Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja di negara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropa. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia pertahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis.Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya,disebabkan oleh bakteri,virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Pneumonia sebenarnya bukan peyakit baru. American Lung Association misalnya, menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi pneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab kematian ketujuh di negara itu. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Disebabkan karena inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal. Sebenarnya pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi,dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Mengingat tentang bahaya penyakit pneumonia maka perawat harus tahu apa Pneumonia itu dan bagaimana cara merawat pasien dengan penyakit Pneumonia. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebgai berikut: 1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar penyakit pneumonia. 2. Meningkatkan pengetahuan mengenai etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan yang harus dilakukan pada penderita pneumonia. 3. Memberikan gambaran asuhan keperawatan secara teoritis kepada klien yang menderita pneumonia. 4. Memenuhi tugas Mata Kuliah pada blok Sistem Respirasi C. Ruang Lingkup Penulisan Pada makalah ini, penyusun membatasi ruang lingkup penulisan yaitu Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan pada Penderita Pneumonia. D. Metode Penulisan Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menggunakan metode deskriftif yaitu dengan menggambarkan konsep dasar dari penyakit pneumonia dan asuhan keperawatannya dengan literatur yang diperoleh dari buku-buku perpustakaan, internet, dan diskusi dari kelompok. E. Sistematika Penulisan Penyusunan makalah ini terdiri dari IV (empat) bab yang disusun secara sistematis. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan teoritis, yang terdiri dari anatomi dan fisiologi sistem pernapasan, konsep dasar empiema, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan. Asuhan keperawatan, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, dan rencana keperawatan BAB III : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. PNEUMONIA PADA ANAK A. Definisi Pneumonia adalah suatu peradangan elveoli atau pada parencyma paru pada anak (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001). Pneumonia adalah suatu peradangan paru-paru biasanya disebabkan oleh bakterial (Staphilococcus, Pneumococcus, atau Streptococcus) atau infeksi viral (Respiratory syncytial Virus). (Speer, 1999). Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme tetapi kadang juga sejumlah penyebab non infeksi. (Behrman dkk, 1996). Pneumonia adalah radang parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme dan kadang noninfeksi. B. Etiologi 1. Virus pernafasan yang paling sering dan lazim yaitu Mycoplasma pneumoniae yang terjadi pada usia beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan anak yang lebih tua 2. Bakteri Streptococcus pneumonia, S.pyogenes, dan Stapholococcus aureus yang lazim terjadi pada anka normal 3. Haemophelus influenzae tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda, dan kondisi akan jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efektif rutin. 4. Virus non-respirasik, bakteri enterik gram negatif, mikrobakteria, Chlamydia spp, Ricketsia spp, Coxiella, Pneumocytis carinii, dan sejumlah jamur 5. Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial pernafasan (respiratory syncitial virus/ RSV), parainfluenzae, influenzae, dan adenovirus. Jenis dan keparahan pneumonia dipengaruhi oleh faktor: 1. Umur, serangan puncak pneumonia virus pada anak usia 2 dan 3 tahun, makin sedikit berangsurangsur 2. Jenis kelamin; anak laki-laki lebih sedikit sering terserang pneumonia dari pada anak perempuan 3. Musim dalam tahun 4. Kepadatan penduduk

C. Patofisiologi Patofisiologi pneumonia bakterial Aspirasi S.pneumoniae

Pelepasan endotoksin bakterial

Respon inflamasi;atraksi neutrofil, yaitu pelepasan mediator inflamasi, Akumulasi eksudat fibrinus, sel darah merah, dan bakteri

Hepatisasi merah dan konsolidasi Parenkim paru 2

hepatisasi abu-abu dan deposisi fibrin pada permukaan pleural;

Fagositosis dalam alveoli

Resolusi infeksi; makrofag dalam alveoli ingest dan bergerak degenerasi Neutrofil, fibrin, dan bakteri D. Manifestasi klinis 1. Demam 2. Dingin 3. Batuk produktif atau kering 4. Malaise 5. Nyeri pleural 6. Kadang dyspnea dan hemoptisis 7. Sel darah putih berubah (> 10.000/mm3 atau < 6.000/mm3) E. Komplikasi 1. Empiema yang memerlukan antibiotik dalam waktu lama 2. abses 3. kavitas 4. pneumatokel 5. efusi pleura 6. bakterimia 7. meningitis F. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosa 2. Kultur darah 3. Sekresi respirasi 4. Radiologi dada menunjukkan infiltrat mungkin lobus tunggal paru (pneumonia lobar) atau mungkin lebih difus (bronkhopneumonia) G. Penatalaksaan 1. suplai oksigen dan ventilasi mekanik 2. Hidrasi yang adekuat 3. kebersihan pulmonari yang baik, seperti; napas dalam, batuk, terapi fisik pada dada 4. pemberian antibiotik untuk pneumonia bakterial. Dalam menentukan antibiotik harus selektif berdasarkan kultur sputum dan sensitifitas bakterial spesifik H. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian keperawatan 1. respirasi Peningkatan kecepatan respirasi Retraksi Nyeri dada Krekel Penurunan suara napas Pelebaran nasal Sianosis Batuk produktif Ronchi

2. kardiovaskuler Takikardi 3. neurologi Sakit kepala Iritabilitas Kesulitan tidur 4. gastro intestinal Penurunan nafsu makan Nyeri abdomen 5. muskuloskeletal Kegelisahan Fatigue 6. integumen Perubahan temperatur tubuh Sianosis sirkumoral 2. Diagnosa keperawatan 1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi eksudat dan peningkatan produksi mukus 2. Hipertemia berhubungan dengan infeksi 3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui hipetermia atau hiperpnea 4. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi 5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme 6. Ansietas pada orangtua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi anak 7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi cara perawatan dirumah

3. Intervensi 1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi eksudat dan peningkatan produksi mukus Tujuan : pertukaran gas dapat diperbaiki Kriteria evaluasi : Respirasi anak mudah dan kecepatan respirasi dalam batas normal. Warna kulit tampak merah muda Gelisah menurun MANDIRI a. Kaji status pernafasan anak terhadap adanya dispnea, takipnea, wheezing, krekel, ronchi, dan soianosis Rasional : tanda-tanda adanya dispnea, takipnea, wheezing, krekel, ronchi, dan soianosis Menunjukkan pengobatan yang tidak efektif dan kondisi anak mungkin buruk. b. Berikan anak istirahat yang cukup Rasional : periode istirahat yang cukup menghemat energi yang dibutuhkan untuk penyembuhan infeksi c. Berikan lingkungan dingin dan lembab pada bagian face mask, pemberian oksigen maupun dengan tenda oksigen Rasional : dingin dan lembab dapat melembabkan jalan nafas dan membantu mengurangi Sekresi dan edema bronchial d. Atur posisi anak setiap 1 sampai 2 jam Rasional : posisi yang diubah membantu mobilisais sekresi 4

e. Berikan anak berasumsi untuk merasakan posisi yang nyaman baginya Rasional : anak berasumsi merasakan posisi yang nyaman seperti semiflower membuat anak bernafas lebih mudah f. Lakukan fisioterapi dada setiap 4 jam sesuai order Rasional : fisioterapi dada termasuk perkusi manual, fibrasi, dan tekanan dada, batuk, Kekuatan ekspirasi dan latihan nafas dalam untuk membersihkan mucus dari jalan nafas serta ,meningkatkan pengembangan paru kembali g. Anjurkan pemberian intake cairann oral, jika tidak ada kontraindikasi Rasional : pemberian cairan dapat mencairkan sekresi h. Anjurkan anak untuk batuk, latihan nafas dalam setiap 2 jam Rasional : batuk merupakan mekanisme pembersihan jalan nafas alami dan membantu Silia mempertahankan kepatenan jalan nafas KOLABORASI a. Berikan oksigen melalui masker, kanule, maupun tenda oksigen sesuai order Rasional : oksigen membantu menurunkan kegelisahan yang berhubungan dengan distress Pernafasan.

2. Hipertemia berhubungan dengan infeksi Tujuan : temperatur tubuh anak kembali normal Kriteria evaluasi : Temperatur tubuh anak kurang dari 37,8 C MANDIRI a. Monitor temperatur tubuh anak setiap 1-2 jam terhadap perubahan temperatur tubuh yang tiba-tiba Rasional : perubahan temperatur yang tiba-tiba mungkin menyebabkan kejang-kejang. b. Pelihara lingkungan yang dingin Rasional : lingkungan yang dingin membantu mengurangi temperatur melalui kehilangan Panas c. Berikan seka air hangat jika dibutuhkan untuk mengurangi demam Rasional : mandi seka air hangat mendinginkan permukaan tubuh melalui konduksi, Dengan memindahkan panas tubuh ke air dan handuk seka karena kontak Langsung antara kulit dengan handuk seka, maka panas tubuh menurun KOLABORASI a. Berikan antipiretik golongan asetaminofen atau ibuprofen,bukan aspirin sesuai order Rasional : antipiretik biasanya mengurangi demam dengan efektif mengembalikan set poin menjadi normal b. Berikan antimikrobial sesuai order Rasional : antimikrobial menyerang organisme penyebab c. Ambil sempel spesimen sputum untuk pemeriksaan kultur Rasional : sempel spesimen sputum membantu mengidentifikasi agen penyebab 3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui hipetermia atau hiperpnea Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi pada anak Kriteria evaluasi : Output urin 1-2 ml/kg/jam Turgor kulit baik Waktu pengisian kapiler 3-5 detik

MANDIRI a.Kaji anak untuk peningkatan kecepatan respirasi dan demam setiap 1-2 jam Rasional : peningkatan kecepatan respirasi dan temperatur tubuh terjadi karena adanya peningkatan kehilangan cairan b. Monitor intake dan output cairan anak dengan teliti Rasional : teliti monitoring mendeteksi penurunan output urin yang mungkin mengindikasikan dehidrasi c. Kaji anak terhadap tanda-tanda dehidrasi pada anak , termasuk turgor kulit jelek, membran mucosa kering, fontanel cekung, dan mata cekung Rasional : tanda-tanda seperti ini mengindikasikan perlunya peningkatan intake cairan d. Anjurkan intake cairan oral yang tetap jika ada kontraindiukasi Rasional : peningkatan intake cairan membantu mencegah dehidrasi dan pengenceran sekret KOLABORASI a. Berikan cairan intravena sesuai order Rasional : cairan intravena perlu untuk menjaga hidrasi anak yang adekuat

4. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi Tujuan : jalan nafas kembali efektif Kriteria hasil : Pernafasan dan denyut jantung sesuai usia Anak dapat bernafs dengan mudah MANDIRI a. Monitor status pernafasan anak dan tanda-tanda vital secara terus menerus hingga jalan nafas paten. Tempatkan alat intubasi emergensi disebelah tempat tidur Rasional : monitoring yang terus menerus adalah mandatory sebab peningkatan edema dapat menyebabkan obstruksi lengkap pada beberapa waktu memerlukan instubasi emergensy b. Auskultasi bunyi paru-paru anak untuk tanda-tanda peningkatan pembengkakan jalan nafas dan obstruksi lanjut termasuk dispnea, takipnea, dan wheezing Rasional : keluhan segera terhadap tanda-tanda ini penting karena peningkatan bengkak dengan cepat dapat menjadi fatal c. Biarkan anak mengasumsi posisi yang nyaman kecuali posisi horizontal Rasional : posisi horizontal mungkin menyebabkan jaringan jalan nafs menjadi buruk yang mungkin mengarah ke obstruksi d. Hindari ransangan pada jalan nafs dengan depresor lidah, kultur aplusan, kateter suction atau laringoskop Rasional : beberapa manipulasi jaringan jalan nafas mungkin menyebabkan spasme laring dan pembengkakan yang mungkin mengarah pada pembengkakan lengkap 5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme Tujuan : status nutrisi anak ade kuat Kriteria evaluasi : Anak mengkonsumsi makanan sedikitnya habis 80% setiap kali makan Berat badan dapat di pertahankan atau ditingkatkan MANDIRI a. Berikan makanan sedikit dengan frekuensi makan yang sering, dan makanan yang disukai anak. Rasional : makan sedikit dan frekuensi makan yang sering menurunkan usaha respirasi. Pemberian makanan yang disukai anak membantu anak makan banyak setiap kali makan b. Berikan makanan pada anak dengan tinggi protein, diet tinggi kalori Rasional : anak memerlukan diet tinggi protein, dan kalori untuk meningkatkan kebutuhan energi.

c. Berikan susu formula pada anak yang tepat. Rasional : pemberian susu formula yang tidak tepat dapat menebalkan sekresi. d. Lakukan penilaian pada status nutrisi anak seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, kunjungtiva, indeks massa tubuh, laboratorium darah. Rasional : status nutrisi ditentukan dari pemeriksaan fisik dan laboratorium darah sehingga kebutuhan kalori dapat ditentukan dan mengevalusi keadekuatan rencana pemenuhan nutrisi. 6. Ansietas pada orangtua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi anak Tujuan : ansietas orang tua menurun Kriteria evaluasi : Orang tua mendukung perawatan anak Orang tua mampu menjelaskan kondisi anaknya MANDIRI a. Kaji pemahan orang tua tentang kondisi anak dan pemberian pengobatan. Rasional : pengkajian memberikan dasar untuk memulai pengajaran pada anak dan orang tua. b. Jelaskan tentang semua prosedur tindakan yang dilakukan kepada anak dan orang tua. Rasional : memebrikan penjelasan sebelum tindakn yang dilakukan di rumah sakit memperbaiki pengetahuan dan ketidak pahaman yang dapat menurunkan kecemasan pada anak dan orang tua. c. Berikan dukunagan emosianal pada orang tua selama tinggal di rumah sakit. Rasional : mendengarkan dengan empati tentang perasaan yang di ungkapkan orang tua dan membantu mereka sepakat dengan kondisi krisis anak selama dirawat di rumah sakit. 7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi cara perawatan dirumah Tujuan : pemahaman orang tua terhadap pengetahuan bertambah Kriteria evaluasi : Orang tua ngungkapkan pemahaman tentang cara perawatan anak di rumah Orang tua melakukan cara perawatan anak di rumah MANDIRI a. Jelaskan tandan dan gejalan distres respirasi dan infeksi, termasuk demam, dypsnea, takipnea, sputum kekuningan atau kehijauan dan wheezing. Rasional : mengetahui tanda dan gejalan menstimulus orang tua untuk segera mencari bantuan kesehatan ketika perlukan. b. Jelaskan pentingnya istirahat yang adekuat untuk anak. Rasional : periode istirahat paska infeksi diperlukan untuk mencegah infeksi berulang. c. Jelaskan pentingnya intake cairan dan asupan makanan anak dengan diet tinggi kalori Rasional : cairan diperlukan untuk membantu pengenceran sekresi dan diet tinggi kalori untuk melawan penyakit. d. Ajarkan orang tua tentang bagaimana dan kapan memberikan medikasi pada anak, dan berikan penjelasan secara sistematis dan teperinci tentang dosis dan reaksi yang merugikan. Rasional : pemahaman pentingnya pemberian medikasi pada anak mungkin membantu orang tua untuk mematuhi program regimen medikasi. Mengetahui reaksi potensial yang merugikan harus segera mencari bantuan kesehatan bila diperlukan. e. Lakukan langkah-langkah pencegahan infeksi respirasi lebih jauh. Rasional : masalah infeksi respirasi berulang dapat meningkatkan dalam waktu yang lama.

2. PNEUMONIA PADA DEWASA A. Pengertian Pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran trakeobrokialis sehingga flora endogen yang normal berubah menjadi patogen ketika memasuki saluran jalan nafas. B. Eiologi 1) Pneumonia oleh bakteri. Heiskansen et.al (1997) menjelaskan bahwa S. Pneumoniae adalah jenis bakteri penyebab pneumonia pada anak-anak di semua umur berdasarkankomunitas penyakit pneumonia. Sedangkan M. Pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae adalah penyebab utama pneumonia pada anak di atas umur 5tahun. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuhmelalui aliran darah. Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja,mulai dari bayi sampai usia lanjut. Pada pencandu alkohol, pasien pasca-operasi,orang-orang dengan penyakit gangguan pernapasan, dan penurunan kekebalantubuh adalah golongan yang paling berisiko. Anak-anak juga termasuk kelompok yang rentan terinnfeksi penyakit ini karena daya tahan tubuh yang masih lemah.Penelitian lainnya menyebutkan bahwa S.pneumoniae diidentifikasikansebagai agen etiologi pada 34 dari 64 pasien (53%) dan pada 34 dari 43 pasien(79%). S.pneumonia adalah pathogen teridentifikasi yang sering ditemukan pada pasien di segala usia walaupun tidak ada hubungan antara usia dan kemungkinan jenis darah positif terinfeksi (Wall., et al: 1986). 2) Pneumonia oleh virus Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.Sebagian besar virus-virus ini menyerang saluran pernapasan bagian atas(terutama pada anak). Namun, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dandapat disembuhkan dalam waktu singkat. Bila infeksi terjadi bersamaan denganvirus influensa, gangguan ini masuk ke dalam tingkatan berat dan kadangmenyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan. 3) Pneumonia oleh Mikoplasma Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri wal aupun memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenisusia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematiansangat rendah, bahkan pada orang yang tidak menjalani pengobatan.Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Oleh karena itu, pneumonia yang didugadisebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut AtypicalPneumonia pneu monia yang tidak tipikal.Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi saat perang dunia II. 4) Pneumonia lain yang jarang ditemukan, yakni disebabkan oleh masuknya makanan, cairan, gas, debu maupun jamur. Pneumocystitis Carinii Pneumonia(PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur, adalah salah satu contoh dari pneumonia jenis lainnya. PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PC P dapat diobati pada banyak kasus. Namun, bisasaja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian. Rickettsia (golonganantara virus dan bakteri yang menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q,tipus, dan psittacosis) juga mengganggu fungsi paru.

C. Patofisiologi Proses pneunomia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ekstravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri.membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen kedalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia. Pathway

D. Etiologi Abses paru Efusi pleural Empiema Gagal nafas Perikarditis Meningitis Atelektasis Pada pasien usia lanjut resiko terjadinya komplikasi tinggisebab struktur sistem pulmonal telah berubah karena proses penuaan (komplain jaringan paru menurun, kemampuan batuk efektif menurun dan kemampuan ekspansi paru menurun sebagai akibat dari klasifikasi kartilago vertebra. E. Penatalaksanaan 1. Farmakoterapi: -antibiotik -ekspetoran 9

-antipiretik -analgetik 2. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol 3. Fisioterapi dada dengan drainase postural F. Asuhan Keperawatan PENGKAJIAN 1. Riwayat atau adanya faktor rsiko: a. Penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) b. Perokok berat c. Imobilisasi fisik lama d. Pemberian makanan melalui selang secara terus menerus e. Obat-obatan imunosupresif (kemoterapi, kortikosteroid) f. Penyakit yang melemahkan (AIDS, kanker) g. Menghirup atau aspirasi zat iritan h. Terpapar polusi udara terus menerus i. Terpasang selang endotrakeal atau trakeostomi j. Penurunan tingkat kesadaran 2. Pemeriksaan fisik berdasarkan pada format pengkajian sistem pernapasan dan pemeriksaan umum mungkin menunjukan kombinasi sebagai berikut: a. Demam tinggi dan menggigil b. Nyeri dada pleuritik c. Takipnea dan takikardi d. Rales e. Pada awalnya batuk tidak produktif tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecoklatan atau kemerahan dan sering kali berbau busuk f. Dipsnea g. Kelemahan dan malaise h. Kulit berwarna keabua-abuan atau sianosis i. Periode sakit kepala selama 24-48 jam 3. Cari sumber infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) (luka tenggorok, kongesti nasal, bersin, demam ringan) 4. Pemeriksaan diagnostik akan didapatkan hasil sebagai berikut a. JDL menunjukan peningkatan sel darah putih b. Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada pasien dengan pneunomia pneumokokus. pada pneunomia mikoplasma, viral, stafilokokus akan terlihat infiltrat kemerahan c. Kultur sputum menunjukkan adanya bakteri, tapi pada pneunomia viral negatif d. Kultur darah akan positifjika pneunomia didapat dari penularan hematogen e. Pewarnaan gram positif jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram atau bakteri positif f. Aglutitin dingin dan fiksasi komplemen dilakukan untuk pemeriksaan viral g. Analisa gas darah arteri menunjukkan hipoksemia ( PaO2< 80 mmHg) dan kemungkinan hipokapnia (PaCO2<35mmHg) h. Pemeriksaan fungsi paru-paru menunjukkan penurunan kapasitas vital kuat i. Bronkoskopi 5. Kaji respon emosional terhadap kondisinya. Diagnosa keperawatan: 1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan faktor pneumonia\ 2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam 10

3. Intolreansi aktifitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia 4. perubahan kenyamanan: nyeri dada, pleuretik dan demam berhubungan dengan pneumonia 5. perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam 6. ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan 7. resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri dirumah Intervensi 1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan faktor pneumonia Mandiri: a. Pantau: Status pernapasan tiap 8 jam Tanda vital tiap 4 jam Hasil analisa gas darah, foto ronsen, pemeriksaan fungsi paru-paru Rasional : untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpanan dari hasil yang diharapkan b. Dorong pasien untuk meminum minimal 2-3 liter cairan per hari Rasional : untuk membantu mengeluarkan sekresi, cairan juga untuk membantu mengalirkan Obat-obatan di dalam tubuh c. Pertahankan posisi fowlers atau semi fowlers Rasional : posisi tegak lurus memungkinkan ekspansi paru lebih penuh dengan cara menurunkan tekanan abdomen pada diafragma d. Ikuti pencegahan secara umum atau pencegahan khusus (menggunakan masker untuk pencegahan penularan). Berikan kantong sampah yang menempel pada tempat tidur Rasional : untuk mencegah penyebaran penyakit e. Pertahankan kontrol nyeri yang adekuat Rasional : pasien cenderung melakukan ekspansi toraks terbatas untuk mengontrol nyeri pleuritik f. Dorong pasien untuk melakukan napas dalam tiap 2 jam sekali dengan menggunakan spirometer dan catat perkembangannya Rasional : napas dalam dapat mengembangkan alveolus dan mencegah etelektasis Kolaborasi : a. Berikan ekspektoran sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya Rasional :ekspektoran membantu mengencerkan sekresi sehingga sekret dapat keluar b. Lakukan penghisapan jika pasien menderita kongesti paru tetap reflek batuk tidak baik Rasional : penghisapan membersihkan jalan napas c. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan anjuran, sesuaikan kecepatan aliran dengan hasil analisa gas darah Rasional : pemberian oksigen tambahan dapat menurunkan kerja pernapasan dengan menyediakan lebih banyak oksigen 2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam Mandiri : a. Pantau : Masukan dan haluaran setiap 8 jam Timbang berat badan tiap hari Hasil pemeriksaan analisa urine dan elektrolit serum Kondisi kulit atau mukosa membran tiap hari Rasional : untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan b. Lapor dokter jika tanda-tanda kekurangan cairan menetap atau bertambah berat 11

Rasional : ini merupakan tanda-tanda kebutuhan cairan yang meningkat atau mulai timbulnya komplikasi Kolaborasi : a. Berikan terapi intravena sesuai dengan anjuran dan berikan dosis pemeliharaan dan tindakan pencegahan Rasional : selama fase akut pasien sring terlalu lemah dan sesak untuk meminum cairan per oral secara adekuata dan untuk mempertahankan hindrasi yang adekuat b. berikan cairan per oral sekurang-kurangnya tiap 2 jam sekali. Dorong pasien untuk minum cairan yang bening dan mengandung kalori rasional : cairan membantu distribusi obat-obatan dalam tubuh, serta membantu menurunkan demam. Cairan bening membantu mencairkan mukus, kalori membantu menanggulangi kehilangan berat badan 3. Intolreansi aktifitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia Mandiri a. Monitor frekuensi nadi dan frekuensi napas sebelum dan sesudah aktifitas Rasional : untuk mengidentifikasi kemajuan yang dicapai atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan b. Bantu pasien dalam melaksanakan AKS sesuai dengan kebutuhannya. Rasional : untuk menyimpan energi Kolaborasi : a. Pertahankan terapi oksigen selama aktivitas. Rasional : aktivitas fisik meningkatkan kebutuhab oksigen 4. Perubahan kenyamanan: nyeri dada, pleuretik dan demam berhubungan dengan pneumonia mandiri : a. pantau suhu setiap 4 jam hasil pemeriksaan SDP hasil kultur sputum rasional : untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan b. berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman rasional : tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi c. lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti : mandi air dingin, selimut yang terlalu tebal rasional : mandi dengan air dingin dan selimut yang tidak terlalu tebal memungkinkan terjadi pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi. d. Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau makin memburuk Rasional ; hal tersebut merupakan tanda berkembangnya komplikasi Kolaborasi a. Berikan analgetik sesuai dengan anjuran untuk mengatasi nyeri b. Rasional : analgetik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri 5. perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam mandiri : a. pantau : persentase jumlah makanan yang dikonsumsi setia kali makan timbang berat badan setiap hari 12

hasil pemeriksaan: protein total, albumin rasional : untuk mengidentifikasi kemajuan dan penyimpangan dari sasaran yang diharapkan b. berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Rasional : bau yang tidak menyenangkan dapat mempengaruhi napsu makan c. dorong pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein rasional : masukan protein, vitamin dan kalori untuk aktivitas anabolik dan sistesis antibodi d. berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering rasional : makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi kolaborasi : a. rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan rasional : ahli diet ialah spesialisasi dalam membantu pasien memilih makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi 6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan mandiri : a. ketika terjadi tanda-tanda distres pernapasan : temani pasien dan minta perawat lain untuk segera lapor dokter Lakukan pendekatan dengan cara percaya diri Rasional : keberadaan pemberi pelayanan kesehatan yang kompeten dan penuh percaya diri membantu menurunkan ansietas b. Selama fase akut berikan penjelasan singkat tentang pengobatan dan tindakan yang dilakukan. Rasional : mengetahui apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas. Kolaborasi : a. Berikan obat-obat analgesik Rasional : untuk membantu menurunkan nyeri dada 7. Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri dirumah mandiri a. berikan informasi tentang pencegahan meluasnya infeksi/penularan rasional : sebagian besar pneumonia diakibatkan oleh bakteri patogen yang ditularkan melalui udara b. dorong untuk vaksinasi jika pasien termasuk resiko tinggi rasional : vaksinasi terutama membantu mencegah pneumonia, sistem imun yang lemah individu mempunyai risiko meningkatkan kemungkinan terkena infeksi c. dorong pasien atau keluarganya untuk membuat perjanjian tertulis tentang perawatan lanjutan rasional : instruksi verbal akan mudah dilupakan d. instruksikan kepada pasien untuk melakukan hal-hal sebagai berikut : mencari pertolongan medis jika terjadi gejala kekambuhan pneumonia meminum obat-obatan yang dianjurkan dirumah berikan informasi tentang obat-obatan yang harus diminum rasional : pneumonia tidak mempengauhi imunitas, tapi mengakibatkan individu mempunyai risiko tinggi terhadap infeksi.

13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secaramendadak.Gejala yang lain pada Pneumonia adalah demam, sesak napas, napasdan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaranhasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. B. Saran Dengan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah danmengembangkan referensi tentang penyakit pneumonia dalam melakukan studydi fakultas keperawatan serta bagi perawat diharaapkan juga menangani danmenanggulangi penyakit pneumonia pada kliennya

14

Anda mungkin juga menyukai