Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM GEMAR MEMBACA

MENULIS CERITA PENDEK (CERPEN)

DISUSUN OLEH

AL FATIMIYAH MAHARANI
NISN. 0067737650
KELAS: XI IPS 1

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 (MODEL) LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN KEGIATAN GEMAR MEMBACA
MENULIS CERITA PENDEK (CERPEN)
“TERJEBAK”

DISUSUN OLEH :

NAMA : AL FATIMIYAH MAHARANI

KELAS : XI IPS 1

NISN : 0067737650

DISETUJUI OLEH :

Lubuklinggau, Maret 2023

Guru Pembimbing

ERMALA SARI, S.Pd

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT, atas segala kelimpahan
Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan budaya
gemar membaca, Menulis Cerita pendek (Cerpen) dengan tepat waktu dan tanpa kendala
apapun. Penulis menyadari dalam pembuatan laporan ini berkat bantuan dan tuntunan Allah
SWT dan tidak lepas dari bantuan beberapa pihak :
1. Pak Taslim, S.Pd., M.Si. selaku Kepala MAN 1 (MODEL) Lubuklinggau.
2. Ibu Ermala Sari, S.Pd selaku guru pembimbing yang telah banyak memberikan
pengetahuan, ilmu, masukan dan bantuan dalam pembuatan cerpen ini sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Teman – teman penulis yang telah memberikan masukan, saran, bantuan dan
dukungan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
4. Serta orang tua penulis yang telah memberikan banyak bantuan baik itu fasilitas ,
doa, serta dukungannya kepada penulis yang sangat berarti bagi penulis.
Sehingga pada kesempatan ini penulis berterima kasih sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang sudah membantu dalam menyelesaikan laporan ini .
Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
laporan ini baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah
berusaha sebaik mungkin dalam penulisan laporan ini oleh karenanya , penulis dengan
rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan, saran, dan kritik dalam
pembuatan laporan ini.
Saya selaku penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk seluruh Pembaca.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

CERITA PENDEK “TERJEBAK ”.................................................................... 1

iii
TERJEBAK

“Bagaimana bisa program kerja pasaran seperti yang anda jelaskan tadi dapat membuat nama sekolah
kita dikenal banyak orang? bahkan mungkin, hanya dapat kritikan dari orang orang diluar sana!”
“Basi banget proker jadul masih dipakai”
“Hahaha”
Gelak tawa senior senior memenuhi ruangan tes calon Ketua OSIS dan Wakil ketua OSIS tahun ini.
Senior yang hanya tahu bagaimana membuat junior mereka tertekan. Senior yang hanya tahu adik
tingkat hanyalah manusia kecil yang lemah dan tidak ada keberanian untuk menentang dan
membantah mereka.
Aku benci terjebak disini.
———
“Baiklah, pada rapat kali ini saya mewakili semua kelas 12 ingin memberitahukan bahwa kami
sebentar lagi akan melepas jabatan kami sebagai pengurus OSIS tahun ini, untuk itu saya beritahukan
dari sekarang siapkan diri kalian untuk mencalonkan diri menjadi Ketua OSIS dan Wakil ketua OSIS
tahun berikutnya.”

“Jika tidak ada yang mencalonkan diri, kami akan menunjuk kalian untuk maju, mau ataupun tidak,
terpaksa ataupun tidak, Jelas?”

“Jelas kak!” Ucap kami sebagai adik tingkat yang dimaksudkan untuk mencalonkan diri pada
pemilihan Ketua dan Wakil ketua OSIS tahun ini.

“Kami sudah menerima informasi bahwa ada beberapa teman kalian yang memutuskan untuk keluar
dari kepengurusan OSIS, kami tidak bisa melarang atau menghalangi mereka, karena kami tidak ada
urusan lagi dengan kepengurusan, yang berarti keputusan mereka adalah tidak ikut berkontribusi lagi
dalam kepengurusan angkatan kalian.” Jelas salah satu senior. Kami hanya diam, berbicara dengan
pikiran masing-masing, kenapa mereka memilih keluar? aku yakin kami memiliki pertanyaan yang
sama saat ini.

“Gak perlu khawatir gitu mukanya, kami bisa kok bantu kalian tapi bukan maksa mereka untuk tetap
disini kerja sama kalian, tapi kami bantu saat seleksi kelas 10 yang kira-kira bisa membantu kalian.”
Ujar ketua OSIS sambil terkekeh seperti mengajak bercanda pada situasi yang sangat menegangkan
ini.

“Kami tunggu sampai minggu depan, silahkan konfirmasi siapa yang akan mencalonkan diri, minggu
depan akan diadakan rapat lagi dan jangan sampai tidak ada yang ingin mencalonkan diri sampai
minggu depan.” Jelasnya.

Aku tidak tahu apa yang ada dipikiranku sekarang, teman OSIS seangkatanku hanya 12 orang dan ada
yang mengundurkan diri, apa semuanya akan dipaksa untuk mencalonkan diri? ah tidak, aku tidak
mau berurusan dengan politik kecil ini.
———
Aku tidak fokus belajar hanya karena memikirkan temanku tidak ada yang ingin mencalonkan diri,
sedangkan lusa adalah hari terakhir mengkonfirmasi pencalonan.

1
Aku berpikir untuk mencalonkan diri sebagai Wakil ketua OSIS, tetapi aku tidak terkenal, bagaimana
bisa aku menarik perhatian warga sekolah jika aku saja tidak dikenali orang-orang selain teman
sekelasku. Tetapi jika aku mencalonkan diri, maka aku akan dikenal seluruh warga sekolah, ini bisa
mendatangkan banyak manfaat untukku jika aku banyak dikenali oleh orang-orang. Aku bisa
menunjukkan kemampuanku kepada kedua orang tuaku. Menarik, apa aku harus mencobanya?

“Menurut kamu gimana kalau aku mencalonkan diri jadi Wakil ketua?” Tanyaku kepada teman yang
baru 2 minggu aku kenali. Dia Rafka, anak MIPA, beda jurusan denganku. Dia baik, dia selalu
mengerti semua yang terjadi padaku. Tidak salah kan aku meminta pendapat darinya, lagipula aku
sangat yakin dia akan mendukung dan menjadi penyemangatku saat masa pencalonan nanti.

“Wah serius? kamu mau nyalon? gila-gila keren berani banget! Pasti aku dukung lah.” Dia terlihat
sangat antusias, seperti dugaanku.

“Tapi aku takut, ini gak semudah yang dipikirkan, ini gak cuma seminggu dua minggu, bisa jadi
sebulan dan kalau menang berarti setahun menanggung beban.” Keluhku, aku tahu sekali ini tidak
mudah, tidak hanya mencalonkan diri lalu menang ataupun kalah, banyak proses yang harus aku
lakukan sebelum maju memperkenalkan diriku ke semua warga MAN 1 (Model) Lubuklinggau yang
siswanya banyak berpikir kritis.

“Jangan mikir dulu yang nggak enaknya, semua bisa kalau udah dijalanin, aku juga yakin kamu pasti
bisa sampai tahap akhir pemilihan nanti, tenang saja aku selalu dukung kamu.” Katanya diakhiri
dengan senyuman yang terlihat tulus. Aku harap benar benar tulus.

“Yaudah aku coba tanya dulu sama ayah, kalau dia bilang boleh aku bakal langsung konfirmasi ke
kakak senior.”

“SIP” Dia memberikan dua jempol tangannya kepadaku. Setidaknya aku sudah punya dukungan
walau aku tahu ini belum cukup.

Setelah Ayahku pulang aku langsung mengajaknya ngobrol sebentar masalah tadi, aku hanya ingin
meminta pendapatnya, walaupun dia tidak setuju aku juga tidak akan langsung menarik niatku untuk
mencalonkan diri.

“Asalkan tidak mengganggu belajar kamu, jangan campur adukkan organisasi dengan belajar, nilai
tetap nilai, ayah gak mau dengan alasan ini nilai kamu tahun ini turun.” Jawab Ayahku setelah aku
menjelaskan semua kepadanya. Aku yakin aku bisa mengimbagi antara belajar, nilai dan organisasi,
jadi aku semakin yakin untuk mencalonkan diri.

Keesokannya aku bertemu dengan Rafka dan menceritakan pendapat dari Ayahku semalam. Dia
terlihat sangat antusias, padahal aku yang akan menjalani semua ini. Bagaimana aku tidak sangat
yakin dengan keputusanku kali ini.

“Sudah bilang sama kakak senior kamu kalau kamu jadi nyalon?” Tanyanya.

“Sudah, sebelum kesini aku ke ruangan OSIS terus mereka kasih semangat deh.”

2
“Jangan takut aku akan bantu sebisa aku, aku bakal promosiin kamu ke semua teman aku, tapi bentar,
kamu kan nyalon jadi wakil terus siapa yang nyalon jadi ketuanya?”

Kenapa aku tidak sampai kepikiran akan hal itu. Siapa yang akan jadi pasanganku dalam pencalonan
ini? ini juga berpengaruh untuk kedepannya, bagaimana citra calon ketua adalah citra wakil ketua
juga.

“Aku juga belum tahu, soalnya belum ada yang bilang ke aku kalo mereka mau nyalon jadi ketua.”
———
Sepulang sekolah hari ini akan diadakan rapat mengenai kandidat pasangan calon Ketua dan Wakil
ketua OSIS tahun ini.

“Sudah ada 4 orang yang mencalonkan diri, 2 orang calon ketua dan 2 orang lagi calon wakil ketua.”
Jelas kakak Ketua OSIS di depan sana.

“Ternyata 2 orang di antara kalian sudah menentukan pasangannya masing-masing, dan sisanya
berarti itulah pasangan kalian.” Lanjut kakak Ketua OSIS.
Aku terkejut, siapa yang sudah memilih pasangannya? bukannya itu akan dipilih oleh senior? itu
artinya mau tidak mau aku akan dipasangkan oleh sisa 1 orang itu?

“Azzahra dan Putra, silahkan maju jelaskan kenapa kalian sudah menentukan sendiri pasangan kalian,
bahkan disaat 2 teman kalian yang lain belum tau siapa yang akan mencalonkan diri juga seperti
kalian” Perintah Ketua OSIS. Mereka berdua pun maju dan menghadap kami semua saat ini, tapi
bukan itu yang aku pikirkan, pertanyaanku saat ini hanya siapa 1 orang calon Ketua OSIS yang mau
tidak mau akan dipasangkan dengan aku?

“Kami merasa sudah kenal dan sudah siap untuk maju bersama dalam pemilihan ini kak.” Ujar Putra
dan dibalas anggukan dari Azzahra.

“Yaudahlah mau bagaimana lagi, tapi apa kalian tau siapa 2 orang teman kalian yang mencalonkan
diri juga? bagaimana kalau ternyata 2 orang itu ada yang lebih kenal dengan kalian?” Tanya salah satu
senior OSIS.

“Kalian seharusnya gak boleh main nentuin sendiri pasangan kalian, jodoh aja diatur tuhan hahaha”
Celetuk salah satu senior yang duduk di pojok belakang sambil menikmati pisang goreng yang ada di
depannya.

“Beda konteks jamal!” Jawab kakak Wakil Ketua OSIS dari depan sana.

“Ya Sudah pasti 2 orang teman kalian penasaran siapa yang jadi pasangannya, silahkan duduk.”

“Selain mereka tadi ini dia manusia berani yang akan maju dalam pemilihan nanti, Fahri dan Alfa.”
Kakak Ketua OSIS menyebut nama aku dan Fahri seperti pembawa acara sedang menyambut
penampilan dalam sebuah acara.

Fahri? kenapa dia berani sekali? Apakah dia dipaksa untuk mencalonkan diri? Dan kenapa harus
berpasangan denganku? Entahlah aku tidak dapat berpikir sekarang.
3
Sepulang dari rapat tadi aku hanya diam, tidak bertanya kepada Fahri apa alasan dia mencalonkan
diri, dan kenapa bisa dia mencalonkan diri, setahuku dia sangat malas dengan perselisihan dan
perdebatan, lalu bagaimana dia akan menjalani proses pemilihan nanti? belum apa-apa ini sudah
sangat rumit.

Aku melamun menatap layar laptopku yang terbuka, niatnya aku ingin menyusun rencana bagaimana
dan apa yang harus aku lakukan dalam pemilihan nanti, tetapi aku tidak bisa fokus sekarang. Aku
ingin menceritakan hal ini dengan Rafka, tetapi aku tidak tahu ingin bercerita dari mana sampai
akhirnya aku tertidur di atas meja belajarku.
———
Bel istirahat berbunyi, baru saja aku ingin menyuap sesendok nasi bekalku, tetapi ada yang
memanggilku dari depan kelas. Fahri? Ada apa dia kesini? Apa dia sudah mau mulai menyusun
rencana?

“Kamu harus tau satu hal, Kinara dan Barra ikut dalam pencalonan ini, artinya jelas mereka sudah
punya rencana.” Ucap Fahri setengah berbisik kepadaku agar hanya bisa terdengar olehku saja.

“Rencana maksudnya?” Tanyaku, aku bingung apa yang dimaksudkan Fahri, Rencana apa? Dan
bagaimana bisa Kinara dan Barra ikut pencalonan, sedangkan waktu konfirmasi pencalonan sudah
berakhir.

“Waktu konfirmasi sudah habis, lalu kenapa bisa mereka berdua maju dalam dua hari sebelum
pengundian nomor urut? ini gak masuk akal Al.”

“Maksud kamu mereka berdua sudah direncanakan oleh...” kalimatku dipotong Fahri dengan cepat.

“Senior.” Potong Fahri. Alur cerita macam apa ini? Belum juga mulai sudah ada drama, ah aku tidak
bisa mencerna masalah ini.

Seharian ini aku tidak bertemu Rafka, kemana dia? bahkan chat dariku pagi tadi belum dibalasnya,
apa dia tidak masuk sekolah? Kenapa aku mengkhawatirkannya? Apa karena dia satu-satunya
pendukungku?

Sepulang sekolah aku sangat terkejut saat memasuki rumah, gelas dan piring pecah berhamburan di
lantai, barang-barang lainnya pun berantakan, ada apa? Ibu dan Ayah bertengkar lagi?
Aku mencari Ayah dan Ibu ke sekeliling rumah, tidak ada mereka, mereka kemana? Adikku kemana?
Aku masuk ke dalam kamarku dan menemukan adikku bersembunyi di samping lemari besar yang
ada di kamarku, dia menangis, sepertinya dia melihat apa yang terjadi sebelum aku pulang.

Aku langsung memeluknya dan mengusap kepalanya. “Semua baik-baik aja, jangan takut ada kakak
disini.” Tidak, aku tidak bisa menahan air mataku, apa yang telah terjadi dan kemana Ibu dan
Ayahku?

Hari ini aku sungguh tidak ada semangat untuk pergi ke sekolah, tadi malam Ibuku pulang lalu
menangis dan memeluk kami, ternyata mereka bertengkar hebat, aku tidak tahu permasalahan apa lagi
yang membuat mereka bertengkar sampai hampir seluruh isi rumah hancur berantakan.

4
Rasanya aku ingin menangis, tapi ini sedang di sekolah, menjelang pemilihan orang-orang harus
melihatku baik, aku harus selalu tersenyum dan ramah kepada orang-orang, bagaimanapun aku harus
membuat citra diriku baik kepada mereka agar mereka bisa yakin memilihku saat pemilihan nanti.

Rafka? sejak kemarin dia tidak menghubungiku lagi dan aku juga tidak menemukan dia di sekolah.
Aku berniat menghampirinya ke kelasnya tetapi untuk apa? aku tidak ada hubungan spesial dengan
dia yang bisa jadi alasanku bertanya kemana dan kenapa dia tidak menghubungiku lagi. Apa aku
menyerah saja? tetapi apa kakak senior menerima alasanku hanya karena aku mempunyai masalah
pribadi saat ini? aku rasa mereka tidak akan mau tahu apapun masalah yang aku alami, karena
mencalonkan diri kemarin adalah keinginanku sendiri.
———
“Kayaknya aku mau ngundurin diri aja.” Ucapku kepada teman baikku dari SMP, Lia.

“Loh kenapa? bukannya besok sudah pengundian nomor urut?” Tanya Lia.

Aku hanya diam, aku tidak tahu harus menjawab apa, apa yang dikatakan Lia adalah benar,
bagaimana bisa aku mengundurkan diri sehari sebelum pengundian nomor dan kami diperkenalkan
oleh semua warga MAN 1 (Model) Lubuklinggau.

“Al? ada masalah? kamu bisa cerita sama aku, jangan dipendam sendiri, proses kamu sampai ke
pencoblosan masih panjang Al. Habis pengundian nomor kamu akan kampanye kan? lalu debat baru
pencoblosan, bahkan orang-orang belum tau kalo kamu nyalon Al.”

“Justru sebelum orang-orang tau kalau aku nyalon, biar aku gak terlalu malu.”

“Fahri? apa dia terima kamu tiba-tiba ngundurin diri, aku rasa dia gak bakalan terima, kayaknya juga
dia ambisius banget buat menang.”

Benar juga, aku terlalu egois hanya karena masalah pribadi aku harus mengorbankan keinginan Fahri
yang ingin menang, tapi apa aku bisa?.

Aku menghampiri Fahri ke kelasnya aku terus terang bilang apa yang aku alami sekarang dan niatku
yang ingin mengundurkan diri.

“Semua orang tuh sudah tau kita bakalan maju, gak bisa egois, senior juga gak bakalan mau kalo kita
mundur.” Jelas Fahri.
Sudah terjebak, aku sudah terjebak di dalam tekanan ini, bagaimanapun aku harus menjalani apa yang
sudah dipilih sebelumnya.

Pengundian nomor telah dilaksanakan aku dan Fahri mendapat nomor urut 2, Azzahra dan Putra
mendapat nomor urut 1 dan nomor urut 3 adalah Kinara dan Barra.

“Siapin bahan kampanye kalian, minggu depan kita sudah memasuki masa orasi, kalian jaga
pandangan orang lain terhadap kalian, ingat satu bulan kedepan kalian akan kehilangan diri kalian
sendiri, semua yang kalian lakukan adalah demi pandangan orang lain.” Tentu mereka sudah sangat
berpengalaman bagaimana yang mereka rasakan tahun kemarin.

5
“Bahan kampanye serahin ke aku aja, selesaikan masalah kamu, jangan sampe kampanye apalagi
debat kamu gak fokus dan gak maksimal.” Ucap Fahri lalu pergi begitu saja.
Aku diam lalu bertanya dengan diriku sendiri, aku sudah benar benar masuk kedalam proses yang
sangat rumit dan banyak drama.

Tidak ada kelanjutan dalam masalah kedua orang tuaku, Ayahku belum juga pulang kerumah, tentu
mereka belum memperbaiki hubungan mereka. Kepala ku terasa sangat pusing, kenapa semua ini
harus terjadi dalam waktu bersamaan? Apa tidak bisa satu per-satu saja. Belum lagi Fahri selalu
menuntut dan menyalahkan aku karena aku belum berkontribusi untuk bahan kampanye, padahal dia
yang bilang urusan bahan kampanye dia yang ambil alih, lalu kenapa sekarang dia marah kepadaku?
Aneh.

“Minimal bantu lah Al”


“Yang nyalon kita berdua berarti harus jalani berdua dong”
“Apapun masalah kamu, aku gak mau tau Al, aku juga punya masalah, kamu pikir kamu doang yang
ditimpa masalah?”
“Gak usah jadi manusia paling tersakiti deh”
“Kalo emang gak niat mending gak usah dari awal”
“Biar FAHRI DAN RAGANYA aja yang nyalon”
“Kamu gak pusing, urus aja masalah keluargamu, simple”

Kira-kira begitulah isi chat dari Fahri kepada ku, kenapa dia berubah jadi gini? Aku menangis di
dalam kamar sampai akhirnya aku tertidur dengan nafas masih belum stabil karena aku menangis
terlalu lama. Dua hari sebelum kampanye hubungan ku dengan Fahri sedang tidak baik, bagaimana
bisa mendiskusikan apa yang akan kami bicarakan ke depan orang-orang itu. Rasanya aku ingin pergi
saja dari semua masalah ini, terdengar seperti pecundang.
——
Tiba saatnya kami berorasi di depan semua warga MAN 1 (Model) Lubuklinggau, mau tidak mau aku
dan Fahri berbicara lagi namun masih sangat canggung setelah kejadian kemarin.
Baiknya kami menyampaikan Visi dan Misi serta Proker kami dengan lancar tanpa ada hambatan, lalu
setelah ini kami akan masuk seluruh kelas untuk membuka sesi tanya jawab mengenai Visi, Misi dan
Program kerja kami.

Yang membuatku sangat terkejut adalah Rafka memihak pasangan calon lain yang artinya adalah
lawan kami dalam pemilihan ini. Ini sangat lucu bukan? Setelah dia janji bahwa dia akan selalu
mendukung dan memberi semangat untukku sampai akhir masa pemilihan nanti, namun sekarang dia
malah menjadi tim sukses utama pasangan calon lain. Mungkin karena 2 pasangan calon itu teman
dekatnya? aku pun tidak mengerti apa alasannya, namun sekarang dia sudah mengingkari janji yang
beberapa waktu lalu dia ucapkan di depan ku.

Saat memasuki satu per-satu kelas, banyak pertanyaan yang sangat berat bagi kami, kami jawab
sebisa kami dan semoga saja mereka mengerti maksud jawaban kami. Ini terlalu sedikit persiapan
untuk semua tekanan yang kami hadapi.

Tibalah saatnya kami debat antara pasangan calon dan disaksikan oleh seluruh warga MAN 1 (Model)
Lubuklinggau. Kami menjawab pertanyaan juri debat pada hari ini dan menentang jawaban serta
memberikan pendapat kami kepada pasangan calon lainnya.
6
Kami unggul dalam debat ini, karena banyak materi dan penyampaian kami yang tidak keluar dari
tema perdebatan, sungguh lega sekali rasanya sudah melewati sesi debat yang menurut ku sangat
panas tadi.

Minggu depan akan dilaksanakan pencoblosan oleh seluruh warga MAN 1 (Model) Lubuklinggau,
dan untuk saat ini sampai pencoblosan nanti adalah masa tenang dimana kami bisa beristirahat dan
tinggal berpasrah siapapun yang mau atau tidak mau memilih kami.
Setelah Fahri marah kemarin rasanya aku tidak mau memenangkan pemilihan ini, cukup sampai disini
saja, jika aku menang bersama Fahri bukankah semakin rumit untuk kedepannya? Jika masalah
seperti itu saja Fahri sudah memaki-maki ku apalagi jika kedepannya kami menghadapi acara dan
masalah besar. Sangat tidak aku inginkan.

Dalam minggu ini Ayah dan Ibu ku Perlahan membaik, Ayahku sudah pulang ke rumah namun
mereka belum berbicara satu sama lain, mungkin mereka butuh waktu, tidak apa-apa yang penting
mereka berada di rumah bersama aku dan adikku.
——
Tibalah saatnya pencoblosan, aku menggunakan hak suaraku untuk memilih diriku sendiri, sepertinya
Fahri tidak memilih dirinya sendiri, tidak apa-apa aku hanya menyumbangkan 1 suara untuk kami,
walaupun kalah jangan sampai suara yang kami dapatkan tertinggal jauh oleh yang menang.

Saat perhitungan suara aku sangat terkejut karena kami banyak mendapat suara, aku kira kami akan
ketinggalan banyak suara karena permasalahan kami kemarin membuat kami tidak sempat untuk
mencari banyak tim sukses. Namun ternyata, kami masih kalah dengan suara yang didapatkan
pasangan calon nomor urut 3, tetapi tidak apa-apa bukankah ini yang aku dan Fahri inginkan? Tidak
menang dan tidak ketinggalan jauh suara yang kami dapatkan. Selesai pengumuman berita acara
kemenangan pasangan calon nomor urut 3, aku menghampiri Fahri.

“Fahri terima kasih dan maaf yang sebesar-besarnya ya” Aku menjulurkan tangan kepada Fahri, Fahri
menjabat tangan ku dan berkata “Maafin aku juga Al, makasih sudah kasih apa yang terbaik untuk
pemilihan kemarin.”

Perjalanan yang singkat namun panjang ini telah usai, banyak pengalaman, pembelajaran yang bisa
aku ambil dari sini. Terima kasih untuk semua yang sudah mendukung dan memilih kami pada saat
pencoblosan. Terima kasih Ayah dan Ibu yang masih bertahan demi aku dan adik. Terima kasih
Rafka, orang pertama yang membuat aku yakin kalau aku bisa menjalani semua ini, walaupun
sekarang kita kembali seperti orang asing. Terima kasih semuanya.

SELESAI

7
KARTU KONSULTASI

NAMA: AL FATIMIYAH MAHARANI


NISN: 0067737650
KELAS: XI IPS 1
JUDUL CERPEN: “TERJEBAK”

NO TANGGAL PERTEMUAN KE KETERANGAN PARAF

Anda mungkin juga menyukai