Anda di halaman 1dari 13

MK ILMU BIOMEDIK DASAR

“PENGATURAN SUHU TUBUH DAN PENGUKURAN BMR


METABOLISME”

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Muhamad Fikrar R Ashari


2. Jihan Rahmawaty Yusuf
3. Elfina Sunge
4. Ferlin Bahutala
5. Moh Husain J Nasibu
6. Siti Khairunisa Karama
7. Ryandi Balango
8. Mutmainah Mutawasir
9. Faidatun Nadya

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MASYARAKAT KEMENKES
GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Ilmu
Biomedik Dasar tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Pengaturan Suhu Tubuh Dan Pengukuran BMR
Metabolisme” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Saya berharap
makalah tentang “Pengaturan Suhu Tubuh Dan Pengukuran BMR Metabolisme”
dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik pada karya saya. Selain itu, saya
juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca
makalah ini.
Penulis menyadari makalah berjudul “Pengaturan Suhu Tubuh Dan
Pengukuran BMR Metabolisme” ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama
pada bagian isi. saya menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
saya memohon maaf.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata, semoga makalah yang
berjudul “Pengaturan Suhu Tubuh Dan Pengukuran BMR Metabolisme” ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo, 24 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Definisi Pengaturan Suhu Tubuh ................................................................. 3

B. Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Suhu Tubuh................................. 3

C. Cara Perpindahan Suhu Tubuh ..................................................................... 5

D. Definisi Dari BMR ...................................................................................... 7

E. Pengukuran BMR Metabolisme.................................................................... 7

BAB III................................................................................................................ 9

PENUTUP ........................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ................................................................................................. 9

B. Saran ........................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suhu tubuh manusia dalam keadaan normal berkisar antara 36,5°C - 37,2°C.
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara
produksi panas dan kehilangan panas. Produksi panas tergantung pada aktivitas
metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi,
evaporasi, konduksi, dan konveksi. Dalam keadaan normal termostat di
hipotalamus selalu diatur pada titik patokan sekitar 37°C. Hipotalamus posterior
bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas
sedangkan hipotalamus anterior mengatur suhu tubuh dengan cara
mengeluarkan panas (Kania, 2007). (Sandi et al., 2017)
Demam, juga dikenal sebagai pireksia, adalah kondisi medis umum yang
ditandai dengan peningkatan suhu di atas kisaran normal 36,5 - 37,5°C (98°F -
100°F) akibat adanya peningkatan titik patokan suhu tubuh (Anochie, 2013).
Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai bagian tubuh
sebagai berikut: suhu aksila/ketiak di atas 37,2°C, suhu oral/mulut di atas
37,8°C, suhu rektal/anus di atas 39°C, suhu dahi di atas 28°C, suhu di membran
telinga di atas 38°C. Seseorang dikatakan demam tinggi apabila suhu tubuh di
atas 39,5°C dan hiperpireksia bila suhu di atas 41,1°C (Bahren dkk., 2014). Para
ahli juga berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi yang berguna bagi
tubuh terhadap infeksi (Tjay dan Rahardja, 2002). (Sandi et al., 2017)
Basal Metabolic Rate (BMR) adalah kebutuhan energi untuk menjalankan
kerja metabolisme sel dalam tubuh dan menjaga suhu tubuh. Setiap individu
masyarakat memiliki kebutuhan gizi yang berbeda-beda disebabkan oleh faktor
tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, dan aktifitas.(Sari, 2019)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pengaturan suhu tubuh?
2. Apa saja Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Suhu Tubuh?
3. Bagaimana cara perpindahan suhu tubuh?
4. Apa definisi dari BMR?

1
5. Bagaimana pengukuran BMR metabolisme?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari pengaturan suhu tubuh
2. Untuk mengetahui apa saja Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Suhu
Tubuh
3. Untuk mengetahui bagaimana cara perpindahan suhu tubuh
4. Untuk mengetahui definisi dari BMR
5. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran BMR metabolisme

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pengaturan Suhu Tubuh
Pengaturan suhu tubuh (regulasi termal) adalah pengaturan dari
fisiologis tubuh sehingga terjadi keseimbangan antara pembentukan panas dan
pengeluaran panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan konstan. (Sandi et
al., 2017)
Pengaturan suhu tubuh dilakukan oleh hipotalamus. Hipotalamus
juga berperan mengintegrasikan berbagai informasi dari bagian tubuh lain,
kemudian menanggapinya untuk segera menyimpan atau melepaskan panas.
Kerja dari organ ini tergantung dari karakteristik lingkungan. Respon tubuh
tersebut dapat berupa kontriksi atau dilatasi pembuluh darah di permukaan kulit
dan juga dapat berspon menggigil atau berkeringat. (Sandi et al., 2017)
Dengan demikian hipotalamus dapat dianggap sebagai thermostart
yang berfungsi meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh. Apabila informasi
dari reseftor panas yang berasal dari bagian tubuh menunjukkan adanya
peningkatan suhu dari yang semestinya, maka akan dibangkitkan infuls eferen
dari bagian anterior hipotalamus yang akan mengaktifkan mekanisme
pembuangan panas. Mekanisme ini dilakukan dengan terbentuknya vasodilatasi
pembuluh darah ke kulit dan mengaktifkan kelenjar keringat. Apabila
diinformasi oleh reseftor panas terdapat penurunan suhu tubuh, maka
mekanisme penyimpanan panas akan aktif. Selanjutnya diikuti dengan
terjadinya vasokontriksi pembuluh darah ke kulit dan tubuh menggigil. (Sandi
et al., 2017)
B. Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Suhu Tubuh
Sumber panas atau suhu tubuh sebagian besar dipengaruhi oleh
aktivitas dari otot rangka. Saat olahraga tubuh menghasilkan banyak panas.
Panas ini dihasilkan karena efieiensi dari gerak tubuh berkisar di antara 20-30%.
Ini berarti bahwa energi yang diperlukan untuk gerak tubuh hanya sebanyak
maksimum 30% diubah menjadi gerak sedangkan sisanya sebanyak 70% diubah
menjadi panas. (Sandi et al., 2017)

3
Selain aktivitas otot lurik panas juga didapat dari aktivitas otot polos,
otot jantung dan bahkan infuls saraf. Hal ini dapat dimengerti bahwa pada saat
tidur tidak ada atau sangat minim sekali aktivitas otot lurik, akan tetapi panas
tubuh masih tetap dipertahankan. Panas ini tentunya didapatkan dari aktivitas
otot jantung yang tidak pernah berhenti, dan pencernaan makanan pada sistem
pencernaan juga tetap bekerja. Ketika kita mimpi buruk, tekanan darah, denyut
nadi, dan suhu tubuh juga meningkat. (Sandi et al., 2017)
Pendapat lain adalah terdapat beberapa hal yang mempengaruhi
peningkatan suhu tubuh diantaranya adalah (1). laju metabolism basal semua sel
tubuh, (2). Laju metabolisme tambahan yaitu aktivitas otot, (3). metabolisme
yang disebabkan karena hormon tiroksin, hormon pertumbuhan dan testosteron,
(4). metabolisme yang disebabkan karena epinefrin, norepinefrin, dan
rangsangan simpatis pada sel, (5). metabolisme yang disebabkan karena
meningkatnya aktivitas kimia di dalam sel pada saat terjadi peningkatan suhu
dan, (6). metabolism untuk pencernaan, absorpsi, dan penyimpanan makanan.
(Sandi et al., 2017)
Ganong mengatakan, pembentukan panas tubuh dapat terjadi
walaupun tidak ada asupan makanan dan atau kontraksi otot. Epinefrin dan nor
epinefrin menyebabkan terjadinya peningkatan panas yang cepat dan singkat
sedangkan hormone tiroid menyebabkan peningkatan suhu yang lambat dan
berkepanjangan. Selain hal di atas, demam merupakan suatu keadaan di mana
terjadi peningkatan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Selain itu demam juga berperan terhadap
peningkatan perkembangan imunitas dalam hal membantu pemulihan dan
pertahanan terhadap infeksi. (Sandi et al., 2017)
Suhu tubuh saat latihan atau aktivitas fisik juga dipengaruhi oleh
suhu lingkungan, kelembaban udara, kecepatan angin, jenis pakaian yang
dipakai, sumber panas, serta waktu paparan panas. Indonesia adalah daerah
tropis dengan suhu yang tinggi dan kelembaban yang tinggi pula. Umumnya
orang Indonesia beraklimatisasi pada suhu antara 18-30°C dengan kelembaban
relatif antara 40-60%. Apabila suhu lingkungan lebih tinggi daripada suhu tubuh

4
maka tubuh akan menerima panas dari lingkungan secara konveksi. Sedangkan
bila suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh maka panas tubuh akan
pindah ke udara sekitar. Bila atlet biasa berlatih pada suhu 29°C kemudian akan
berkopetisi pada daerah dengan suhu tinggi, sebaiknya menyesuaikan diri
selama 12-14 dan apabila tempat tujuan mempunyai temperature lebih rendah,
maka penyesuaian hanya dibutuhkan beberapa hari. (Sandi et al., 2017)
Kelembaban udara perperan penting terhadap penguapan keringat,
apabila udara lingkungan mempunyai kelembaban yang tinggi, maka penguapan
keringat akan terganggu yang berakibat terhadap peningkatan suhu tubuh. Telah
dilakukan penelitian pada kelembaban udara yang berbeda pada latihan fisik
yang sama. Didapatkan terjadi penurunan suhu tubuh secara bermakna pada
kelembaban 40% dibandingkan kelembaban 50% dan 60%. (Sandi et al., 2017)
C. Cara Perpindahan Suhu Tubuh
Meningkatnya produksi panas tubuh karena latihan fisik harus
diimbangi dengan meningkatnya pembuangan panas ke lingkungan.
Pembuangan panas ini dapat melalui berbagai cara yaitu konduksi, konveksi,
radiasi, dan evaporasi. (Sandi et al., 2017)
1. Konduksi atau antaran adalah transfer atau perpindahan panas tubuh dari
permukaan tubuh ke lingkungan sekitarnya yang mempunyai suhu lebih
rendah. Kecepatan perpindahan panas tubuh ini tergantung dari tingginya
perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan sekitar. Hal ini akan tergantung
dari temperatur lingkungan. Makin tinggi temperature lingkungan, maka
konduksi panas semakin menurun dan semakin rendah suhu lingkungan,
maka konduksi panas semakin meningkat. Perpindahan panas konduksi
hanya sebagian kecil dari seluruh pertukaran panas tubuh ke lingkungan.
Bagaimana konduksi panas pada olahraga renang di dalam air? Tentunya di
dalam air konduksi panas lebih cepat dibandingkan dengan di udara. Hal ini
disebabkan karena air adalah konduktor panas yang lebih baik dibandingkan
dengan udara.
2. Konveksi atau aliran adalah perpindahan panas dari tubuh ke lingkungan di
mana zat perantara ikut juga berpindah. Perpindahan panas dengan cara ini

5
dapat terjadi karena massa jenis udara panas lebih ringan dibandingkan
dengan udara dingin. Disamping itu dapat juga terjadi karena aliran udara
melalui atau melewati tubuh. Aliran angin dari kipas angin, hembusan udara
dingin pada gedung olahraga, atau bila tubuh bergerak terhadap udara saat
bersepeda, ski atau berenang, atau berada merupakan contoh terjadinya
konveksi panas.
3. Radiasi atau pancaran adalah perpindahan panas dari permukaan tubuh ke
lingkungan tanpa kontak langsung dengan objek sekitarnya. Radiasi
merupakan suatu bentuk energi yang besarnya sama dengan konstanta Plank
dikalikan frekuensi radiasi (E = nhf). E = energi radiasi, n = bilangan bulat,
h = tetapan Plank, dan f = frekuensi radiasi. Pakaian berwarna gelap lebih
banyak menyerap panas dibandingkan dengan yang berwarna terang, begitu
juga sebaliknya. Perubahan terhadap sikap tubuh, misalnya dari berdiri ke
duduk permukaan radiasi menurun 10-15 %. Hal ini akan menurunkan
kehilangan panas secara radiasi.
4. Evaporasi atau penguapan adalah pembuangan panas yang paling penting
dan paling besar terjadi selama olahraga dalam berbagai keadaan iklim.
Apabila keringat berubah dari fase cair menjadi fase uap akan diambil panas
dari tubuh. Pembuangan panas tubuh melalui pengeluaran keringat dalam
kondisi panas tidak terjadi, maka suhu tubuh saat latihan berat dengan durasi
20 menit saja akan meningkat dari 37 menjadi 40oC. Pada kelembaban
udara yang tinggi, evaporasi sangat menurun. Oleh karena itu, maka tingkat
stress suhu tubuh lebih tinggi pada suhu lingkungan panas dan kelembaban
udara yang tinggi dibandingkan dengan suhu udara yang rendah dan
kelembaban yang rendah pula. Pada kondisi lingkungan panas dan
kelembaban tinggi, keringat akan bercucuran. Hal ini terjadi karena keringat
yang dikeluarkan tidak dapat diuapkan. Sebaliknya udara yang dingin dan
kering, sebagian atau semua keringat segera diuapkan, sehingga tidak
tampak cucuran keringat.

6
D. Definisi Dari BMR
Basal Metabolic Rate BMR adalah tingkat energi atau kalori minimum
harian yang diperlukan oleh tubuh saat istirahat (termasuk saat tidur, bernafas
maupun hanya duduk) agar berfungsi secara efektif. (Sari, 2019)
Tingkat Metabolisme Basal/Basal Metabolic Rate (BMR) adalah jumlah
kalori yang akan dibakar saat tubuh kamu melakukan fungsi dasar (basal) untuk
menopang kehidupan. Biasa juga disebut sebagai Resting Metabolic Rate
(RMR), yaitu kalori yang terbakar jika kita tetap di tempat tidur sepanjang hari.
BMR akan bisa membantu kita dalam menentukan tingkat metabolisme basal
yang membentuk sekitar 60-70% dari kalori yang digunakan seperti energi yang
digunakan tubuh untuk mempertahankan fungsi dasar tubuh. (Arum, 2019)
termasuk:
 Detak jantung
 Produksi sel
 Pernafasan
 Pemeliharaan suhu tubuh
 Sirkulasi
 Pengolahan nutrisi
E. Pengukuran BMR Metabolisme
Pengukuran BMR dapat digunakan sebagai garis dasar minimum
untuk program diet, semakin aktif Usia metabolisme tubuh ( Usia Sel) Usia
metabolik dihitung dengan membandingkan tingkat basal metabolic rate dengan
rata- rata dari kelompok usia kronologis. Jika usia metabolisme lebih tinggi (tua)
dari usia yang sebenarnya maka itu adalah tanda bahwa perlunya meningkatkan
tingkat metabolisme tubuh aktivitas seseorang maka semakin banyak jumlah
kalori yang dibakar dan semakin meningkat otot yang dibangun. Jadi sangat
perlu untuk menggonsumsi cukup kalori untuk menjaga badan agar tetap sehat
serta bugar. Bone Mass ( Kepadatan Tulang) Adalah perkiraan berat mineral
tulang dalam tubuh. Menjaga kesehatan tulang dengan melakukan diet seimbang
yang kaya kalsium dan olahraga latihan menahan beban. Massa tulang perlu
dipantau dari waktu ke waktu. Lemak visceral hampir tidak mungkin terlihat dari

7
luar atau mencubit lemak visceral karena terletak di bawah lemak subkutan.
Orang dengan lemak visceral dalam jumlah besar cenderung lebih rentan
terhadap penyakit kardiovaskular daripada orang dengan tingkat lemak yang
sama yang disimpan dalam jaringan adiposa subkuntan. Dengan menurunkan
lemak dalam perut dapat menstabilkan kadar insulin dalam jumlah besar,
sehingga mengurangi resiko diabetes dan penyakit lainnya. (Sari, 2019)

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengaturan suhu tubuh (regulasi termal) adalah pengaturan dari fisiologis
tubuh sehingga terjadi keseimbangan antara pembentukan panas dan
pengeluaran panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan konstan.
Basal Metabolic Rate BMR adalah tingkat energi atau kalori minimum
harian yang diperlukan oleh tubuh saat istirahat (termasuk saat tidur, bernafas
maupun hanya duduk) agar berfungsi secara efektif. Pengukuran BMR dapat
digunakan sebagai garis dasar minimum untuk program diet, semakin aktif Usia
metabolisme tubuh ( Usia Sel) Usia metabolik dihitung dengan membandingkan
tingkat basal metabolic rate dengan rata- rata dari kelompok usia kronologis.
B. Saran
Saran yang dapat saya tawarkan untuk pembaca yang ingin membuat
makalah tentang “Pengaturan Suhu Tubuh Dan Pengukuran BMR
Metabolisme”. Untuk dapat lebih baik dari makalah yang saya buat ini, pembaca
perlu mencari lebih banyak referensi dari berbagai sumber, baik itu buku ataupun
jurnal.

9
DAFTAR PUSTAKA
Arum, Y. T. G. (2019). Hipertensi pada Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun).
Higeia Journal of Public Health Research and Development, 1(3), 84–94.
Sandi, I., Ariyasa, I., Teresna, I., & Ashadi, K. (2017). Pengaruh Kelembaban
Relatif Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Latihan. Sport and Fitness Journal,
5(1), 103–109.
Sari, A. K. (2019). Penggunaan Herbalife Pada Penderita Obesitas.
IQTISHADequity, 1(2).

10

Anda mungkin juga menyukai