Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep Penyakit Kronis


Laporan ini disusun untuk mata kuliah: Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus
Dosen Pengampu:
Rizaluddin Akbar., S.Kep.,Ners

Disusun Oleh:
TRIYANI (160711027)

PRODI S1
KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN 2019

HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mata Kuliah : Keperawatan Lansia

Kode Mata Kuliah (sks) : E1AX731T

Semester : 6 ( Enam)

1
Bidang Ilmu : Mata Kuliah Dasar

Status Mata Kuliah : Wajib

Nama Koordinator : Leya Indah Permatasari, M.Kep., Ners

Tim Pengajar : Rizaluddin Akbar., S.Kep.,Ners

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : lmu Kesehatan

Universitas : Muhammadiyah Cirebon

Cirebon, 22 Juni 2019

Menyetujui Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Koordinator Mata Kuliah

Rully Annisa., M.Kep., Ners Leya Indah Permatasari, M.Kep., Ners

Visi dan Misi


Program Studi Ilmu Keperawatan dan Program Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Cirebon

VISI
Visi program Studi Ilmu Keperawatan dan Program Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Cirebon adalah :
“Menjadi Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners yang Islami, Profesional dan mandiri
dibidang keperawatan komunitas tingkat nasional pada tahun 2022”.

2
MISI
Misi Program Studi Ilmu Keperawatdan Program Profesi Ners :
1. Menyelenggarakan pendidikan sarjana dan profesi keperawatan yang islami sesuai
catur darma pendidikan tinggi Muhammadiyah.
2. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah keperawatan tingkat nasional.
3. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kompetensi
keperawatan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tentang “ Konsep
Teori Penyakit Kronis dan Asuhan Keperawatan“ ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan kami juga berterima kasih kepada Leya Indah Permatasari,
M.Kep., Ners selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Lansia Universitas Muhammadiyah
Cirebon yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Konsep Teori Penyakit Kronis dan Asuhan Keperawatan.

3
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga laporan sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan laporan ini di waktu yang
akan datang.

Cirebon, 22 Juni 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

Cover 1
Lembar pengesahan 2
Visi dan Misi 3

Kata Pegantar 4

Daftar Isi 5
BAB I PENDAHULUAN 6
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Rumusan Masalah6
1.3 Tujuan Penulisan 7

4
BAB II PEMBAHASAN 8
2.1 Pengertian Penyakit kronis 8

2.2 Etiologi Penyakit Kronis 8


2.3 Fase Penyakit Kronis 9

2.4 Tingkatan Penyakit Kronis 10

2.5 Sifat Penyakit Kronik 11

2.6 Kategori Penyakit Kronis 11


2.7 Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien 12

2.8 Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis 13


2.9 Tanda dan Gejala 14
2.10 Pencegahan 15

2.11 Penatalaksanaan 15

BAB III PENUTUP 16

3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17

ASUHAN KEPERAWATAN

DAFTAR PUSTAKA 24

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang
atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam
bulan. Orang yang menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat
kecemasan yang tinggi dan cenderung mengembangkan perasaan hopelessness

5
dan helplessness karena berbagai macam pengobatan tidak dapat
membantunya sembuh dari penyakit kronis (Sarafino, 2009). Rasa sakit yang
diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari, tujuan dalam hidup, dan
kualitas tidurnya (Affleck et al. dalam Sarafino, 2009).
Pusat Statistik Kesehatan Nasional U.S menjelaskan bahwa penyakit
kronis adalah penyakit yang berlangsung selama tiga bulan atau lebih
(National Center forHealth Statistics, 2013).
Penyakit kronis merupakan kondisi yang berlangsung satu tahun atau lebih
dan memerlukan perhatian medis dan/atau membatasikegiatan yang sedang
berlangsung dari kehidupan sehari-hari (Warshaw, 2006).
Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah
kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang
membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian penyakit kronis?
2. Apa Penyebab Penyakit Kronis?
3. Apa saja Fase Penyakit Kronis?
4. Apa saja Tingkatan Penyakit Kronis?
5. Apa saja Sifat Penyakit Kronis?
6. Apa saja Kategori Penyakit Kronis?
7. Bagaimana Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien?
8. Bagaimana Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis?
9. Apa saja Tanda dan Gejala Penyakit Kronis?
10. Bagaimana Pencegahan Penyakit Kronis?
11. Bagaimana Penatalaksanaan Penyakit Kronis?
12. Bagaimana Asuhan Keperawatan Penyakit Kronis?

1.3 Tujuan

6
1. Untuk mengetahui penyakit kronis
2 Untuk mengetahui Etiologi Penyakit Kronis
3 Untuk mengetahui Fase Penyakit Kronis
4 Untuk mengetahui Tingkatan Penyakit Kronis
5 Untuk mengetahui Sifat Penyakit Kronis
6 Untuk mengetahui Kategori Penyakit Kronis
7 Untuk mengetahui Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien
8 Untuk mengetahui Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis
9 Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Penyakit Kronis
10 Untuk mengetahui Pencegahan Penyakit Kronis
11 Untuk mengetahui Penatalaksanaan Penyakit Kronis
12 Asuhan Keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit kronis


Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit
berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat ,menetap, dan
sering kambuh. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).

7
Ketidakmampuan merupakan persepsi individu bahwa segala hal yang
dilakukan tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Penyakit kronis terjadi pada seseorang dalam waktu lama akan membuat orang
tersebut menjadi tidak mampu melakukan sesuatu seperti biasanya.

2.2 Etiologi Penyakit Kronis


Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial
ekonomi, dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan
yang bersifat permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau
menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi,
terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan. Ada banyak faktor
yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang
banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam
bidang kedokteran modern yang telah mengarah pada menurunnya angka
kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi yang
membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang telah
memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan dengan
masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis
(Smeltzer & Bare, 2010).

2.3 Fase Penyakit Kronis


Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit
kronis, yaitu sebagai berikut.
a. Fase pra-trajectory
adalah Fase dimana seseorang berisiko untuk mengalami kondisi kronis
yang berkembang dari situasi atau penyakit yang dialaminya. Perkembangan
kondisi ini dapat terjadi akibat faktor genetik ataupun gaya hidup yang dapat

8
memicu perkembangan kondisi jatuh ke kondisi kronis atau perilaku yang
meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit kronis.
b. Fase trajectory
adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini
sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan pemeriksaan
diagnostik.
c. Fase stabil
adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit
terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan
penyakit.
d. Fase tidak stabil
adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap terkontrol atau
reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
e. Fase akut
adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat
pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk
penanganannya.
f. Fase krisis
Merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa
yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
g. Fase pulih
adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan
yang dibebani oleh penyakit kronis.
h. Fase penurunan
adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang
disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi
gejala-gejala.
i. Fase kematian

9
adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap atau cepat
fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual.

2.4 Tingkatan Penyakit Kronis


Pembagian berdasarkan populasi pada pasien dengan penyakit kronis,
dapat dibagi menjadi tiga tingkatan utama yaitu :
 Level 1: Individu yang memiliki penyakit kronis yang dapat dikontrol
dengan baik oleh pasien sendiri dengan dukungan perawatan primer.
(Sekitar80% dari pasien).
 Level 2: Individu dengan penyakit yang lebih kompleks. Mereka
mungkin memiliki penyakit satu atau lebih kronis dari berbagai tingkat
keparahan, tetapi tidak berisiko tinggi rawat inap, jika mereka dikelola
dengan baik di masyarakat. (Sekitar 15% dari pasien)
 Level 3: Individu dengan kondisi kompleks, sering dengan
komplikasi.Mereka membutuhkan perawatan spesialis, intervensi intensif
dan berisiko tinggi rawat inap. (Sekitar 5% dari pasien) (The Health
ServiceExecutive, 2008).

2. 5   Sifat Penyakit Kronik


Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik
mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah :
  Progresi

10
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh
penyakit jantung.
  Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap
pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
  Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu  dengan kondisi yang
sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis

2.6 Kategori Penyakit Kronis


Menurut Christensen et al. (2006) ada beberapa kategori penyakit kronis,
yaitu seperti di bawah ini.
a. Lived with illnesses
Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari kondisi
penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami kehidupan yang
mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diabetes, asma,
arthritis, dan epilepsi.
b. Mortal illnesses
Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan individu
yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit dan
ancaman kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit
kardiovaskuler.
c. At risk illnesses.
Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori sebelumnya. Pada
kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada risiko penyakitnya.
Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi dan penyakit
yang berhubungan dengan hereditas.

2.7  Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien

11
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien
diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
a)      Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
  Klien menjadi pasif
  Tergantung
  Kekanak-kanakan
  Merasa tidak nyaman
  Bingung
  Merasa menderita
b)      Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya.

1)   Dampak terhadap gangguan seksual


Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan
perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual)
2)   Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social
dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.

2. 8  Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis


Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit
kronis yang dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina,
2009), yaitu:
 Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis
seperti jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien
akan memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu

12
berat (menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya
berat) dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan
hanya akan memberi efek jangka pendek (menolak untuk mengakui bahwa
penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak
untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya
perubahan body image).
  Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan
sesuatu yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan
perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang
akan terjadi padanya. Bagi individu yang telah menjalani  operasi jantung, rasa
nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi emosional
tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi
cemas pada individu dengan penyakit kanker.

  Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita
penyakit kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker
dan penyakit jantung mengalami depresi.

2.9 Tanda dan Gejala


Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti,
memiliki faktor risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama,
menyebabkan kerusakan fungsi atau ketidakmampuan, dan tidak dapat
disembuhkan secara sempurna (Smeltzer & Bare, 2010). Tanda-tanda lain
penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung lama, sakit pada

13
bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang air
kecil, dan warna kulit abnormal (Heru, 2007).

2. 10 Pencegahan
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam
pencegahan penyakit dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier
(Djauzi, 2009). Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat agar tetap sehat atau 11 mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan
umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan) dan
pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai risiko
dengan melakukan imunisasi). Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk
menghambat progresivitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi
ketidakmampuan yang dapat dilakukan melalui deteksi dini dan pengobatan
secara cepat dan tepat. Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi
ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat
ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ yang
mengalami kecacatan (Budiarto & Anggreni, 2007).

2. 11 Penatalaksanaan
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang
berbeda. Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala
seperti nyeri dan keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat
menyebabkan kecacatan sampai tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi
partisipasi individu dalam beraktivitas. Banyak penyakit kronis yang harus
mendapatkan penatalaksanaan teratur untuk menjaganya tetap terkontrol,
seperti penyakit gagal ginjal kronis .Penyakit kronis mempunyai ciri khas dan
masalah penatalaksanaan yangberbeda. Sebagai contoh, banyak penyakit
kronis berhubungan dengan gejalaseperti nyeri dan keletihan.Penyakit kronis

14
yang parah dan lanjut dapatmenyebabkan kecacatan sampai tingkat tertentu,
yang selanjutnya membatasipartisipasi individu dalam beraktivitas.
Banyakpenyakit kronis yang harusmendapatkan penatalaksanaan teratur dan
berlanjut untuk menjaganya tetapterkontrol (Smeltzer & Bare, 2008).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit kronis adalah penyakit degeneratif yang berkembang atau bertahan
dalam jangka waktu yang sangat lama, bertambah berat, menetap dan sering
kambuh. Terdapat beberpa fase dalam penyakit kronis, yaitu : fase pra-
trajectory, fase trajectory, fase stabil, fase tidak stabil, fase tidak stabil, fase
krisis, fase pulih dan fase kematian.
Ada banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi
masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di

15
antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran modern yang telah mengarah
pada menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius
lainnya

3.2 Saran
1. Perawat harus mengetahui dan memahami apa yang dialami klien dengan
kondisi kronis, tujuannya agar dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi
klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan
akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
2. Ketika merawat klien dengan penyakit kronis, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial yang unik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2007. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoartritis,


online. (diakses : tanggal 15 Maret 2016, pukul 15.55 WITA).
2. Jenice, L.H. and Kerry, H. (2013). Brunner and Suddarth’s Textbook of
Medical-Surgical Nursing 13th ed
3. Patricia, P., A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC
4. Price A, Sylvia, dkk, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-
Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta: EGC
5. Smeltzer &Bare . (2008). Keperawatan Medical Bedah Vol.2. Philadelphia:
Linppincott William & Wilkins.

16
Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Kronik
OSTEOARTHRITIS

Enam fase atau langkah dari proses keperawatan tersebut meliputi


pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, pengidentifikasian autoome,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Langkah-langkah dari proses jiwa dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis,sosial,spiritual. Pengelompokan data
17
pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa factor predisposisi,
factor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien. Perilaku atau kegiatan yang
perlu dilakukan oleh perawat adalah membina hubungan saling percaya
dengan melakukan kontrak dengan klien, mengkaji data dari klien dan
keluarga, memvalidasi data dengan klien mengorganisasi dan
mengelompokkan data, dan menetapkan kebutuhan dan atau masalah
klien.
2. Penentuan diagnosa
Menurut Gordon, diagnose keperawatan adalah diagnosis yang dibuat
oleh perawat profesinal yang menggambarkan tanda dan gejala yang
menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan  klien dimana perawat
yang berdasarkan pendidikan dan pengalaman mampu menolongnya.
Pernyataan diagnose terdiri dari masalah atau respon klien dan satu
atau lebih factor yang berhubungan yang mempengaruhi atau
berkontribusi pada masalah atau respon klien. Tanda dan gejala atau
batasan karakteristik adalah pengkajian subyektif dan obyektif yang
mendukung diagnose keperawatan; ini biasanya ditulis untuk
menkomunikasikan persepsi perawat dari factor yang berhubungan atau
berkontribusi untuk etiologinya.
3. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri Kronis

- Hambatan Mobilitas Fisik

4. Analisa Data
No Data focus Dx. Keperawatan
Dx.

18
1. DS : Nyeri Kronis
- Pasien mengatkan nyeri pada sendi
lutut
- Pasien mengatakan mengalami
kekauan pada send lutut
DO :
- Pasen tampak meringis kesakitan
- Pasen terihat selalu memengang
lutut

2. DS : Hambatan Mobilitas
- Pasen mengatakan mengalami Fisik
kesultan dalam berjalan
- Pasien mengatakan mengalami
kesemutan pada kaki
- Pasien mengatakan aktivitas
perawatan pribadi ketergantungan
pada orang lain.
DO :
- Pasien terlihat kesulitan berjalan
- Pasien terlihat selalu mencari
bantuan untuk berjalan
- Pasien terlihat selalu
memegangi lutut

5. Intervensi Keperawatan

No Dx. Nursing Outcome Nursing Intervention


Dx. Keperawatan Classification Calssification
[NOC] [NIC]
1. Nyeri Kronis Tujuan NIC
1. Kontrol nyeri Pain Management
2. Tingkat nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Kriteria Hasil: Setelah komprehensif termasuk lokasi,
dilakukan tindakan karakteristik, durasi, frekuensi,
keperawatan 3x24 jam kualitas dan faktor presipitasi
diharapkan Pasien mampu 2. Observasi reaksi nonverbal dari

19
untuk: ketidaknyamanan Gunakan teknik
1. Menunjukkan kontrol nyeri komunikasi terapeutik untuk
dengan indikator : mengetahui pengalaman nyeri
- Mengenali faktor penyebab pasien
- Mengenali lamanya sakit 3. Kaji kultur yang mempengaruhi
- Menggunakan metode respon nyeri
pencegahan 4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Menggunakan metode menentukan intervensi
nonanalgetik untuk 5. Ajarkan tentang teknik non
mengurangi nyeri farmakologi
- Menggunakan analgetik 6. Berikan analgetik untuk
sesuai kebutuhan mengurangi nyeri
- Mengenali gejala-gejala 7. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri nyeri
- Mencatat pengalaman nyeri 8. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan nyeri
sebelumnya
tidak berhasil
- Melaporkan nyeri sudah
terkontrol
2. Menunjukkan Tingkat
nyeri dengan indikator:
- Melaporkan adanya nyeri,
frekuensi nyeri dan
panjangnya episode nyeri,
ekspresi nyeri pada wajah
- Kurangnya istirahat
- Ketegangan otot
2. Hambatan Tujuan NIC
Mobilitas 1. Ambulasi Tirah baring
Fisik 2. Posisi badan : Inisiatif 1. Sediakan tempat tidur yang
Sendiri terapeutik untuk klien
3. Mobilitas 2. Lakukan pencegahan terjadinya
Kriteria Hasil: Setelah footdroop/kaki jatuh 3. Kontrol
dilakukan tindakan kondisi kulit
keperawatan 3x24 jam 4. Anjurkan melakukan Aktifitas
diharapkan Pasien mampu pasif/ aktif sebagai peningkatan
untuk: dari latihan
1. Menunjukkan Pengaturan Energi
Ambulasi dengan 5. Tentukan batasan fisik pasien
indikator : 6. Tentukan apa dan berapa banyak
- Berjalan dengan aktifitas yang dibutuhkan untuk
langkah efektif membangun kesabaran
- Berjalan dengan 7. Amati pemberian nutrisi untuk

20
langkah lambat membuktikan sumber energi yang
- Berjalan dengan adekuat
langkah sedang 8. Amati lokasi dan tempat
- Berjalan dengan ketidaknyamanan/ nyeri selama
cepat beraktifitas
- Berjalan dengan 9. Kurangi ketidaknyaman fisik
langkah naik yang bisa dikaitkan dengan fungsi
- Berjalan dengan kognitif dan pengamatan dalam
langkah turun pengaturan aktifitas.
- Berjalan dengan Terapi: Ambulasi
jarak jauh 10. Monitoring vital sign
2. Menunjukkan Posisi sebelum/sesudah latihan dan lihat
Badan: Inisiatif respon pasien saat latihan
Sendiri dengan 11. Kaji kemampuan pasien dalam
indikator: mobilisasi
- Terlentang ke duduk 12. Dampingi dan Bantu pasien
- Duduk ke telentang saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien.
- Duduk ke berdiri
13. Berikan alat Bantu jika klien
- Berdiri ke duduk
memerlukan.
- Melengkungkan 14. Latih pasien dalam pemenuhan
punggung kebutuhan ADLs secara mandiri
3. Menunjukkan sesuai kemampuan
Mobilitas dengan 15. Ajarkan pasien atau tenaga
indikator: kesehatan lain tentang teknik
- Keseimbangan ambulasi
- Posisi tubuh 16. Ajarkan pasien bagaimana
- Pergerakan otot dan merubah posisi dan berikan
sendi bantuan jika diperlukan
- Berjalan Terapi: Mobilitas
17. Tentukan keterbatasan dalam
melakukan gerakan 18. Kolaborasi
dengan ahli terapi fisik dalam
melakukan program latihan
19. Tentukan tingkat motivasi
pasien untuk mempertahankan atau
megambalikan
mobilitas sendi dan otot
20. Dukung pasien dan keluarga
untuk memandang keterbatasan
dengan realitas
21. Pantau lokasi dan
ketidaknyamanan selama latihan

21
22. Berikan analgesic sebelum
memulai latihan fisik
23. Pantau pasien terhadap trauma
selama latihan
24. Letakkan pasien pada posisi
terapeutik
25. Atur posisi pasien dengan
kesejajaran tubuh yang benar
26. Ubah posisi pasien yang
imobilisasi minimal setiap 2 jam,
berdasarkan jadwal spesefik
27. Dukung latihan ROM aktif
datau pasif jika perlu

22

Anda mungkin juga menyukai