Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“TERMOREGULASI”. Salawat dan salam penulis persembahkan kepada sang guru sejati Nabi
Muhammad saw yang telah mengajari manusia sampai akhir hayatnya.

Dalam menyelesaikan makalah ini, mulai dari perencanaan, pengumpulan dan penyusunan
terdapat hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak semua kesulitan dan hambatan dapat teratasi.

Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan di masa mendatang.
Mudah mudahan makalah ini menjadi sumbangan pikiran dalam meningkatkan hasil produk bagi
perusahaan demi tercapainya tujuan yang telah direncanakan.

Palu, 28 Desember 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal
agar berada di kisaran yang dapat ditolerir ( Camphbel, 2004 ). Berdasarkan Tobin ( 2005 ), suhu
berpengaruh pada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul –
molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan
antara molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula ( Chang, 1996 ). Akan tetapi, kenaikan
aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu
saja. Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh di atur oleh enzim ( salah satunya ) yang
memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau munurun
drastis, enzim – enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya.

Di dalam tubuh organisme ( tingkat individu ) pasti ada mekanisme regulasi untuk mencapai
keadaan yang hemeostatic. Hemeostatic pada dasarnya merupakan suatu upaya mempertahankan
atau menciptakan kondisi yang stabil dinamis ( “steady state” ) yang menjamin optimalisasi berbagai
proses aktivitas regulasi, sebagai mekanisme untuk mencapai hemeostatis yang diharapkan. Regulasi
dan Hemeostatis juga terjadi di tingkat populasi dan komunitas dalam suatu ekosistem.

Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil. Regulasi dilakukan dalam
banyak bentuk, misalnya regulasi untuk mempertahankan cairan tubuh, osmolaritas tubuh,
keasaman, suhu, kadar lemak, gula, dan protein darah, dll. Pada tubuh manusia, regulasi diperankan
antara lain adalah syaraf dan hormone. Karena kedua komponen merupakan pengendali utama
dalam proses regulasi dalam tubuh. Pengaturan suhu tubuh ( termoregulasi ), pengaturan cairan
tubuh, dan ekskresi adalah elemen – elemen dari homeostatis. Pada topik yang di bahas yang
mengenai termoregulasi ( pengaturan suhu tubuh ) beruang tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Termoregulasi

Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai


keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku. Agar suhu
tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara prodksi panas dan
pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme
neurologis dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu
untuk meningkatkan regulasi suhu.
Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral, mengontror suhu tubuh
sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada
suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontror pengeluaran panas, dan hipotalamus
posterior mengontror produksi panas.

B. Faktor - faktor yang mempengaruhi termoregulasi

Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan pada suhu tubuh dalam
rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas
diganggu oleh variabel fisiologis atau prilaku. Berikut adalah faktor yang mempengarui suhu
tubuh :
a. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan, masuk
dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat.suhu tubuh bayi dapat berespon
secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari
30% panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala
untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari ingkungan yang ektrem, suhu
tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ºC sampai 39,5ºC. Produksi panas akan meningkat
seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak. Perbedaan secara individu 0,25ºC
sampai 0,55 ºC adalah normal (Whaley and Wong, 1995).
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur
sanpai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih
sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin.
Nmun rentang shu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu
yang ektrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor
( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan
aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan karbohidrat dan
lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis
olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh.
Olahraga berat yang lama, seperti lari jaak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk
sementara sampai 41 ºC.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan
pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila
kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh
yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita
menopause. Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh
dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor
yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak, 1993)
d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24 jam.
Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia. Suhu tubuh paling rendah
biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai seitar
pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak
secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu
waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak
berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada
lansia (lenz,1984)
e. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk
rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat
hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran
- panas dan suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu
tubh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang
konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme
suhu mereka kurang efisien.
 Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus.
Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran
panas yang berlebihan, produksi panas minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap
gabungan dari perubahan tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis
yang dialami klien.
a. Demam
Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanisme pengeluara panas tidak mampu
untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Tingkat ketika demam
mengancamkesehatan seringkali merupkan sumber yang diperdebatkan di antara pemberi
perawatan kesehatan. Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39
ºC. Pembacaan suhu tunggal mungkin tidak menandakan demam. Davis dan lentz (1989)
merekomendasikan untuk menentukan demam berdasarkan beberapa pembacaan suhu
dalam waktu yang berbeda  pada satu hari dibandingkan dengan suhu normal tersebut pada
waktu yang sama, di samping terhadap tanda vital dan gejala infeksi. Demam sebenarnya
merupakan akibat dari perubahan set point hipotalamus.
b. Kelelahan akibat panas
Kelelehan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebih. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas.
Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelehan akibat
panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke lingkungan yg lebih dingin serta
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermia.
Setiap penyakit atautrauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol
produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anestetik
tertentu.
d. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan
yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yg tinggi. Klien berisiko termasuk yang
masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme,
diabetes atau alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi
obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin,
antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka
yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. Atlet, pekerja kontruksi dan
petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus,
mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkotinensia. Tanda yang paling dari
heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat berat dan
malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5 ºC mengakibatkan
kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh
kadang-kadang setinggi 45 ºC, takikardia dan hipotensi. Otak mungkin merupakan organ
yang terlebih dahulu terkena karena sensitivitasnyaterhdap ketidakseimbangan elektrolit.
Jika kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjadi kerusakan
nourologis yang permanen kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai.
e. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia. Hipotermia
diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau
tidak sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan
kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama
beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien menglami gemetar yang tidak
terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di
bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi
sianotik.

C. Fisiologi Termoregulasi

a. Suhu Inti Dan Suhu Kulit


Suhu jaringan bagian dalam tubuh ( suhu inti atau core temperature ) hampir selalu
konstan, berfluktuasi sepanjang hari dalam rentang sempit, hanya sekitar ± 1°F ( ± 0,6°C )
kecuali dalam keadaan demam. Manusia dapat terpapar pada suhu serendah 55°F atau
setinggi 130°F dengan tetap mempertahankan suhu inti mendekati konstan. Mekanisme
yang mengendalikan suhu tubuh menunjukkan suatu sistem pengaturan yang amat baik.

Berbeda dengan suhu inti, suhu kulit naik-turun dipengaruhi suhu lingkungan. Hal ini
penting karena salah satu fungsi kulit adalah melepaskan panas ke lingkungan.

b. Suhu Tubuh Normal

Tidak ada nilai tunggal suhu yang dapat dianggap sebagai satu-satunya nilai suhu
normal, karena pengukuran pada banyak orang normal memperlihatkan berbagai variasi
suhu pada berbagai keadaan dan aktivitas sepanjang hari, seperti yang dilukiskan dalam
Gambar 1, mulai kurang dari 97°F (36°C) sampai lebih dari 99°F (37,5°C). Suhu normal rata-
rata secara umum adalah antara 98,0° F sampai 98,6° F (36,7°C sampai 37°C) bila diukur per
oral, dan kira-kira 1°F atau 0,6°C lebih tinggi bila diukur per rektal.

Suhu tubuh sedikit bervariasi pada kerja fisik dan pada suhu lingkungan yang ekstrem,
karena mekanisme pengaturan suhu tidak 100 persen tepat. Bila dibentuk panas yang
berlebihan di dalam tubuh karena kerja fisik yang melelahkan, suhu rektal akan meningkat
sampai setinggi 101°F-104°F. Sebaliknya, ketika tubuh terpapar dengan suhu yang dingin,
suhu rektal dapat turun sampai di bawah nilai 96°F.

c. Keseimbangan Produksi Panas Dan Kehilangan Panas

Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju hilangnya panas,
timbul kelebihan panas dalam tubuh dan suhu tubuh meningkat. Sebaliknya, bila kehilangan
panas lebih besar, suhu tubuh menurun. Keseimbangan antara produksi panas dan
hilangnya panas serta mekanisme yang mengatur masing-masing proses tersebut dijelaskan
pada bagian berikut.

 Produksi Panas

Produksi panas adalah produk tambahan metabolisme. Faktor - faktor yang


menentukan laju produksi panas ( laju metabolisme tubuh ) meliputi:

1. laju metabolisme basal dari semua sel tubuh;


2. laju cadangan metabolisme yang disebabkan oleh aktivitas otot, termasuk kontraksi otot
yang disebabkan oleh menggigil;
3. metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin ( dan sebagian kecil
hormon lain, seperti hormon pertumbuhan dan testosteron ) terhadap sel;
4. metabolisme tambahan yang disebabkan oleh efek epinefrin, norepinefrin, dan perang
sangan simpatis terhadap sel;
5. metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi di dalam
sel sendiri, terutama bila temperatur sel meningkat.
 Kehilangan Panas

Sebagian besar produksi panas di dalam tubuh dihasilkan oleh proses metabolisme pada
organ dalam, terutama dalam hati, otak, jantung, dan otot rangka selama kerja. Kemudian
panas ini dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, di mana panas
hilang ke udara dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, laju hilangnya panas ditentukan
hampir seluruhnya oleh dua faktor:

1. seberapa cepat panas dapat dikonduksi dari tempat panas dihasilkan dalam inti tubuh
ke kulit
2. seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke sekitarnya. Marilah kita
mulai dengan mendiskusikan sistim insulator yang menyekat inti dari permukaan kulit.

d. Sistem Penyekat Tubuh

Kulit, jaringan subkutan, dan terutama lemak dari jaringan subkutan merupakan suatu
penyekat panas dari tubuh. Lemak menyalurkan panas hanya sepertiga kecepatan jaringan
lain. Bila tidak ada darah yang mengalir dari organ internal yang panas ke kulit, daya
penyekat yang dimiliki oleh tubuh laki - laki normal kira - kira sebanding dengan tiga
perempat kali daya penyekat pakaian biasa. Pada perempuan, penyekatan ini masih lebih
baik.

e. Aliran Darah ke Kulit dari Inti Tubuh Menyediakan Pemindahan Panas

Pembuluh darah menembus jaringan penyekat subkutan dan dengan segera menyebar
sebanyak - banyaknya di bawah kulit. Yang penting terutama adalah pleksus venosus yang
disuplai oleh aliran darah dari kapiler kulit. Pada area tubuh yang paling banyak terpapar —
tangan, kaki, dan telinga — darah juga disuplai langsung ke pleksus arteri kecil
melalui anastomosis arteriovenosa yang sangat berotot.

Kecepatan aliran darah ke dalam pleksus venosa bervariasi dari sedikit di atas 0% sampai
setinggi 30 persen dari total curah jantung. Kecepatan aliran darah yang tinggi
menyebabkan konduksi panas yang disalurkan dari inti tubuh ke kulit sangat efisien,
sedangkan reduksi kecepatan aliran darah menurunkan efisiensi konduksi panas dari inti
tubuh. Gambar 3 memperlihatkan secara kuantitatif efek aliran darah kulit pada konduksi
panas dari inti tubuh ke permukaan kulit, menggambarkan peningkatan konduksi panas
hampir delapan kali lipat antara keadaan vasokonstriksi penuh dan keadaan vasodilatasi
penuh.
Oleh karena itu, kulit merupakan sistem pengatur "radiator panas" yang efektif, dan
aliran darah ke kulit adalah mekanisme penyebaran panas yang paling efektif dari inti tubuh
ke kulit.

f. Pengaturan Konduksi Panas Ke Kulit Oleh Sistem Saraf Simpatis

Konduksi panas ke kulit oleh darah diatur oleh tingkat vasokonstriksi arteriol dan
anastomosis arteriovenosa yang mensuplai darah ke pleksus venosa kulit. Selanjutnya
vasokonstriksi ini hampir seluruhnya dikontrol oleh sistem saraf simpatis dalam memberikan
respons terhadap perubahan suhu inti tubuh dan perubahan suhu lingkungan. Hal ini akan
dibicarakan kemudian pada bab ini yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh oleh
hipotalamus.

g. Fisika Dasar Bagaimana Panas Hilang dari Permukaan Kulit

Cara tersebut meliputi radiasi, konduksi, dan evaporasi dan dapat dijelaskan berikut ini:

1. Radiasi

Kehilangan panas melalui radiasi berarti kehilangan dalam bentuk gelombang panas
infra merah, suatu jenis gelombang elektromagnetik. Sebagian besar gelombang panas infra
merah yang memancar dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 sampai 20 mikrometer, 10
sampai 30 kali panjang gelombang cahaya. Semua benda yang tidak pada suhu nol absolut
memancarkan panas seperti gelombang tersebut. Tubuh manusia menyebarkan gelombang
panas ke segala penjuru. Gelombang panas juga dipancarkan dari dinding dan benda-benda
lain ke tubuh. Bila suhu tubuh lebih tinggi dari suhu lingkungan, kuantitas panas yang lebih
besar dipancarkan keluar dari tubuh ke lingkungan. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar
4, orang yang telanjang pada suhu kamar yang normal kehilangan panas kira-kira 60 persen
dari kehilangan panas total melalui radiasi.

2. Konduksi

Hanya sejumlah kecil panas yang biasanya hilang dari tubuh melalui konduksi
langsung dari permukaan tubuh ke benda - benda  lain, seperti kursi atau tempat tidur.
Sebaliknya, kehilangan panas melaluikonduksi ke udara memang mencerminkan bagian
kehilangan panas tubuh yang cukup besar ( kira - kira 15 persen ) walaupun dalam keadaan
normal. Diingatkan kembali bahwa panas adalah energi kinetik dari gerakan molekul, dan
molekul - molekul yang menyusun kulit tubuh terus-menerus mengalami gerakan vibrasi.
Sebagian besar energi dari gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu udara lebih
dingin dari kulit, sehingga meningkatkan kecepatan gerakan molekul - molekul udara. Sekali
suhu udara yang berlekatan dengan kulit menjadi sama dengan suhu kulit, tidak terjadi lagi
kehilangan panas dari tubuh ke udara. Oleh karena itu, konduksi panas dari tubuh ke udara
mempunyai keterbatasan kecuali bila udara yang dipanaskan bergerak dari kulit sehingga
udara baru secara terus menerus bersentuhan dengan kulit, fenomena ini disebut
konveksi udara.

3. Konveksi

Pemindahan panas dari tubuh melalui konveksi udara secara umum disebut kehilangan
panas melalui konveksi. Sebenarnya, panas pertama - tama harus di konduksi ke
udara  kemudian dibawa melalui aliran konveksi.

Sejumlah kecil konveksi hampir selalu terjadi di sekitar tubuh akibat kecenderungan
udara di sekitar kulit untuk bergerak naik sewaktu menjadi panas. Oleh karena itu, orang
telanjang yang duduk di ruangan yang nyaman tanpa gerakan udara yang besar masih tetap
kehilangan sekitar 15 persen dari panas tubuhnya melalui konduksi ke udara kemudian oleh
konveksi udara menjauhi tubuhnya.

h. Efek Pendinginan oleh Angin

Bila tubuh terpapar angin, lapisan udara yang berbatasan dengan kulit digantikan terus
menerus oleh udara baru jauh lebih cepat dari keadaan normal, dan kehilangan panas mela-
lui konveksi meningkat. Efek pendinginan oleh angin pada kecepatan rendah
mendekati akar kuadrat kecepatan angin. Misalnya, angin dengan kecepatan 4 km/jam
memiliki efektivitas pendinginan kira - kira dua kali dari angin dengan kecepatan 1km/jam.

i. Konduksi dan Konveksi Panas pada Paparan Air

Air memiliki kemampuan menyerap panas beberapa ribu kali lebih besar daripada udara,
sehingga setiap unit bagian air yang berdekatan ke kulit dapat mengabsorbsi jumlah
kuantitas panas yang lebih besar daripada udara. Juga, konduktivitas air terhadap panas
terlihat sangat berbeda dengan konduktivitas udara. Oleh karena itu, kecepatan kehilangan
panas ke air pada suhu yang cukup rendah jauh lebih besar daripada kecepatan kehilangan
panas ke udara pada suhu yang sama. Saat air dan udara sangat dingin, kecepatan
kehilangan panas ke udara menjadi hampir sama besar dengan air, karena air dan udara
pada dasarnya mampu membawa semua panas yang dapat berdifusi melalui penyekat
subkutan kulit.

4. Evaporasi

Bila air berevaporasi dari permukaan tubuh, panas sebesar 0,58 Kalori ( kilokalori ) hilang
untuk setiap satu gram air yang mengalami evaporasi. Bahkan bila seseorang tidak
berkeringat sekalipun, air masih berevaporasi secara tidak kelihatan dari kulit dan paru-paru
dengan kecepatan sekitar 450 sampai 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas
terus menerus dengan kecepatan 12 sampai 16 Kalori per jam. Evaporasi air melalui kulit
dan paru-paru yang tidak kelihatan ini tidak dapat dikendalikaan untuk tujuan pengaturan
suhu karena evaporasi tersebut dihasilkan dari difusi molekul air terus menerus melalui
permukaan kulit dan permukaan sistem pernapasan. Akan tetapi, kehilangan panas
melalui evaporasi keringat dapat diatur dengan pengaturan kecepatan berkeringat, yang
akan dibicarakan kemudian pada modul ini.

Evaporasi merupakan mekanisme pendinginan yang penting pada suhu udara sangat


tinggi. Selama suhu kulit lebih tinggi dari suhu lingkungan, panas dapat hilang melalui radiasi
dan konduksi. Tetapi ketika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu kulit, tubuh memperoleh
panas melalui radiasi dan konduksi. Dalam keadaan seperti ini, satu - satunya cara tubuh
melepaskan panas adalah dengan evaporasi. Oleh sebab itu, setiap faktor yang mencegah
evaporasi yang adekuat ketika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu kulit akan
menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Hal ini kadang terjadi pada manusia yang dilahirkan
dengan kelainan kelenjar keringat. Orang ini dapat tahan terhadap suhu dingin seperti
halnya orang normal, tetapi mereka hampir mati akibat serangan panas pada daerah tropis,
karena tanpa sistem pendinginan evaporatif, orang ini tidak dapat mencegah peningkatan
suhu tubuh ketika suhu udara lebih tinggi dari suhu tubuh.

D. Efek Pakaian Pada Kehilangan Panas

Pakaian mengurung udara di antara kulit dan rajutan pakaian yang


mengakibatkankecepatan kehilangan panas tubuh melalui konduksi dan konveksi sangat
ditekan. Pakaian dengan bahan biasa menurunkan kecepatan kehilangan panas kira - kira
setengah dari tubuh yang telanjang, sedangkan pakaian kutub dapat menurunkan
kecepatan kehilangan panas paling sedikit sampai seperenam kali.

Sekitar setengah dari panas yang dipindahkan dari kulit ke pakaian dipancarkan melalui
radiasi ke pakaian dan bukan dipancarkan melalui konduksi melewati ruang kecil. Oleh
sebab itu, melapisi bagian dalam pakaian dengan lapisan emas tipis, yang memantulkan
panas kembali ke tubuh, membuat perangkat penyekat pakaian tersebut jauh lebih efektif
daripada bila tidak dilapisi. Dengan menggunakan teknik ini, pakaian yang digunakan di
kutub dapat dikurangi beratnya sampai setengahnya.

Efektivitas pakaian dalam mempertahankan suhu tubuh hampir hilang semuanya bila
pakaian menjadi basah karena konduktivitas air yang tinggi meningkatkan kecepatan
pemindahan panas sebesar 20 kali lipat atau lebih. Oleh karena itu, salah satu faktor
terpenting untuk melindungi tubuh terhadap udara dingin di kutub adalah menjaga dengan
sangat hati-hati agar pakaian tidak basah. Tentu saja, seseorang harus berhati-hati untuk
tidak menjadi kepanasan walaupun untuk sementara waktu, karena dengan berkeringat di
dalam pakaian akan membuat pakaian tersebut kurang efektif sebagai penyekat.

E. Berkeringat dan Pengaturannya oleh Sistem Saraf Otonom

Rangsangan pada area preoptik di bagian anterior hipotalamus baik secara elektrik atau
oleh panas yang berlebihan akan menyebabkan berkeringat. Impuls dari area yang
menyebabkan berkeringat ini dipindahkan melalui jaras otonom ke medula spinalis dan
kemudian melalui jaras simpatis ke kulit di seluruh tubuh.

Diingatkan kembali dari pembahasan tentang sistem saraf otonom bahwa kelenjar
keringat dipersarafi oleh serabut-serabut saraf kolinergik ( serabut yang mensekresikan
asetilkolin ). Kelenjar ini dapat juga dirangsang oleh epinefrin atau norepinefrin yang
bersirkulasi dalam darah, walaupun kelenjar itu sendiri tidak memiliki persarafan adre-
nergik. Hal ini penting selama kerja fisik, saat hormon disekresikan oleh medula adrenal dan
tubuh perlu melepaskan panas yang berlebihan yang dihasilkan oleh otot yang aktif.

F. Aklimatisasi Mekanisme Berkeringat — Peranan Aldosteron

Walaupun seseorang yang normal dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan iklim
kadang dapat membentuk keringat lebih dari 1 liter per jam, ketika terpapar pada cuaca
panas selama 1 sampai 6 minggu, orang tersebut akan secara perlahan-lahan berkeringat
lebih banyak, seringkali meningkatkan sekresi maksimal keringat 2 sampai 3 liter/jam.
Evaporasi keringat yang lebih banyak ini dapat memindahkan panas dari tubuh dengan
kecepatan lebih dari 10 kali kecepatan pembentukan panas basal normal. Peningkatan
efektivitas mekanisme berkeringat ini disebabkan oleh peningkatan langsung pada
kemampuan kelenjar keringat itu sendiri.

Kepentingan aklimatisasi adalah penurunan konsentrasi natrium klorida dalam keringat


yang memungkinkan konservasi garam yang lebih baik secara perlahan - lahan. Sebagian
besar efek ini disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosteron, yang selanjutnya dihasilkan
dari penurunan kadar natrium klorida dalam cairan ekstraselular dan plasma. Orang
yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan iklim, yang banyak berkeringat sering
kehilangan garam sebesar 15 sampai 30 gram setiap hari untuk beberapa hari pertama.
Setelah 4 sampai 6 minggu menyesuaikan diri, kehilangan garam biasanya turun menjadi 3
sampai 5 gram/hari.

G. Kehilangan Panas melalui Terengah-engah

Banyak hewan tingkat rendah memiliki sedikit kemampuan untuk menghilangkan panas
dari permukaan tubuhnya karena dua alasan:

1. permukaan tubuh biasanya ditutupi oleh bulu, dan


2. kulit dari sebagian besar hewan tingkat rendah tidak disuplai dengan kelenjar keringat,
yang mencegah sebagian besar hilangnya panas melalui evaporasi dari kulit. Suatu
mekanisme pengganti, mekanisme terengah-engah,digunakan oleh banyak hewan
tingkat rendah sebagai alat untuk menghilangkan panas.

Fenomena terengah - engah "dihidupkan" oleh pusat pengatur suhu di otak. Yaitu, bila
darah menjadi terlalu panas, hipotalamus menimbulkan sinyal neurogenik untuk
menurunkan temperaiur tubuh. Satu dari sinyal ini menimbulkan terengah - engah. Proses
terengah - engah yang sebenarnya diatur oleh pusat terengah-engah yang berhubungan
dekat dengan pusat pernapasan pneumotaksik di dalam pons.

Bila seekor hewan terengah - engah, hewan tersebut bernapas masuk dan keluar dengan
cepat, sehingga jumlah besar udara yang baru dari luar berkontak dengan bagian atas
susunan pernapasan; proses ini akan mendinginkan darah di dalam mukosa sebagai akibat
evaporasi air dari permukaan mukosa, terutama evaporasi saliva dari lidah. Namun terengah
- engah tidak meningkatkan ventilasi alveolar lebih dari yang dibutuhkan untuk kontrol gas
darah yang tepat karena setiap pernapasan sangat dangkal; oleh karena itu, sebagian besar
udara yang masuk ke alveoli adalah udara ruang mati.

H. Pengaturan Suhu Tubuh — Peranan Hipotalamus

Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik, dan
hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak
padahipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung, harus juga tersedia
pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat
dingin.

I. Deteksi Termostatik Suhu pada Hipotalamus — Peranan Hipotalamus Anterior -


Area Preoptik

Telah dilakukan percobaan pemanasan dan pendinginan pada suatu area kecil di otak
dengan menggunakan alat yang disebut thermode. Alat kecil seperti jarum ini dipanaskan
dengan alat elektrik atau dialirkan air panas atau didinginkan dengan air dingin. Area utama
dalam otak di mana panas yang dihasilkan oleh thermode mempengaruhi pengaturan suhu
tubuh terdiri dari nukleus preoptik dan nukleus hipotalamik anterior hipotalamus .

Dengan menggunakan thermode, area preoptik hipotalamus anterior diketahui


mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas yang jumlahnya kira - kira
sepertiga neuron yang sensitif terhadap dingin. Neuron - neuron ini diyakini berfungsi
sebagai sensor suhu untuk mengontrol suhu tubuh.

Neuron - neuron yang sensitif terhadap panas ini meningkatkan kecepatan kerjanya
sesuai dengan peningkatan suhu, kecepatannya dapat meningkat 2 sampai 10 kali lipat pada
kenaikan suhu tubuh sebesar 10°C. Neuron yang sensitif terhadap dingin, sebaliknya,
meningkatkan kecepatan kerjanya saat suhu tubuh turun.

Apabila area preoptik dipanaskan, kulit di seluruh tubuh dengan segera mengeluarkan
banyak keringat, sementara pada waktu yang sama pembuluh darah kulit di seluruh tubuh
menjadi sangat berdilatasi. Jadi, hal ini merupakan reaksi yang cepat untuk menyebabkan
tubuh kehilangan panas, dengan demikian membantu mengembalikan suhu tubuh kembali
normal. Di samping itu, pembentukan panas tubuh yang berlebihan dihambat. Oleh karena
itu, jelas bahwa area preoptik dari hipotalamus memiliki kemampuan untuk berfungsi
sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh.

J. Deteksi Suhu dengan Reseptor pada kulit dan Jaringan Dalam Tubuh

Walaupun sinyal yang ditimbulkan oleh reseptor suhu dari hipotalamus sangat kuat
dalam mengatur suhu tubuh, reseptor suhu pada bagian lain dari tubuh juga mempunyai
peranan penting dalam pengaturan suhu. Hal ini terjadi pada reseptor suhu di kulit dan
beberapa jaringan khusus dalam tubuh.

Diingatkan kembali dari pembicaraan mengenai reseptor sensoris, bahwa kulit dibantu
oleh reseptor dingin dan panas. Reseptor dingin terdapat jauh lebih banyak daripada
reseptor panas; tepatnya, terdapat 10 kali lebih banyak di seluruh kulit. Oleh karena itu,
deteksi suhu oleh reseptor perifer ini lebih peka terhadap suhu sejuk dan dingin daripada
suhu hangat.

Apabila seluruh kulit tubuh menggigil, terjadi pengaruh refleks yang segera dibangkitkan
untuk meningkatkan suhu tubuh melalui beberapa cara, sebagai berikut:

1. memberikan rangsangan kuat sehingga menyebabkan menggigil, dengan akibat


meningkatnya kecepatan pembentukan panas tubuh;
2. menghambat proses berkeringat bila hal ini harus terjadi
3. meningkatkan vasokonstriksi kulit untuk menghilangkan pemindahan panas tubuh ke
kulit

Reseptor suhu tubuh bagian dalam juga ditemukan pada bagian tertentu dari tubuh,
terutama di medula spinalis, organ dalam abdomen, dan di sekitar vena - vena
besar. Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit, karena reseptor
tersebut lebih banyak terpapar dengan suhu inti tubuh daripada suhu permukaan tubuh.
Namun, seperti halnya reseptor suhu kulit, reseptor tersebut lebih banyak mendeteksi
dingin daripada hangat. Adalah suatu kemungkinan bahwa baik reseptor kulit maupun
reseptor tubuh bagian dalam berperan mencegah hipotermia, yaitu mencegah suhu tubuh
yang rendah

K. Hipotalamus Posterior Menjumlahkan Sinyal Sensoris Temperatur Pusat dan


Perifer

Walaupun banyak sinyal sensoris temperatur berasal dari reseptor perifer, sinyal ini
membantu pengaturan suhu tubuh terutama melalui hipotalamus. Area pada hipotalamus
yang dirangsang oleh sinyal sensoris ini adalah suatu area yang terletak secara bilateral
dalam hipotalamus posterior kira - kira setinggi korpus mamilaris. Sinyal sensoris
temperatur dari hipotalamus anterior - area preoptik juga dipindahkan ke dalam area
hipotalamus posterior ini. Di sini sinyal dari area preoptik dan sinyal dari perifer tubuh
digabung untuk mengatur reaksi pembentukan panas atau reaksi penyimpanan panas
tubuh.

L. Mekanisme Efektor Neural Yang Menurunkan atau Meningkatkan Temperatur


Tubuh

Sewaktu pusat temperatur hipotalamus mendeteksi bahwa temperatur tubuh terlalu


panas atau terlalu dingin, pusat akan memberikan prosedur penurunan atau peningkatan
temperatur yang sesuai. Mahasiswa lebih banyak mengetahui hal ini dari pengalaman pri-
badi, tetapi gambaran khususnya adalah sebagai berikut.

M. Mekanisme Penurunan Temperatur Bila Tubuh Terlalu Panas

Sistem pengatur temperatur menggunakan tiga mekanisme penting untuk menurunkan


panas tubuh ketika temperatur menjadi sangat tinggi:

1. Vasodilatasi. Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan
kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior
yang menyebabkan vasokonstriksi. Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan
pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat.
2. Berkeringat. Efek dari peningkatan temperatur yang menyebabkan berkeringat
digambarkan oleh garis kurva utuh pada Gambar 73-7, yang memperlihatkan
peningkatan kecepatan kehilangan panas melaui evaporasi yang dihasilkan dari
berkeringat ketika temperatur inti tubuh meningkat di atas temperatur kritis 370C
(98,60F). Peningkatan tempertaur tubuh 10C menyebabkan keringat yang cukup banyak
untuk membuang 10 kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari pembentukan
panas tubuh
3. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas
yang berlebihan, seperti menggigil dan termogenesis kimia dihambat dengan kuat.

N.  Mekanisme Peningkatan Temperatur Saat Tubuh Terlalu Dingin

Ketika tubuh terlalu dingin, sistem pengaturan temperatur mengadakan prosedur yang
sangat berlawanan, yaitu:

1. Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh rangsangan pusat simpatis
hipotalamus posterior.
2.  Piloereksi. Piloereksi berarti rambut "berdiri pada akarnya." Rangsangan simpatis
menyebabkan otot erektor pili yang melekat ke folikel rambut berkontraksi, yang
menyebabkan rambut berdiri tegak. Hal ini tidak penting pada manusia, tetapi pada
hewan yang lebih rendah, berdirinya rambut memungkinkan mereka untuk membentuk
lapisan tebal "isolator udara" di atas kulit sehingga pemindahan panas ke lingkungan
sangat ditekan.
3. Peningkatan pembentukan panas. Pembentukan panas oleh sistem metabolisme
meningkat dengan (a) menggigil, (b) rangsangan simpatis pembentukan panas, dan (c)
sekresi tiroksin. Hal ini membutuhkan keterangan tambahan, sebagai berikut:

Rangsangan Hipotalamik terhadap Menggigil. Terletak pada bagian dorsomedial dari


hipotalamus posterior dekat dinding ventrikel ketiga adalah suatu area yang
disebut pusat motorik primer untuk menggigil. Area ini normalnya dihambat oleh sinyal
dari pusat panas pada area preoptik - hipotalamus anterior tetapi dirangsang oleh sinyal
dingin dari kulit dan medula spinalis. Oleh karena itu, seperti yang ditunjukkan oleh
peningkatan yang tiba-tiba dalam "produksi panas", pusat ini teraktivasi ketika
temperatur tubuh turun bahkan hanya sedikit di bawah derajat temperatur kritis. Pusat
ini kemudian meneruskan sinyal yang menyebabkan menggigil melalui traktus bilateral
turun ke batang otak, ke dalam kolumna lateralis medula spinalis, dan akhirnya, ke
neuron - neuron motorik anterior. Sinyal ini tidak teratur, dan tidak benar - benar
menyebabkan gerakan otot yang sebenarnya. Sebaliknya, sinyal tersebut meningkatkan
tonus otot rangka di seluruh tubuh. Ketika tonus meningkat di atas tingkat kritis
tertentu, proses menggigil dimulai. Kemungkinan hal ini dihasilkan dari umpan balik
osilasi mekanisme refleks regangan dari gelondong otot. Selama proses menggigil
maksimum, pembentukan panas tubuh dapat meningkat sebesar empat sampai lima
kali dari normal.

O. Eksitasi Kimiawi "Simpatis" Pembentukan

Panas. Perangsangan simpatis maupun norepinefrin dan epinefrin yang bersirkulasi


dalam darah dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme selular dengan
cepat; efek ini disebut termogenesis kimia, dan hal ini dihasilkan sebagian dari kemampuan
norepinefrin dan epinefrin untuk memisahkan fosforilasi oksidatif, yang berarti bahwa
kelebihan makanan akan dioksidasi dan oleh karena itu melepaskan energi dalam bentuk
panas tetapi tidak menyebabkan pembentukan adenosin trifosfat.

Derajat termogenesis kimia yang terjadi pada hewan hampir sebanding dengan jumlah
lemak coklat yang dikandung pada jaringan hewan. Lemak ini merupakan jenis lemak yang
mengandung sejumlah besar mitokondria khusus tempat terjadinya pemisahan oksidasi. Sel
- sel ini dipersarafi oleh persarafan simpatis yang kuat.

Proses penyesuaian diri terhadap iklim sangat mempengaruhi intensitas termogenesis


kimia; beberapa hewan, seperti tikus, yang telah terpapar beberapa minggu dengan
lingkungan yang dingin, memperlihatkan peningkatan pembentukan panas sebesar 100
sampai 500 persen ketika terpapar secara tiba - tiba dengan udara dingin, sebaliknya, pada
hewan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan iklim, memberikan respons dengan
meningkatkan pembentukan panas kira-kira sebesar sepertiganya.

Pada manusia dewasa, yang hampir tidak memiliki lemak coklat, jarang sekali bahwa
termogenesis kimia meningkatkan kecepatan pembentukan panas lebih dari 10 sampai 15
persen. Akan tetapi, pada bayi, yang memang memiliki sejumlah kecil lemak coklat pada
ruang interskapula, termogenesis kimia dapat meningkatkan kecepatan pembentukan panas
sebesar 100 persen, yang kemungkinan merupakan faktor penting dalam mempertahankan
temperatur normal tubuh pada neonatus.

P. Peningkatan Keluaran Tiroksin sebagai Penyebab Peningkatan Pembentukan Panas


Jangka Panjang

Pendinginan area preoptik-hipotalamus anterior juga meningkatkan pembentukan


hormon neurosekretorik hormon pelepas-tirotropinoleh hipotalamus. Hormon ini diangkut
melalui vena porta hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior, di mana hormon merangsang
sekresi hormon perangsang-tiroidHormon perangsang-tiroid sebaliknya, merangsang
peningkatan keluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid. Peningkatan tiroksin meningkatkan
kecepatan metabolisme selular di seluruh tubuh. Peningkatan metabolisme ini tidak terjadi
segera tetapi membutuhkan waktu beberapa minggu agar kelenjar tiroid menjadi hipertrofi
sebelum mencapai tingkat sekresi tiroksin yang baru.

Pemaparan hewan terhadap udara dingin yang berlebihan selama beberapa minggu
dapat menyebabkan ukuran kelenjar tiroid hewan tersebut meningkat 20 sampai 40 persen.
Akan tetapi, manusia jarang membiarkan dirinya terpapar terhadap derajat udara dingin
seperti yang terjadi pada hewan. Oleh karena itu, kita masih tidak mengerti, secara kuan-
titatif, berapa penting metode adaptasi tiroid terhadap dingin pada manusia. Pengukuran
yang terpisah telah memperlihatkan bahwa anggota militer yang ditugaskan di kutub
mengalami peningkatan kecepatan metabolisme; demikian juga dengan orang Eskimo yang
memiliki kelainan kecepatan metabolisme yang tinggi. Juga, efek rangsangan udara dingin
yang terus menerus pada kelenjar tiroid mungkin dapat menjelaskan insiden goiter tiroid
toksika yang lebih tinggi pada orang yang tinggal di iklim yang lebih dingin daripada mereka
yang tinggal di iklim yang lebih hangat.

Konsep "Set-Point" untuk Pengaturan Temperatur

Pada temperatur inti tubuh yang kritis, pada tingkat hampir tepat 37.1°C, terjadi
perubahan drastis pada kecepatan kehilangan panas dan kecepatan pembentukan panas.
Pada temperatur di atas tingkat ini, kecepatan kehilangan panas lebih besar dari kecepatan
pembentukan panas, sehingga temperatur tubuh turun dan mencapai kembali tingkat
37,1°C. Pada temperatur di bawah tingkat ini, kecepatan pembentukan panas lebih besar
dari kecepatan kehilangan panas, sehingga temperatur tubuh kini meningkat dan kembali
mencapai tingkat 37,1°C. Tingkat temperatur kritis ini disebut "set-point" dari mekanisme
pengaturan temperatur. Semua mekanisme pengaturan temperatur terus menerus
berupaya untuk mengembalikan suhu tubuh kembali ke tingkat set-point.

BAB III
KESIMPULAN
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku. Agar suhu
tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara prodksi panas dan
pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme
neurologis dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu
untuk meningkatkan regulasi suhu.
Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral, mengontror suhu tubuh
sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada
suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontror pengeluaran panas, dan hipotalamus
posterior mengontror produksi panas.

Anda mungkin juga menyukai