelah makan ketika konsentrasi glukosa di vena porta meningkat.
Setidaknya 99% dari semua energi yang berasal dari karbohidrat digunakan oleh mitokondria
untuk membentuk ATP di dalam sel Produk akhir dari pencernaan karbohidrat pada traktus
gastrointestinal adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Setelah diabsorpsi ke sirkulasi,
fruktosa dan galaktosa segera diubah menjadi glukosa. Sehingga, glukosa adalah molekul
utama yang digunakan untuk memproduksi ATP. Glukosa ini harus ditranspor melewati
membran sel ke dalam sitoplasma sel sebelum dapat digunakan oleh sel.Transpor ini
menggunakan carrier protein dalam difusi yang dimediasi oleh carrier, yang ditingkatkan oleh
insulin, sehingga transpor glukosa ke dalam sel pada diabetes mellitus atau sepsis,
mengakibatkan hiperglikemia disertai sekuele lainnya. Segera setelah masuk ke dalam sel,
glukosa dikonversi menjadi glukosa-6-fosfat oleh kerja enzim heksokinase. Glukosa yang
terfosforilasi terionisasi pada pH 7 dan karena membran plasma tidak permeabel terhadap ion,

16
glukosa yang terfosforilasi tidak dapat melewati membran kembali dan terperangkap di dalam
sel.Fetus mendapatkan hampir semua energinya melalui glukosa yang didapatkan dari sirkulasi
maternal. Segera setelah lahir, cadangan glikogen bayi masih cukup untuk memasok glukosa
selama beberapa jam. Selanjutnya, glukoneogenesis sangat terbatas pada neonatus. Akibatnya,
neonatus rentan untuk mengalami hipoglikemia jika tidak segera diberi makanan.

1 Glikogen

Setelah masuk ke dalam sel, glukosa dapat langsung digunakan untuk pelepasan energi ke
dalam sel atau dapat berperan sebagai substrat untuk glikogen sintase. Defosforilasi dari enzim
glikogen sintase oleh protein fosfatase-1, yang diregulasi oleh insulin dan
glukagon,mengaktifkan enzim ini. Glikogen sintaseyang aktif menggabungkan molekul
glukosa menjadi polimer yang panjang, mirip dengan cara tumbuhan menyimpan karbohidrat
dalam bentuk pati. Glikogen sintase dinonaktifkan ketika difosforilasi oleh glikogen sintase
kinase-3, protein kinase yang diaktifkan oleh 5’-adenosin monofosfat, dan protein kinase-A.
Hati dan otot skeletal mampu menyimpan glikogen dalam jumlah besar, tapi semua sel dapat
menyimpan paling tidak sedikit glukosa dalam bentuk glikogen, dan glikogen dalam sel-sel ini
diketahui memiliki peran penting dalam kesehatan dan penyakit. Hati menyimpan glikogen
untuk pelepasan glukosa saat puasa, dan otot, yang dapat menyimpan sebanyak 90% glukosa
yang terkandung dalam satu kali makan, mengkatabolisme glikogen saat olahraga berat.
Kemampuan untuk membentuk glikogen memungkinkan kita menyimpan glukosa dalam
jumlah yang cukup besar tanpa mengganggu tekanan osmotik cairan intraseluler. Glukosa
diambil dari glikogen diantara waktu makan, selama puasa, dan selama olahraga oleh glikogen
fosforilase dan oleh enzim pencabang.

2 Glukoneogenesis

Glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari asam amino dan gliserol dari lemak.
Pertama-tama asam amino dideaminasi sebelum masuk ke siklus asam sitrat (Krebs) . Proses
ini terjadi ketika cadangan glikogen tubuh menurun dibawah nilai normal. Diperkirakan sekitar
60% dari asam amino dalam protein tubuh dapat dikonversi dengan mudah menjadi piruvat dan
glukosa, sementara 40% sisanya memiliki konfigurasi kimiawi yang membuatnya sulit
dikonversi. Glukoneogenesis distimulasi oleh hipoglikemia. Terutama di hati, pelepasan
kortisol memobilisasi protein, sehingga dapat dipecahkan menjadi asam amino yang digunakan
dalam glukoneogenesis. Tiroksin juga dapat meningkatkan laju glukoneogenesis.

17
3. Pelepasan Energi dari Glukosa

Glukosa secara progresif dipecah menjadi dua molekul piruvat, yang keduanya dapat masuk
ke dalam siklus asam sitrat , dan energi yang dihasilkan dapat digunakan untuk membentuk ATP.
Untuk setiap mol glukosa yang terdegradasi menjadi karbon dioksida dan air, menghasilkan 38
mol ATP. Cara yang paling penting bagaimana energi dilepaskan dari molekul glukosa adalah
melalui glikolisis dan oksidasi produk akhir glikolisis. Glikolisis adalah pemisahan molekul
glukosa menjadi dua molekul piruvat, yang masuk ke dalam mitokondria dimana piruvat diubah
menjadi asetil-koenzim A (CoA), yang masuk ke dalam siklus asam sitrat dan diubah menjadi
karbon dioksida dan ion hidrogen dengan pembentukan ATP (fosforilasi oksidatif). Fosforilasi
oksidatif terjadi hanya di mitokondria dan jika ada oksigen yang adekuat.

4. Glikolisis Anaerob

Saat tidak ada oksigen yang cukup, energi dapat dilepaskan dalam jumlah kecil melalui
glikolisis anaerob, yang juga dikenal dengan fermentasi pada tumbuhan, jamur, dan bakteri karena
konversi glukosa menjadi piruvat tidak membutuhkan oksigen. Memang, glukosa adalah satu-
satunya nutrien yang dapat berperan sebagai substrat untuk pembentukan ATP tanpa oksigen.
Pelepasan energi glikolitik ini ke sel dapat menyelamatkan nyawa untuk beberapa menit jika
oksigen tidak tersedia.Selama glikolisis anaerob, sebagian besar asam piruvat diubah menjadi
asam laktat, yang berdifusi dengan cepat keluar dari sel menuju cairan
ekstraseluler. Ketika oksigen tersedia lagi, asam laktat ini dapat diubah kembali menjadi glukosa.
Rekonversi ini terjadi terutama di hati. Penyakit hati yang berat dapat mengganggu kemampuan
hati untuk mengubah asam laktat menjadi glukosa, yang dapat mengakibatkan asidosis metabolik.

3.2.2 Metabolisme Lemak

Lemak adalah molekul organik hidrofobik yang mencakup wax, sterol, vitamin larut
lemak, trigliserida, fosfolipid, dan senyawa lainnya. Lemak mengandung energi potensial yang
tinggi, tapi juga penting sebagai komponen struktural dari membran sel, dalam jalur sinyal, dan
sebagai prekursor pada beberapa sitokin. Asam lemak dan derivatnya dan juga molekul yang
mengandung sterol seperti kolesterol juga dianggap sebagai lemak. Walaupun ada jalur biosintesis
untuk mensintesis dan mendegradasi lemak, beberapa asam lemak penting bagi tubuh dan harus
dikonsumsi dari makanan. Asam lemak adalah asam karboksilat yang terdiri dari rantai
hidrokarbon panjang yang berakhir pada grup

Manusia dapat mendesaturasi atom karbon tidak lebih dari karbon ke-9 dari ekor rantai
alifatik. Namun, manusia memerlukan asam lemak (sehingga penting bagi tubuh) yang
terdesaturasi sampai karbon ke-6 dan ke-3 dari rantai alifatik – asam lemak ω6 dan ω3, secara

18
berurutan. Dua puluh rantai karbon asam lemak disimpan pada posisi kedua dari fosfolipid, dan
ketika dilepaskan, berperan sebagai substrat untuk beberapa sitokin yang sangat penting,
eikosanoidprostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. Asam arakhidonat (lihat Gambar. 33-5),
sebuah asam lemak ω6 dengan 20 rantai karbon (C20:4ω6) adalah prekursor untuk prostaglandin
dan tromboksan dari seri kedua dan leukotrien dari seri keempat, sedangkan asam eikosapentanoat,
C20:5ω3, adalah prekursor untuk prostaglandin dan tromboksan dari seri ketiga dan leukotrien
dari seri kelima.Sebuah gliserol yang mengikat pada tiga molekul asam lemak yang terikat dikenal
sebagai trigliserida (Gambar. 33-6). Sebuah molekul trigliserida dimana satu asam lemak diganti
oleh ion fosfat dikenal sebagai fosfolipid (Gambar. 33-7). Fosfolipid adalah balok bangunan dari
membran sel (Gambar. 33-8), membentuk myelin, dan karena struktur dan fungsinya yang unik,
digunakan dalam aplikasi ilmiah lainnya.Trigliserida, setelah diabsorpsi dari traktus
gastrointestinal, ditranspor dalam limfe dan lalu melalui duktus thorakikus, masuk ke dalam
sirkulasi dalam bentuk droplet yang disebut kilomikron. Kilomikron dengan cepat dikeluarkan dari
sirkulasi dan disimpan saat melewati kapiler jaringan adiposa dan otot skeletal. Trigliserida
digunakan dalam tubuh terutama untuk menyediakan energi untuk proses metabolisme yang sama
dengan karbohidrat.

Kolesterol tidak mengandung asam lemak, tapi kolesterol adalah lemak karena terdiri dari
karbon dan hidrogen, bukan sebagai rantai karbon alifatik tapi dengan empat cincin yang terbuat
dari karbon . Tujuh puluh lima persen kolesterol diproduksi di hati dalam proses sintesis yang
melibatkan 37 langkah, sementara 25% kolesterol lainnya dikonsumsi dari makanan. Substitusi
salah satu asam lemak dengan ion fosfat menghasilkanfosfolipid. Struktur kimia di sebelah kiri;
gambar kartun di sebelah kanan menunjukkan kelompok fosfat hidrofilik (berwarna merah),
dengan rantai hidrokarbon hidrofobik (berwarna biru).Molekul yang merupakan separuh lemak
dan separuh protein, lipoprotein, juga disintesis terutama di hati (Tabel 33-2). Diduga fungsi
lipoprotein adalah memberikan mekanisme transpor lemak di seluruh tubuh. Lipoprotein
diklasifikasikan menurut densitasnya, yang berbanding terbaik dengan kandungan lemaknya.
Semua kolesterol dalam plasma ditemukan dalam kompleks lipoprotein, dengan lipoprotein
densitas rendah (LDL) mencakup mayoritas komponen kolestrol di plasma. LDL ini menyediakan
kolesterol bagi jaringan, yang merupakan komponen esensial untuk membran sel dan digunakan
untuk sintesis kortikosteroid dan hormon seksual. Di hati, LDL diambil oleh endositosis yang
dimediasi reseptor. Sistem kontrol umpan balik intrinsik meningkatkan produksi kolesterol
endogen ketika asupan eksogen berkurang, menjelaskan efek penurunan yang relatif ringan dari
konsentrasi kolestrol yang terjadi pada diet rendah kolesterol. Jika peningkatan endogen dari
sintesis kolesterol ini diblok oleh obat yang menghambat hidroksimetilglutaril koenzim A (HMG-
CoA) reduktase, maka akan terjadi penurunan konsentrasi kolesterol plasma. Obat yang secara
selektif menginhibisi HMG-CoA dikenal sebagai statin. Statin secara efektif menurunkan
kolesterol LDL plasma dan memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung akut. Sebagai
tambahan, statin menurunkan konsentrasi trigliserida plasma dan sedikit meningkatkan
konsentrasi kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL). Obat yang mengikat garam empedu

19
(kolestiramin, kolestipol) mencegah kolesterol masuk kembali ke dalam sirkulasi sebagai bagian
dari sirkulasi enterohepatik. Kerugian dari menggunakan obat yang mengikat garam empedu untuk
menurunkan konsentrasi kolesterol plasma adalah peningkatan konsentrasi trigliserida plasma.
Langkah pertama dalam penggunakan trigliserida sebagai energi adalah hidrolisis menjadi asam
lemak dan gliserol dan transpor produk ini ke jaringan, dimana mereka akan dioksidasi. Hampir
semua sel, kecuali sel otak, dapat menggunakan asam lemak untuk menggantikan glukosa sebagai
energi.

3.2.3 Metabolisme Protein

Sekitar 75% dari unsur padat dalam tubuh adalah protein (Tabel 33-3). Semua protein terdiri
dari 20 asam amino yang sama, dan beberapa diantaranya harus dikonsumsi dalam makanan
karena mereka tidak dapat dibentuk secara endogen (asam amino esensial) (Tabel 33-4). Protein
diet harus dicerna menjadi asam amino dan di- dan tripeptida sebelum dapat diabsorpsi. Proses
dimulai dilambung ketika pepsinogen diubah menjadi pepsin pada pH asam. Proses berlanjut di
usus halus dimana pankreas mensekresi tripsin, kemotripsin dan karboksipeptida. Protease gaster
dan pankreas ini menghirolisis protein menjadi peptida rantai sedang dan kecil. Peptidase di batas
usus halus menghidrolisis peptida rantai sedang dan kecil ini menjadi asam amino dan di- dan
tripeptida bebas. Produk akhir pencernaan ini, terbentuk pada permukaan enterosit, siap diabsorpsi
oleh transporter asam amino natrium-dependen.

Asam amino nonesensial dapat disintesis dari asam α-keto yang sesuai. Contoh, piruvat yang
terbentuk dari pemecahan glikolisis dari glukosa adalah asam keto prekursor alanin. Setiap asam
amino memiliki grup karboksil asam (COOH) dan grup amino (NH3R) (Gambar. 33-11). Protein
terbentuk dari asam amino yang terhubung satu sama lain oleh ikatan amida, sebuah ikatan
kimiawi kovalen antara grup karboksil dari satu asam amino dengan grup amino dari asam amino
lainnya. Hasil ikatan C(O)NH disebut ikatan peptida, dan hasil molekulnya adalah amida.

3.3. Penyimpanan Asam Amino

Segera setelah masuk ke dalam sel, asam amino dikonjugasi dibawah pengaruh enzim
intraseluler menjadi protein intraseluler. Hasilnya, konsentrasi asam amino di dalam sel tetap
rendah. Konsentrasi asam amino di dalam sel rendah karena sel menggunakannya sebagai substrat
untuk membentuk protein di dalam hati, ginjal, dan mukosa gastrointestinal. Namun, protein ini
dapat dengan cepat diuraikan kembali menjadi asam amino di bawah pengaruh enzim digestif
liposomal intraseluler.

20
Asam amino yang dihasilkan lalu ditranspor keluar dari sel ke dalam darah untuk
mempertahankan konsentrasi asam amino plasma yang optimal. Jaringan dapat mensintesis
protein baru dari asam amino dalam darah. Respon ini terutama terlihat pada sintesis protein pada
sel kanker. Sel kanker adalah pengguna asam amino yang paling produktif, dan, secara bersamaan,
jaringan lain menjadi kekurangan protein, mengakibatkan kakheksia.

3.3.1 Protein Plasma

Protein plasma terdiri dari (a) albumin, yang memberikan tekanan osmotik koloid; (b) globulin,
yang penting untuk imunitas bawaan dan didapat; dan (c) fibrinogen, yang berpolimerisasi menjadi
anyaman fibrin panjang pada koagulasi darah. Intinya, semua albumin dan fibrinogen plasma dan
60% sampai 80% globulin dibentuk di hati. Globulin tambahan dibentuk di jaringan limfoid dan
sel lain pada sistem retikuloendotelial. Laju pembentukan protein plasma oleh hati dapat sangat
meningkat pada beberapa kondisi, seperti luka bakar berat, dimana terjadi kehilangan cairan dan
protein dalam jumlah besar.Laju sintesis protein di hepar bergantung pada konsentrasi asam amino
dalam darah. Bahkan pada saat lapar atau penyakit yang parah, rasio total protein jaringan terhadap
total protein plasma dalam tubuh tetap relatif konstan yaitu 33:1. Karena keseimbangan reversibel
antara protein plasma dan protein lainnya dalam tubuh, salah satu terapi yang paling efektif untuk
defisiensi protein akutadalah pemberian protein plasma intravena. Dalam beberapa jam, asam
amino dari protein yang diberikan akan terdistribusi ke seluruh sel dalam tubuh untuk membentuk
protein dimana mereka dibutuhkan.

3.3.2 Albumin

Albumin adalah protein plasma yang paling banyak dan terutama bertanggung jawab untuk
mempertahankan tekanan osmotik plasma. Sebagai tambahan, albumin juga penting sebagai
transporter zat yang terikat plasma, termasuk obat eksogen. Sintesis harian albumin sekitar 10 g
dan waktu paruh dari protein ini dapat mencapai 22 hari. Sehingga, konsentrasi albumin serum
dapat tidak terlihat berkurang pada stadium awal dari gagal hepar akut. Namun, dalam beberapa
jam dari onset penyakit kritis atau cedera, kadar albumin berkurang hingga 33% karena perubahan
distribusi antara kompartemen intravaskuler dan ekstravaskuler serta laju sintesis dan degradasi
protein. Meskipun fakta menunjukkan bahwa albumin serum yang rendah merupakan
faktor prognostik yang buruk pada penyakit kritis, suplementasi tidak tampak memperbaiki
prognosis.

3.3.3 Faktor Koagulasi

Hepatosit mensintesis semua faktor koagulasi kecuali faktor von Willebrand dan faktor
VIIIC. Koagulasi dapat terganggu dengan cepat oleh gagal hati akut, mencerminkan pendeknya
waktu paruh plasma dari banyak komponen yang penting (faktor VII 100 sampai 300 menit).
21
Vitamin K (pengambilan bergantung pada garam empedu) diperlukan untuk modifikasi beberapa
faktor pembekuan (prothrombin, antithrombin, protein S dan protein C) dan dapat berkurang pada
keadaan malabsorptif dan malnutrisi.

3.4. Penggunaan Protein untuk Energi

Setelah sel mengandung asam amino dalam jumlah maksimal, asam amino yang lain akan
mengalami deaminasi (deaminasi oksidatif) menjadi asam keto yang dapat masuk ke dalam siklus
asam sitrat untuk menjadi ATP atau asam keto akan dilepaskan ke aliran darah, diambil oleh
adiposit, dan diubah lalu disimpan sebagai lemak. Ammonia yang dihasilkan dari deaminasi
diubah menjadi urea di hati untuk diekskresikan oleh ginjal. Gagal hati akut bermanifestasi dengan
adanya akumulasi amonia dalam konsentrasi yang berbahaya. Beberapa Asam amino yang
dideaminasi mirip dengan produk pemecahan yang dihasilkan oleh metabolisme glukosa dan asam
lemak. Sebagai contoh, alanin yang terdeaminasi adalah asam piruvat, yang dapat diubah menjadi
glukosa atau glikogen, atau dapat menjadi asetil-CoA, yang dipolimerisasi menjadi asam lemak.
Konversi asam amino menjadi glukosa atau glikogen disebut glukoneogenesis, dan konversi asam
amino menjadi asam lemak disebut ketogenesis. Pada keadaan kurangnya asupan protein, sekitar
20 g sampai 30 g protein endogen didegradasi menjadi asam amino setiap harinya. Pada keadaan
lapar berat, fungsi seluler menurun karena kurangnya protein. Karbohidrat dan lemak akan lebih
dulu digunakan dibanding protein sampai derajat tertentu, karena mereka lebih diutamakan untuk
digunakan sebagai energi dibanding protein. Hormon pertumbuhan dan insulin meningkatkan laju
sintesis protein seluler, diduga karena memfasilitasi transfer asam amino ke dalam sel.
Glukokortikoid meningkatkan laju pemecahan protein ekstrahepatik, sehingga menghasilkan
peningkatan asam amino yang tersedia bagi hati. Ini memungkinkan hati untuk mensintesis protein
seluler dan protein plasma dalamjumlah besar. Testosteron meningkatkan deposisi protein di
jaringan, terutama protein kontraktil dari otot skeletal.

3.5. Efek Stres Terhadap Metabolisme

Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein cukup dipengaruhi oleh stres. Sebagai respon
terhadap stres, tubuh meningkatkan sekresi kortisol, katekolamin, dan glukagon, yang
menghasilkan peningkatan produksi glukosa endogen (glukoneogenesis hepatik) dan
hiperglikemia untuk menyediakan glukosa pada sel untuk produksi ATP di dalam sel yang terlibat
dalam respon fight or flight. Stimulasi β-adrenergik yang diinduksi oleh stres meningkatkan
pemecahan lemak (lipolisis). Produk dari lipolysis ini dapat digunakan untuk glukoneogenesis atau
langsung digunakan oleh sel untuk menghasilkan ATP.

22
BAB IV

PENUTUPAN

4.1.Kesimpulan

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang
cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari
inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang
efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

Bila tubuh merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke
lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan panas.
Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi – konveksi sangat di
tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan eksterna.

Metabolisme merupakan rangkaian reaksi kimia yang diawali olehsubstrat awal dan
diakhiri dengan produk akhir, yang terjadi dalam sel.Reaksi tersebut meliputi reaksi penyusunan
energi (anabolisme) danreaksi penggunaan energi (katabolisme). Dalam reaksi biokimia
terjadiperubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, misalnya energikimia dalam bentuk
senyawa Adenosin Trifosfat diubah menjadienergi gerak untuk melakukan suatu aktifitas seperti
bekerja, berlari, jalan, dan lain - lain.Metabolisme meliputi segala aktifitas hidup yang bertujuan
agar sel tersebut mampu untuk tetap bertahan hidup, tumbuh, dan melakukan reproduksi. Semua
sel penyusun tubuh makhluk hidup memerlukan energi agar proses kehidupan dapat berlangsung.
Sel-sel menyimpan energi kimia dalam bentuk makanan kemudian mengubahnya dalam
bentukenergi lain pada proses metabolisme.

4.2. Saran

Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah “Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir”. Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan
makalah ini agar lebih baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. 2018. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC

Pearce, C Evelyn. 2019. Anatomi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

http://www.membuatblog.web.id/2017/06/menjaga-suhu-tubuh.html

http://nursingbegin.com/regulasi-suhu-tubuh.

Flood, P., Rathmell, JP., Shafer, S. 2018. STOELTING’S Pharmacology and Physiology in Anesthetic

Practice Fifth Edition. United States of America: Library of Congress Cataloging.

24

Anda mungkin juga menyukai