Disusun Oleh:
TRIYANI (160711027)
PRODI S1
KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN 2019
HALAMAN PENGESAHAN
Semester : 6 ( Enam)
1
Bidang Ilmu : Mata Kuliah Dasar
Menyetujui Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Koordinator Mata Kuliah
VISI
Visi program Studi Ilmu Keperawatan dan Program Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Cirebon adalah :
“Menjadi Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners yang Islami, Profesional dan mandiri
dibidang keperawatan komunitas tingkat nasional pada tahun 2022”.
2
MISI
Misi Program Studi Ilmu Keperawatdan Program Profesi Ners :
1. Menyelenggarakan pendidikan sarjana dan profesi keperawatan yang islami sesuai
catur darma pendidikan tinggi Muhammadiyah.
2. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah keperawatan tingkat nasional.
3. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kompetensi
keperawatan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tentang “ Konsep
Teori Penyakit Kronis dan Asuhan Keperawatan“ ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan kami juga berterima kasih kepada Leya Indah Permatasari,
M.Kep., Ners selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Lansia Universitas Muhammadiyah
Cirebon yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Konsep Teori Penyakit Kronis dan Asuhan Keperawatan.
3
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga laporan sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan laporan ini di waktu yang
akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover 1
Lembar pengesahan 2
Visi dan Misi 3
Kata Pegantar 4
Daftar Isi 5
BAB I PENDAHULUAN 6
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Rumusan Masalah6
1.3 Tujuan Penulisan 7
4
BAB II PEMBAHASAN 8
2.1 Pengertian Penyakit kronis 8
2.11 Penatalaksanaan 15
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17
ASUHAN KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB I
PENDAHULUAN
5
dan helplessness karena berbagai macam pengobatan tidak dapat
membantunya sembuh dari penyakit kronis (Sarafino, 2009). Rasa sakit yang
diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari, tujuan dalam hidup, dan
kualitas tidurnya (Affleck et al. dalam Sarafino, 2009).
Pusat Statistik Kesehatan Nasional U.S menjelaskan bahwa penyakit
kronis adalah penyakit yang berlangsung selama tiga bulan atau lebih
(National Center forHealth Statistics, 2013).
Penyakit kronis merupakan kondisi yang berlangsung satu tahun atau lebih
dan memerlukan perhatian medis dan/atau membatasikegiatan yang sedang
berlangsung dari kehidupan sehari-hari (Warshaw, 2006).
Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah
kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang
membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang.
1.3 Tujuan
6
1. Untuk mengetahui penyakit kronis
2 Untuk mengetahui Etiologi Penyakit Kronis
3 Untuk mengetahui Fase Penyakit Kronis
4 Untuk mengetahui Tingkatan Penyakit Kronis
5 Untuk mengetahui Sifat Penyakit Kronis
6 Untuk mengetahui Kategori Penyakit Kronis
7 Untuk mengetahui Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien
8 Untuk mengetahui Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis
9 Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Penyakit Kronis
10 Untuk mengetahui Pencegahan Penyakit Kronis
11 Untuk mengetahui Penatalaksanaan Penyakit Kronis
12 Asuhan Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
7
Ketidakmampuan merupakan persepsi individu bahwa segala hal yang
dilakukan tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Penyakit kronis terjadi pada seseorang dalam waktu lama akan membuat orang
tersebut menjadi tidak mampu melakukan sesuatu seperti biasanya.
8
memicu perkembangan kondisi jatuh ke kondisi kronis atau perilaku yang
meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit kronis.
b. Fase trajectory
adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini
sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan pemeriksaan
diagnostik.
c. Fase stabil
adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit
terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan
penyakit.
d. Fase tidak stabil
adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap terkontrol atau
reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
e. Fase akut
adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat
pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk
penanganannya.
f. Fase krisis
Merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa
yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
g. Fase pulih
adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan
yang dibebani oleh penyakit kronis.
h. Fase penurunan
adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang
disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi
gejala-gejala.
i. Fase kematian
9
adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap atau cepat
fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual.
10
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh
penyakit jantung.
Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap
pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang
sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis
11
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien
diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
a) Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
Klien menjadi pasif
Tergantung
Kekanak-kanakan
Merasa tidak nyaman
Bingung
Merasa menderita
b) Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya.
12
berat (menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya
berat) dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan
hanya akan memberi efek jangka pendek (menolak untuk mengakui bahwa
penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak
untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya
perubahan body image).
Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan
sesuatu yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan
perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang
akan terjadi padanya. Bagi individu yang telah menjalani operasi jantung, rasa
nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi emosional
tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi
cemas pada individu dengan penyakit kanker.
Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita
penyakit kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker
dan penyakit jantung mengalami depresi.
13
bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang air
kecil, dan warna kulit abnormal (Heru, 2007).
2. 10 Pencegahan
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam
pencegahan penyakit dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier
(Djauzi, 2009). Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat agar tetap sehat atau 11 mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan
umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan) dan
pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai risiko
dengan melakukan imunisasi). Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk
menghambat progresivitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi
ketidakmampuan yang dapat dilakukan melalui deteksi dini dan pengobatan
secara cepat dan tepat. Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi
ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat
ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ yang
mengalami kecacatan (Budiarto & Anggreni, 2007).
2. 11 Penatalaksanaan
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang
berbeda. Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala
seperti nyeri dan keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat
menyebabkan kecacatan sampai tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi
partisipasi individu dalam beraktivitas. Banyak penyakit kronis yang harus
mendapatkan penatalaksanaan teratur untuk menjaganya tetap terkontrol,
seperti penyakit gagal ginjal kronis .Penyakit kronis mempunyai ciri khas dan
masalah penatalaksanaan yangberbeda. Sebagai contoh, banyak penyakit
kronis berhubungan dengan gejalaseperti nyeri dan keletihan.Penyakit kronis
14
yang parah dan lanjut dapatmenyebabkan kecacatan sampai tingkat tertentu,
yang selanjutnya membatasipartisipasi individu dalam beraktivitas.
Banyakpenyakit kronis yang harusmendapatkan penatalaksanaan teratur dan
berlanjut untuk menjaganya tetapterkontrol (Smeltzer & Bare, 2008).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit kronis adalah penyakit degeneratif yang berkembang atau bertahan
dalam jangka waktu yang sangat lama, bertambah berat, menetap dan sering
kambuh. Terdapat beberpa fase dalam penyakit kronis, yaitu : fase pra-
trajectory, fase trajectory, fase stabil, fase tidak stabil, fase tidak stabil, fase
krisis, fase pulih dan fase kematian.
Ada banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi
masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di
15
antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran modern yang telah mengarah
pada menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius
lainnya
3.2 Saran
1. Perawat harus mengetahui dan memahami apa yang dialami klien dengan
kondisi kronis, tujuannya agar dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi
klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan
akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
2. Ketika merawat klien dengan penyakit kronis, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial yang unik.
DAFTAR PUSTAKA
16
Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Kronik
OSTEOARTHRITIS
4. Analisa Data
No Data focus Dx. Keperawatan
Dx.
18
1. DS : Nyeri Kronis
- Pasien mengatkan nyeri pada sendi
lutut
- Pasien mengatakan mengalami
kekauan pada send lutut
DO :
- Pasen tampak meringis kesakitan
- Pasen terihat selalu memengang
lutut
2. DS : Hambatan Mobilitas
- Pasen mengatakan mengalami Fisik
kesultan dalam berjalan
- Pasien mengatakan mengalami
kesemutan pada kaki
- Pasien mengatakan aktivitas
perawatan pribadi ketergantungan
pada orang lain.
DO :
- Pasien terlihat kesulitan berjalan
- Pasien terlihat selalu mencari
bantuan untuk berjalan
- Pasien terlihat selalu
memegangi lutut
5. Intervensi Keperawatan
19
untuk: ketidaknyamanan Gunakan teknik
1. Menunjukkan kontrol nyeri komunikasi terapeutik untuk
dengan indikator : mengetahui pengalaman nyeri
- Mengenali faktor penyebab pasien
- Mengenali lamanya sakit 3. Kaji kultur yang mempengaruhi
- Menggunakan metode respon nyeri
pencegahan 4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Menggunakan metode menentukan intervensi
nonanalgetik untuk 5. Ajarkan tentang teknik non
mengurangi nyeri farmakologi
- Menggunakan analgetik 6. Berikan analgetik untuk
sesuai kebutuhan mengurangi nyeri
- Mengenali gejala-gejala 7. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri nyeri
- Mencatat pengalaman nyeri 8. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan nyeri
sebelumnya
tidak berhasil
- Melaporkan nyeri sudah
terkontrol
2. Menunjukkan Tingkat
nyeri dengan indikator:
- Melaporkan adanya nyeri,
frekuensi nyeri dan
panjangnya episode nyeri,
ekspresi nyeri pada wajah
- Kurangnya istirahat
- Ketegangan otot
2. Hambatan Tujuan NIC
Mobilitas 1. Ambulasi Tirah baring
Fisik 2. Posisi badan : Inisiatif 1. Sediakan tempat tidur yang
Sendiri terapeutik untuk klien
3. Mobilitas 2. Lakukan pencegahan terjadinya
Kriteria Hasil: Setelah footdroop/kaki jatuh 3. Kontrol
dilakukan tindakan kondisi kulit
keperawatan 3x24 jam 4. Anjurkan melakukan Aktifitas
diharapkan Pasien mampu pasif/ aktif sebagai peningkatan
untuk: dari latihan
1. Menunjukkan Pengaturan Energi
Ambulasi dengan 5. Tentukan batasan fisik pasien
indikator : 6. Tentukan apa dan berapa banyak
- Berjalan dengan aktifitas yang dibutuhkan untuk
langkah efektif membangun kesabaran
- Berjalan dengan 7. Amati pemberian nutrisi untuk
20
langkah lambat membuktikan sumber energi yang
- Berjalan dengan adekuat
langkah sedang 8. Amati lokasi dan tempat
- Berjalan dengan ketidaknyamanan/ nyeri selama
cepat beraktifitas
- Berjalan dengan 9. Kurangi ketidaknyaman fisik
langkah naik yang bisa dikaitkan dengan fungsi
- Berjalan dengan kognitif dan pengamatan dalam
langkah turun pengaturan aktifitas.
- Berjalan dengan Terapi: Ambulasi
jarak jauh 10. Monitoring vital sign
2. Menunjukkan Posisi sebelum/sesudah latihan dan lihat
Badan: Inisiatif respon pasien saat latihan
Sendiri dengan 11. Kaji kemampuan pasien dalam
indikator: mobilisasi
- Terlentang ke duduk 12. Dampingi dan Bantu pasien
- Duduk ke telentang saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien.
- Duduk ke berdiri
13. Berikan alat Bantu jika klien
- Berdiri ke duduk
memerlukan.
- Melengkungkan 14. Latih pasien dalam pemenuhan
punggung kebutuhan ADLs secara mandiri
3. Menunjukkan sesuai kemampuan
Mobilitas dengan 15. Ajarkan pasien atau tenaga
indikator: kesehatan lain tentang teknik
- Keseimbangan ambulasi
- Posisi tubuh 16. Ajarkan pasien bagaimana
- Pergerakan otot dan merubah posisi dan berikan
sendi bantuan jika diperlukan
- Berjalan Terapi: Mobilitas
17. Tentukan keterbatasan dalam
melakukan gerakan 18. Kolaborasi
dengan ahli terapi fisik dalam
melakukan program latihan
19. Tentukan tingkat motivasi
pasien untuk mempertahankan atau
megambalikan
mobilitas sendi dan otot
20. Dukung pasien dan keluarga
untuk memandang keterbatasan
dengan realitas
21. Pantau lokasi dan
ketidaknyamanan selama latihan
21
22. Berikan analgesic sebelum
memulai latihan fisik
23. Pantau pasien terhadap trauma
selama latihan
24. Letakkan pasien pada posisi
terapeutik
25. Atur posisi pasien dengan
kesejajaran tubuh yang benar
26. Ubah posisi pasien yang
imobilisasi minimal setiap 2 jam,
berdasarkan jadwal spesefik
27. Dukung latihan ROM aktif
datau pasif jika perlu
22