Anda di halaman 1dari 633

“Bebaskan Aku” Kata Ide :

Wasiat untuk Dunia Pendidikan, Konseling dan Organisasi


Mahasiswa

Penulis/Editor/Desain Grafis
Achmad Badaruddin

Tebal : xii + 564 halaman


Cetakan : 2015

Penerbit:
CV ABE KREATIFINDO
08977171570
PADANG, SUMATERA BARAT
KATA SAMBUTAN

i
SEKAPUR SIRIH

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Asma Allah swt serta


melatunkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt, atas
rahmat, anugerah, kuasa, dan kehendakNya, penulis berhasil
menyelesaikan penyusunan buku ini yang berjudul
“Bebaskan Aku” Kata Ide: Wasiat untuk Dunia Pendidikan,
Konseling, dan Organisasi Mahasiswa. Semoga buku ini
dapat bermanfaat dan digunakan bagi khalayak ramai yang
membutuhkan.
Buku ini adalah kumpulan karya-karya penulis
berupa ide peraturan, analisis peraturan, dan kebijakan
seputar pendidikan, konseling dan organisasi mahasiswa
disertai liputan-liputan media yang berkenaan dengan
aktivitas penulis.
Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, sokongan, semangat dan
masukan mengenai aktivitas yang penulis jalani selama
menjadi mahasiswa di Universitas Andalas (Biologi) dan
Universitas Negeri Padang (Bimbingan dan Konseling)
sehingga penulis dapat berbicara, berkarya dan berkarier di
organisasi mahasiswa demi bangsa dan negara dalam rangka
regenerasi dan kaderisasi pemimpin di masa depan yang
berdaya juang, kritis, kreatif, dan solutif.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.
Ir. Musliar Kasim, MS. (mantan Rektor Universitas
Andalas) yang telah memotivasi kami (Mahasiswa Asrama
Universitas Negeri Andalas) di setiap pertemuan agar aktif
berorganisasi dan mengembangkan softskill untuk
mempersiapkan kriteria yang dibutuhkan dunia kerja
nantinya. Beliau juga menjadi inspirasi penulis dalam
penjajakan karir yang Beliau tekuni hingga menjadi
Pimpinan Majelis Rektor Indonesia dan Wakil Menteri
iii
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ini
mengindikasikan Beliau punya dedikasi dan jiwa
kepemimpinan yang kuat khususnya dalam dunia
pendidikan.
Penulis juga memberikan apresiasi yang sebesar-
besarnya kepada Prof. Dr. Firman, MS, Kons. yang selalu
mengingatkan dan mengarahkan agar dapat menyelesaikan
perkuliahan sarjana penulis. Beliau adalah sumber motivasi
penulis hingga penulis berhasil memperoleh gelar sarjana
pendidikan di Universitas Negeri Padang. Secara sadar
ataupun tidak sadar, Beliau juga telah membagi ilmu-ilmu
dan pengalaman Beliau yang tentunya menjadi bekal penulis
dalam melakukan aktivitas di organisasi. Beliau adalah
dosen, guru, dekan, motivator, dan orang tua bagi penulis.
Selain itu, terima kasih kepada Bapak Dr. Daharnis,
M.Pd, Kons., yang memberikan penulis kesempatan untuk
berkarir di Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas
Negeri Padang. Tanpa persetujuan Beliau waktu itu,
mungkin buku ini tidak akan ada. Karena buku ini dapat
dianalisis sebagai perkembangan karir penulis dalam
berorganisasi. Saat itu, kondisi psikologis penulis sangat
buruk dengan kata lain depresi akibat mengundurkan diri
dari jabatan Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Dampak sosial
sangat membuat penulis gerah dan sambutan negatif. Maka
penulis memutuskan untuk aktif kembali selang beberapa
minggu setelah mengundurkan diri. Setelah penulis
tergabung di organisasi tertinggi di kampus tersebut, penulis
diangkat menjadi Sekretaris Umum (tidak ada jabatan wakil
ketua dalam struktur). Semenjak penulis menjabat sebagai
sekretaris tersebut, bargaining position & power penulis
meningkat di kalangan organisasi yang berkaitan
mahasiswa. Tentunya ini didukung dengan Track Record
penulis selama menjadi Ketua BPM FIP UNP. Sempat
iv
ditulis menjadi sekretaris umum dalam rancangan struktur
Satuan Siswa, Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila
Wilayah Sumatera Barat, namun penulis coret nama penulis
dan mengusulkan untuk diganti (bukti telah diarsipkan).
Sebab penulis saat sedang menjabat sebagai Ketua Ikatan
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Indonesia Wilayah
Sumatera, Sekretaris Umum Majelis Perwakilan Mahasiswa
Universitas Negeri Padang, dan Dewan Formatur,
Konsultan, dan Legislatif Wadah Pengkajian dan
Pengembangan Sosial Politik Universitas Negeri Padang.
Selanjutnya penulis juga diangkat menjadi Dewan Redaksi
Tabloid Reportase Global oleh mantan Ketua SAPMA
Pemuda Pancasila Sumatera Barat, yaitu Ronny Hariyanto,
S.Kom. Jadi, persetujuan Pak Daharnis sebagai Ketua
Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Padang merupakan titik tolak
melejitnya karir penulis dalam berorganisasi dan tentunya
ini menjadi salah satu indikator unggulan penulis sehingga
menjadi penerima beasiswa unggulan saat itu.
Terima kasih juga diucapkan kepada kader-kader
sebagai teman dan adik-adik dengan harapan yang tak
terhingga besarnya, yaitu Sartika Ariyani, S.Pd., Wiwi
Sanjaya, S.Pd., Sri Wahyuni, S.Pd., Sharfina Rahmi, S.Pd.,
Ridwan Lubis, S.Pd., Ika Purnama Sari, S.Pd., Sonda
Bahtera Fardi, S.Pd., Rani’10, Fina’10, dan lain-lain.
Terkhusus untuk teman-teman seangkatan dan tergabung
Outbond and Self Development Centre, Annas Kamil, S.Pd.,
Verlanda Yuca, S.Pd., Hafiz Hidayat, S.Pd., Sona Idola,
S.Pd., dan Dony Dharma Sagita, S.Pd., Dan teristimewa
untuk member SBCU yang telah bubar, Zadrian Ardi M.Pd.,
dan Lisa Putriani, S.Pd., Beserta semua teman-teman dan
keluarga besar Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang yang menjadi
modal dasar dan inspirasi perjuangan pokok dalam setiap
v
pergerakan penulis dalam berorganisasi, termasuk Bken
Code. Spesial terima kasih diucapkan kepada GodFathernya
Mahasiswa BK FIP UNP, Bapak Drs. Asmidir Ilyas, M.Pd.,
Kons. Thanks to Riyadi Nasution too.
Penghargaan setinggi-tingginya kepada senior dan
pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis sehingga penyusun buku ini menjadi ada, yakni
Bang Leonardy Harmaini, S.Ip, M.Hum, Pak Ali Umar
Ganti M.A., Bang Dr. Syahrial Bahtiar, Msi., Bang Eri
Zulfian, S.Pt, MH, Bang Efrans Galuh Setiawan, S.Si. MM.,
Bang Gusri Effendi, S.Pd., Bang Alkadri, S.Pd., Bang
Junaidi Rahman, SE., Bang Ronny Hariyanto, S.Kom.,
Bang Hendri Teja SE, Bang Adi Gunawan, S.Si., Rizki Adi
Putra, Delpa Viero Edvirho, Bang Krusnaldi Nelson, S.Si.,
Bang Aprinaldi S.Si. M.Si., Bang Mahyeldi Hasan SH,
Bang Fauzi Abdillah, ST., Bang Ismedi Sikumbang, Bang
Dr Afdal S.Pd, M.Pd, Bang Rizki Hariko, S.Pd. M.P.d.
Kons., , Kons Bang Emedri Andra S.Pd., Marta Suhendra,
S.Si M.Pd, Wizurai Wirawan, S.Pd., Bang Alhadid Rizal,
S.Pd., Bang Irshadri Olivia S.Pd., Bang Andon Fajri, S.Pd,
Antoni S.Pd, Yunda Sari, S.Pd. Mukhlis, S.Pd, Habib
Alhabsy, S.Pd., Yudi Zalta Septria, S.T. M.T., Riyandhi
Praza, Ritno Kurniawan dan sosok luar biasa lainnya yang
tak dapat disebutkan satu per satu. Semoga Allah swt
membalas semua jasa-jasa Beliau.
Salah satu tim penginspirasi lainnya adalah Negara
Republik Empatnesia Kabinet Lampata, yakni penghuni
lantai 4A Asrama Putra Universitas Andalas. Konsultan
hukumnya Jovi dan Arnex pada waktu itu. Penulis menjadi
presidennya. Mungkin terdengar seperti berseloroh tetapi ini
adalah salah satu cikal bakal pembibitan softskill yang
penulis miliki. Kemudian penulis sabagai mantan Wakil
Ketua Asrama Putra Universitas Andalas mengucapkan
terima kasih atas kebersamaan penghuni asrama putra
vi
Universitas Andalas ketika itu. Tak lupa terima kasih atas
pelajaran, pengalaman dan perhatiannya kepada teman-
teman seangkatan di Abiogenesis, angkatan biologi 2006.
Terima kasih juga diucapkan kepada teman-teman
TST 05/06, IPA 2 SMAN 1 Lubuk Alung tamatan 2006,
yang mana telah menjadi salah satu fondasi dasar dalam
dunia pengorganisasian, khususnya kepada guru
pembimbing yang selalu senantiasa membimbing dan
membina kebersamaan kami, yakni Pak Azwir Alwi, SPd,
M.Si.
Tak lupa terima kasih diucapkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada mantan pembina dan personil
OSIS SMPN 1 Batang Gasan 2002, OSIS SMPN 1 Sintuk
Toboh Gadang 2003, OSIS SMAN 1 Lubuk Alung 2004,
Dewan Ambalan SMAN 1 Lubuk Alung 2004, HMJ BK
FIP UNP 2009/2010, BPM FIP UNP 2010, BEM UNP
2010, MPM UNP 2011, WP2SOSPOL UNP 2011, PW
IMABKIN Sumatera 2011-2013, dan SAPMA PP
SUMBAR 2011-2014.
Penulis mengucapkan mohon maf apabila terdapat
kesalahan dalam buku ini. Penuli memberikan peluang
kepada pembaca untuk menyumbangkan saran, tanggapan,
pendapat, masukan dan kritikannya sebagai acuan dalam
penerbitan buku selanjutannya. Semoga buku ini menjadi
sumber inspirasi, motivasi, penyegaran dan acuan
pembanding bagi calon dan aktivis muda untuk memancing
ide-ide dan karya yang bisa dihasilkan.
Salam.

Padang, 3 April 2015

Penulis

vii
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ................................................................ i

SEKAPUR SIRIH ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ xii

BAB I GORESAN DALAM BERITA

A. Mondar-Mandir di Ormawa .................................... 3

B. Lagi-lagi, Baru Sebatas Gagasan ............................ 7

C. Memerahnya Kampus Hijau UNP .......................... 16

D. UNP Menuju Pemilu Raya...................................... 20

E. Pilpres BEM UNP Panas, Kandidat

Saling Jegal ............................................................. 24

F. UNP Selesaikan Pesta Demokrasi

Mahasiswa............................................................... 27

viii
G. AssEs Tak lagi Dibawah Naungan

WP2SOSPOL.......................................................... 31

H. Kampanye Dialogis untuk Pemilu FIP ................... 35

I. Kesempatan Menjadi Panitia Kongres

Mahasiswa FIP UNP 2010...................................... 37

J. Program Magang Berorganisasi di BPM

FIP UNP 2010 ......................................................... 39

K. Hak Jawab: Mondar-mandir di

ORMAWA .............................................................. 42

BAB II GORESAN DALAM GAGASAN

A. Artikel ..................................................................... 50

1. Satuan Pelajar Khatulistiwa Siap

Mendobrak ........................................................ 50

2. Pendidikan Identitas Karakter

Bangsa ............................................................... 54

3. Konseling sebagai Resistensi

Karakter Bangsa ................................................ 64

ix
4. Krisis Kaderisasi Aktivis

Berkualifikasi plus Toksin Tradisi .................... 72

5. Pendidikan Masa Kini VS

Pembodohan Masa Depan................................. 85

6. UNP undercover part 1st: Kongres

mahasiswa UNP tidak usah

direalisasikan..................................................... 94

B. Legislasi

1. Rancangan Undang-Undang Dasar

Negara Kesatuan Republik

Mahasiswa Universitas Negeri

Padang ............................................................... 110

2. Rancangan Pedoman Umum Program

Sertifikasi Prestasi dan Aktivitas

Mahasiswa......................................................... 274

3. Tata Tertib Pemakaian Ruangan di

Lingkungan Fakultas Ilmu

x
Pendidikan Universitas Negeri

Padang............................................................... 314

4. SOP BPM FIP UNP 2010 ................................. 322

5. Program Kerja Wajib BEM FIP UNP ............. 394

6. Pelanggaran Berat BEM FIP UNP ................... 397

7. Arahan Kerja IMABKIN W-I ........................... 405

8. Birokrasi IMABKIN W-I.................................. 409

9. Deklarasi Limau Manih .................................... 410

BAB III GAGASAN OPINI

Analisis Permendikbud No 111 Tahun

2014 ....................................................................... 417

BAB IV GAGASAN ILMIAH

A. Pengguna Narkoba ............................................ 471

B. Karakter Sukses bagi Anak Indigo ................... 492

C. Kesehatan Mental di Kelas dan

Motivasi Belajar Siswa ..................................... 497

xi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 “Kepmendikbud No 155 Tentang

Pedoman Organisasi Kemahasiswaan di

Perguruan Tinggi”

LAMPIRAN 2 “Petunjuk Teknis Organisasi

Kemahasiswaan Universitas Negeri Padang”

LAMPIRAN 3 “SK Pengurus Wilayah SAPMA

Pemuda Pancasila SUMBAR”

LAMPIRAN 4 “SK Pengurus Wilayah IMABKIN

Sumatera”

LAMPIRAN 5 “SK Pemberhentian Ketua BPM FIP

UNP”

LAMPIRAN 6 “Daftar Pengurus Pengurus Pusat

IMABKIN”

LAMPIRAN 7 “Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia”

LAMPIRAN 8 “Curiculum Vitae”

xii
“Bebaskan Aku” kata Ide
Cipt. Achmad Badaruddin

Ku berdiri di balik pintu hatimu


Tapi tak kunjung kau bukakan untukku
Ku berdiri di jendela otakmu
Tapi tak kunjung kau bukakan untukku
Ku berdiri di seluruh ragamu
Tak kau biarkan aku mengalir bersama peluhmu
Ku berdiri di sudut matamu
Tak kau biarkan aku mengalir bersama air matamu
Ku singgah di alam sadar mu
Tak mau kau lepaskan aku
Ku tinggal di bawah sadarmu
Tak mau kau bebaskan aku

Sampai kapan aku dan aku yang lain


kau bebaskan
Sampai kapan aku dan jutaan aku ini
Kau bebaskan

Bebaskan aku
Bebaskan aku
Bebaskan aku

Dalam buah bibirmu


Dalam karya tanganmu
Dalam langkah kakimu
Dalam aliran darahmu

Bebaskan aku,
Maka aku akan menjelma
Menjadi apa yang kau inginkan

1
Tak perlu kau baca aku
Perlukah tak bebaskan aku

Jangan BACAAA!!!
Bebaskan akuuuu!!!
Bebaskan aaaaku!!!

“Bebaskan aku” Kata ide

Rimbo Karanggo, 29 Maret 2015

2
BAB I
GORESAN DALAM BERITA

A. Mondar-Mandir di Ormawa

Suksesi MPM:: Pembantu Rektor III UNP, Drs. Alizamar, M.


Pd.Kons hadir pada acara suksesi MPM UNP di ruang Sidang
PKM UNP, Sabtu (30/10). f/Pri
Diangkatnya Achmad Badaruddin, akrabnya AB,
menjadi Sekretaris Umum Majelis Perwakilan Mahasiswa
Universitas Negeri
eri Padang (MPM UNP) untuk periode 2011, 5
November lalu, berbuntut kepada organisasi yang
digawanginya di tingkat fakultas, Badan Perwakilan
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (BPM FIP) periode 2010.

3
Sejak pengunduran diri AB, 23 Oktober lalu, badan legislasi
legis di
fakultas tersebut kocar-kacir
kacir mencari pemimpin baru. Untuk
mengisi kekosongan jabatan, diangkatlah Nur Nofriani S
sebagai Ketua BPM sementara menggantikan AB. Padahal
sejak awal Oktober, Nur beserta sembilan pengurus BPM
lainnya telah diberi surat Pemberhentian Antar Waktu oleh AB
ketika menjabat. Penentuan pemimpin BPM selanjutnya pun
semakin rumit. Beberapa waktu kemudian, Adriyan Syafrida,
sebagai sekretaris BPM diangkat menjadi ketua sementara. Ia
pun menghadapi kendala di sana sini. "Semenjak kepergian
k
(pengunduran diri_red) AB, sekarang urusan-urusan
urusan dengan
pihak fakultas pun tidak jelas, ungkapnya, Rabu (8/12).
Ditemui di sekretariat MPM pada Selasa (23/11) lalu, AB
menjelaskan pengunduran dirinya menyangkut permasalahan
pribadi dan perkuliahan.
n. Awalnya ia memang tidak akan
terlibat lagi pada organisasi mahasiswa, Namun tiba--tiba saya
tertarik mendaftarkan diri pada MPM, jelasnya, Jumat (3/11)
lalu di sekretariat Ganto. Ia mengaku, sebelum menjabat
sebagai Ketua BPM, beberapa bulan ia sempat duduk
duk pula di
Badan Eksekutif Mahasiswa UNP periode 2010 sebagai
Sekretaris Menteri Pengabdian Masyarakat. Selain itu, saat ini
ia pun tergolong anggota aktif pada Unit Kegiatan Wadah

4
Pembinaan dan Pengembangan Sosial Politik (UK
WP2SOSPOL) UNP. Beberapa teman
an menodong saya, jangan-
jangan
jangan besok AB mencalonkan diri jadi Ketua BEM atau MPM
UNP, jelasnya sambil tertawa. Ketika mendaftar ke MPM,
surat pemberhentian AB dari BPM belum dikeluarkan oleh
Dekan FIP. Status AB waktu itu masih menjabat Ketua BPM.
Saya pikir
kir surat pengunduran diri saya masih diproses, jelas
AB. Ia pun mendaftarkan diri dan MPM terkesan tidak
mempermasalahkan. Setelah tahap verifikasi bahan, barulah
SK Dekan keluar. Namun Nispu Mabrur, Ketua MPM periode
2010, membantah dan tidak akan menerima
ma AB jika waktu
pendaftaran AB masih menjabat Ketua BPM FIP. MPM
menerima surat rekomendasi dari HMJ Bimbingan dan
Konseling serta SK Dekan sejak awal mendaftar, jelasnya.
Nispu mengaku, memang waktu itu kondisi MPM pun kritis.
Awalnya keikutsertaan AB menjadi
njadi Ketua BPM FIP, menurut
Edo Andrefson, Sekretaris Jenderal BEM UNP, merupakan
salah satu langkah menggiatkan organisasi yang dinilainya
memprihatinkan. AB di mata Edo, adalah sosok seorang teman
yang baik, memiliki pemikiran bagus ketika berdiskusi.
Namun,
amun, setelah AB keluar dari BEM UNP dan BPM FIP,
kemudian menjabat Sekum MPM, tentu menimbulkan tanda

5
tanya besar. Komitmen dan orientasi AB untuk organisasi
kurang jelas, kata Edo, Rabu (8/12) lalu. Padahal, tambahnya,
komitmen itu menjadi poin utama bagii seorang aktivis yang
bergerak pada organisasi kampus. Di tempat terpisah,
Pembantu Dekan III FIP, Dra. Setiawati, M.Pd, mengaku
terkejut dengan pengunduran diri AB waktu itu. Sebelumnya
Estiawati menerima surat tembusan yang berisikan kejelasan
sekretariat
at ormawa dan musala di FIP tertanggal 22 Oktober
dari AB. Namun belum sempat ditanggapi, surat pengunduran
AB sudah diterimanya. Saya menasihati AB agar bersabar,
karena FIP sedang membangun, katanya, Selasa (23/11).
Namun beberapa waktu kemudian AB telah menjadi Sekretaris
Umum MPM. Saya berpikir positif saja, ungkap
Estiawati. Nova*,
http://www.ganto.or.id/index.php?mod=berita&kat&id=
Salimhttp://www.ganto.or.id/index.php?mod=berita&kat&id=
80&judul=mondar-mandir-di-ormawa.html
SENIN, 20 DESEMBER 2010 | 06:09:00 WIB

Keterangan:
Berita ini, saya klarifikasi ke pihak Ganto dan kemudian
diterbitkan dengan beberapa editan. Namun pada bagian lain

6
buku ini, saya tampilkan klarifikasi tersebut tanpa editan alias
uncut.

B. Lagi-lagi Sebatas Gagasan

Sekretariat:: Sekretariat MPM UNP yang berada di Jln. Teratai


komplek UNP Air Tawar, MPM adalah lembaga tertinggi
organisasi mahasiswa di UNP. f/Yudhi
Gagasan pelaksanaan kongres sudah bergulir sejak
masa kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Universitas Negeri Padang periode 2007-2008.
2008. Waktu itu
masih sebatas gagasan. Gagasan itu kembali menghangat pada
kepengurusan BEM dan Majelis Perwakilan Mahasiswa
(MPM) UNP periode 2008-2009
2009 yang sayangnya
sayangny hingga
sekarang belum juga terwujud.

7
Atas dasar itulah, MPM periode 2011 membuat
ketetapan baru MPM UNP Nomor: 11/TAP/MPM
UNP/H.35/III/2011 tentang Garis-Garis
Garis Besar Haluan Program
Kerja. Ketetapan ini diantaranya merombak Petunjuk
Pelaksana (Juklak) tentang
ntang pergantian kepengurusan
Organisasi Mahasiswa (Ormawa) yang nantinya akan
dilaksanakan secara serentak. Mulai dari tingkatan yang lebih
tinggi (MPM, BPM, BEM-U, UKM, BEM-F,
F, HMJ) sampai ke
tingkatan yang lebih rendah. Hal ini diungkapkan Sekretaris
Umum MPM periode 2011, Achmad Badaruddin.
Rencananya serah terima jabatan akan dilakukan pada
bulan September untuk MPM dan BPM, tanggal 1-7
7 Desember
untuk BEM-U, tanggal 8-14
14 Desember untuk UKM, Tanggal
15-21
21 Desember untuk BEMF, dan terakhir tanggal 22-30
22
Desember
esember untuk HMJ. “Tanggal serah terima jabatan pimpinan
organisasi eksekutif mahasiswa ini tertuang pada pasal 14,”
katanya, Senin (4/4). Keseragaman ini juga berlaku untuk acara
Krida yang juga akan dilakukan secara serentak. “Sesuai juga
dengan yang disepakati fakultas” tambahnya.
Tak hanya itu, ia menambahkan MPM juga telah
merancang beberapa syarat kepengurusan BEM
BEM-U. Di
antaranya kepengurusan BEM-U
U harus memiliki kredibilitas,

8
profesionalisme, kapasitas dan menjaga nama baik almamater.
Dan terakhir juklak
uklak penghargaan bagi aktifis mahasiswa baru,
yang akan diberikan ketika wisuda. Sama seperti halnya
dengan jejak rekam prestasi di FT.
Perencanaan MPM disambut hangat BEM-U
BEM dan UKM.
Hal ini diungkapkan Donal Hadi Wedia, anggota UKM
Pramuka. Ia setuju dengan perencanaan yang dibuat oleh
MPM. Hanya saja, katanya, hingga sekarang belum ada
sosialisasi dari MPM tentang ketetapan juklak yang baru
kepada UKM.
Hal yang sama juga diungkapkan Sesra Budio, anggota
BEM-U.
U. Ia mengaku perencanaan itu sangat bagus dijalankan,
d
khusunya untuk kebersamaan ormawa di UNP. “Perencanaan
itu bisa terlaksana sesuai kebijakan bersama dan harus di
musyawarahkan antar Ormawa,” tambahnya, Selasa (5/4).
Saat dikonfirmasi ke PR III, Drs. Alizamar, M. Pd.
Kons., mengatakan hal ini masih sebatas gagasan MPM karena
sampai sekarang belum ada permintaan persetujuan ataupun
pemberitahuan kepada pihak rektorat. Pelaksanaan gagasan ini
akan menjadi positif kalau terlaksanan dengan baik. Tapi
ungkapnya, untuk dapat mewujudkan hal ini cukup sulit.
Pasalnya setiap Ormawa yang ada memiliki waktu mubes yang

9
berbeda yang menyebabkan masa kepengurusannya juga
berbeda-beda.
beda. Jika dipaksakan untuk menyeragamkan periode
kepengurusan maka akan ada Ormawa yang masa
kepengurusannya belum cukup satu tahun
n atau belum siap
untuk mengadakan mubes.
Selain itu tambahnya, rencana MPM untuk menambahkan
beberapa poin pada Juklak tidak boleh melanggar AD/ART
dari masing-masing
masing unit kegiatan. Karena setiap unit kegiatan
mempunyai AD/ART yang berbeda. Begitu juga halnya
lnya dengan
keseragaman pelaksanaan Krida, “setiap fakultas memiliki
fokus kegiatan masing-masing.”
masing.” Ia melanjutkan, jika seluruh
Ormawa sepakat untuk melaksanakan hal tersebut tidak apa-
apa
apa. Kalaupun gagasan itu muncul dari MPM, semua itu harus
mendapatkan persetujuan dari seluruh Ormawa. Hal yang perlu
diingat, tambahnya tugas MPM sebagai lembaga tinggi
mahasiswa yang sebenarnya adalah dapat mengawasi kinerja
BEM untuk berkoordinasi dengan Ormawa lain. Ninit
Sumber:
http://www.ganto.or.id/index.php?mod=berita&kat&id=122&j
udul=lagi-lagi-baru-sebatas-gagasan.html

Keterangan:

10
Rancangan tersebut memang tidak disosialisasikan
ialisasikan karena
rancangan itu memang baru sebatas gagasan saya. Gagasan
tersebut tidak disambut hangat oleh pengurus MPM sendiri saat
itu. Bahkan peserta sidang pun tidak sampai 25% dari 35 orang
yang notobanennya adalah perwakilan jurusan/prodi yang ada
ad
di UNP. Saya pikir waktu itu, mereka sudah tidak aspiratif lagi
bagi yang sering bolos sidang.
Namun yang perlu diklarifikasi dari berita ini adalah
Juklak tentang GBHK bukanlah tentang pergantian pengurus
melainkan tentang garis besar haluan program kerja
ke yang akan
dijadikan landasan oleh BEM tingkat Universitas.
Selain itu, permasalahan kongres yang disinggung
memang tidak akan pernah diatasi. Karena setiap peserta yang
hadir dalam rapat tentang kongres, selalu berganti-ganti.
berganti
Karena pergantian pengurus
us yang tidak teratur. Untuk tingkat
jurusan saja, ada yang mubes di awal tahun, pertengahan, dan
bahkan akhir tahun. Pergantian Tim Adhock, tim tujuh dan
sebagainya yang tak kunjung henti. Panitia juga demikian
hingga sebagian wisuda satu persatu. Apabila mahasiswa UNP
serius ingin mengangkat Kongres, berikut langkah strategisnya
yang saya rumuskan:

11
a. Periode kepengurusan diperjelas, misalnya pergantian
perganti
ormawa yang lebih rendah tingkatannya,
tingkatannya harus
dilakukan paling lambat sebulan setelah pengurus baru
setingkat
at di atasnya telah dilantik; penetapan
pergantian pengurus tingkat universitas dilakukan
paling lambat sebulan sebelum tutup buku; dan setiap
pergantian diatur dalam Juklak yang ditetapkan MPM
UNP yang disesuaikan dengan JUKNIS yang masih
berlaku.
b. MPM UNP menetapkan Juklak tentang Panitia
Kongres, Tim Ahli Perumus Konstitusi Mahasiswa,
Perumusan Konstitusi Mahasiswa, Tata Tertib
Kongres, Tahapan & Pelaksanaan Kongres,
Pengawasan Kongres, dan Peserta Kongres.
c. Pembentukan tim ahli perumus kontitusi mahasiswa
terbaru yang ditunjuk berdasarkan 7 orang yang
merupakan perwakilan per fakultas yang telah
dimusyawarahkan di tingkatan fakultas yang disepakati
oleh masing-masing
masing jurusan yang ada di fakultas yang
bersangkutan yang didampingi dosen yang ahli.
ahli
d. Peserta penuh kongres adalah perwakilan mahasiswa
UNP yang merupakan mahasiswa yang mewakili

12
masing-masing
masing program studi yang terdaftar di UNP, 7
orang yang berada dalam 7 kategori:: 1) senior minimal
pernah menjadi DPH di Ormawa UNP; atau 2) sedang
menjabatt sebagai pengurus inti di lingkungan di
tingkat program studi/jurusan; 3) sedang menjabat
sebagai pengurus inti di lingkungan di tingkat fakultas;
4) sedang menjabat sebagai pengurus inti di
lingkungan di UKM; 5) sedang menjabat sebagai
pengurus inti di lingkungan
ingkungan di BEM UNP; 6) sedang
menjabat sebagai pengurus inti di MPM UNP; 7) aktif
sebagai anggota organisasi ekstra kampus. Ini baru
namanya Back to Zero. Semuanya sama dalam hak,
status, dan posisi di dalam sidang Kongres nantinya
dengan satu hak suara untuk satu program studi. Satu
hak suara yang mewakili satu program studi ini harus
berdasarkan hasil musyawarah 7 orang yang mewakili
7 kategori tersebut pada program studi yang
bersangkutan. Perwakilan program studi ditetapkan
dalam musyawarah mahasiswa tingkat program studi
yang dapat dibuktikan dengan daftar hadir, dokumen
lainnya yang mendukung dan diketahui ketua prodi
yang bersangkutan.

13
e. Menetapkan dan mensosialisasikan
ensosialisasikan tahapan kongres
kepada civitas akademika (mahasiswa dan dosen)
sesuai waktu yang telah ditetapkan.
f. Menjaring aspirasi dari civitas akademika (mahasiswa
dan dosen) beserta alumni berkaitan dengan masukan
untuk draft konstitusi yang dapat berbentuk angket
atau survei.
g. Melaksanakan kongres sesuai waktu, tempat, dan
aturan yang telah ditetapkan.
h. Hasil kongres berupa usulan draft konstitusi
mahasiswa UNP yang baru, misalnya RUUD,
Rancangan Peraturan Organisasi, Rancangan AD/ART,
Rancangan Juknis atau rancangan dengan nama
lainnya.
i. Menyampaikan hasil Kongres dan mengusulkan
perubahan statuta
tuta UNP kepada ketua Senat UNP
secara lisan dan tulisan agar dapat disepakati dalam
sidang Senat UNP oleh panitia kongres yang
didampingi oleh MPM UNP. Sebab dalam
Kepmendikbud mengenai Pedoman Ormawa di PT
harus berdasarkan kesepakatan mahasiswa dan
pimpinan perguruan tinggi.

14
j. Apabila hasil kongres tidak disepakati dalam sidang
senat UNP maka panitia mengadakan kongres kedua
atau lanjutan.
k. Kongres kedua atau lanjutan mengundang pimpinan
senat guna mencapai kesepakatan.
l. Penetapan hasil kongres oleh panitia
m. Penetapan konstitusi mahasiswa UNP yang baru oleh
Rektor UNP.

15
C. Memerahnya Kampus Hijau UNP

Kebakaran:: Beberapa mahasiswa melihat kobaran api yang


melahap beberapa bagian gedung FIP UNP, Kamis malam
(17/11). f/jefri
Kamis malam (17/11) sekitar pukul 22.30 WIB,
kebakaran terjadi di area gedung Fakultas Ilmu Pendidikan
UNP. Peristiwa ini tidak memakan korban, namun api yang
langsung membesar ini membakar habis ruangan yang menjadi
pusat kegiatan FIP, seperti: Ruang Baca (Perpustakaan) FIP,
Laboratorium Komputer, Laboratorium Testing Bimbingan dan
Konseling, beberapa ruangan Himpunan Mahasiswa Jurusan,

16
Laboratoium PAUD dan PLS, ruangan Tata Usaha dan arsip-
arsip
arsip dosen. Sementara, gedung baru FIP mengalami kerusakan
pada kaca-kaca gedung dan dinding-dinding
dinding bagian luar
menjadi hitam karena asap dan panas api.
Menurut salah seorang pekerja bangunan FIP yang
malam itu tengah duduk-duduk
duduk di daerah lokasi kebakaran,
Sulistyo, melihat api berkobar dari ruang perpustakaan FIP. Ia
menduga, kebakaran terjadi karena adanya kesalahan pada arus
listrik di dalam ruangan baca utama mahasiswa tersebut. Ia
beserta rekan-rekannya
rekannya dan beberapa mahasiswa yang datang
ke lokasi berusaha memadamkan api dengan peralatan
seadanya. “Pemadam kebakaran
an baru datang sekitar satu jam
setelah api berkobar,” jelasnya, Jumat (18/11). Ada 8 unit
mobil pemadam kebakaran yang datang. Api berhasil
dijinakkan sekitar satu setengah jam kemudian. Hingga siang
ini, asap pun masih keluar dari puing-puing
puing kebakaran.
Mengenai hal ini, dekan FIP, Prof. Dr. Firman, M.Pd,
Kons ketika ditemui di ruang sidang FIP mengatakan FIP harus
cepat berbenah. FIP tidak boleh hanyut dengan keadaan ini.
Seluruh civitas akademika FIP hari ini tetap hadir dan beberapa
ruangan kerja darurat
at juga telah disediakan guna menjalankan
aktifitas seperti biasanya. “Kami berusaha supaya mulai senin

17
depan seluruh kegiatan di FIP akan berjalan seperti biasanya,”
tegas Firman, Jumat (18/11). Ia juga mengatakan, bila keadaan
mendesak, ruang sidang juga akan digunakan sebagai ruang
kerja pegawai FIP. Untuk perkuliahan, hari ini (Jumat) tidak
dilaksanakan karena masih banyaknya kaca pecah dan asap
disekitar lokal kuliah. Jefri*
Sumber:
http://www.ganto.or.id/index.php?mod=berita&kat&id=306&j
udul=memerahnya-kampus-hijau-unp.html

Keterangan:
Pada saat sebelum saya tahu kebakaran, saya sedang makan
malam bersama Debi (Ketua IMABKIN Daerah Sumatera Barat),
Alnoferi (Ketua HMJ BK FIP UNP) dan Ridwan (saat itu masih
mahasiswa tahun 2, setahun kemudian menjabat sebagai Ketua BPM
FIP UNP) di Tunggul Hitam. Kami membicarakan tentang program
IMABKIN ke depannya dan beberapa hal lainnya menyangkut
organisasi. Sesaat saya dan Debi kembali ke kampus untuk lanjut
berdiskusi di sekretariat MPM UNP (kebetulan saat itu saya
menjabat sebagai Sekretaris Umum MPM
M UNP), kami mendengar
suara alarm. Saya mengira simulasi bencana. Namun tidak mungkin
rasanya. Kemudian saya mendapat sms kalau kampus terbakar. Dan
kami bergegas mencari informasi kebenaran informasi tersebut.

18
Pertama yang kami cek adalah kampus FIP (karena
ena saya mahasiswa
FIP). Ternyata kampus FIP yang terbakar. Saat itu, saya merasa
shock,, tanpa banyak berfipikir, saya langsung minta Debi untuk
mengantarkan saya ke Rumah Pak Firman, untuk memberitahu berita
kebakaran itu. Ternyata Beliau belum tahu. Kami pun langsung ke
TKP bersama. Saya dan Beliau berangkat ke kampus dengan mobil
Beliau. Sementara Debi dengan motornya.
Berita ini saya masukkan dalam buku ini dikarenakan saya
merasa sangat terpukul saat itu. Seakan yang terbakar itu adalah
rumah saya sendiri.
ndiri. Gedung yang terbakar adalah tempat dimana
dulunya adalah sekretariat saya pernah menjabat, BPM FIP UNP
salah satunya. Bahkan sebagian besar adalah sekretariat organisasi
mahasiswa yang ada di Fakultas Ilmu Pendidikan. Berkas-berkas
Berkas
penting disana belum
lum sempat saya arsipkan untuk pegangan pribadi
meski softcopy masih tertinggal sebagian besar. Bahkan sampai buku
ini diterbitkan, belum ada sekretariat penggatinya. Belum lagi
perpustakaan yang terbakar. Padahal pada beberapa waktu itu teman-
teman
teman seangkatan saya sedang rajin-rajin
rajin ke perpustakaan untuk
menyelesaikan skripsi. Dan tak kalah penting yang membuat saya
sangat terenyuh saat itu adalah Labor BK ikut terbakar. Disana
terdapat banyak buku-buku dan instrumen BK.

19
D. UNP Menuju Pemilu Raya
Lima pasang calon presiden
dan wakil presiden Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Universitas Negeri Padang
(UNP) tengah fokus
mendengarkan pertanyaan
yang diajukan panelis di acara kampanye dialogis di Teater
Tertutup Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Kamis (22/3).
(22/3)

Kelima pasang calon ini secara bergantian menjawab


pertanyaan. Meskipun terkadang dengan terbata, mereka tetap
bisa menjawab setiap pertanyaan secara tepat dan jelas. Setiap
jawaban yang mereka berikan selalu diiringi dengan tepuk
tangan pendukung dan tim sukses.
Para panelis kampanye dialogis tahun ini terdiri Dr
Helmi Hasan (Pembina Majelis Perwakilan Mahasiswa UNP),
Rino, M.Pd (Dosen Fakultas Ekonomi) dan Muhammad
Habibie (Mantan Presiden BEM periode 2010). Turut hadir,
Pembantu Rektor III UNP, Alizamar,
mar, M.Pd. Kons. Alizamar
mengutarakan obsesinya agar ormawa di kampus UNP terus
berkembang sebagai wahana bagi mahasiswa untuk dapat

20
mengembangkan wawasan sebelum memasuki kehidupan
demokrasi yang sebenarnya.
Demi obsesinya ini, Alizamar berharap calon presiden
pr
dan wakil presiden BEM ini tidak melupakan komitmen
awalnya ketika mencalonkan diri. “Kebanyakan orang sangat
bersemangat ketika ingin mencapai sesuatu, namun semangat
ini terus menurun setelah hal yang mereka inginkan tercapai.
Semoga para calon yang
ng ada saat ini tidak seperti itu dan bisa
menyelesaikan apa yang harus mereka selesaikan sampai
akhir,” ujarnya.
Menurut salah seorang panelis, Rino, M.Pd, para calon
presiden dan wakil presiden tahun ini memiliki kualitas yang
berimbang. Melalui kampanye yang dilakukan para calon telah
berhasil menjual diri mereka dan telah membuktikan meraka
memiliki kemampuan untuk memimpin mahasiswa UNP ke
depan. Ia juga merasa setiap calon memiliki peluang yang sama
untuk terpilih dalam pemungutan suara nanti. “Yang menjadi
m
masalahnya sekarang adalah kurangnya animo mahasiswa
untuk ikut terlibat dalam pesta demokrasi ini,” keluhnya.
Menurutnya, harus ada usaha lebih dari panitia untuk
dapat menyosialisasikan Pemilu Raya (Pemira) ini kepada
mahasiswa. “Harus ada lebih banyak
anyak road show yang

21
dilakukan ke fakultas-fakultas
fakultas agar mahasiswa merasa lebih
terlibat,” lanjutnya. Dosen yang dulunya juga aktif
berorganisasi ini menjelaskan tugas meningkatkan animo
mahasiswa ini juga berada di pundak BEM terpilih. BEM
diharapkan tidak
k hanya menangkap kebutuhan mahasiswa,
tetapi juga dapat menghimpun dan menganalisis apa yang
sebenarnya menjadi kebutuhan mahasiswa.
Kurangnya partisipasi mahasiswa untuk mengikuti
kegiatan pra-Pemira
Pemira juga dirasakan Ketua PPU, Yasmiri.
Menurutnya, meskipun
n PPU sudah berusaha untuk melakukan
sosialisasi masih saja ada mahasiswa yang tidak peduli. “Untuk
sosialisasi Pemira, panitia telah menyebar 18 baliho dan
pamflet di sekitaran kampus induk dan kampus cabang UNP,”
tuturnya. Tetapi, lebih banyak yang tidak peduli. Namun
demikian, Yasmiri tetap optimis dengan pelaksanaan Pemira
kali ini akan sukses. Ia berharap jumlah pemilih meningkat dari
tahun sebelumnya dan siapapun yang menjadi presiden
nantinya harus bertanggung jawab dan dapat menjalankan
tugasnya dengan baik.
Turut menanggapi kurangnya animo mahasiswa ini,
salah satu pasangan calon presiden BEM berpendapat bahwa
masalah ini terjadi karena adanya rasa ketidakpercayaan dari

22
mahasiswa terhadap BEM dari tahun sebelumnya. Menurut
mereka, hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi dan tidak
dirasakannya kinerja BEM oleh mahasiswa dan adanya isu
miring tentang BEM yang hanya mementingkan kepentingan
kelompok. “Inilah yang menjadi tugas BEM mendatang,
mereka harus bisa memberikan perubahan dan memberikan
pencerahan bagi image BEM.
Kemajuan BEM juga menjadi harapan bagi mahasiswa
UNP ada umumnya. Salah satunya adalah Alfat Khuri,
mahasiswa Sendratasik TM 2010. Ia berharap agar BEM lebih
mampu meningkatkan dan membawa nama baik UNP sampai
ke dunia internasional. Selain
lain itu, ia juga mengharapkan agar
panitia pelaksana Pemira untuk selanjutnya lebih kreatif dalam
mensosialisasikan kegiatan selama pra dan pascaPemira.
Senada dengan Alfat, Dicky Khairuman, mahasiswa jurusan
Ilmu Sosial Politik TM 2009 juga berharap agar mahasiswa
lebih peduli ikut berpartisipasi dalam pemilu kali ini. “Semoga
BEM ke depan lebih banyak mengangkat acara yag dekat
dengan mahasiswa,” pungkasnya.
Kampanye dialogis ini merupakan salah satu tahapan
pemilu yang harus dilalui para calon sebelum pemungutan
p
suara yang akan dilakukan 29 Maret mendatang. Tiga hari

23
sebelumnya, Senin (19/3), juga diadakan kampanye monologis
di sekitar Fakultas Ilmu Sosial UNP. Adapun pasangan calon
presiden dan wakil presiden BEM yang maju untuk Pemira
periode ini; Andree Martha S dan Deri Pratama, Ciptro
Handrianto dan Alfi Syahrin, Achmad Badaruddin dan Candra
Kirana, Ahmad Fauzan dan Angga Pedan F serta pasangan
Tunjung Budi Utomo-Rizki Adam.
Sumber: http://harian-sumbar.blogspot.com/2012/03/unp
sumbar.blogspot.com/2012/03/unp-
menuju-pemilu-raya.html

E. PILPRES BEM UNP Panas, Kandidat Saling Jegal

Padang, KlikSumbar
Pemilihan Presiden (Pilpres) Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Padang (UNP) Kamis
29 Maret mulai panas. Bahkan di tataran konstelasi politik
saling jegal mulai ditebar tim sukses para kandidat.

24
Calon kuat Achmad Badaruddin dengan pasangannya
Chandra Kirana (Abe-Ceka) tak luput
put dari terpaan isu miring
yang mendiskreditkan pasangan bertagline Pai
Bacakak (pasangan ideal, bagus, cerdas, kompeten dan aktual).
"Biasalah namanya politik jelang pemilihan tapi saya
tidak gamang justru semakin mensolidkan barisan pendukung
kami,"ujar Achmad Badaruddin, Selasa (27/3) di sebuah
warung sederhana di Airtawar Padang.
Isu yang menerpa Achmad memang tidak tanggung-
tanggung
tagung, mulai dari menerima bantuan dari seorang tokoh
politik Sumbar, kader sebuah parpol sampai ketaklengkapan
syarat sebagai calon presiden BEM.
"Semua itu tidak benar dan semua pendukung dan
simpatisan saya tahu bahwa saya ada di semua kelompok
kemahasiswaaan di UNP Padang, sekarang ini saya dan
pasangan lebih memikirkan penajaman visi dan misi," ujar
anak muda berkacamata plus ini.
Bagi Abe biasa dia dipanggil, Pilpres BEM UNP adalah
sebuah pembelajaran bagi calon pemimpin. "Mahasiswa itu
calon intelektual dan pemimpin bangsa, dan ajang Pilpres
adalah pembelajaran, saya tegaskan pasangan Abe-Ceka
Abe adalah
dua kader bangsa yang siap
p berdiri independen untuk

25
memperjuangkan aspirasi mahasiswa. Jadi naif rasanya kalau
saya disebut terima uang bantuan dari tokoh politik atau
bahkan terlibat kepengurusan maupun kader sebuah Parpol.
Dan kami siap menentang isu yang membunuh karakter kami,"
kami,
ujarnya.
Pasangan bernomor urut dua pada Pilpres Kamis besok
ini, optimis lebih unggul dari lima pasangan kandidat presiden
BEM UNP yang akan bertarung. "Insyaallah kami lebih unggul
dari kandidat lain baik pengalaman maupun visi dan misi serta
program kerja," sebutnya
Pasangan yang mengusung visi mewujudkan Tridharma
perguruan tinggi dengan meningkatkan peran dan fungsi
mahasiswa menjadi lebih cerdas, sehat, aktual, ilmiah, normatif
dan intelektual dalam rangka pendidikan karakter mahasiswa
yang berjiwa seni, sosial, wirausaha, produktif, kritis, kreatif
dan solutif demi pengembangan diri mahasiswa menuju
persiapan kader bangsa 2014 yang mampu bersaing di era
global.
"Visi itu kami tuangkan pada 10 misi, antara lain
meningkatkan rasa kekeluargaan sesama mahasiswa,
ahasiswa,
merevitalisasi sistem kepemimpinan dan kaderisasi mahasiswa,
merespon isu dan kebijakan kampus, daerah, nasional dan

26
internasional secara cepat dan mempersiapkan mahasiswa siap
pakai pra wisuda," ujarnya.
Dari pandangan banyak pentolan mahasiswa di UNP,
pasangan Abe -Ceka
Ceka cukup berpeluang menjadi presiden dan
wakil presiden BEM UNP terpilih Kamis besok. "Amien,
mohon doa kawan-kawan semua,"ujar Abe... ( Adt/ )
Sumbar: http://kliksumbar.com/berita
http://kliksumbar.com/berita-2511-pilpres-
bem-unp-panas-kandidat-saling-jegal.html
Dibaca: 961 kali

F. UNP Selesaikan Pesta Demokrasi Mahasiswa


Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP periode 2012 telah
selesai dilaksanakan. 5 pasang calon mewarnai jalannya pesta
demokrasi guna memperebutkan sepasang kursi di BEM.
Mereka adalah Ahmad Fauzan H-Angga
Angga Perdana Putra No.
Urut 1, Achmad Badaruddin-Candra
Candra Kirana No. urut 2, Ciptro
Handrianto-Alphi Syahrin
hrin No. Urut 3, Andre Martha Saputra-
Saputra
Deri Pratama No. Urut 4 dan Tunjung Budi Utomo-Rizki
Utomo
Adam No. Urut 5.
Pemilu yang diselenggarakan Kamis (29/3). Malam
harinya dilanjutkan pengitungan suara di lokal T27 yang

27
berlangsung dari pukul 21.00-10.30
10.30 WIB Jumat (30/3).
Perolehan suara dimenangkan oleh pasangan calon No. 5
dengan memperoleh 1834 suara dari jumlah pemilih 5402
orang pemilih. Kemudian disusul pasangan No. Urut 3
memperoleh 1270 suara, No. Urut 4 memperoleh 1062 suara,
No. 2 memperoleh 507 suara dan No. Urut 1 dengan 499 suara.
Sedangakan suara tidak sah berjumlah 216 dan abstain 18
suara. Dengan demikian Tunjung Budi Utomo-Rizki
Rizki Adam
terpilih menjadi Presiden-Wakil
Wakil Presiden BEM UNP periode
2012.
Pemilihan umum yang diselenggarakan oleh Panitia
Pemilihan
ihan Umum (PPU) berjalan di 12 Tempat Pemungutan
Suara (TPS). Ke 12 TPS itu terdiri dari 7 TPS di kampus pusat
dan 5 TPS di kampus cabang. Untuk pemungutan suara di TPS
ketua PPU Yasmiri mengungkapkan pihaknya bekerja sama
dengan BEM semua fakultas yang ada.
a. “BEM Fakultaslah
yang melakukan pemungutan suara di Fakultasnya masing-
masing
masing,” terangnnya Jumat (30/3). Begitu juga dengan Panitia
Pengawas Pemilu (Panwaslu) yang akan memantau jalannya
pemilu juga bekerja sama dengan seluruh Badan
Permusyawaratan Mahasiswa
siswa seluruh Fakultas. “Hal ini

28
dilakukan supaya semuanya terlibat dalam pesta demokrasi kita
ini,” Tutupnya.
Pembantu Rektor III Drs. Alizamar M.Pd, Kons
mengungkapkan kebanggaannya kepada semua pihak yang
telah menyukseskan pemilu ini. Selanjutnya Ia ju
juga
mengatakan pesta demokrasi yang digelar UNP sudah
meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terlihat
dari lancarnya proses pemilu walupun masih banyak
mahasiswa yang tidak menggunakan hak pilihnya. ”Pemilu
yang dilakukan saat ini sudah cukup baik, walaupun ada sedikit
kesalahan,” tuturnya, Jumat (30/3).
Ia berharap bagi pasangan calon yang tidak terpilih supaya
bisa bekerja sama demi meningkatkan UNP lebih baik dimasa
yang akan datang. Begitupun dengan pasangan calon terpilih
hendaknya bisa merangkul
erangkul semua sivitas akademika yang ada.
Yang terpenting koordinasi dengan organisasi-organisasi
organisasi
mahasiswa yang ada di UNP harus dijaga dengan baik.
“Dengan demikian semua program akan terlaksanan sesuai
dengan harapan,” tutupnya. G. Faeza
Sumber:
http://www.ganto.or.id/index.php?mod=berita&kat&id=374&j
udul=unp-selesaikan-pesta-demokrasi-mahasiswa.html
mahasiswa.html

29
30
G. Asses tak lagi di bawah naungan WP2SOSPOL

Sekretariat:: Sekretariat WP@SOSPOL yang terletak di


Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) UNP, Rabu (6/7).
f/Yidhi
Meski belum diatur dalam AD/ART WP2SOSPOL,
AssEs merupakan Event Organizer (EO) dari WP2SOSPOL
untuk periode tahun 2010. Namun, periode tahun 2011,
keduanya berjalan masing-masing
masing dan AssEs mengundurkan
diri dari kepengurusan WP2SOSPOL.
Felzi Rahman, Sekjend terpilih untuk periode 2011 ini
menceritakan semenjak tahun 2006, WP2SOSPOL vakum.
Namun pada tahun 2009, WP2SOSPOL berusaha
berusah untuk
bangkit. Pada November 2010, Muhammad Sugero ditunjuk
sebagai Penanggung Jawab Sementara (PJs) Sekretaris Jenderal

31
(Sekjend). Ketika diangkat, Sugero mengatakan ingin
melakukan suatu perubahan untuk membumingkan nama
WP2SOSPOL. Ide itu didukung Achmad
mad Badarudin selaku
Dewan Prematur beserta dengan beberapa anggota lainnya.
Setelah diadakan diskusi, barulah berdiri AssEs sebagai EO
dari WP2SOSPOL. “Tujuan awalnya untuk mendompleng
dana WP2SOSPOL, dengan menjadikan AssEs sebagai EO dan
ditunjuk Muhammad
ad Sugero sebagai presiden AssEs,”
ungkapnya, Kamis (19/5).
Menurut Felzi, satu bulan setelah Mubes, AssEs minta
keluar dari WP2SOSPOL yang kemudian diikuti oleh
pengunduran diri Muhammad Sugero selaku presiden AssEs
yang juga selaku anggota WP2SOSPOL. “AssEs
ssEs yang keluar
duluan baru diikuti Sugero,” lanjutnya.
Pada saat yang bersamaan WP2SOSPOL kecewa
terhadap AssEs, hal ini diungkapkan Achmad Badarudin,
menurutnya bukan permasalahan uang, tapi WP2SOSPOL
merasa telah dimanfaatkan AssEs. “WP2SOSPOL hanya untuk
mendapatkan izin bagi AssEs,” tegasnya. Ia menambahkan,
awalnya ada keinginan untuk membuat perjanjian hitam di atas
putih hanya saja AssEs terlanjur berkembang pesat sebagai EO.

32
Tak beberapa lama kemudian, WP2SOSPOL
mengeluarkan surat Asosami No.
01/UN.35.11.2.1.3/DPH/WP2SOSPOL/Ph/2011 dengan
tembusan ke Rektor, Pembantu Rektor III, Kepala Bagian
Kemahasiswaan, Pembantu Dekan tiap-tiap
tiap fakultas tentang
permasalahan perpecahan tersebut. Ini dilakukan WP2SOSPOL
agar tidak ada anggapan lagi bahwa sekarang
rang AssEs tak lagi di
bawah naungan WP2SOSPOL.
Presiden AssEs, Muhammad Sugero membenarkan saat
ini AssEs tidak lagi di bawah naungan WP2SOSPOL.
Menurutnya, AssEs harus istirahat dulu. Ia lebih memfokuskan
tanggung jawab sebagai Menteri pada Badan Eksekutif
Eksek
Mahasiswa (BEM) Universitas 2011. “Setelah kepengurusan
BEM 2011, tidak tertutup kemungkinan AssEs akan berjalan
kembali ,” tuturnya, Sabtu (2/7).
Penanggung Jawab WP2SOSPOL, Aldri Frinaldi, S.H,
M.Hum. sudah mengetahui kronologis permasalahan
permasala tersebut.
Namun, ketika ditemui di kantor Jurusan Fakultas Ilmu Sosial,
ia tak mau membela salah satu dari kedua belah pihak tersebut.
Menurutnya konflik yang terjadi itu adalah wajar dalam
berorganisasi. Konflik itu bagian dari dinamika organisasi. “Itu
“I

33
manajemen mereka, biar mereka yang menyelesaikan,”
tuturnya, Jumat (27/5).
Suatu masalah pada dasarnya bisa langsung
diselesaikan dan ada juga yang harus diambangkan.
“Diambangkan disini, bukan berarti pembiaran,” ujarnya.
Karena menurut Aldri, permasalahan
lahan seperti ini akan
terselesaikan dengan sendirinya. Jika harus diselesaikan juga,
takutnya akan ada perasaan tidak enak pada kedua belah pihak
yang akan ditimbulkan setelahnya.
Menanggapi hal ini, Pembantu Rektor III, Drs. Alizamar,
M.Pd mengatakan ketidak setujuannya dengan adanya
organisasi dalam organisasi. “Harusnya tak ada organisasi di
dalam organisasi karena bisa memicu konflik,” tegasnya,
Selasa (28/6). Idealnya sebuah organisasi itu memiliki tujuan
yang sama. “Untuk mencapai itu, maka diaturlah dalam
AD/ART masing-masing Ormawa,” tutupnya. Nova
http://www.ganto.or.id/index.php?mod=berita&kat&id=190&j
udul=asses-tak-lagi-dibawah-naungan-wp2sospol.html
wp2sospol.html

Keterangan:
Saya waktu itu menjabat sebagai Dewan Formatur, Konsultan
dan Legislatif WP2SOSPOL UNP. Sebenarnya ASSES yang

34
diberikan kesempatan pada awalnya adalah dalam bentuk
subdivisi layaknya badan semi otonom dii bawah salah satu
divisi WP2SOSPOL UNP.

H. Kampanye Dialogis untuk Pemilu FIP

Rabu (7/10) lalu


dilaksanakan kampanye
dialogis untuk
melengkapi rangkaian
acara Pemilu yang akan
diselenggarakan pada
tanggal 13 November 2012. Pemilu kali ini membawa tiga
nama sebagai calon Ketua BEM, diantaranya Wellyandi
Mahasiswa Psikologi TM 2009, Ferdino Wedi Sanjaya
Mahasiswa Adm. Pendidikan TM 2010, dan Agus Randa
Mahasiswa PGSD TM 2010. Bertempat di lantai 4 gedung FIP
acara ini dihadiri oleh tiga orang Panelis yang menguji para
kandidat. Para Panelis merupakan orang-orang
orang yang sudah
berpengalaman sebagai aktivis mahasiswa, diantaranya
Yulianto Santoso, M.Pd., Hendra, S.Si., dan Achmad
Badaruddin.

35
Pembantu Dekan III FIP, Drs. Syahril, M.Pd.
menyampaikan agar ketua terpilih
rpilih nantinya mampu menjadi
penentu kegiatan, menuntun mahasiswa serta melanjutkan
program kerja BEM sebelumnya. Lebih lanjut, beliau
mengatakan kampanye dialogis merupakan ajang pembelajaran
bagi mahasiswa supaya calon yang terpilih nanti bisa
menampung aspirasi mahasiswa FIP tanpa terkecuali. Sejalan
dengan itu, Ketua Pelaksana Rian Syahlevi juga mengharapkan
calon terpilih nanti mampu mengembangkan kinerja BEM,
memperluas jaringan kerjasama, dan rasa kekeluargaan tanpa
mengenal perbedaan. “Siapapun yang
g terpilih, saya harap bisa
membuat FIP lebih maju kedepannya,” jelasnya, Rabu (7/11).
Kampanye dialogis berlansung secara terbuka. Besar
harapan mahasiswa kepada calon terpilih untuk memberikan
yang terbaik bagi kemajuan FIP. Seperti yang disampaikan
oleh Lutfi, Mahasiswa Adm. Pendidikan TM 2010 yang
menompangkan harapannya supaya calon terpilih tidak
melupakan mahasiswa FIP di kampus cabang. “Berikan
informasi yang berimbang, lengkap tanpa mempersoalkan
perbedaan,” tuturnya. Wak ii*, Cici*

36
Sumber:
http://www.ganto.or.id/index.php?mod=berita&kat&id=461&j
udul=kampanye-dialogis-untuk-pemilu-fip.html

Keterangan:
Saya menilai calon-calon Ketuaa BEM FIP tersebut sudah
memiliki jiwa kepemimpinan dengan pengalamannya masing-
masing
masing. Sayangnya, pengetahuan tentang aturan organisasi
mahasiswa khususnya lingkup UNP, masih kurang. Padahal
aturan adalah pedoman dalam pelaksanaan sebagai nakhoda
organisasi
si mahasiswa nantinya di FIP UNP. Pembekalan lebih
lanjut tentang aturan-aturan
aturan yang berkenaan dengan organisasi
kampus agar tidak disorientasi, mesti diberikan kepada calon-
calon
calon Ketua BEM FIP UNP selanjutnya selain pengembangan
softskillnya.

I. Kesempatan Menjadi Panitia Kongres Mahasiswa FIP


UNP 2010
Dalam rangka menyukseskan
Kongres mahasiswa UNP, MPM
menerima aspirasi konstitusi dari
berbagai pihak baik itu secara

37
pribadi maupun organisasi kemahasiswaan di UNP. Maka dari
itu, BPM FIP UNP merancang RUUD Mahasiswa UNP untuk
bahan kongres nantinya. Bahkan BPM FIP UNP
mensosialisasikan RUUD tersebut dalam koordinasi ormawa
selingkungan FIP UNP. Berbagai ormawa yang hadir
menyepakati adanya Kongres Mahasiswa FIP UNP. Sehingga
perlu adanya kepanitiaan untuk mengangkatkan
ngangkatkan acara tersebut.
Panitia berasal dari mahasiswa FIP. Berdasarkan hasil
koordinasi awal tahun, maka dihasilkan keputusan bahwa
peserta kongres mahasiswa FIP UNP adalah 5 orang
perwakilan mahasiswa per jurusan yang ada di Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Padang.
Dengan kriteria perwakilan setiap jurusan:
 Orang pertama merupakan Ketua HMJ/Pro
 Orang kedua adalah pernah menjabat di DPH
HMJ/Ormawa atau sedang menjabat sebagai DPP
 Orang ketiga adalah pengurus Forsis FIP UNP
 Orang keempat adalah pengurus BEM FIP UNP
 Orang kelima adalah pengurus BPM FIP UNP
Sumber:http://fip.unp.ac.id/index.php?option=com_content&ta
http://fip.unp.ac.id/index.php?option=com_content&ta
sk=view&id=268&Itemid=1
THURSDAY, 30 SEPTEMBER 2010

38
Keterangan:
Program ini tidak terjalankan. Namun program semacam ini
dengan nama program Musyawarah Besar Mahasiswa FIP
UNP, diangkat BPM FIP UNP yang diketuai oleh BPM FIP
UNP yang bernama Ridwan Lubis. Pada kepengurusannya,
musyawarah tersebut menghasilkan produk kesepakatan, yaitu
Deklarasi Limau Manih.

J. Program Magang Berorganisasi di BPM FIP UNP 2010

Kegiatan ini diperuntukan bagi


mahasiswa yang berminat
mengikuti program
pengembangan diri yakni melalui
magang berorganisasi di BPM FIP
UNP 2010/2011. Magang berupa
penyelesaian misi-misi
misi yang telah
ditetapkan dalam sebuah satuan
magang. Kegiatan ini tidak
mengikat mahasiswa sehingga peserta
eserta magang bisa menyesuaikan

39
dengan jadwal kuliah. Hal ini dikarenakan peserta magang dapat
diluluskan berdasarkan penyelesaian misi-misi
misi yang diberikan tanpa
diberikan limit waktu. Walaupun waktu maksimal berakhir hingga
di penghujung kepengurusan BPM FIP UNP itu sendiri. Bagi peserta
yang cepat menyelesaikan misi-misinya
misinya maka cepat pula lulus
magangnya. Misi-misi
misi tersebut berupa kecakapan
kecakapan-kecakapan
(softskill) yang seharusnya dimiliki peserta atau kegiatan-kegiatan
kegiatan
yang akan dilakukan.
Beranjak dari kegiatan magang tersebut diharapkan lulusan magang
berorganisasi di BPM FIP UNP dapat menjadi kader-kader
kader aktivis
ormawa yang kritis, kreatif, sadar aturan, komitmen, teladan,
profesional, dan memiliki kompetensi akademik yang bagus bahkan
diharapkan menjadi
di calon pemimpin masa depan nantinya. Program
ini sangat cocok bagi mahasiswa yang ingin melakukan
pengembangan diri di kampus namun khawatir terganggu kegiatan
akademiknya. Sebelum mendaftar menjadi peserta magang
berorganisasi di BPM FIP UNP, pastikan dulu
ulu telah bergabung di
grup Facebook Ikatan Keluarga Mahasiswa FIP UNP. Tidak ada
pungutan biaya apapun selama pendaftaran hingga kelulusan
magang, kecuali biaya sertfikat dan tes kelulusan sertfikasi senilai
Rp. 20.000,00 bagi yang telah dinyatakan lulus. Bagi calon peserta
magang yang merupakan rekomendasi organisasi mahasiswa yang

40
ada di FIP UNP (HMJ/BEM/FORSIS/BPM) maka akan
diprioritaskan untuk menjadi peserta magang. Seleksi dilakukan
melalui administrasi. Namun jika peserta melewati batas jumlah
yang di targetkan, maka akan diadakan tes. Semoga kegiatan ini
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya
baiknya untuk pengembangan diri
mahasiswa FIP UNP.
Sumber :
http://fip.unp.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=
index.php?option=com_content&task=view&id=
267&Itemid=1

Keterangan:
Program ini tidak terlaksana. Sebab peminat program ini bisa
dikatakan tidak ada.

41
K. Hak Jawab: Mondar-mandir di ORMAWA

RATED AB : Mondar Mandir di ORMAWA


“Infotainment Masuk Kampus”

Angka 13 merupakan angka favorit bagi AB. Begitu


juga halnya berita halaman 13 pada surat kabar Ganto edisi
Desember 2010. Berita yang bukan mengungkap kebenaran
malah menimbulkan kesalahpahaman bagi publik alias
pembodohan publik. Berita yang ditampilkan sepotong-
sepotong
sepotong dan lebih menonjolkan opini dibanding fakta yang
sebenarnya. Walaupun fakta-fakta
fakta dan bukti yang dikumpulkan
sudah lengkap namun yang dipublikasikan justru hanya opini-
opini
opini layaknya infotainmen yang berusaha mengorek masalah
pribadi orang lain. Bukti-bukti
bukti tertulis pun seperti Berita Acara
& SK PAW Pengurus BPM FIP UNP, Berita Acara Koordinasi
ORMAWA FIP UNP yang pertama dan yang kedua yang
berupa aspirasi dan hal lainnya, sudah AB pinjamkan kepada
peliput berita “Mondar Mandir di ORMAWA”” yang hingga
sekarang belum dikembalikan. Cerita yang tidak runtut
membuat pembaca salah paham dalam mengartikan berita

42
tersebut. Menurut AB, “saya tidak sehebat itu bisa mondar-
mondar
mandir di ORMAWA dengan jabatan yang strategis seenaknya,
singkatnya orientasii karir organisasi saya jelas dengan Analisis
SWOT dalam pengambilan keputusan dan tindakan ketika
melangkah di ORMAWA manapun. Semuanya ada
perencanaan, namun manusia hanya bisa berencana, berusaha
dan berdoa sedangkan yang menetapkan tetap Allah swt”.
Hall ini sempat membingungkan bagi AB, apakah berita
itu melanggar kode etik jurnalistik atau tidak. Kejadian seperti
ini bukan yang pertama kali bermasalah dengan peliput berita
yang sama. Sebut saja pemberitaan pertama beberapa bulan
lalu di salah satu web kampus, yang harus diklarifikasi. Karena
dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam pemberitaan
tersebut. Peliput berita telah meminta maaf dan akan
mengklarifikasi berita tersebut. Namun hingga saat ini belum
juga diklarifikasi. Padahal pihak panitia tidak mengundang
me
wartawan ataupun media dalam acara tersebut (tidak ada izin
untuk peliputan berita dari panitia). Dia mengaku disuruh dan
takut atas posisinya sebagai mahasiswa akan terancam jika
tidak meliput. Pernyataaan itu keluar dari peliput tersebut
ketika AB melakukan diskusi (chatting) dengannya melalui
facebook. AB berharap “mudah-mudahan
mudahan pemberitaan

43
berkaitan saya yang kedua ini, murni kebutuhan mengungkap
kebenaran bukan disengaja karena suruhan oknum tertentu atau
kepentingan pihak tertentu”.
Kita bedah
h berita tersebut mulai dari sini, peliput
menanyakan alasan AB mengundurkan diri sebagai Ketua
BPM FIP UNP, tanpa menunjukkan identitasnya sebagai
peliput. Lantas AB menjawab bahwa dikarenakan masalah
pribadi. Peliput balik bertanya apa dikarenakan menjadi
menjad Sekum
MPM UNP. Dia mengaku informasi tentang alasan AB
mengundurkan diri dari Ketua BPM FIP UNP karena AB
menjabat Sekum MPM UNP dari PD III FIP UNP. Jelas saja
itu tidak benar. Malah peliput berita “ngotot” menyimpulkan
bahwa AB tidak bertanggung jawab. Kemudian AB mulai
memperjelas bahwa kuliah pun harus AB tinggalkan apalagi
urusan organisasi, hal ini memang lantaran masalah pribadi.
Peliput berita tersebut berusaha ingin mengetahui masalah
pribadi tersebut. Terang saja AB tidak mau memaparkan
masalah pribadinya karena menyangkut privasi. Bahkan peliput
mengkaitkan dengan aspirasi mahasiswa FIP (Kesekretariatan
ORMAWA FIP, Mushalla FIP, Kongres Mahasiswa FIP UNP,
antara akademik dan organisasi dan aspirasi lainnya). Tentu
saja AB menolak bukan soal itu dan AB menegaskan tidak ada

44
tekanan dari pihak fakultas serta tidak ada tuntutan AB dalam
aspirasi tersebut melainkan usulan dari berbagai pimpinan
ORMAWA FIP UNP. Jadi, kalau aspirasinya ditolak ataupun
diterima, ya itu kan haknya pimpinan fakultas. Sayangnya,
Saya
aspirasi tersebut kurang direspon dengan baik. Tidak ada
respon berupa dialog ataupun secara tertulis dengan pimpinan
ORMAWA FIP UNP. Jadi, tidak ada kaitan antara aspirasi
dengan pengunduran diri AB. Bahkan kami (pimpinan
ORMAWA FIP UNP) berusaha dengan
engan cara lain (selain tertulis
dan dialog) jika aspirasi ditolak pada koordinasi pimpinan
ORMAWA FIP UNP selanjutnya. Sayangnya, AB terburu
mengundurkan diri akibat masalah pribadinya.
Di luar itu semua, saya berencana tidak akan ada di
Kota Padang pada waktu yang lama lantaran masalah pribadi
bukan masalah kuliah atau organisasi. Sehingga saya harus
meninggalkan aktivitas di kampus tanpa meninggalkan
tanggung jawab. Makanya saya mengundurkan diri untuk
mengalihkan tanggung jawab AB (mengundurkan diri) sebagai
s
Ketua BPM FIP UNP kepada Sekum BPM FIP UNP (Adryan
Syofrida). Ternyata AB gagal berangkat (hari selasa). Saat itu,
AB butuh organisasi yang bisa mewadahi dalam
pengembangan diri lantaran sudah mengundurkan diri dari

45
BPM. Berhubung HMJ BK FIP UNP kesulitan
ulitan mencari
anggota untuk diutus sebagai anggota MPM dan waktu
pendaftaran hampir ditutup, sehingga AB mendaftarkan diri
sebagai anggota MPM (hari rabu). Sejak awal masa
pendaftaran, AB dan Ketua HMJ BK FIP UNP berusaha
mencari anggota MPM dari mahasiswaa BK namun ketika
sudah ada, malah mengundurkan diri setelah mendaftar. Kalau
memang ingin menjadi anggota MPM UNP, mengapa AB tidak
dari awal saja. Sementara SK Dekan tentang Pemberhentian
Ketua BPM FIP UNP dan mengangkat Nur Novriani S (sudah
di PAW) sebagai
agai Ketua BPM FIP UNP sementara (hari kamis,
tanggal 28 Oktober 2010). Kemudian di hari yang sama
melengkapi persyaratan dengan persetujuan/musyawarah HMJ
yang diketahui secara tertulis oleh Ketjur BK FIP UNP (hari
kamis).
Selama pengunduran diri tidak adaa pemanggilan
ataupun diskusi terlebih dahulu hingga keluarnya SK
Pemberhentian no 3477/H.35/KM/2010. Surat permohonan
ditujukan kepada Ibu Pembantu Dekan III FIP UNP pada
pembukaan KRIDA tanggal 23 Oktober 2010, potongan surat
tersebut berisi sebagai berikut: “Dengan berbagai
pertimbangan, kondisi dan sebagainya, maka saya bertanda

46
tangan di bawah ini : ……………… menyatakan bahwa saya
memohon untuk mengundurkan diri dari jabatan yang
diamanahkan. Saya limpahkan kuasa kepada Sekretaris Umum
untuk mengambil keputusan
putusan selanjutnya di BPM FIP
UNP……. Padang, 22 Oktober 2010……..”. Sebelum dan
sesudah SK Pemberhentian dikeluarkan, AB sudah berusaha
menemui PD III FIP UNP, namun Beliau tidak berada di ruang
kerjanya.
Berdasarkan JUKNIS ORMAWA, salah satu
wewenang BPMF (pasal 26 ayat d) adalah melakukan
pergantian antar waktu (PAW) anggota BPMF serta pada pasal
30 ayat (1) bahwa pengesahan dan pelantikan BPMF
ditetapkan dengan Surat Keputusan Dekan. Sementara Nur
Novriani S telah di PAW berdasarkan hasil sidang paripurna
paripurn
BPM FIP UNP yang dituangkan dalam berita acara dan surat
keputusan Ketua BPM FIP UNP. Sedangkan berita acara dan
surat keputusan tersebut telah diserahkan kepada Dekan &
Pembantu Dekan III FIP UNP. Hanya saja perubahan SK
Kepengurusan BPM FIP UNP belum dirubah
irubah oleh pihak
fakultas hingga sekarang. Padahal PAW tersebut sudah yang
kedua kalinya. Jadi, sempat bertukar-tukar
tukar (pengangkatan dan
pemberhentian) struktur kepengurusan akibat kondisi internal

47
yang dihadapi BPM FIP UNP. Bahkan keterwakilan BPM FIP
UNP saat ini dipertanyakan. BPM FIP UNP kesulitan dalam
melengkapi kepengurusan sejak awal pengesahannya. Namun
hal itu tidak menyurutkan BPM FIP UNP dalam melaksanakan
tugas, wewenang dan fungsinya sesuai JUKNIS ORMAWA
UNP.
Ijo? FIP!
FIP? Ijo!
Hidup Mahasiswa! Jaya UNP!
“Dengan kekuasaan media dapat men-judge mana yang
bandit dan mana yang pahlawan. Jadi, hendaknya jangan
sembarangan menggunakan kekuasaan untuk menghakimi
orang. Jangan jadi Pahlawan di siang bolong. Media bisa
mencerdaskan dan bisa pula
la membodohi, maka hati-hati
hati
menggunakan media dalam menyampaikan informasi”. Ucapan
terima kasih kepada peliput berita yang telah mempopulerkan
AB.

Keterangan:
Hak jawab ini diberikan kepada pihak Ganto namun tidak
semua tulisannya bisa diterbitkan. Ini hak jawab uncut version.

48
CERITA ALAM
Cipt. Achmad Badaruddin

Emasi kepala dengan besi


berkilau emosi di hati
Kayu perabot gerakan nurani
berserakan ladangi minyak ini
Rekayasa batupun dimulai
beragam kepalsuan binatang lain
Gelombang ombak berdebur di pantai
berhembuskan angin sepoi
Layar kapalpun terkembang sempit
berkabin permata kotoran sapi
Ikan terus hidup dengan insang perih
bersimbiosis di dasar laut penuh misteri
Manusia berkembang biak dengan labil
beragam naungan arti bermain api
Dunia sudah tua akan mati
bertambah kebosanan gedung tinggi
Kerlap-kerlip lampu menambah sepi bumi
bercahaya kerapuhan Ridho Illahi
Cahaya Illahi di hati ummatnya
bertubuh limpahan rahmat Imani diri
Di saat cerita berakhir
Di saat itulah cerita baru dimulai
23 April 2007

49
BAB II
GORESAN DALAM GAGASAN

A. Artikel
1. Satuan Khatulistiwa Pelajar Siap Mendobrak

Setelah Felzi Rahman berhasil mendulang kesuksesan


melalui BEM UNP periode 2010 dengan mengangkat

Khatulistiwa Pelajar pada tanggal 26-27


27 November 2010,
kini Achmad Badaruddin bersama Wadah Pengkajian dan
Pengembangan Sosial Politik (WP2SOSPOL) UNP
bekerjasama
asama dengan Satuan Pelajar Mahasiswa Pemuda
Pancasila (SAPMA PP) komisariat UNP kembali
menggelar Khatulistiwa Pelajar Season II (tingkat

50
lanjutan) se-Sumatera
Sumatera Barat pada tanggal 30 Desember
2010 hingga 2 Januari 2011 di Taman Wisata Pulau
Belibis, Kota Solok.
olok. Gusrizal, Pengurus OSIS asal Sungai
Geringging menuturkan “Sekolah saya tertarik dengan
adanya Khatulistiwa Pelajar sehingga ingin bekerjasama
dalam mengadakan khatulistiwa pelajar di sekolah saya”.
Khatulistiwa Pelajar merupakan pelatihan OSIS se-
se
Sumatera
matera Barat. Khatulistiwa Pelajar lanjutan ini sangatlah
berbeda dengan Khatulistiwa Pelajar yang pertama. “Saya
tidak menduga setting Khatulitiwa Pelajar kali ini sangat
diluar dugaan dari kegiatan serupa sebelumnya” ujar Asep,
Ketua OSIS RSBI SMAN 1 Lubuk Alung.
Kali ini diadakan di ruang terbuka. Selain pemateri
yang diundang bukanlah orang yang sembarangan seperti
Wakil Ketua DPRD kota Solok, Ketua DPRD
Payakumbuh dan sebagainya, materinya pun lebih
cenderung kepada penguasaan konten dibanding
Khatulistiwa
tiwa Pelajar pertama yang lebih cenderung kepada
informasi. Agendanya pun sarat dengan simulasi yang
intensif dan aplikatif seperti Seni Kepemimpinan, Teknik
Lobi & Negosiasi, Public Speaking, Administrasi &
Birokrasi, Manajemen Aksi, Manajemen Konflik, dan
da

51
Teknik Persidangan. Diiringi dengan berbagai kegiatan
mengolah fisik serta pengembangan spiritual dan sosio-
sosio
emosional peserta dari pertama kedatangan hingga
kepulangannya. Disela-sela
sela kegiatan disisipkan teori
komunikasi dan beberapa teknik konseling seperti
erti 3M dan
sebagainya. Berbagai kegiatan tersebut di-setting
setting agar
peserta lebih Nasionalis, Kritis, Religius dan Ilmiah.
“Penetrasi dari kegiatan ini ialah kesadaran tentang
identitas diri peserta Khatulistiwa Pelajar serta kontribusi
mereka sebagai remajaa sekaligus pemuda yang merupakan
bagian dari masyarakat sehingga diharapkan kelak menjadi
penerus pemimpin bangsa dan sangat direkomendasikan
kepada peserta Khatulistiwa Pelajar dapat sharing apa
yang telah didapatkan kepada rekan-rekannya
rekannya ketika
kembali ke sekolah dan daerahnya masing-masing”
masing
tambah Achmad Badaruddin selaku konseptor dan Ketua
Pelaksana Khatulistiwa Pelajar. “Hendaknya memang arah
ataupun orientasinya saat ini sudah abdi masyarakat
dibanding abdi negara.” Tambah Bapak Zulfadhli
S.Kom.MM (Wakil
Wakil Ketua DPRD Kota Solok) ketika
menyampaikan materi.

52
Kusnedi Kresnelson S.Si sebagai koordinator Acara
menambahkan “Dalam acara ini, juga ada Musyawarah
Besar dengan pembahasan Program Kerja, Pembina,
AD/ART dan pembentukan pengurus inti Satuan Pelajar
Khatulistiwa”. Dalam musyawarah besar tersebut, peserta
sidang berencana mengadakan kegiatan-kegiatan
kegiatan yang
sesuai dengan anggaran dasar sekaligus sosialisasi Satuan
Pelajar Khatulitiswa di daerahnya (kabupaten/kota)
masing-masing. Setelah kegiatan-kegiata
kegiatan tersebut
berhasil dilaksanakan, maka mereka juga merencanakan
Khatulitiwa Pelajar tingkat Regional Sumatera. Sedangkan
untuk Pembina organisasi tersebut adalah SAPMA PP
komisariat UNP dan WP2SOSPOL UNP. “Kami siap
membina dan memfasilitasi Satuan Pelajar Khatulistiwa
Sumatera Barat dalam kegiatan-kegiatan
kegiatan yang akan
dilaksanakan” tambah Rizki Adi Putra, Ketua SAPMA PP
komisariat UNP pun berkomentar. Bapak H. Irzal Ilyas,
Walikota Solok, mengatakan bahwa beliau sangat
mendukung adanya Khatulistiwa Pelajar dan
d pemerintah
daerah siap membantu ketika membuka acara Khatulistiwa
Pelajar ini.

53
“Saya berharap dengan adanya Satuan Pelajar
Khatulistiwa, kami dapat ikut membangun bangsa
khususnya Sumatera Barat kearah yang lebih baik” ujar
Ketua Satuan Pelajar Khatulistiwa,
stiwa, Gusri Effendi,
Pengurus OSIS asal Payakumbuh. Dia mengatakan puas
kepada panitia Khatuliswa Pelajar. Karena banyak ilmu,
pengalaman dan berbagai hal baru yang didapat dari
kegiatan ini. Satuan Pelajar Khatulistiwa Sumatera Barat
adalah wadah organisasi
asi bagi kumpulan pengurus
Organisasi Siswa Intra Sekolah tingkat Sumatera Barat.
Sorakkanlah “Pancasila…!?” Maka Satuan Pelajar
Khatulistiwa akan menjawab “Abadi!!!”

2. Pendidikan Identitas Karakter Bangsa


Keunikan dan Kelangkaan lebih diburu dan diincar
daripada menjadi orang seperti Kebanyakan orang. Mana
yang mahal, yang langka atau yang lazim. Jadilah diri
sendiri. Orang lain bukanlah standar Anda. Standarnya ada
pada diri Anda sendiri. Percayalah Anda punya
unya potensi
yang tidak sehebat yang orang lain miliki. Cari itu. Itu
adalah kunci memenangkan persaingan global.

54
Mana yang akan kita pilih, memenuhi kebutuhan atau
keinginan? Yang mana yang Anda butuhkan, sekolah atau
pendidikan? Pendidikan mana yang Anda
And butuhkan,
pendidikan yang dibutuhkan Anda atau pendidikan yang
diinginkan pemerintah? Sudahkah pemerintah merancang
pendidikan sesuai kebutuhan peserta didik? Coba Anda
sebutkan siapa saja orang yang menjadi SUKSES hanya
karena meniru persis bagaimana menjadi
njadi orang yang ia
idolakannya? Mana yang lebih sukses, Followernya atau
Trendsetternya? Tentu Trendsetternya.
Makanya saya tidak akan terpesona kalau
dibandingkan
n sama orang lain. Setiap orang punya potensi,
kelebihan, kekurangan, peluang, hambatan, latar belakang,
sikon Fisik/Psikis, cita-cita,
cita, harapan, kebutuhan,
dukungan, dan faktor sukses lainnya. Bayangkan kalau di
dunia ini hanya ada satu warna? apa yang bisa
bis kita lihat?
BLIND!!!
Bila telah terjadi pemerataan pendidikan, baik dari segi
tenaga, fasilitas, dan kehidupan untuk penunja
penunjang
pendidikan itu sendiri bolehlah
lah sibuk dengan standar yang
y
menasional itu. Namun kalau belum, standar pendidikan
yang selalu dihebohkan
ebohkan setiap tahunnya itu bukanlah

55
solusi yg cerdas untuk mencerdaskan bangsa. Pendidikan
zaman sekarang cuma berstandar NILAI. Pendidikan
Dasar (Ujuan Nasional) bukan hanya sekedar Matematika
dan Bahasa. Kira-kira
kira apakah standar pendidikan yang
sebenarnya?
Sudahkah pendidikan kita mengakomodir peserta didik
agar mengetahui siapa diri mereka sebenarnya? Sudahkah
pendidikan kita mengakomodir peserta didik agar
mengetahui apa kelebihan, kekurangan, peluang dan
hambatan mereka? Mau dijadikan apa mereka? Mau
dijadikan layaknya bangsa lain? atau dijadikan Bangsa
Indonesia yang punya potensi yang tidak dimiliki oleh
bangsa lain? Kita Butuh Kurikulum Berbasis Kebutuhan
Peserta Didik. Padahal Peserta didik adalah tunas harapan
bangsa.
Perumpamaan: Hewan Mana yang yang akan menjadi
paling hebat berenang, dan hidup di air selamanya dalam
sebuah manajemen sirkus ketika diajari kepada sejumlah
hewan sebagai peserta didiknya yang disebutkan sebagai
berikut: Burung, Kucing, Monyet, Semut, Kambing,
Katak, Lalat, Ular, Ayam,
m, Ikan, Singa, Harimau, Lumba-
Lumba
lumba, Duyung, dan Beruang.

56
Saya yakin Anda tahu apa jawabannya. Kira-kira
Kira
pendidikan sekarang menyamakan standar pendidikan ke
semua peserta didik. Apakah pendidikan seperti itu adalah
pendidikan yang efektif?
Pendidikan mestinya
tinya dilaksanakan berdasarkan
kebutuhan peserta didik semenjak dini. Bahkan kita bisa
bimbing mau jadi apa sejak dini dengan teorinya Parson.
Tentunya pemahaman dan pengembangannya juga kudu
komprehensif oleh tenaga ahli seprti konselor atau
psikolog.
Bangsa
gsa Indonesia memiliki keragaman yang kompleks.
Persatuan Bangsa Indonesia akan terus abadi ketika
mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika. Bangsa ini tentunya
tidak diajarkan untuk menyepakati satu budaya dan
menghapus budaya-budaya
budaya yang ada di Indonesia. Begitu
pula dalam hal pendidikan, Ini berarti bahwa dalam
pendidikan juga harus menghargai perbedaan Individu.
Apakah dengan menyamakan standar pendidikan
merupakan solusi untuk mengembangkan kecerdasan
bangsa? Biarkanlah pendidikan itu menjadikan seseorang
yang sesuai dengan agamanya dari usia muda. Tak perlu
sekolah umum, kecuali terintegrasi dengan suasana dan

57
pendidikan sesuai agama secara kental. Bukan Pendidikan
Sekuler seperti saat ini. Kalau tidak, mengapa ada
madrasah,
h, tsanawiyah, sekolah kristen dan sebagainya.
seb
Seharusnya Sekolah Umum memiliki pelajaran yang sama
dengan sekolah agama lainnya. Bukankah agama itu
adalah pedoman hidup? Apakah pedoman hidup itu hanya
untuk segelintir orang? Sekolah umum seakan
mengajarkan kita bahwa sains terpisah dengan agama.
aga
Seakan negara kita terpisah dengan agama. Negara kita
adalah negara agamis/religius. Kenapa? Karena landasan
ideal negara kita adalah Pancasila. Dan Sila dengan urutan
pertama dan sebagai prioritas utama adalah Ketuhanan
Yang Maha Esa. Jelaslah, negara kita ini bukanlah negara
yang sekuler, bukan sosialis dan bukan kapitalis. Tetapi
negara yang beragama. Sayangnya pelaksanaannya masih
sekuler.
Saya pikir ke-Bhinneka Tunggal Ika-an
an itu bukan
hanya sarat dengan keanekaragamaan kebudayaan tetapi
juga agama.. Kebebasan beragama pun perlu diperhatikan.
Tentunya setelah mengikuti pendidikan. Setiap orang
berhak mencari kebenaran, termasuk tentang agama. Saya
pikir apapun dilakukan sebagai ibadah yang diyakini dan

58
dipercaya menurut agama itu adalah normatif secara
seca
konstitusi yakni pada pasal 29 UUD 1945. Agama adalah
pendidikan yang sebenarnya. Karena hakikatnya
pendidikan adalah memanusiakan manusia atau
memantapkan harkat dan martabat manusia. Tentunya
pedoman untuk itu sudah ada pada agama masing-masing.
masing
Walaupun
pun tidak semua agama yang mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia. Ini mesti dimaklumi karena
adanya kebebasan beragama di negara kita. Seharusnya ini
adalah fundamental terdasar dalam acuan pendidikan.
Sehingga dengan begitu, saya yakin peradaban bangsa ini
akan lebih maju sebaga bangsa Indonesia. Bukan sebagai
Bangsa yang dikendalikan oleh sistem bangsa lain yang
tentunya merugikan bangsa kita sendiri. Mestinya kita
membangun sistem atau standar atau kurikulum
pendidikan kita sesuai kebutuhan
ebutuhan bangsa kita.
kit Saat ini kita
lebih mementingkan pendidikan berdasarkan kepentingan
pasar atau kebutuhan bangsa lain dengan dalih globalisasi.
Maka dari itu, sistem pendidikan kita mestinya di
manajemen dengan sebaik-baiknya
baiknya oleh pakarnya.
Keterlibatan pakar-pakar pendidikan
idikan mestinya dijadikan
acuan utama dalam pembuatan kebijakan
kebijakan-kebijakan

59
pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan. Bahkan
kalau perlu seharusnya kebijakan tidak akan disahkan
apabila tidak mendapat dukungan atau rekomendasi pakar-
pakar
pakar pendidikan. Kebijakan
ijakan memang butuh proses yang
tersistematis, teruji ilmiah dan tepat. Karena ini
menyangkut nasib masa depan ummat/orang banyak.
Pendidikan adalah salah satu penentu masa depan bangsa.
Nah, kalau begitu, tentunya tenaga pendidikan tidak
akan cukup hanya ada guru dan dosen. Maka dari itu,
pemerintah juga harus memperhatikan kesejahteraan,
pengembangan kemampuan, dan kenyamanan pelaksanaan
kinerja konselor, fasiltator, instruktur, widyaswara, dan
tenaga pendidik lainnya dalam bertugas di negara yang
kita cintai
ntai ini. Pemerintah belum serius dalam hal
pendidikan yang sebenarnya. Contohnya dalam hal
konseling. Konseling dapat membentuk
kepribadian/tingkah laku manusia yang tidak salah suai.
Jangankan di luar pendidikan. Konseling di sekolah masih
diremehkan di sejumlah daerah di Indonesia.
ndonesia. Mengapa?
Karena : Banyak tamatan S1 NON Bimbingan &
Konseling yang mengisi Posisi Guru BK. Mesti
sebenarnya lebih tepat disebut Konselor Sekolah. Karena

60
Guru dan Konselor merupakan
upakan Profesi yang berbeda;
berbeda Guru
BK yang tamatan S1 Non BK sebagian hanya dibekali
kursus atau diklat terbatas saja bahkan ada tanpa
pembekalan apapun. Ini akan menyebabkan "MAL
PRAKTEK KONSELING". Kalau seperti ini siapa yang
akan bertanggung jawab? Apa advokasi dari pemerintah
sendiri dalam bentuk Undang-Undang?;
Undang?; Kesejahteraan
Konselor Sekolah hendaknya lebih diperhatikan. Karena
Tugas Guru BK sebenarnya
arnya lebih banyak dan komplikatif
komplika
daripada guru mata pelajaran. Untuk pemahaman terhadap
diri seorang siswa saja, dapat mengungkap berbagai
masalah dan potensii yang dimilikinya. Sementara Fungsi
BK ada pemahaman, pencegahan, pengentasan,
pemeliharaan/pengembangan dan advokasi. Dapat
dilakukan dengan 10 layanan dan 6 Kegiatan Pendukung.
Dengan cakupan 4 bidang, yakni pribadi, belajar, sosial
dan karir. Apalagi yang
ang ditangani Guru BK adalah
minimal untuk 150 orang siswa dalam aturan yang ada.
Lebih besar tanggung jawab Guru BK dibanding Guru
Mata Pelajaran dan Wali Kelas Sekalipun. Bahkan terakhir
terdengar kabar bahwa Akan ditambah jumlah minimal
untuk tanggungan siswa. Bukankah Pendidikan itu juga

61
membentuk kepribadian atau karakter peserta didik?
Bukankah pendidikan bukan hanya mengembangkan aspek
kognitif saja? Hal ini dapat ditugaskan kepada Guru BK
secara Ideal dan Keilmuannya. Kalau seperti itu apakah
LAYAK GAJI GURU BK yang diberikan saat ini?
Sehingga sebenarnya guru BK/Konselor sekolah memiliki
hak penentu dalam menentukan kelulusan atau naik
tingkatnya peserta didik dilihat dari tugas/peranan guru
BK dan tujuan pendidikan nasional; Ketersediaan jam
KONSELING
ING dalam Kurikulum 2013 pun ditiadakan.
Sementara Format Konseling tidak hanya Format
Perorangan/Individu tetapi juga Kelompok/Klasikal.
Belum lagi sekolah yang masih banyak tidak memiliki
Guru BK bahkan ada sekolah yang kurang memperhatikan
konseling; Jumlah
mlah guru BK sekarang yang hanya 33.000
orang di jenjang SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di seluruh
Indonesia. Di Indonesia saja guru BK yang sudah sarjana
dan berpendidikan profesi konselor baru 370 orang.
Adapun, jumlah sekolah di Indonesia sebanyak 80.170
satuan pendidikan, dengan rincian 53.030 SMP/MTs dan
9.103 SMA/SMK/MA, sedangkan, jumlah siswa kedua
jenjang itu mencapai 18.835.859 orang. Dari jumlah

62
kebutuhan tersebut, terjadi kekurangan guru BK mencapai
92.572 orang. Kekurangan itu diketahui dari perhitungan
perhitunga
berdasarkan rasio 1:150. Masalahnya apakah
penerimaannya sesuai kebutuhan atau anggaran
pemerintah?; Di lain itu, ada lebih dari 200 model
pendekatan konseling. Kenyataannya di lapangan belum
ada pengawasan ketat atau penelitian ilmiah tentang
penguasaan model konseling yang digunakan
konselor/guru BK dan pelaksanaan konseling secara global
yang ada di tanah air. Sehingga dalam hal ini, belum ada
keseriusan pemerintah untuk upgrade kemampuan tenaga
pendidik tersebut.
Di luar itu semua, masyarakat juga memiliki
mem andil
dalam hal ini. Kualitas pendidikan non formal dan
informal mesti dijaga. Karena keberhasilan pendidikan
formal juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan
masyarakat. Misalnya pendidikan pra nikah, pendidikan
ibu hamil, pendidikan keluarga, pendidikan
endidikan untuk penyakit
masyarakat dan hal lainnya. Pendidikan ini dapat
dilakukan melalui konseling. Pendidik untuk masyarakat
ini mestinya menjadi perhatian
ian pemerintah dan
masyarakat.

63
Kurikulum mestinya terintegrasi dengan keterlibatan
seluruh elemen masyarakat yang positif. Sehingga peserta
merasakan bahwa pendidikan yang didapatkan memang
nyata dibutuhkan ketika mereka menjalani kehidupan
sehari-hari
hari dalam berkehidupan agama berkeluarga,
bermasyarakat dan bernegara. Hal ini dapat ditekankan
melalui pengabdian
engabdian atau penelitian terhadap masyarakat
setiap mata pelajaran/kuliah.
Intinya, pendidikan karakter tidak cukup hanya sekedar
transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Namun
banyak aspek karakter yang dikembangkan mesti jelas dan
sesuai identitass peserta didik sebagai keunikan individu.
Sehingga pendidikan berbasis kebutuhan.
Sumber: https://www.facebook.com/KONSELOR.RI
Sumber: htttp://achmad-badaruddin.blogspot.com
badaruddin.blogspot.com
Ditulis beberapa minggu setelah
h keluarnya uji publik
tentang kurikulum 2013. Waktu itu, saya masih menjabat
sebagai Ketua Umum IMABKIN Wilayah Sumatera.

3. Konseling sebagai Resistensi Karakter Bangsa


Lain padang lain ilalang, lain lubuk lain ikannya.
Begitulah pepatah yang penulis analogikan dengan sebuah

64
kemandirian daerah dalam bentuk otonomi daerah. Itupun
tak bisa dilupakan adanya adat dan budaya daerah masing-
masing
masing yang dapat dijadikan referensi kebijakan-kebijakan
kebijakan
kepala daerah selain kebijakan yang berada diatasnya. Tak
terkecuali di Sumatera Barat, dikenal dengan masyarakat
Minangkabau bersama filosofi hidup “Adat Basandi
Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK)”.
SBK)”. Dalam
Kongres Kebudayaan Minangkabau
nangkabau 2010 pun diharapkan
masyarakat Minangkabau dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Republik Indonesia bersama maju ke depan
dalam era kebangkitan bangsa di belahan dunia ini secara
sistemik, terorganisasi, terarah, terprogram dan
terkoordinasi dengan
n baik dan efektif. Dengan filosofi
hidup ABS-SBK
SBK yang juga terintegrasi dengan ketentuan
hukum formal yang berlaku di ranah Minang yang kita
bangun bersama, kita menatap ke masa depan yang lebih
baik dan lebih menjanjikan, di mana masyarakat hukum
adat akan
an menjadi tuan rumahnya sendiri. Hak-hak
Hak
prerogative serta jaminan perlindungan, fasilitas dan
prioritas, terhadap masyarakat hukum adat seperti yang
tercermin dalam UUD 1945 (a.1. Pasal 18 B ayat (2), Pasal
(1)
28 ayat (3) Undang-Undang
Undang Dasar 1945) harus terwujud
ter .

65
Tak terlepas dari itu semua, setiap daerah dapat
memulihkan tegaknya adatnya masing-masing.
masing. Hal ini
mencerminkan salah satu kekayaan khasanah nusantara
yakni kaya akan budaya dan suku bangsa yang beragam
namun tetap dalam kesatuan Republik Indo
Indonesia
sebagaimana yang disiratkan dalam semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Perbedaan dalam sebuah persatuan tadi
merupakan jati diri bangsa atau sering disebut dengan
karakter bangsa.
Sementara apabila hal ini tidak dipelihara dengan baik,
berkemungkinan besar dampak globalisasi tak mampu
terelakkan layaknya dihantam “air bah” sehingga negara ini
dapat terjangkit krisis identitas bangsa. Globalisasi
merupakan sebuah rangkaian proses yang
g menghasilkan
transformasi dari spatial organization dari hubungan sosial
dan transaksi –ditinjau
ditinjau dari segi ekstensitas, intensitas,
kecepatan dan dampaknya— yang memutar mobilitas antar
(2)
benua atau antar-regional
regional serta jejaringan aktivitas .
Menurut penulis,
nulis, globalisasi sama seperti penjajahan serba
canggih yang bisa saja masuk negara yang telah merdeka
sekalipun di seluruh dunia melalui apa saja baik itu
dibidang budaya, ekonomi, sosial, maupun bidang lainnya.

66
Tentunya “Hukum Rimba” pun kembali berlaku.
berlaku Terkesan
lebih primitif namun secara teknis menggunakan
kemutakhiran teknologi sesuai zaman. Bahayanya
penjajahan seperti ini tidak hanya dapat dilakukan oleh
sebuah negara, tetapi juga institusi, kelompok bahkan
individu. Salah satu jawaban ampuh dan mujarab
m dalam
mengatasi penjajahan mutakhir dengan adanya globalisasi
ini adalah meningkatkan mutu pendidikan dan
mengentaskan permasalahan yang terjadi di bidang
pendidikan demi pencerdasan bangsa.
Maka untuk menghindari itu, sangat diperlukan
pencerdasan bangsa sedini mungkin agar bangsa ini kuat
dari hantaman globalisasi yang dahsyat. Dibutuhkan
formula-formula
formula pendidikan yang tidak hanya berorientasi
kepada aspek kognitif saja, pendidikan hanya dijadikan
syarat formal sebagai pengakuan sosial, atau tidak hanya
mencetak calon pekerja professional yang handal dan
unggul tetapi juga perlu mempersiapkan calon-calon
calon
pemimpin sesuai keahliannya masing-masing
masing yang siap
bersaing dengan jutaan pesaing lainnya dari negara lain
yang akan mencoba menguasai Sumber Daya
Day Alam
Indonesia. Tak lupa dengan Kekayaan Alam yang perlu

67
diberdayakan dengan baik oleh putra bangsa yang
berkualitas. Bukan hanya puas dengan yang sudah ada,
namun juga diperlukan peningkatan job creator yang kreatif
demi mengatasi pengangguran. Namun sayangnya,
yangnya, mutu
pendidikan yang sudah ada saja belum merata ke seluruh
pelosok nusantara. Hal ini seharusnya menjadi perhatian
khusus bagi seluruh masyarakat dan pemerintah.
Dilihat dari esensial dari permasalahan dari awal
pembahasan ini, penulis merekomendasikan
asikan konseling
sebagai salah satu jawaban dari tantangan globalisasi
tersebut. Sebab menurut Undang-Undang
Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 6
menacntumkan bahwa konselor adalah pendidik. Apabila
konselor adalah pendidik
k maka konseling adalah
pendidikan. Konseling merupakan pelayanan pendidikan
pendidik
yang dilakukan oleh konselor,, mengarahkan subjek yang
dilayani untuk mampu mewujudkan diri sendiri dalam
hakikat dan dimensi kemanusiaannya melalui
pengembangan pancadaya. Sementara
ra fungsi pelayanan
konseling itu sendiri adalah pemahaman, pemeliharaan dan
pengembanagan, pencegahan, pengentasan dan advokasi
terhadap diri subjek yang dilayani atau disebut klien (3).

68
Karakter utama klien yang akan dibentuk dalam
pelayanan konseling adalah
dalah mandiri, ideal, dan sukses.
Kemandirian merupakan kondisi pribadi yang telah mampu
memperkembangkan pancadaya kemanusiaan bagi
tegaknya hakikat manusia pada dirinya sendiri dalam
(3)
bingkai dimensi kemanusiaan . Sedangkan kehidupan
ideal terwujudkan dengan Kehidupan Efektif sehari-hari
sehari
sepenuhnya yang dapat ditampilkan melalui perilaku yang
efektif untuk sebagian besar (diharapkan semua) sisi
kehidupan. Sehingga sukses mencapai kondisi
kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Bidang-bidang pelayanan konseling terdiri dari bidang
pengembangan pribadi, pengembangan sosial,
pengembangan kegiatan belajar, pengembangan karir,
pelayanan kehidupan berkeluarga, pelayanan kehidupan
beperjaan, pelayanan kehidupan kewarganegaraan dan
berkeagamaan. Bidang-bidang
bidang pelayanan tersebut dapat
terselenggara pada setting kehidupan tertentu yakni setting
keluarga, satuan pendidikan, lembaga kerja, kelembagaan
(3)
sosial-kemasyarakatan
kemasyarakatan dan praktik privat . Hal ini
menegaskan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan
pen

69
formal, informal dan formal. Tidak hanya pada lingkungan
formal saja dibutuhkan pendidikan.
Namun dari sekian banyaknya setting kehidupan yang
dapat diselenggarakannya pelayanan konseling, pada
kenyataannya hanya tersedia lowongan untuk guru
bimbingan
gan dan konseling di satuan pendidikan. Itupun baru
untuk SMP/sederajat dan SMA/sederajat meskipun
Pendidikan anak usia dini (paud) formal dan pendidikan
dasar harus memiliki ruang konseling seperti yang
tergambar pada lampiran I Permendiknas nomor 20 tahun
tahu
2010 tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria
(NSPK) Pendidikan anak usia dini (paud) formal dan
pendidikan dasar di kabupaten/kota. Nampaknya sejauh ini
penulis berasumsi bahwa kebijakan ini belum dilaksanakan
dan diawasi secara baik dan intensif.. Sementara secara
teoritis dan dilihat dari bidang, setting, tujuan dan hakikat
konseling, pelayanan konseling itu dibutuhkan diberbagai
jalur pendidikan, baik formal, informal maupun non formal.
Sebaiknya pemerintah daerah sebagai pemerintah yang
memilikii otonomi daerah dapat membuat peraturan daerah
terkait hal tersebut yang disesuaikan dengan kondisi
/identitas daerah tersebut. Sehingga dalam pencapaian

70
tujuan nasional, tidak mengabaikan kepentingan daerah
yang memiliki potensi daerah masing –masing
masing daerah
dae yang
merupakan bagian dari kepentingan nasional.
Peraturan yang khusus mengatur tentang konselor
belum ada layaknya undang-undang terkait tenaga
professional lainnya, seperti undang-undang
undang tentang guru
dan dosen serta praktik kedokteran. Sementara yang
yan ada
hanya Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik Kompetensi Konselor. Sedangkan
Malaysia sudah mengatur kebijakan tentang konselor yakni
Counselors Act 1998, Act 580. Kebijakan tersebut saling
terintegrasi dengan beberapa departemen
partemen ataupun institusi
yang ada di Malaysia. Sehingga konseling bisa dirasakan
dan direalisasikan se-ideal
ideal mungkin sesuai teori yang
sedang dikembangkan di negeri jiran tersebut. Begitu pula
halnya pada Amerika dengan “House Bill 2674”, undang-
undang
undang mengenai
engenai konselor. Kenyataannya di Indonesia,
Konselor termasuk guru bimbingan dan konseling di dalam
penjelasan ketentuan PP 17 Tahun 2010. Secara yuridis,
istilah konselor masih hanya ditemukan pada satuan
pendidikan. Maka dari itu, diperlukan adanya rancangan
ranc
undang-undang
undang tentang konselor, yang akan menunjukkan

71
eksistensi konseling di dalam dunia pendidikan melalui
pengembangan diri dalam rangka memperkuat karakter,
mencerdaskan dan meningkatkan kualitas generasi bangsa
demi meningkatkan jiwa nasionalismee dan siap
menghadapi dan bersaing melawan arus globalisasi.
Referensi:
1 Kongres Kebudayaan Minangkabau, 7-8
8 Agustus
2010
2 Noname, Makalah Sistem Pendidikan
3 Prof. Prayitno, MSc. Ed, Wawasan Profesional
Konseling, Universitas Negeri Padang, 2009
Sumber: htttp://achmad-badaruddin.blogspot.com
badaruddin.blogspot.com
*Ditulis
Ditulis pada tahun 2011 sebagai syarat LKMM di UI

4. Krisis Kaderisasi Aktivis Berkualifikasi Plus Toksin


Tradisi
Mahasiswa memiliki tiga peran dan fungsi yakni agen
perubahan, kontrol sosial, dan stok penerus bangsa.
Tentunya mahasiswa hendaknya juga menjunjung
tridharma perguruan tinggi seperti pendidikan, penelitian
dan pengabdian masyarakat. Maka mahasiswa yang
memilih
emilih menjadi aktivis di kampus, justru seharusnya

72
memiliki visi yang lebih jauh ke depan dibanding
mahasiswa yang bukan aktivis.
Beberapa kata kunci yang dikaitkan dengan aktivis
adalah organisatoris dengan perjuangan kolektif,
intelektualisme dan misi sosial sebagai pejuang keadilan.
Sedangkan aktivis sejati memiliki kriteria sebagai berikut
memiliki idealisme yang kuat, sifat negarawan, berkualitas
dan cerdas, serta konseptor ataupun pelaksana gerakan.
Aktivis juga manusia biasa yang tidak memiliki tiket
ti
bebas dari kesalahan ataupun dosa. Tentuya mereka
memiliki gaya hidup. Walaupun banyak dari aktivis yang
hidup dalam kemudahan dan segala kemewahan, tidak
sedikit aktivis yang hidup dalam kesederhanaan. Selain itu,
itu biasanya mereka haus akan ilmu pengetahuan
ngetahuan sehingga
sangat gemar membaca. Bahkan pengalaman hidup para
aktivis tidak jarang diwarnai dengan penderitaan, tekanan
dan bahkan konflik berdarah namun tetap kukuh pada garis
perjuangannya. Lebih parahnya, gara-gara
gara menjadi aktivis
yang kritis, terkadang
erkadang mereka harus menjadi korban
konspirasi politik busuk hingga harus mencicipi tak
sedapnya dekaman penjara akibat kurangnya rasa
kekeluargaan pihak kampus atau kepentingan-kepentingan
kepentingan

73
tertentu. Lagi-lagi
lagi aktivis selalu menghadang tantangan
dari hasill advokasi dalam membela kebenaran. Idealnya,
mereka memiliki mental baja bukan mental kerupuk. Saat
ini aktivis cenderung tenteram dan tanpa konflik, malah
sering terjadi bentrokan dan konflik antar mahasiswa.
Setelah itu, aktivis harus bersikap moderat, ekstra sabar
agar dapat menghadapi orang-orang
orang dengan model,
karakter dan sifat-sifat
sifat yang sangat berlainan. Berkaitan
dengan itu, aktivis harus bisa menjadi manajer (pengatur)
konflik yang handal. Aktivis sebaiknya mampu menjadi
sumber inspirasi bagi orang-orang
orang sekitarnya. Dan
terakhir, mereka cenderung bertindak demi kepentingan
organisasi. Dengan begitu, aktivis diharapkan dapat
menjadi pemimpin masyarakat dan dapat berfikir bebas.
Walaupun demikian, kriteria-kriteria
kriteria tersebut tak banyak
ditemui seutuhnya
ya dalam sesosok aktivis dan tak sedikit
pula aktivis yang menggadaikan dan melacurkan
idealismenya demi mendapatkan kepentingan sesaat
seperti jabatan, posisi, pekerjaan, uang, mobil, dan
keuntungan lainnya. Aktivis yang seperti ini biasanya
ditunggangi beberapa
eberapa individu ataupun kelompok elit yang
mempunyai kepentingan-kepentingan
kepentingan tertentu. Kader-
Kader

74
kader aktivis yang seperti inilah yang sangat jauh dari
kualifikasi aktivis sejati. Akibatnya, aktivis yang tidak
berbuat demikian mendapatkan getahnya. Maka dari itu,
hati-hatilah
hatilah dalam memilih hingga mengkader aktivis!
Sebab munculnya tokoh-tokoh
tokoh besar yang tidak jujur,
KKN, korupsi dan tindakan tercela lainnya akibat dari
kesalahan dalam pengkaderan atau ditabrakkan dengan
suasana dan kondisi yang sulit serta dilematis,
di yakni
konfrontasi dengan kebutuhan dan kepentingan. Di dalam
perguruan tinggi, siapa saja yang bertanggungjawab dan
dapat mengantisipasi hal ini terjadi pada bangsa ini?
Rektorkah? Mahasiswakah? Dosenkah? Atau siapa?
Seperti inikah pendidikan karakter
kter yang diharapkan?
Sebenarnya menjadi aktivis adalah sebuah ikhtiar untuk
merubah dan menciptakan pribadi-pribadi
pribadi yang fenomenal.
Karena pengetahuan, pengalaman dan kelebihan yang
dimiliki aktivis dapat menjadi modal yang baik untuk
menjadi orang besar. Contohnya Soekarno dan
Mohammad Hatta adalah dua orang besar pada awala
kemerdekaan yang memulai perjuangannya dengan
memulai perjuangannya dengan menjadi aktivis
kemahasiswaan. Bahkan konsep nation and character

75
building berasal dari teori dan karya Bung Karno.
Sementara Bung Hatta merupakan puncak intelektual-
intelektual
aktivis yang tetap menjaga martabat dan kualitas moralnya
sampai ke liang lahat. Tak lain bahwa Bung hatta memiliki
soft skill yang bagus. Contoh-contoh
contoh aktivis yang menjadi
orang besar pada konteks sekarang, misalnya Jusuf Kalla
(Aktivis HMI), Anas Urbaningrum (mantan PB HMI),
Muhaimin Iskandar (mantan Ketua PB PMII), Rama
Pratama (mantan Ketua Senat UI), Amien Rais (pendiri
IMM) dan masih banyak yang lainnya. Begitu pula halnya
Nurcholish Madjid (Cak
ak Nur), pernah menjabat sebagai
ketua umum PB HMI. Beliau dikenal sebagai tokoh besar
yang disegani karena pemikirannya. Dalam dunia aktivis,
bagi Cak Nur adalah dunia yang tidak hanya mengasah
kepekaan intelektual dan berisi dengan aktivisme ekstrim,
tetapi
tapi juga mendukungnya dalam membentuk karakter
ketokohan.
Biarpun begitu aktivis juga harus memiliki soft skill
yang baik untuk mencapai tujuan-tujan
tujan tersebut. Softskill
merupakan kemampuan diri dalam mengatur emosional
dan sosial, seperti berkomunikasi efektif,
fektif, mampu
bekerjasama dalam tim, pandai membina hubungan

76
interpersonal dan sebagainya. Hal ini semestinya dimiliki
mahasiswa sebelum mengabdi di perusahaan,
pemerintahan atau masyarakat. Biasanya orang yang hanya
menghandalkan hard skill tidak begitu diminati
d dan
karirnya sulit untuk menanjak. Menjadi aktivis kampus
yang mengikuti kegiatan ektrakurikuler tidak hanya
diharapkan dapat berkontribusi di lingkungan sekitarnya
pada bidangnya masing-masing
masing tetapi juga dapat
bermanfaat bagi dirinya secara pribadi
di dalam rangka
pengembangan diri khususnya soft skill
skill. Sebab
pengembangan diri bisa dilakukan melalui mengikuti
pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.
Pemilihan program pengembangan diri melalui
ekstrakurikuler hendaknya dapat dipertimbangkan sebaik
s
mungkin. Sementara kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan kemahasiswaan yang meliputi: penalaran dan
keilmuan, minat dan kegemaran, upaya perbaikan
kesejahteraan mahasiswa dan bakti sosial bagi masyarakat.
Berhubung banyaknya organisasi dan kegiatan-kegiatan
kegiata
kemahasiswaan yang dapat diikuti baik di dalam
(Himpunan, BEM, MPM, BPM, MTM, DPM, UKM, dan
sebagainya) maupun di luar kampus (SAPMA PP, HMI,

77
KAMMI, PMII, GMNI, AMPG, ikatan mahasiswa
berdasarkan asal daerah ataupun keilmuan dan sejenisnya),
hal ini dapat dikaitkan dengan perencanaan hidup ke
depannya. Tak hanya sekedar mempertimbangkan hobi
saja melainkan faktor-faktor
faktor lain juga perlu
dipertimbangkan. Faktor internal dan eksternal diri dapat
dipertimbangkan. Faktor internal bisa dilihat dari motivasi,
mot
minat/hobi, kelemahan dan kelebihan diri. Sedangkan
faktor eksternal dapat diperhatikan misalnya resiko,
peluang dan prospeknya. Dengan begitu, dalam
pengambilan keputusan dalam pemilihan kegiatan yang
diikuti dapat dilakukan sebijak mungkin. Bahkan
n penilaian
faktor-faktor
faktor tersebut tidak hanya perlu dilakukan secara
rasional namun diseimbangkan dengan emosional pun bisa
dijadikan takarannya. Dan kenormatifan perlu juga dapat
ditambahkan sebagai pertimbangan dalam standar
penilaian kebijakan- kebijakan
an yang akan diambil. Maka
dari itu, aktivis kampus atau sering disebut aktivis
mahasiswa ini harus memiliki lifeplan yang jelas dan tepat.
Sehingga tidak salah dalam memilih wadah untuk
pengembangan dirinya. Garis besarnya hal ini dilakukan
agar tidak salah
ah mengambil pilihan hingga kegiatan-
kegiatan

78
kegiatan yang diikuti merupakan bagian kebutuhan dari
diri sendiri dan tidak hanya hanya sekedar mengisi waktu
luang sehabis kegiatan akademik yang merupakan menu
utama.
Penyelesaian studi akademik (wisuda) tepat waktu
merupakan idaman para mahasiswa. Namun pertanyaan
bagi mahasiswa yang sedang berstatus wisudawan/ti
adalah “Apa saja bekal yang telah dipersiapkan untuk
terjun ke masyarakat dan menghadapi persaingan global
yang semakin ketat setelah menyelesaikan perkuliahan
perkulia
alias wisuda selain nilai yang bagus?” atau “Apakah telah
memanfaatkan waktu sebaik mungkin sebelum diwisuda?”
atau “Apa kelebihannya dan softskill yang dimiliki
dibanding lulusan akademik lainnya?”. Beruntunglah bagi
para lulusan akademik yang dapat menjawabnya tanpa
beban dan berkesimpulan telah menyiapkan dirinya
sebaik-baik
baik mungkin. Apalagi bagi purna aktivis
mahasiswa yang tepat dalam mempersiapkan dirinya.
Faktanya, banyak juga aktivis mahasiswa yang berhasil
diwisuda tepat waktu. Bahkan pada umumnya
mnya laris diincar
oleh pemburu lulusan akademik berkualitas dari berbagai
kalangan. Setidaknya ada juga yang bisa mandiri

79
membuka lapangan kerja sendiri. Aktivis mahasiswa yang
berhasil mempersiapkan dirinya dan setelah wisuda bak
mutiara yang jadi rebutan
n bagi para pemburu mutiara serta
layaknya intan yang tak akan berkarat, meski dibawa
kemanapun tetaplah intan yang kharismatik. Hal ini
didukung dengan organisasi kemahasiswaan memiliki
salah satu fungsi sebagai sarana dan wahana pembinaan
dan pengembangan kader-kader
kader bangsa yang berpotensi
dalam melanjutkan kesinambungan pembangunan
nasional.
Meskipun demikian, masih banyak mahasiswa yang
apatis terhadap kegiatan ekstrakurikuler contohnya dalam
berorganisasi. Tuntutan akademik sering dijadikan alasan
ketika ditanyakan sebab ketidak-ikutsertaannya.
ikutsertaannya.
Sebenarnya lambat atau cepat selesainya lama studi
tergantung kepada kemampuan memanajemen waktu yang
dimiliki agar dapat memprioritaskan hal-hal
hal yang
seharusnya didahulukan. Aktivis yang berprestasi dan
memiliki
iliki visi yang bagus, biasanya memiliki jadwal
kegiatan harian, mingguan dan bulanan hingga target
pencapaian dalam kehidupannya (life plan).
). Selain itu,
ketika dihadapi berbagai masalah, dia harus

80
menyelesaikannya dengan baik. Caranya dimulai dari
menginventarisir
nventarisir dan mengidentifikasi masalah yang
dihadapi, kemudian diklasifikasikan menjadi empat
kelompok yaitu masalah yang penting dan mendesak,
penting dan tidak mendesak, tidak penting dan mendesak
serta tidak penting dan tidak mendesak. Setelah itu, baru
ba
diselesaikan sesuai kebutuhan dan urutan yang
diprioritaskan. Begitulah hendaknya manajemen masalah
yang digunakan agar dapat diselesaikan secara efisien dan
efektif. Dalam hal ini, kecerdasan Adversity Quetiont
aktivis mahasiswa sangat dituntut.
Idealnya
ya waktu penyelesaian kuliah adalah empat
tahun. Akibatnya aktivis mahasiswa seharusnya
menyesuaikan aktivitasnya dengan jadwal perkuliahannya
bukan sebaliknya. Perencanaan dalam berorganisasi pun
harus terencana dan dinamis sebagai bukti progress
kemampuan
n dan karir dalam berorganisasi. Misalnya tahun
pertama mengikuti berbagai kegiatan ekstrakuriler untuk
mencari jati diri bagi yang belum menemukannya,
memantapkan soft skill, mempersiapkan diri menjadi
pengurus organisasi dan menimba/mengaplikasikan ilmu
di luar jam perkuliahan. Seterusnya pada tahun kedua aktif

81
menjadi pengurus organisasi kemahasiswaaan tingkat
jurusan yang merupakan wadah mengembangkan
penalaran dan keilmuan di jurusan masing-masing
masing dan
sebagai koordinator umum mahasiswa pada jurusan
tersebut. Selanjutnya berpartisipasi sebagai pelaksana
kegiatan kemahasiswaan dengan menjadi pengurus
organisasi di tingkat fakultas pada tahun ketiga. Pada
tahun ini diperlukan pengalaman dan kemampuan lebih
dalam berkoordinasi dengan organisasi yang yang ada di
bawahnya. Karena cakupannya lebih besar. Apabila
mahasiswa tahun ketiga masih aktif di organisasi tingkat
jurusan, sangat dirasa rugi dari pencapaian karir
berorganisasi. Kemudian di tahun akhir akademik, dapat
mengaplikasikan ilmu dan pengalaman dari organisasi
sebelumnya dengan melibatkan diri sebagai pelaksana
kegiatan kemahasiswaan pada organisasi kemahasiswaan
di tingkat universitas. Tantangan pada organisasi ini tidak
tida
hanya pada lingkungan universitas saja tetapi juga harus
kritis terhadap isu daerah, nasional dan internasional.
Sehingga pada tahun kelima, sudah dapat menggunakan
gelar sarjananya dengan mengaplikasikan ilmu-ilmu
ilmu dan
pengalaman dari bangku perkuliahan maupun di luar

82
perkuliahan seperti organisasi. Apalagi masyarakat akan
mengakui eksistensi aktivis berdasarkan penilaian
penilaian-
penilaian yang bersifat normatif, misalnya terkait gelar
ataupun pendidikan (akademik) formal lainnya.
Maka dari itu, pola pengkaderan dan pelatihan bagi
mahasiswa dalam berorganisasi sangatlah penting
diperhatikan. Perlunya adanya kualifikasi kader yang tidak
hanya berpatokan kepada historis, kultur dan senioritas
yang telah ada semenjak tahun-tahun
tahun sebelumnya.
Dibutuhkan revolusioner-revolusioner
evolusioner mahasiswa untuk
menyikapi hal ini. Revolusioner yang berfikir dinamis,
ilmiah, intelektual, dan tidak seperti katak dalam
tempurung. Penulis menyarankan bahwa pola kecerdasan
dan kebutuhan IE-4OK perlu dijadikan rekomendasi
dalam mengasah kemampuan
puan aktivis dalam setiap
aktivitasnya. IE-4OK adalah Iman, Emosional,
Originalitas, Otak, Otot, Ongkos dan Komunikasi. Item-
Item
item tersebut dirasa perlu karena mengingat aktivis bukan
hanya makhluk sosial tetapi juga makhluk individu yang
memiliki kebutuhan-kebutuhan
kebutuhan pribadi yang sangat
mendasar. Sebaiknya perwakilan mahasiswa tingkat
perguruan tinggi yang menampung dan menyalurkan

83
aspirasi mahasiswa, menetapkan garis-garis
garis besar program
dan kegiatan kemahasiswaan pada organisasi
kemahasiswaan, dapat menetapkan
kan kebijakan mengenai
pola pengkaderan dan pelatihan sesuai bentuk dan badan
organisasi kemahsiswaan yang bersangkutan.
Sementara bentuk dan badan kelengkapan organisasi
kemahasiswaan baik itu di tingkat jurusan, fakultas dan
universitas ditetapkan berdasarkan
arkan kesepakatan antar
mahasiswa, tidak bertentangan dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku, dan statuta perguruan
tinggi yang bersangkutan. Hanya saja di setiap perguruan
tinggi terdapat satu organisasi kemahasiswaan intra
perguruan tinggi yang menaungi semua aktivitas
kemahasiswaan. Bagaimana realitanya?
Berlama-lama
lama menjadi aktivis mahasiswa dengan
mengabaikan perkuliahan merupakan kebudayaan kampus
yang sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan zaman.
Dahulu bisa tamat tujuh hingga sembilan tahun.
n. Sekarang
persaingan semakin ketat. Dalam kurun waktu tujuh tahun
saja sebenarnya sudah bisa menyelesaikan program sarjana
(Starata 1) dan master (Strata 2) serta sedang mengikuti
perkuliahan di program doktor (Strata 3). Ini dibuktikan

84
banyaknya doktor-doktor
doktor bahkan professor muda yang
bermunculan. Bagaimana dengan rencana Anda?
Nah, sekarang apakah krisis kaderisasi aktivis terjadi di
setiap perguruan tinggi dan apakah realita senioritas selalu
menjadi toksin kultur dalam pola pengkaderan aktivis
mahasiswa?
iswa? Serta apa saja sebenarnya yang menjadi akar
permasalahan timbulnya ribuan mahasiswa yang apatis
terhadap organisasi kemahasiswaan sejauh ini? Apakah
benar aktivis mahasiswa cenderung anarkis dan frontal
akibat pola pengkaderan yang tidak tepat? Bagaimana
Bagai pola
pengkaderan aktivis mahasiswa saat ini?
Referensi :
- Berbagai sumber tulisan, panduan, peraturan,
bahan pelatihan dan beberapa buku yang berkaitan
- Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk
keobjetifitasan dan keakuratan tulisan ini
Sumber: htttp://achmad-badaruddin.blogspot.com
badaruddin.blogspot.com
Ditulis pada tahun

5. Pendidikan Masa Kini VS Pembodohan Masa Depan


Pendidikan Teoritis telah sukses dipopulerkan hingga
ke penjuru nusantara. Sayangnya Pembodohan Praktis

85
merajalela dan membayangi pendidikan hingga ke pelosok
daerah di berbagai bidang. Pembodohan dapat terjadi
akibat administrasi yang dapat diotak-atik,
atik, transparansi
dana yang semu dan kaku, birokrasi yang menyulitkan,
kehilangan figur di masyarakat, Politik yang menyesatkan,
beragam wajah dalam satu tokoh, nepotisme di balik batu,
orientasi pembelajaran berpusat nilai akademik semata dan
berbagai pengabaian faktor lainnya yang mempengaruhi
pendidikan itu sendiri. Seandainya sistem yang digunakan
tidak mendidik mental bangsa maka usahaa untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional pun tidak mungkin berhasil.
Sementara tujuan nasional dapat dilihat pada UUD
1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan,
"Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang."
undang." Pasal 31, ayat 5 menyebutkan,
"Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama
gama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia." Jabaran UUD 1945 tentang

86
pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang
Undang No. 20,
Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
mem
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab
jawab." Bila
dibandingkan dengan undang-undang
undang pendidikan
sebelumnya, yaitu Undang-Undang
Undang No. 2/1989, ada
kemiripan kecuali berbeda dalam pengungkapan. Pada
pasal 4 ditulis,
s, "Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi-pekerti
pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung-jawab
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan."
kebangsaan
Pada Pasal 15, Undang-undang
undang yang sama, tertulis,

87
"Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan
dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan mengadakan hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar
serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja
atau pendidikan
tinggi."

Ber
Berdasarkan
berbagai landasan yang
ada maka pendidikan
tidak hanya
meningkatkan
pengetahuan saja alias kognitif melainkan masih banyak
potensi lainnya yang seharusnya dikembangkan.
Kebanyakan unit-unit
unit pendidikan di Indonesia terkesan
lebih mengutamakan kompetensi
tensi kognitif dibanding
kompetensi lainnya. Salah satu buktinya, demi
mendapatkan nilai tersebut budaya mencontek seakan-
seakan
akan dilestarikan ketika Ujian Nasional pada beberapa

88
oknum sekolah. Idealnya secara psikologis, manusia
memiliki berbagai kompetensi yang sebaiknya
dikembangkan secara optimal. Tak hanya kecerdasan
kognitif tetapi juga emosional, spiritual, estetika,
kinestetika dan kecerdasan lainnya. Walaupun akhir-akhir
akhir
ini pendidikan diarahkan kepada pengembangan diri.
Tetap saja nilai kognitif tetap
p menjadi fokus utama dalam
persaingan mutu pendidikan. Persaingan seperti ini sudah
ketinggalan zaman dan diragukan dalam persaingan
global. Dimana secara global, kemampuan kognitif
ataupun IQ tidak lagi menjadi persyaratan utama dalam
mengikuti persaingan
n yang semakin ketat. Kemampuan
akademik yang merupakan keahlian tersendiri sangatlah
diharapkan. Namun apa jadinya, jika pendidikan yang
didapat hanyalah berhasil dalam mencerdaskan
kemampuan akademik, diasumsikan akan mencetak
ilmuwan jenius yang tidak berakhlak,
erakhlak, para ahli pecundang,
kader bangsa yang bermental kerupuk, cerdik pandai yang
korupsi, pemimpin ahli nepotisme, kemutakhiran teknologi
yang tak terbatas melewati norma-norma
norma yang berlaku,
pekerja yang terjajah dan berbagai kerusakan peradaban
lainnya
nya di masa depan. Perbedaan tersebut dalam

89
pemahaman tentang pendidikan nasional dapat
mengakibatkan pembodohan bangsa di masa depan.
Apakah peserta didik hanya dilatih sebagai pekerja?
Jika jawabannya iya, maka disangsikan penerus yang akan
mengelola bangsa
gsa ini sesuai keahliannya. Sehingga
kemungkinan pendatang bisa saja mengambil alih
pengelolaan SDA Indonesia yang melimpah ruah. Pada
saat sekarang saja, banyak hasil SDA strategis bangsa ini
justru dimiliki bangsa asing, seperti beberapa tambang
minyak, tambang emas dan lain-lain.
lain. Akankah kita
membiarkan ini terjadi hingga masa anak cucu-cucu
cucu kita
nantinya. Penjajahan yang berdalih persaingan global pun
sangat mengkhawatirkan bagi kehidupan masa depan
bangsa ini. Pengangguran dimana-mana,
mana, kemiskinan
meningkat,
gkat, kriminalitas yang tak terkendali bagi
masyarakat pribumi, bahkan kehilangan identitas bangsa.
Pernahkah terpikir bagaimana seandainya pemupukan
jiwa kepemimpinan bagi generasi muda bangsa ini terjadi
berkesinambungan dan menunjukkan kemajuan yang
signifikan?
nifikan? Memupuk jiwa kepemimipinan sama saja
memupuk berbagai kecerdasan yang seharusnya dimiliki
oleh seorang pemimpin. Bayangkan jika Indonesia bisa

90
melahirkan jutaan pemimpin yang ahli di bidangnya setiap
tahunnya. Maka bisa diprediksi Indonesia merupakan
merupa
bangsa yang Unggul tanpa menghilangkan karakter bangsa
itu sendiri.
Sehubungan dengan itu, sinkronisasi antara tujuan
pendidikan dengan realisasi usaha dalam pencapaian
tujuan tersebut masih tidak valid. Di lain itu, pendidikan
berorientasi nilai akademik
mik semata, sistem pengelolaan
pendidikan pun hendak menjadi media pendidikan yang
nyata pula. Karena secara tidak langsung, pendidikan
terserap tidak hanya dari pendidikan formal saja.
Pengalaman berhubungan dengan sistem itu pun
berpengaruh terhadap pencapaian
apaian tujuan pendidikan itu
sendiri. Sebut saja soal administrasi atau birokrasi. Jika
sistem tersebut baik dan benar, maka efek baik tersebut
akan mempengaruhi persepsi dan kepribadian orang
tersebut. Jika sistem tersebut buruk dan salah, maka akan
terjadi
di pembenaran perilaku tersebut yang juga berdampak
kepada kepribadian orang tersebut, bahkan ada
kecendrungan akan melakukan hal yang sama.
Begitu pula emosional pengajar menjadi pengaruh
pendidikan bagi peserta didik. Mengajar sangat berbeda

91
dengan mendidik. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Sedangkan
Pengajaran merupakan pembinaan terhadap anak didik
yang hanya menyangkut segi kognitif dan psikomotor saja
yaitu agar anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap
berfikir kritis, sistematis, objektif, dan terampil dalam
mengerjakan sesuatu.
Peran masyarakat ikut menentukan hasil dari proses
pendidikan yang diharapkan. Krisis figur masyarakat yang
terjadi lingkungan dapat mengurangi nilai/pandangan
terhadap ilmu yang didapat di bangku pendidikan formal.
Walaupun ada kemungkinan untuk tidak meniru
iru perbuatan
yang negatif bagi masyarakat, minimal akan menimbulkan
sikap buruk bagi masyarakat lainnya, contohnya berburuk
sangka yang berkepanjangan. Sedangkan dalam
pendidikan di sekolah, berburuk sangka dinilai tidak
berbudi pekerti luhur yang jelas bukan
ukan tujuan pendidikan

92
nasional. Krisis figur seperti tokoh yang koruptor, sikap
pejabat yang palsu di depan publik, dan berbagai
pemberitaan negatif baik melalui media maupun
pengamatan langsung.
Alternatif solutif yang dapat digunakan adalah
peningkatan kualitas dan kuantitas realisasi program
pengembangan diri, pendidikan karakter, ekstrakurikuler
dan optimalisasi konseling. Khususnya konseling,memiliki
bermacam pengembangan diri bidang kemampuan yakni
bidang sosial, pribadi, belajar, karir, berkeluarga dan
keberagamaan. Tentunya hal ini dibutuhkan dukungan dari
berbagai pihak, temasuk pengajar, pemerintah, pengelola
perguruan tinggi dan sekolah, masyarakat,media, peserta
didik, norma, dan lain sebagainya.
Tulisan-tulisan
tulisan tersebut belum pasti benar dan belum
be
dibuktikan secara empiris. Jika semua itu benar-benar
benar
terjadi di Indonesia, berarti seluruh komponen Bangsa
Indonesia termasuk Perguruan Tinggi masih punya banyak
PR dalam memperbaiki pendidikan. Seperti halnya dalam
Tri Dharma Perguruan Tinggi. Perlu penelitian lebih lanjut
tentang hal itu, sehingga penggunaan ilmu tersebut
diaplikaskan dalam pendidikan dan solusinya dapat

93
dimanfaatkan sepenuhnya bagi masyarakat pada
umumnya. Masalah ini adalah masalah kita bersama
terutama bagi yang telah membaca tulisan
san ini. Kalau
bukan kita yang merubah, siapa lagi?
Ditulis pada tahun 2010

6. UNP Undercover Part 1st: Kongres Mahasiswa UNP


Tidak Usah Direalisasikan
Banyak sumber dengan berbagai keterangan yang
berbeda mengenai siapakah penggagas Kongres
Mahasiswa UNP. Ada yang mengatakan bahwa
pengagasnya adalah WP2SOSPOL UNP. Ada yang
mengaku digagas oleh BEM UNP’89. Bahkan ada yang
diberitakan oleh Ganto edisi 161
1 bahwa kongres bergulir
semenjak kepengurusan BEM 2007-2008.
2008. Kesimpang
siuran berita mana yang sebenarnya diasumsikan bahwa
aktivis mahasiswa UNP telah melupakan sejarah
pergerakan aktivis mahasiswa UNP itu sendiri atau tidak
tahu sama sekali. Siapa pun penggagasnya,
enggagasnya, sebaiknya
sebagai aktivis mahasiswa UNP dapat meneruskan
perjuangan-perjuangan
perjuangan aktivis sebelumnya yang
disesuaikan masa sekarang yang juga mempertimbangkan

94
prospek bagi mahasiswa UNP ke depannya. Tak hanya itu,
kongres yang digagaskan tersebut telah disepakati oleh
organisasi kemahasiswaan Universitas Negeri Padang atau
yang disingkat ORMAWA UNP pada waktu itu. Seakan
estafet itu tidak diwariskan dengan baik kepada pengurus
di berbagai ORMAWA UNP periode saat ini. Kongres
Mahasiswa UNP bukanlah milik salah satu oknum
melainkan ormawa UNP itu sendiri. Inti dari kongres
tersebut adalah merubah JUKNIS ORMAWA UNP yang
belum diamandemen semenjak tahun 2004.
Juknis termasuk aturan terendah menurut hasil
seminar nasional kemahasiswaan “UNP menuju Student
Stude
Good Governance” yang diselenggarakan MPM UNP
pada 12 September 2009 di Auditorium Rektorat UNP.
Sehingga sudah selayaknya pula aturan ormawa tersebut
diganti dengan AD/ART ataupun Undang--undang Dasar
Mahasiswa UNP. Sebagian besar perguruan tinggi lainnya
lain
di Indonesia seperti Mahasiswa UI menggunakan UUD
IKM UI, Mahasiswa ITB menggunakan AD/ART
Keluarga Mahasiswa ITB, Mahasiswa UNJ menggunakan
AD/ART UNJ dan lain-lain.
lain. Atau dapat menggunakan
Peraturan Organisasi seperti Universitas Islam Makasar.

95
Akan tetapi,
etapi, itu semua bukanlah landasan yang
fundamental untuk mengangkatkan Kongres Mahasiswa
UNP. Disisi lain, Mahasiswa UNP juga mampu
merancang landasan dasarnya dalam berorganisasi sesuai
kondisi dan kebutuhannya tanpa mengabaikan referensi
atau literarur dari beberapa konstitusi negara maupun
organisasi mahasiswa di perguruan tinggi lain yang ada di
Indonesia. Pembentukan negara mahasiswa dalam kongres
mahasiswa bukanlah negara sungguhan melainkan
organisasi kemahasiswaan dan tidak pula harus meniru
sistem
m pemerintahan Republik Indonesia. Justru
Mahasiswa sebagai agen perubahan dan kontrol sosial
yang seharusnya ikut membantu merancang Sistem
Pemerintahan Repulik Indonesia yang baru demi
terciptanya Negara yang Ideal. Setidaknya menjadi wadah
pembelajaran dalam membentuk dan menjalankan
konstitusi replika sebuah negara yakni negara mahasiswa.
Dengan harapan mahasiswa bisa berperan sebagai Iron
Stock.. Tentunya tidak dengan mendirikan negara dalam
negara seperti oknum yang diberitakan akhir-akhir
akhir ini.
Republik
k Mahasiswa UNP yang akan dibentuk adalah
salah satu nama rancangan organisasi kemahasiswaan

96
UNP. Begitu juga halnya, UNY terdapat organisasi
kemahasiswaan yaitu Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Yogyakarta (REMA UNY).
Organisasi UNP disusun berdasarkan
n PP No.60 tahun
1999 dan statuta UNP tahun 2000 (diunduh dari web
resmi UNP) yang terdiri dari Dewan Penyantun, Senat
Universitas, Pimpinan, Tenaga Kependidikan, Pelaksana
Akademik, Pelaksana Administrasi, Unit Penunjang,
Mahasiswa dan Organisasi Kemahasiswaan.
iswaan. Dalam
Kepmen Depdikbud RI No. 155/UU/1988 tentang
Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan
Tinggi pada Bab II Bentuk Organisasi Kemahasiswaan
Pasal 3 ayat (1) dijelaskan bahwa “Di setiap perguruan
tinggi terdapat satu organisasi kemahasiswaan
kemahasis intra
perguruan tinggi yang menaungi semua aktivitas
kemahasiswaan”. Sementara dalam Statuta UNP
disebutkan bahwa “Organisasi kemahasiswaan di tingkat
UNP terdiri dari Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM)
dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEM) sebagai
perwakilan
akilan tertinggi mahasiswa”. Dilihat dari SK Rektor
Universitas Negeri Padang no: 55/J.41/KM/2004 tentang
Petunjuk Teknis Organisasi Kemahasiswaan Universitas

97
Negeri Padang atau yang disingkat dengan JUKNIS
ORMAWA UNP, dicantumkan pada pasal 1 ayat (3),
yakni
kni “Majelis Perwakilan Mahasiswa disingkat MPM,
adalah lembaga tertinggi organisasi kemahasiswaan yang
berfungsi legislatif dan normatif di tingkat universitas” dan
pasal 1 ayat (4), yakni “Badan Eksekutif Mahasiswa
disingkat BEM adalah lembaga tinggi kemahasiswaan
ahasiswaan
yang berfungsi eksekutif sebagai pelaksana kegiatan
kegiatan kemahasiswaan di tingkat universitas”. Maka
dapat disimpulkan bahwa ketiga aturan tersebut tidak
sinkron.
Kemudian Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tidak
diakui dalam Statuta UNP, malahan
n UKM juga
menggunakan dana SKMB dan dana untuk UKM itu
terpisah dari anggaran organisasi kemahasiswaan tingkat
universitas lainnya seperti dana anggaran organisasi
kemahasiswaan tingkat universitas yang diakui dalam
Statuta UNP (Dana MPM dan BEM UNP berjumlah
berju
puluhan ribu rupiah (belum dapat dipastikan) dikali jumlah
mahasiswa baru). Hal ini jelas Statuta UNP tidak lagi
dijadikan pedoman dasar dalam merancang,
mengembangkan dan menyelenggrakan kegiatan UNP.

98
Selain itu, anggaran dana organisasi kemahasiswaan
kemahasiswaa
dipisahkan berdasarkan tingkat fakultas dan jurusan
masing-masing.
masing. Sedangkan Statuta UNP dan Juknis
Ormawa UNP berbunyi bahwa Pengurus MPM UNP
bertanggung jawab langsung kepada Rektor, BPM kepada
Dekan dan HMJ kepada Ketua Jurusan. Sehingga
organisasi kemahasiswaan
emahasiswaan tingkat universitas tidak bisa
menaungi secara langsung semua aktivitas kemahasiswaan
yang ada di UNP seperti yang disebutkan dalam Pedoman
Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Sebaiknya organisasi kemahasiswaan bertanggung jawab
secara organisasi, administrasi, dan dana kepada organisasi
kemahasiswaan yang berada diatasnya. Dengan begitu
organisasi kemahasiswaan memiliki satu kekuatan dalam
satu naungan organisasi kemahasiswaan tingkat
universitas. Kondisi pecah belahnya koordinasi
koordina organisasi
mahasiswa seperti sekarang merupakan penyebab utama
kurang baiknya mutu pendidikan karakter dalam
pengkaderan aktivis mahasiswa sebagai agent of change,
social control dan iron stock bangsa ini. Contoh lainnya,
sebagai berikut: masa bakti kepengurusan
engurusan organisasi
kemahasiswaan maksimal selama 1 (satu) tahun dan

99
khusus ketua umum tidak dapat dipilih kembali.
Sedangkan masa pergantian kepengurusan belum diatur di
peraturan manapun di UNP. Padahal Pembentukan Senat,
Pimpinan UNP, Pimpinan Fakultas dan Pimpinan Jurusan
di UNP sudah jelas dan teratur masa periodesasinya.
Dengan begitu, dapat memudahkan koordinasi dan
pertanggunggungjawabannya baik itu secara administrasi
maupun kelembagaan. Hendaknya sistem seperti ini dapat
dicontoh untuk organisasi kemahasiswaan. Kenyataannya
berbagai organisasi kemahasiswaan di UNP memiliki
variasi dalam selisih masa periodesasi atau waktu
pergantian pengurus di setiap tingkat fakultas dan jurusan,
diantaranya baik di awal, tengah, akhir semester ganjil
maupun genap.
p. Hal inilah yang menyebabkan kurang
efektif dan efisiennya koordinasi dalam menaungi semua
aktivitas kemahasiswaan dalam 1 (satu) tahun.
Aturan-aturan
aturan tersebut tidak menyesuaikan pada
peraturan yang lebih tinggi. Namun hendaknya setiap
peraturan/kebijakan
n yang dikeluarkan mengacu pada
peraturan yang lebih tinggi. Seperti yang tertera dalam
Kepmen Depdikbud RI No. 155/UU/1988 tentang
Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan

100
Tinggi pada Bab II Bentuk Organisasi Kemahasiswaan
Pasal 3 ayat (2), yaitu
u “Bentuk dan badan kelengkapan
organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antar mahasiswa,
tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku, dan statuta perguruan tinggi yang
bersangkutan”. Dalam hal
al ini saja isi Juknis tersebut tidak
semuanya sesuai Statuta UNP sedangkan Statuta UNP
tidak sepenuhnya mengacu pada Pedoman Umum
Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Itu baru
sebagian kecil dari sekian banyak isi dari Statuta UNP
ataupun Juknis tersebut yang perlu dirubah.
Meski petunjuk teknis pelaksanaan dari pedoman
umum organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi
ditetapkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan,
mahasiswa dapat menyampaikan pendapat, usul dan saran
melalui organisasi kemahasiswaan
hasiswaan intra perguruan tinggi
yang mempunyai fungsi sebagai sarana dan wadah
perwakilan mahasiswa tingkat perguruan tinggi untuk
menampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa,
menetapkan garis-garis
garis besar program dan kegiatan
kemahasiswaan. Hal ini tercantum
ntum dalam pedoman umum

101
organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi. Dengan
dasar inilah Kongres Mahasiswa UNP dapat
diselenggarakan untuk menampung aspirasi dalam bentuk
aturan yang akan ditetapkan oleh Rektor UNP.
Derajat kebebasan dan mekanisme tanggungjawab
tanggun
organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi terhadap
perguruan tinggi ditetapkan melalui kesepakatan antara
mahasiswa dengan pimpinan perguruan tinggi dengan
tetap berpedoman bahwa pimpinan perguruan tinggi
merupakan penanggungjawab segala kegiatan
tan di perguruan
tinggi dan/atau yang mengatasnamakan perguruan tinggi.
Organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi
diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk
mahasiswa dengan memberikan peranan dan keleluasaan
lebih besar kepada mahasiswa. Kemudian organisasi
kemahasiswaan intra perguruan tinggi juga mempunyai
fungsi sebagai sarana dan wadah pelaksanaan kegiatan
kemahasiswaan seperti Krida, PKKMB, Bakti Sosial bagi
masyarakat, Workshop Program Kreativitas Mahasiswa
dan sebagainya. Dalam hal ini, hendaknya mahasiswa
UNP juga ikut dalam mengonsep kegiatan Pengenalan
Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) UNP

102
sejak dini yang seharusnya merupakan kegiatan
kemahasiswaan bukan kegiatan akademik walapun kedua
hal itu berkaitan dalam kegiatan tersebut.
ersebut. Hingga
perancangan kegiatan Bakti Sosial Terpadu sesuai bidang
keahlian mahasiswa masing-masing
masing bagi Masyarakat
tingkat universitas sebagai perwujudan salah satu Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yakni Pengabdian Masyarakat.
Dan seluruh mahasiswa ataupun
un organisasi
kemahasiswaan hendaknya terus menyukseskan dalam
peningkatan kualitas dan kuantitas Program Kreativitas
Mahasiswa yang siap bersaing di PIMNAS.
Perubahan status IKIP Padang menjadi Universitas
Negeri Padang sesuai dengan Keputusan Presiden RI
nomor 93 tanggal 4 Agustus 1999, dipandang perlu
menetapkan Statuta Universitas Negeri Padang. Statuta
UNP mencerminkan identitas, peranan, dan aspirasi
Universitas Negeri Padang yang disusun oleh Senat UNP
dalam memenuhi tuntutan pembangunan nasional. Statuta
St
ini adalah pedoman dasar yang dipakai sebagai acuan
untuk merencanakan, mengembangkan dan
menyelenggarakan kegiatan Universitas Negeri Padang.
Begitulah gambaran umum yang dituliskan dalam

103
mukaddimah Statuta UNP. Belum ada kabar untuk
kejelasan perubahan
ahan pedoman tersebut ataupun rencana
strategis UNP yang terbaru. Saat ini, statuta tersebut sudah
tidak relevan lagi. Selain yang telah disebutkan
sebelumnya, di dalam Statuta UNP hanya dijelaskan UNP
hanya memilliki 6 fakultas yakni Fakultas Ilmu
Pendidikan,
kan, Fakultas Bahasa, Sastra dan Seni, Fakultas
Ilmu-ilmu
ilmu Sosial, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Teknik, dan Fakultas Ilmu
Keolahragaan. Sedangkan sekarang, ada Fakultas Ekonomi
yang lebih jauh berkembang secara fisik di UNP. Faktanya
Fakta
setelah puluhan tahun, fakultas tertua di UNP, Fakultas
Ilmu Pendidikan (FIP) UNP baru mendapat pembangunan
gedung baru dari anggaran UNP beberapa tahun ini
walaupun hingga saat ini masih terbengkalai. Padahal
fakultas tersebut memiliki akreditasi B hampir
mpir di setiap
program studi atau jurusan bahkan ada yang berakreditasi
A. Kualitas beberapa Jurusan dan Program Studi pada
Fakultas tersebut juga diperhitungkan di kancah
pendidikan secara nasional. Untuk menjaga dan
meningkatkan mutunya, fakultas yang me
memiliki
mahasiswa sebanyak 8.550 orang ini konsisten menjaga

104
hubungan internasional dalam bekerjasama dengan
beberapa penguruan tinggi di negara tetangga. Meskinya
UNP dapat memberikan reward ataupun penguatan yang
nampak kepada fakultas ataupun warga UNP yang
y
berprestasi dan memiliki kontribusi terhadap peningkatan
mutu UNP itu sendiri. Tentunya berdasarkan pedoman
dasar UNP yang sah yakni Statuta UNP.
Berdasarkan Statuta UNP, Warga UNP adalah tenaga
kependidikan, tenaga administrasi, dan mahasiswa. Secara
kuantitas, mahasiswa UNP merupakan komponen terbesar
dalam UNP itu sendiri yakni berjumlah hingga 32.531
orang yang terdaftar sebagai mahasiswa semester Januari-
Januari
Juni 2011 (Data UPT Pusat Komputer UNP). Sementara
biaya SPP per semesternya adalah Rp 750.000 (tujuh ratus
lima puluh ribu rupiah) bagi mahasiswa yang terdaftar
sejak tahun 2008, 2009 dan 2010. Diantara itu lebih dari
6.000 mahasiswa Bp 2010 UNP cukup besar dalam
pembayaran Dana Sumbangan Kegiatan Mahasiswa Baru
(SKMB), yakni Rp 3.000.000 (tiga jutaa rupiah) per
orangnya. Bahkan dana SKMB ini dipungut setiap
mahasiswa baru yang lulus masuk UNP dicicil selama 2
(dua) semester awal perkuliahan. Seharusnya mahasiswa

105
UNP juga mempunyai hak dalam mengetahui informasi
dan ikut menentukan hal yang berkaitan dengan kegiatan
kemahasiswaan. Namun seluruh rincian alokasi dana
tersebut belum dapat diakses oleh seluruh kalangan
mahasiswa UNP baik dalam bentuk tertulis maupun lisan
hingga saat ini. Biaya perkuliahan mahasiswa yang akan
masuk pada tahun 2011 belum ada kepastiannya. Hal ini
membuat keraguan terhadap mutu standar ISO di UNP
khususnya dalam hal transparansi dan akuntabilitasnya
yang menjadi unggulan kampus tersebut. Semoga UNP ke
depannya dapat lebih mengimplementasikan UU No. 14
tentang Keterbukaan Informasi
formasi Publik. “Badan Publik
yang dengan sengaja tidak menyediakan, tidak
memberikan, dan/atau tidak menerbitkan informasi publik
yang wajib diumumkan secara serta-merta,
merta, informasi
publik yang wajib tersedia setiap saat, dan/atau informasi
publik yang harus
us diberikan atas dasar permintaan sesuai
dengan Undang-undang
undang ini, dan mengakibatkan kerugian
bagi orang lain dikenakan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
5.000.000 (lima juta rupiah)”. Begitulah ketentuan pidana
pi

106
pada pasal 52 yang merupakan salah satu dari beberapa
ketentuan pidana dalam UU tersebut.
Keanggotaan organisasi kemahasiswaan pada masing-
masing
masing tingkat adalah seluruh mahasiswa yang terdaftar
dan masih aktif dalam kegiatan akademik. Namun dalam
Juknis
is Ormawa dan Statuta UNP belum memperjelas
rincian aturan tersebut. Sehubungan dengan itu,
diperkirakan tidak sampai 10 % dari jumlah mahasiswa
UNP yang aktif berorganisasi dan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler lainnya. Padahal pendidikan saat ini
sedang gencar-gencarnya
gencarnya menggalakkan pendidikan
karakter. Sementara pendidikan karakter bisa didapatkan
apabila mahasiswa berkeinginan untuk terus melakukan
pengembangan dirinya, salah satunya dengan mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler sesuai minat dan bakatnya
ataupun meningkatkan keahliannya.
Terlepas dari itu, Organisasi kemahasiswaan UNP
juga termasuk dalam kelengkapan non struktural dari UNP
itu sendiri dan wadah perwakilan dari puluhan ribu
mahasiswa yang ada di UNP. Maka seharusnya organisasi
mahasiswa UNP juga berhak ikut bagian dalam bentuk
penyampaian pendapat, saran dan usul mengenai Statuta

107
UNP kepada Senat UNP melalui pimpinan UNP, apalagi
yang berkaitan dengan kemahasiswaan. Sehingga
seharusnya salah satu dari komponen senat di setiap
tingkat adalah perwakilan mahasiswa sesuai tingkatnya.
Ini dapat dilakukan karena Rektor UNP dapat mengangkat
pejabat-pejabat
pejabat penting lainnya sebagai anggota Senat
melalui persetujuan Senat Universitas. Apalagi Senat UNP
diketuai oleh Rektor, Sedangkan Senat Fakultas diketuai
dik
oleh Dekan. Maka perlu ditambah persyaratan pokok
untuk menjadi senat yang berasal dari mahasiswa.
Dengan landasan tersebut, sebaiknya mahasiswa UNP
juga ikut dilibatkan dalam pemilihan dan penentuan
Rektor, Dekan-Dekan dan Ketua-Ketua
Ketua Jurusan di UNP.
UN
Hal yang demikian dituntut keterwakilan mahasiswa baik
dalam setiap Rapat maupun Sidang Senat dan/ataupun
Pimpinan UNP. Mahasiswa menjadi sangat urgen
eksistensi, esensi dan partisipasinya di dalam senat karena
semua muara kebijakan senat akan berdampak kepada
mahasiswa itu sendiri baik itu positif maupun negatif. Hal
ini dapat diusulkan melalui kongres mahasiswa dan lewat
juknis yang berupa undang-undang
undang dasar mahasiswa yang
akan dimasukkan dalam Statuta UNP yang baru. Sebab

108
Statuta UNP saat ini belum tua
ua namun sudah tidak layak
digunakan lagi. Nah, sekarang pertanyaannya adalah
apakah Kongres Mahasiswa UNP tidak usah
direalisasikan?
Dalam Statuta UNP ditulis bahwa Mahasiswa UNP
berkewajiban menjaga kewibawaan dan nama baik UNP
maka tanpa merubah arti yang
ng signifikan dapat disamakan
dengan Mahasiswa UNP tidak berkewajiban menjaga
ketidakwibawaan dan nama buruk UNP.
Penulis :
Achmad Badaruddin - Dewan Formatur, Konsultan
dan Legislatif Unit Kegiatan Mahasiswa Wadah
Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik Universitas
Negeri Padang - (DFLK UKM-WP2SOSPOL
WP2SOSPOL UNP)
Periode 2011

*Ditulis pada awal tahun 2011

109
B. Legislasi
1. Rancangan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang

Saya merancang rancangan ini ketika masih


menjabat sebagai Ketua Umum BPM FIP UNP untuk
dibahas di Kongres Mahasiswa FIP UNP dan telah
diserahkan kepada Tim Tujuh yag dibentuk MPM UNP
saat itu.

PEMBUKAAN
Dalam rangka menghadapi persaingan global yang
semakin ketat akibat pergeseran paradigma pendidikan
yang terus menerus beranjak maka dibutuhkan revolusi
pembelajaran untuk meningkatkan daya saing bangsa
dengan program peningkatan kualitas sumber daya
mahasiswa
iswa agar menjadi lulusan yang kompeten. Sehingga
peningkatan kualitas akademik, pengembangan Soft Skill,
Skill
Pengembangan Diri dan Pendidikan Karater perlu
direalisasikan lebih lanjut melalui kegiatan
kemahasiswaan sekaligus perwujudan Universitas Negeri

110
Padang
ang sebagai Universitas yang unggul, dinamis dan
bermutu tinggi, berbasis pendidikan tenaga kependidikan,
berlandaskan nilai-nilai keagamaan.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan
kegiatan kemahasiswaan
dilakukan secara berjenjang, mulai dari jurusan, fakultas
dan universitas
rsitas sehingga diharapkan mampu melahirkan
tokoh-tokoh
tokoh yang memiliki jiwa kepemimpinan dan
pengalaman organisasi yang mapan untuk terjun dalam
berbagai bidang keahlian, profesi, sosial, bisnis,
keagamaan (dakwah), pengambil kebijakan dan peluang
lain baik
k sebagai pendidik atau pekerja yang handal
maupun pencipta lapangan pekerjaan.
Sesungguhnya mahasiswa sebagai generasi muda
memiliki hak dan peran dalam perjuangan pembangunan
bangsa dan negara yang mencita-citakan
citakan kebenaran,
keadilan, dan kesejahteraan yang diridhoi Tuhan Yang
Maha Esa. Perjuangan pergerakan kemahasiswaan akan
selalu ada selamanya sebagai agen perubahan, kekuatan
moral, dan bekal masa depan untuk mengusung cita-cita
cita
pejuang negara. Oleh karena itu, diperlukan sebuah wadah
bersama yang menampung
nampung segala kegiatan
kemahasiswaan, yang memiliki sifat independen,

111
kekeluargaan, keilmuan, kemasyarakatan dan keterbukaan,
dimana wadah ini bernama Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Unversitas Negeri Padang.
Mengingat Organisasi kemahasiswaan di perguruan
perg
tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan
untuk mahasiswa dengan memberikan peranan dan
keleluasaan lebih besar kepada mahasiswa; Bentuk dan
badan kelengkapan organisasi kemahasiswaan intra
perguruan tinggi ditetapkan berdasarkan kesepakatan
pakatan antar
mahasiswa, tidak bertentangan dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku, dan statuta Universitas
Negeri Padang; dan mewujudkan kehidupan
kemahasiswaan yang dinamis, produktif,
berkesinambungan, dan bersatu diantara seluruh
mahasiswa Unversitas
versitas Negeri Padang, maka disusunlah
aturan kemahasiswaan ke dalam suatu Undang-Undang
Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Esa dengan
berasaskan Pancasila yang berlandaskan Undang-Undang
Undang
Dasar 1945, Peraturan yang berlaku serta semangat
Kepemudaan dalam mengemban misi Tri Dharma

112
Perguruan Tinggi yang bertujuan untuk mengembangkan
integritas kepribadian mahasiswa, perluasan wawasan,
peningkatan kecendekiawan, serta pengabdian masyrakat;
membina,
bina, mengembangkan, menyalurkan bakat dan
potensi mahasiswa dalam rangka mencapai tujuan
Pendidikan Nasional dan perguruan tinggi, khususnya visi
dan misi Universitas Negeri Padang. Maka pada tanggal
………. Oktober 2010 terbentuklah Lembaga Kegiatan
Kemahasiswaan
iswaan Universitas Negeri Padang yang meliputi
penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran, upaya
perbaikan kesejahteraan mahasiswa dan bakti sosial bagi
masyarakat secara keseluruhan berada di bawah tanggung
jawab Rektor Universitas Negeri Padang, yakni Negara
N
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang
yang kemudian disingkat dengan NKRM UNP dengan
mekanisme dan tatanan sebuah Negara Mahasiswa
Universitas Negeri Padang yang menaungi semua aktivitas
kemahasiswaan dengan prinsip good governance, terutama
dalam akuntabilitas, transparan, kesetaraan dan tertib
hukum

BAB I

113
BENTUK, SISTEM DAN KEDAULATAN
Pasal 1
Negara Mahasiswa Universitas Negeri Padang ialah
Negara Kesatuan yang berbentuk Republik yang
disingkat dengan NEGARA KESATUAN REPUBLIK
MAHASISWA
SWA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
dan selanjutnya dapat disebut negara.

Pasal 2
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang adalah wadah formal dan legal bagi
seluruh aktivitas kemahasiswaan di Universitas Negeri
Padang.

Pasal 3
Sistem Pemerintahan bersifat sentralisasi, sedangkan
sistem administrasi adalah desentralisasi

Pasal 4
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang mengadopsi nilai-nilai
nilai berbagai

114
ketatanegaraan yang disesuaikan dengan kebutuhan
dunia kemahasiswaan.

Pasal 5
Kedaulatan berada di tangan mahasiswa dan
dilaksanakan sepenuhnya menurut Undang-Undang
Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang.

Pasal 6
Kritik dan saran terhadap pemerintah merupakan salah
satu hak wargaa Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang

Pasal 7
Warga Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang berhak mendirikan partai
politik mahasiswa untuk mengkritik penguasa; atau
sebagai jenjang untuk menduduki kekuasaan
pemerintah melalui warga, dengan syarat asasnya tidak
bertentangan dengan UUD Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang. Pendirian

115
Partai tidak memerlukan izin Negara namun diatur
dalam peraturan partai politik mahasiswa. Dan negara
melarang
arang perkumpulan yang tidak berasaskan UUD
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang.

Pasal 8
Struktur Negara terdiri dari:
a. Senat Mahasiswa Universitas
b. Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas
c. Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas
d. Kementrian Universitas Negeri Padang
e. Departemen Mahasiswa Universitas
f. Mahkamah Mahasiswa
g. Badan Audit Keuangan
h. Senat Mahasiswa Fakultas
i. Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas
j. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
k. Departemen Mahasiswa Fakultas
l. Senat Mahasiswa Jurusan
m. Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan
n. Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

116
o. Departemen Mahasiswa Jurusan
p. Leting Mahasiswa
q. Warga Negara Mahasiswa

BAB II
KEKUASAAAN
Pasal 9
Pembagian Kekuasaan terdiri atas:
1. Kekusaan Legislatif dipegang oleh Senat
Mahasiswa dan Majelis Perwakilan Mahasiswa
2. Kekuasaan Eksekutif dipegang oleh Badan
Eksekutif Mahasiswa, Departemen Mahasiswa,
Badan Audit Keuangan dan Leting Mahasiswa
3. Kekuasaan Yudikatif dipegang oleh Mahkamah
Mahasiswa
4. Kekuasaan tertinggi dipegang oleh Warga
W Negara
Mahasiswa
5. Tidak ada rangkap jabatan keanggotaan dalam
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif
terkecuali Senat Mahasiswa dan Leting Mahasiswa

BAB III

117
SENAT MAHASISWA UNIVERSITAS
Pasal 10
1. Senat Mahasiswa Universitas merupakan lembaga
yang memiliki kekuasaan tertinggi
tinggi dalam Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang;
2. Anggota Senat Mahasiswa Universitas terdiri atas:
a. semua anggota Majelis Perwakilan
Mahasiswa yang tidak dapat
pat diwakilkan;
b. semua Hakim Konstitusi Mahkamah
Mahasiswa yang tidak dapat diwakilkan;
c. Ketua Umum (Presiden/Gubernur/Bupati)
Badan Eksekutif Mahasiswa yang dapat
diwakilkan oleh Wakil Presiden
Mahasiswa;
d. Ketua Badan Audit Kemahasiswaan atau
perwakilannya;
e. semua Ketua Departemen Mahasiswa
Badan Otonom tingkat Universitas Negeri
Padang, atau perwakilannya;
f. semua ketua lembaga legislatif fakultas atau
perwakilannya;

118
g. semua ketua lembaga eksekutif fakultas
atau perwakilannya;
3. Segala putusan Senat Mahasiswa Unive
Univeritas
ditetapkan dengan musyawarah untuk mufakat dan
bersifat mengikat seluruh mahasiswa Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang.
4. Setiap Anggota Senat Mahasiswa mempunyai hak
suara dan hak bicara yang sama.
5. Setiap Mantan Anggota Senat Mahasiswa
mempunyai hak bicara dan dibolehkan hadir dalam
Sidang Pleno

Pasal 11
Wewenang Senat Mahasiswa Universitas:
1. melakukan perubahan terhadap Undang-Undang
Undang
Dasar dalam bentuk Kongres Mahasiswa;
Mahasiswa
2. membentuk, mengubah, dan mencabut Ketetapan
Senat Mahasiswa;
3. melakukan koordinasi antarlembaga di Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang;

119
4. menerima laporan tentang program kerja, dan
berkoordinasi tentang ruang lingkup dan
pembagian peran;
5. menerima dan menindaklanjuti rancangan anggaran
anggar
keuangan lembaga kemahasiswaan tingkat
Universitas Negeri Padang setiap periode
kepengurusan;
6. mengesahkan pendirian dan pembubaran
Departemen Mahasiswa Badan Otonom dan
Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom yang
syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam
lam undang-
undang
undang;
7. melakukan pemecatan terhadap Anggota Majelis
Perwakilan Mahasiswa Universitas;
8. Menetapkan 1 (satu) Nama Calon Presiden dan
diajukan kepada Majelis Perwakilan Mahasiswa
Universitas sebelum Pemilu diadakan
9. memberikan usulan pemakzulan terhadap
hadap Presiden
Mahasiswa Universitas Negeri Padang kepada
Majelis Perwakilan Mahasiswa;
10. menerima laporan kinerja Majelis Perwakilan
Mahasiswa;

120
11. Mempertanggungjawabkan laporan kinerja dan
kesepakatan Senat Mahasiswa kepada Rektor
Universitas Negeri Padang
12. Mengadakan
ngadakan sidang pleno Senat Mahasiswa secara
non-formal
formal pada saat kondisi darurat dan/atau
mengatasi permasalahan yang insidentil
13. Mengadakan pertemuan rahasia dengan ketentuan
bahwa diadakan lebih dari 2/3 dari jumlah anggota
senat namun hasil pertemuan tersebut
te harus
dipublikasikan
14. mewakili mahasiswa dalam memberi pendapat dan
mengambil keputusan di Majelis Perwakilan dan
Senat Universitas Negeri Padang;
15. memiliki akses informasi ke semua lembaga
kemahasiswaan dalam Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas
rsitas Negeri Padang dalam
rangka menjalankan tugas sesuai dengan peraturan
yang berlaku;
16. mengajukan rancangan anggaran dan alat
kelengkapan yang dibutuhkan kepada Rektor

121
17. Merumuskan dan mengusulkan konsep Orientasi
Mahasiswa Baru kepada Ketua Senat Universitas
Univers
Negeri Padang
18. Mengumpulkan dan Menyampaikan program kerja
dan anggaran yang dibutuhkan seluruh
kepemerintahan Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang kepada
Ketua Senat Universitas Negeri Padang.

Pasal 12
Tugas Anggota Senat Mahasiswa Universitas:
1. melakukan fungsi pelayanan dan advokasi
mahasiswa di bidang akademik dan nonakademik
2. melakukan koordinasi dengan seluruh lembaga
kemahasiswaan di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang;
3. Mengolah Aspirasi Majelis Perwakilan Mahasiswa
dan diperjuangkan dalam rapat senat Universitas
Negeri Padang ataupun majelis perwakilan
Universitas;

122
4. memberikan informasi kebijakan Senat dan Majelis
Perwakilan Universitas Negeri Padang yang
bersifat terbuka kepada mahasiswa;
5. mewakili mahasiswa dalam pemberian pendapat
dan pengambilan keputusan di Majelis Perwakilan
ataupun Senat Universitas Negeri Padang

Pasal 13
1. Pimpinan tetap Senat Mahasiswa terdiri atas tiga
orang yang berbentuk presidium
2. Presidium I adalah Ketua Senat yang merupakan
Ketua Majelis Perwakilan Mahasiswa
3. Pimpinan tetap Senat Mahasiswa dipilih dalam
sidang pleno Senat Mahasiswa.
4. Masa jabatan anggota dan pimpinan tetap Senat
Mahasiswa berlaku selama memenuhi persyaratan
menjadi anggota Senat Mahasiswa.

BAB IV
MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA
UNIVERSITAS
Pasal 14

123
Majelis Perwakilan Mahasiswa adalah lembaga tertinggi
dalam Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang, yang memiliki kekuasaan legislatif.

Pasal 15
1. Anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa terdiri atas
anggota independen dari fakultas dan perwakilan
lembaga legislatif fakultas.
2. Anggota independen dipilih melalui Pemilihan
Raya, yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-
Undang
Undang Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang.
3. Jumlah anggota independen dari fakultas
ditentukan berdasarkan jumlah anggota Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang, yaitu:
a. 1—1000 adalah 1 (satu) orang wakil;
b.1001—2000
2000 adalah 2 (dua) orang wakil; dan
c. lebih dari 2000 adalah 3 (tiga) orang wakil.

124
4. Perwakilan dari setiap Majelis Perwakilan
Mahasiswa Fakultas berjumlah 2 (dua) orang
5. Keanggotaan Majelis Perwakilan Mahasiswa
diresmikan oleh Rektor Universitas Negeri Padang;
6. Segala putusan Majelis Perwakilan Mahasiswa
Universitas ditetapkan
tapkan dengan musyawarah
mufakat
7. Masa jabatan anggota Majelis Perwakilan
Mahasiswa adalah 12 (dua belas) bulan dan
berakhir bersamaan dengan diresmikannya anggota
Majelis Perwakilan Mahasiswa yang baru.
8. Syarat-syarat
syarat untuk menjadi anggota Majelis
Perwakilan Mahasiswa diatur dalam Undang-
Undang
Undang Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang.

Pasal 16
Hak dan Kewajiban
1. Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas
berwenang merancang, menetapkan dan
mengamandemen Undang-Undang
Undang dan Peraturan
untuk Mahasiswa di tingkat fakultas.

125
2. Menampung, menganalisis dan menyalurkan
aspirasi mahasiswa Universitas.
3. Menyusun dan menetapkan Garis Besar Haluan
Program Kerja dan Persyaratan Pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas
4. Majelis Perwakilan
n Mahasiswa Universitas
melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
5. Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas hanya
dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-
Undang
Undang Dasar dan Undang-Undang
Undang yang terkait
6. Dalam hal
al Rancangan Peraturan Mahasiswa
Universitas yang telah disetujui bersama tersebut
tidak disahkan oleh Senat Mahasiswa Universitas
dalam waktu 10 (sepuluh) hari semenjak
Rancangan Peraturan Mahasiswa Universitas
disetujui, Rancangan Peraturan Mahasiswa
Universitas
versitas tersebut sah menjadi Peraturan
Mahasiswa Universitas dan wajib diundangkan.
7. Meminta, mengevaluasi, menilai dan menetapkan
Laporan Pertanggungjawaban Presiden

126
8. Mensosialisasikan hasil kerja kepada warga Negara
Universitas Negeri Padang
9. Melakukan pengawalan
ngawalan terhadap pelaksanaan
Undang-Undang
Undang Dasar dan Undang-Undang
Undang yang
berlaku
10. membentuk Undang-Undang
Undang dan Ketetapan
Majelis Perwakilan
erwakilan Mahasiswa Universitas
(legislasi);
11. mengawasi pelaksanaan Undang
Undang-Undang,
peraturan-peraturan
peraturan dalam lingkup Universitas
yang terkait, dan kinerja lembaga-lembaga
lembaga di
Universitas (pengawasan);
12. menilai Laporan Pertanggungjawaban Kerja Badan
Eksekutif Mahasiswa;
13. mengajukan kasus kepada Mahkamah Mahasiswa
dan pembubaran lembaga di tingkat Universitas
(yuridis); dan
14. menyelenggarakan suksesi lembaga tingkat
Universitas dengan berkoordinasi kepada lembaga
tingkat Universitas (fasilitasi).
15. membuat mekanisme penerimaaan dan
penindaklanjutan rancangan anggaran keuangan

127
lembaga kemahasiswaan Universitas Negeri
Padang setiap periode kepengurusan.
16. mengajukan rancangan anggaran Majelis
Perwakilan Mahasiswa Universitas, Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas dan Departemen
Mahasiswa Badan Otonom serta alat kelengkapan
yang dibutuhkan kepada Rektor
17. Menetapkan rekomendasi-rekomendasi
si hasil
sidang Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas
18. mensosialisasikan semua kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pihak Rektorat, Senat Mahasiswa,
dan Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas
19. Menetapkan ketetapan-ketetapan lainnya
20. Meminta penjelasan kepada Gubernur Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas mengenai
kegiatan-kegiatan
kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas
21. Meminta dan memberikan pengesahan rancangan
program kerja Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas
22. Meminta penjelasan kepada
pada Departemen
Mahasiswa Universitas tentang program kerja.

128
23. Meminta penjelasan kepada Badan Eksekutif
Mahasiswa Universitas tentang program kerja.
24. Mempunyai hak interpelasi, hak angket dan hak
menyatakan pendapat, dalam menjalankan peran
dan fungsinya yang
g selanjutnya diatur dalam
Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
25. Memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan di tingkat Universitas.
26. Memberikan penjelasan terhadap Peraturan
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
adang.
27. Mempunyai wewenang untuk mengeluarkan
peringatan berupa memorandum apabila Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas terbukti tidak
melaksanakan tugas atau menyimpang dari
Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang,
Padang Ketetapan
Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas Negeri
Padang, Undang-Undang
Undang Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang,
Ketetapan Majelis Perwakilan Mahasiswa
Universitas Negeri Padang, Peraturan Mahasiswa

129
Universitas Negeri Padang, dan Garis Besar
Haluan Negara Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Negeri Padang, serta peraturan
perundang-undangan
undangan lainnya yang diatur lebih
dalam Undang-Undang Dasar
28. Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitass Negeri
Padang melalui sidang senat mahasiswa, apabila
terbukti melanggar Undang-Undang
Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang, Ketetapan Majelis Perwakilan Mahasiswa
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang, Undang-Undang
Undang Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang,
Ketetapan Majelis Perwakilan Mahasiswa,
Peraturan Mahasiswa Universitas, dan program
kerja Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas,
serta peraturan perundang-undangan
undangan lainnya.
29. Memberikan
mberikan surat peringatan kepada Departemen
Mahasiswa Universitas dan Badan Eksekutif
Mahasiswa Universitas apabila terbukti melanggar
Undang-Undang
Undang Dasar Republik Mahasiswa

130
Universitas Negeri Padang, dan aturan-aturan
aturan
lainnya yang berlaku.
30. Menyetujui atau tidak menyetujui Rancangan
Peraturan Mahasiswa Universitas.
31. Mengkritisi dan menerima atau menolak
pertanggungjawaban Presiden dan Wakil Presiden
Mahasiswa
32. Memberikan Pendapat, usul dan saran kepada
Pimpinan Universitas terutama yang berhubungan
dengan kemahasiswaan
ahasiswaan serta pelaksanaan dan
pencapaian tujuan Universitas.
33. Menghadiri dan memberikan suara pada
Pertemuan di Senat Universitas atau Majelis
Pimpinan Universitas yang membahas tentang
kemahasiswaan.

Pasal 17
Hak Anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa:
a. hak interpelasi;
b. hak angket; dan
c. hak menyampaikan usul dan menyatakan pendapat;

131
Pasal 18
1. Mekanisme Pemberhentian dan pemanggilan
kembali anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa
perwakilan lembaga legislatif fakultas diatur oleh
lembaga legislatif fakultas
2. Mekanisme pemberhentian anggota Majelis
Perwakilan Mahasiswa independen diatur secara
penuh oleh peraturan fakultas

BAB V
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS
Pasal 19
1. Presiden Mahasiswa adalah pemegang kekuasaan
eksekutif tertinggi di dalam Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang
menurut Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
2. Presiden Mahasiswa memimpin Badan Eksekutif
Mahasiswa
iswa Universitas Negeri Padang disebut
Presiden Mahasiswa Universitas Negeri Padang
3. Dalam menjalankan kewajibannya, Presiden
dibantu satu orang Wakil Presiden.

132
4. Presiden Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang bertugas membuat dan melaksanakan
program kerja selama satu periode kepengurusan,
menghadiri undangan Majelis Perwakilan
Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas
Negeri padang untuk rapat bersama Majelis
Perwakilan Mahasiswa dan menyampaikan
pertanggungjawaban kepada Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang dalam sidang Umum
dan atau Sidang Istimewa Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang
5. Presiden Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang berwenang menyusun dan memilih kabinet
Badan Eksekutif Mahasiswa
wa Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang

Pasal 20
1. Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif
Mahasiswa memegang jabatan selama 12 (dua
belas) bulan dan sesudahnya tidak dapat dipilih
kembali.

133
2. Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif
Mahasiswa terpilih disahkan dan diberhentikan
oleh Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas
3. Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil
Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa diatur dalam
Undang-Undang
Undang Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
4. Tata cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Badan Eksekutif Mahasiswa diatur dalam Undang-
Undang
Undang Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang.

Pasal 21
Fungsi dan Wewenang Badan Eksekutif Mahasiswa:
a. mengadvokasi mahasiswa dalam hal dana dan
fasilitas di tingkat Universitas Negeri Padang;
b. menyikapi politik luar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang;
c. melayani dan mengkoordinasi Departemen
Mahasiswa Badan Semi Otonom; dan
d. melakukan koordinasi dengan Departemen
Mahasiswa Badan Otonom Universitas Negeri

134
Padang, lembaga eksekutif fakultas, dan Anggota
Senat Mahasiswa

Pasal 22
Hak Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa:
a. menerima laporan kinerja dari Departemen
Mahasiswa Badan Semi Otonom;
b. mengangkat dan memberhentikan semua pengurus
Badan Eksekutif Mahasiswa; dan
c. melakukan koordinasi antarlembaga eksekutif
fakultas.

Pasal 23
Kewajiban Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa:
a. Memimpin dan mengarahkan Badan Eksekutif
Mahasiswa Universitas
as Negeri Padang untuk
menjalankan fungsi dan wewenang serta tugas dan
kewajiban Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas
Negeri Padang sesuai dengan arahan yang telah
ditetapkan oleh Majelis Perwakilan Mahasiswa
baik dalam bentuk ketetapan maupun undang-
undang
undang ;

135
b. Menjalankan instruksi dari Majelis Perwakilan
Mahasiswa Universitas; dan
c. Mempertanggungjawabkan kinerja Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Padang
secara keseluruhan kepada Majelis Perwakilan
Mahasiswa

Pasal 24
Tugas dan Kewajiban Badan Eksekutif Mahasiswa:
a. melaksanakan segala peraturan yang ada dalam
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang;
b. memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan
mahasiswa;
c. memberikan tanggapan atas penggunaan hak
interpelasi dan hak angket yang disampaikan oleh
Majelis Perwakilan Mahasiswa;
d. menyerap, menampung, dan menindaklanjuti
aspirasi mahasiswa;
e. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang;

136
f. meminta pengesahan
sahan program kerja pada Majelis
Perwakilan Mahasiswa Universitas Negeri Padang
di awal periode kepengurusan; dan
g. memberikan laporan pertanggungjawaban kepada
Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas Negeri
Padang

Pasal 25
1. Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya
(Pemakzulan) oleh Senat Mahasiswa.
2. Syarat-syarat
syarat pemberhentian meliputi:
a. terbukti melakukan pelanggaran pidana
hukum nasional yang diancam pidana penjara
tiga tahun atau lebih;
b. melakukan pelanggaran terhadap
terha Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang; dan
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden Mahasiswa.
3. Pemakzulan Presiden dan/atau Wakil Presiden
Mahasiswa dapat dilakukan oleh Senat Mahasiswa
Mahasi

137
dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan
kepada Mahkamah Mahasiswa untuk memeriksa,
mengadili, dan memutuskan pendapat Majelis
Perwakilan Mahasiswa bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden Mahasiswa telah bersalah dan/atau
tidak memenuhi syarat-syaratt sebagai Ketua
Umum dan/atau Wakil Presiden Mahasiswa.
4. Pengajuan permintaan Senat Mahasiswa kepada
Mahkamah Mahasiswa hanya dapat dilakukan
dengan dukungan minimal 2/3 dari seluruh anggota
Senat Mahasiswa.
5. Mahkamah Mahasiswa wajib memeriksa,
mengadili, dan
n memutuskan dengan adil usulan
Senat Mahasiswa tersebut, paling lama tiga puluh
hari, termasuk hari libur, setelah permintaan formal
Senat Mahasiswa itu diterima oleh Mahkamah
Mahasiswa.
6. Jika Mahkamah Mahasiswa memutuskan bahwa
Ketua Umum dan/atau Wakil Presiden Mahasiswa
terbukti bersalah dan/atau sudah tidak memenuhi
persyaratan sebagai Ketua Umum dan/atau Wakil
Presiden Mahasiswa, Senat Mahasiswa

138
meneruskan usul pemberhentian Ketua Umum
dan/atau Wakil Presiden Mahasiswa kepada
Majelis Perwakilan Mahasiswa.
7. Majelis Perwakilan wajib menyelenggarakan
sidang untuk menindaklanjuti usul Senat
Mahasiswa paling lambat dua puluh hari, termasuk
hari libur, sejak Majelis Perwakilan Mahasiswa
menerima permintaan formal tersebut.
8. Majelis Perwakilan Mahasiswa memutuskan
memutu usul
Senat Mahasiswa paling lambat tiga puluh hari,
termasuk hari libur, sejak sidang pertama Sidang
Majelis Perwakilan Mahasiswa diselenggarakan.
9. Keputusan Majelis Perwakilan Mahasiswa atas
usulan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden harus diambil melalui Sidang Pleno
Majelis Perwakilan Mahasiswa yang dihadiri
minimal 2/3 dari jumlah anggota, dan disetujui oleh
minimal 2/3 jumlah anggota yang hadir.

Pasal 26
1. Jika Presiden Mahasiswa mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakuka
melakukan

139
kewajibannya dalam masa jabatannya, maka
posisinya digantikan oleh Wakil Presiden
Mahasiswa sampai habis masa jabatannya.
2. Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden,
selambat-lambatnya
lambatnya dalam waktu tiga puluh hari,
termasuk hari libur, Senat Mahasiswa
menyelenggarakan
enyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil
Presiden Mahasiswa dari dua calon yang diajukan
oleh Ketua Umum.
3. Jika Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya
secara bersamaan,
ersamaan, pelaksana tugas sementara
dijalankan oleh Penanggung Jawab Sementara
yang dipilih oleh Badan Pengurus Harian Badan
Eksekutif Mahasiswa.
4. Selambat-lambatnya
lambatnya tiga puluh hari, termasuk hari
libur, setelah terpilihnya Penanggung Jawab
Sementara, Senat Mahasiswa menyelenggarakan
sidang untuk memilih Ketua Umum dan Wakil
Presiden Mahasiswa sampai habis masa
jabatannya.

140
Pasal 27
Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil
Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan
sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan
Mahasiswa atau Majelis Perwakilan Mahasiswa sebagai
berikut :
Sumpah Presiden dan Wakil Presiden
Kami Presiden dan Wakil Presiden Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang
bersumpah:
Bahwa Kami akan bersungguh-sungguh
sungguh menjalankan
fungsi, tugas, dan kewajiban kami sebagai Presiden
dan Wakil Presiden Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang.
Bahwa Kami akan tunduk dan patuh terhadap segala
peraturan yang berlaku dalam Universitas Negeri
Padang dan Negara
egara Republik Indonesia.

141
Bahwa Kami akan menjunjung tinggi dan
mengharumkan nama baik Almamater Universitas
Negeri Padang dalam segala kegiatan.
Bahwa Kami akan bersungguh-sungguh
sungguh dalam
melaksanakan aspirasi mahasiswa Universitas Negeri
Padang demi terwujudnya
udnya kehidupan kampus yang
mapan dan dinamis.
Bahwa Kami akan bersungguh-sungguh
sungguh dalam
menyelenggarakan kegiatan – kegiatan ilmiah dalam
aspek keilmuan di bidang ilmiah, sosial, keagamaan
dan pengabdian masyarakat sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Bahwa
wa Kami akan turut berperan aktif dalam
pergerakan moral mahasiswa dalam mengusung
agenda refomasi dan demokrasi dalam membangun
Sumatera Barat dan Republik Indonesia.
Semoga Allah Yang Maha Pemurah memberkati dan
meridhoi Kami dalam menjalankan amanah ini.
ini

142
BAB VI
KEMENTERIAN UNIVERSITAS
Pasal 28
1. Presiden dibantu oleh Menteri-menteri
menteri negara.
2. Menteri-menteri
menteri Departemen Non Otonom dalam
kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa itu
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
3. Menteri-menteri
menteri Departemen Otonom Mahasiswa
dipilih berdasarkan Bab VII
4. Menteri-menteri
menteri Departemen Semi Otonom
Mahasiswa dipilih berdasarkan Bab VII
5. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan.
6. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran
kementerian negara diatur dalam undang-undang.
undang
7. Susunan Kabinet Badan Eksekutif Mahasiswa
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang sudah harus terbentuk paling lambat
15 hari, terhitung hari terpilihnya Presiden dan
Wakil Presiden.

143
BAB VII
DEPARTEMEN MAHASISWA UNIVERSITAS
RSITAS
Pasal 29
Departemen Mahasiswa Universitas Negeri Padang adalah
wadah kegiatan dan kreasi mahasiswa Universitas Negeri
Padang dalam satu bidang peminatan, bakat, pelayanan
keagamaan, pengembangan kelimuan, pendidikan karakter
dan labor akademik di tingkat Universitas.

Pasal 30
Departemen Mahasiswa terdiri dari:
1) Badan Otonom;
2) Badan Semi Otonom;
3) Badan Non Otonom

Pasal 31
Departemen Mahasiswa Badan Otonom Universitas
Negeri Padang adalah Departemen Mahasiswa di tingkat
universitas yang memenuhi syarat dan diresmikan oleh
keputusan Majelis Perwakilan Mahasiswa menjadi
Departemen Mahasiswa Badan Otonom Universitas
Negeri Padang yang memiliki otonomi.

144
Pasal 32
Syarat pembentukan Departemen Mahasiswa Badan
Otonom Universitas Negeri Padang:
a. mempunyai anggota sedikitnya tiga puluh
anggota aktif Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang, minimal
dari enam fakultas;
b. Mempunyai hubungan koordinasi dan instruksi
dengan beberapa Departemen Mahasiswa Badan
Otonom yang sejenis tingkat
kat Fakultas minimal
dari lima fakultas
c. mempunyai anggaran, dengan surplus minimal
yang ditetapkan oleh Rektor; dan
d. telah berdiri selama tiga tahun.

Pasal 33
Hak Departemen Mahasiswa Badan Otonom Universitas
Negeri Padang:
a. menentukan AD/ART secara otonom sepanjang
tidak menyimpang dari peraturan di tingkat
Universitas Negeri Padang;

145
b. merancang program kerja di bawah koordinasi
Majelis Perwakilan Mahasiswa;
c. mendapatkan fasilitas dengan berkoordinasi
dengan Majelis Perwakilan Mahasiswa;; dan
d. mewakili Universitas Negeri Padang sesuai
kompetensinya, dengan sepengetahuan Majelis
Perwakilan Mahasiswa.
e. Merujuk pada AD/ART merancang program
kerja yang menjadi tanggung jawab kerja.
f. Merujuk pada AD/ART menerima anggota
dengan ketentuan tersendiri.
g. Merujuk pada AD/ART melakukan penggantian
kepengurusan.

Pasal 34
Kewajiban Departemen Mahasiswa Badan Otonom
Universitas Negeri Padang:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku
dalam Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang;
b. memberikan
kan laporan kinerja kepada Majelis
Mahasiswa Universitas Negeri Padang secara

146
berkala dan/atau jika diminta; dan
c. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
d. Kepengurusan bertanggungjawab secara
administrasi kepada Rektor dan dilaporkan ke
Majelis Perwakilan Mahsiswa serta diperiksa
oleh Badan Audit Keuangan.

Pasal 35
Pembubaran Departemen Mahasiswa Badan Otonom
Universitas Negeri Padang:
a. Departemen Mahasiswa Badan Otonom dapat
dibubarkan apabila telah terbukti melanggar
ketentuan Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang;
b.penuntutan
penuntutan pembubaran hanya dapat dilakukan
oleh Senat Mahasiswa;
c. pembuktian pelanggaran sebagaimana dimaksud
dalam butir a di atas, dilakukan oleh Mahkamah
Mahasiswa;
d.hasil
hasil pembuktian sebagaimana dimaksud dalam

147
butir c di atas dituangkan dalam sebuah putusan
untuk diputuskan dalam Majelis Perwakilan
Mahasiswa;
e. dapat dilakukan banding selambatnya-lambatnya
lambatnya
tiga puluh hari, termasuk hari libur, sejak putusan
diberikan kepada Senat Mahasiswa terhadap
putusan Mahkamah Mahasiswa sebagaimana
dimaksud dalam butir c di atas; dan
f. keputusan Majelis Perwakilan Mahasiswa adalah
keputusan pada tingkat akhir dan bersifat final.

Pasal 36
Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom Universitas
Negeri Padang adalah wadah kegiatan dan kreasi
mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam satu bidang
peminatan, bakat, pelayanan keagamaan, pengembangan
kelimuan, pendidikan karakter dan labor akademik di
tingkat Universitas
niversitas Negeri Padang yang berada di bawah
koordinasi Badan Eksekutif Mahasiswa.

Pasal 37

148
Hak Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
Universitas Negeri Padang:
a. menentukan AD/ART secara otonom sepanjang
tidak menyimpang dari peraturan di tingkat
Universitas Negeri Padang;
b. merancang program kerja di bawah koordinasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri
Padang;
c. mendapatkan fasilitas dengan melakukan
koordinasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Negeri Padang; dan
d. mewakili Universitas Negeri
ri Padang dalam
bidang peminatan, bakat, atau pelayanan
keagamaan dengan sepengetahuan Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Padang.

Pasal 38
Kewajiban Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
Universitas Negeri Padang:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku
dalam Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang;

149
b. memberikan laporan kinerja kepada Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Padang
secara berkala dan/atau jika diminta; dan
c. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang.

Pasal 39
Syarat pendirian Departemen Mahasiswa Badan Semi
Otonom Universitas Negeri Padang:
a. memiliki Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga yang tidak bertentangan dengan Undang-
U
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang;
b. memiliki susunan kepengurusan;
c. memiliki anggota sedikitnya dua puluh lima
anggota aktif Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang; dan
d dalam butir c harus
d. anggota yang dimaksud
berasal dari paling sedikit empat fakultas yang
berbeda, dan dibuktikan dengan Kartu Tanda
Mahasiswa.

150
Pasal 40
Pembubaran Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
Universitas Negeri Padang:
a. Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
Universitas Negeri Padang dapat dibubarkan
apabila telah melanggar ketentuan Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang; dan
b. pembubaran Departemen Mahasiswa Badan Semi
Otonom Universitas Negeri Padang ini hanya
dapat dilakukan
akukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Negeri Padang berdasarkan putusan
Mahkamah Mahasiswa.

Pasal 41
Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom Universitas
Negeri Padang adalah wadah kegiatan dan kreasi
mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam satu
sat bidang
peminatan, bakat, pelayanan keagamaan, pengembangan
kelimuan, pendidikan karakter dan labor akademik di

151
tingkat Universitas Negeri Padang yang berada di bawah
instruksi dan koordinasi Badan Eksekutif Mahasiswa.

Pasal 42
Hak Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom
Universitas Negeri Padang:
a. merancang program kerja di bawah koordinasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri
Padang;
b. mendapatkan fasilitas dengan melakukan
koordinasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Negeri Padang; dan
c. mewakili Universitas Negeri Padang dalam bidang
peminatan, bakat, atau pelayanan keagamaan
dengan sepengetahuan Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Negeri Padang.

Pasal 43
Kewajiban Departemen Mahasiswa Badan non Otonom
Universitas Negeri Padang:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas

152
Negeri Padang;
b. Menjalankan instruksi Presiden Mahasiswa
Universitas Negeri Padang
c. memberikan laporan kinerja kepada Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Padang
secara berkala dan/atau jika diminta; dan
d. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.

Pasal 44
Syarat pendirian Departemen Mahasiswa Badan Non
Otonom Universitas Negeri Padang:
a. memiliki susunan kepengurusan yang dibentuk
oleh Presiden Mahasiswa Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang;
b. memiliki anggota sedikitnya tujuh anggota aktif
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang; dan
c. anggota yang dimaksud dalam butir b harus berasal
dari paling sedikit empat fakultas yang berbeda,
dan dibuktikan dengan Kartu Tanda Mahasiswa.

153
d. Dipimpin oleh seorang Menteri yang ditunjuk oleh
Presiden
e. Pendirian Departemen berdasarkan kebutuhan dan
keperluan
perluan Presiden dalam menjalankan tugas
f. Departemen diatur sepenuhnya dalam Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Padang

Pasal 45
Pembubaran dan Perombakan (reshuffle)) Departemen
Mahasiswa Badan Non Otonom Universitas Negeri
Padang:
a. Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom
Universitas Negeri Padang dapat dirombak apabila
telah melanggar ketentuan Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang;
b. Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom
Universitas Negeri Padang dibubarkan diakhir
diakhi
kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Negeri Padang; dan
c. pembubaran Departemen Mahasiswa Badan Non
Otonom Universitas Negeri Padang ini hanya dapat
dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa

154
Universitas Negeri Padang.

BAB VII
MAHKAMAH MAHASISWA
Pasal 46
1. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka dalam menyelenggarakan peradilan di
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang untuk menegakkan hukum dan
keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah
Mahasiswa
swa sebagai puncak dari semua kekuasaan
kehakiman di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
3. Badan-badan
badan kelengkapan lain yang fungsinya
berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur
dalam Undang-Undang
Undang Negara Kesatuan Republik
Mahasiswaa Universitas Negeri Padang.

Pasal 47
Wewenang Mahkamah Mahasiswa:

155
a. menafsirkan Undang-Undang
Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang;
b.menguji peraturan perundang-undangan
undangan Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang terhadap Undang-Undang
Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang;
c. menyelesaikan sengketa antarlembaga di tingkat
Universitas Negeri Padang;
d. menyelesaikan permasalahan keanggotaan Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa
wa Universitas Negeri
Padang;
e. menyelesaikan sengketa Pemilihan Raya di tingkat
Universitas Negeri Padang; dan
f. menyelesaikan permasalahan di tingkat fakultas jika
fakultas yang bersangkutan meminta.

Pasal 48
1. Mahkamah Mahasiswa satu-satunya
satunya lembaga yang
ya
dapat menafsirkan Undang-Undang
Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri

156
Padang, menguji peraturan perundang-undangan
perundang
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang terhadap Undang-Undang
Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
ahasiswa Universitas
Negeri Padang, dan menyelesaikan sengketa
Pemilihan Raya di tingkat Universitas Negeri
Padang.
2. Mahkamah Mahasiswa mengadili pada tingkat
terakhir untuk memutus sengketa antarlembaga,
menyelesaikan permasalahan tingkat fakultas, dan
menyelesaikan
yelesaikan permasalahan keanggotaan Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang.
3. Mahkamah Mahasiswa wajib memberi putusan atas
pendapat Majelis Perwakilan Mahasiswa mengenai
dugaan pelanggaran oleh Ketua Umum dan/atau
Wakil Ketua Umum Badan
n Eksekutif Mahasiswa
menurut Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
4. Mahkamah Mahasiswa wajib memberi putusan atas
pendapat Majelis Perwakilan Mahasiswa mengenai
dugaan pelanggaran

157
5. Mahkamah Mahasiswa wajib memberii putusan atas
pendapat Badan Audit Keuangan mengenai dugaan
kesalahan berat dari Anggota Badan Keuangan
Mahasiswa.
6. Segala putusan Mahkamah Mahasiswa bersifat
final dan mengikat.
7. Susunan, keanggotaan, dan hukum acara
Mahkamah Mahasiswa serta peradilan di bawahnya
diatur dalam Undang-Undang
Undang Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang.

Pasal 49
1. Mahkamah Mahasiswa memiliki lima Hakim
Konstitusi.
2. Hakim Konstitusi harus memiliki integritas,
kepribadian yang tidak tercela, adil, dan memilikii
pengetahuan tentang Undang-Undang
Undang Dasar Ikatan
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
3. Hakim Konstitusi tidak boleh merangkap sebagai
pengurus lembaga formal di tingkat Universitas
Negeri Padang dan/atau fakultas.

158
4. Hakim Konstitusi dipilih dan ditetapkan oleh
Majelis Perwakilan Mahasiswa.
5. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Mahasiswa
dipilih secara internal dari dan oleh Hakim
Konstitusi.
Pasal 50
1. Hakim Konstitusi Mahkamah Mahasiswa dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Perwakilan Mahasiswa atas usull dari orang anggota
Mahkamah Mahasiswa dan/ atau anggota Majelis
Perwakilan Mahasiswa.
2. Pengajuan permintaan pemberhentian Hakim
Konstitusi Mahkamah Mahasiswa kepada Majelis
Perwakilan Mahasiswa hanya dapat dilakukan oleh
minimal dua (2) orang anggota Mahkamah
Mah
Mahasiswa dan/ atau setiap anggota Majelis
Perwakilan Mahasiswa.
3. Majelis Perwakilan Mahasiswa wajib memeriksa,
mengadili, dan memutuskan dengan adil usulan
tersebut, paling lama tiga puluh hari, termasuk hari
libur, setelah permintaan formal itu diterima
dite oleh
Majelis Perwakilan Mahasiswa.

159
4. Keputusan Majelis Perwakilan Mahasiswa atas
usulan pemberhentian Hakim Konstitusi
Mahkamah Mahasiswa harus diambil melalui
Sidang Pleno Majelis Perwakilan Mahasiswa yang
dihadiri minimal 2/3 dari jumlah anggota Majelis
Maj
Perwakilan Mahasiswa , dan disetujui oleh minimal
2/3 dari jumlah anggota yang hadir.

Pasal 51
1. Jika seorang Hakim Konstitusi Mahkamah
Mahasiswa mangkat, berhenti, diberhentikan, atau
tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya, maka posisinya
sinya digantikan oleh
seorang Hakim Konstitusi Mahkamah Mahasiswa
yang baru sampai habis masa jabatannya, yang
dipilih oleh Majelis Perwakilan Mahasiswa.
2. Perubahan Struktur Kepengurusan Mahkamah
Mahasiswa ditentukan di dalam lingkungan
Mahkamah Mahasiswa sendiri.

BAB VIII
BADAN AUDIT KEUANGAN

160
Pasal 52
Badan Audit Kemahasiswaan adalah lembaga tinggi
independen yang dibentuk untuk melakukan mekanisme
audit keuangan terhadap lembaga kemahasiswaan, sesuai
dengan standar yang telah ditentukan dan bertanggung
jawab langsung pada mahasiswa Universitas Negeri
Padang.

Pasal 53
Syarat-syarat
syarat Anggota Badan Audit Kemahasiswaan:
a. bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa;
b.Anggota
Anggota Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang;
c. telah melalui mekanisme penerimaan
penerima anggota
yang dilakukan secara terbuka melalui Uji
Kelayakan dan Kepatutan;
d.memiliki
memiliki integritas moral yang baik;
e. minimal sedang menjalani kuliah pada semester
empat; dan
f. tidak sedang menjadi pengurus lembaga
kemahasiswaan lain di Universitas Negeri
Padang.

161
Pasal 54
Kewajiban-kewajiban
kewajiban Badan Audit Kemahasiswaan:
a. Meminta daftar anggaran dana mahasiswa kepada
pihak birokrat kampus yang terkait;
b.melakukan
melakukan audit keuangan terhadap lembaga
kemahasiswaan;
c. memberikan laporan hasil audit kepada lembaga
kemahasiswaan yang bersangkutan;
d.memberikan
memberikan laporan kinerja kepada Senat
Mahasiswa dalam forum yang sifatnya terbuka
kepada mahasiswa Universitas Negeri Padang
setiap akhir periode kepengurusan; dan
e. melaporkan penyelewengan yang terjadi pada
lembaga kemahasiswaan yang diaudit kepada
Mahkamah Mahasiswa yang selanjutnya
dipublikasikan kepada mahasiswa Universitas
Negeri Padang.

Pasal 55
Hak-hak Badan Audit Kemahasiswaan:

162
a. mendapatkan keterangan yang mendukung proses
pro
audit dari lembaga kemahasiswaan yang
diauditnya;
b.menerima
menerima laporan keuangan dari lembaga
kemahasiswaan;
c. memberikan peringatan bila ditemukan adanya
penyelewengan pada lembaga kemahasiswaan
yang diauditnya; dan
d.melakukan
melakukan penyelidikan dalam proses audit yang
dilakukan.

Pasal 56
1. Anggota Badan Audit Kemahasiswaan dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Perwakilan Mahasiswa atas usul Badan Audit
Kemahasiswaan dan/atau Majelis Perwakilan
Mahasiswa setelah mendapat putusan bersalah dari
Mahkamah Mahasiswa.
2. Usul pemberhentian Anggota Badan Audit
Kemahasiswaan dapat diajukan oleh setiap anggota
Badan Audit Kemahasiswaan dan/atau setiap anggota
Majelis Perwakilan Mahasiswa kepada Majelis

163
Perwakilan Mahasiswa dengan terlebih dahulu
mengajukan permintaan kepada Mahkamah Mahasiswa
untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan
pendapat Majelis Perwakilan Mahasiswa bahwa
anggota Badan Audit Kemahasiswaan tersebut telah
bersalah dan/atau tidak memenuhi syarat
syarat-syarat
sebagai anggota Badan Audit kemahasiswaan.
3. Mahkamah Mahasiswa wajib memeriksa, mengadili,
dan memutuskan dengan adil usulan dari setiap
anggota Badan Audit Kemahasiswaan dan/ atau
Majelis Perwakilan Mahasiswa tersebut, paling lama
tiga puluh hari, termasuk hari libur, setelah permintaan
formal anggota Badan Audit Kemahasiswaan dan /
atau anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa itu
diterima oleh Mahkamah Mahasiswa.
4. Jika Mahkamah Mahasiswa memutuskan bahwa
anggota Badan Audit kemahasiswaan terbukti bersalah
dan/atau sudah tidak memenuhi persyaratan
aratan sebagai
Anggota Badan Audit Kemahasiswaan. Maka
Mahkamah Mahasiswa mengirimkan hasil putusannya
itu ke Majelis Perwakilan Mahasiswa untuk
ditindaklanjuti.

164
5. Majelis Perwakilan Mahasiswa wajib
menyelenggarakan sidang untuk menindaklanjuti Hasil
putusan Mahkamah Mahasiswa paling lambat empat
belas (14) hari, termasuk hari libur, sejak Majelis
Perwakilan Mahasiswa menerima hasil putusan
Mahkamah Mahasiswa tersebut.
6. Keputusan Majelis Perwakilan Mahasiswa atas usulan
pemberhentian anggota adan Audit Kemahasiswaan
Kemaha
Majelis Perwakilan Mahasiswa yang dihadiri minimal
2/3 dari jumlah anggota, dan disetujui oleh minimal
2/3 jumlah anggota yang hadir.

Pasal 57
1. Jika seorang anggota Badan Audit Kemahasiswaan
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan
kan kewajibannya dalam masa jabatannya,
maka posisinya digantikan oleh seorang anggota Badan
Audit Kemahasiswaan yang baru sampai habis masa
jabatannya, yang dipilih oleh Majelis Perwakilan
Mahasiswa.

165
2. Perubahan Struktur Kepengurusan Badan Audit
Kemahasiswaan
an ditentukan di dalam lingkungan
Badan Audit Kemahasiswaan sendiri.

Pasal 58
Kewajiban-kewajiban Lembaga Kemahasiswaan:
a. membuat laporan keuangan yang terstandardisasi
secara periodik setiap enam bulan sekali;
b. memberikan laporan keuangan kepada pihak
yang terkait;
c. membentuk Sistem Kontrol Internal yang
terstandardisasi;
d. bersedia dipanggil sewaktu-waktu
waktu oleh Badan
Audit Kemahasiswaan untuk dimintai
keterangan;
e. mempublikasikan laporan keuangan yang telah
diaudit dan laporan hasil audit; dan
f. Badan Eksekutif Mahasiswa, Majelis Perwakilan
Mahasiswa, Mahkamah Mahasiswa, dan Anggota
Majelis Wali Amanat Universitas Negeri Padang
Unsur Mahasiswa, harus mempublikasikan

166
laporan keuangan yang telah diaudit dan
melaporkan hasil audit ke semua fakultas.

Pasal 59
Hak-hak
hak Lembaga Kemahasiswaan terkait keuangan:
a. menerima dan mengelola dana yang diperoleh
dari Sumber Dana Lembaga Kemahasiswaan;
b. mendapat penilaian dari Badan Audit
Kemahasiswaan mengenai laporan keuangan
yang telah diberikan;
c. memberikan penjelasan
jelasan mengenai laporan
keuangan yang telah diaudit;
d. mendapatkan penjelasan mengenai penilaian atas
laporan keuangan yang telah diaudit oleh Badan
Audit Kemahasiswaan; dan
e. memeriksa dan menindaklanjuti penyelewengan
pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh
ol
pengurus lembaga kemahasiswaan dan
kepanitiaan yang dibentuk.

167
Pasal 60
Sanksi Terhadap Pelanggaran Kewajiban Lembaga
Kemahasiswaan:
a. lembaga kemahasiswaan yang melanggar kewajiban
terhadap Badan Audit Kemahasiswaan akan dikenakan
sanksi; dan
b.penjelasan
penjelasan mengenai pelanggaran dan sanksi, diatur
lebih lanjut dalam undang-undang.

Pasal 61
Sumber dana lembaga kemahasiswaan diperoleh dari:
a. iuran anggota;
b. sumbangan yang halal;
c. usaha-usaha
usaha yang legal, halal, dan tidak
bertentangan dengan landasan dan tujuan
lembaga kemahasiswaan; dan
d. birokrat kampus
e. Bantuan dari Pihak lain yang tidak mengikat

168
Pasal 62
Seluruh kegiatan lembaga kemahasiswaan tidak
diperkenankan menerima dana dari partai politik,
perusahaan rokok, minuman keras, dan kondom

Pasal 63
Sistem
istem keuangan lembaga kemahasiswaan berdasarkan
pada prinsip:
a. transparansi;
b. keadilan;
c. komunikasi; dan
d. tanggung Jawab.

BAB IX
PEMERINTAHAN FAKULTAS
Pasal 64
1. Republik mahasiswa dibagi atas fakultas yang tiap-
tiap
tiap fakultas mempunyai pemerintahan fakultas.
2. Pemerintahan fakultas dibagi atas jurusan atau prodi-
prodi
jurusan atau prodi dan di pemerintahan fakultas
terdapat Departemen Mahasiswa Fakultas yang diakui
keberadaannya.

169
3. Pemerintahan fakultas mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan
diatur dengan undang-undang.
4. Pelaksana pemerintahan fakultas adalah Badan
Eksekutif Mahasiswa tingkat fakultas yang dipimpin
oleh seorang Gubernur
5. Pemerintahan fakultas menjalankan pemerintahan
sesuai undang-undang
undang ditentukan sebagai urusan
pemerintah universitas.
6. Pemerintahan fakultas berhak menetapkan peraturan
fakultas dan peraturan-peraturan lain.
7. Pemerintahan fakultas berkewajiban menjalankan
peraturan universitas

BAB X
SENAT MAHASISWA FAKULTAS
Pasal 65
1. Senat Mahasiswa Fakultas merupakan lembaga
tertinggi
tinggi dalam Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang tingkat
Fakultas

170
2. Anggota Senat Mahasiswa Universitas terdiri atas:
a. semua anggota Majelis Perwakilan
Mahasiswa yang tidak dapat diwakilkan;
diwakil
b. Ketua Umum (Gubernur dan Bupati) Badan
Eksekutif Mahasiswa yang dapat
diwakilkan oleh Wakilnya;
c. semua Ketua Departemen Mahasiswa
Badan Otonom tingkat Fakultas, atau
perwakilannya;
d. semua ketua lembaga legislatif jurusan atau
perwakilannya;
e. semua ketua lembaga eksekutif jurusan atau
perwakilannya;
3. Segala putusan Senat Mahasiswa Fakultas
ditetapkan dengan musyawarah untuk mufakat dan
bersifat mengikat seluruh mahasiswa fakultas yang
bersangkutan.
4. Setiap Anggota Senat Mahasiswa mempunyai hak
suara dan hak bicara yang sama.
5. Setiap Mantan Anggota Senat Mahasiswa
mempunyai hak bicara dan dibolehkan hadir dalam
Sidang Pleno

171
Pasal 66
Wewenang Senat Mahasiswa Universitas:
1. membentuk, mengubah, dan mencabut Ketetapan
Senat Mahasiswa Fakultas;
2. melakukan koordinasi antarlembaga di fakultas
yang terkait;
3. menerima laporan tentang program kerja, dan
berkoordinasi tentang ruang lingkup dan
pembagian peran;
4. menerima dan menindaklanjuti rancangan anggaran
keuangan lembaga kemahasiswaan tingkat Fakultas
setiap periode kepengurusan;
5. mengesahkan pendirian dan pembubaran
Departemen Mahasiswa Badan Otonom dan
Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
tingkat Fakultas yang syarat-syarat
syarat dan tata caranya
diatur dalam undang-undang;
6. melakukan pemecatan terhadap Anggota Majelis
Perwakilan Mahasiswa Fakultas;

172
7. Menetapkan 1 (satu) Nama Calon Gubernur dan
diajukan kepada Majelis Perwakilan Mahasiswa
Fakultas sebelum Pemilu diadakan
8. memberikan usulan pemakzulan terhadap Gubernur
Mahasiswa Universitas Negeri Padang kepada
Majelis Perwakilan Mahasiswa;
9. menerima laporan kinerja Majelis Perwakilan
Mahasiswa Fakultas;
10. Mempertanggungjawabkan laporan kinerja dan
kesepakatan Senat Mahasiswa kepada Dekan
fakultas yang terkait;
11. Mengadakan sidang pleno Senat Mahasiswa
Fakultas secara non-formal
formal pada saat kondisi
darurat dan/atau mengatasi permasalahan yang
insidentil
12. Mengadakan pertemuan rahasia dengan ketentuan
bahwa diadakan lebih dari 2/3 dari jumlah anggota
senat namun hasil pertemuan tersebut harus
dipublikasikan
13. mewakili mahasiswa dalam memberi pendapat dan
mengambil keputusan di Majelis Perwakilan dan
Senat Fakultas yang terkait;

173
14. memiliki akses informasi ke semua lembaga
kemahasiswaan dalam Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri
ri Padang dalam
rangka menjalankan tugas sesuai dengan peraturan
yang berlaku;
15. mengajukan rancangan anggaran dan alat
kelengkapan yang dibutuhkan kepada Dekan

Pasal 67
Tugas Anggota Senat Mahasiswa Fakultas:
1. melakukan fungsi pelayanan dan advokasi
mahasiswa
wa di bidang akademik dan nonakademik
2. melakukan koordinasi dengan seluruh lembaga
kemahasiswaan di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang;
3. Mengolah Aspirasi Majelis Perwakilan Mahasiswa
dan diperjuangkan dalam rapat senat Universitas
Negeri Padang ataupun majelis perwakilan
Universitas;
4. memberikan informasi kebijakan Senat dan Majelis
Perwakilan Universitas Negeri Padang yang
bersifat terbuka kepada mahasiswa;

174
5. mewakili mahasiswa dalam pemberian pendapat
dan pengambilan keputusan di Majelis Perwakilan
ataupun Senat Universitas Negeri Padang
6. Merumuskan dan mengusulkan konsep Orientasi
Mahasiswa Baru kepada Senat Mahasiswa
Universitas Negeri Padang
7. Mengumpulkan dan Menyampaikan program kerja
dan anggaran yang dibutuhkan seluruh
kepemerintahan mahasiswa fakultas yang terkait
kepada Ketua Senat Mahasiswa Universitas Negeri
Padang.

Pasal 68
1. Pimpinan tetap Senat Mahasiswa Fakultas terdiri
atas tiga orang yang berbentuk presidium
2. Presidium I adalah Ketua Senat Mahasiswa
Fakultas yang merupakan Ketua Majelis
Perwakilan Mahasiswa Fakultas
3. Pimpinan tetap Senat Mahasiswa dipilih dalam
sidang pleno Senat Mahasiswa Fakultas.
4. Masa jabatan anggota dan pimpinan tetap Senat
Mahasiswa
siswa Fakultas berlaku selama memenuhi

175
persyaratan menjadi anggota Senat Mahasiswa
Fakultas.

BAB XI
MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS
Pasal 69
Majelis Perwakilan Mahasiswa adalah lembaga tertinggi
dalam Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang yang memiliki kekuasaan legislatif.

Pasal 70
1. Anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa terdiri atas
anggota independen dari jurusan dan perwakilan
lembaga legislatif jurusan.
2. Anggota independen dipilih melalui Pemilihan
Raya, yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-
Undang
Undang Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang.
3. Jumlah anggota independen dari fakultas
ditentukan berdasarkan jumlah anggota Negara

176
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang, yaitu:
a. 1—400 adalah 1 (satu)
tu) orang wakil;
b. 401—800
800 adalah 2 (dua) orang wakil; dan
c. lebih dari 800 adalah 3 (tiga) orang wakil.
4. Perwakilan dari setiap Majelis Perwakilan
Mahasiswa Jurusan berjumlah 2 (dua) orang
5. Keanggotaan Majelis Perwakilan Mahasiswa
Fakultas diresmikan oleh Dekan Fakultas yang
terkait
6. Segala putusan Majelis Perwakilan Mahasiswa
Fakultas ditetapkan dengan musyawarah mufakat
7. Masa jabatan anggota Majelis Perwakilan
Mahasiswa adalah 12 (dua belas) bulan dan
berakhir bersamaan dengan diresmikannya anggota
Majelis Perwakilan
kilan Mahasiswa yang baru.
8. Syarat-syarat
syarat untuk menjadi anggota Majelis
Perwakilan Mahasiswa diatur dalam Undang-
Undang
Undang Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang.

Pasal 71

177
Hak dan Kewajiban
1. Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas
berwenang merancang, menetapkan dan
mengamandemen Undang-Undang
Undang dan Peraturan
untuk Mahasiswa di tingkat fakultas.
2. Menampung, menganalisis dan menyalurkan
aspirasi mahasiswa Fakultas.
3. Menyusun dan menetapkan Garis Besar Haluan
Program Kerja dan Persyaratan Pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas
4. Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas melantik
Gubernur dan/atau Wakil Gubernur.
5. Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas hanya
dapat memberhentikan Gubernur dan/atau Wakil
Gubernur dalam masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar dan undang-undang
undang yang
terkait di fakultas.
6. Dalam hal Rancangan Peraturan Mahasiswa
Fakultas yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Senat Mahasiswa dalam waktu 10
(sepuluh) hari semenjak Rancangan Peraturan
Mahasiswa Fakultas
ultas disetujui, Rancangan

178
Peraturan Mahasiswa Fakultas tersebut sah menjadi
Peraturan Mahasiswa Fakultas dan wajib
diundangkan.
7. Meminta, mengevaluasi, menilai dan menetapkan
Laporan Pertanggungjawaban Gubernur fakultas
yang terkait
8. Mensosialisasikan hasil kerja kepada mahasiswa
fakultas yang bersangkutan
9. Melakukan pengawalan terhadap pelaksanaan
Undang-Undang
Undang Dasar dan Undang-Undang
Undang yang
berlaku di fakultas
10. membentuk Undang-Undang
Undang dan Ketetapan
Majelis Perwakilan
erwakilan Mahasiswa Fakultas (legislasi);
11. mengawasi pelaksanaan
elaksanaan Undang
Undang-Undang,
peraturan-peraturan
peraturan dalam lingkup Fakultas yang
terkait, dan kinerja lembaga-lembaga
lembaga di Fakultas
yang terkait (pengawasan);
12. menilai Laporan Pertanggungjawaban Kerja Badan
Eksekutif Mahasiswa;
13. mengajukan kasus kepada Mahkamah Mahasiswa
Maha
dan pembubaran lembaga di tingkat Fakultas
(yuridis); dan

179
14. menyelenggarakan suksesi lembaga di dalam
fakultas dengan berkoordinasi kepada lembaga
tingkat fakultas (fasilitasi).
15. membuat mekanisme penerimaaan dan
penindaklanjutan rancangan anggaran keuangan
keua
lembaga kemahasiswaan Universitas Negeri
Padang setiap periode kepengurusan.
16. mengajukan rancangan anggaran Majelis
Perwakilan Mahasiswa Fakultas dan Jurusan,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas dan Jurusan,
dan Departemen Mahasiswa Badan Otonom
Fakultas dan Jurusan serta alat kelengkapan yang
dibutuhkan kepada Dekan
17. Menetapkan rekomendasi-rekomendasi
rekomendasi hasil
sidang Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas
18. mensosialisasikan semua kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pihak Rektorat, Senat Mahasiswa,
dan Majelis Perwakilan
wakilan Mahasiswa Universitas
19. Menetapkan ketetapan-ketetapan lainnya
20. Meminta penjelasan kepada Gubernur Mahasiswa
mengenai kegiatan-kegiatan
kegiatan Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas

180
21. Meminta dan memberikan pengesahan rancangan
program kerja Badan Eksekutif Mahasi
Mahasiswa
Fakultas
22. Meminta penjelasan kepada Departemen
Mahasiswa Fakultas tentang program kerja.
23. Meminta penjelasan kepada Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas tentang program kerja.
24. Mempunyai hak interpelasi, hak angket dan hak
menyatakan pendapat, dalam menjalankan peran
dan fungsinya yang selanjutnya diatur dalam
Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
25. Memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan di tingkat fakultas.
26. Memberikan penjelasan terhadap Peraturan
Mahasiswa Fakultas.
27. Mempunyai wewenang untuk mengeluarkan
peringatan berupa memorandum apabila Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas terbukti tidak
melaksanakan tugas atau menyimpang dari
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
satuan Republik
Mahasiswa, Ketetapan Majelis Perwakilan

181
Mahasiswa Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang, Undang
Undang-Undang
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang, Ketetapan Majelis Perwakilan
Mahasiswa Fakultas, Peraturan
raturan Mahasiswa
Fakultas, dan Garis Besar Haluan Negara Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas, serta peraturan
perundang-undangan
undangan lainnya yang diatur lebih
dalam Undang-Undang Fakultas
28. Memberhentikan Gubernur dan atau Wakil
Gubernur Mahasiswa melalui sidang
g senat
mahasiswa fakultas, apabila terbukti melanggar
Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang, Ketetapan
Majelis Perwakilan Mahasiswa Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang,
Undang-Undang Negara
ara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang, Ketetapan
Majelis Perwakilan Mahasiswa, Peraturan
Mahasiswa Fakultas, dan program kerja Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas, serta peraturan
perundang-undangan lainnya.

182
29. Memberikan surat peringatan kepada Departemen
Mahasiswa Fakultas dan Badan Eksekutif
Mahasiswa apabila terbukti melanggar Undang-
Undang
Undang Dasar Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang, dan aturan-aturan
aturan lainnya yang
berlaku.
30. Menyetujui atau tidak menyetujui Rancangan
Peraturan Mahasiswa Fakultas.
31. Mengkritisi dan menerima atau menolak
pertanggungjawaban Gubernur dan Wakil
Gubernur Mahasiswa
32. Memberikan Pendapat, usul dan saran kepada
Pimpinan Fakultas terutama yang berhubungan
dengan kemahasiswaan serta pelaksanaan dan
pencapaian tujuan Fakultas.
33. Menghadiri dan memberikan suara pada
Pertemuan di Senat Fakultas atau Majelis Pimpinan
Fakultas yang membahas tentang kemahasiswaan.

Pasal 72
Hak Anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa
Fakultas

183
a. hak interpelasi;
b. hak angket; dan
c. hak menyampaikan
n usul dan menyatakan
pendapat;

Pasal 73
1. Mekanisme Pemberhentian dan Pemanggilan
kembali anggota Majelis Perwakilan
Mahasiswa fakultas diatur oleh lembaga
legislatif jurusan
2. Mekanisme pemberhentian anggota Majelis
Perwakilan Mahasiswa Fakultas independen
diatur secara penuh oleh peraturan jurusan

BAB XII
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS
Pasal 74
1. Gubernur Mahasiswa adalah pemegang
kekuasaan eksekutif tertinggi di tingkat
Fakultas dalam Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang menurut
Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan

184
Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang.
2. Gubernur Mahasiswa memimpin Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas disebut
Gubernur Mahasiswa Fakultas
3. Dalam menjalankan kewajibannya, Gubernur
dibantu satu orang Wakil Gubernur.
Gubernur
4. Gubernur Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang bertugas membuat dan
melaksanakan program kerja selama satu
periode kepengurusan, menghadiri undangan
Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas untuk
rapat bersama Majelis Perwakilan Mahasiswa
Fakultas dan menyampaikan
pertanggungjawaban kepada Fakultas dalam
sidang Umum dan atau Sidang Istimewa
Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas
5. Gubernur Mahasiswa berwenang menyusun
dan memilih kepengurusan Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas

185
Pasal 75
1. Gubernur dan Wakil Gubernur Badan Eksekutif
Mahasiswa memegang jabatan
abatan selama 12 (dua
belas) bulan dan sesudahnya tidak dapat dipilih
kembali.
2. Gubernur dan Wakil Gubernur Badan Eksekutif
Mahasiswa terpilih disahkan dan diberhentikan
oleh Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas
3. Syarat-syarat untuk menjadi Gubernur dan
Wakil Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa
diatur dalam Undang-Undang
Undang Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang.
4. Tata cara pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa diatur
dalam Undang-Undang
Undang Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang.

Pasal 76
Fungsi dan Wewenang Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas:

186
a. mengadvokasi mahasiswa dalam hal dana dan
fasilitas di tingkat Facultas;
b. menyikapi politik luar Fakultas dan Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang;
c. melayani dan mengkoordinasi Departemen
Mahasiswa Badan Semi Otonom; dan
d. melakukan koordinasi dengan Departemen
Mahasiswa Badan Otonom Universitas Negeri
Padang,
g, lembaga eksekutif fakultas, dan
Anggota Senat Mahasiswa Fakultas

Pasal 77
Hak Gubernur Mahasiswa:
a. menerima laporan kinerja dari Departemen
Mahasiswa Badan Semi Otonom;
b. mengangkat dan memberhentikan semua
pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa; dan
c. melakukan koordinasi antarlembaga eksekutif
fakultas.

187
Pasal 78
Kewajiban Gubernur Mahasiswa:
a. Memimpin dan mengarahkan Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas untuk menjalankan fungsi
dan wewenang serta tugas dan kewajiban
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas sesuai
dengan arahan yang telah ditetapkan oleh
Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas baik
dalam bentuk ketetapan maupun undang-
undang
undang ;
b. Menjalankan instruksi dari Majelis Perwakilan
Mahasiswa Fakultas; dan
c. Mempertanggungjawabkan kinerja Badan
Eksekutif Mahasiswa
ahasiswa Universitas Negeri
Padang secara keseluruhan kepada Majelis
Perwakilan Mahasiswa Fakultas

Pasal 79
Tugas dan Kewajiban Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan:

188
a. melaksanakan segala peraturan yang ada dalam
Fakultas dan Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang;
b. memperhatikan upaya peningkatan
kesejahteraan mahasiswa fakultas;
c. memberikan tanggapan atas penggunaan hak
interpelasi dan hak angket yang disampaikan
oleh Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas;
d. menyerap, menampung, dan menindaklanjuti
menindak
aspirasi mahasiswa fakultas;
e. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Fakultas dan Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang;
f. meminta pengesahan program kerja pada
Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas di
awal periode kepengurusan; dan
g. memberikan laporan pertanggungjawaban
kepada Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas

189
Pasal 80
1. Gubernur dan Wakil Gubernur Mahasiswa dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya
(Pemakzulan) oleh Senat Mahasiswa fakultas.
2. Syarat-syarat pemberhentian meliputi:
a. terbukti melakukan pelanggaran pidana
hukum nasional yang diancam pidana penjara
tiga tahun atau lebih;
b. melakukan pelanggaran terhadap Undang-
Undang
Undang fakultas dan Undang-Undang
Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang; dan
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Gubernur
dan/atau Wakil Gubernur Mahasiswa.
3. Pemakzulan Gubernur dan/atau Wakil Gubernur
Mahasiswa dapat dilakukan oleh Senat Mahasiswa
dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan
kepada Mahkamah
amah Mahasiswa untuk memeriksa,
mengadili, dan memutuskan pendapat Majelis
Perwakilan Mahasiswa bahwa Gubernur dan/atau
Wakil Gubernur Mahasiswa telah bersalah dan/atau

190
tidak memenuhi syarat-syarat
syarat sebagai Gubernur
dan/atau Wakil Gubernur Mahasiswa.
4. Pengajuan permintaan Senat Mahasiswa Fakultas
kepada Mahkamah Mahasiswa hanya dapat
dilakukan dengan dukungan minimal 2/3 dari
seluruh anggota Senat Mahasiswa.
5. Mahkamah Mahasiswa wajib memeriksa,
mengadili, dan memutuskan dengan adil usulan
Senat Mahasiswa tersebut, paling lama tiga puluh
hari, termasuk hari libur, setelah permintaan formal
Senat Mahasiswa Jurusan itu diterima oleh
Mahkamah Mahasiswa.
6. Jika Mahkamah Mahasiswa memutuskan bahwa
Gubernur dan/atau Wakil Gubernur Mahasiswa
terbukti bersalah dan/atau
atau sudah tidak memenuhi
persyaratan sebagai Gubernur dan/atau Wakil
Gubernur Mahasiswa, Senat Mahasiswa Fakultas
meneruskan usul pemberhentian Gubernur dan/atau
Wakil Gubernur Mahasiswa kepada Majelis
Perwakilan Mahasiswa Fakultas.
7. Majelis Perwakilan Mahasiswa
hasiswa Fakultas wajib
menyelenggarakan sidang untuk menindaklanjuti

191
usul Senat Mahasiswa paling lambat dua puluh
hari, termasuk hari libur, sejak Majelis Perwakilan
Mahasiswa menerima permintaan formal tersebut.
8. Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas
memutuskan
uskan usul Senat Mahasiswa Fakultas paling
lambat tiga puluh hari, termasuk hari libur, sejak
sidang pertama Sidang Majelis Perwakilan
Mahasiswa diselenggarakan.
9. Keputusan Majelis Perwakilan Mahasiswa fakultas
atas usulan pemberhentian Gubernur dan/atau
Wakil
kil Gubernur harus diambil melalui Sidang
Pleno Majelis Perwakilan Mahasiswa fakultas yang
dihadiri minimal 2/3 dari jumlah anggota, dan
disetujui oleh minimal 2/3 jumlah anggota yang
hadir.

Pasal 81
1. Jika Gubernur Mahasiswa mangkat, berhenti,
diberhentikan,
n, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya, maka
posisinya digantikan oleh Wakil Gubernur
Mahasiswa sampai habis masa jabatannya.

192
2. Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Gubernur,
selambat-lambatnya
lambatnya dalam waktu tiga puluh hari,
termasuk hari
ari libur, Senat Mahasiswa Jurusan
menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil
Gubernur Mahasiswa dari dua calon yang diajukan
oleh Gubernur.
3. Jika Gubernur dan Wakil Gubernur Mahasiswa
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya
nya dalam masa jabatannya
secara bersamaan, pelaksana tugas sementara
dijalankan oleh Penanggung Jawab Sementara
yang dipilih oleh Badan Pengurus Harian Badan
Eksekutif Mahasiswa.
4. Selambat-lambatnya
lambatnya tiga puluh hari, termasuk hari
libur, setelah terpilihnya Penanggung Jawab
Sementara, Senat Mahasiswa Fakultas
menyelenggarakan sidang untuk memilih Gubernur
dan Wakil Gubernur Mahasiswa sampai habis masa
jabatannya.

193
BAB XIII
DEPARTEMEN MAHASISWA FAKULTAS
Pasal 82
Departemen Mahasiswa Fakultas adalah wadah kegiatan
dan kreasi mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam
satu bidang peminatan, bakat, pelayanan keagamaan,
pengembangan kelimuan, pendidikan karakter dan labor
akademik di tingkat Fakultas.

Pasal 83
Departemen Mahasiswa Fakultas terdiri dari:
1) Badan Otonom;
2) Badan Semi Otonom;
3) Badan Non Otonom

Pasal 84
Departemen Mahasiswa Badan Otonom Fakultas adalah
Departemen Mahasiswa di tingkat fakultas yang
memenuhi syarat dan diresmikan oleh keputusan Majelis
Perwakilan Mahasiswa Fakultas menjadi Departemen

194
Mahasiswa Badan Otonom Fakultas yang memiliki
otonomi.
Pasal 85
Syarat pembentukan Departemen Mahasiswa Badan
Otonom Fakultas:
a. mempunyai anggota sedikitnya tiga puluh anggota
aktif Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang, minimal dari empat
jurusan;
b. Mempunyai hubungan koordinasi dan instruksi
dengan beberapa Departemen Mahasiswa Badan
Otonom yang sejenis tingkat jurusan minimal dari
empat jurusan
c. mempunyai anggaran, dengan surplus minimal
yang ditetapkan oleh Ketua Jurusan; dan
d. telah berdiri selama tiga tahun.

Pasal 86
Hak Departemen Mahasiswa Badan Otonom Fakultas:
a. menentukan AD/ART secara otonom sepanjang
tidak menyimpang dari peraturan di tingkat
Universitas Negeri Padang dan Fakultas;

195
b. merancang program kerja di bawah koordinasi
koordin
Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas;
c. mendapatkan fasilitas dengan berkoordinasi dengan
Majelis Perwakilan Mahasiswa fakultas;; dan
d. mewakili Fakultas ataupun Universitas Negeri
Padang sesuai kompetensinya, dengan
sepengetahuan Majelis Perwakilan Mahasiswa
Mahasi
Fakultas.
e. Merujuk pada AD/ART merancang program kerja
yang menjadi tanggung jawab kerja.
f. Merujuk pada AD/ART menerima anggota dengan
ketentuan tersendiri.
g. Merujuk pada AD/ART melakukan penggantian
kepengurusan.

Pasal 87
Kewajiban Departemen Mahasiswa Badan Otonom
fakultas:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang;
b. memberikan laporan kinerja kepada Majelis

196
Mahasiswa Fakultas secara berkala dan/atau jika
diminta; dan
c. menjaga etika
tika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
d. Kepengurusan bertanggungjawab secara
administrasi kepada Dekan dan dilaporkan ke
Majelis Perwakilan Mahsiswa serta diperiksa oleh
Badan Audit Keuangan.

Pasal 88
Pembubaran Departemen Mahasiswa Badan Otonom
Fakultas:
a. Departemen Mahasiswa Badan Otonom dapat
dibubarkan apabila telah terbukti melanggar
ketentuan Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang;
b. penuntutan pembubaran
ran hanya dapat dilakukan oleh
Senat Mahasiswa Fakultas;
c. pembuktian pelanggaran sebagaimana dimaksud
dalam butir a di atas, dilakukan oleh Mahkamah
Mahasiswa;

197
d. hasil pembuktian sebagaimana dimaksud dalam
butir c di atas dituangkan dalam sebuah putusan
untuk diputuskan dalam Majelis Perwakilan
Mahasiswa Fakultas;
e. dapat dilakukan banding selambatnya-lambatnya
lambatnya
tiga puluh hari, termasuk hari libur, sejak putusan
diberikan kepada Senat Mahasiswa terhadap
putusan Mahkamah
mah Mahasiswa sebagaimana
dimaksud dalam butir c di atas; dan
f. keputusan Majelis Perwakilan Mahasiswa Fakultas
adalah keputusan pada tingkat akhir dan bersifat
final.

Pasal 89
Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom Universitas
Negeri Padang adalah wadah kegiatan dan kreasi
mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam satu bidang
peminatan, bakat, pelayanan keagamaan, pengembangan
kelimuan, pendidikan karakter dan labor akademik di
tingkat fakultas yang berada di bawah koordinasi Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas.

198
Pasal 90
Hak Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
fakultas:
a. menentukan AD/ART secara otonom sepanjang
tidak menyimpang dari peraturan di tingkat
Universitas Negeri Padang;
b. merancang program kerja di bawah koordinasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas;
c. mendapatkan fasilitas dengan melakukan
koordinasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas; dan
d. mewakili fakultas maupun Universitas Negeri
Padang dalam bidang peminatan, bakat, atau
pelayanan keagamaan dengan sepengetahuan
Badan Eksekutif Mahasiswa
iswa Fakultas

Pasal 91
Kewajiban Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
Universitas Negeri Padang:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang dan Fakultas;

199
b. memberikan laporan kinerja kepada Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas secara berkala
dan/atau jika diminta; dan
c. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.

Pasal 92
Syarat pendirian Departemen Mahasiswa
siswa Badan Semi
Otonom Universitas Negeri Padang:
a. memiliki Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga yang tidak bertentangan dengan Undang-
Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang;
b. memiliki susunan kepengurusan;
c. memiliki anggota sedikitnya dua puluh lima
anggota aktif Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang; dan
d. anggota yang dimaksud dalam butir c harus berasal
dari paling sedikit empat jurusan yang berbeda, dan
dibuktikan dengan Kartu Tanda Mahasiswa.
Mahasiswa

200
Pasal 93
Pembubaran Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
Fakultas:
a. Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
Universitas Negeri Padang dapat dibubarkan
apabila telah melanggar ketentuan Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang; dan
b. pembubaran Departemen Mahasiswa Badan Semi
Otonom Fakultas ini hanya dapat dilakukan oleh
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas berdasarkan
putusan Mahkamah Mahasiswa.

Pasal 94
Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom Universitas
Negeri Padang adalah wadah kegiatan
atan dan kreasi
mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam satu bidang
peminatan, bakat, pelayanan keagamaan, pengembangan
kelimuan, pendidikan karakter dan labor akademik di
tingkat Universitas Negeri Padang yang berada di bawah
instruksi dan koordinasi Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan.

201
Pasal 95
Hak Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom
Fakultas:
a. merancang program kerja di bawah koordinasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri
Padang;
b. mendapatkan fasilitas dengan melakukan
koordinasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Negeri Padang; dan
c. mewakili Fakultas maupun Universitas Negeri
Padang dalam bidang peminatan, bakat, atau
pelayanan keagamaan dengan sepengetahuan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas.

Pasal 96
Kewajiban Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom
Universitas Negeri Padang:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang;
b. Menjalankan instruksi Gubernur Mahasiswa

202
Universitas Negeri Padang
c. memberikan laporan kinerja kepada Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas secara berkala
dan/atau jika diminta; dan
d. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.

Pasal 97
Syarat pendirian Departemen Mahasiswa Badan Non
Otonom Fakultas :
a. memiliki susunan kepengurusan yang dibentuk
oleh Gubernur Mahasiswa Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang;
b. memiliki anggota sedikitnya tujuh anggota aktif
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang; dan
c. anggota yang dimaksud dalam butir b harus berasal
dari paling sedikit empat jurusan yang berbeda, dan
dibuktikan dengan Kartu Tanda Mahasiswa.
d. Dipimpin oleh seorang kepala departemen yang
ditunjuk oleh Gubernur

203
e. Pendirian Departemen berdasarkan
asarkan kebutuhan dan
keperluan Gubernur dalam menjalankan tugas
f. Departemen ini diatur sepenuhnya dalam Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas

Pasal 98
Pembubaran dan Perombakan (reshuffle)) Departemen
Mahasiswa Badan Non Otonom Universitas Negeri
Padang:
a. Departemen
rtemen Mahasiswa Badan Non Otonom
fakultas dapat dirombak apabila telah melanggar
ketentuan Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang;
b. Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom
fakultas dibubarkan diakhir kepengurusan Badan
Eksekutif Mahasiswa fakultas; dan
c. pembubaran Departemen Mahasiswa Badan Non
Otonom Universitas Negeri Padang ini hanya dapat
dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa
fakultas.

204
BAB XIV
PEMERINTAHAN JURUSAN
Pasal 99
1. Pemerintahan Fakultas dibagi atas jurusan yang
tiap-tiap jurusan mempunyai pemerintahan jurusan.
2. Pemerintahan Jurusan dibagi atas jurusan atau
prodi-jurusan
jurusan atau prodi dan di pemerintahan
Jurusan terdapat Departemen Mahasiswa Jurusan
yang diakui keberadaannya.
3. Pemerintahan Jurusan mengatur dan mengurus
sendiri urusan
rusan pemerintahan berdasarkan asas
otonomi dan diatur dengan undang-undang.
undang.
4. Pelaksana pemerintahan Jurusan adalah Badan
Eksekutif Mahasiswa tingkat Jurusan yang
dipimpin oleh seorang Bupati.
5. Pemerintahan Jurusan menjalankan pemerintahan
sesuai undang-undang
ang ditentukan sebagai urusan
pemerintah fakultas.
6. Pemerintahan Jurusan berhak menetapkan
peraturan Jurusan dan peraturan-peraturan
peraturan lain.
7. Pemerintahan Jurusan berkewajiban menjalankan
peraturan fakultas dan universitas

205
BAB XV
SENAT MAHASISWA JURUSAN
Pasal 100
1. Senat Mahasiswa Jurusan merupakan lembaga
tertinggi
tinggi dalam Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang tingkat
Jurusan
2. Anggota Senat Mahasiswa Universitas terdiri
atas:
a. semua anggota Majelis Perwakilan
Mahasiswa Jurusan yang tidak dapat
diwakilkan;
b. Komandan Leting yang dapat diwakilkan
oleh Wakilnya;
c. semua Ketua Departemen Mahasiswa
Badan Otonom tingkat Jurusan, atau
perwakilannya;
3. Segala putusan Senat Mahasiswa Jurusan
ditetapkan dengan musyawarah untuk mufakat

206
dan bersifat mengikat seluruh mahasiswa
Jurusan yang bersangkutan.
4. Setiap Anggota Senat Mahasiswa mempunyai
hak suara dan hak bicara yang sama.
5. Setiap Mantan Anggota Senat Mahasiswa
mempunyai hak bicara dan dibolehkan hadir
dalam Sidang Pleno

Pasal 101
Wewenang Senat Mahasiswa Jurusan:
1. membentuk, mengubah, dan mencabut
Ketetapan Senat Mahasiswa Jurusan;
2. melakukan koordinasi antarlembaga di Jurusan
yang terkait;
3. menerima laporan tentang program kerja, dan
berkoordinasi tentang ruang lingkup dan
pembagian peran;
4. menerimaa dan menindaklanjuti rancangan
anggaran keuangan lembaga kemahasiswaan
tingkat Jurusan setiap periode kepengurusan;
5. mengesahkan pendirian dan pembubaran
Departemen Mahasiswa Badan Otonom dan

207
Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
tingkat Jurusan yang syarat-syarat
syarat dan tata
caranya diatur dalam undang-undang;
6. melakukan pemecatan terhadap Anggota
Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan;
7. Menetapkan 1 (satu) Nama Calon Bupati dan
diajukan kepada Majelis Perwakilan
Mahasiswa Jurusan sebelum Pemilu diadakan
8. memberikan
ikan usulan pemakzulan terhadap
Bupati Mahasiswa Universitas Negeri Padang
kepada Majelis Perwakilan Mahasiswa;
9. menerima laporan kinerja Majelis Perwakilan
Mahasiswa Jurusan;
10. Mempertanggungjawabkan laporan kinerja dan
kesepakatan Senat Mahasiswa kepada Ketua
Jurusan yang terkait;
11. Mengadakan sidang pleno Senat Mahasiswa
Jurusan secara non-formal
formal pada saat kondisi
darurat dan/atau mengatasi permasalahan yang
insidentil
12. Mengadakan pertemuan rahasia dengan
ketentuan bahwa diadakan lebih dari 2/3 dari

208
jumlah anggota senat namun hasil pertemuan
tersebut harus dipublikasikan
13. mewakili mahasiswa dalam memberi pendapat
dan mengambil keputusan di Majelis
Perwakilan dan Senat Jurusan yang terkait;
14. memiliki akses informasi ke semua lembaga
kemahasiswaan dalam Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang dalam rangka menjalankan tugas sesuai
dengan peraturan yang berlaku;
15. mengajukan rancangan anggaran dan alat
kelengkapan yang dibutuhkan kepada Ketua
Jurusan

Pasal 102
Tugas Anggota Senat Mahasiswa Universitas:
1. melakukan fungsi pelayanan dan advokasi
mahasiswa di bidang akademik dan
nonakademik
2. melakukan koordinasi dengan seluruh lembaga
kemahasiswaan di Negara Kesatuan Republik

209
Mahasiswa Universitas Negeri Padang tingkat
jurusan;
3. Mengolah Aspirasi Majelis Perwakilan
Mahasiswa dan diperjuangkan dalam rapat
senat Universitas Negeri Padang ataupun
majelis perwakilan Universitas;
4. memberikan informasi kebijakan Ketua Jurusan
kepada mahasiswan jurusan terkait
5. mewakili mahasiswa dalam pemberian
pendapat dan pengambilan keputusan di rapat
jurusan
6. Merumuskan dan mengusulkan konsep
Orientasi Mahasiswa Baru kepada Senat
Mahasiswa Fakultas
7. Mengumpulkan dan Menyampaikan program
kerja dan anggaran yang dibutuhkan seluruh
kepemerintahan mahasiswa Jurusan yang
terkait
rkait kepada Ketua Senat Mahasiswa Fakultas

Pasal 103
1. Pimpinan tetap Senat Mahasiswa Jurusan
terdiri atas tiga orang yang berbentuk presidium

210
2. Presidium I adalah Ketua Senat Mahasiswa
Jurusan yang merupakan Ketua Majelis
Perwakilan Mahasiswa Jurusan
3. Pimpinan
pinan tetap Senat Mahasiswa dipilih dalam
sidang pleno Senat Mahasiswa Jurusan.
4. Masa jabatan anggota dan pimpinan tetap Senat
Mahasiswa Jurusan berlaku selama memenuhi
persyaratan menjadi anggota Senat Mahasiswa
Jurusan.

BAB XVI
MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA JURUSAN
Pasal 104
Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan lembaga tertinggi
dalam Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang tingkat jurusan yang memiliki kekuasaan
legislatif.
Pasal 105
1. Anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa terdiri
atas anggota independen dari jurusan dan
perwakilan leting mahasiswa.

211
2. Anggota independen dipilih melalui
Musyawarah Besar, yang pelaksanaannya
diatur dalam Undang-Undang
Undang Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang.
3. Jumlah anggota independen
den dari Leting
ditentukan berdasarkan jumlah anggota Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang, yaitu:
a. 1—50
50 adalah 1 (satu) orang wakil;
b. 51—100
100 adalah 2 (dua) orang wakil; dan
c. lebih dari 100 adalah 3 (tiga) orang wakil.
4. Perwakilan dari setiap Leting Mahasiswa
berjumlah 2 (dua) orang
5. Keanggotaan Majelis Perwakilan Mahasiswa
Jurusan diresmikan oleh Ketua Jurusan yang
terkait
6. Segala putusan Majelis Perwakilan Mahasiswa
Jurusan ditetapkan dengan musyawarah
mufakat
7. Masa jabatan anggota Majelis Perwakilan
Mahasiswa adalah 12 (dua belas) bulan dan

212
berakhir bersamaan dengan diresmikannya
anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa yang
baru.
8. Syarat-syarat
syarat untuk menjadi anggota Majelis
Perwakilan Mahasiswa diatur dalam Undang-
Undang
Undang
ndang Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang.

Pasal 106
Hak dan Kewajiban
1. Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan berwenang
merancang, menetapkan dan mengamandemen
Undang-Undang
Undang dan Peraturan untuk Mahasiswa
di tingkat Jurusan.
2. Menampung,
ng, menganalisis dan menyalurkan
aspirasi mahasiswa Jurusan.
3. Menyusun dan menetapkan Garis Besar Haluan
Program Kerja dan Persyaratan Pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa Jurusan
4. Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan melantik
Bupati dan/atau Wakil Bupati.

213
5. Majelis
elis Perwakilan Mahasiswa Jurusan hanya
dapat memberhentikan Bupati dan/atau Wakil
Bupati dalam masa jabatannya menurut Undang-
Undang
Undang Dasar dan undang-undang
undang yang terkait di
Jurusan.
6. Dalam hal Rancangan Peraturan Mahasiswa
Jurusan yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Senat Mahasiswa dalam waktu 10
(sepuluh) hari semenjak Rancangan Peraturan
Mahasiswa Jurusan disetujui, Rancangan Peraturan
Mahasiswa Jurusan tersebut sah menjadi Peraturan
Mahasiswa Jurusan dan wajib diundangkan.
7. Meminta, mengevaluasi, menilai dan menetapkan
Laporan Pertanggungjawaban Bupati Jurusan yang
terkait
8. Mensosialisasikan hasil kerja kepada mahasiswa
Jurusan yang bersangkutan
9. Melakukan pengawalan terhadap pelaksanaan
Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang
Undang yang
ya
berlaku di Jurusan
10. membentuk Undang-Undang
Undang dan Ketetapan
Majelis Perwakilan
erwakilan Mahasiswa Jurusan (legislasi);

214
11. mengawasi pelaksanaan Undang
Undang-Undang,
peraturan-peraturan
peraturan dalam lingkup Jurusan yang
terkait, dan kinerja lembaga-lembaga
lembaga di Jurusan
yang terkait (pengawasan);
12. menilai Laporan Pertanggungjawaban Kerja Badan
Eksekutif Mahasiswa;
13. mengajukan kasus kepada Mahkamah Mahasiswa
dan pembubaran lembaga di tingkat Jurusan
(yuridis); dan
14. menyelenggarakan suksesi lembaga di dalam
Jurusan dengan berkoordinasi kepada
kep lembaga
tingkat Jurusan (fasilitasi).
15. membuat mekanisme penerimaaan dan
penindaklanjutan rancangan anggaran keuangan
lembaga kemahasiswaan Universitas Negeri
Padang setiap periode kepengurusan.
16. mengajukan rancangan anggaran Majelis
Perwakilan Mahasiswa Jurusan, Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan dan Departemen Mahasiswa
Jurusan Badan Otonom serta alat kelengkapan yang
dibutuhkan kepada Ketua Jurusan

215
17. mengajukan rancangan anggaran Majelis
Perwakilan Mahasiswa Jurusan, Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan dan Departemen Mahasiswa
Jurusan Badan Otonom serta alat kelengkapan yang
dibutuhkan kepada Ketua Majelis Perwakilan
Mahasiswa Fakultas
18. Menetapkan rekomendasi-rekomendasi
rekomendasi hasil
sidang Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan
19. mensosialisasikan semua kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pihak Rektorat, Senat Mahasiswa,
dan Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas
20. Menetapkan ketetapan-ketetapan lainnya
21. Meminta penjelasan kepada Bupati Mahasiswa
mengenai kegiatan-kegiatan
kegiatan Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan
22. Meminta dan memberikan
ikan pengesahan rancangan
program kerja Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan
23. Meminta penjelasan kepada Departemen
Mahasiswa Jurusan tentang program kerja.
24. Meminta penjelasan kepada Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan tentang program kerja.

216
25. Mempunyai hak interpelasi,
elasi, hak angket dan hak
menyatakan pendapat, dalam menjalankan peran
dan fungsinya yang selanjutnya diatur dalam
Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
26. Memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan di tingkat Jurusan.
27. Memberikan penjelasan terhadap Peraturan
Mahasiswa Jurusan.
28. Mempunyai wewenang untuk mengeluarkan
peringatan berupa memorandum apabila Badan
Eksekutif Mahasiswa Jurusan terbukti tidak
melaksanakan tugas atau menyimpang dari
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa, Ketetapan Majelis Perwakilan
Mahasiswa Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang, Undang
Undang-Undang
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang, Ketetapan Majelis Perwakilan
Mahasiswa Jurusan/Fakultas,, Peraturan Mahasiswa
Jurusan/fakultas, dan Garis Besar Haluan Negara
Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan, serta

217
peraturan perundang-undangan
undangan lainnya yang diatur
lebih dalam Undang-Undang Jurusan
29. Memberhentikan Bupati dan atau Wakil Bupati
Bupat
Mahasiswa melalui sidang senat mahasiswa
Jurusan, apabila terbukti melanggar Undang-
Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang, Ketetapan
Majelis Perwakilan Mahasiswa Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang,
P
Undang-Undang
Undang Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang, Ketetapan
Majelis Perwakilan Mahasiswa, Peraturan
Mahasiswa Jurusan, dan program kerja Badan
Eksekutif Mahasiswa Jurusan, serta peraturan
perundang-undangan lainnya.
30. Memberikan
ikan surat peringatan kepada Departemen
Mahasiswa Jurusan dan Badan Eksekutif
Mahasiswa apabila terbukti melanggar Undang-
Undang
Undang Dasar Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang, dan aturan-aturan
aturan lainnya yang
berlaku.

218
31. Menyetujui atau tidak menyetujui Rancangan
Ra
Peraturan Mahasiswa Jurusan.
32. Mengkritisi dan menerima atau menolak
pertanggungjawaban Bupati dan Wakil Bupati
Mahasiswa
33. Memberikan Pendapat, usul dan saran kepada
Pimpinan Jurusan terutama yang berhubungan
dengan kemahasiswaan serta pelaksanaan dan
pencapaian tujuan Jurusan.
34. Menghadiri dan memberikan suara pada
Pertemuan di rapat jurusan yang membahas tentang
kemahasiswaan.

Pasal 107
Hak Anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa
Jurusan
a. hak interpelasi;
b. hak angket; dan
c. hak menyampaikan usul dan menyatakan
menyata pendapat;

219
Pasal 108
1. Mekanisme Pemberhentian dan Pemanggilan
kembali anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa
Jurusan diatur oleh leting mahasiswa jurusan
2. Mekanisme pemberhentian anggota Majelis
Perwakilan Mahasiswa Jurusan independen diatur
secara penuh oleh peraturan jurusan

BAB XVII
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA JURUSAN
Pasal 109
1. Bupati Mahasiswa adalah pemegang kekuasaan
eksekutif tertinggi tingkat jurusan di dalam Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang menurut Undang-Undang
Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang.
2. Bupati Mahasiswa memimpin Badan Eksekutif
E
Mahasiswa Jurusan disebut Bupati Mahasiswa
Jurusan

220
3. Dalam menjalankan kewajibannya, Bupati dibantu
satu orang Wakil Bupati.
4. Bupati Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang bertugas membuat dan melaksanakan
program kerja selama satu periode kepengurusan,
menghadiri undangan Majelis Perwakilan
Mahasiswa Jurusan untuk rapat bersama Majelis
Perwakilan Mahasiswa Jurusan dan menyampaikan
pertanggungjawaban kepada Jurusan dalam sidang
si
Umum dan atau Sidang Istimewa Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa Jurusan
5. Bupati Mahasiswa berwenang menyusun dan
memilih kepengurusan Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan

Pasal 110
1. Bupati dan Wakil Bupati Badan Eksekutif
Mahasiswa memegang jabatan selama
sela 12 (dua
belas) bulan dan sesudahnya tidak dapat dipilih
kembali.

221
2. Bupati dan Wakil Bupati Badan Eksekutif
Mahasiswa terpilih disahkan dan diberhentikan
oleh Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan
3. Syarat-syarat untuk menjadi Bupati dan Wakil
Bupati Badan Eksekutif
sekutif Mahasiswa diatur dalam
Undang-Undang
Undang Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
4. Tata cara pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Badan Eksekutif Mahasiswa diatur dalam Undang-
Undang
Undang Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang.

Pasal 111
Fungsi dan Wewenang Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan:
a. mengadvokasi mahasiswa dalam hal dana dan
fasilitas di tingkat jurusan
b. menyikapi politik luar Jurusan, Fakultas dan
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang;
c. melayani dan mengkoordinasi Departemen
Mahasiswa Badan Semi Otonom; dan

222
d. melakukan koordinasi dengan Departemen
Mahasiswa Badan Otonom Universitas Negeri
Padang, lembaga eksekutif Jurusan, dan Anggota
Senat Mahasiswa Jurusan

Pasal 112
Hak Bupati Mahasiswa:
a. menerima laporan kinerja dari Departemen
Mahasiswa Badan Semi Otonom;
b. mengangkat dan memberhentikan semua pengurus
Badan Eksekutif Mahasiswa; dan
c. melakukan koordinasi antarlembaga eksekutif
Jurusan.
Pasal 113
Kewajiban Bupati Mahasiswa:
a. Memimpin dan mengarahkan Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan untuk menjalankan fungsi dan
wewenang serta tugas dan kewajiban Badan
Eksekutif Mahasiswa Jurusan sesuai dengan arahan
yang telah ditetapkan oleh Majelis Perwakilan
Mahasiswa Jurusan baik dalam bentuk ketetapan
maupun undang-undang ;

223
b. Menjalankan instruksi dari Majelis Perwakilan
Mahasiswa Jurusan; dan
c. Mempertanggungjawabkan kinerja Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Padang
secara keseluruhan kepada Majelis Perwakilan
Mahasiswa Jurusan

Pasal 114
Tugas dan Kewajiban Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan:
a. melaksanakan segala peraturan yang ada dalam
Jurusan, Fakultas dan Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang;
b. memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan
mahasiswa Jurusan;
c. memberikan tanggapan
anggapan atas penggunaan hak
interpelasi dan hak angket yang disampaikan oleh
Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan;
d. menyerap, menampung, dan menindaklanjuti
aspirasi mahasiswa Jurusan;
e. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Jurusan
usan dan Negara

224
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang;
f. meminta pengesahan program kerja pada Majelis
Perwakilan Mahasiswa Jurusan di awal periode
kepengurusan; dan
g. memberikan laporan pertanggungjawaban kepada
Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan

Pasal 115
1. Bupati dan Wakil Bupati Mahasiswa dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya
(Pemakzulan) oleh Senat Mahasiswa Jurusan.
2. Syarat-syarat
syarat pemberhentian meliputi:
d. terbukti melakukan pelanggaran pidana
hukum nasional yang diancam pidana penjara
tiga tahun atau lebih;
e. melakukan pelanggaran terhadap Undang-
Undang
Undang Jurusan dan Undang--Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang; dan
f. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Bupati
dan/atau Wakil Bupati Mahasiswa.

225
3. Pemakzulan Bupati
ati dan/atau Wakil Bupati
Mahasiswa dapat dilakukan oleh Senat Mahasiswa
dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan
kepada Mahkamah Mahasiswa untuk memeriksa,
mengadili, dan memutuskan pendapat Majelis
Perwakilan Mahasiswa bahwa Bupati dan/atau
Wakil Bupati
ati Mahasiswa telah bersalah dan/atau
tidak memenuhi syarat-syarat
syarat sebagai Bupati
dan/atau Wakil Bupati Mahasiswa.
4. Pengajuan permintaan Senat Mahasiswa kepada
Mahkamah Mahasiswa hanya dapat dilakukan
dengan dukungan minimal 2/3 dari seluruh anggota
Senat Mahasiswa.
5. Mahkamah Mahasiswa wajib memeriksa,
mengadili, dan memutuskan dengan adil usulan
Senat Mahasiswa tersebut, paling lama tiga puluh
hari, termasuk hari libur, setelah permintaan formal
Senat Mahasiswa itu diterima oleh Mahkamah
Mahasiswa.
6. Jika Mahkamah
kamah Mahasiswa memutuskan bahwa
Bupati dan/atau Wakil Bupati Mahasiswa terbukti
bersalah dan/atau sudah tidak memenuhi

226
persyaratan sebagai Bupati dan/atau Wakil Bupati
Mahasiswa, Senat Mahasiswa Jurusan meneruskan
usul pemberhentian Bupati dan/atau Wakil Bupati
Mahasiswa kepada Majelis Perwakilan Mahasiswa
Jurusan.
7. Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan wajib
menyelenggarakan sidang untuk menindaklanjuti
usul Senat Mahasiswa paling lambat dua puluh
hari, termasuk hari libur, sejak Majelis Perwakilan
Mahasiswa
wa menerima permintaan formal tersebut.
8. Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan
memutuskan usul Senat Mahasiswa Jurusan paling
lambat tiga puluh hari, termasuk hari libur, sejak
sidang pertama Sidang Majelis Perwakilan
Mahasiswa diselenggarakan.
9. Keputusan Majelis
elis Perwakilan Mahasiswa Jurusan
atas usulan pemberhentian Bupati dan/atau Wakil
Bupati harus diambil melalui Sidang Pleno Majelis
Perwakilan Mahasiswa Jurusan yang dihadiri
minimal 2/3 dari jumlah anggota, dan disetujui oleh
minimal 2/3 jumlah anggota yang
ng hadir.

227
Pasal 116
1. Jika Bupati Mahasiswa mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya, maka
posisinya digantikan oleh Wakil Bupati Mahasiswa
sampai habis masa jabatannya.
2. Dalam hal terjadi kekosongan Wakil
kil Bupati,
selambat-lambatnya
lambatnya dalam waktu tiga puluh hari,
termasuk hari libur, Senat Mahasiswa Jurusan
menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil
Bupati Mahasiswa dari dua calon yang diajukan
oleh Bupati.
3. Jika Bupati dan Wakil Bupati Mahasiswa
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya
secara bersamaan, pelaksana tugas sementara
dijalankan oleh Penanggung Jawab Sementara
yang dipilih oleh Badan Pengurus Harian Badan
Eksekutif Mahasiswa.
4. Selambat-lambatnya
tnya tiga puluh hari, termasuk hari
libur, setelah terpilihnya Penanggung Jawab
Sementara, Senat Mahasiswa Jurusan

228
menyelenggarakan sidang untuk memilih Bupati
dan Wakil Bupati Mahasiswa sampai habis masa
jabatannya.

BAB XVIII
DEPARTEMEN MAHASISWA JURUSAN
Pasal 117
Departemen Mahasiswa Jurusan adalah wadah kegiatan
dan kreasi mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam
satu bidang peminatan, bakat, pelayanan keagamaan,
pengembangan kelimuan, pendidikan karakter dan labor
akademik di tingkat Jurusan.

Pasal 118
Departemen Mahasiswa Jurusan terdiri dari:
1) Badan Otonom;
2) Badan Semi Otonom;
3) Badan Non Otonom
Pasal 119
Departemen Mahasiswa Badan Otonom Jurusan adalah
Departemen Mahasiswa di tingkat Jurusan yang memenuhi

229
syarat dan diresmikan oleh keputusan Majelis
ajelis Perwakilan
Mahasiswa Jurusan menjadi Departemen Mahasiswa
Badan Otonom Jurusan yang memiliki otonomi.

Pasal 120
Syarat pembentukan Departemen Mahasiswa Badan
Otonom Jurusan:
a. mempunyai anggota sedikitnya tiga puluh anggota
aktif Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang;
b. mempunyai anggaran, dengan surplus minimal
yang ditetapkan oleh Ketua Jurusan; dan
c. telah berdiri selama tiga tahun.

Pasal 121
Hak Departemen Mahasiswa Badan Otonom Jurusan:
a. menentukan AD/ART secara otonom sepanjang
tidak menyimpang dari peraturan di tingkat
Universitas Negeri Padang dan Jurusan;
b. merancang program kerja di bawah koordinasi
Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan;
c. mendapatkan fasilitas dengan berkoordinasi dengan

230
Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan
usan; dan
d. mewakili Jurusan, Fakultas ataupun Universitas
Negeri Padang sesuai kompetensinya, dengan
sepengetahuan Majelis Perwakilan Mahasiswa
Jurusan.
e. Merujuk pada AD/ART merancang program kerja
yang menjadi tanggung jawab kerja.
f. Merujuk pada AD/ART menerima
erima anggota dengan
ketentuan tersendiri.
g. Merujuk pada AD/ART melakukan penggantian
kepengurusan.

Pasal 122
Kewajiban Departemen Mahasiswa Badan Otonom
Jurusan:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang;
b. memberikan laporan kinerja kepada Majelis
Mahasiswa Jurusan secara berkala dan/atau jika
diminta; dan

231
c. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
d. Kepengurusan bertanggungjawab secara
administrasi kepada Ketua dan dilaporkan ke
Majelis Perwakilan Mahsiswa serta diperiksa oleh
Badan Audit Keuangan.

Pasal 123
Pembubaran Departemen Mahasiswa Badan Otonom
Jurusan:
a. Departemen Mahasiswa Badan Otonom dapat
da
dibubarkan apabila telah terbukti melanggar
ketentuan Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang;
b. penuntutan pembubaran hanya dapat dilakukan oleh
Senat Mahasiswa Jurusan;
c. pembuktian pelanggaran sebagaimana dimaksud
dalam butir a di atas, dilakukan oleh Mahkamah
Mahasiswa;
d. hasil pembuktian sebagaimana dimaksud dalam
butir c di atas dituangkan dalam sebuah putusan

232
untuk diputuskan dalam Majelis Perwakilan
Mahasiswa Jurusan;
e. dapat dilakukan banding selambatnya-lambatnya
selambatnya
tiga puluh hari, termasuk hari libur, sejak putusan
diberikan kepada Senat Mahasiswa Jurusan
terhadap putusan Mahkamah Mahasiswa
sebagaimana dimaksud dalam butir c di atas; dan
f. keputusan Majelis Perwakilan Mahasiswa
Maha Jurusan
adalah keputusan pada tingkat akhir dan bersifat
final.

Pasal 124
Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom Universitas
Negeri Padang adalah wadah kegiatan dan kreasi
mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam satu bidang
peminatan, bakat, pelayanan keagamaan, pengembangan
kelimuan, pendidikan karakter dan labor akademik di
tingkat Jurusan yang berada di bawah koordinasi Badan
Eksekutif Mahasiswa Jurusan.

233
Pasal 125
Hak Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
Jurusan:
a. menentukan AD/ART secara
ara otonom sepanjang
tidak menyimpang dari peraturan di tingkat
Universitas Negeri Padang;
b. merancang program kerja di bawah koordinasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan;
c. mendapatkan fasilitas dengan melakukan
koordinasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan; dan
d. mewakili Jurusan maupun Universitas Negeri
Padang dalam bidang peminatan, bakat, atau
pelayanan keagamaan dengan sepengetahuan
Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

Pasal 126
Kewajiban Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
Universitas Negeri Padang:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang dan Jurusan;

234
b. memberikan laporan kinerja kepada Badan
Eksekutif Mahasiswa Jurusan secara berkala
dan/atau jika diminta; dan
c. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.

Pasal 127
Syarat pendirian Departemen Mahasiswa Badan Semi
Otonom Universitas Negeri Padang:
a. memiliki Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga yang tidak bertentangan dengan Undang-
Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang;
b. memiliki susunan kepengurusan;
c. memiliki anggota sedikitnya dua puluh lima
anggota aktif Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang; dan

Pasal 128
Pembubaran Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
Jurusan:

235
a. Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
Universitas Negeri Padang dapat dibubarkan
apabila telah melanggar ketentuan Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang; dan
b. pembubaran Departemen Mahasiswa Badan Semi
Otonom Jurusan ini hanya dapat dilakukan oleh
Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan berdasarkan
putusan Mahkamah Mahasiswa.

Pasal 129
Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom Universitas
Negeri Padang adalah wadah kegiatan dan kreasi
mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam satu bidang
peminatan, bakat, pelayanan keagamaan, pengembangan
kelimuan, pendidikan karakter dan labor akademik di
tingkat Universitas Negeri Padang yang berada di bawah
instruksi dan koordinasi Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan.

236
Pasal 130
Hak Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom
Universitas Negeri Padang:
a. merancang program kerja di bawah koordinasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri
Padang;
b. mendapatkan fasilitas dengan melakukan
koordinasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Negeri Padang; dan
c. mewakili Jurusan, Fakultas maupun Universitas
Negeri Padang dalam bidang peminatan, bakat,
atau pelayanan keagamaan dengan sepengetahuan
Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan.

Pasal 131
Kewajiban Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom
Jurusan:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang;
b. Menjalankan instruksi Bupati Mahasiswa
Universitas Negeri Padang

237
c. memberikan laporan kinerja kepada Badan
Eksekutif Mahasiswa Jurusan secara berkala
dan/atau jika diminta; dan
d. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang.

Pasal 132
Syarat pendirian Departemen Mahasiswa Badan Non
Otonom Jurusan :
a. memiliki susunan kepengurusan yang dibentuk
oleh Bupati Mahasiswa Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang;
b. memiliki anggota sedikitnya lima anggota aktif
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang; dan
c. anggota yang dimaksud dalam butir b harus berasal
dari paling sedikit empat jurusan yang berbeda, dan
dibuktikan dengan Kartu Tanda Mahasiswa.
d. Dipimpin oleh seorang kepala departemen yang
ditunjuk oleh Bupati

238
e. Pendirian
rian Departemen berdasarkan kebutuhan dan
keperluan Bupati dalam menjalankan tugas
f. Departemen ini diatur sepenuhnya dalam Badan
Eksekutif Mahasiswa Jurusan

Pasal 133
reshuffle) Departemen
Pembubaran dan Perombakan (reshuffle
Mahasiswa Badan Non Otonom Universitas Negeri
Padang:
a. Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom
Jurusan dapat dirombak apabila telah melanggar
ketentuan Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang;
b. Departemen Mahasiswa Badan Non Otonom
Jurusan dibubarkan diakhir kepengurusan Badan
Eksekutif Mahasiswa Jurusan; dan
c. pembubaran Departemen Mahasiswa Badan Non
Otonom Universitas Negeri Padang ini hanya dapat
dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan.

239
BAB XIX
LETING MAHASISWA
Pasal 134
Leting Mahasiswa adalah himpunan warga negara
mahasiswa satu angkatan pada tahun masuk, jurusan,
fakultas dan universitas yang sama

Pasal 135
1. Warga negara Kesatuan Republik Mahasiswa
dipimpin secara langsung oleh komandan leting
2. Komandan leting disingkat dengan komting
3. Komting merupakan warga Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang
4. Pergantian komting berdasarkan musyawarah
leting mahasiswa yang bersangkutan setiap tahun
5. Pemberhentian komting dapat dilaksanakan
berdasarkan kesepakatan quorum (setengah tambah
satu)
6. Pengesahan komting
ng dilakukan oleh Bupati
Mahasiswa Jurusan

240
Pasal 136
Kewajiban Komting
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku
dalam Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang, Fakultas dan
Jurusan;
b. berkoordinasi Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan secara berkala dan/atau jika diminta;
c. menghimpun, menganilisis, dan menyebarkan
berbagai informasi baik tentang akademik
maupun non akademik yang dibutuhkan leting
mahasiswa
d. Mengelola leting mahasiswa dalam
menjalankan segala peraturan yang berlaku
dalam Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang
e. Menjadi anggota Majelis Perwakilan
Mahasiswa Jurusan
f. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja
dengan lembaga lain di Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang.

241
Pasal 137
Hak Komting
a. mendapatkan fasilitas dengan melakukan
koordinasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Negeri Padang;
b. Mengikuti berbagai kegiatan dan berpartisipasi
dalam lembaga kemahasiswaan dalam Negara
Neg
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang
c. mewakili Jurusan, Fakultas maupun Universitas
Negeri Padang dalam bidang peminatan, bakat,
atau pelayanan keagamaan dengan
sepengetahuan Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan

BAB XX
KEWARGANEGARAAN
Pasal 138
Warga Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang adalah mahasiswa yang terdaftar secara
akademik di Universitas Negeri Padang.

242
Pasal 139
1. Warga negara Kesatuan Republik Mahasiswa
dipimpin secara langsung oleh komandan leting
2. Komandan
andan leting disingkat dengan komting
3. Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang terdiri dari warga negara aktif dan
warga negara biasa.
4. Warga negara aktif adalah warga negara Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang yang telah mengikuti prosedur penerimaan
warga negara aktif dan mendapatkan surat
rekomendasi aktif dari Majelis Perwakilan
Mahasiswa Fakultas.
5. Warga negara biasa adalah warga negara Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang yang tidak termasuk ke dalam warga
negara aktif Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang.

243
Pasal 140
1. Prosedur penerimaan Warga negara Aktif Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang memiliki muatan berupa pengenalan
medan, akademis-profesi,
profesi, kerohanian, dan nilai
kemahasiswaan.
2. Penanggung jawab prosedur penerimaan Warga
negara Aktif Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang untuk
pendidikan program D3, S1 Reguler, dan Ekstensi
adalah Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas
Negeri Padang dan lembaga legislatif fakultas.
3. Prosedur penerimaan Warga negara Aktif Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang untuk pendidikan program pascasarjana
dan profesi diserahkan kepada masing-masing
masing
fakultas

Pasal 141
Hak Warga negara Aktif Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang :

244
a. mendapatkan pelayanan dan fasilitas Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang, sesuai dengan prosedur yang berlaku;
b.mengeluarkan pendapat secara lisan dan/atau
tulisan;
c. memilih dan/atau dipilih, sesuai dengan prosedur
yang berlaku;
d.berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
kegiatan Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang, sesuai dengan prosedur yang berlaku;
e. berpartisipasi sebagai pengurus lembaga
kemahasiswaan di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang, sesuai
dengan prosedur yang berlaku;
f. membela diri dan/atau mendapatkan pembelaan
apabila akan dan/atau telah dikenakan sanksi di
dalam dan/atau di luar lingkungan Universitas
Negeri Padang, sesuai dengan prosedur yang
berlaku; dan
g.mengajukan
mengajukan tuntutan kepada warga negara Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang dan/atau lembaga di dalam Negara

245
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Ne
Padang yang melakukan pelanggaran terhadap
aturan-aturan
aturan Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang, sesuai
dengan prosedur yang berlaku.

Pasal 142
Hak Warga negara Biasa Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang:
a. mendapatkan pelayanan dan fasilitas Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang, sesuai dengan prosedur yang berlaku;
b.mengeluarkan
mengeluarkan pendapat secara lisan dan/atau
tulisan;
c. memilih sesuai dengan prosedur yang berlaku;
d.berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
kegiatan Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang, sesuai dengan prosedur yang berlaku;
e. berpartisipasi sebagai pengurus lembaga
kemahasiswaan di Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang, sesuai
dengan prosedur yang berlaku;

246
f. membela diri dan/atau mendapatkan pembelaan
apabila akan dan/atau telah dikenakan sanksi di
dalam dan/atau di luar lingkungan Universitas
Negeri Padang, sesuai dengan prosedur yang
berlaku; dan
g.mengajukan
mengajukan tuntutan kepada warga negara Negara
Negar
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang dan/atau lembaga di dalam Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang yang melakukan pelanggaran terhadap
aturan-aturan
aturan Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang sesuai
se
dengan prosedur yang berlaku.

Pasal 143
Kewajiban Warga Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang:
a. menaati dan melaksanakan Undang--Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang dan/atau aturan-aturan
aturan lain yang
berlaku di Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang;

247
b.menjaga
menjaga nama baik Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang; dan
c. mengikuti kegiatan-kegiatan
kegiatan di Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang.
Pada
d.mengikuti
mengikuti PKKMB (orientasi mahasiswa), Krida,
dan Program Kreativitas Mahasiswa
e. mengikuti Pemilihan Raya dalam pemilihan
Presiden, Gebernur, Bupati dan anggota
independen majelis perwakilan mahasiswa tingkat
universitas, fakultas dan jurusan,kecuali bagi
b yang
magang, KKN dan PL
f. memiliki sertifikat magang
kepengurusan/kepemerintahan lembaga
kemahasiswaan yang ada di Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang
minimal 6 (enam) bulan sebelum menyelesaikan
studi
g.memiliki sertifikat Program Pengembangan Diri
Mahasiswa (berisi akumulasi poin keaktifan dan
prestasi baik dalam maupun luar akademik selama
masa studi di Universitas Negeri Padang) yang

248
dikeluarkan oleh Universitas Negeri Padang
sebelum menyelesaikan studi

Pasal 144
1. Setiap warga negara Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang yang
melanggar kewajiban akan dikenai sanksi.
2. Ketentuan tentang mekanisme pemberian sanksi
akan diatur kemudian.

Pasal 145
Warga negara Biasa Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas
as Negeri Padang dinyatakan
kehilangan kewarga negaraannya dalam Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang apabila:
a. tidak terdaftar lagi secara akademis sebagai
mahasiswa Universitas Negeri Padang;
b.dicabut
dicabut kewarga negaraannya, sesuai dengan
den
prosedur yang berlaku; dan
c. meninggal dunia.

249
Pasal 146
Warga negara Aktif Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang dinyatakan kehilangan
kewarganegaraannya dalam Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang apabila:
a. tidak terdaftar lagi sebagai warga negara biasa
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang;
b.pindah jenjang tingkat pendidikan; dan
c. meninggal dunia.

Pasal 147
Pembinaan adalah proses pengembangan warga negara
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang dari Warga negara Biasa menjadi Warga negara
Aktif Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang berdasarkan Kode Etik Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang,
dilakukan di tingkat universitas,
versitas, fakultas dan jurusan
secara bertahap untuk mencapai tujuan pembinaan warga
negara Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang.

250
Pasal 148
Pembinaan Warga negara Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang bertujuan
bertuju untuk:
a. memperkenalkan Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang sebagai
wadah bersama mahasiswa Universitas Negeri
Padang, beserta perangkat-perangkat
perangkat yang ada di
dalamnya; dan
b.memberikan
memberikan pemahaman pada warga negara
Negara Kesatuan Republik
epublik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang untuk mengaplikasikan Kode Etik
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang, Undang-Undang
Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang, dan aturan-aturan
aturan lain yang terdapat dalam
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang.

Pasal 149
1. Penanggung jawab perumusan konsep dan alur
pembinaan Warga negara Negara Kesatuan

251
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang
adalah Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas
Negeri Padang.
2. Penanggung jawab pelaksanaan teknis alur
pembinaan warga negara Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang
adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas
Negeri Padang.

BAB XXI
SUKSESI LEMBAGA KEMAHASISWAAN
Pasal 150
Suksesi lembaga kemahasiswaan adalah proses pergantian
untuk memilih anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa,
Presiden Mahasiswa, Gubernur Mahasiswa, Bupati
Mahasiswa, Hakim Konstitusi Mahkamah Mahasiswa,
Anggota Badan Audit Kemahasiswaan dan Kepala
Departemen Mahasiswa
iswa Badan Otonom, dan lembaga
kemahasiswaan fakultas.

Pasal 151

252
1. Periode Kepengurusan Majelis Perwakilan
Mahasiswa adalah dari Oktober sampai dengan
Oktober tahun berikutnya
2. Periode Kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa
adalah dari Januari sampai dengan Januari tahun
berikutnya
3. Periode Kepengurusan Mahkamah Mahasiswa dan
Badan Audit Kemahasiswaan adalah dari April
sampai dengan April tahun berikutnya
4. Periodisasi Departemen Mahasiswa Badan Otonom
dan Departemen Mahasiswa Badan Semi Otonom
diatur berdasarkan
n kebijakan internal masing-
masing
masing lembaga tersebut.
5. Periodisasi lembaga kemahasiswaan fakultas diatur
berdasarkan kebijakan internal masing-masing
masing
fakultas.

Pasal 152
Jenis-jenis
jenis Suksesi Lembaga Kemahasiswaan:
a. Pemilihan Raya;
b. Uji Kelayakan dan Kepatutan; dan
c. Mekanisme Internal

253
Pasal 153
1. Pemilihan Raya dilaksanakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, setiap satu
tahun sekali.
2. Peserta Pemilihan Raya adalah perseorangan/warga
negara negara kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang.
3. Pemilihan Raya dapat diselenggarakan setelah
adanya Surat Edaran oleh Rektor Universitas
Negeri Padang tentang kewajiban bagi Warga
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas
Negeri Padang selambatnya 7 (tujuh) hari sebelum
pemilihan raya berlangsung

Pasal 154
1. Pemilihan Raya diselenggarakan oleh Panitia
Pemilihan Raya yang bersifat sementara dan
mandiri.
2. Panitia Pemilihan raya dibentuk oleh Majelis
Perwakilan Mahasiswa Universitas dan disahkan
oleh Rektor Universitas Negeri Padang

254
3. Panitia Pemilihan Raya legislatif dibentuk bulan
Juni dan dibubarkan bulan Oktober
4. Panitia Pemilihan Raya eksekutif dibentuk bulan
September dan dibubarkan bulan Januari
5. Panitia Pemilihan Raya minimal 2 (dua) orang
perwakilan dari masing-masing
masing jurusan

Pasal 155
1. Pemilihan Raya dapat diselenggarakan untuk
memilih Presiden, Gubernur, Bupati, dan Anggota
Independen Majelis Perwakilan Mahasiswa
Universitas, Fakultas serta Jurusan
2. Presiden, Gubernur, dan Bupati Mahasiswa dipilih
dalam satu pasangan ataupun tidak secar
secara
langsung oleh anggota Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam
Pemilihan Raya Universitas Negeri Padang.
3. Anggota Independen Majelis Perwakilan
Mahasiswa Universitas dan fakultas terpilih,
sedikitnya mendapatkan sepuluh persen dari
da total
jumlah peserta Pemilihan Raya fakultas dan

255
jurusan masing-masing
masing yang menggunakan hak
pilihnya.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemilihan Raya
diatur dalam Undang-Undang
Undang Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang

Pasal 156
Hakim
m Konstitusi Mahkamah Mahasiswa dan Anggota
Badan Audit Kemahasiswaan dipilih dan ditetapkan
melalui mekanisme Uji Kelayakan dan Kepatutan oleh
Majelis Perwakilan Mahasiswa.

Pasal 157
Mekanisme pemilihan Menteri Departemen Mahasiswa
Badan Otonom dan departemen
temen Mahasiswa Badan Semi
Otonom ditentukan oleh kebijakan internal masing-masing
masing
departemen.

Pasal 158
1. Pemilihan Bupati dan anggota independen Majelis
Perwakilan Jurusan dilakukan apabila telah
disetujui dalam mekanisme internal yang telah

256
dimusyawarahkan dan melewati lobi dalam
musyawarah besar yang disyaratkan sedikitnya
setengah tambah satu dari jumlah mahasiswa
jurusan dan ditambah sedikitnya ¾ dari jumlah
anggota senat mahasiswa jurusan.
2. Apabila musyawarah besar tidak memenuhi syarat
hingga
ingga batas waktu yang ditentukan panitia
pemilihan raya maka pemilihan tersebut diambil
alih oleh panitia pemilu raya.

BAB XXII
BENDERA, LAMBANG DAN ATRIBUT
KEMAHASISWAAN NEGARA KESATUAN
REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
Pasal 159
1. Bendera Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang ialah bendera dengan
warna dasar kuning dengan tulisan Negara
Kesatuan Republik mahasiswa Universitas Negeri

257
Padang dan gambar logo Universitas Negeri
Padang.
2. Tulisan NEGARA KESATUAN REPU
REPUBLIK
MAHASISWA melingkar diatas logo Universitas
Negeri Padang dan tulisan UNIVERSITAS
NEGERI PADANG melingkar dibawah tulisan
logo.

Pasal 160
Lambang Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang disesuaikan dengan lambang
Universitas Negeri
eri Padang dan tulisan NEGARA
KESATUAN REPUBLIK MAHASISWA UNVERSITAS
INDONESIA berwarna hitam.

Pasal 161
Negara Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang memmiliki atribut jaket almamater, panji, dan
atribut lain yang ditentukan di Universitas Negeri Padang

BAB XXIII
TATA URUTAN PERATURAN

258
Pasal 162
Tata Urutan Peraturan Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang adalah:
1. Keputusan Rektor, Peraturan Universitas,
Ketetapan Senat Mahasiswa Universitas, Ketetapan
Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas,
Keputusan Presiden Mahasiswa dan Kebijakan
Departemen Mahasiswa Universitas
2. Keputusan Dekan, Peraturan Fakultas, Ketetapan
Senat Mahasiswa Fakultas, Ketetapan Majelis
Perwakilan Mahasiswa Fakultas, Keputusan
Gubernur Mahasiswa,
iswa, dan Kebijakan Departemen
Mahasiswa Fakultas
3. Keputusan Ketua Jurusan, Peraturan Jurusan,
Ketetapan Senat Mahasiswa Jurusan, Ketetapan
Majelis Perwakilan Mahasiswa Jurusan, Keputusan
Bupati Mahasiswa dan Kebijakan Departemen
Mahasiswa Jurusan

Pasal 163
Tata Urutan Peraturan Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa merupakan sistem hukum yang berjenjang.

259
Pasal 164
1. Undang-Undang
Undang Dasar termasuk peraturan hukum
tinggi di Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
2. Undang-Undang
Undang Dasar berasal dari Rumusan
Majelis Perwakilan
wakilan Mahasiswa yang di legislasi
pada sidang Senat Mahasiswa dan disahkan melalui
Keputusan Rektor
3. Kewenangan untuk membentuk dan mengubah
setiap peraturan dibawah Undang-Undang
Undang Dasar
terdapat pada lembaga yang membentuk peraturan
tersebut.
4. Mahkamah Mahasiswa mempunyai kewenangan
membatalkan setiap peraturan di bawah Undang-
Undang
Undang Dasar apabila peraturan tersebut
bertentangan dengan Undang-Undang
Undang Dasar.

Pasal 165
Senat Mahasiswa dapat membentuk dan mengubah
Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan Republi
Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang termasuk

260
Pembukaan Undang-Undang
Undang Dasar dan Eksistensi Wadah
Bersama Mahasiswa Universitas Negeri Padang

Pasal 166
Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas dapat
melakukan amandemen terhadap Undang--Undang Dasar
melalui sidang umum ataupun sidang istimewa

BAB XXIV
SANKSI
Pasal 167
Sanksi diberikan bagi warga Negara yang melanggar
Undang-Undang
Undang Dasar dan peraturan yang berada
dibawahnya ataupun yang tercantum pada urutan peraturan
dalam Undang-Undang ini BAB III pasal 162

Pasal 168
Sanksi terdiri dari:
1. Sanksi ringan
2. Sanksi sedang
3. Sanksi ringan.

261
Pasal 168
Sanksi ringan merupakan teguran baik tertulis maupun
tidak tertulis

Pasal 169
Sanksi sedang yaitu:
1. Pembayaran Denda kepada Majelis Perwakilan
Mahasiswa baik universitas, fakultas maupun
jurusan
2. Tugas Kebersihan
3. Skorsing akademik
4. Pencabutan hak menerima beasiswa
5. Pencabutan hak sebagai warga Negara aktif
6. Penundaan wisuda

Pasal 170
Sanksi berat adalah pemberhentian sebagai mahasiswa
Universitas Negeri Padang

Pasal 171
Sanksi ringan dapat diberikan oleh

262
1. Rektor dan/atau Pembantu Rektor
2. Dekan dan/atau Pembantu Dekan
3. Ketua Jurusan dan/atau Sekretaris Jurusan
4. Semua Pimpinan Majelis Perwakilan Mahasiswa
(tingkat universitas, fakultas, dan/atau jurusan)

Pasal 172
Apabila seseorang warga negara sudah terhitung 3 (tiga)
kali mendapatkan sanksi ringan karena melakukan
kesalahan dan/atau melanggar peraturan yang sama dari
pemberi sanksi yang sama maka dapat dikenakan sanksi
sedang atas usulan ataupun tanpa usulan salah satu/seluruh
pimpinan badan eksekutif mahasiswa dan/ataupun majelis
perwakilas mahasiswa kepada hak pemberi sanksi sedang,
kecuali pencabutan hak sebagai warga Negara aktif.

Pasal 173
Sanksi sedang juga dapat dijatuhkan terhadap warga
Negara atas kebijakan
kan Rektor dan/atau Pembantu Rektor;
Dekan dan/atau Pembantu Dekan serta Ketua Jurusan
dan/atau Sekretaris Jurusan apabila :
1. terlibat perkelahian dalam kampus,

263
2. terlibat provokasi tindakan anarkis,
3. melakukan tindakan asusila,
4. mengganggu proses akademik dan
n ketertiban
umum,
5. mengancam dan mengadu domba,
6. melakukan tindakan kriminal,
7. merusak akidah,
8. merusak fasilitas kampus,
9. membuang sampah sembarangan,
10. membawa senjata tajam dan senjata api
11. merusak nama baik alamamater Universitas Negeri
Padang
12. Penyalahgunaan
unaan sekretariat organisasi
kemahasiswaan
13. menempel pengumuman tidak pada tempatnya
14. menempel selebaran yang tidak berkaitan dengan
akademik maupun kegiatan kemahasiswaan
15. pemborosan dan penyalahgunaan dalam pemakaian
fasilitas dan listrik kampus
16. tidak berpakaian sopan dan rapi selama berada di
lingkungan kampus

264
17. tidak mengikuti PKKMB, Krida, Program
Kreativitas Mahasiswa dan Pemilihan Raya
18. tidak mengikuti magang berotgansisasi minimal
selama 6 (enam) bulan
19. Prestasi akademik menurun selama 3 semester
20. tidak
idak memiliki sertifikat Program Pengembangan
Diri Mahasiswa
Pasal 174
Pencabutan hak sebagai warga Negara aktif karena
pelanggaran hanya dapat dilakukan oleh majelis
perwakilan mahasiswa fakultas

Pasal 175
Pengembalian hak secara tertulis sebagai warga Negara
aktif hanya dapat dilakukan oleh majelis perwakilan
mahasiswa fakultas dengan prosedur yang ditentukan oleh
fakultas masing-masing
masing dan surat perjanjian diatas materai
3000.

Pasal 176
Sanksi sedang hanya dapat diberikan oleh
1. Rektor dan/atau Pembantu Rektor

265
2. Dekan dan/atau Pembantu Dekan
3. Ketua Jurusan dan/atau Sekretaris Jurusan

Pasal 177
Sanksi berat hanya dapat diberikan oleh Ketua Jurusan
dan/ataupun Dekan melalui keputusan Rektor Universitas
Negeri Padang

BAB XXV
REWARD
Pasal 178
Reward adalah penghargaan yang diberikan kepada warga
Negara Negara Kesatuan Republik Mahasiswa yang
memiliki prestasi akademik maupun non akademik yang
juga dapat dijadikan acuan dalam akumulasi poin
keaktifan mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam
rangka memotivasii mahasiswa untuk terus meningkatkan
prestasi

Pasal 179
Reward dapat berupa:
1. Flakat

266
2. Medali Penghargaan
3. Pin Penghargaan
4. Pin Purnajabatan
5. Sertifikat Penghargaan
6. Beasiswa
7. Penghargaan lain
8. Poin

Pasal 180
Flakat diberikan pada saat Upacara Hari Besar Nasional
oleh Rektor Universitas Negeri Padang kepada mahasiswa
yang berprestasi baik akademik maupun non akademik,
giat dalam kegiatan/organisasi sekurangnya selama 1 tahun
dan/atau mengharumkan nama Universitas Negeri Padang
pada skala internasional

Pasal 181
Medali penghargaan pada saat Upacara Hari Besar
Nasional oleh Rektor Universitas Negeri Padang diberikan
kepada mahasiswa yang berprestasi baik akademik
maupun non akademik, giat dalam kegiatan/organisasi

267
sekurangnya selama 1 tahun, dan/atau mengharumkan
nama
ama Universitas Negeri Padang pada skala nasional

Pasal 182
Pin penghargaan pada saat Upacara Hari Besar Nasional
oleh Rektor Universitas Negeri Padang diberikan kepada
mahasiswa yang berprestasi baik akademik maupun non
akademik, giat dalam kegiatan/organisasi sekurangnya
selama 1 tahun, mengharumkan nama Universitas Negeri
Padang pada skala Regional.

Pasal 183
Pin purnajabatan universitas pada saat Upacara Hari Besar
Nasional oleh Rektor Universitas Negeri Padang diberikan
kepada mahasiswa yang telah mengakhiri masa jabatan
sebagai Ketua/Pimpinan salah satu lembaga
kemahasiswaan tingkat Universitas.

Pasal 184
Pin purnajabatan fakultas pada saat acara wisuda fakultas
oleh Dekan diberikan kepada mahasiswa yang telah

268
mengakhiri masa jabatan sebagai
bagai Ketua/Pimpinan salah
satu lembaga kemahasiswaan tingkat fakultas

Pasal 185
Pin Purnajabatan jurusan pada saat momen tertentu oleh
Ketua Jurusan diberikan kepada mahasiswa yang telah
mengakhiri masa jabatan sebagai Ketua/Pimpinan salah
satu lembaga kemahasiswaan
emahasiswaan tingkat jurusan

Pasal 186
Sertifikat penghargaan diberikan oleh lembaga
kemahasiswaan terkait kepada mahasiswa yang terdaftar
sebagai warga Negara aktif dan terlibat dalam
kepengurusan lembaga kemahasiswaan yang terkait
sekurangnya selama 1 (satu) tahun

Pasal 186
Penghargaan lain diatur dalam peraturan yang berlaku
selain Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang baik dalam maupun
luar universitas

269
Pasal 187
Poin diberikan bagi seluruh mahasiswa yang terbukti
ter
berprestasi baik bidang akademik maupun non akademik
dan aktif dalam kegiatan ekstrakuriler yang distandarkan
dalam Program Pengembangan Diri Mahasiswa
Universitas Negeri Padang

Pasal 188
Program Pengembangan Diri Mahasiswa Universitas
Negeri Padang diatur oleh tim yang telah ditunjuk dan
disahkan melalui kebijakan Rektor

Pasal 189
Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas berhak
mengusulkan konsep Program Pengembangan Diri
Mahasiswa Universitas Negeri Padang kepada Rektor

BAB XXVI
PEMBIMBING
Pasal 190
Pengangkatan dan pemberhentian Pembimbing lembaga
kemahasiswaan dapat diusulkan oleh Pengurus lembaga

270
kemahasiswaan yang bersangkutan atau dapat dipilih
berdasarkan kesepakatan antara pengurus lembaga
kemahasiswaan, bidang kemahasiswaan maupun calon
ca
pembimbing

Pasal 191
Persyaratan menjadi pembimbing;
1. Dosen yang memiliki pengalaman organisasi
2. bersedia mengikuti pelatihan yang diadakan bidang
kemahasiswaan
3. Bersedia untuk mempelajari dan berpedoman pada
Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang
4. Disetujui oleh pimpinan lembaga kemahasiswaan
dan calon pembimbing
5. bersedia menandatangani kontrak komitmen
pembimbing

Pasal 192
Tugas dan Kewajiban pembimbing;
1. Terlibat dalam membimbing, mengawasi dan
mengevaluasi lembaga
baga kemahasiswaan dalam

271
pelaksanaan Undang-Undang
Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Padang yang dibimbing sesuai peraturan yang
berlaku
2. Meningkatkan sarana dan prasana kegiatan
kemahasiswaan yang bersangkutan
3. memberikan laporan hasil evaluasi kepada bidang
kemahasiswaan yang bersangkutan satu kali
sebulan

BAB XXVII
ATURAN TAMBAHAN DAN PENGESAHAN
Pasal 193
Setiap Warga Negara Kesatuan Republik Mahasiswa
Universitas Negeri Padang dianggap mengetahui isi
Undang-Undang Dasar NKRM UNP
NP ini setelah
disosialisasikan dan harus ditaati.

Pasal 194
Hal-hal yang belum diatur dalam Undang-Undang
Undang ini akan
ditentukan oleh Majelis Perwakilan Mahasiswa Negara
Kesatuan Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang

272
selama tidak bertentangan dengan Undang--Undang Dasar
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Padang.

Pasal 195
1. Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Mahasiswa Universitas Negeri Padang berlaku
sejak tanggal ditetapkan.
2. Peralihan dari Petunjuk Organisasi Kemahasiswaan
Universitas Negeri
egeri Padang kepada Undang-Undang
Undang
Dasar diawasi dan dibimbing oleh Majelis
Perwakilan Mahasiswa Unversitas Negeri Padang
3. Semua ketetapan dan peraturan yang bertentangan
dengan Undang-Undang
Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Mahasiswa dinyatakan tidak berlaku
berlak lagi
dan harus segera disesuaikan paling lama 1 bulan.
Penyusun : Achmad Badaruddin
Sumber/referensi/literatur :
1. UUD RI 1945
2. UUD Negara Prancis, Jepang dan Amerika Serikat
3. UUD IKM UI, REMA UNY dan UGM
4. Buku Peraturan Hidup oleh Taqiyuddin

273
5. Buku Materi Pengenalan Kehidupan Kampus bagi
Mahasiswa Baru oleh UNP 2010
6. Rancangan UUD Rema UNP oleh Tim Tujuh
MPM UNP
7. SK Menteri Pendidikan Nasional dan Kebudayaan
no. 155/U/1998 tentang Pedoman Umum
Organisasi Kemahasiswaan
8. SK Rektor UNP no.55/J.41/KM/2004 tentang
Petunjuk Teknis Organisasi Kemahasiswaan UNP

2. Rancangan Pedoman Umum Program Sertifikasi


Prestasi dan Aktivitas Mahasiswa Jurusan Bimbingan
dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Padang

PROGRAM SERTIFIKASI PRESTASI


DAN AKTIVITAS MAHASISWA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan:

274
1. Sertifikasi Prestasi dan Aktivitas
Mahasiswa atau disingkat dengan SPA-WA
SPA
adalah penilaian aktifitas mahasiswa dalam
kegiatan ekstrakurikuler selama menjalani studi
di Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
2. Kegiatan Kemahasiswaan adalah proses
pembelajaran baik kurikuler, ko
ko-kurikuler
maupun ekstrakurikuler, yang meliputi
penalaran, minat dan bakat dan pengabdian pada
masyarakat yang merupakan bagian pelaksanaan
Tridharma perguruan tinggi.
3. Angka Kredit adalah suatu nilai dari setiap
butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-
butir
butir kegiatan yang ditetapkan berdasarkan
penilaian atas prestasi dan keaktifan yang telah
dicapai seorang mahasiswa.
4. Penalaran adalah kreatifitas pikir mahasiswa.
5. Minat dan bakat adalah keterampilan,
apresiasi terhadap kegiatan jasmani dan rohani.
6. Universitas adalah Universitas Negeri
Padang.

275
7. Kampus adalah kampus Universitas Negeri
Padang.
8. Fakultas adalah Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang.
9. Rektor adalah Rektor Universitas Negeri
Padang.
10. Dekan adalah Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang.
11. Ketua Jurusan adalah Ketua Jurusan
Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Padang.
12. Dosen adalah tenaga pengajar Universitas
Negeri Padang yang diangkat dengan tugas
utama melaksanakan Tridarma perguruan tinggi.
13. Mahasiswa adalah
h peserta didik S-1
S yang
terdaftar dan memenuhi persyaratan
administratif yang ditetapkan oleh Universitas
Negeri Padang.
14. Karyawan adalah unsur pelaksana administrasi
dan unsur penunjang.

276
15. Norma dan Etika Akademik adalah ketentuan
yang berkaitan dengan
engan pelaksanaan Tridarma
perguruan tinggi.
16. Organisasi Kemahasiswaan adalah wahana
dan sarana pengembangan diri mahasiswa
kearah keperluan ke perluasan wawasan dan
penigkatan kecendikiawaan serta integritas
kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan
pendidik
tinggi.
Pasal 2
Maksud dan Tujuan
(1) SPAWA dimaksudkan untuk menjadi pedoman
bagi penilaian kegiatan Mahasiswa dalam
melaksanakan tridharma perguruan tinggi.
(2) SPAWA bertujuan untuk:
a. Mendorong mahasiswa untuk lebih aktif
pada kegiatan estra kurikuler
kuler
b. Menumbuhkembangkan mahasiswa
yang memiliki kemampuan akademik
yang baik untuk sekaligus aktif dalam
kegiatan ekstra kurikuler.

277
c. Menilai tingkat keatifan mahasiswa pada
kegiatan ekstra kurilkuler.
d. Menghasiklan alumni Universitas Negeri
Padang yang cerdas
as dan kompetitif.

Pasal 3
Ruang Lingkup
SPAWA ini meliputi ketentuan-ketentuan
ketentuan yang
menyangkut bentuk kegiatan mahasiswa,
penetapan penilaian, tim penilai, kewajiban dan
penghargaan.

BAB II
PENETAPAN ANGKA KREDIT
KEGIATAN
Pasal 4
Kegiatan
Kegiatan adalah segala aktifitas mahasiswa
yang dilakukan berdasarkan tri dharma
pergururuan tinggi yang dibagi lagi dalam
bidang akademik, layanan konseling, organisasi,
penalaran ilmiah, pengabdian masyarakat, minat

278
dan bakat, sosial, beragama dan bernegara,
berneg
kesejahteraan mahasiswa, kewirausahaan, dan
tekhnologi informasi dan komunikasi dalam
lembaga kemahasiswaan yang ada di
Universitas Negeri Padang maupun luar
Universitas Negeri Padang.

Pasal 5
Angka Kredit Kegiatan
Setiap kegiatan yang dilakukan mahasiwa
maha
diberikan satuan kredit yang disesuikan dengan
bidang kegiatan, tingkat atau bobot kegiatan
yang dilakukan, sebagaimana diuraikan dalam
unsur, sub unsur, dan butir pada lampiran surat
keputusan ini.
Pasal 6
Presentase Angka Kredit
Komposisi presentasee angka kredit yang harus
dipenuhi untuk masing-masing
masing kegiatan adalah
sebagai berikut:
1. Sekurang-kurangnya
kurangnya 20% berasal dari bidang
Akademik

279
2. Sekurang-kurangnya
kurangnya 10% berasal dari bidang
Penalaran Ilmiah
3. Sekurang-kurangnya 15% berasal dari
ari bidang
Layanan Konseling
4. Sekurang-kurangnya
kurangnya 10 % berasal dari bidang
Pengabdian Masyarakat
5. Sekurang-kurangnya
kurangnya 10 % berasal dari bidang
Organisasi
6. Sekurang-kurangnya
kurangnya 5% berasal dari total di
luar bidang akademik, penalaran ilmiah,
ilmiah layanan
konseling, pengabdian masyarakat dan
organisasi.
Pasal 7
Pembagian Angka Kredit
(1) Apabila mahasiswa secara bersama-sama
bersama
membuat suatu karya ilmiah/ rancangan, karya
tekhnologi/ rancangan dan karya seni
monumental/ seni pertunjukan, menyadur buku
ilmiah/ mengedit/ menyunting/ melakukan
ulasan/ kritik karya ilmiah, pembagian angka
kredit sbb:
a. 60% bagi penulis utama

280
b. 40% bagi semua penulis lainnya
(2) Penulis utama adalah penanggung jawab utama
yang memprakasai penulisan, pemilik ide
tentang hall yang ditulis, membuat kerangka,
penyusun konsep serta pembuat konsep akhir
dari tulisa tersebut.
(3) Penulis pembantu adalah pnulis lainnya di luar
penulis utama.
BAB III
Penilaian
Pasal 8
Jumlah angka kredit kumulatif yang diperoleh
setiap mahasiswa, dapat dinyatakan dengan
kriteria penilaian sbb:
Klasifikasi Jumlah capaian angka
kredit
Sangat aktif >600
Aktif 301-600
Cukup aktif 101-300
Kurang aktif 50-100

281
Pasal 9
Kewajiban
(1) Seorang mahasiswa diwajibkan untuk dapat
mencapai jumlah angka kerdit sekurang
sekurang-
kurangnya 50 sebelum menempuh ujian akhir
kesarjanaannya.
(2) Jika jumlah angka kredit pada ayat (1) di atas
belum terpenuhi pelaksanaan ujiannya, sarjana
yang bersangkut dapat ditunda sampai angka
krdit SPAWA tersebut terpenuhi.

BAB IV
TIM PENILAI
Pasal 10
(1) Tim penilai angka kredit adalah tim yang
terdiri dari dosen dan atau PNS dan atau
mahasiswa yang dibentuk dan ditetapkan oleh
ketua jurusan yang berwenang yang bertugas
untuk menilai prestasi mahasiswa dalam rangka
penetapan angka kredit mahasiswa.

282
(2) Untuk melaksanakan tugas dimaksud tim
penilai angka kredit mempunyai fungsi sebagai
berikut:
a. Meneliti persyaratan dan bukti-bukti
bukti yang
disyaratkan bagi setiap usul penetapan angka
kredit.
b. Melakukan penilaian terhadap
dap angka-angka
angka
kredit yang diajukan pada setiap usul penetapan
angka kredit mahasiswa.
c. Menyampaikan hasil penilaiannya kepada
dosen/mahasiswa berwenang yang ditunjuk.
d. Melakukan tugas-tugas
tugas lain yang berhubungan
dengan penetapan angka kredit.
(3) Tim penilai angka kredit dibentuk dengan
suatu surat keputusan Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Padang.
(4) Masa jabatan tim penilai 2 (dua) tahun.
(5) Apabila dirasa perlu tim penilai angka kredit
dapat membentuk tim teknis penilai angka
kredit yang dikeluarkan oleh surat keputusan
Dekan,

283
Pasal 11
Syarat dan Tatacara Penilaian Angka Kredit
Mahasiswa
(1) Setiap mahasiswa Universitas Negeri Padang
yang akan dinilai, terlebih dahulu melakukan
penilaian terhadap prestasi kegiatannya
tannya sendiri
sesuai dengan butir kegiatan sebagaimana
tersebut dalam lampiran.
(2) Angka kredit yang telah diisikan ke dalam
formulir tersebut beserta bahan bukti
disampaikan kepada Ketua Himpunan
Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling.
(3) Proses selanjutnya untuk lingkungan:
a. Himpunan Mahasiswa
1. Meneliti kelengkapan dan kebenaran
usul
2. Mengesahkan/menandatangani daftar
kegiatan mahasiswa
3. Meneruskan usul pada Ketua Jurusan
b. Ketua Jurusan
1. Meneliti kelengkapan dan kebenaran
usul

284
2. Mengesahkan/menandatangani daftar
kegiatan
3. Meneruskan usul penentapan angka
kredit mahasiswa tersebut ke Dekan
c. Dekan
1. Mengesahkan/menandatangani daftar
angka kredit mahasiswa
2. Menetapkan angka kredit kegiatan
yang telah diperoleh oleh mahasiswa
3. Menerbitkan sertifikat SPAWA.

BAB V
REWARD, SANKSI DAN PUBLIKASI
Pasal 12
Reward
1. Skor akan ditambah sebanyak 10 poin apabila
dapat menyelesaikan studei akademik tepat
waktu
2. Plakat penghargaan Istimewa diberikan
kepada mahasiswa yang memiliki lebih dari 100
poin pada salah satu bidang
Pasal 13

285
Sanksi
1. Skor akan dikurangi sebanyak 10 poin apabila
terlambat menyelesaikan studi akademik per
semesternya
2. Skorr akan dikurangi sebanyak 10 poin apabila
setiap melakukan perlanggaran terhadap
peraturan yang telah berlaku di UNP

Pasal 13
Publikasi
1. Daftar rincian skor sertifikasi 20 wisudawan/ti
terbaik dapat dipublikasikan melalui Website
UNP
2. Pihak Jurusan mempublikasikan 10 orang
penerima plakat perhargaan serta skor sertifikasi
terbaik pada upacara wisuda dan baliho sekitar
kampus terutama selingkungan fakultas

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN DAN
PENUTUP
Pasal 15

286
Sertifikasi Prestasi dan Aktivitas Mahasiswa
Mahas ini
merupakan petunjuk dan garis kebijakan
pimpinan jurusan Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Padang yang sifatnya wajib untuk diikuti oleh
mahasiswa BK FIP Universitas Negeri Padang.

Pasal 13
Ketentuan-ketentuan sebagaimana yang
tercakup dalam pasal-pasal
pasal dan ayat-ayat
ayat dalam
peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
untuk mahasiswa tahun ajaran 2012/2013 dan
sesudahnya.

Pasal 14
Segala biaya yang timbul dalam kegiatan ini
akan dibebankan pada anggaran yang relevan
r

Pasal 15
Hal-hal
hal yang belum diatur dalam SPAWA ini
akan ditentukan kemudian.

287
Ditetapkan di : Padang
Pada tanggal :

Ketua Jurusan BK FIP UNP

====================

Penetapan dapat dilihat di lampiran.

PENETAPAN ANGKA KREDIT

N Kategori SUB ANGKA


UNSUR BUTIR
O Tridharma UNSUR KREDIT
1 PENDIDI- AKADEMIK 1. a. Kehadiran
KAN Kegiatan 100% per mata 2
kuliah

b. Tugas
lengkap per 2
mata kuliah
c. Aktif diskusi
2
per mata kuliah

d. Catatan
lengkap per 2
mata kuliah

288
e. Penyaji 2

f. Moderator 2

2. a. IPS 3,50-
5
Prestasi 4,00

b. IPK 3,50-
10
4,00
c. Nilai A per
5
mata kuliah
3. a. Lebih dari
25
Capaian 550
skor b. 500-550 20
TOEFL
c. 450-500 15

4. Mengikuti seminar
5
proposal skripsi
LAYANAN 1. a.
60
KONSELING Pelaksana Internasional
layanan b. Nasional 55
konseling
c. Regional 50

d. Provinsi 45

e.
40
Kabupaten

f.
35
Kecamatan

2. Prestasi a.
70
layanan Internasional
konseling b. Nasional 65

c. Regional 60

d. Provinsi 55

e. Jurusan 50

289
3. a.
25
Mengikuti Internasional
kepanitian b.
20
pelatihan/ Nasional
lomba/
c.
pelaksanaan 15
Regional
layanan
d.
konseling 10
Provinsi
e.
Kabupaten/U 5
niversitas
f.
Kecamatan/F 3
akultas
g.
2
Jurusan

4. a.
33
Mengikuti Internasional
Pelatihan b.
28
konseling Nasional
c.
23
Regional

d.
18
Provinsi
e.
Kabupaten/U 13
niversitas

f.
Kecamatan/F 8
akultas

g. 3

290
Jurusan

ORGANISAS 1. a. Tingkat
I Menduduki Universitas
jabatan pada Ø MPM
organisasi UNP
kemahasisw
1) Ketua
aan UNP 25
Umum

2) Ketua
23
Komisi
3)
Anggota 21
Pengawas
4)
Anggota 19
Biro
Ø BEM
UNP

1)
Presiden &
23
Wakil
Presiden
2) Sekum
21
& Bendahara

3)
19
Kementrian

4)
Anggota 17
Pengurus
5)
Anggota 15
Biro

291
Ø UKM

1) Dewan
21
Penasehat

2)
19
Ketua/DPH
3)
Anggota 15
Pengurus
b. Tingkat
Fakultas
Ø BPMF

1) Ketua
Umum & 19
Sekum
2) Ketua
17
Komisi
3)
Anggota 15
Pengurus
Ø BEMF
1) Ketua
Umum & 17
Wakil
2)
Sekretaris & 15
Bendahara
3)
Koordinator 13
Departemen
4)
11
Anggota

292
Pengurus
Ø UKMF
1) Dewan
15
Penasehat
2) Ketua
Umum & 13
DPH
3)
Koordinator 11
Departemen
4)
Anggota 9
Pengurus
c. Tingkat
Jurusan
1) Ketua
13
& DPH
2)
Koordinator 11
Departemen
3)
Anggota 9
Pengurus
2. a. Tingkat
Menduduki Internasional
Jabatan pada Ø DPH 35
Organisasi Ø Anggota
Profesi/Ekst 33
Pengurus
ra Kampus
b. Tingkat
Nasional
Ø DPH 30

293
Ø Anggota
28
Pengurus
c. Tingkat
Wilayah/Reg
ional
Ø DPH 25
Ø Anggota
23
Pengurus
d. Tingkat
Provinsi
Ø DPH 20
Ø Anggota
18
Pengurus
3. a.
Mengikuti Internasional 30

Pelatihan
b. Nasional 28
yang
Berkaitan c. Regional 26
dengan d. Provinsi 24
Organisasi e.
Intra dan Perguruan 22
Ekstra Tinggi
kampus f. Fakultas 20
g. Jurusan 18
4. Menjadi a.
25
Peserta Internasional
Dalam b. Nasional 23
Kegiatan c. Regional 21
yang
d. Provinsi 19
Diadakan
e.
Organisasi 17
Perguruan

294
Ekstra/ Intra Tinggi
Kampus f. Fakultas 15
g. Jurusan 13
h. Angkatan 11
5. a.
Mengikuti Internasional
Kepanitian Ø DPH 30
Ø Anggota 27
b. Nasional
Ø DPH 26
Ø Anggota 23
c. Regional
Ø DPH 22
Ø Anggota 19
d. Provinsi
Ø DPH 18
Ø Anggota 15
e.
Kabupaten/U
niversitas
Ø DPH 14
Ø Anggota 11
f.
Kecamatan/F
akultas
Ø DPH 10
Ø Anggota 7
g. Jurusan
Ø DPH 6

295
Ø Anggota 3
h. Angkatan
Ø DPH 2
Ø Anggota 1
6. Memiliki Daftar Nama,
NIP, No Hp, dan Email
15
Dosen Prodi/Jurusan BK FIP
UNP
7. Memiliki Daftar Nama,
Nim, No HP dan Email 15
mahasiswa se angkatan
8. Memiliki Struktur
Organisasi Kemahasiswaan
15
UNP Beserta Nama
Kepanitiannya
9. Memiliki Biodata
Lengkap Salah Satu Aktivis
15
Mahasiswa Jurusan BK FIP
UNP
10. Membimbing Seorang
20
Junior

MINAT DAN 1. a.
BAKAT Mengikuti Internasional
Kegiatan Ø Juara 50
Bidang
Ø Peserta 45
Minat dan
b.
Bakat
Nasional
Seperti
Olahraga, Ø Juara 45
dan Seni Ø Peserta 40

c.

296
Provinsi

Ø Juara 40

Ø Peserta 35

d.
Fakultas
Ø Juara 35

Ø Peserta 30

e.
Angkatan
Ø Juara 25

Ø Peserta 20

2.
Mengikuti 10
Krida

3.
Mengikuti 15
Inagurasi
SOSIAL, 1. Membayar Infaq
BERAGAMA Mingguan Selama Satu 10
DAN Bulan
BERNEGAR 2. Mengikuti Acara Duka 10
A
3. Mengikuti Acara Suka
10
Cita
4. Menyumbangkan Satu
Buah Buku Ilmiah Yang 10
Berkaitan Dengan BK

5. a. Sebagai
25
Mengikuti Pementor
Mentoring b. Sebagai 10

297
Peserta

6. a.
Mengikuti Internasional
Kegiatan Ø Juara
35
Kerohanian Lomba
Ø Peserta
33
Lomba
Ø
31
Pembicara
Ø
29
Moderator
Ø Peserta
25
Pelatihan

Ø Peserta
23
Acara
b. Nasional

Ø Juara
30
Lomba

Ø Peserta
28
Lomba

Ø
26
Pembicara
Ø
24
Moderator

Ø Peserta
22
Pelatihan

Ø Peserta
20
Acara
c. Regional

Ø Juara 25

298
Lomba

Ø Peserta
23
Lomba

Ø
21
Pembicara
Ø
19
Moderator
Ø Peserta
17
Pelatihan
Ø Peserta
15
Acara
d. Provinsi

Ø Juara
20
Lomba
Ø Peserta
18
Lomba
Ø
16
Pembicara

Ø
14
Moderator

Ø Peserta
12
Pelatihan
Ø Peserta
10
Acara

e.
Kabupaten/
Universitas
Ø Juara
15
Lomba
Ø Peserta 13

299
Lomba

Ø
11
Pembicara

Ø
9
Moderator
Ø Peserta
7
Pelatihan
Ø Peserta
5
Acara
f.
Kecamatan/F
akultas

Ø Juara
10
Lomba
Ø Peserta
8
Lomba
Ø
6
Pembicara
Ø
4
Moderator
Ø Peserta
3
Pelatihan
Ø Peserta
2
Acara
g. Jurusan

Ø Juara
5
Lomba
Ø Peserta
4
Lomba
Ø 4

300
Pembicara

Ø
3
Moderator

Ø Peserta
2
Pelatihan
Ø Peserta
1
Acara
7. a. Nasional
Memperinga Ø Pengisi
ti Kegiatan Acara/ Juara 35
Dalam Lomba
Rangka
Ø Peserta
Memperinga 33
Lomba
ti Hari Besar
Ø Peserta
Nasional 31
Pelatihan
Ø Peserta
Kegiatan 29
Lainnya
b. Provinsi

Ø Pengisi
Acara/ Juara 30
Lomba
Ø Peserta
28
Lomba
Ø Peserta
26
Pelatihan
Ø Peserta
Kegiatan 24
Lainnya

c.

301
Universitas

Ø Pengisi
Acara/ Juara 25
Lomba

Ø Peserta
23
Lomba

Ø Peserta
21
Pelatihan
Ø Peserta
Kegiatan 19
Lainnya
d. Fakultas

Ø Pengisi
Acara/ Juara 20
Lomba
Ø Peserta
18
Lomba
Ø Peserta
16
Pelatihan
Ø Peserta
Kegiatan 14
Lainnya
e. Jurusan

Ø Pengisi
Acara/ Juara 15
Lomba
Ø Peserta
13
Lomba
Ø Peserta
11
Pelatihan

302
Ø Peserta
Kegiatan 9
Lainnya
f.
Angkatan
Ø Pengisi
Acara/ Juara 10
Lomba
Ø Peserta
8
Lomba
Ø Peserta
6
Pelatihan
Ø Peserta
Kegiatan 4
Lainnya
8. a. Pemilu
Mengikuti Ø Pemilu
Pemilu/Mub 20
Legislatif
es
Ø Pemilu
Eksekutif
a)
Walikota/Bu 15
pati

b)
20
Gubernur
c)
25
Presiden
Ø Pemilu
15
BEM UNP
Ø Pemilu
10
BEM FIP

303
UNP

b. Mubes

Ø Mubes
10
HMJ BK

Ø Mubes
Mahasiswa 15
FIP UNP
Ø Mubes
Mahasiswa 20
UNP/UKM
Ø Mubes
Eksternal
kampus

a)
10
Daerah
b)
Regional/Wil 15
ayah
c)
20
Nasional
d)
25
Internasional
KESEJAHTE 1. Penerima Beasiswa
15
RAAN Prestasi Akademik
MAHASISW 2. Menyumbang Iuran
A Untuk Khas HMJ Sekali 15
Setahun
3. memberikan Kenang
Kenang-
kenangan Untuk HMJ BK 15
FIP UNP

304
4. Mengelola Koperasi HMJ
25
BK FIP UNP
5. Membayar Iuran
10
Koperasi Secara Rutin
6. Menjadi Anggota
10
Koperasi HMJ BK FIP UNP
7. Memiliki Pekerjaan
10
Sampingan

KEWIRAUS 1. Lomba a.
AHAAN dan Program Internasional
Mahasiswa Ø Juara 35
Wirausaha
Ø Peserta 30

b. Nasional

Ø Juara 28

Ø Peserta 23

c. Provinsi

Ø Juara 21

Ø Peserta 16

d.
Universitas
Ø Juara 14

Ø Peserta 9

e. Fakultas

Ø Juara 7

Ø Peserta 2

f. Jurusan

Ø Juara 2

Ø Peserta 1

305
2. Memiliki a. Besar
Usaha/ dari 10 50
Pekerjaan Juta/bulan
sendiri b. 5 Juta-9
45
dengan Juta/Bulan
Penghasilan
c. 2 Juta-4
40
Juta/Bulan

d. 500.000-
35
1 Juta/Bulan
e. 200.000-
400.000/Bula 30
n
f. 100.000-
199.000/Bula 25
n
g. 50.000-
20
99.000/Bulan

h. 10.000-
15
49.000/Bulan
i. 5.000-
5
9.000/Bulan
TEKHNOLO 1. Memiliki Email 15
GI
2. Memiliki Akun Jejaring
INFORMASI 20
Sosial
DAN
3. Memiliki Blog 25
KOMUNIKA
SI 4. Memiliki Website 30

5. Menciptakan Program
Komputer yang Berkaitan 35
dengan BK
6. a.

306
Mengikuti Internasional
Perlombaan Ø Juara 35
Bidang
Ø Peserta 30
Tekhnologi,
Informasi b. Nasional

dan Ø Juara 33
Komunikasi Ø Peserta 28

c. Provinsi

Ø Juara 31

Ø Peserta 26

d.
Universitas

Ø Juara 29

Ø Peserta 24

e. Fakultas

Ø Juara 27

Ø Peserta 22

f. Jurusan

Ø Juara 25

Ø Peserta 20

g. Angkatan

Ø Juara 23

Ø Peserta 18

7. a.
Mengikuti Internasional
Workshop/ b. Nasional
Pelatihan
c. Provinsi
dalam
d.

307
Bidang Universitas
Tekhnologi, e. Fakultas
Informasi
f. Jurusan
dan
Komunikasi g.
Angkatan
2 PENELITI PENALARA 1. a.
AN N ILMIAH Mengikuti Internasional
Perlombaan/
Pertemuan
Ø Juara 50
Ilmiah
Ø Peserta
40
Lomba
Ø
45
Pemakalah
Ø Peserta
35
Pertemuan

b. Nasional

Ø Juara 45

Ø Peserta
35
Lomba
Ø
40
Pemakalah
Ø Peserta
30
Pertemuan
c. Regional

Ø Juara 40

Ø Peserta
30
Lomba
Ø
35
Pemakalah

308
Ø Peserta
35
Pertemuan
d. Provinsi

Ø Juara 35

Ø Peserta
25
Lomba
Ø
30
Pemakalah
Ø Peserta
20
Pertemuan

e.
Universitas

Ø Juara 30

Ø Peserta
20
Lomba
Ø
25
Pemakalah
Ø Peserta
15
Pertemuan
f. Fakultas

Ø Juara 25

Ø Peserta
15
Lomba
Ø
20
Pemakalah

Ø Peserta
10
Pertemuan
g. Jurusan

Ø Juara 20

309
Ø Peserta
10
Lomba
Ø
15
Pemakalah
Ø Peserta
5
Pertemuan

2. a. Buku
Menulis dan Ø
Publikasi 100
Internasional
Karya
Ø Nasional 90
Ilmiah
Ø Provinsi 80

Ø
Kabupaten/K 70
ota
b. Artikel

Ø Jurnal
60
Internasional

Ø Jurnal
Nasional 50
Terakreditasi

Ø Jurnal
Nasional
40
Tidak
Terakreditasi
Ø
Majalah/Kor 30
an Nasional
Ø
Majalah/Kor 20
an Lokal

310
Ø
15
Universitas
Ø Fakultas 10

Ø Jurusan 5

c. Esai

Ø
40
Internasional
Ø Nasional 35

Ø Regional 30

Ø Provinsi 25

Ø
20
Universitas
Ø Fakultas 15

Ø Jurusan 10

d. Makalah

Ø
50
Internasional
Ø Nasional 45

Ø Regional 40

Ø Provinsi 35

Ø
30
Universitas
Ø Fakultas 25

Ø Jurusan 20

e.
Penelitian
Ø
60
Internasional

311
Ø Nasional 55

Ø Regional 50

Ø Provinsi 45

Ø
40
Universitas
Ø Fakultas 35

Ø Jurusan 30

3. a.
30
Mengikuti Internasional
Pelatihan/ b. Nasional 25
Workshop
c.
Karya 20
Universitas
Ilmiah
d. Fakultas 15

e. Jurusan 10

4. Menciptakan Alat/
10
Media Layanan Konseling
5. Menciptakan
10
Instrumentasi BK
6. a. Ketua 15
Melakukan b. Anggota
Penelitian 10
Sebagai:
7. a.
40
Menampilka Internasional
n Poster b. Nasional 35
Pada
c. Regional 30
Pertemuan
d.
Ilmiah 25
Universitas
e. Fakultas 20

312
f. Jurusan 15

8. a. Nasional
Pemilihan Ø Juara 50
Mahasiswa
Ø Kandidat 45
Berprestasi
b.
Universitas
Ø Juara 40

Ø Kandidat 35

c. Fakultas

Ø Juara 30

Ø Kandidat 25

d. Jurusan

Ø Juara 20

Ø Kandidat 15

3 PENGABDI 1. a.
30
AN Memberikan Internasional
MASYARA Layanan b. Nasional 25
KAT Kepada
c. Regional 20
Masyarakat
d. Lokal
Tiap
15
Kegiatan
2. a.
35
Memberikan Internasional
Pelatihan b. Nasional 30
Keilmuan
c. Regional 25
Pada
d. Lokal
Masyarakat
Tiap 20
Kegiatan

313
3. a. 75 kali 30
Mendonorka b. 25 kali 25
n Darah
c. 10 kali 20

d. 5 kali 15

Keterangan :
Ini saya rancang ketika masih menjabat sebagai Dewan
Penasehat dan Pertimbangan HMJ BK FIP UNP. Draft
ini sudah diserahkan kepada Ketua Jurusan BK FIP
UNP.

3. Tata Tertib Pemakaian Ruangan di Lingkungan


Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

Peraturan ini telah dibahas dan disepakati


dengan Bapak Dekan FIP UNP. Bahkan sempat
dipasang di beberapa lantai di Gedung FIP UNP yang
baru.

314
TATA TERTIB PEMAKAIAN RUANGAN DI
LINGKUNGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

SELURUH SIVITAS AKADEMIKA DI


LINGKUNGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG, DIWAJIBKAN
UNTUK :
1. MEMELIHARA DAN MENJAGA
KESELAMATAN SERTA KEBERSIHAN
SEMUA SARANA DAN PRASARANA YANG
TELAH DISEDIAKAN.
2. TIDAK DIBENARKAN, UNTUK :
- MERUSAK DAN MELAKUKAN CORET-
CORET
CORETAN DI DINDING MAUPUN KURSI
ATAU PERALATAN LAINNYA.
- DUDUK DI TANGAN KURSI/MEJA SERTA
TANGGA ATAU JALAN YANG BIASA
DILALUI UMUM.

315
- MEMINDAHKAN KURSI/MEJA SERTA
PERALATAN LAIN YANG TELAH
DISEDIAKAN KE LOKASI LAIN.
- MELAKUKAN KEGIATAN BERKAITAN
DENGAN NARKOBA DAN
PSIKOTERAPIKA.
- MELAKUKAN KEGIATAN PERJUD
PERJUDIAN
DAN MINUM-MINUMAN
MINUMAN BERALKOHOL.
- MEMBAWA SENJATA TAJAM, SENJATA
API DI LINGKUNGAN KAMPUS.
- TIDAK DIBENARKAN MAKAN--MINUM
SEMBARANG TEMPAT.
3. SELURUH SIVITAS AKADEMIKA
DIHARUSKAN MEMBUANG SAMPAH PADA
TEMPAT YANG TELAH DISEDIAKAN.

4. SIVITAS AKADEMIKA YANG


MEMANFAATKAN
NFAATKAN RUANGAN BACA DAN
LABORATORIUM COMPUTER,
DIHARUSKAN UNTUK :

316
- MELETAKAN SEPATU SERTA
PERALATAN LAINNYA PADA TEMPAT
YANG TELAH DISEDIAKAN.
- MENJAGA KESOPANAN SERTA
MEMATUHI TATA TERTIB SESUAI
DENGAN ATURAN YANG BERLAKU DI
LABORATORIUM DAN RUANG BACA.
5. MEMBERSIHKAN
EMBERSIHKAN PAPAN TULIS DAN
MERAPIKAN KEMBALI SUSUNAN KURSI
DAN PERALATAN LAINNYA YANG TELAH
DISEDIAKAN SETELAH BERAKHIRNYA
SETIAP KEGIATAN PERKULIAHAN.
6. SELURUH SIVITAS AKADEMIKA DI
LINGKUNGAN FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
PADANG , TIDAK DIBENARKAN
NARKAN UNTUK
MENEMPEL PENGUMUMAN DI
SEMBARANG TEMPAT, BAIK DI DINDING
MAUPUN JENDELA ATAU KACA. SIVITAS
AKADEMIKA DIHARUSKAN MENEMPEL
PENGUMUMAN DI PAPAN PENGUMUMAN
YANG TELAH DISEDIAKAN.

317
7. BAGI CIVITAS AKADEMIKA YANG HENDAK
MENGUMUMKAN SESUATU INFORMASI
KEPADA
ADA SIVITAS AKADEMIKA LAINNYA
BERKAITAN DENGAN TRIDHARMA
PERGURUAN TINGGI MELALUI WEB FIP
UNP, DIHARAPKAN MENGHUBUNGI
SAUDARA IFDIL. S.AG. S.PD. M.PD.
8. PETUGAS AKAN MENERTIBKAN
PENGUMUMAN YANG TIDAK JELAS
ALAMAT/TUJUANNYA SERTA TIDAK
BERKAITAN DENGAN KEGIATAN
GIATAN
TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI DI
LINGKUNGAN FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
PADANG.
9. SETIAP SIVITAS AKADEMIKA DIMINTA
UNTUK MEMATIKAN LAMPU DAN KIPAS
ANGIN/AC, SETELAH BERAKHIRNYA
SETIAP KEGIATAN PERKULIAHAN.
10. MEMELIHARA DAN MENYIMPAN KEMBALI
KEMBAL
MEDIA YANG TELAH DIGUNAKAN DALAM
PELAKSANAAN PERKULIAHAN.

318
11. MEMELIHARA KESOPANAN BAIK DALAM
BERPAKAIAN SERTA BERTINGKAH LAKU,
SESAMA SIVITAS AKADEMIKA LAINNYA
MAUPUN MASYARAKAT UMUM YANG
DATANG BERKUNJUNG KE FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
PADANG.
12. KANTOR SEKRETARIAT ORGANISASI
KEMAHASISWAAN (BPM, BEM, HMJ DAN
LAIN SEBAGAINYA) HANYA
DIPERGUNAKAN UNTUK KEGIATAN
KEMAHASISWAAN SESUAI DENGAN JAM
PERKULIAHAN RESMI YANG TELAH
DITETAPKAN UNIVERSITAS NEGERI
PADANG. BAGI PENGURUS ORGANISASI
KEMAHASISWAAN
AN YANG
MEMANFAATKAN KANTOR SEKRETARIAT
DI LUAR KETENTUAN TERSEBUT,
DIHARUSKAN MEMINTA IZIN KEPADA
PEMBANTU DEKAN II FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
PADANG.

319
13. SELAMA
ELAMA MEMANFAATKAN KANTOR
SEKRETARIAT ORGANISASI
KEMAHASISWAAN FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
AN UNIVERSITAS NEGERI
PADANG, TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK
:
- MEMBUNYIKAN MUSIK DAN SEJENIS
DENGAN VOLUME YANG DAPAT
MENGANGGU KETERTIBAN DI
LINGKUNGAN FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
PADANG.
- MELAKUKAN KEGIATAN YANG
MENGANGGU KETERTIBAN UMUM
SERTA PROSES PEMBELAJARAN DI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG.
- MEMANFAAT KANTOR SEKRETARIAT
UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI DI
LUAR DARI KEPENTINGAN ORGANISASI
KEMAHASISWAAN FAKULTAS ILMU

320
PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
PADANG.
14. PERTANGUNGJAWABAN DIMIN
DIMINTA
KEPADA :
- PEMAKAIAN RUANG KULIAH AKAN
DIMINTA PERTANGGUNGJAWABANNYA
MELALUI KETUA TINGKAT MASING-
MASING
MASING ANGKATAN SETIAP
JURUSAN/PRODI DI LINGKUNGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG.
- PEMAKAIAN RUANGAN SEKRETARIAT
ORGANISASI KEMAHASISWAAN
KEMAHASISWA (BPM,
BEM, HMJ) DIMINTA KEPADA KETUA
BPM, BEM DAN HMJ.
- PIMPINAN FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
PADANG.

321
Padang, 1 Juni 2010
DEKAN Ketua Umum BPM
Fakultas Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu
UNP Pendidikan UNP

Prof. Dr. Firman, MS. Kons Achmad Badaruddin


NIP. 196102251986021001 Nim. 2008.01337

4. SOP BPM FIP UNP 2010

BAB I
PENDAHULUAN

I. 1. PENGANTAR
Setiap organisasi mempunyai serangkaian tujuan
yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misi yang
telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan suatu landasan yang kokoh demi
terbangunnya sistem keorganisasian yang mantap dan

322
solid yang merupakan dasar-dasar
dasar organisasi yang
bersifat fundamental dan kualitatif. Landasan ini
disusun dalam bentuk standar-standar
standar baku tentang
pelaksanaan kegiatan dan keadministrasian BPM FIP
UNP periode 2010-2011.
2011. Oleh karena itu seluruh
pengurus dituntut untuk memahami
emahami dan melaksanakan
dengan sebaik-baiknya
baiknya petunjuk pelaksanaan ini agar
seluruh kegiatan dapat diorganisir secara rapi dan baik
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

I. 2. PENGERTIAN
Petunjuk pelaksanaan kegiatan dan
keadministrasian BPM FIP UNP periode 2010-2011
2010
merupakan pedoman yang berisi deskripsi umum
tentang prosedur pelaksanaan suatu kegiatan dan
keadministrasian yang menjadi landasan dalam setiap
kegiatan yang dilakukan oleh Komisi dan Biro.

I. 3. FUNGSI
A. Memberikan deskripsi umum dan pedoman
dalam
alam melaksanakan kegiatan (perencanaan,
pelaksanaan, pengorganisasian, dan evaluasi)

323
B. Memberikan standarisasi dalam pelaksanaan
kesekretariatan dan administrasi umum BPM
FIP UNP periode 2010-2011
C. Mekanisme kontrol dan pengembangan
organisasi melalui dokumentasi
ntasi semua kegiatan
BPM FIP UNP periode 2010-2011

.
I. 4. TUJUAN
Ψ Seluruh kegiatan keorganisasian dapat berjalan
secara terorganisir dengan tertib dan rapi
sehingga terbentuk suatu profesionalisme
kinerja pengurus BPM FIP UNP periode 2010-
2010
2011
Ψ Seluruh kegiatan keorganisasian dapat
terdokumentasikan dengan baik selama satu
tahun kepengurusan

I. 5. RUANG LINGKUP
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan dan
Keadministrasian BPM FIP UNP periode 2010-2011
2010
ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

324
 Bab I Pendahuluan
 Bab II Sistem Koordinasi dan
Mekanisme Kerja Organisasi
 Bab III Sistem Kerja Panitia kegiatan
 Bab IV Surat menyurat
 Bab V Administrasi Tiap Komisi
 Bab VI Administrasi Kegiatan Insidental
 Bab VII Administrasi Rapat dan Format
Berkas Khusus

BAB II
SISTEM KOORDINASI
INASI INTERN PENGURUS
HARIAN
MEKANISME KERJA ORGANISASI

II. 1. PENGANTAR
Untuk menjalankan fungsi konsolidasi, evaluasi
dan pengembangan maka diturunkan dalam bentuk-
bentuk
bentuk rapat, baik dilakukan dalam lingkup
kepanitiaan dan komisi

325
II. 2. PROSEDUR STANDAR RAPAT
 Pembukaan
 Pembacaan Alquran dan saritilawah
 Konsensus (peraturan selama rapat yang
disetujui oleh semua peserta rapat. Misal :
lamanya rapat, aturan mengemukakan
pendapat, dll.)
 Agenda
 Membuat Dokumentasi baik secara tertulis dan
foto
 Berbagi Ilmu
 Penutupan

II. 3. MACAM RAPAT


Rapat-rapat
rapat yang dilaksanakan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
II. 3. 1. Rapat Kerja
 Rapat kerja adalah Rapat yang membahas
tentang kinerja organisasi yang dihadiri oleh
seluruh pengurus BPM FIP UNP
 Pelaksanaan rapat kerja dilaksanakan
sebanyak tiga kali, yaitu pada awal

326
pembentukan kepengurusan, pertengahan
periode (Triwulan kedua) dan ahir periode
kepengurusan.
 Agenda
Rapat Kerja I
 Pembukaan
 Sosialisasi visi, misi, dan tujuan
organisasi oleh Ketua Umum BPM
Penyampaian pola umum kebijakan
organisasi
 Pembuatan, pembahasan dan penetapan
Program Kerja
 Pembahasan anggaran keuangan

Rapat Kerja II
 Laporan pengurus selama triwulan
pertama
 Evaluasi program dan kinerja pengurus
 Analisis dan pembahasan program
prog
 Rekomitmen pengurus

Rapat kerja III

327
 Laporan pengurus selama triwulan ke-
ke
dua
 Evaluasi program dan kinerja pengurus
 Analisis dan pembahasan program
 Rekomitmen pengurus

Rapat Kerja 1V
 Persiapan Laporan Pertanggung
Jawaban
 Diikuti oleh seluruh pengurus BPM FIP
UNP periode 2010-2011.
II. 3. 2. Rapat Pengurus
 Rapat Pengurus adalah Rapat yang
dihadiri oleh seluruh pengurus dan
inti BPM FIP UNP
 Rapat pengurus dilaksanakan rutin
satu bulan satu kali
 Agenda :
o Silaturahim
o Berbagai informasi tiap
Komisi
o Laporan pengurus

328
o Evaluasi Kinerja

II. 3. 3. Rapat pimpinan


 Rutin dilaksanakan minimal satu bulan sekali
 Agenda :
 Silaturahmi pengurus
 Evaluasi program kerja yang sudah,
sedang dan akan dilaksanakan
 Evaluasi kinerja
 Rekomendasi untuk pelaksanaan
program yang sedang dan akan
dilaksanakan
 Diikuti oleh seluruh Pimpinan yaitu
pengurus utama (Ketum BPM,Sekum,
Bendum) dan pimpinan Komisi.

II. 3. 4. Rapat Komisi


 Rutin dilaksanakan minimal 1 (satu) kali
dalam sepekan
 Agenda:
 Silaturahmi anggota Komisi

329
 Evaluasi proker yang telah dan sedang
berjalan
 Penjadwalan aktivitas Komisi satu
pekan ke depan
 Strategi pencapaian program
 Motivasi dari Ketua Komisi
 Diikuti oleh Ketua Komisi dan seluruh
anggota Komisi
II. 3. 5. Rapat Kepanitiaan
 Dilaksanakan secara Insidental
 Agenda:
 Pembahasan rencana, persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan
kepanitiaan tersebut.
 Diikuti oleh panitia kegiatan, panitia SC, dan
Ketua Komisi yang bersangkutan.
II. 4. MEKANISME KERJA ORGANISASI
II. 4. 1. Pelaksanaan
 Pelaksaan tugas dan wewenang masing-
masing
masing pengurus diatur dalam job
description yang disusun oleh Ketum BPM
II. 4. 2. Hirearki Kepengurusan (Birokrasi)

330
 Hubungan antara Ketua Komisi dan Anggota
Komisi adalah komando sedangkan antar
Anggota Komisi adalah koordinasi

II. 4. 3. Mekanisme Laporan


 Setiap Komisi Wajib melaporkan progress
report pada DPH setiap bulan secara tertulis
 ketua pelaksana wajib melaporkan kegiatan
kepada pengurus utama
 Setiap pengurus yang didelegasikan dan
dibiayai oleh BPM wajib membuat laporan
pada pengurus utama
 Laporan kegiatan dilaporkan dalam format
softcopy

BAB III
SISTEM KERJA
JA PANITIA KEGIATAN
III. 1. PENGANTAR
Sistem kerja panitia ditujukan untuk pelaksanaan
program-program
program BPM FIP UNP periode 2010-2011.
2010
Dalam hal ini akan dibahas 8 (delapan) hal yang
menjadi dasar sistem kerja tersebut, yaitu:

331
1. Jenis kegiatan
2. Perencanaan kegiatan
3. Persiapan kegiatan
4. Pelaksanaan kegiatan
5. Dana kegiatan
6. Evaluasi kegiatan
7. Laporan kegiatan
8. Penyelenggaraan kesekretariatan dan keuangan

III. 2. PEMBAHASAN
III. 2.1. Jenis Kegiatan
1. Kegiatan Rutin
2. Kegiatan Insidental
III. 2.2. Perencanaan Kegiatan
Dalam merencanakan suatu kegiatan maka
dilakukan perencanaan dengan menentukan:
1. Latar Belakang (Pada bagian ini tertuang
rasionalisasi atau alasan perlunya diadakan
kegiatan dan diperkuat dengan analisis
SWOT)
2. Tujuan (Pada bagian ini dicantumkan
tujuan kegiatan. Tujuan kegiatan disusun

332
dalam dua tingkat yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus)
3. Sasaran (Pada bagian ini diuraikan tentang
apa yang menjadi sasaran kegiatan dalam
rangka mencapai tujuan)
4. Peserta (Dijelaskan mengenai siapa yang
akan menjadi pihak/peserta/sasaran dari
kegiatan disertai jumlah peserta, bisa
berupa perkiraan/target)
5. Narasumber (Pada bagian ini dicantumkan
orang yang akan memfasilitasi kegiatan dan
kualifikasinya termasuk lembaga asal nara
sumber)
6. Target (Pada bagian ini dijelaskan
mengenai target-target
target yang akan dicapai
dari pelaksanaan kegiatan )
7. Kepanitiaan (pada bagian ini dijelaskan
siapa dan berapa jumlah panitia)
8. Deskripsi (Dalam bagian ini ditentukan
mengenai pendekatan kegiatan yang akan
digunakan baik dalam segi bentuk,
prosedur, mau pun proses atau dengan kata

333
lain
in teknis yang digunakan untuk mencapai
tujuan kegiatan)
9. Materi kegiatan (Pada bagian ini ditentukan
isi kegiatan atau acara, tujuan dari setiap
bagian dari isi kegiatan)
10. Waktu dan tempat (Pada bagian ini yang
perlu dijelaskan adalah waktu pelaksanaan
kegiatan,
iatan, berapa lama dan tempat serta
perangkat yang akan digunakan)
11. Biaya (Pada bagian ini perlu dijelaskan
mengenai jumlah biaya dan sumber biaya
yang diusulkan secara terinci mengenai
penggunaan biaya tersebut).

III. 2.3. Persiapan Kegiatan


1. Penyusunan proposal dan pengajuannya
 Proposal disusun oleh sekretaris
kepanitiaan, berkoordinasi dengan
Kesekretariatan.
 Sistematika pembuatan proposal kegiatan
1) Latar Belakang

334
Bagian ini berisi latar belakang
perlunya digelar kegiatan
kemahasiswaan yang diajukan.
2) Landasan Kegiatan
Di bagian ini dicantumkan undang-
undang
undang, Kebijakan-kebijakan
kebijakan serta
pedoman tertulis yang relevan
melandasi kegiatan yang akan
diselenggarakan.
3) Nama Kegiatan
Di bagian ini disebutkan nama atau
judul kegiatan yang akan
diselenggarakan.
4) Tema kegiatan
Dibagian ini dirumuskan tujuan
esensial tematis kegiatan.
5) Tujuan Kegiatan
Di bagian ini dirumuskan tujuan yang
langsung dan konkret. Bisa juga
dirumuskan dua jenis tujuan, yakni
tujuan umum dan tujuan khusus
kegiatan.

335
6) Sasaran Kegiatan
Pada bagian ini dirumuskan hal-hal
hal
yang menjadi sasaran kegiatan dalam
rangka mendukung pencapaian
tujuan.
7) Waktu dan tempat
Di bagian ini dijelaskan tentang
lamanya waktu kegiatan dan tempat
yang akan digunakan. Tempat
pelaksanaan kegiatan merujuk pada
fasilitas ruangan, lapangan dan
sebagainya. Sebaiknya diusahakan
agar dalam penetapan waktu
penggunan tempat tidak terjadi
bentrokan dengan kegiatan lain.
8) Materi Kegiatan
Pada bagian ini dijelaskan bentuk dan
ruang lingkup kegiatan yang akan
digelar, dalam
m hal ini dicantumkan
juga pengisi materi kegiatan.
9) Jadwal acara/kegiatan

336
Dalam penyusunan jadwal acara
sebaiknya tercakup urutan kegiatan
mulai dari persiapan hingga
pelaksanaan.
Dalam hal ini diperinci pula secara
spesifik urutan/susunan acara dan
para pelaksana yang terkait dengan
dalam kegiatan tersebut.
10) Anggran Biaya
Dalam menyusun anggaran,
sebaiknya didasarkan kepada rincian
kegiatan yang sesuai dengan tujuan
program yang akan dipakai, sehingga
akan memperlihatkan kebutuhan
anggaran secara realistis.
is.
Sumber dan besar dana harus
dijelaskan secara lengkap agar mudah
diketahui sumber dan besar
pengalokasian biaya.
Sumber dana kegiatan
kemahasiswaan adalah sebagai
berikut :

337
a) Iuran Kemahasiswaan
b) Sponsor, donatur, dan sumber lain
yang halal dan tidak mengikat
ngikat
11) Susunan Kepanitiaan
a) Pelindung
Tingkat Universitas : Rektor
Tingkat Fakultas : Dekan
b) Pembimbing
Tingkat Univesitas : Pembantu
Rektor
III
Tingkat Fakutas : Pembantu
Dekan
III
c) Penanggung jawab
Tingkat Universitas :
Ketua MPM
Tingkat Fakultas :
Ketua BPM FIP UNP
d) Panitia Pelaksana
Panitia Pelaksana terdiri atas
unsur ketua, wakil ketua,

338
sekretaris, bendahara dan seksi-
seksi
seksi sesuai kebutuhan. Personil
panitia pelaksana disertakan
nama lengkap, NIM dan
angkatan.
12) Anggaran Biaya (rekapitulasi
tiap seksi)
13) Penutup
14) Lampiran
a) Lembar pengesahan
b) Bentuk kerjasama
c) Rincian detail dana
d) Grafik/bagan atau keterangan
lain yang diperlukan
 Proposal disusun pada kertas ber-kop
ber
kepanitiaan dan berlogo BPM FIP UNP
dengan header/footerr panitia
 Penandatanganan Proposal
Proposal BPM FIP UNP ditandangani oleh
panitia (sekretaris dan Ketua Pelaksana)
disetujui oleh Koordinator komisi dengan

339
sepengetahuan Ketua Umum BPM FIP
UNP dan Pembantu Dekan III
 Proposal disusun minimal rangkap 2 (dua)
:
1) Arsip BPM FIP UNP
2) Keperluan panitia
2. Persiapan teknis
 Rapat panitia
 Perencanaan waktu
 Pembagian tugas
 Koordinasi seluruh elemen pelaksana dan
pihak-pihak luar yang terlibat
 Pemanfaatan papan atau buku untuk
koordinasi
Format Persiapan Kegiatan/ Time
Schedule
N WAKTU/tgl P
AGENDA SARANA
O 1 2 3 4 5 6 dst J

340
Catatan : disusun pada awal perencanaan oleh
ketua pelaksana dan dijabarkan pada rapat
panitia yang pertama.
III. 2.4. Pelaksanaan Kegiatan
1. Kegiatan yang dilaksanakan harus sesuai
dengan rencana yang sudah dipersiapkan
2. Koordinator yang berhubungan harus
memantau jalannya acara dan mencatat
hal-hal
hal yang dianggap penting

Format Pelaksanaan Kegiatan


N Waktu & P
Kegiatan Sarana Petunjuk teknis kegiatan
o tempat J

Catatan : dijabarkan pada rapat terakhir panitia


sebelum kegiatan dilaksanakan, oleh ketua
pelaksana dan panitia.
III. 2.5. Dana Kegiatan

341
1. Bendahara Kegiatan mengajukan rencana
anggaran kegiatan ke Bendahara Umum.
2. Panitia kegiatan melakukan koordinasi
dengan Pengurus komisi lain dalam
mendapatkan dana kegiatan dari luar
usaha sendiri atau donatur, dan dengan
Bendahara Umum dalam mendapatkan
dana dari kas BPM FIP UNP
III. 2.6. Evaluasi Kegiatan
1. Mengevaluasi kegiatan dari mul
mulai
perencanaan sampai pelaksanaan.
2. Membahas penyimpangan-penyimpangan
penyimpangan
yang terjadi.
3. Menilai pencapaian tujuan dengan
membandingkan pelaksanaan kegiatan
dengan kriteria keberhasilan berupa target
yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Memberi saran-saran untuk pelaksanaan
elaksanaan
kegiatan sejenis diwaktu mendatang.
Format Evaluasi Kegiatan
N Waktu & Rancana P
Agenda Realisasi
o tempat Awal j

342
Catatan : Pasca kegiatan ditujukan untuk
mengevaluasi kegiatan dan menyusun laporan
kegiatan. Disusun setelah kegiatan selesai.
III. 2.7. Laporan Kegiatan
1. Setelah selesai pelaksanaan kegiatan,
panitia kegiatan wajib menyusun laporan
pertanggungjawaban dan Surat
pertanggungjawaban dengan bantuan
/konsultasi dengan kestari dan Bendahara
Umum.
2. Ketua pelaksana melaporkan kegiatan
kegi
kepada Ketua BPM FIP UNP dalam
bentuk lisan.
3. Secara khusus disampaikan pula laporan
keuangan kegiatan kepada Bendahara
Umum
4. Laporan Keuangan Komisi dilaporkan
kepada Ketua Umum BPM FIP UNP
melalui Bendahara Umum

343
5. Laporan tersebut harus sudah sampai ke
tangan Kestari paling lambat 2 (dua)
minggu setelah pelaksanaan. dengan
lampiraqn sebagai berikut
i. Bukti transaksi pengeluaran
ii. Daftar hadir peserta dan panitia
iii. Administrasi dan arsip surat
menyurat
iv. pamflet dan hasil dokumentasi

6. Format Laporan Kegiatan

Laporan kegiatan ..... (nama kegiatan)


Komisi (PJ kegiatan) ..... BPM FIP UNP

I. Pendahuluan : ______________________
II. Nama Kegiatan : ______________________
III. Tujuan Kegiatan : ______________________
IV. Waktu dan Tempat: ______________________
V. Peserta Kegiatan : ______________________
VI. Nara Sumber Kegiatan: ______________________
VII. Gambaran Kegiatan: ______________________
(persiapan, pengorganisasian dan pelaksanaan)
VIII. Hambatan-hambatan & Evaluasi :
______________________

344
IX. Rekomendasi Kegiatan :
______________________
X. Lampiran-lampiran : (Susunan
Kepanitiaan, Susunan acara, Realisasi Anggaran
Biaya, Bukti transaksi pengeluaran, Daftar hadir
peserta dan panitia, administrasi dan arsip surat-
surat
menyurat, famplet, materi
ateri dari pengisi acara,
Proposal dan hasil dokumentasi)
XI. Hari, Tgl. Bulan, Tahun Laporan :
_____________________
XII. Lembar Pengesahan :
_____________________

III. 2.6. Penyelenggaran Kesekretariatan dan


Keuangan
1. Penyelenggaraan kesekretariatan dan
keuangan merupakan hal yang wajib
dilaksanakan oleh panitia kegiatan sesuai
dengan petunjuk yang berlaku.
2. Hal Ini menjadi tanggung jawab sekretaris
panitia dan dianjurkan berkonsultasi
dengan Kestari dan Bendahara Umum.

BAB IV
SURAT MENYURAT

345
IV. 1. PENGANTAR
Berkas suratt dan atau yang berhubungan dengan
surat menyurat disusun berdasarkan klasifikasi dan
penomorannya. Yang bertanggung jawab mengatur
penyusunan dan pengelolaan berkas adalah Biro
Kesekretariatan.
IV. 2. Pedoman Teknis Penyusunan
1. Berkas disusun berdasarkan klasifikasi
asi berkas
dan penomoran
2. Untuk setiap klasifikasi yang sama harus
disusun daftar masing-masing
masing berkas untuk
memudahkan penomoran dan pencarian ulang
3. Harus ada manual sistem pengarsipan untuk
pegangan pengurus Kestari yang
menanganinya.
4. Setiap dokumen, surat,
rat, formulir, ataupun kertas
serta berkas lainnya hendaknya disediakan
tempat tertentu dimana dapat disimpan dengan
baik dan sedapat mungkin pada tempat yang
terdekat dengan pengurus atau orang yang
paling sering menggunakannya.
IV. 3. Macam Berkas

346
Macam berkas dibedakan berdasarkan klasifikasi
dan fungsinya.
Berdasarkan klasifikasi dibedakan atas:
1. Surat Masuk
Surat masuk dicatat dan diarsipkan pada
buku kendali surat masuk oleh
Kesekretariatan.
 Adanya penyortiran oleh biro Kestari
apakah jenis surat
urat organisasi, pribadi atau
lainnya.
 Surat asli harus diarsipkan dalam bentuk
file digital pada folder tiap komisi di
BPM FIP UNP, dan berkas print out pada
folder tiap komisi. Bila diperlukan oleh
divisi/komisi atau pengurus, surat
tersebut dapat disusun
n salinannya.
 Pencatatan surat dengan poin-poin
poin yang
dicantumkan yaitu:
a. Nomor urut
b. Tanggal penerimaan surat
c. Nama dan alamat pengirim
d. Tanggal dan No. Surat

347
e. Perihal
f. Pihak yang dituju
g. Lampiran
h. Keterangan
 Sistematika buku kendali surat masuk :
(format terlampir)
Format Buku Registrasi Surat Masuk
N Tgl Pengirim Tgl dan Hal Tujuan Lamp Ket
o Masuk dan No Surat
Alamat

 Penyampaian Surat
Setelah dicatat dalam format diatas, lalu
diparaf, distempel tanggal (bila ada) atau
diberi ket. Tanggal penerimaan,
kemudian difotocopy/disposisi, lalu
disampaikan kepada pihak yang
bersangkutan.
 Penindaklanjutan Surat
Bila pihak/komisi yang bersangkutan
perlu membuat surat balasan, maka
disusun oleh Biro Kestari dengan

348
persetujuan pihak/komisi yang
bersangkutan
 Penyimpanan Surat
a. Disimpan oleh Biro Kestari (surat asli
untuk arsip)
b. Pihak/komisi yang bersangkutan
(difotocopy)

2. Surat Keluar
 Pembuatan Surat
Surat yang ditujukan kepada pihak luar/
surat balasan, maka disusun oleh Biro
Kestari dengan persetujuan
pihak/komisi
ihak/komisi yang bersangkutan.
 Pencatatan Surat
a. Nomor urut
b. Tanggal keluar surat
c. Nama dan alamat tujuan
d. Tanggal dan No. Surat
e. Perihal
f. Lampiran
g. Keterangan

349
Format Buku Registrasi Surat Keluar
No Tgl Keluar Tujuan Tgl dan No Surat Hal Lamp Ket

 BPM FIP periode 2010


2010-
2011mengeluarkan 2 (dua) macam surat
yang terdiri dari :
1. Surat Khusus (Surat yang
dikeluarkan oleh ketua BPM FIP
Periode 2008-2009)
2009) yang memuat
urutan sebagai berikut:
a. Menimbang
b. Mengingat
c. Memperhatikan
d. Memutuskan
e. Menetapkan
2. Surat Umum
Surat umum terdiri dari Surat
Ekstern (keluar) BPM FIP periode
2010-2011
2011 Dan Surat Intern (ke
dalam) BPM FIP periode 2010-
2010

350
2011. Perihal Surat Umum
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Surat permohonan
b. Surat tugas
c. Surat berita acara
d. Surat perjanjian
e. Surat rekomendasi
f. Surat perintah
g. Surat pengantar
h. Surat undangan
i. Surat pemberitahuan
j. Surat pengambilan dana
k. Surat usulan
l. Surat penghargaan
m. Surat keterangan
n. Surat pernyataan
o. Surat kuasa
p. Surat ucapan selamat
q. Surat balasan
IV. 4. Ketentuan Pembuatan Surat
 Surat disusun dan/atau seizin Biro Kestari

351
 Surat keputusan disusun oleh kesekretariatan
atas persetujuan BPM FIP periode 2010-2011.
2010
 Surat disusun dalam kertas yang ber-kop
kop BPM
FIP dan amplop ber-kop
kop BPM FIP bila
diperlukan. Surat yang ditujukan ekstern BPM
FIP harus
arus menggunakan kop surat yang asli
sedangkan surat yang ditujukan intern BPM
FIP dapat difotokopi.
 Kop surat mencantumkan alamat sekretariat
selengkap mungkin dibagian bawah nama
organisasi
 Penggunaan kertas harus standar (jenis, ukuran,
berat)
 Amplop surat
rat pada umumnya mencantumkan
logo, nama dan alamat BPM FIP yang didisain
senada dengan kop dan ukuran standar amplop
kepengurusan.
 Setiap surat keluar harus disusun rangkap 2
(dua), yaitu untuk arsip BPM FIP dan untuk
disampaikan ke alamat yang di tuju.

352
 Setiap
etiap surat keluar harus dibubuhkan tanda
tangan Ketum BPM FIP dan diberi stempel
BPM FIP UNP.
 Stempel harus disimpan dan tidak boleh
disalahgunakan karena menyangkut nama
organisasi. Stempel juga boleh disusun oleh
kepanitiaan-kepanitiaan besar.
IV. 5. Faktor Pendukung
ndukung Kesekretariatan
1. Sumber Daya Manusia
 Personel yang terlibat adalah Sekum, biro
kesekretariatan dan sekretaris kegiatan.
Peralatan/perangkat:
 Rak/lemari untuk menyimpan folder
 Perangkat komputer/alat simpan digital
 ATK
 Papan tulis
 Perlengkapan kebersihan
 Alat komunikasi

IV. 6. Format Penomoran Surat


A/B/C/D/E/F/G/H
A = Nomor Surat (harus berurutan)

353
B = Kode Berkas Surat
C = Ruang Lingkup Surat
D = Pihak yang mengeluarkan
E = Kode BPMF
F = Kode Universitas
G = Kode bulan pada saat mengeluarkan surat
(menggunakan angka romawi)
H = Kode tahun mengeluarkan surat
Keterangan:
A = Nomor Surat (segala aktivitas pembuatan
surat harus diketahui dan dilaporkan kepada
staf kesekretariatan).
B = Kode berkas surat
Jenis surat yang digunakan oleh pengurus
penguru BPM
FIPadalah:
 PH = Surat Permohonan
 TG = Surat Tugas
 BA = Surat Berita Acara
 PJ = Surat Perjanjian
 RD = Surat Rekomendasi
 PR = Surat Perintah
 PT = Surat Pengantar

354
 UND = Surat Undangan
 PB = Surat Pemberitahuan
 AD = Surat Pengambilan Dana
 UL = Surat Usulan
 PG = Surat Penghargaan
 KT = Surat Keterangan
 PN = Surat Pernyataan
 KA = Surat Kuasa
 US = Surat Ucapan Selamat
 BL = Surat Balasan
 KP = Surat Keputusan
 PJ = Surat Peminjaman

C = Lingkup Surat:
A : Surat ditujukan untuk pengurus (internal)
BPM FIP
B : Surat ditujukan untuk ormawa/lembaga Intra
Kampus
C : Surat ditujukan untuk ormawa/lembaga
Ekstra Kampus
D = bagian yang mengeluarkan surat

355
Pihak yang mengeluarkan surat ditandai dengan
kode sebagai berikut:
Ketum = surat yang di keluarkan Ketum BPM
FIP
DPH = Surat dikeluarkan oleh, Sekretaris
Umum, staf Kesekretariatan dan Infokom
serta Bendahara Umum
Kom A = Komisi A
Kom B = Komisi B
Kom C = Komisi C
Kom D = Komisi D
KSTR = Biro Kestari
E = Kode lembaga
Dalam hal ini BPM FIP dikodekan BPM FIP UNP
F = Kode Universitas
Dalam hal ini Universitas Negeri Padang
dikodekan H35
G = Kode bulan saat mengeluarkan surat
(menggunakan angka romawi)
H = Kode tahun pada saat mengeluarkan surat
Contoh:
1. Surat yang ditujukan untuk pengurus BPM FIP

356
Misalnya surat undangan
n yang dikeluarkan oleh
staf kesekretariatan untuk pengurus BPM FIP.
Nomor : 01/UND/KSTR/A/ BPM FIP
UNP/H.35/II/2010
2. Surat yang ditujukan untuk ormawa/lembaga
Intra Kampus.
Misalnya pemberitahuan yang dikeluarkan oleh
Komisi A untuk ormawa/lembaga di
Universitas Negeri Padang.
Nomor : 02/PB/B/Kom A/BPM FIP
UNP/H.35/XII/2010
3. Surat yang ditujukan untuk ormawa/lembaga
Ekstra Kampus.
Misalnya Surat Permohonan bantuan dana yang
dikeluarkan Komisi D untuk Pemerintah.
Nomor : 03/PH/C/Kom D/BPM
F/H.35/I/2010
● Surat Kepanitiaan
i. Format Surat
A/B/C/D/E/F/G/H
Keterangan:

357
A= Nomor Surat (disusun secara berurutan
per kegiatan dan dilaporkan kepada
staf kesekretariatan)
B = Kode Berkas Surat
C = Ruang Lingkup Surat
D = Panitia yang mengeluarkan
E = Kode BPM FIP
F = Kode UNP
G = Kode Bulan pada saat mengeluarkan
surat
(menggunakan angka romawi)
H = Kode Tahun mengeluarkan surat
ii. Pengarsipan surat kepanitiaan
a. Surat Keluar disusun oleh sekretaris
panitia pada kertas yang berlogo
kepanitiaan atau jika tidak ada, disusun
pada kertas berkop BPM FIP.
b. Tanda tangan surat
1) Intern BPM FIP cukup
ditandatangani oleh Ketua dan
Sekretaris panitia.

358
2) Ekstern BPM FIP ditandatangani oleh
Sekretaris panitia, Ketua panitia dan
Ketua BPM FIP.
c. Penomoran surat disesuaikan dengan
penomoran
ran surat kepanitiaan tersebut.
d. Semua surat harus diarsipkan oleh
sekretaris panitia dan disertakan pada
laporan kegiatan.
Contoh Surat Kepanitiaan:
Komisi B, membuat surat undangan
untuk melaksanakan Pemilu bagi salah satu
ketua HMJ, maka
Nomor suratnya :
04/UD/B/Pemilu/BPM FIP
UNP/H.35/IV/2010
IV. 7. Wewenang Pembuatan Surat
1. Pihak yang membuat
 Surat umumnya disusun oleh biro
kesekretariatan. Tapi bisa saja komisi
membuat surat sendiri dengan memberitahu
kestari untuk meminta no surat.

359
 Dalam momen tertentu, kepanitiaan besar
biasanya memiliki kestari sendiri dalam hal
ini biro kestari hanya mengontrol saja.
2. Pihak yang Menandatangani
 Surat Keputusan (yang ditandatangani oleh
Ketum BPM FIP UNP)
 Surat kepada pihak luar organisasi lingkup
intra kampus yang bersifat
at umum misalnya
surat permohonan izin, surat undangan
ditandatangani oleh Ketum BPM FIP UNP
atau Sekretaris Umum dan Ketum BPM FIP
UNP atau Ketua Pelaksana kegiatan dan
Ketum BPM FIP UNP
 Bersifat mengikat dalam suatu
hubungan kerjasama, ditandatangani
oleh
h ketua pelaksana, Ketum BPM FIP
UNP dan pejabat yang berwenang.
 Ucapan terimakasih atas
sumbangan/partisipasi/sponsor/bantuan
lain ditandatangani sekretaris umum dan
Ketum BPM FIP UNP

360
 Surat ijin kegiatan kepada
pejabat/birokrat kampus yang
berwenang, suratt ditandatangani oleh
sekretaris kegiatan, ketua pelaksana dan
Ketum BPM FIP UNP

BAB V
ADMINISTRASI TIAP KOMISI

V. 1. PENGANTAR
Menjaga ketertiban dan kerapian administrasi
merupakan tugas Biro Kesekretariatan (Kestari) untuk
menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban
organisasi tentang perencanaan, dan penyelenggaraan
program organisasi serta untuk menyediakan bahan
pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan organisasi.

V. 2. PETUNJUK ADMINISTRASI TIAP


KOMISI
V. 2.1. Berita Acara Rapat Komisi
Setiap Komisi melakukan
an rapat maka wajib
membuat berita acara rapat Komisi.

361
Sistematika Berita Acara rapat Komisi:
 Judul (sesuai nama komisi)
 Tempat, tanggal
 Waktu
 Ketua Rapat
 Notulen
 Peserta
 Agenda Rapat
 Hasil rapat
Berita Acara Rapat bidang diserahkan ke
Kesekretariatan sebagai lampiran laporan
bulanan tiap komisi.
V. 2.2. Laporan Bulanan Tiap Komisi
1. Setiap Sekretaris komisi wajib membuat
laporan bulanan secara tertulis, yang
diserahkan kepada Sekum untuk
selanjutnya diarsipkan Biro
Kesekretariatan.
2. Laporan Bulanan diketik rapi dengan
d
sistematik laporan berikut:
I. Pendahuluan
II. Laporan perkembangan kegiatan bidang

362
 Umum (Deskripsi secara
keseluruhan )
 Per kegiatan
III. Laporan keuangan (pemasukan dan
pengeluaran) :
 Umum
 Per kegiatan
IV. Evaluasi
 Umum
 Per kegiatan
V. Saran
VI. Lampiran:
 Berita Acara rapat bidang
3. Laporan bulanan disusun rangkap 2 (dua)
sebagai arsip BPM FIP UNP dan untuk
dipublikasikan ke pengurus BPM FIP UNP
lainnya. Laporan dikumpulkan dalam
bentuk print out dan file dalam disket
kecil/flasd disk.
V. 2.3. Laporan Akhir Tiap Komisi

363
1. Di akhir kepengurusan setiap komisi wajib
membuat laporan akhir komisi secara
tertulis
2. Laporan akhir tiap komisi diketik rapi
dengan sistematika laporan sebagi berikut:
i. Pendahuluan
ii. kondisi objektif
iii. Deskripsi Tugas
iv. Program
v. Realisasi program
vi. Evaluasi (termasuk sebab-sebab
sebab tidak
terlaksananya sebuah/beberapa
program).
vii. Saran (solusi yang ditawarkan untuk
kendala-kendala
kendala yang dihadapi selama
masa kepengurusan, termasuk saran
agar rencana kerja yang tidak
terlaksana
ana pada periode ini dapat
dilaksanakan pada periode
kepengurusan berikutnya).
viii. Rekomendasi (terkait dengan struktur
organisasi dan sistem serta program

364
yang ditawarkan untuk
direkomendasikan dalam menangani
sektor yang harus dikembangkan pada
bidang yang bersangkutan di periode
kepengurusan berikutnya).
3. Laporan akhir komisi diserahkan kepada
Sekum 3 (tiga) minggu sebelum RAKER
dilaksanakan. Laporan dikumpulkan dalam
bentuk softcopy.

BAB VI
ADMINISTRASI KEGIATAN INSIDENTAL

VI. 1. PENGANTAR
Kegiatan-kegiatan
atan yang bersifat insidental
penting diadakannya pengarsipan agar
terselenggaranya evaluasi bulanan secara rutin sebagai
mekanisme kontrol dan pengembangan organisasi
melalui dokumentasi semua kegiatan BPM FIP UNP
periode 2010-2011
PETUNJUK ADMINISTRASI KEGIATAN
INSIDENTAL

365
VI. 2.1. Proposal Kegiatan
 Proposal disusun oleh sekretaris panitia,
berkoordinasi dengan Kesekretariatan.
 Sistematika pembuatan proposal
kegiatan :
i. Latar Belakang
ii. Landasan/ dasar pemikiran
iii. Maksud dan Tujuan Kegiatan
iv. Jenis/ bentuk dan nama kegiatan
v. Tempat dan Waktu pelaksanaan
vi. Pelaksana dan sekertaris pelaksana
vii. Susunan Kepanitiaan:
 Pembina
 Penanggung jawab
 Panitia Pelaksana (nama lengkap,
NIM dan angkatan)
viii. Anggaran Biaya (rekapitulasi tiap
seksi)
ix. Penutup
x. Lampiran
 Lembar pengesahan
 Bentuk kerjasama

366
 Rincian detail dana
 Grafik/ bagan atau keterangan lain
yang diperlukan
 Proposal disusun pada kertas ber-kop
ber
kepanitiaan dan berlogo BPM FIP UNP
dengan header/footer panitia
 Proposal ditandatangani oleh:
1. Ketua panitia
2. Ketua Umum BPM FIP UNP
3. PD III FIP UNP
 Proposal disusun minimal rangkap 2
(dua):
1. Arsip BPM
2. Keperluan panitia
VI. 2.2. Surat Menyurat
1. Surat keluar disusun oleh sekretaris panitia
pada kertas yang berlogo kepanitiaan
2. Tanda tangan surat :
i. intern BPM FIP UNP cukup
ditandatangani oleh Ketua da
dan
Sekretaris Panitia.

367
ii. Ekstern BPM FIP UNP ditandatangani
oleh Sekretaris panitia, Ketua panitia,
dan Ketum,BPM FIP UNP.
3. Penomoran surat disesuaikan dengan
penomoran surat bidang yang membawahi
kepanitiaan tersebut. Nomor surat dapat
dilihat pada buku kendali surat keluar.
4. Semua surat harus diarsipkan oleh
Sekretaris Panitia dan disertakan pada
laporan kegiatan.
VI. 2.3. Laporan Kegiatan
1. Panitia wajib membuat laporan kegiatan
dan diserahkan paling lambat 2 (dua)
minggu setelah kegiatan selesai kepada
Sekjen, untuk
tuk kemudian diarsipkan oleh
kestari.
2. Sistematika Laporan Kegiatan:
i. Pendahuluan berisi tentang sekilas
kegiatan
ii. Persiapan kegiatan (umum dan tiap
seksi)

368
iii. Pelaksanaan kegiatan (umum dan tiap
seksi)
iv. Laporan keuangan
v. Evaluasi dan Saran (umum dan tiap
seksi)
vi. Lampiran:
 Hasil publikasi dan dokumentasi
(poster, pamflet, leaflet, brosur,
kaset rekaman, kaset
handycam/video)
 Arsip surat
 Proposal
 Bukti pembayaran yang sah
 Berkas-berkas
berkas penting lainnya
(biodata peserta, absensi kegiatan,
curruculum vitae pembicara,
angket, dan lain-lain)
lain) yang disusun
dalam map rapi dan sistematis.

BAB VII
ADMINISTRASI RAPAT FORMAT BERKAS
KHUSUS

369
VII. 1. PENGANTAR
Administrasi rapat ini digunakan sebagai
ukuran kemajuan kerja bidang selama masa
kepengurusan. Hasil-hasil rapat, selain diketahui oleh
pengurus yang terlibat pada rapat tersebut juga
dimungkinkan semua pengurus BPM FIP UNP dapat
mengetahui hasiL rapat tersebut.
VII. 2. PEMBAHASAN
VII. 2.1. Pimpinan Rapat
1. Rapat Pimpinan dipimpin oleh Ketum BPM
FIP UNP atau Sekum BPM FIP UNP atau
pengurus yang
g diberikan wewenang.
2. Rapat Komisi dipimpin oleh Ketua Komisi
atau anggota Komisi yang diberikan
wewenang.
3. Rapat Kepanitiaan dipimpin oleh Ketua
Panitia, didampingi oleh Panitia SC, Ketua
komisi dan Sekretaris Komisi yang terkait.

VII. 2.2. Undangan Rapat

370
1. Undangan Rapat pimpinan disusun oleh
Sekretaris Umum diserahkan kepada setiap
pimpinan komisi.
2. Undangan Rapat Pengurus harian disusun
oleh Kestari dan diserahkan kepada setiap
pengurus harian dan Kabid/Sekbid, untuk
selanjtnya diteruskan ke anggota bidang.
bida
3. Undangan Rapat bidang disusun oleh
sekbid dan diserahkan kepada setiap
anggota bidang.
4. Undangan rapat Kepanitiaan disusun oleh
Sekretaris Panitia dan diserahkan kepada
anggota panitia.
VII. 2.3. Berita Acara Rapat
1. Berita Acara Rapat pimpinan disusun oleh
sekretaris jendral.
2. Berita Acara rapat komisi disusun oleh
anggota yang diberi wewenang
menjalankan fungsi kesekertarisan di
komisi.
VII. 3. FORMAT BERKAS KHUSUS
VII. 3.1. Surat Keputusan

371
Setiap surat keputusan yang dikeluarkan
oleh BPM FIP UNP yang memuat urutan-urutan
urutan
sebagai berikut:
1. Menimbang
2. Mengingat
3. Memperhatikan
4. Memutuskan
5. Menetapkan

VII. 3.2. Formulir Pendaftaran


 Formulir pendaftaran anggota atau
pengurus baru BPM FIP UNP disesuaikan
dengan kebutuhan dan tuntutan.
VII. 3.3. Surat Perjanjian
Surat Perjanjian ini berisi tentang kerja
sama antara BPM FIP UNP Periode 2010 dengan
pihak-pihak lain. Hal-hal
hal yang harus tercantum
dalam surat perjanjian adalah sebagai berikut:
1. Pihak-pihak
pihak yang terikat dengan
perjanjian
2. Isi perjanjian
3. Nilai Kontrak

372
4. Penyelesaian Perselisihan
5. Tanda tangan diatas materai.

Lampiran 1
VISI, MISI DAN TUJUAN
BPM FIP UNP 2010-2011
2011
Visi
Terwujudnya iklim kemahasiswaan yang inspratif,
kondusif, dinamis, dan mandiri serta iklim akademis
yang sehat akan terbinanya sikap kritis,analitis,
objektif, dan bertaqwa
ertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Yang
Maha Esa demi terciptanya organisasi mahasiswa
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
yang teladan, ideal, intelektual dan religius.

Misi
 Mewujudkan suasana kehidupan kampus yang
religius untuk peningkatkan kualitas keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Mewujudkan kehidupan kampus FIP UNP
sebagai kampus teladan, berkepribadian,

373
dinamis, kreatif, dan mampu memfilter arus
globalilasasi.
 Mewujudkan eksistensi dan independensi
ORMAWA FIP UNP
 Mewujudkan
kan kesejahteraan mahasiswa FIP
UNP secara umum
 Mewujudkan sistem dan iklim akademik yang
demokratis, bermutu dan berketerampilan
 Mewujudkan kehidupan politik mahasiswa
yang berdaulat, bermartabat, bebas dan proaktif
bagi kepentingan ORMAWA FIP UNP
 Mewujukan
an sistem pemerintahan yang
demokratis
 Mewujudakan ukuwah silaturahmi yang
harmonis antar civitas akamdemka baik
jurusan, fakutas, maupun unversitas.
 Mewjudkan kampus FIP UNP bebas korupsi,
kolusi, dan nepotisme

Tujuan
1. Persfektif Stakeholder

374
 Meningkatkan kesadaran mahasiswa
akan peran dan fungsi BPM sebagai
badan legislatif yang berdedikasi untuk
kepentingan mahasiswa FIP UNP
 Meningkatkan Pengawasan dan
Komunikasi terhadap Organisasi
Kemahasiswaan se- FIP UNP
 Meningkatkan komunikasi BPM FIP
UNP
P kepada Pimpinan FIP UNP yang
berkaitan dengan kemahasiswaan serta
pelaksanaan dan pencapaian tujuan FIP
UNP
 Meningkatkan kesadaran mahasiswa
akan pentingnya berorganisasi
 Terbinanya semangat akademis, budaya
penelitian serta berdiskusi dikalangan
mahasiswa
 Terbinanya civitas akademika yang
peduli terhadap dinamika yang ada di
masyarakat
 Meningkatkan Pengembangan Diri
Mahasiswa

375
 Terwujudnya BPM FIP UNP yang
aspiratif, dan normative
 Terbentuknya citra FIP UNP sebagai
fakultas terbaik UNP
 Meningkatkan kesadaran
an eksistensi &
kepemimpinan BPM FIP UNP bagi
mahasiswa FIP UNP
2. Perspektif Proses Internal
 Mempermudah sistem dan proses
administrasi
 Meningkatkan pelayanan publik
 Menjaga hubungan yang harmonis antar
pengurus BPM FIP UNP
3. Perspektif pembelajaran dan pengembangan
penge
organisasi
 Peningkatan kinerja pengurus BPM FIP
UNP
 Peningkatan Wawasan, Pengetahuan,
Keterampilan dan Norma sosial
(WPKNS) pengurus BPM FIP UNP
dan pemberian stimulus dalam
pembelajaran dan pengorganisasian

376
 Kaderisasi kepemimpinan mahasiswa
 Meningkatkan harkat dan martabat
BPM FIP UNP dimata lembaga internal
dan eksternal kampus
 Menjalin hubungan dan komunikasi
intensif dengan lembaga internal dan
eksternal kampus
4. Perspektif Anggaran
 Mengoptimalkan anggaran yang ada
berdasarkan prinsip efisie
efisiensi dan
efektifitas (matching principle)
Lampiran II

ARAHAN KERJA
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2010 – 2011

a. KETUA UMUM

377
1. Penanggung jawab jalannya organisasi Badan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Padang
2. Koordinator umum atas Penyampaian Aspirasi,
pengawasan BEM FIP UNP, Perundangan
Perundangan-
undangan & hubungan kerja Organisasi
Mahasiswa Selingkungan FIP UNP .
3. Bertanggung jawab dalam melakukan
konsolidasi internal dan eksternal organisasi
serta mengembangkan jaringan keluar
4. Penanggung jawab pelaksana hasil musyawarah
pengurusan selama periode kepemimpinan
5. Memimpin BPM FIP UNP dalam
melaksanakan Fungsi, Tugas dan
Wewenangnya yang tercantum dalam JUKNIS
6. Mengadakan pertemuan, rapat, sidang dan
sebagainya sesuai TATIB BPM FIP UNP
7. Mengeluarkan Rekomendasi ataupun Ketetapan
BPM FIP UNP
8. Mengesahkan hasil pemilu Ketua BEM FIP
UNP
9. Mengkoordinir pengurus BPM FIP UNP

378
10. memberhentikan Ketua BEMF apabila
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
deng
peraturan yang berlaku di UNP
11. Memberikan Instruksi kepada BEM FIP
UNP
12. Menentukan sidang Paripurna dan Pleno
13. Melakukan Audiensi Publik terhadap
Pimpinan FIP UNP
14. Melakukan Pergantian Antar Waktu
(PAW) anggota BPM FIP UNP
15. Menghadiri setiap pertemuan di Senat
Se
FIP UNP dan Majelis Pimpinan FIP yang yang
membahas tentang kemahasiswaan
16. Memberikan pendapat, usul dan saran
kepada Pimpinan FIP UNP yang berkaitan
dengan kemahasiswaan serta pelaksanaan dan
pencapaian tujuan FIP UNP

b. SEKRETARIS UMUM
1. Bertanggung jawab kepada Ketum
2. Koordinasi aktifitas internal

379
3. Bertanggung jawab atas pelaksanaan
kesekretariatan dan administrasi
4. Mewakili Ketua Umum jika berhalangan
hadir
5. Mengurus administrasi BPM FIP UNP,
termasuk surat menyurat
6. Mengkoordinir Kesekretariatan
7. Mengevaluasi kinerja pengurus komisi
8. Menyampaikan hasil kinerja komisi kepada
ketua umum
9. Menghadiri setiap kegiatan BPM FIP UNP

c. BENDAHARA UMUM
1. Bertanggungjawab kapada Ketum
2. Merekapitulasi dana organisasi setiap kegiatan
3. Menetukan mekanisme keuangan
4. Mengambil dana dari deknat dan
mendistribusikan sesuai dengan persetujuan
Ketum dan Sekum
5. mengatur keuangan BPM FIP UNP, termasuk
uang kas, kepanitiaan, jaket, konsumsi dan
sebagainya

380
6. Menghadiri setiap kegiatan BPM FIP UNP

d. KOMISI A
1. Bertanggungjawab kepada Ketum
2. Melakukan penampungan aspirasi dan
advokasi terhadap kebutuhan mahasiswa FIP
UNP
3. Membangun isu – isu strategis intra kampus
4. Bekerjasama dengan berbagai pihak
membentuk kesatuan melakukan pergerakan
mahsiswa
5. Bersama – sama dengan komisi dan Biro
lainnya menjalankan Organisasi
6. Menghimpun, merumuskan dan meneruskan
aspirasi mahasiswa kepada pihak fakultas
7. Menggunakan Facebook, Survei Aspirasi dan
Kunjungan Aspirasi ORMAWA FIP UNP
8. Mengadakan pertemuan Follow Up aspirasi
yang dihadiri perwakilan mahasiswa dengan
denga
pihak birokrat

381
9. hasil tertulis sebelum dan sesudah Follow
aspirasi diserahkan kepada Kesekretariatan
10. melaporkan hasil setiap kegiatan kepada
Ketua Umum secara lisan
11. Sidang Komisi Rutin
12. Bertanggung jawab untuk
memperjuangkan kesejahteraan mahasiswa
13. Bersama-sama
sama dengan Komisi dan Biro
lainnya menjalankan organisasi
14. Menghadiri setiap kegiatan BPM FIP
UNP

e. KOMISI B
1. Bertanggungjawab kepada Ketum
2. Menyusun GBHPK dan Juklak
3. Mengawasi dan Mengevaluasi Kinerja sesuai
Pedoman BEM FIP UNP (JUKNIS, JUKLAK,
GBHPK, dan Ketetapan BPM FIP UNP)
4. Menyampaikan dan mendiskusikan hasil
evaluasi BEM FIP UNP kepada DPH BPM
FIP UNP

382
5. Mengadakan progress report, koordinasi awal,
lanjutan dan berkala kepada BEM FIP UNP
sebagai pertimbangan evaluasi
6. Menghadiri kegiatan-kegiatan
kegiatan yang diadakan
dia
BEM FIP UNP sebagai peninjau dan
pengawas
7. Menyampaikan hasil kegiatan secara tertulis
kepada kesekretariatan
8. Menyampaikan hasil kegiatan secara lisan
kepada Ketua Umum
9. Sidang Komisi Rutin
10. Bersama-sama
sama dengan Komisi dan Biro
lainnya menjalankan organisasi
11. Menghadiri setiap kegiatan BPM FIP UNP

f. KOMISI C
1. Bertanggungjawab kepada Ketum
2. Memahami perturan yang berhubungan dengan
kemahasiswaan Fakutas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
3. Bersama – sama denganKomisi dan Biro
lainnya menjalankan organisasi

383
4. Membangun pendidikan dan politik kampus
5. Membuat konsep undang-undang
undang berupa
JUKLAK, Rekomendasi, ketetapan BPM FIP
UNP dan sebagainya
6. Mengolah hasil aspirasi menjadi undang-
undang
undang
7. Menyusun dan mengajukan Undang-Undang
Undang
dan kegiata-kegiatan
kegiatan komisi C kepada
Kesekretariatan secara tertulis
8. Menyelesaikan rancangan undang
undang-undang
tentang tata tertib pemakaian ruangan, PPDM
dan syarat pembentukan UKMF
9. Melaporkan hasil kegiatan-kegiatan
kegiatan secara lisan
kepada Ketua Umum
10. Sidang Komisi Rutin
11. Menghadiri setiap kegiatan BPM FIP
UNP

g. KOMISI D
1. Bertanggungjawab kepada ketum
2. Membangun jaringan informasi dan
komunikasi intra kampus,MPM,BEM

384
Fakultas,HMJ, Unit Kegiatan Mahasiswa
Fakultas secara efektif dan efesien
3. Bersama – sama dengan Komisi dan Biro
lainnya menjalankan Organisasi
4. Bertanggung jawab untuk berkoordinasi tugas
– tugasnya dengan pihak – pihak yang
berkaitan dengan kemahasiswaan
5. Membangun jaringan informasi dan
komunikasi antar kampus, Lembaga
LegisLatif
if dan instansi yangt terkait secara
efektif dan efisien
6. Bertanggungjawab memperkenalkan BPM FIP
UNP khususnya dan UNP pada umumnya dan
berbagai kegiatan keluar Universitas
7. Menyampaikan Informasi kegiatan melalui
WEB Fakultas kepada bapak IFDIL
8. Mengelola profil
rofil dan grup Facebook BPM FIP
UNP serta Mengelola blog BPM FIP UNP
9. Mensosialisasikan semua hasil kegiatan BPM
FIP UNP kepada civitas akademika FIP UNP
10. dengan meminta data seperlunya kepada
Kesekretariatan atas persetujuan Ketua Umum

385
11. Menyebarkan surat dan
n informasi lainnya
kepada tujuan yang ditetapkan BPM FIP UNP
12. mendata no handphone, email dan informasi
yang dibutuhkan oleh BPM FIP UNP
13. Menjaga hubungan baik dengan ORMAWA,
Mahasiswa, pimpinan Jurusan, Fakultas dan
sebagainya
14. Sebagai humas ataupun publik
lik relation BPM
FIP UNP
15. Melaporkan hasil kegiatan-kegiatan
kegiatan secara
lisan kepada Ketua Umum
16. Menyerahkan laporan tertulis kepada
kesekretariatan
17. Sidang Komisi Rutin
18. Menghadiri setiap kegiatan BPM FIP UNP

k. Biro Kesekretariatan
1. Berada dibawah koordinasi Sekretaris Umum
2. Bertanggung jawab terhadap administrasi dan
surat menyurat
3. Mengarsipkan dan merekapitulasi surat masuk
dan surat keluar

386
4. Mengelola dan mengatur kesekretariatan
5. Mengelola buku notulensi
6. Mengagendakan kegiatan BPM FIP UNP
7. Bertanggung jawab membuat
buat tatatertib
sekretaiat, pemakaian alat dan iventeris
8. Bersama-sama
sama dengan Komisi dan Biro lainnya
menjalankan organisasi
9. Menghadiri setiap kegiatan BPM FIP UNP

387
Lampiran II
Potongan
Surat Keputusan Rektor Universitas Negeri Padang
No: 55/J.41/KM/2004

Tentang
PETUNJUK TEKNIS ORGANISASI
KEMAHASISWAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
REKTOR UNIVERSITAS NEGERI PADANG

…………..

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA


FAKULTAS ( BPMF )

Pasal 24
Fungsi BPMF

Fungsi BPMF adalah :


(1) Sebagai badan legislatif dan normatif di tingkat
fakultas.

388
(2) Sebagai penampung, penganalisis dan penyalur
aspirasi mahasiswa di tingkat fakultas.

Pasal 25
Tugas BPMF

Tugas BPMF adalah :


a. Melaksanakan ketetetapan MPM.
b. Menyusun dan menetapkan Garis-garis
Garis Besar
Haluan Program Kerjaa (GBHPK) BEMF.
c. Mengawasi, mengevaluasi dan meminta
pertanggungjawaban BEMF terhadap pelaksanaan
GBHPK yang telah ditetapkan.
d. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk
memilih Ketua Umum BEMF.
e. Mengesahkan hasil pemilu ketua BEMF.
f. Memberhentikan Ketua BEMF apabila
bila melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku di UNP.
g. Menghimpun, merumuskan dan meneruskan
aspirasi mahasiswa kepada pihak fakultas.

389
Pasal 26
Wewenang BPMF

Wewenang BPMF adalah :


a. Menyelenggarakan Sidang Istimewa apabila BEMF
tidak sanggup melaksanakan tugas yang telah
diberikan sebagaimana mestinya berdasarkan
quorum (separoh tambah satu) anggota BPMF.
b. Memberikan pendapat, usul dan saran kepada
pimpinan Fakultas terutama yang berkaitan dengan
kemahasiswaan serta
rta pelaksanaan dan pencapaian
tujuan Fakultas.
c. Menghadiri setiap pertemuan di Senat Fakultas
atau Majelis Pimpinan Fakultas yang membahas
tentang kemahasiswaan.
d. Melakukan pergantian antar waktu (PAW) anggota
BPMF.

Pasal 27
Keanggotaan BPMF

390
Anggota BPMF adalah :
a. Anggota BPMF sekurang-kurangnya
kurangnya 20 orang dan
sebanyak-banyaknya
banyaknya 30 orang yang merupakan
perwakilan dari masing-masing
masing jurusan yang ada di
fakultas tersebut
b. Anggota BPMF terdiri dari anggota-anggota
anggota yang
dipilih berdasarkan hasil Musyawarah
warah Mahasiswa
jurusan.
c. Pemilihan dilakukan selambat-lambatnya
lambatnya 1 (satu)
bulan sebelum periode kepengurusan berakhir.
d. Tata cara dan mekanisme pemilihan diatur dalam
ketetapan BPMF yang bersangkutan

Pasal 28
Persyaratan Anggota BPMF

Persyaratan anggota BPMF adalah :


a. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Terdaftar aktif mengikuti pendidikan di UNP
minimal duduk di semester III dan maksimal
semester VII.

391
c. Indeks prestasi kumulatif minimal 2,50.
d. Memiliki integritas kepribadian yang tinggi, budi
pekertii luhur dengan jiwa kepemimpinan serta
memiliki pemahaman tentang organisasi.
e. Loyalitas yang tinggi terhadap almamater.

Pasal 29
Kepengurusan BPMF

(1) Kepengurusan sekurang-kurangnya


kurangnya terdiri dari
Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara
Umum, Ketua-ketua
ketua Komisi dan Sekretaris
Sekretaris-
sekretaris komisi.
(2) Komisi-komisi
komisi dibentuk sesuai kebutuhan
(3) Masa Kepengurusan BPMF adalah 1 (satu) tahun
dan ketua umum tidak dapat dipilih kembali
untuk kepengirusan berikutnya.
(4) Tata cara pemilihan pengutuss diatur dalam
ketetapan BPMF

392
(5) Jabatan pengurus tidak boleh rangkap dengan
kepengurusan inti organisasi lainnya di
lingkungan UNP

Pasal 30
Pengesahan, Pelantikan, dan Pertanggungjawaban
BPMF

(1) Pengesahan dan pelantikan BPMF ditetapkan


dengan Surat Keputusan Dekan
(2) BPMF secara administrasi dan keuangan
bertanggungjawab kepada Dekan

Pasal 31
Hubungan Kerja BPMF

(1) Koordinatif dengan MPM


(2) Instruktif, evaluatif dan komunikatif dengan BEMF
(3) Komunikatif dengan UKMF dan HMJ
(4) Komunikatif dan aspiratif dengan mahasiswa

393
5. Program Kerja Wajib BEM FIP UNP 2010

KETETAPAN
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Nomor : 005/TAP/BPM FIP UNP/J.41/VI/2010
Tentang
Program Kerja Wajib BEM FIP UNP

Dengan memohon rahmat Allah SWT, Badan


Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang setelah:
Menimbang : Tugas BEMF adalah
merencanakan dan
melaksanakan kegiatan
sesuai GBHPK dan
Ketetapan BPMF

Mengingat : a. PP No.60 tahun 1999


tentang sistem pendidikan
tinggi

394
b. Petunjuk Teknis
Organisasi
Kemahasiswaan
(JUKNIS ORMAWA)
No.55/J.41/KM/2005
pasal
asal 33 ayat b
c. TAP BPM FIP UNP
No. 004/TAP/BPM FIP
UNP/H.35/VI/2010
tentang Pengangkatan
ketua dan wakil ketua
BEM FIP UNP
Memperhatikan : Putusan Sidang Paripurna
Badan Perwakilan
Mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas
Negeri Padang
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Program Kerja wajib BEM FIP
UNP 2010-2011
2011 ialah

395
a. Pendidikan Karakter
secara berkala (jangka
panjang)
b. Pembentukan Unit
Kegiatan Mahasiswa
tentang pengembangan
Bahasa Inggris
c. FIP UNP Awards 2010
d. Pembentukan UKM FIP
di setiap
ap departemen
e. Program Wajib Magang
berorganisasi selama 1
(satu) semester awal
bagi mahasiswa baru
Kedua : Ketetapan ini mulai berlaku sejak
tanggal ditetapkan dengan
ketentuan bahwa segala
sesuatunya akan diubah dan
diperbaiki bila dikemudian
hari terdapatt kekeliruan
dalam ketetapan ini
Ditetapkan di : Padang

396
Tanggal : 26 Juni 2010
Pukul : 11.30 WIB

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Periode 2010 – 2011

ACHMAD BADARUDDIN NUR NOVRIANI


Ketua Umum Sekretaris Umum

6. Pelanggaran Berat BEM FIP UNP 2010

Lampiran Surat Pemberitahuan

Pelanggaran Pertama yang telah dilakukan


BEM FIP UNP 2010-2011
2011

Berdasarkan hasil sidang komisi B di sekretariat BPM


FIP UNP pukul 15.00 WIB yang dihadiri DPH dan
Komisi B BPM FIP UNP setelah adanya evaluasi di
sekretariat BEM FIP UNP kurang lebih dimulai pukul
13.00 WIB, maka BPM FIP UNP 2010
2010-2011

397
menyatakan bahwa BEM FIP UNP 2010-2011
2011 telah
melakukan PELANGGARAN BERAT sebagai berikut:
1. Surat Keputusan Rektor UNP No:
55/J.41/KM/2004 tentang Petunjuk Teknis
Organisasi Kemahasiswaan UNP Rektor
Universitas Negeri Padang , yakni “amandemen
petunjuk teknis kemahasiswaan, sebagaimana
agaimana
dalam diktum pertama merupakan pedoman
dasar penyelenggaraan organisasi
kemahasiswaan di UNP”
Bukti: dijelaskan pada poin
selanjutnya

2. Ketetapan MPM UNP Periode 2003-2004


2004 No.1/
Tap/ MPM/UNP/J.41/III/2004 tentang
penetapan Amandemen Juknis Organisa
Organisasi
Kemahasiswaan Tahun 2004, yakni :
1) Pasal 1 Pengertian
Ayat (10) a “Instruktif yaitu
memberikan perintah dan arahan
untuk melakukan suatu tugas “

398
Bukti: dijelaskan pada poin
selanjutnya
2) Pasal 31 Hubungan Kerja BPMF
Ayat (2) Instruktif, evaluatif dan
komunikatif
ikatif dengan BEMF
Bukti: dijelaskan pada poin
selanjutnya
3) Pasal 33 Tugas BEM F
1. Ayat a “Melaksanakan ketetapan
MPM dan BPMF”
2. Ayat b “Merencanakan dan
melaksanakan kegiatan sesuai
dengan GBHPK dan Ketetapan
BPMF”
Bukti: dijelaskan pada poin
selanjutnya
4) Pasal 35 Kepengurusan BEMF
Ayat (4) “Syarat Kepengurusan
diatur dalam Ketetapan BPMF”
Bukti: dijelaskan pada poin
selanjutnya

399
3. Ketetapan BPM FIP UNP Periode 2010-2011
2010
No. 06/TAP/BPM FIP UNP/J.41/VI/2010
TENTANG Persyaratan Kepengurusan BEM
FIP UNP, yakni :
1) Pasal 3
“Pengurus BEM FIP UNP termasuk
DPH sekurang-kurangnya
kurangnya berjumlah 35
(tiga puluh lima) orang dan sebanyak-
sebanyak
banyaknya 45 (empat puluh lima)
orang”
Bukti : jumlah pengurus 51 orang
2) Pasal 5
“Pengurus BEM FIP UNP terdiri dari
mahasiswa FIP yang memiliki
ki jurusan
yang sama sekurang-kurangnya
kurangnya 4
(empat) orang dan sebanyak-banyaknya
banyaknya
6 (enam) orang”
Bukti : jumlah pengurus dari
mahasiswa PLB 8 orang dan PGSD
11 orang
3) Pasal 7

400
“DPH tidak boleh berasal dari jurusan
yang sama”
Bukti : Wakil Ketua dan Bendahara
Umum
mum berasal dari jurusan yang
sama
4) Pasal 8
“Setiap bidang pokok program kerja
dalam GBHPK dijalankan oleh satu
departemen”
Bukti : Dalam GBHPK terdapat 7
bidang pokok program kerja
sementara kepengurusan BEM
FIP UNP 2010-2011
2010 hanya
terdapat 6 departemen.
5) Pasal 11 ayat 1
“Penyerahan laporan pengurus BEM
FIP diserahkan selambatnya tiga hari
setelah pelantikan Ketua dan Wakil
Ketua BEM FIP UNP”
Bukti : tidak menyerahkan sama
sekali, pelantikan Ketua dan Wakil
Ketua BEM FIP tanggal 26 Juni

401
2010 dan waktu terakhir
hir open
recruitment pengurus sudah
beberapa hari sebelum pelantikan
6) Pasal 11 ayat 4
“Evaluasi dan Pelaporan PK
(Persyaratan Pengurus) BEM FIP UNP
pertama dilakukan 3 (tiga) hari sebelum
pelantikan pengurus BEM FIP UNP ”
Bukti : tidak menyerahkan sama
sekali,
li, Komisi B lansung berkunjung
Tanggal 7 Juli 2010 sedangkan
pelantikan pengurus tanggal 3 Juli
2010

4. Ketetapan BPM FIP UNP No. 05/TAP/BPM


FIP UNP/J.41/VI/2010 tentang Program Kerja
Wajib BEM FIP UNP, yakni:
“Program Kerja Wajib BEM FIP UNP 2010-
2010
2011 ialah:
1. Pendidikan Karakter secara berkala
(jangka panjang)

402
2. Pembentukan Unit Kegiatan
Mahasiswa tentang pengembangan
Bahasa Inggris
3. FIP UNP Awards 2010
4. Pembentukan UKM FIP di setiap
depertemen
5. Program Wajib Magang
berorganisasi selama 1 (satu)
semester awal bagi
agi mahasiswa baru”
Bukti : Program Wajib tersebut
tidak ada dalam pembahasan
Rapat Kerja BEM FIP UNP 2010-
2010
2011

5. Ketetapan BPM FIP UNP No.03/TAP/BPM FIP


UNP/J.41/VI/2010 tentang Hasil Amandemen
Petunjuk Pelaksanaan Mekanisme Pengawasan
BEM FIP UNP, yakni:
Pasal 12
“Dalam fungsi pengawasannya, pada
saat tertentu perwakilan Komisi B boleh

403
hadir dalam kegiatan yang dilaksanakan
BEM FIP UNP”
Bukti : setiap kegiatan BEM FIP UNP
tidak pernah diberitahukan kepada
Komisi B

Keterangan :
Penyerahan Pedoman BEM FIP UNP 2010-2011
2011 telah
diserahkan oleh Ketua Komisi B BPM FIP UNP kepada
Ketua BEM FIP UNP pada tanggal 26 Juni 2010
beberapa jam setelah pelantikan Ketua dan Wakil Ketua
BEM FIP.. Namun pedoman tersebut dikembalikan
kepada Komisi B. Kemudian Pedoman tersebut
diserahkan lagi kepada Sekretaris BEM FIP UNP pada
tanggal 27 Juni 2010.
Berdasarkan Ketetapan BPM FIP UNP
No.03/TAP/BPM FIP UNP/J.41/VI/2010 tentang Hasil
Amandemen Petunjuk Pelaksanaan Mekanisme
Pengawasan BEM FIP UNP Pasal 16 ayat 1 b
“Pelanggaran Beratt yaitu penyimpangan yang
dilakukan BEM FIP berdasarkan parameter
undang-undang
undang yang terkait, yaitu : JUKNIS,

404
JUKLAK, dan Rekomendasi” maka BEM FIP UNP
2010-2011
2011 dinyatakan telah melakukan
PELANGGARAN BERAT.
JUKNIS = Petunjuk Teknis ORMAWA UNP
(masih berlaku)
JUKLAK = Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan
BEM FIP UNP
Rekomendasi = Ketetapan BPM FIP UNP

Ketetapan MPM UNP Periode 2003-2004


2004 No.1/ Tap/
MPM/UNP/J.41/III/2004 tentang penetapan
Amandemen Juknis Organisasi Kemahasiswaan Tahun
2004, SANKSI Pasal 54 “Sanksi
Sanksi terhadap
pelanggaran Juknis ini akan diputuskan oleh Rektor
atau Pejabat yang ditunjuk oleh Rektor”
Rektor

7. Arahan Kerja IMABKIN Wilayah I


I. Departemen Penelitian dan Pengembangan Akademik
(LITBANGDEMIK)
1. Meningkatkan kemampuan akademik
mahasiswa konseling

405
2. Meneliti dan Mengembangkan keilmuan
konseling
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa
konseling dalam bidang penelitian dan
pengembangan akademik
II. Departemen Teknologi, Komunikasi, dan Informasi
(TEKOMMASI)
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa
konseling di bidang teknologi, komunikasi dan
informasi
2. Menampung dan mengkomunikasikan informasi
seputar Konseling dan IMABKIN
3. Mempererat hubungan silahturahmi antar
mahasiswa konseling, pengurus IMABKIN
Wilayah I di berbagai lini dan organisasi yang
terkait
III. Departemen Kebijakan Publik & Advokasi Profesi
(JAKFESI)
1. Mengkaji, mensosialisasikan dan menindak
lanjuti kebijakan dan sikap dari pemerintah,
organisasi profesi konseling, dan satuan
pendidikan yang berkenaan dengan konseling

406
2. Melakukan
n advokasi seputar konseling
3. Meningkatkan wawasan mahasiswa konseling
tentang kebijakan yang berkenaan konseling
IV. Departemen Pengabdian Masyarakat
(DEPDIMAS) :
1. Mensosialisaikan, membentuk dan
melaksanakan pelayanan konseling di
masyarakat
2. Melakukan kerjasama
jasama dengan Lembaga
Swadaya Masyarakat dan Organisasi
Masyarakat
3. Melakukan kegiatan-kegiatan
kegiatan seputar konseling
dengan berbagai pihak yang terkait di
masyarakat
V. Departemen Kaderisasi dan Pengembangan Sumber
Daya Mahasiswa (KPSDM)
1. Meningkatkan kemampuan
uan mahasiswa
konseling dalam melakukan pelayanan
konseling
2. Meningkatkan kualitas sumber daya mahasiswa
konseling

407
3. Mempersiapkan kader-kader
kader calon konselor dan
calon pengurus IMABKIN yang baik, benar,
berkualitas dan profesional
VI. Departemen Pengembangan Organisasi
(BANGSASI)
1. Membentuk organisasi, perusahaan, dan/atau
lembaga yang menunjang dan mengakomodir
setiap kegiatan IMABKIN Wilayah I
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa
konseling dalam mengelola organisasi
3. Mengontrol kinerja Koordinator Daerah
4. Mengontrol pelaksanaan kegiatan-kegiatan
kegiatan
IMABKIN Wilayah I
5. Memberikan pelayanan konseling terhadap
organisasi, perusahaan, industri dan/atau
lembaga mitra IMABKIN Wilayah I
VII. Departemen Bakti Pendidikan Formal
(BADIKMAL) :
1. Mensosialisaikan, membentuk dan
melaksanakan pelayanan konseling dan
menyukseskan pendidikan karakter pada satuan
pendidikan formal

408
2. Melakukan kerjasama dengan Dinas
Pendidikan, instansi dan organisasi yang
berkaitan dengan pendidikan formal
3. Melakukan kegiatan-kegiatan seputar konseling
dengan berbagai pihak yang terkait di satuan
pendidikan formal
VIII. Departemen Pemberdayaan Aparatur dan
Pengawasan
1. Melakukan usaha pengawasan kinerja
departemen pengurus wilayah
2. Menerima serta menyalurkan aspirasi pengurus
daerah yang berupa pendapat, saran dan usul
yang berkaitan dengan konseling dan
IMABKIN

8. Birokrasi IMABKIN Wilayah I


Selain arahan kerja, saya juga membuat birokrasi
IMABKIN di Wilayah I (Sumatera) semacam Standar
Operasional Prosedur.

Petunjuk Birokrasi dan Operasional ini juga berlaku


pada pengurus daerah dan disarankan hingga di
himpunan pada perguruan tinggi masing--masing.

409
Ketua
1. Berkoordinasi dengan pengurus diatas tingkatannya
contoh:
Ketua Himpunan kepada Pengurus Daerah

2. Berkoordinasi dengan pihak luar yang sifatnya


eksternal IMABKIN
contoh:
Ketua Daerah kepada ABKIN Daerah

3. Memiliki hak penuh dalam memutuskan dan


menetapkan kebijakan tanpa bertolak belakang dengan
peraturan yang lebih tinggi diatasnya
contoh:
Kebijakan Daerah tidak bolekh bertentangan dengan
kebijakan wilayah
kebijakan bertentangan dengan AD/ART

3. Mengkoordinasikan pengurus melalui Sekretaris


4. Mengemban tanggung jawab atas IMABKIN
SUMATERA
5. Membangun komunikasi dan kerjasama dengan
pihak luar
6. Menyukseskan program kerja
7. Menyukseskan Arahan Kerja
8. Mengajukan Kebijakan dan kegiatan kepada
pengurus setingkat diatasnya

Sekretaris
1. Menjalankan instruksi ketua
2. Membentuk tim kesekretariatan untuk keperluan
kearsipan dan pembuatan surat-menyurat

410
3. Mengkoordinasikan dan menjadi pusat informasi
bagi pengurus
4. Memberikan pertimbangan mengenai kebijakan
kepada ketua
5. Meminta laporan dan administrasi pengurus melalui
Anturwas
6. Mengkoordinasikan kebijakan ke pengurus
IMABKIN dibawahnya (contoh: dari wilayah ke
daerah) melalui Tekomasi
7. Mengusulkan kebijakan kepada ketua

Bendahara
1. Mengatur keuangan (jika diperlukan) yang
dikoordinasikan melalui Sekretaris
2. Menjalankan instruksi Sekretaris

Departemen
1. Mengkoordinasikan kinerja kepada Anturwas
Antu melalui
koordinator departemen
2. Mengkoordinasikan kerjasama, informasi dan
komunikasi ke pengurus IMABKIN dibawahnya
(contoh: dari wilayah ke daerah) melalui TEKKOMASI
3. Mengkoordinasikan kinierja sesama pengurus
4. Membuat kebijakan dan kegiatan atas a keputusan
bersama oleh anggota departemen yang disetujui
Sekretaris
5. Menjalankan instruksi sekretaris
6. Memperhatikan kebijakan dan kegiatan sesuai arahan
kerja

Ketetapan ini dapat dirubah sewaktu-sewaktu


sewaktu sesuai
kondisi dan kebutuhan

411
9. Deklarasi Limau Manih
Sebagai senior mahasiswa FIP dan pendorong aspirasi
untuk diadakannya Musyawarah Besar Mahasiswa FIP
UNP, saya mencoba merumuskan dan mengusulkan
draft hasil musyawarah tersebut yang didasarkan
aspirasi yang diprediksi akan muncul. Ternyata
rumusan tersebut disepakati bersama
ersama di Kampus PLB
FIP UNP, Limau Manis. Isinya dapat dilihat sebagai
berikut.

412
413
414
415
TUNGGU PEMIMPIN SEJATI
Cipt. Achmad Badaruddin

Patung-patung tegak berdiri


di samping gedung-gedung berdasi eksotis
bangkitkan selera insan dunia
di kala penyejuk kalbu hidup
di situ tak sebanyak umat
Kabarkan Sang Pemimpi
Kibarkan Sang Bendera
Kaburkan Sang Musuh
Hancurkan bata-bata tak berdosa
Kumpulkan mayat berserakan
Keringkan tanah yang gersang
Lawan berdalih kawannya dunia
Padahal itulah Syaithan yang nyata
Lawan yang jelas
Mulutnya yang keras
Bersama benak-benak kerdil
Bersama pintu-pintu terkunci dalam hati
Tunggu wahai Musuh Alam Semesta
Tunggu Pemimpin Sejati
Tunggu Yang Maha Kuasa
Terjadilah maka Terjadilah
23 April 2007

416
BAB III
GAGASAN DALAM OPINI

Tulisan ini disusun ketika menjabat sebagai Dewan


Pertimbangan Organisasi Pengurus Pusat IMABKIN

Analisis Permendikbud
ermendikbud No 111 Tahun 2014
Tentang
Bimbingan dan konseling
Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

A. Perundangan
Perundang-undangan (legislation atau gesetzbung)
dalam Aziz (2011: 13) mempunyai dua pengertian
berbeda, yaitu:
1. Perundang-undangan
undangan sebagai sebuah proses
pembentukan atau proses membentuk peraturan-
peraturan
peraturan
eraturan negara, baik di tingkat pusat maupun
di tingkat daerah;
2. Perundang-undangan
undangan sebagai segala peraturan
negara, yang merupakan hasil proses
pembentukan peraturan-peraturan,
peraturan, baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

417
Dengan demikian perundang-undangan
ngan memiliki
hirarki. Norma hukum berjenjang-jenjang,
jenjang, berlapis-
berlapis
lapis dalam suatu hierarki tata susunan. Suatu norma
hukum selalu berlaku, bersumber, dan berdasar pada
norma hukum di atasnya, tetapi ke bawah norma
hukum itu juga menjadi sumber/dasar bagi norma
hukum di bawahnya (Hans Kelsen dalam Aziz, 2011:
17).
Adapun jenis & hirarki peraturan perundang-
perundang
undangan yang dicantumkan pada pasal 7 ayat (1) UU
No. 10 Tahun 2004 adalah:
1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang/Peraturan
Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah

Walaupun demikian, peraturan dan keputusan


menteri juga diakui keberadaannya. Hal ini tertera
secara implisit pada pasal 7 ayat (4) UU No. 10 Tahun
2004, yaitu “Jenis peraturan perundang-undangan
undangan lain
selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui

418
keberadaannya
adaannya dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan
perundang-undangan
undangan yang lebih tinggi”. Dalam
penjelasan pasal demi pasal dijelaskan jenis peraturan
perundang-undangan
undangan selain ketentuan ini, antara lain,
peraturan yang dikeluarkan
ikeluarkan oleh MPR dan DPR, DPD,
MA, MK, BPK, Bank Indonesia, Menteri, Kepala
Badan, Lembaga atau Komisi yang setingkat yang
dibentuk oleh undang-undang
undang atau pemerintah atas
perintah UU, DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala
Kepal Desa atau
setingkat.

Sementara pada pasal 56 UU No. 10 Tahun 2004


memaparkan bahwa semua keputusan keputusan
Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Menteri,
Keputusan Gubernur, Keputusan Bupati/Walikota, atau
keputusan pejabat lainnya sebagaimana yang dimaksud
d
pada pasal 54 yang sifatnya mengatur, yang sudah ada
sebelum UU ini, harus dibaca peraturan, sepanjang
tidak bertentangan dengan UU ini.

419
Apabila dilihat dari peraturan tersebut, materi
tersebut juga mengandung hirarki yang dijadikan dasar
pembagian.
n. Hal ini juga didukung oleh Aziz (2011:
112) bahwa pembagian materi pokok ke dalam
kelompok yang lebih kecil dilakukan kriteria yang
dijadikan dasar pembagian, yaitu:

1. Pembagian berdasarkan hak atau kepentingan


yang dilindungi
2. Pembagian berdasarkan urutan/kronologis
3. Pembagian berdasarkan urutan jenjang jabatan

Maka disimpulkan bahwa perundangan memiliki


hirarki/tingkatan/urutan termasuk materi
perundangannya.

Penjelasan tersebut dirincikan pada peraturan


perundang-undangan
undangan yang merupakan peraturan tertulis
t
yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang dan mengikat secara umum, yakni UU No
10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.

420
Hal ini dibahas untuk mengidentifikasi peraturan
yang akan dibahas, yaitu Permendikbud
ud No. 111 Tahun
2014. Peraturan tersebut dikeluarkan oleh lembaga
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka peraturan
menteri tersebut berada di bawah UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang
Undang-
Undang/Peraturan
n Pemerintah Pengganti Undang
Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden.

Agar permendikbud tersebut diakui keberadaannya


dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan
undangan yang
lebih tinggi. Apabila dilihat
ilihat dari konsiderans yang telah
ditandatangani tersebut, perundang-undangan
undangan yang
lebih tinggi yang dimaksud, yakni:

1. Undang-Undang
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran
mbaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);

421
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4941);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik
epublik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;

422
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Presi
Nomor 14 Tahun 2014;

B. Landasan Hukum Bimbingan dan Konseling


Meskipun perundangan yang lebih tinggi yang
dijadikan landasan dalam Permendikbud No. 111
Tahun 2014, sebenarnya masih ada peraturan yang
lebih tinggi lainnya yang berkaitan dengan bimbingan
dan konseling terabaikan seperti:
1. UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
2. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008
tentang guru

Kemudian peraturan lain yang menjadi


pertimbangan dalam konsiderans permendikbud ini
sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional


Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar

423
Kualifikasi Akademik
kademik dan Kompetensi
Konselor;
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah;
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan
kan Dasar dan Menengah;
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/ Madrasah
Ibtidaiyah;
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah;

424
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menenga
Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;

Sementara masih ada beberapa peraturan lain


yang secara ekspilisit terabaikan, yaitu:
1. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan
Fungsional Guru Dan Angka Kreditnya
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 81 A tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum 2013

C. Kajian terhadap peraturan Bimbingan dan


Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
1. Konselor pada Pendidikan Dasar dan Menengah
Dalam Permendikbud No. 111 Tahun 2014
menjelaskan bahwa Permendiknas Nomor 27 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor yaitu Sarjana Pendidikan (S-1)
(S
dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus
Pendidikan Profesi
ofesi Guru Bimbingan dan

425
Konseling/Konselor.. Padahal secara jelas dalam
peraturan SKAKK tersebut tidak menyebutkan
sedikitpun tentang Pendidikan Profesi Guru Bimbingan
dan Konseling melainkan Konselor. Kelemahan dalam
aturan tentang SKAKK tersebut adalah disebutkannya
penyelenggara
enyelenggara pendidikan yang satuan pendidikannya
mempekerjakan konselor wajib menerapkan standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor
sebagaimana
aimana diatur dalam Peraturan Menteri paling
lambat 5 tahun setelah Peraturan Menteri ini mulai
mu
berlaku. Dengan kata lain, satuan pendidikan yang tidak
mempekerjakan Konselor, tidak wajib menerapkan
standar kualifikasi tersebut. Hal ini berarti satuan
pendidikan yang mempekerjakan Guru Bimbingan dan
Konseling tidak wajib menerapkan standar kualifikasi
kualif
akademik dan kompetensi konselor. Di samping itu,
standar kualifikasi yang dimaksud adalah konselor
untuk satuan pendidikan bukanlah konselor umum.
Karena konsiderans Permendikbud tentang SKAKK
tersebut mengacu kepada peraturan pemerintah No. 19
tahun
n 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kompetensi yang dimaksud dalam peraturan tersebut

426
adalah kompetensi pedagogi, pribadi, sosial dan
profesional. Kemudian Kualifikasi Konselor adalah
tamatan S1 BK ditambah telah menyelasaikan PPK.
Kompetensi tersebut
but ternyata hanya diperuntukkan
pendidik pada satuan pendidikan anak usia dini, dasar
dan menengah saja. Sementara dalam Pedoman Dasar
Standardisasi Profesi Konseling yang diterbitkan
DIRJEN DIKTI pada tahun 2004, Program Pendidikan
Profesi Konselor, tujuan
an tamatan PPK pada program
Spesialis I adalah Konselor Umum. Jelaslah, ini tidak
sesuai. Apabila kita kutip secara langsung, dapat dilihat
dari Pasal 28 pada Standar
ar Nasional Pendidikan
tersebut sebagai berikut: Kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang
enjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a.
Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi kepribadian; c.
Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi sosial.
so

Dengan demikian, penggunaan istilah guru


sebagai pelaksana konseling adalah
lah salah satu
kerancuan, yaitu bahasa. Hal ini terkesan konseling
adalah mata pelajaran. Sementara konseling itu tidak
mengajar. Seharusnya mata pelajaran itu sejajar dengan

427
mata layanan atau biasanya dikenal dengan jenis
layanan. Lagipula menurut ABKIN (2008:
2008: 14) bahwa
UU Nomor 14 tahun 2005 yang hanya mengatur
keberadaan guru dan dosen yang, sesuai dengan
peruntukannya, hanya mengatur kompetensi dan
sertifikasi guru dan dosen, yang keduanya
menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks
layanan pembelajaran
aran sebagai konteks layanan
pembelajaran yang mendidik.

Sementara guru Bimbingan dan Konseling


berkewajiban melakukan kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya seperti yang tercantum di
PERMENPAN No. 16 Tahun 2009 tentang Hak dan
Kewajiban Guru dalam jabatan
n Fungsional, yaitu:

a. menyusun kurikulum bimbingan dan


konseling;
b. menyusun silabus bimbingan dan konseling;
c. menyusun satuan layanan bimbingan dan
konseling;
d. melaksanakan bimbingan dan konseling per
semester;

428
e. menyusun alat ukur/lembarr kerja program
bimbingan dan konseling;
f. mengevaluasi proses dan hasil bimbingan dan
konseling;
g. menganalisis hasil bimbingan dan konseling;
h. melaksanakan pembelajaran/perbaikan tindak
lanjut bimbingan dan konseling dengan
memanfaatkan hasil evaluasi;
i. menjadi pengawas penilaian dan evaluasi
terhadap proses dan hasil belajar tingkat
sekolah dan nasional;
j. membimbing guru pemula dalam program
induksi;
k. membimbing siswa dalam kegiatan
ekstrakurikuler proses pembelajaran;
l. melaksanakan pengembangan diri;
m. melaksanakan publikasi ilmiah; dan
n. membuat karya inovatif.
Namun dalam PERMANPAN tersebut tidak
diperinci kegiatan untuk konselor. Selain itu, dalam
PERMENPAN tersebut, Beban kerja Guru bimbingan
dan konseling/konselor adalah mengampu bimbingan
dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh)

429
peserta didik dalam 1 (satu) tahun. Kemudian Konselor
dapat dikatakan sebagai guru. Hal ini diperkuat dalam
PERMENPAN tersebut pada pasal 3 yang
mengklasifikasikan guru menjadi 3 jenis, yakni guru
kelas, guru mata pelajaran dan Guru Bimbingan dan
Konseling/Konselor.
Namun dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003
pasal 1 ayat 6, menyatakan konselor itu berbeda dengan
guru. Jika dikutip langsung bahwa Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Dengan demikian jelas
konselor tidak termasuk golongan guru seperti tenaga
kependidikan yang lainnya. Seperti
perti dosen bukanlah
guru. Pamong belajar bukanlah guru. Dan begitu
seterusnya. Namun sama-sama
sama dapat disebut sebagai
pendidik. Berarti pemerintah belum konsisten dalam
mengidentifikasi konselor.

Secara terminologi, konselor dalam KBBI


BBI Umi &
Windy (2006) adalah
dalah penasehat, orang yang memberi

430
advis, anggota perwakilan di luar negeri, kedudukannya
di bawah duta besar dan bertindak sebagai pembantu
utama kepala perwakilan. Dalam permendikbud ini dan
secara teori, konselor adalah sosok profesional yang
memiliki keahlian dalam bidang konseling. Sementara
menurut Prayitno (2004: 105), konseling dirumuskan
dari berbagai teori sebagai proses pemberian bantuan
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami
sesuatu masalah
salah yang bermuara pada teratasinya
masalah tersebut. Seorang ahli yang dimaksud adalah
konselor. Dewasa ini, konseling yang dimaksud dalam
konseling integritas adalah pelayanan bantuan oleh
tenaga profesional kepada seseorang atu sekelompok
individu untuk
k pengembangan kehidupan efektif sehari-
sehari
hari dan penanganan kehidupan efektf sehari-hari
sehari yang
terganggu dengan fokus pribadi mandiri yang mampu
mengendalikan diri melalui penyelenggaraan berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung dalam proses
pembelajaran.
an. Jadi, menurut Prayitno, Konselor adalah
tenaga ahli/profesional yang memberikan pelayanan
bantuan berupa pelayanan dan kegiatan pendukung

431
dalam peningkatan kualitas hidup, mengentaskan
permasalahan kehidupan, meningkatkan kemandirian,
dan memantapkan pengendalian diri kepada seseorang
atau sekelompok orang yang membutuhkannya sebagai
proses pembelajaran.

Dalam kode etik profesi konseling di Indonesia,


Profesi konseling merupakan usaha pelayanan terhadap
sesama manusia dalam rangka ikut membina warga
negara
egara yang bertanggung jawab dan tuntutan profesi
mengacu kepada kebutuhan dan kebahagiaan klien
sesuai dengan norma-norma
norma yang berlaku. Sementara
menurut ACA, praktik konseling profesional adalah
aplikasi kesehatan mental, prinsip-prinsip
prinsip psikologis
atau perkembangan manusia, melalui intervensi
kognitif, afektif, perilaku, atau sistemik; strategi untuk
menangani kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, atau
perkembangan karier, serta kelainan. Selain
mendefinisikan konseling secara umum, ACA dalam
Gladding (2012:
12: 8) juga mendefinisikan spesialisasi
konseling profesional, yang merupakan bidang dalam
konseling yang memiliki fokus lebih tajam dan

432
membutuhkan pengetahuan lebih mendalam di bidang
konseling.
Apapun definisi konseling yang akan digunakan,
tetap saja definisi yang akan digunakan dalam peraturan
ini seharusnya mempertimbangkan peraturan diatasnya,
seperti UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003, bahwa orang yang berkualifikasi konselor dapat
bekerja sebagai tenaga pendidik. Meski tidak
disebutkan
n harus berkualifikasi konselor spesialis
pendidikan, maka definisi dan tujuan konseling pada
ranah pendidikan disesuaikan dengan definisi dan
tujuan pendidikan nasional itu sendiri yang tertuang
pada undang-undang
undang tersebut dengan pengertian
pendidikan adalah
lah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memilikii kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Sementara pendidikan
p
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang

433
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk
uk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
erakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sehingga konseling
g pendidikan di Indonesia dapat
didefinisikan sebagai pelayanan profesional oleh
konselor pendidikan kepada peserta didik sebagai
konseli melalui program layanan yang dimanajemen
sedemikian rupa sebagai penerapan prinsip-prinsip
prinsip
berbagai disiplin ilmu terutama
tama psikologi, sosiologi,
antropologi, biologi dan pedagogi yang berdasarkan
kebutuhan dan perkembangan peserta didik secara
sistematis, berkesinambungan dan mutakhir yang
terintegrasi dalam kurikulum pendidikan agar dapat
mengembangkan kemampuan dan membentuk
bentuk watak
peserta didik; agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memilik
memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

434
bangsa dan negara;; dan agar peserta peserta didik
menjadi manusia yang sehat, berilmu, cakap, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dengan kata lain, konselor juga
dapat dijadikan indikator atau evaluator keberhasilan
tujuan pendidikan
endidikan nasional terhadap peserta didik di
masing-masing satuan pendidikan.
Jika diperhatikan dari hakikatnya, konseling
pendidikan adalah andalan utama revolusi mental yang
dicanangkan oleh Presiden dan Wakil Presiden Periode
2014-2019 dimana inti dari revolusi mental adalah
sehat, cerdas dan budi pekerti. Dengan demikian,
pemerintah dapat memberdayakan konselor pendidikan
tersebut sebagai komponen utama dalam revolusioner
pada revolusi mental dengan membantu untuk
meningkatkan kapasitas konselor dan mem
membuka
kesempatan seluas-luasnya
luasnya disertai fasilitas yang cukup,
posisi/jabatan yang tepat dan kompensasi yang
memadai dalam penyelenggaraan konseling di
Indonesia terutama di bidang pendidikan. Sehubungan
dengan itu, kesejahteraan konselor pendidikan juga

435
menjadi
njadi penentu kualitas layanan nanti sehingga perlu
diperhatikan sesuai tanggung jawab yang diberikan.
Untuk istilah klien & konseli, sebagai penerima
pelayanan konseling akan lebih cocok mengunakan
istilah “konseli” di Indonesia. Sebab pada kamus besar
Bahasa
hasa Indonesia, konseli adalah orang yang mencari
(membutuhkan) advis atau nasihat (konseling)
sedangkan klien adalah pembeli, pelanggan; orang yang
mendapatkan bantuan hukum dari seseorang pengacara.

2. Pendidikan Profesi Konselor

Di lain hal, munculnya istilah guru BK dan


Konselor secara bersamaan di peraturan ini, jelas hanya
mempertahankan kerancuan dan berusaha
menyenangkan beberapa pihak. Seharusnya pada
peraturan ini dapat menegaskan apa istilah yang akan
dipakai, guru BK atau Konselor. Karena pada
hakikatnya tidak ada perbedaan yang signifikan.
Perbedaan yang mencolok hanya pada istilah, gelar dan
orientasi karir. Tugas dan wewenang keduanya adalah
sama seperti yang dibahas sebelumnya. Perlu adanya
ketegasan mengenai profesi ini.

436
Apabila merujuk kepada
ada Peraturan Presiden No. 8
Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No.73 Tahun 2013
tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia, ada 3 jenjang jenis pendidikan
pendi profesi
setelah S1, yakni Pendidikan Profesi, Pendidikan
Spesialis Satu dan Pendidikan Spesialis dua. Maka
seharusnya konseling yang diadakan di sekolah
dilaksanakan oleh ahlinya, yaitu konselor pendidikan
atau konselor sekolah, konselor yang telah mengikuti
m
pendidikan konselor spesialis. Apabila diurutkan
jenjang pendidikan profesinya adalah S1 Konseling,
kemudian melanjutkan pendidikan profesi untuk gelar
konselor umum, selanjutnya menempuh pendidikan
spesialis satu, yaitu spesialis pendidikan dan terakhir
t
spesialis dua, yaitu dengan pilihan spesialis SD,
SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan pendidikan tinggi.
Sementara Gladding (2012: 8) yang juga mantan Ketua
ACA mengemukakan spesialisasi profesi konseling di
Amerika, antara lain konseling sekolah, mahasiswa,
ma
perkawinan, kesehatan mental, rehabilitasi, lansia,

437
kecanduan, dan karier. Sedangkan spesialisasi menurut
Dasar Standardisasi Profesi Konseling (2004: 32),
spesialisasi seperti konseling karir, konseling
pendidikan, konseling keluarga, dan konsel
konseling
keagamaan. Sebaiknya spesialisasi profesi konseling
diklasifikasikan berdasarkan masalah yang dialami
dalam pelbagai setting kehidupan yang dihadapi
manusia itu sendiri ataupun sasaran konseli pada bidang
tertentu, seperti konseling pendidikan, konseli
konseling
kesehatan, konseling agama, konseling sosial
masyarakat, konseling ekonomi kerakyatan, konseling
lintas budaya, konseling bisnis, konseling politik,
konseling hukum, hukum konseling, konseling
pertahanan, konseling keamanan, konseling
internasional dan sebagainya. Menurut ACA (Assosiasi
Konselor Amerika), menjadi spesialis adalah
berdasarkan premis bahwa semua “konselor spesialis
profesional harus terlebih dahulu memenuhi
persyaratan sebagai praktisi umum dalam konseling
profesional”. Maka untuk menjadi konselor spesialis
pendidikan seharusnya menempuh pendidikan profesi
konselor atau menjadi konselor umum terlebih dahulu.

438
Namun untuk mempermudahnya, sebaiknya
kewajiban untuk mengikuti pendidikan profesi
dilakukan setelah resmi diangkat sebagai PNS atau
pengawai
engawai tetap di instansi swasta. Sedangkan
pendidikan spesialisasi diikuti setelah beberapa tahun
mengumpulkan angka kredit disesuaikan dengan
kenaikan pangkat dan mendapatkan rekomendasi pada
instansi tempat bekerja untuk mendapat beban tanggung
jawab dan
n gaji yang berbeda. Begitu pula selanjutnya
untuk pengambilan pendidikan spesialis dua. Sehingga
pendidikan profesi yang diikuti lebih bermanfaat dan
sinkron dengan pekerjaan yang digeluti. Sebab apabila
seseorang yang lulus pendidikan profesi ataupun
spesialis
sialis belum tentu bekerja sesuai bidangnya. Dengan
demikian, jenjang karir profesi konseling menjadi lebih
mudah, tertata dan terarah.

Berdasarkan peraturan menyangkut KKNI


(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) tersebut,
mesti tegas mana yang akan diakui
kui PPG BK atau PPK.
Keberadaan PPG BK dapat menimbulkan kerancuan
dalam spesialisasi profesi konseling, kecuali hal ini
sama dengan perbedaan yang terjadi pada Profesi

439
Dokter dan Profesi Dokter Gigi. Apabila PPG BK tetap
diselenggarakan dan diakui sementara
ra PPK tidak,
bagaimana dengan spesialisasi setelah PPG BK tersebut
atau bagaimana dengan pendidikan profesi konselor
umum dan konselor untuk setting kehidupan lainnya.
Atau konselor pada setting lainnya diurusi oleh tamatan
psikologi. Indikasinya adalah profil
rofil lulusan S1
Psikologi yang bergelar sarjana psikologi dapat bekerja
dengan sebutan Konselor seperti yang ditetapkan dalam
Surat Keputusan Asosiasi Penyelenggara Pendidikan
Tinggi Psikologi Indonesia No. 01/Kep/AP2TPI/2013
tentang Kurikulum Inti Program
m Studi Psikologi (S1).

Apabila dilihat profesi yang masih serumpun


dengan konselor, yakni psikolog, ada beberapa hal yang
menjadi perhatian konselor agar dapat dijadikan
referensi ataupun rujukan kritis. Lebih lanjutnya,
Program pendidikan profesi psikologi
gi menghasilkan
psikolog pada program studi psikologi profesi.
Sedangkan spesialisasinya atau bidang minatnya adalah
psikologi industri dan organisasi, psikologi klinis,
psikologi klinis anak, psikologi klinis dewasa, psikologi
pendidikan dan bidang minat lain yang disepakati

440
asosiasi penyelenggara pendidikan tinggi psikologi
bersama Himpunan Psikologi Indonesia. Area
pengetahuan psikologi pendidikan adalah menunjukkan
pemahaman terhadap pengetahuan dasar terutama teori
dan pendekatan terhadap belajar; menu
menunjukkan
pemahaman mengenai prinsip, konsep dasar dan
metode dalam asesmen psikologi; menunjukkan
pemahaman mengenai prinsip intervensi (konseling,
psikoedukasi, dan terapi); dan mentransfer pengetahuan
psikologi pada kegiatan pendidikan dan masyarakat
sesuai
ai kode etik Psikologi Indonesia seperti yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan Asosiasi
Penyelenggara Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia
No. 03/Kep/AP2TPI/2013 dan Himpunan Psikologi
Indonesia No. 003/PP-Himpsi/IV/13
Himpsi/IV/13 tentang Kurikulum
Program Studi Psikologi
ologi Profesi. Dapat disimpulkan
bahwa psikologi pendidikan sangat fokus terhadap teori
dan pendekatan belajarnya. Sedangkan konseling
pendidikan yang dimaksud pada pembahasan
sebelumnya tidak hanya fokus kepada bidang belajar
tetapi juga kepribadian, mental,
al, potensi dan
perkembangan peserta didik. Ini berarti ada tumpang

441
tindih kinerja disini. Sebaiknya pemerintah
mengeluarkan kebijakan untuk menertibkan kerancuan
ini.

Untuk memperkuat profesi konseling di


Indonesia, hendaknya ada kebijakan pemerintah, yakni
yak
UU Konseling agar dapat mengadvokasi keberadaan
konseling di dunia pendidikan pada khususnya dan
setting lainnya pada umumnya. Konselor belum
memiliki payung hukum yang kuat untuk tingkatan UU,
sementara profesi lain memilikinya seperti UU Guru
dan Dosen,
n, UU Keperawatan, UU Advokat, UU Profesi
Akuntan, UU Pendidikan Kedokteran, UU Praktik
Kedokteran, UU Keinsinyuran, UU kesehatan, UU
Kesehatan Jiwa dan lain-lain.
lain. UU Profesi di negeri lain
juga ditemukan seperti Act 580 Counsellors Act 1998
amandamen tahun 2006 di Malaysia; dan House Bill
2674 pada tahun 2008, H.R. 3270 (94th Congress,
Congress
1976) oleh DPR Amerika Serikat dan Community
Mental health Centers Act 1963 di Amerika Serikat.

3. Pelayanan Bimbingan dan Konseling

442
Program Pelayanan Bimbingan dan konseling yang
dicantumkan dalam Permendikbud No. 111 Tahun 2014
ialah layanan dasar, layanan peminatan dan
perencanaan individual, layanan responsif dan layanan
dukungan sistem. Apabila diidentifikasi satu per satu
layanan tersebut, layanan tersebut dirancang tidak
berdasarkan pengklasifikasian yang jelas. Keempat
layanan tersebut hanya mempersempit area penerapan
dari fungsi ataupun bidang layanan yang dijabarkan
dalam permendikbud tersebut. Layanan dasar, layanan
peminatan dan perencanaan individual dan layanan
responsif akan bertabrakan dengan konsep atau materi
yang takkan lepas dari perkembangan peserta didik.
Bisa saja layanan peminatan dan perencanaan
individual serta layanan responsif adalah juga bagian
dari layanan dasar yang mengembangkan kemampuan
penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap dan
tugas-tugas perkembangan. Selain itu, layanan
dukungan sistem yang dimaksud adalah manajemen
bukan dari pelayanan bimbingan dan konseling itu.
Akan tetapi, Penyelenggaraan
aan layanan Bimbingan dan
Konseling adalah bagian dari Manajemen Pelayanan

443
Bimbingan dan Konseling itu sendiri. Sebab
actuating”
pelaksanaan layanan BK termasuk kategori “actuating
yang merupakan bagian dari POAC Planning,
(Planning,
Organizing, Actuating, Controlling) sebagaii komponen
manajemen BK.
Perlu adanya taksonomi layanan bimbingan dan
konseling yang jelas agar penggolongan layanan
bimbingan dan konseling tertata rapi, sistematis, praktis
dan ilmiah. Misalnya jenis layanan diklasifikasikan
berdasarkan fungsi. Kemudian diklasifikasikan
berdasarkan tahap perkembangan konseli. Kemudian
diklasifikasikan berdasarkan bidang
permasalahan/layanan. Lalu diklasifikasikan
berdasarkan sub bidang permasalahan/layanan.
Selanjutnya Kemudian diklasifikasikan lagi
berdasarkan bentuk komunikasi
unikasi dalam konseling.
Setelah itu diklasifikasikan berdasarkan pendekatan
teori yang akan digunakan. Maka akhirnya
ditemukanlah nama dan profil dari layanan tersebut.
Dengan demikian, pelayanan bimbingan dan konseling
benar-benar
benar sesuai kebutuhan. Setel
Setelah

444
pengidentifikasian konseli dan permasalahannya, maka
diidentifikasi layanan konseling yang sesuai.
Susunan pengklasifikasian berdasarkan:
1. Fungsi Layanan
Contohnya: Pencegahan, Pengembangan,
Advokasi dan sebagainya
2. Tahap Perkembangan Konseli
Contohnya: Anak-anak,
anak, remaja awal, dewasa
dan sebagainya
3. Bidang Permasalahan/perkembangan/layanan
Contohnya: Emosi, Kognitif, Sosial dan
sebagainya
4. Sub Bidan
Bidang
Permasalahan/perkembangan/layanan
Contohnya: Sedih akibat kehilangan orang tua,
Sulit mengingat materi pelajaran, Dikucilkan
teman sekelas, dan sebagainya
5. Status Kesehatan Mental konseli
Contohnya: Depresi
6. Bentuk layanan (Gladding, 2012: 602)
Contohnya:

445
a. Partisipan : perantara, individual, pasangan,
kelompok, kelas dan massal
b. Lokasi : Langsung atau tidak langsung
angsung
c. Media komunikasi : tanpa media, audio,
video, audiovisual, teks dan sebagainya
d. Proses interaksi : sinkron atau tidak sinkron
7. Pendekatan teori
Contohnya: Humanistik, Behavioristik,
Psikoanalisis, Pancawaskita, Integritas,
Postmodern dan sebagainya
8. Jenis Layanan
a. Nama Layanan
b. Profil/Karakteristik Layanan
c. Indikator Keberhasilan Layanan
d. Sasaran Layanan
e. Administrasi & Manajemen Layanan

Berdasarkan profil dan permasalahan konseli yang


telah diidentifikasi maka dapat dilihat dari taksonomi
layanan bimbingan
n dan konseling tersebut untuk
menemukan jenis layanan konseling yang sesuai atau
dibutuhkan. Tidak menutup kemungkinan bahwa

446
konseli akan membutuhkan lebih dari satu jenis layanan
jika need assesment telah dilakukan terhadap si konseli.

Dalam pengklasifikasian pelayanan bimbingan dan


konseling tentunya akan lebih tepat jika dirumuskan
oleh pakar-pakar
pakar konseling yang ada di Indonesia.
Bahasa dari tata nama konseling juga dapat ditetapkan
oleh pakar-pakar
pakar konseling tersebut. Bisa saja
menggunakan bahasa yang universal seperti bahasa
latin, Inggris, Indonesia ataupun salah satu bahasa
daerah yang ada di nusantara yang disepakati. Dasar
pengklasifikasian yang dijabarkan tadi hanyalah
permisalan dan dapat diperuntukkan untuk konseling
secara umum.
Apabila
abila ide tersebut dapat diaplikasikan maka
masalah penamaan jenis layanan ini menjadi
terentaskan tanpa memihak kepada siapapun kecuali
keilmuannya. Hal ini dapat menghindari perselisihan
dalam pelaksanaan dan teknis pelayanan bimbingan dan
konseling di lapangan
apangan yang sering terjadi perdebatan
antara penggunaan Pola BK 17 Plus BK Komprehensif.

4. Materi

447
Begitu pula halnya pengklasifikasian bidang materi
hendaknya dibagi berdasarkan tugas
tugas-tugas
perkembangan. Bidang yang disebutkan dalam
permendikbud ini ialah pribadi, karir, belajar dan sosial.
Bidang-bidang
bidang ini tidak jelas dibagi atau
dikelompokkan berdasarkan apa. Bukankah karir dan
belajar juga dapat dimasukkan ke dalam aspek pribadi.
Keempat bidang tadi hanya mempersempit penggunaan
kompetensi yang telah dimiliki
miliki konselor yang telah di
persiapkan oleh perguruan tinggi yang kaya dengan
konsep psikologi terutama psikologi perkembangan dan
kepribadian. Lain halnya jika bidang tersebut dibagi
berdasarkan tugas-tugas
tugas perkembangan konseli,
misalnya menjadi bidang emosi, sosial, moral, kognitif
dan sebagainya.

5. Program
Program layanan pada permendikbud ini adalah
program tahunan dan semesteran. Apabila ditilik dari
tanggung jawab guru BK yang mengemban 24 jam
pelajaran per minggunya maka apabila rata-rata
rata
konselor dapat
pat melaksanakan kegiatan konseling
dengan 2 jam pelajaran per masing-masingnya
masingnya maka

448
ada 12 kegiatan konseling yang dilaksanakan. Apalagi
terkadang Guru BK mendapat kelebihan beban kerja
diakibatkan jumlah guru BK yang tidak sesuai dengan
rasio 1: 150. Sehingga
ingga ada kemungkinan lebih dari 12
kegiatan konseling yang dilakukan dalam seminggu.
Oleh karena itu akan lebih baik ada program tahunan,
semesteran, bulanan, mingguan, dan harian. Dengan
begitu, dapat dilihat kegiatan konseling yang akan
dilaksanakan baik
k dari yang paling ringkas hingga yang
paling rinci sekalipun untuk memudahkan dalam
memandu kegiatan konseling yang dilaksanakan
nantinya.

6. Konseli, Jumlah Konselor, Pengelolaan Kegiatan


dan Waktu Konseling
Berhubung konselor bukanlah guru pada hakikat
sebenarnya dalam konteks keilmuan maka calon konseli
di satuan pendidik adalah peserta didik, tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan yang ada di satuan pendidikan
tersebut. Maka manajemen pelayanan konseling di
d
sekolah bukan hanya sekedar menangani peserta didik.
Selain itu, orang tua dari peserta didik juga

449
mendapatkan pelayanan konseling dari konselor
pendidikan dengan topik permasalahan yang berkaitan
dengan permasalahan yang dialami peserta didik
tersebut.
Selain itu, menurut peraturan yang berlaku, guru
BK mengampu 150 siswa sebagai konseli. Dengan rasio
tersebut, diyakini tidak akan memenuhi seluruh
kebutuhan konseli untuk mendapatkan pelayanan
bimbingan dan konseling. Apabila assesment
dilaksanakan dan beragam
eragam fungsi pelayanan konseling,
maka akan tampak kebutuhan-kebutuhan
kebutuhan konseli untuk
mendapatkan beragam layanan konseling pula. Dengan
menangani 150 siswa dengan beban kerja 24 jam
pelajaran per minggu tidaklah cukup memenuhi
kebutuhan layanan konseling kepada siswa secara
individual dan menyeluruh. Pemberian 2 jam layanan
untuk masuk kelas beserta perhitungan waktu kegiatan
konseling di luar kelas tersebut tidak dapat menjamin
kebutuhan-kebutuhan
kebutuhan tersebut. Sebab konseling yang
ideal tentunya dengan memenuhi
uhi semua kebutuhan
layanan konseling pada siswa yang diampu tersebut.

450
Maka dibutuhkkan jumlah konseli yang ideal ataupun
jumlah konselor yang ideal.
Sebenarnya untuk menjawab permasalahan ini,
dapat disesuaikan dengan jumlah siswa, kelas, dan jam
pelajaran
an yang disediakan. Sebaiknya jumlah jam
pelajaran yang digunakan untuk kegiatan/layanan
konseling pada siswa adalah 3 jam pelajaran. Karena
ada beberapa kegiatan atau layanan konseling
membutuhkan lebih dari 2 jam pelajaran, contohnya
layanan bimbingan/konseling
nseling kelompok, assesment dan
sebagainya. Hal ini juga mengantisipasi agar konselor
mendapatkan keadilan di satuan pendidikan, yaitu tidak
ada lagi kegiatan konseling di luar jam sekolah. Bahkan
kalau perlu masing-masing
masing siswa/kelas dapat mengikuti
kegiatan/layanan
tan/layanan bimbingan dan konseling 2 (dua) kali
seminggu seperti mata pelajaran yang dianggap penting
seperti matematika, IPA dan lain-lain.
lain. Hal ini
mengingat kebutuhan konseling pada siswa dan
dominasi konseling pendidikan dalam pencapaian
tujuan pendidikan
kan nasional yang tidak bermakna kepada
pengembangan pengetahuan dan ketrampilan saja.
Walaupun demikian, 24 jam pelajaran per minggu yang

451
diemban oleh konselor perlu disesuaikan pula. Maka
rumus menentukan untuk jumlah konselor di sekolah
adalah jumlah siswa
swa maksimal dalam satu kelas dibagi
jumlah layanan yang dapat diikuti siswa per kelas
dalam sehari dikali 6 hari jam kerja dikalikan dengan
jumlah kelas ada di sekolah tersebut. Rumusnya sebagai
berikut:

= ×
×
Keterangan
JK = Jumlah Konselor di Sekolah
Nsx = Jumlah siswa maksimal dalam sekolah
yang bersangkutan
fl = jumlah layanan yang dapat diikuti
siswa per kelas dalam satu hari
Jhk = Jumlah hari yang dihitung sebagai jam
kerja di sekolah

Apabila layanan bimbingan dan konseling


kon
dianggap lebih penting dari mata pelajaran ataupun
setidaknya tergolong penting dan berusaha

452
mengakomodir kebutuhan layanan konseling secara
individu dan menyeluruh, maka layanan konseling
dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam satu
minggu bagi siswa per kelasnya. Rumusnya sebagai
berikut:

×
= ×
×
Keterangan
JK = Jumlah Konselor di Sekolah
Nsx = Jumlah siswa maksimal dalam sekolah
yang bersangkutan
fl = jumlah layanan yang dapat diikuti
siswa per kelas dalam satu hari
Jhk = Jumlah hari yang dihitung sebagai jam
kerja di sekolah
Jl = jumlah layanan yang diikuti siswa per
kelas dalam satu minggu

Dari kedua rumus menentukan jumlah konselor


dapat digunakan untuk kebijakan jumlah konselor di
sekolah.

453
Untuk kegiatan atau layanan konseling di luar
seperti beberapa kegiatan pendukung, layanan
diperluas yang dimaksud dalam Permendikbud 81A
tentang implementsi kurikulum 2013 dan layanan
dukungan sistem dalam Permendikbud 111 tahun
2014 ini, dan kegiatan konseling lainnya yang
berkenaan langsung dengan siswa, dapat dilakukan
di luar jam pelajaran namun tidak di luar jam
sekolah apalagi di luar hari kerja. Berikut contoh
jadwal kegiatan dan layanan konseling di sekolah:

Contoh Jadwal Kegiatan Konseling


Konselor Antonio

Jam Hari
Pelajaran
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
ke-
1 Siswa Siswa
Siswa HI
2 AD (X- XY (XI-
(XII-1)*
3 1)* 1)*
4 Siswa Siswa
Siswa ST
5 BC (X- KL (XII-
(XI-2)*
6 2)* 2)*
7 ** ** **
8 ** ** **

* Dilakukan serempak pada satu kelas. Namun


siswa dapat ditangani per individual, kelompok,

454
kelas, dan massal/gabungan kelas berdasarkan
kebutuhan. Diutamakan dilakukan secara
individual agar dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan akan layanan konseling berdasarkan
berd
asesmen dan fungsi layanan.
** Kegiatan konseling di luar siswa secara
langsung seperti manajemen & administrasi
(dukungan sistem) bimbingan dan konseling;
kegiatan pendukung yang tidak berkaitan
dengan siswa secara langsung; layanan
konseling diperluas seperti kepada guru, orang
tua dan sebagainya; dan kegiatan lainnya
Apabila terjadi kelebihan beban kerja
sebaiknya diberikan kompensasi yang sesuai
layaknya pekerjaan lembur sehingga tunjangan
keprofesionalan konselor berbasis kinerja.

Maka contoh susunan jadwal layanan


bimbingan dan konseling dan mata pelajaran pada
suatu kelas di sekolah akan menjadi seperti berikut:

455
Jam Hari
Pelajaran
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
ke-
1 MP MP LBK MP MP MP
2 MP MP LBK MP MP MP
3 MP MP LBK MP MP MP
4 MP MP MP MP MP MP
5 MP MP MP MP MP MP
6 MP MP MP MP MP MP
7 MP MP MP MP MP MP
8 MP MP MP MP MP MP

Ket:
MP = Mata Pelajaran
LBK = Layanan Bimbingan dan Konseling

Sedangkan contoh seluruh jadwal konseling


pada semua konselor di suatu sekolah dapat terlihat
sebagai berikut:

456
Jam Hari
Pelajaran
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
ke-
1
2 X-1 XI-1 XII-1 X-3 XI-3 XII-3
3
4
5 X-2 XI-2 XII-2 X-4 XI-4 XII-4
6
7 Manajemen/administrasi/kegiatan pendukung/layanan
8 diperluas/dsb

Meski jadwalnya dilakukan per kelas namun


pelaksanaannya diutamakan individual untuk
mememnuhi kebutuhan layanan pada konseli. Itulah
sebabnya jumlah konselor dipatok pada rumus yang
disampaikan tadi, berdasarkan jumlah maksimal siswa
dalam satu kelas. Apabila
bila jumlah maksimal siswa
dalam satu kelas pada suatu sekolah adalah 30 orang,
maka jumlah minimal konselor pada sekolah tersebut
adalah 30 orang. Angka ini terbilang fantastis jika
dibandingkan dengan rasio 1:150 yang ditetapkan
pemerintah. Namun apabila bertahan dengan kebijakan
rasio 1:150 tersebut, berarti pemerintah tidak serius
dalam memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan
pelayananan konseling secara individu dan menyeluruh.

457
Dengan kata lain, tidak serius untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Bagaimana
imana tidak, dengan adanya
kebijakan-kebijakan
kebijakan yang ada pada saat ini, jam
layanan yang dapat dijamin tidak mengganggu mata
pelajaran atau luar jam belajar di sekolah hanyalah
untuk pelayanan konseling untuk format klasikal.
Bagaimana dengan format lain? Tidak
idak mungkin
dilakukan pada jam istirahat. Ini jelas menunjukkan
ketidakdisiplinan. Tidak mungkin dilakukan pada saat
proses belajar mengajar sedang berlangsung. Ini jelas
mengganggu siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar sehingga siswa dapat ketinggalan
ggalan pelajaran.
Tidak mungkin pula dilakukan setelah pulang sekolah
atau hari libur. Ini jelas merusak jadwal siswa yang
tidak mungkin hanya banyak menghabiskan waktu di
sekolah. Perlu manajemen yang tepat untuk membenahi
masalah ini. Sehingga hal ini juga
ga dapat merubah
persepsi yang negatif terhadap sebagian guru BK atau
konselor di lapangan selama ini di lain persoalan
kualitas guru BK/konselor itu sendiri.

Siswa-siswa
siswa yang bermasalah atau melanggar
disiplin sering di proses ketika proses belajar mengajar
meng

458
berlangsung. Contoh permasalahannya adalah tidak
mengerjakan PR, bolos, terlambat, dan sebagainya.
Siswa sering di hukum yang dimaksudkan untuk jera.
Namun berapa persen siswa yang jera untuk melakukan
pelanggaran disiplin setelah dihukum. Selain itu, masa
hukuman hanya akan mengganggu proses belajar
mengajar, sehingga berkurang kesempatan belajarnya di
kelas. Tindakan tegas yang mendidik sangatlah
diperlukan disini. Tentunya ada saat yang tepat untuk
memproses itu, salah satunya dengan pelayanan
bimbingan
ngan dan konseling. Ketersediaan waktu siswa
untuk mendapatkan pelayanan bimbingan dan
konseling setiap minggu secara individu adalah salah
satu solusi yang tepat. Pada saat itu, konselor
memproses konseli pada jam layanan. Ini juga akan
mengurangi pandangan
an siswa bahwa konseling hanya
untuk orang-orang
orang yang bermasalah. Sehingga banyak
siswa yang enggan untuk mengikuti layanan bimbingan
dan konseling. Sebab menanggulangi siswa yang
bermasalah pada jam layanan. Siswa yang bermasalah
ataupun tidak bermasalah hendaknya tetap mendapat
layanan bimbingan dan konseling. Hal ini dikarenakan

459
BK bukan hanya berfungsi sebagai pengentasan tetapi
juga pencegahan, pengembangan dan lain-lain.
lain.

Akan lebih baik lagi, syarat kepala sekolah


setelah terpilih, harus mengikuti pelatihan
elatihan manajemen
BK di sekolah. Sebab eksistensi dan esensi pelayanan
BK di sekolah juga bergantung kepada keputusan dan
kebijakan kepala sekolah yang diawasi langsung oleh
pemerintah dalam pelaksanaan implementasi kebijakan
pemerintah terkait pelayanan bimbingan dan konseling
di sekolah.

Alokasi waktu pada permendikbud 111 tahun


2014 ini, seakan-akan
akan hanya mempertimbangkan harus
terlaksananya semua layanan apabila dilihat dari
persentase-persentase
persentase layanan dalam pembagian alokasi
waktu. Padahal bisa sajaa ada layanan yng tidak
mungkin dilaksanakan sama sekali. Patokan seharusnya
adalah kebutuhan siswa bukan keterlaksanaan seluruh
layanan.

Sebaiknya untuk menentukan ekuivalensi jam


pelajaran pada permendikbud no 111 tahun 2014 ini,

460
memperhatikan durasi, kuantitas
antitas dan bobot. Hal ini
disebabkan bobot pada pelaksanaan
administrasi/manajemen, kegiatan pendukung dan
pelayanan konseling memiliki tingkatan tuntutan,
ketrampilan dan kesulitan yang berbeda. Kemudian
durasi juga menjadi pertimbangan yang sesuai dalam
ekuivalensi jam pelajaran. Karena durasi bisa
dibutuhkan lebih lama ataupun lebih cepat. Maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:

= × ×

Keterangan:
e = ekuivalen jam pelajaran
d = durasi (dalam konversi hitungan
menit) pelaksanaan
jpm = 1 jam pelajaran dalam hitungan menit
sesuai tk satuan pendidikan
b = bobot (1 - 5)
f = jumlah atau banyak kegiatan yang
dilakukan
Dengan penghitungan dalam penentuan
ekuivalen jam pelajaran tersebut akan lebih menjamin

461
akurasi penghitungan jam
m kerja dengan beban kerja
yang telah diberikan yakni 24 jam pelajaran. Kelebihan
jam pelajaran yang diampu konselor seharusnya
mendapatkan kompensasi yang layak sebagai
penghargaan setiap kelebihan per satu jamnya.
Kesimpulannya hendaknya beban kerja konselor
kon
sekolah atau masih dikenal sebagai guru BK adalah
terpenuhinya kebutuhan per siswa terhadap layanan
konseling dan tidak berdasarkan jumlah siswa yang
diampu hingga 150 orang. Apabila ide tadi diterapkan
maka beban kerja konselor sekolah menjadi maksimal
maksi 6
orang siswa dengan masing-masing
masing siswa mengikuti
layanan 3 jam pelajaran setiap minggunya disertai
maksimal 6 jam pelajaran untuk
administrasi/manejemen, kegiatan pendukung yang
tidak berkenaan langsung dengan siswa, layanan
diperluas dan kegiatan konseling
nseling lainnya yang diakui
pakar konseling.

462
7. Sarana

Dapat dipastikan tidak semua sekolah memiliki


ruang apalagi gedung khusus untuk layanan bimbingan
dan konseling. Padahal dalam Permendiknas No 20
tahun 2010 tentang Norma, Standar, Prosedur, dan
kriteria
ria (NSPK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Formal dan Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota yang
melampirkan dan mengharuskan adanya ruang
konseling di satuan pendidikan tersebut. Dalam
permendikbud no 111 tahun 2014 ini, memaparkan
berbagai alternatif penataan
aan ruang BK di sekolah.
Untuk itu, pemerintah hendaknya juga membuat
kebijakan atau program khusus untuk mengontrol atau
memfasilitasi sekolah agar dapat memenuhi kebutuhan
konselor sekolah seperti sarana dan prasarana yang
memadai dan sesuai standar dengan
an kebijakan yang
ada.

D. Kesimpulan
Kebijakan-kebijakan
kebijakan pemerintah saat ini belum
mengakomodir profesi konseling pada umumnya dan
konseling pendidikan pada khususnya secara keilmuan.

463
Terdapat perbedaan konsep operasionalisasi atau teknis
pelayanan bimbingan dan konseling oleh beberapa
pakar yang ada di Indonesia. Hal ini harus disatukan
secara ilmiah dalam bentuk kebijakan sehingga dapat
diterima oleh seluruh lapisan anggota profesi namun
disesuaikan dengan kebijakan perundang-undangan
undangan
yang ada di atasnya. Penulis
enulis melihat berdasarkan
pembahasan pada analisis permendikbud no 111 tahun
2014 ini, belum adanya peraturan khusus untuk profesi
konselor seperti profesi lainnya setingkat UU dan
fenomena-fenomena
fenomena yang terjadi di lapangan, maka
dibutuhkannya 2 (dua) ketetapan
etapan berupa Undang-
Undang
undang ataupun peraturan pemerintah terkait:
1. Sistem Konseling Nasional
2. Konseling Pendidikan Nasional

Selain itu, implementasi dan konsistensi


pemerintah dalam sebuah kebijakan terkait bimbingan
dan konseling meski ditingkatkan aktualisasinya.
sasinya.

Permendikbud no 111 tahun 2014 dipaparkan


secara detail namun nampaknya lebih banyak
penekanan pada eksistensi dibanding esensi profesi

464
konseling di pendidikan dasar dan menengah serta
belum menjawab persoalan atas fenomena yang terjadi
di lapangan
gan secara menyeluruh dan substansial. Namun
keberadaan dan penerapan Permendikbud No. 111
tahun 2014 juga akan berdampak positif untuk merubah
kesalahpahaman terhadap bimbingan dan konseling di
sekolah. Kesalahpahaman tersebut pernah diutarakan
Prayitno (2008),
2008), yaitu Guru BK dianggap polisi
sekolah, layanan BK dapat dilakukan oleh siapa saja,
Layanan BK hanya untuk siswa tertentu saja, Layanan
BK hanya untuk permasalahan awal saja, Layanan BK
tidak terkait dengan pendidikan, Layanan BK hanya
bekerja sendiri, dan sebagainya.

Tantangan selanjutnya adalah bagaimana


mengukur keberhasilan terhadap pencapaian tujuan
pelayanan bimbingan dan konseling.

465
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aziz Syamsuddin. 2011. Proses & Teknik Penyusunan


Undang-Undang. Jakarta: Sinar Grafika.

ABKIN. 2008. Krisis Identitas Profesi Bimbingan dan


Konseling.. Tempat tidak diketahui: Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan


Ketenagaan Perguruan Tinggi. 2004. Dasar
Standardisasi Profesi Konseling.. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.

Gladding, Samuel T. 2012. Konseling: Profesi Menyeluruh.


Menyeluruh
Terjemahan oleh Winarno dan Lilian Yuwono. Jakarta:
Indeks.

Keputusan Asosiasi Penyelenggara Perguruan Tinggi Psikologi


Indonesia. 2013. Kurikulum Inti Progam
am Studi
Psikologi (S1). Bandung: AP2TPI.

Keputusan Asosiasi Penyelenggara Perguruan Tinggi Psikologi


Indonesia. 2013. Kurikulum Program Studi Profesi
Psikologi. Bandung: AP2TPI.

466
Keputusan Asosiasi Penyelenggara Perguruan Tinggi Psikologi
Indonesia. 2013. Pendidikan Tinggi Psikologi di
Indonesia. Bandung: AP2TPI.

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi. 2009. Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya.. Jakarta: Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 2014.


Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
Menengah.. Jakarta: Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan.

___________. 2014. Lampiran Bimbingan dan Konseling pada


Pendidikan Dasar dan Menengah.. Jakarta: Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.

___________. 2013. Lampiran IV Implementasi Kurikulum


2013.. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

467
___________. 2013. Penerapan
enerapan Kerangka Kualifikasi Kerja
Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi.
Tinggi Jakarta:
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. 2008. Standar


Kualifikasi Akademik & Kompetensi Konselor. Jakarta:
Menteri Pendidikan Nasional.

___________. 2010. Norma, Standar, Prosedur, dan kriteria


(NSPK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Formal
dan Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota. Jakarta:
Menteri Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah. 2008. Guru.. Jakarta: Presiden Republik


Indonesia.

Peraturan Presiden. 2012. Kerangka Kualifikasi Kerja Nasional


Indonesia.. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Prayitno. 2004. Dasar-dasar


dasar Bimbingan dan Konseling.
Konseling
Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-Undang. 2003. Sistem Pendidikan Nasional.. Jakarta:


Presiden Republik Indonesia.

468
___________. 2005. Guru dan Dosen.. Jakarta. Jakarta:
Presiden Republik Indonesia.

___________. 2005. Standar Nasional Pendidikan.


Pendidikan Jakarta:
Presiden Republik Indonesia.

469
MAHABBAH QALBU
Cipt. Achmad Badaruddin

Bismillaahirrahmaaniraahim
Ya Haliim Ya Lathiif
Salahkah hati ini?
Dosakah hamba mencintai?
Ya Wuduud Ya Khabir
AnugerahMu tuk memberi milyaran kasih
Lebih dari itu hanya untuk Ya Mujiib
Karna dengan kehendakMu hamba hadir
Ya Khalik Ya Muqtadir
Engkau ciptakan Kaum Adam dan Hawa di Surgawi
Hidup berpasangan atas ridhoMu Ya Waajid
untuk memilih jalan menuju akhirati
Ya Haad Ya Qoodir
Hadirkanlah cinta ini mengiring ke jalan Illahi
hingga hamba dimudahkan sakratul maut oleh Izrail
Hasratkan hamba bermuhasabah diri dalam dzikir
Berikan hamba yang terbaik dalam hidup ini
Hamba syukuri rahmati Ya Rabbi

Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin


Allahumma Ini Astukat Tuqoo Wal Hudaa Wal ’Afaafa
Wal Ghinaa Wal Mauta ’Alal Islami Wal Imani
Amin Ya Robbal ‘Alamin
Laahaula Wa Laa Quwwata illaa billahil ‘Aliyil ‘Adzim
Ya Allah Ya Nuurallah
Allahu Akbar
14 April 2007

470
BAB IV
GAGASAN ILMIAH

A. Pengguna Narkoba

Kesuksesan adalah keberhasilan dalam mencapai

tujuan/sesuatu/cita-cita.
cita. Seperti yang dicantumkan dalam

KBBI oleh Umi dan Windy (2006: 633), sukses berarti

berhasil, beruntung; lulus, dapat dicapai dengan baik.

Kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh kesukses


kesuksesan

pencapaian tugas perkembangannya sebelumnya. Hal ini

didukung oleh Mudjiran (2007: 12) yang menerangkan

bahwa pencapaian (tugas perkembangan) yang sukses

berperan penting untuk kebahagiannya dan untuk

pencapaian tugas-tugas
tugas selanjutnya, sedangkan kegagalan
kegaga

(pencapaian tugas-tugas
tugas perkembangan) mengarah

timbulnya ketidakbahagiaan dalam diri individu itu, dan

sulit untuk mencapai tugas perkembangan selanjutnya.

471
Kebahagiaan merupakan faktor utama seseorang yang

mengalami kesuksesan. Untuk mempersiapkan diri

menjadi orang dewasa yang sukses dapat dimulai sejak

dini, setidaknya satu tahap perkembangan sebelumnya,

yaitu tahap remaja. Sebab masa remaja merupakan masa

transisi antara masa anak-anak


anak dengan masa dewasa

(Sarlito, 2012: 17). Pada prinsipnya, berlangsungnya


berlangs

perkembangan saat ini mempengaruhi perkembangan

selanjutnya, khususnya perkembangan moral. Mudjiran

(2012: 96) menjelaskan bahwa tercapainya perkembangan

moral memberi arti bagi peningkatan sosialisasi, sehingga

remaja benar-benar siap memasuki kehidupan


idupan dewasa.

Sedangkan moral (Aliah, 2006: 261) adalah kapasitas

untuk membedakan yang benar dan yang salah, brtindak

atas perbedaan pendapat tersebut, dan mendapatkan

penghargaan diri ketika melakukan yang benar dan merasa

bersalah atau malu ketika melanggar


nggar standar tersebut.

472
Ini berarti gangguan perkembangan moral dapat

menimbulkan masalah pada remaja. Sehingga potensi yang

dimiliki menjadi terhambat perkembangannya. Prayitno

(1998: 18) mendukung hal tersebut sebagaimana

menjelaskan bahwa potensi yang ada


da pada individu yang

bermasalah menjadi tidak berkembang. Hal ini

mengakibatkan semua tugas perkembangan menjadi

terganggu. Salah satu bentuk gangguan perkembangan

moral pada remaja adalah kenakalan remaja. Sedangkan

kenakalan remaja menurut Sudarsono (2004:


(20 14) ialah

pelanggaran anak yang masih berada dalam fase usia

remaja terhadap norma-norma


norma hukum, sosial, susila dan

agama. Kenakalan remaja tercermin dari perilakunya.

Perilakunya dapat disebut dengan perilaku menyimpang.

Perilaku tersebut dikatakan menyimpang karena perilaku

tersebut
rsebut dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain

dan juga melanggar aturan-aturan, nilai-nilai,


nilai, dan norma

473
baik agama, hukum maupun adat istiadat dalam Mudjiran

(2007: 150).

Wujud perilaku menyimpang banyak sekali. Salah satu

wujud perilaku menyimpang adalah penyalahgunaan

narkoba atau singkatan dari narkotika dan obat terlarang

(Mudjiran, 2007: 152). Sedangkan kepanjangan narkoba

yang tepat adalah narkotika, psikotropika dan bahan adiktif

lainnya (Subagyo, tanpa tahun: 10). Penyalahgunaan

narkoba dapatt merusak mental. Ini juga dijelaskan oleh

Sarlito (2012: 264) bahwa narkoba mempunyai gangguan

terhadap sistem syaraf manusia. Sehingga dapat

berdampak kepada kualitas mental dan fisik. Hal ini dapat

dilihat secara kasat mata baik itu perilaku maupun fisik


fis

bagi pengguna. Subagyo (tanpa tahun: 87) meyakinkan

bahwa ciri-ciri
ciri pemakai narkoba dapat dikenali secara

umum. Dengan begitu, ciri-ciri


ciri pengguna narkoba dapat

diidentifikasi. Tentunya keberagaman narkoba tidak

474
menimbulkan efek yang sama. Setiap narkoba memiliki

kandungan, bentuk dan efek yang berbeda-beda.


beda.

Hal ini cukup mengkhawatirkan. Sebab jumlah pemakai

bertambah terus, jenis kelompok pemakai semakin

bervariasi, daerah penyebaran semakin meluas,

meningkatnya arus globalisasi menguatkan arus peradaran


peradara

narkoba dengan berbagai cara, penyakit penyerta pemakai

semakin berbahaya, jenis/kualitas dan jumlahnya semakin

meningkat, sindikat semakin kuat/piawai dan profesional

serta dampak negatif yang semakin meluas Subagyo (tanpa

tahun: 6).

Jumlah pengguna narkoba


rkoba semakin banyak dari tahun

ke tahun. Kemensos mempunyai 40 Instasi Penerima

Wajib Lapor (IPWL) yang terdapat di seluruh Tanah

Air. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah

pengguna narkoba yang mencapai 4 juta jiwa (Kemensos,

2014). Padahal
adahal rehabilitasi sosial sangat penting, untuk

475
menghentikan kecanduan pengguna dari ketergantungan

zat berbahaya itu. Dari hasil survey BNN Pusat,


usat, imbuh

Komjen Gorris Merre,, tahun 2005, pemakai narkoba di

Indonesia sekitar 1,5% dari jumlah penduduk. Pada tahun

2008 terjadi peningkatan menjadi 1,99 persen. Tetapi utuk

tahun 2011 terjadi peningkatan yang sangat signifikan


si

pemakai narkoba sebesar 2,8% dari jumlah penduduk

Indonesia dalam harian online harianhaluan.com oleh

DDG (2012). Bahkan Deputi Pemberdayaan


aan Masyarakat

Badan Narkotika Nasional (BNN) V, Sambudiyono dalam

eksposnews.com oleh Antara (2013) , memprediksi jumlah

pengguna narkoba di Indonesia bisa mencapai 5,1 juta

orang pada tahun 2015, apabila tidak ada kesungguhan

dari semua pihak untuk memeranginya.

Selanjutnya, peredaran narkoba yang semakin luas, tak

menutup kemungkinan bahwa Kota padang termasuk


ermasuk area

peredaran narkoba tersebut. Ini dijelaskan bahwa tidak ada

476
wilayah yang bebas narkoba di Indonesia dalam Subagyo

(Tanpa tahun: 2). Kepala Badan Narkotika Nasional

(BNN) Anang Iskandar dalam JPNN.com oleh Gir (2013),


(2013)

menyebut jumlah penduduk Indonesia


donesia yang terlanjur

mengonsumsi narkoba hingga saat ini mencapai 4 juta

jiwa. Sedangkan Sumbar berada di posisi 21 di Indonesia

dalam jumlah korban penyalahgunaan Narkoba, dengan

jumlah yang terdata sekitar 63.873 orang. Jumlah tersebut

jauh lebih tinggii karena para pecandu / korban

penyalahgunaan Narkoba ini populasinya tersembunyi.

Setiap
etiap harinya di Indonesia 15 orang meninggal dunia

karena Narkoba. Begitulah data yang disampaikan oleh

harian online padangtoday.com oleh Eza (2013).

Sedangkan pertumbuhan
an pecandu narkoba dapat dilihat

dari berita online yang diterbitkan oleh

hariansinggalang.co.id oleh Yuke (2013) memberitakan

bahwa selama tahun 2012 hingga minggu pertama Maret

477
2013, sudah 369 pecandu narkotika melaporkan diri ke

Instasi Penerima Wajib Lapor (IPWL) Sumbar.. Bahkan

sebanyak
ebanyak 873 orang pecandu narkoba di Sumatera Barat

hingga pertengahan Juni 2013 melaporkan diri untuk

menjalani rehabilitasi ke Instansi Penerima Wajib Lapor

(IPWL) dalam antaranews.com Yazid (2013)


(2013). Ini

menjelaskan bahwa pertumbuhan


mbuhan pengguna narkoba di

Sumatera Barat sangat pesat dan memperihatinkan.

Kota Padang yang merupakan ibukota provinsi Sumbar

menjadi sasaran empuk dan merupakan kota yang

memiliki pengguna narkoba tertinggi di Sumatera Barat.

Di dalam harian online posmetropadang.com oleh Ben

(2013) menyebutkan bahwa dalam


alam tempo enam bulan,

sebanyak 80 kasus narkoba disidangkan di Pengadilan

Negeri Padang. Jumlah ini menjadi yang terbanyak dari

seluruh kasus yang masuk ke pengadilan. Hal ini seakan

menyiratkan kalau permasalahan narkotika di Kota Padang

478
kian akut. Sedangkan dilihat dari berita online yang

dilansir oleh padangekspres.com oleh Ricco (2011)

didapatkan data bahwa dari


ari 19 kabupaten/kota, Padang

masih menjadi jawara sasaran empuk peredaran narkoba.

Data Polda
lda Sumbar, Polresta Padang telah memproses

kasus narkoba sebanyak 66 kasus. Kemudian untuk

Sosialisasi ke tingkat pelajar dan mahasiswa di Kota

Padang sendiri, BNN telah melakukan pemeriksaan

kepada 250 orang, dan ditemukan 7 orang terbukti positif

menggunakan
nakan narkoba, 3 diantaranya pelajar sebagaimana

yang dilansir dalam website resmi sumbarprov.go.id oleh

humas Sumbar (2013). Berarti pengguna narkoba sudah

merambah di kalangan mahasiswa, siswa SMA, SMP

bahkan SD. Pada 2012 terdapat tujuh penghisap lem yang


y

dirawat di RS HB Sa’anin Padang, sedangkan 2013 ini tiga

orang. Mereka umumnya murid SD, yang terpengaruh

menggunakan lem karena pergaulan di lingkungannya

479
masing-masing dalam Yuke (2013). Ini mengisyaratkan

bahwa tidak hanya orang dewasa yang sudah bekerja


kerja saja

yang terjerat kasus narkoba tetapi juga pelajar. Pengguna

narkoba semakin bervariasi dilihat dari pekerjaannya.

Mereka terdiri atas pelajar, pegawai negeri sipil, swasta

dan lainnya (Yuke, 2013). Sebagian besar pelajar dapat

dikategorikan sebagai anak-anak.

Anak-anak
anak tersebut cukup banyak dari kalangan

remaja. Hal ini juga diakui Sudarsono (2004: 66) yang

mendukung bahwa dalam beberapa dasawarsa terakhir ini

penyalahgunaan narkotika sebagian dilakukan oleh kaum

remaja. Apabila remaja saja sudah menyalahgunakan

narkoba, tentunya akan berakibat fatal terhadap dirinya


diri

dan bangsa. Sebab remaja merupakan generasi muda

harapan bangsa yang akan mengelola bangsa ini di

kemudian hari. Pendapat ini didukung dalam berita yang

diterbitkan online oleh Redaksi Harian Online Laksus.com

480
(2013) yang menambahkan bahwa tiap
iap tahun pengguna
p

narkoba mengalami peningkatan, meski jumlah

peningkatan itu masih dalam pendataan tapi yang jelas

pengguna narkoba di Indonesia mengalami kenaikan,

terutama dikalangan anak-anak


anak muda yang notabene calon

pemimpin bangsa.

Dilihat dari usianya, remajaa berusia 10,5 – 21 tahun

menurut hurlock dalam Sudarsono (2004: 13). Remaja

merupakan usia sekolah yang seharusnya belajar di

sekolah sebagai siswa yang tekun belajar mempersiapkan

bekal hidupnya di masa dewasa nantinya. Berdasarkan usia

tersebut, mereka berada di tingkat SMP, SMA dan

Perguruan Tinggi.

Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, sebaiknya

konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah

dapat mengidentifikasi siswa yang menyalahgunakan

narkoba tersebut dan dapat menindaklanjutinya dengan

481
tepat.
epat. Sehubungan konselor/ guru bk adalah salah satu

pendidik yang berwenang dan bertanggung jawab di

sekolah dalam SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, mereka

sebagai pelaksana layanan konseling, konselor atau guru

bimbingan dan konseling dapat melakukan fungsi

bimbingan dan konseling, yaitu fungsi pemahaman,

pencegahan, pengentasan, pengembangan/pemeliharaan

dan advokasi (ABKIN, 2006: 5). Dalam hal ini berarti

konselor/guru BK dapat memahami atau mengidentifikasi

pribadi siswa secara umum, dan kecendrungan perilaku


peril

menyimpang siswa seperti kecendrungan penyalahgunaan

narkoba pada khususnya. Adapun salah satu bidang

bimbingan dan konseling adalah bidang pribadi (ABKIN,

2006: 5).

Untuk mengetahui apakah guru bimbingan dan

konseling tingkat SMP di Kota Padang dapat

mengindentifikasi ciri-ciri
ciri pengguna narkoba tersebut dan

482
berdasarkan adanya kecendrungan-kecendrungan
kecendrungan yang

tampak dalam perilaku pada pengguna narkoba tersebut,

maka perlu mengadakan penelitian lebih lanjut.

1. Pengertian Narkoba

Narkoba (Subagya, tanpaa tahun: 10) adalah

singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan

adiktif lainnya. Banyak jenis narkotika dan

psikotropika memberi manfaat yang besar bila

digunakan dengan baik dan benar dalam bidang

kedokteran. Narkotika dan psikotropika dapat

menyembuhkan
hkan banyak penyakit dan mengakhiri

penderitaan. Jasa narkotika dan psikotropika sangat

besar dalam kehidupan di masa lalu, masa kini, dan

masa yang akan datang. Tindakan operasi

(pembedahan) yang dilakukan oleh dokter harus

didahului dengan pembiusan. Padahal,,


ahal,, obat bius

tergolong narkotika. Orang yang mengalami stres dan

483
gangguan jiwa diberi obat-obatan
obatan yang tergolong

psikotropika oleh dokter agar dapat sembuh.

Suprapti dan Sumarmo (2003: 88) menyatakan

bahwa masyarakat tidak bisa membedakan antara obat

psikotropika
sikotropika da obat narkotika. Obat psikotropika

adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan

syaraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap

aktivitas mental dan prilaku. Obat psikotropika

biasanya digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik.

Obat narkotik adalah obat yang bekerja secara selektif

pada susunan syaraf pusat dan mempunyai efek utama

terhadap penurunan atau rasa nyeri. Obat narkotika

biasanya digunakan untuk analgesik (anti rasa sakit),

antitusif (mengurangi batuk), antipasmodik

(mengurangi
urangi rasa mulas atau mual) dan pramedikasi

anestesi dan praktik kedokteran menurut Maslim R

(1999) dalam Suprapti dan Sumarmo (2007: 88)

484
2. Jenis-jenis Narkoba

Narkoba dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika,

psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.

- Narkotika

Narkotika (Subagyo, tanpa tahun: 11) adalah zat

atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang

dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan.

Berdasarkan Undang-Undang
Undang No. 35 Tahun

2009, jenis narkotika dibagi ke dalam 3 kelompok,

yaitu narkotika golonga I, golongan II, dan

golongan III.

485
Narkotika golongan I adalah narkoyika yang

paling
ling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi.

Golongan ini tidak boleh digunakan apa pun,

kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.

Contohnya adalah ganja, heroin, kokain, morfin,

opium dan lain-lain.

- Psikotropika

- Bahan adiktif lainnya

Sumber:

ABKIN. 2006. Panduan Pengembangan Diri untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Asosiasi

Bimbingan dan Konseling Indonesia.

Antara. 2013, 5 Maret. Gawat Pengguna Narkoba di Indonesia

Meningkat Terus. Online.

http://eksposnews.com/view/2/50718/Gawat--

486
Pengguna-Narkoba-di-Indonesia-Meningkat
Meningkat-Terus-

.html#.U0GfUKJadTk,, diakses 6 April 2014)

Ben. 2013, 29 Juni. 80 Kasus Narkoba Disidangkan di PN

Padang.. Online.

http://posmetropadang.com/index.php?option=com_con

tent&task=view&id=7661&Itemid=54,, diakses 6 April

2014)

Derizon Yazid. 2013, 23 Juni. 873 pecandu narkoba di Sumbar

melapor. Online.

http://www.antaranews.com/berita/381491/873
http://www.antaranews.com/berita/381491/873-

pecandu-narkoba-di-sumbar-melapor,, diakses 6 April

2014).

DDG. 2012, 28 Agustus. Pengguna Narkoba di Sumbar 55

Ribu Orang.. Online.

http://www.harianhaluan.com/index.php/berita/sumbar/

17480-pengguna-narkoba-di-sumbar-55-ribu
ribu-orang,

diakses 6 April 2014).

487
Eza. 2013, 12 Desember. Online.

http://padangtoday.com/today/detail/51796,, diakses 6

April 2014).

Gibson, Robert L. & Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan

dan Konseling.. Diterjamahkan oleh Yudi Santoso.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jumlah Pengguna Narkotika di


Gir. 2013, 11 November.Jumlah

Indonesia Capai 4 Juta Jiwa.. Online.

http://www.jpnn.com/read/2013/11/11/200348/Jumlah
om/read/2013/11/11/200348/Jumlah-

Pengguna-Narkotika-di-Indonesia-Capai-4-Juta
Juta-Jiwa-,

diakses 6 April 2014)

Gladding, Samuel T. 2012. Konseling: Profesi yang

Menyeluruh.. Terjemahan oleh Winarno dan Lilian

Yuwono. Jakarta: Indeks.

Humas Sumbar. 2013, 12 Juni. IPWL Solusi tepat Pecandu

Narkoba.. Online.

http://www.sumbarprov.go.id/read/99/12/14/59/79
http://www.sumbarprov.go.id/read/99/12/14/59/79-

488
mengenal-sumbar/berita-terkini/715-ipwl
ipwl-solusi-tepat-

pecandu-narkoba.html,, diakses 6 April 2014)

Kartono, Kartini. 2009. Psikologi Abnormal.. Bandung: Mandar

Maju.

Kemensos RI. 2014, 26 Februari. Monitoring Berita Kemensos.

Online.

http://humas.kemsos.go.id/kliping/?wpfb_dl=43
http://humas.kemsos.go.id/kliping/?wpfb_dl=43,

diakses 6 April 2014).

Mudjiran, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik.


Didik Padang:

UNP Press.

Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita.Padang:


Padang: Program

Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu

Pendidikan IKIP Padang.

Prayitno & Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar


Dasar Bimbingan dan

Konseling. Jakarta: Grasindo.

Redaksi. 2013, 17 Februari. Jumlah Pengguna Narkoba

Indonesia Terus Meningkat.. Online.

489
http://www.laksus.com/berita/62/jumlah-pengguna
pengguna-

narkoba-indonesia-terus-meningkat.html,, diakses 6

April 2014).

Ricco. 2011, 14 Desember. Berita Ranah Minang ”Surga”

Narkoba.. Online.

http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=18989
http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=18989,

diakses 6 April 2014)

Sarlito W. Sarwono. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali

Pers.

Subagyo Partodiharjo. Tanpa tahun. Kenali Narkoba dan

Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta: Erlangga.

Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja.. Jakarta. Rineka Cipta.

Suprapti Slamet & Sumarmo Markam. 2007. Pengantar

Psikologi Klinis.. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia.

Titi Sundari. 2008. Narkoba Pendekatan Holistik:

Organobiotik, Psikoedukasional dan Psikososial

490
Budaya. Makalah disajikan dalam perkuliahan

Perkembangan Peserta Didik.


ik. Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Inggris FKIP Universitas Bung

Hatta, Padang.

Syafrianto. 2003. ”Pengaruh Narkoba terhadap Kenakalan

Remaja dan Upaya Penanggulangannya di Kelurahan

Kuranji”. Skripsi tidak diterbitkan. Padang: Sekolah

Tinggi Ilmu Sosial


sial dan Politik Imam Bonjol Padang.

Umi dan Windy. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Indonesia

Surabaya: Kashiko.

Yuke. 2013, 6 Maret. 369 Pecandu Narkoba di Sumbar

Melapor. Online. (http://hariansinggalang.co.id/369


http://hariansinggalang.co.id/369-

pecandu-narkoba-di-sumbar-melapor/,, diakses 6 April

2014).

491
B. Karakter Sukses Bagi Anak Indigo

Persaingan di era globalisasi semakin ketat.

Pekerjaan pun sangat sulit didapatkan. Ini dilihat dari

jumlah penggangguran di Indonesia pada Agustus 2012

mencapai hingga 7,2 juta orang (BPS: 2012).

Sementara salah satu tugas perkembangan menurut

Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001)

dan Hurlock (1993) adalah mulai bekerja pada suatu

jabatan. Tugas perkembangan penganggur yang

tergolong dewasa menjadi terhambat. Sehingga sulit

mencapai kesuksesan. Apalagi banyak masalah

terhadap dirinya yang ditumbulkan


bulkan akibat

pengangguran tersebut. Mereka terbilang belum sukses

dalam mengatasi masalah-masalah


masalah kehidupannya.

Seharusnya mereka bisa mengatasi masalah tersebut

492
dengan salah satu alternatif yaitu dengan menciptakan

lapangan perkerjaan sendiri.

Pengangguran bukan jaminan disebabkan oleh

latar belakang pendidikan atau pun prestasi

akademiknya. Kesuksesan tidak dapat dijamin dengan

prestasi akademik. Ini didukung oleh hasil penelitian

Dr. Ginzberg beserta timnya di Colombia University

bahwa tidak ada hubungan


n langsung antara prestasi

akademik dan kesuksesan hidup (HRD: 2008).

Penelitian yang melibatkan 342 subyek penelitian, yaitu

mahasiswa yang berhasil memperoleh beasiswa dari

Colombia University dalam bermacam-macam


macam disiplin

ilmu tersebut, ternyata mahasiswa


wa yang lulus dengan

mendapat penghargaan atas prestasi akademiknya atau

(cum laude atau summa cumlaude) lebih cenderung

berprestasi biasa-biasa
biasa saja dalam kehidupan mereka.

Sementara ada banyak orang yang prestasi

493
akademiknya biasa-biasa saja, namun prestasi
asi hidupnya

sukses luar biasa.

Hendaknya karakter sukses perlu ditanamkan

pada seseorang untuk mencapai kesuksesan dalam

hidupnya sejak dini. Karakter yang dimaksud adalah

karakter yang dapat menunjang dalam mencapai

kesuksesan dalam menuntaskan masalah--masalah.

Setelah penulis melakukan penelusuran pustaka, penulis

menemukan untuk mencapai kesuksesan perlu memiliki

gambaran diri tentang kecerdasan adversity yang bagus,

penulis menyebutnya dengan self adversity (Stoltz:

2000). Kecerdasan ini meliputi kemampuan


puan mengubah

masalah menjadi peluang bagi diri untuk mencapai

kesuksesan. Nelson-Jones
Jones (2006), Luciani (2001) dan

Widodo (2012) mengemukakan di buku yang berbeda

bahwa Self Coaching yang bagus dapat mendorong

seseorang untuk mencapai kesuksesan dalam

494
menyelesaikan
yelesaikan masalah, yakni pembinaan pada diri.

Kemudian gambaran diri tentang afikasi diri yang

tinggi sangat menentukan dalam kesuksesan (Bandura:

1999). Afikasi diri atau Self Efficacy ini adalah

keyakinan diri dalam merubah masalah atau keadaan

menjadi seperti yang diinginkan atau pengentasan

masalah. Jadi ada tiga aspek karakteristik yang harus

dimiliki agar dapat memiliki karakter sukses, yaitu Self

Adversity, Self Coaching dan Self Efficacy.

Pembentukan atau pendidikan karakter tidak

semudah membalikkan telapak tangan.. Butuh dilakukan

seintensif dan sedini mungkin. Setidaknya dibentuk

karakter sukses tersebut sebelum memasuki usia

dewasa, yakni usia remaja atau anak-anak


anak agar dapat

mempersiapkan diri dalam menghadapi masalah-


masalah

masalah yang dihadapi di usia


ia dewasa nantinya

termasuk dalam hal pencapaian tugas


tugas-tugas

495
perkembangan usia dewasa. Begitu pula Elida (2004),
(2004)

Mudjiran (2007) dan Hasan (2008) menyatakan bahwa

setiap
etiap tahap perkembangan merupakan hasil

perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan

prasyarat bagi perkembangan selanjutnya.

Namun permasalahan yang perlu menjadi

perhatian khusus dan lebih cepat ditangani adalah

permasalahan-permasalahan yang dialami anak indigo.

Anak ini sangat berbeda dengan anak lainnya. Dalam

beberapa cara mereka tahu lebih banyak ketimbang

orang dewasa. Para indigo adalah anak-anak


anak yang

kreatif dan mereka berfikir di luar batas. Kebanyakan

indigo menerima berbagai stigma yang diberikan


dib

kepadanya seperti aneh, tidak bisa cocok, kacau, jahat,

malas, tidak mau berusaha atau gila. Sehingga ini

mereka mengalami pukulan yang sangat berat dalam

496
menjalani kehidupannya. Mereka menghadapi kesulitan

dengan otoritas tanpa penjelasan atau pilihan.

C. Kesehatan Mental di Kelas dan Motivasi Belajar Siswa


Belajar merupakan suatu proses tindakan atau

pengalaman yang terjadi untuk mendapatkan sesuatu yang

baru berupa pengetahuan,, ketrampilan, kemampuan,

kemauan, kebiasaan, tingkah laku dan sikap. Sebagaimana

ini didukung oleh Prayitno (2009: 203), Prayitno &

Belferik Manullang (2011: 85) serta Prayitno & Afriva

(2010: 6) menjelaskan secara operasional bahwa belajar

adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru. Usaha

menguasai yang dimaksud berupa belajar yang

sesungguhnya dan sesuatu yang baru merupakan hasil

yang diperoleh dari aktivitas belajar.

Sehubungan dengan itu, tujuan belajar adalah ingin

mendapat pengetahuan, keterampilan


ilan dan penanaman

497
sikap nilai-nilai
nilai (Sardiman, 2012: 28). Untuk sukses

mencapai tujuan belajar perlu adanya motivasi. Motivasi

(Syaiful, 2011: 152) adalah gejala psikologis dalam bentuk

dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak

sadar untuk
uk melakukan suatu tindakan dengan tujuan

tertentu. Orang yang memiliki motivasi belajar akan

menunjukkan dorongan yang timbul dalam dirinya untuk

mencapai tujuan belajarnya. Sedangkan orang yang tidak

termotivasi belajar tidak nampak dorongan dalam

mencapai tujuan belajar.

Sumadi Suryabrata (2008: 30) menyatakan bahwa anak

yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat diketahui

melalui aktivitas-aktivitas
aktivitas selama proses belajar, antara

lain: menyiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran;

mengikuti pelajaran di kelas; dan menindaklanjuti

pelajaran di sekolah.

498
Motivasi belajar memiliki kaitan dengan kesehatan

mental di kelas. Sebab Bernard (1970: 14) menjelaskan

kesehatan mental di kelas sebagai berikut:

Mental health in the classroom can be


“Mental
emphasized in similarr terms. It involves
students who are effective, or successful, in
the activities of the classroom. The
mentally healthy student is one who,
justifiably, draws satisfactions from his
achievements. Because he is effective and
has satisfactions, he is cheerful
ul about his
work and his associations. And finally, the
mentally healthy student is one who can
work for and with others as well as by
himself.”
Penjelasan ini dapat dipahami bahwa kondisi kelas

yang menggambarkan kualitas kesehatan mental di kelas

dapat dilihat dari adanya keefektifan dan kesuksesan dari

aktivitas siswa dalam belajar di kelas; kepuasan siswa

terhadap hasil jerih payah dan prestasi yang didapatkan;

bergembira atau menyenangi pekerjaan dan pergaulannya;

serta mampu berkerjasama dengan temannya


tema sebaik

bekerjasama dengan dirinya sendiri.

499
Selain itu, untuk
ntuk meningkatkan motivasi belajar siswa

dapat dilakukan dengan beberapa cara. Menurut Toeti

Soekamto dan Udin Sarifudin Winata Putra (1996:


1996: 461)

dalam Suranto (2009), cara yang dapat digunakan untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu: (1) setiap

obyek yang diajarkan perlu dibuat menarik; (2) Terapkan

teknik-teknik
teknik modifikasi tingkah laku untuk membantu

siswa bekerja keras; (3) Siswa harus tahu apa yang

dikerjakan, dan bagaimana siswa dapat mengetahui bahwa

tujuan telah tercapai; (4) Guru harus memperhitungkan

perbedaan individu antar siswa dalam hal kemampuan,

latar belakang, dan sikap siswa terhadap sekolah atau

subyek tertentu; (5) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan

defisiensi siswa, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman,

diakhiri oleh kelompok, serta penghargaan. Dengan

demikian, motivasi belajar dan kesehatan mental di kelas

500
penting dalam proses belajar mengajar. Sehingga

keduanya memiliki keterkaitan.

Kesehatan mental di kelas merupakan suasana atau

kondisi yang mempengaruhi kesehatan mental siswa di

sekolah. Berdasarkan pengertian dan ciri--ciri kesehatan

mental yang dikemukakan oleh Maslow dan Mittelman

(dalam Kartini Kartono, 2009: 6) dan organisasi kesehatan

dunia (WHO), (dalam


am Yahya Jaya, 2004: 141), maka

kesehatan mental yang dimaksud adalah kesehatan mental

di kelas yang merupakan kondisi kelas yang meliputi

bebas dalam berekspresi, penerimaan yang baik,

penghargaan diri, dan rasa terlindungi di kelas.

Untuk mendalami hal-hal


hal tersebut, ditelusuri berbagai

fenomena yang terjadi terkait masalah kesehatan mental

dan motivasi belajar .

Salah satunya Suranto (2009) menemukan 39,7% siswa

SMA Negeri di Kecamatan Purbalingga


ingga Kabupaten

501
Purbalingga berada pada kategori motivasi belajar yang

rendah, 23,8% siswa SMA Negeri di Kecamatan

Purbalingga berada pada kategori tinggi, dan 36,5% siswa

SMA Negeri di Kecamatan Purbalingga berada pada

kategori sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa

SMA Negeri di Kecamatan Purbalingga berada


erada pada

kategori motivasi belajar yang rendah.

Sedangkan Rina Yulitri (2011: 63) menemukan

motivasi belajar siswa yang rendah terlihat dari banyaknya

perilaku siswa yang tidak mengulang kembali pelajaran

matematika di rumah, siswa hanya mengerjakan tugas-


tuga

tugas matematika yang mudah saja sementara tugas yang

sulit ditinggalkan saja, tidak ada belajar ketika akan

menghadapi ujian matematika, dan tidak suka membaca

buku-buku
buku yang berhubungan dengan matematika.

502
Kemudian Irmayanti (2013: 77) mendapatkan hasil
hasi

penelitian, yaitu 95% siswa kelas VIII SMP Negeri 25

Pekanbaru memiliki motivasi belajar yang rendah.

Selanjutnya Aulia Rahmi (2012: 78) menemukan

bahwa motivasi belajar siswa membolos di SMP

Laboratorium UNP sebanyak 15,5% berada pada mutu

tinggi, 69,2%
% berada pada mutu sedang dan 15,5% berada

pada mutu rendah.

Menurut From dalam Dede (2011: 97), ciri

orang yang normal atau yang sehat adalah orang yang

mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntutan

lingkungan sosialnya, sekaligus mampu berpartisipasi

dalam
lam kehidupan yang penuh cinta. Satu-satunya
Satu untuk

menjadi sehat adalah merangkul kebebasan dan

mengekspresikannya bukan sekedar merasakannya.

Maka dari itu, untuk meningkatkan kesehatan mental di

kelas, salah satunya adalah memberikan dan mengasah

503
kemampuan
uan kepada siswa untuk bebas berekspresi

dalam belajar, menghargai dan menerima siswa dengan

penuh cinta serta mencegah siswa mengalami

kecemasan di kelas.

Kemungkinan kesehatan mental di kelas berada

pada kategori cukup sehat disebabkan oleh sebagian


sebagi

besar siswa tidak kreatif sehingga tidak bisa

mengekspresikan ide-ide
ide dan gagasannya. Kreatifitas

dapat muncul jika guru memberikan stimulus. Selain

itu, dapat diasumsikan sebagian besar siswa tidak dapat

mengekspresikan emosi dengan tepat karena takut


taku

mengekspresikannya atau memang tidak tahu

bagaimana menunjukkan emosi yang tepat. Bahkan

sebagian besar siswa yang kurang mendapatkan kasih

sayang, sulit mengekspresikan kasih sayang. Bisa saja

hal ini terjadi sehingga menjadi penyebab kesehatan

504
mental dii kelas pada sekolah ini berada pada kategori

cukup.

Kualitas kesehatan mental di kelas yang cukup

dapat diartikan dikarenakan metode mengajar yang

digunakan sebagian guru kurang menyenangkan.

Sehingga suasana belajar menjadi tidak menyenangkan.

Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah

Quantum Learning, pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan bagi siswa.

Karakter, temperamen dan kepribadian guru

juga dapat mempengaruhi kesehatan mental di kelas.

Pendekatan sebagian guru dirasa tidak sesuai dengan

perkembangan siswa. Ini terlihat dari siswa kurang di

beri kebebasan berekspresi dalam belajar. Guru yang

suka memarahi siswa juga memiliki peranan dalam

kesehatan mental di kelas menjadi tidak begitu bagus.

505
Padahal karakter guru sebagai guru dapat dijadikan

model perilaku bagi siswa khususnya dalam belajar.

Selain itu, guru yang memiliki kewibawaan

yang otoriter,, yakni menggunakan status dan

kekuasaannya sebagai guru untuk mendisiplinkan siswa

dengan mengabaikan salah atau benarnya guru tadi,

dapat memperburuk kondisi kesehatan mental di kelas.

Sehingga guru tadi ditakuti siswa. Tentu saja siswa

menjadi terpaksa mendengarkan dan mengikuti semua

perkataan guru tadi. Menurut From dalam Dede (2011:

104), ini merupakan mekanisme pelarian

Otoritarianisme dan Conformity.. Otoritarianisme pada

masalah ini dikarenakan adanya kecendrungan untuk

menyerahkan kemandirian siswa


wa dan

menggabungkannya dengan guru demi memperoleh

kekuatan atau ilmu yang tidak dimiliki siswa.

Sedangkan Conformity terjadi pada masalah ini

506
dikarenakan siswa menjadi robot, merespons sesuatu

persis seperti yang direncanakan dan menuruti kemauan

gurunya.
ya. Sebagian guru memiliki keiwibawaan jenis

ini.

Sebaiknya semua guru menggunakan

kewibawaaan yang mengiternalisasi diri siswa, yakni

siswa diberi kesempatan berekspresi dan berkreatifitas

sesuai pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Sehingga guru yang


g berwibawa internalisasi diri, dapat

mengarahkan dengan tepat dan menjadi teladan bagi

siswa disertai kepribadian guru yang hangat dan penuh

kasih sayang bersama ilmu dan pengalaman yang

dimilikinya. Apabila siswa salah, guru dapat

mengarahkan dengan penuh


uh kasih sayang dan

kelembutan disertai tindakan tegas yang mendidik tanpa

harus memberi hukuman yang membuat hati siswa

tercederai. Apabila guru salah, siswa diberi kesempatan

507
dan diajari cara untuk memberi masukan, saran,

kritikan, dan pendapat siswa dengan


gan cara yang baik,

benar dan beretika tanpa harus melukai perasaan guru

yang salah. Guru dapat memberi penguatan terhadap

siswa yang telah menggunakan kesempatan tersebut

agar perilaku positif yang membangun tersebut dapat

diulangi kembali Dan penguatan ini


ni dapat bertujuan

untuk memuji dan membesarkan hati siswa agar mereka

lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar

mengajar (S. L. La Sulo, 1985: 45). Maka dengan

berbagai upaya tersebut, siswa dapat berempati dan

menyenangi guru tersebut dan dapat bebas dalam

berekspresi bahkan kesehatan mental di kelas dapat

meningkat.

Kewibawaan seperti ini juga didukung oleh

Prayitno dan Belferik (2011: 96), peserta didik dapat

mengharapkan sesuatu dari pendidik yang berwibawa

508
itu, yaitu harapan lebih berkembangnya
gnya peserta didik ke

tataran karakter-cerdas yang lebih tinggi. Kewibawaan

yang dimaksudkan itu meliputi unsur-unsur


unsur pengakuan

dan penerimaan, kasih sayang dan kelembutan,

penguatan, tindakan tegas yan mendidik, serta

pengarahan dan keteladanan. Kewibaan ini disebut juga

dengan High Touch (Prayitno, 2009).

Upaya membangkitkan semangat belajar siswa

dengan nuansa yang menggembirakan jarang dilakukan

oleh sebagian besar guru. Ini dapat dilihat dari peran

guru yang mengabaikan kondisi emosional siswa pada

saat
at pembelajaran berlangsung. Siswa menjadi bosan

saat mengikuti pelajaran. Hasil survey yang dilakukan

oleh Darmansyah dalam Sunarto (2012: 5) kepada

siswa di sekolah menunjukkan paling tidak ada sepuluh

sifat guru yang paling ditakuti siswa, yaitu:

509
a) Terlalu
u sering marah, tak pernah

tersenyum, sering mencela dan mengecam.

b) Tidak suka membantu siswa melakukan

pekerjaan sekolah, tak jelas menerangkan

pelajaran dan tugas, tidak membuat

persiapan.

c) Pilih kasih, menekan siswa-siswa


siswa tertentu.

d) Tinggi hati, sombong dan


an tak mengenal

siswa.

e) Tak karuan, kejam, tak toleran, kasar,

terlampau keras, menyuramkan kehidupan

siswa.

f) Tak adil memberi angka dalam ulangan

dan ujian.

g) Tak menjaga perasaan anak, membentak-


membentak

bentak siswa di hadapan teman

510
sekelasnya, siswa takut, merasa tidak
t

aman.

h) Tidak menaruh perhatian pada siswa dan

tidak memahami siswa.

i) Memberi tugas dan pekerjaan rumah yang

tidak sepantasnya.

j) Tidak sanggup menjaga disiplin di dalam

kelas, tidak dapat mengontrol kelas dan

tidak menimbulkan rasa hormat untuk

dirinya.

Sedangkan
edangkan sikap dan sifat yang harus dipunyai

guru yang rata-rata


rata disukai siswa yang diungkap dalam

hasil survey Sunarto (2012: 6) sebagai berikut:

a) Mempunyai rasa humor dan kegembiraan

dalam mengajar.

b) Suka membantu kesulitan siswa dalam

belajar.

511
c) Pandai dan cerdas.

d) Mampu mengajar dengan berbagai cara

atau variasi.

e) Bersikap lembut dan tidak kasar kepada

siswa.

f) Disiplin dan bertanggung jawab.

g) Bersikap adil/tidak pilih kasih kepada

seluruh siswa.

h) Tidak suka marah-marah.

i) Bisa memahami perasaan siswa.

Cara yang paling sering digunakan oleh guru

yang bisa membuat nuansa gembira saat belajar adalah

dengan meramu Icebreaker yang disisipkan dalam

proses pembelajaran (Sunarto, 2012: 7). Icebreaker

dapat dilakukan dengan menyajikan lelucon, variasi

tepuk tangan,
an, bernyanyi, mendongeng, bermain dan

sebagainya.

512
Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban

menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis (Pasal 40

ayat (2) Undang-undang


undang RI No. 2 tentang Sistem

Pendidikan Nasional).
nal). Hal tersebut sangat ditegaskan

pada Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 19 tentang

Standar Nasional Pendidikan bahwa proses

pembelajaran
embelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif,


iratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik


idik untuk berpartisipasi aktif,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik. Maka jelaslah


slah bahwa guru juga memiliki

kewajiban menjaga kesehatan mental di kelas agar tetap

stabil.

513
Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat (2010: 26)

juga menjelaskan guru harus lebih terbuka menerima

gagasan-gagasan
gagasan siswa dan lebih berusaha

menghilangkan ketakutan dan kecemasan siswa yang

menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara

kreatif. Suasana pembelajaran yang dapat diinikmati

oleh siswa tersbut dapat menggunakan pembelajaran

kompetensi, antara lain dalam proses pembelajaran,

guru:

a. Memberikan kesempatan pada siswa untuk

bermain dan bermain dengan kreativitas;

b. Memberi suasana aman dan bebas secara

psikologis;

c. Menerapkan disiplin yang tidak kaku,

siswa boleh mempunyai gagasan sendiri dan

dapat berpartisipasi;

514
d. Memberi kebebasan berfikir kreatif dan

berpartisipasi secara aktif.

Tuntutan dari guru terhadap siswa dalam proses

belajar mengajar juga berpengaruh terhadap semangat

dan rasa bebas dari kecemasan siswa. Menurut

Goleman (1992) dalam Sunarto (2012: 8), jika tuntutan

terlalu besar untuk diatasi, mereka akan menjadi cemas

dan jika tuntutan terlalu sedikit, orang akan menjadi

bosan. Maka sebaiknya lebih melibatkan siswa menjadi

kondisi flow,, yaitu kondisi yang terjadi di daerah

genting antara kebosanan dan kecemasan. Kondisi flow

merupakan suatu keadaan dimana seseorang sangat

terlibat dalam sebuah kegiatan sehingga hal lain seakan

takkan berarti lagi. Dampaknya siswa akan aktif dalam

proses belajar mengajar dan bebas dalam berekspresi.

Di lain hal, hendaknya juga kreatifitas siswa

dikembangkan dan diasah. Sehingga


ingga siswa juga tidak

515
hidup dalam kebosanan karena bisa menciptakan

berbagai hal yang membuat dirinya selalu

menyenangkan (Hamzah, 2010: 45)

Selain itu, siswa yang nakal, sering

mengganggu, dan kurang menghargai siswa lain juga

berkontribusi dalam menyebabkan


bkan kesehatan mental di

kelas berada pada kategori cukup. Berarti terdapat

sebagian besar siswa yang mengalami prilaku

menyimpang. Ini dapat disebabkan oleh lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat yang kurang baik.

Rendahnya kontrol dan pendidikan orang


ang tua menjadi

indikator penyebab anak berprilaku menyimpang.

Sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai

dapat mengakibatkan aktivitas anak sangat terbatas

sehingga menimbulkan perasaan tidak puas dan

memicu terjadinya prilaku menyimpang. Perlunya

aktivitas-aktivitas
aktivitas atau kegiatan diperbanyak variasinya

516
agar energi siswa dapat disalurkan sesuai minat dan

bakatnya pada perilaku yang tepat. Hal ini jarang

dilakukan oleh pihak sekolah karena orientasi akademik

pihak kebanyakan kepada nilai atau hasil dibanding


di

proses serta tak jarang dijumpai pengabaian tujuan

pendidikan nasional itu yang sebenarnya. Sehingga tak

jarang kontrol masyarakat di luar sekolah yang kurang,

dapat membiarkan perilaku menyimpang ini terus

bertumbuh sehingga berdampak pada kesehatan


keseha mental

di kelas. Selain itu, siswa butuh figur tokoh sukses

inspiratif baik yang dikenal di tingkat lokal, nasional

dan di dunia yang memiliki keperibadian yang menarik

dan baik untuk dapat dijadikan model bagi siswa.

Kesehatan mental di kelas yang berada


be pada

kategori cukup dapat diartikan juga sebagai adanya

ketidaknyamanan perasaan pada sebagian besar siswa.

Ketidaknyaman seperti ini akan menyebabkan siswa

517
bersikap menentang dengan menunjukkan sikap kontra

produktif seperti pukul-pukul meja, berbicara,


ra, corat-
corat

coret atau bersikap apatis terhadap guru dalam proses

pembelajaran (Sunarto, 2012: 6).

Berdasarkan penelitian ini, terungkap siswa

sebagian besar menyiapkan diri sebelum mengikuti

pelajaran, mengikuti pelajaran di kelas dan

menindaklanjuti pelajaran
ran di sekolah dengan baik.

Selain itu, dalam penelitian ini juga menunjukkan

motivasi belajar yang rendah yang ditunjukkan dengan

rendahnya jumlah siswa yang menyiapkan diri sebelum

mengikuti pelajaran, mengikuti pelajaran di kelas dan

menindaklanjuti pelajaran
ajaran di sekolah dengan baik.

Dengan kata lain, siswa tersebut memiliki

motivasi belajar yang rendah diakibatkan siswa tidak

memiliki dorongan yang ada dalam dirinya dalam

mencapai tujuan. Bisa jadi tujuan dari belajar belum

518
begitu jelas bagi siswa. Sehingga
ngga belajar hanyalah

kewajiban bagi siswa. Hendaknya belajar adalah

kebutuhan bagi siswa. Agar siswa dapat dorongan dari

dirinya untuk mencapai tujuannya. Sebagian besar

siswa diyakini banyak yang berpikiran tujuan belajar

adalah mendapatkan nilai yang bagus


gus saja. Padahal

bukan hanya sekedar mencari nilai semata. Maka siswa

perlu diberi pencerahan tentang pentingnya belajar.

Faktor lain yang dapat menyebabkan rendahnya

motivasi belajar adalah tidak adanya gairah atau

passion siswa dalam mengikuti pelajaran tertentu. Hal

ini bisa saja karena tidak berminat atau tidak menyukai

pada mata pelajaran tertentu. Mungkin karena

pelajaran yang dianggap terlalu mudah, terlalu sulit

atau dirasa tidak bermanfaat dalam kehidupan sehari-


sehari

harinya ataupun untuk kehidupan di masa depan

nantinya. Dalam hal ini, siswa memerlukan informasi

519
yang lebih banyak tentang keterkaitan mata pelajaran

yang diikuti dengan kehidupannya baik itu dalam

bidang pribadi, sosial maupun karirnya. Untuk siswa

yang mengganggap pelajaran yang sulit da


dapat

dilakukan diagnosis kesulitan belajar. Sehingga dapat

diketahui lebih dalam tentang penyebab kesulitan

belajarnya agar dapat ditentukan penanganan yang

tepat. Salah satu kemungkinan yang bisa terjadi adalah

siswa memiliki pengalaman buruk pada masa lalu


lal yang

dengan mata pelajaran yang tidak disukai atau

dianggap sulit. Bagi siswa yang mengaanggap mata

pelajaran terlalu mudah, dapat diberikan materi

pengayaan atau pembahasan yang lebih kompleks pada

mata pelajaran yang terkait. Sehingga siswa tersebut

tertantang
rtantang untuk mengikuti mata pelajaran tersebut. Ini

didukung oleh Mihaly Csikszentmihalyi (1990: 4)

dalam Sunarto (2012: 8) bahwa dengan tekanan positif

520
tersebut otak akan berada kondisi flow, yaitu suatu

keadaan dimana seseorang sangat terlibat dalam

sebuah
buah kegiatan sehingga hal lain seakan tak berarti

lagi. Menurut Goleman (1992) dalam Sunarto (2012:

8), flow terjadi di daerah genting antara kebosanan dan

kecemasan. Jika tuntutan terlalu besar untuk diatasi,

mereka akan menjadi cemas dan jika tuntutan terlalu


t

sedikit, orang akan menjadi bosan. Maka siswa ini

perlu mendapatkan informasi lebih tentang fakta, isu

atau masalah yang perlu dibahas dan dicarikan

solusinya berkaitan mata pelajaran yang dianggapnya

mudah itu.

Selain itu, besar kecilnya potensi siswa


s yang

berbeda-beda
beda dapat membuat perbedaan pada tinggi

rendahnya motivasi belajar siswa yang berbeda-beda.


berbeda

Siswa perlu diberi pemahaman bahwa semua orang

tidak memiiliki potensi yang sama melainkan berbeda-


berbeda

521
beda dan bervariasi Bahkan ada yang memiliki

beberapa
eberapa kecerdasan yang bagus pada seseorang. Teori

ini juga diusung oleh Gardner (2013: 18), semua

individu normal memiliki tiap keahlian ini hingga taraf

tertentu; setiap individu mempunyai perbedaan pada

tingkat keahlian dan dalam sifat kombinasinya.

Disinilah
isinilah salah satu dari kekurangan pendidikan

yang terjadi di Indonesia, menuntut keseragaman

potensi yang dimiliki siswa dan pendidikan tak lebih

dari tuntutan kebutuhan pasar kerja. Idealnya adalah

pemerintah mencanangkan dan menjamin

keterlaksanaannya pendidikan berdasarkan potensi dan

bakat yang dimiliki siswa.Tokoh-tokoh


tokoh yang telah

sukses pun bukanlah orang-orang


orang yang memiliki

potensi dan bakat yang sama. Mereka sukses dengan

potensi dan bakatnya masing-masing.


masing. Ini berarti orang

dapat sukses dengan jalannya masing-masing.


masing. Bahkan

522
orang-orang
orang yang berbakat dan berpengaruh yang telah

mengasah potensinya, telah berkontribusi dalam

membangun peradaban di muka bumi ini (Hart, 2012:

xxi), sebut saja tiga puluh orang dimulai urutan teratas

dari seratus tokoh berpengaruh di dunia yang dilansir

Hart seperti Muhammad SAW, Isaac Newton, Yesus

kristus, Buddha, Konfusius, Santo Paulus, Ts’ailun,

Johann Guttenberg, Christopher Columbus, Albert

Einstein, Louis Pasteur, Galileo Galilei, Aristoteles,

Euclides, Musa AS, Charles Darwin, Shih Huang Ti,

Augustus Caesar, Nicolaus Copernicus, Antoine

Laurent Lavoiser, Constantinus Agung, James Watt,

Michael Faraday, James Clerk Maxwell, Martin

Luther, George Washington, Karl Max, Orville &

Wilbur Wright, Gengis Khan dan Adam Smith. Ini

mengindikasikan siswa sebagai makhluk yang unik

523
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda
beda dalam

meningkatkan potensi dan motivasinya.

Berhubungan dengan itu, metode pengajaran

juga mempunyai peranan penting dalam tingkatan

motivasi belajar siswa. Guru


u yang monoton apalagi

dengan keterbatasan media dan kompetensi pedagogik

yang kurang memadai dapat membuat siswa kurang

tertarik terhadap mata pelajaran yang diampu guru

tersebut sehingga memicu rendahnya motivasi belajar.

Sebaiknya siswa dirangsang agar dapat menggunakan

pikiran bawah sadarnya lebih optimal. Sebab pikiran

bawah sadar mengelola pikiran yang menyenangkan

dan mengesankan layaknya ID yang dimaksudkan

Freud. Berbeda dengan pikiran sadar yang lebih

berperan dalam rasional atau nalar, pikiran bawah


ba

sadar berperan besar dalam intuisi, kreatifitas, passion,

ID dan emosional. Maka untuk memainkan peranan

524
pikiran bawah sadar siswa diperlukan menumbuhkan

emosi yang positif. Emosi atau afeksi menurut

Gladding (2012: 186) pada kategori kebahagiaan di

tingkatan kuat terdiri dari bergairah, bergetar,

gembira, sangat gembira, suka hati, bahagia, terlalu

senang; di tingkatan sedang terdiri dari bagus, senang,

optimis, riang, semangat, gembira, hidup; dan di

tingkatan lemah terdiri dari suka, senang hati, cukup

puas, santai, puas dan tenang. Bambang (2012: 82)

mengutarakan peran bawah sadar menguasai lebih dari

80% dari pikiran manusia. Para motivator mengatakan,

pikiran akan menjadi tindakan, tindakan akan menjadi

kebiasaan, kebiasaan menjadi karakter atau


ata mindset

(Bambang, 2012: 83). Sementara tinggi rendahnya

motivasi belajar siswa dilihat dari kebiasaan belajar

siswa itu sendiri baik sewaktu persiapan, mengikuti

dan pasca proses belajar mengajar di kelas.

525
Maka dalam mengatasi fenomena yang terjadi, guru
gu
hendaknya menggunakan Quantum Learning, Ice Breaking,
Breaking
High Touch dan High Tech dalam pembelajaran. Meski
demikian, siswa juga butuh mendapatkan bimbingan
bagaimana cara siswa dapat belajar menyenangkan dan
mengesankan.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Sehingga faktor tersebut dapat mempengaruhi

tingkatan motivasi belajar . Ada enam faktor yang

berpengaruh terhadap motivasi belajar, menurut

Wlodkowski
odkowski dalam Haris Mudjiman (2008: 40)
40 dalam

Suranto (2009: lviii): a) Sikap (attitude)) : merupakan

kecenderungan untuk merespon kebutuhan untuk

belajar, yang didasarkan pada pemahaman

pembelajar tentang untung-rugi


rugi melakukan perbuatan

belajar yang sedang dilakukan;; b) Kebutuhan (need):


(need)

kekuatan dari dalam


lam diri, yang mendorong

pembelajar untuk berbuat menuju ke arah


h tujuan yang

526
stimulation): perasaan
ditetapkan; c) Rangsangan (stimulation

bahwa kemampuan yang diperoleh dari belajar mulai

dirasakan dapat meningkatkan kemampuan untuk

menguasai lingkungannya, merangsang untuk terus

belajar; d) Emosi (affect):: perasaan yang timbul

sewaktu menjalankan kegiatan belajar; e) Kompetensi

(competence):
): kemampuan tertentu untuk menguasai

lingkungan dalam arti luas;; dan f) Penguatan

(reinforcement): hasil belajar yang baik merupakan

penguatan untuk melakukan kegiatan belajar yang

lebih lanjut.

Motivasi belajar memiliki kaitan dengan

kesehatan mental di kelas. Sebab Bernard (1970:


(1970 14)

menjelaskan kesehatan mental di kelas sebagai berikut:

“Mental health in the classroom can be


emphasized in similar terms. It involves
students who are effective, or
successful, in the activities of the
classroom. The mentally healthy

527
student is one who, justifiably, draws
satisfactions from his achievements.
Because he is effective
ffective and has
satisfactions, he is cheerful about his
work and his associations. And finally,
the mentally healthy student is one who
can work for and with others as well as
by himself.”
Penjelasan ini dapat dipahami bahwa kondisi

kelas yang menggambarkan


an kualitas kesehatan mental

di kelas dapat dilihat dari adanya keefektifan dan

kesuksesan dari aktivitas siswa dalam belajar di kelas;

kepuasan siswa terhadap hasil jerih payah dan prestasi

yang didapatkan; bergembira atau menyenangi

pekerjaan dan pergaulannya;


lannya; serta mampu

berkerjasama dengan temannya sebaik bekerjasama

dengan dirinya sendiri.

Selain itu, untuk


ntuk meningkatkan motivasi

belajar siswa dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Menurut Toeti Soekamto dan


n Udin Sarifudin Winata

Putra (1996: 461) dalam Suranto (2009), cara yang

528
dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa yaitu: (1) setiap obyek yang diajarkan perlu

dibuat menarik; (2) Terapkan teknik-teknik


teknik modifikasi

tingkah laku untuk membantu siswa bekerja keras; (3)

Siswa harus tahu apa yang dikerjakan, dan bagaimana

siswa dapat mengetahui bahwa tujuan telah tercapai; (4)

Guru harus memperhitungkan perbedaan individu antar

siswa dalam hal kemampuan,latar belakang, dan sikap

siswa terhadap sekolah atau subyek tertentu; (5)

Usahakan untuk memenuhi kebutuhan defisiensi siswa,

yaitu kebutuhan fisiologis ,rasa aman, diakhiri oleh

kelompok, serta penghargaan.

Kesehatan mental di kelas yang berada pada

kategori cukup sehat dapat diartikan sebagai

termanifestasikannya ketidaknyamanan perasaan


per yang

dialami oleh sebagian besar siswa saat belajar termasuk

karena guru. Sehingga kemauan, kesukaan dan minat

529
dalam belajar siswa kurang terwujud dengan

menunjukkan sikap kontra produktif dalam belajar

(Sunarto, 2012: 6). Maka motivasi belajar siswa


sisw pun

menjadi rendah. Hal ini persis seperti teori Gestalt yang

dikutip Nasution (1982) dalam Sunarto (2012: 6)

menyatakan belajar tidak mungkin tanpa kemauan

untuk belajar, maka kesukaan siswa terhadap sikap

yang dilahirkan guru jelas akan memberikan motivasi


moti

tersendiri dalam belajar.

Sunarto (2012: 9) menyimpulkan dari pandang

beberapa ahli pendidikan seperti Dr. Robert Sylvester

(1995), Howard Gardner (1995: 94), Mihaly

Csikszentmihalyi (1990: 4) dan Goleman dalam Bobbi

Depoter (2001: 22) bahwa dalam proses


oses pembelajaran

peran perasaan sangatlah menentukan keberhasilan

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sementara

530
motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul

dalam diri untuk mencapai tujuan belajar.

Dengan demikian, motivasi belajar dan

kesehatan mental di kelas penting dalam proses belajar

mengajar. Sehingga keduanya memiliki keterkaitan.

Pendidik yang dimaksud dalam Undang-Undang


Undang

No. 20 tahun 2003 tentang


ang Sistem Pendidikan Nasional

pada Bab 1 pasal 1 ayat 4 dinyatakan bahwa pendidik

adalah tenaga pendidik yang berkualifikasi sebagai

guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,

tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai

dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

penyelenggaraan pendidikan.. Dalam hal ini, konselor

adalah pendidik.

Ketika konselor memberikan layanan, konselor

sedapatnya memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif

dalam belajar dan disesuaikan dengan perkembangan

531
mental atau psikologis siswa. Hal ini dituangkan dalam

pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan


P

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan

bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan,
nangkan, menantang, memotivasi siswa untuk

berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis siswa.

Maka dari itu, Guru BK/Konselor juga

memiliki
emiliki peranan dalam mengatasi kesehatan mental di

kelas dan motivasi siswa dalam belajar yag bermasalah.

Pelayanan konseling sangat dibutuhkan disini,

mengingat masalah yang ada. Sayangnya, sarana dan

532
prasarana untuk pelayanan konseling sangatlah

memprihatinkan,
atinkan, seperti ruangan khusus konseling

yang tidak memenuhi syarat. Belum lagi tak

disediakannya jam khusus Bimbingan dan Konseling.

Guru bimbingan dan konseling hendaknya berasal dari

tamatan S1 Bimbingan dan Konseling bukan dari S1

Non BK. Apalagi ini juga akan menyulitkan karena

merangkap sebagai guru mata pelajaran.

Hal-hal
hal tersebut menimbulkan masalah pada diri

siswa sehingga potensi diri siswa tidak dapat

dikembangkan secara optimal. Sebagaimana

diterangkan Prayitno (1998: 18) potensi individu yang

bermasalah tidak berkembang.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat

disusun kebutuhan akan layanan konseling yang dapat

diberikan ialah:

a. Layanan Informasi

533
Materi pada layanan ini dapat disampaikan

tentang pentingnya kesehatan mental di

kelas, biografi
grafi tokoh sukses inspiratif,

perilaku menyimpang, kebebasan dalam

berekspresi, suasana belajar yang efektif,

pentingnya kasih sayang, pentingnya

kreatifitas, etika pergaulan dengan guru dan

teman, dan motivasi belajar.

b. Layanan Penguasaan Konten

Materi pada
da layanan ini dapat berupa cara

menyampaikan pendapat, cara berempati,

cara menghargai orang lain, cara berkasih

sayang yang tepat, cara menimbulkan

kreatifitas, dan ketrampilan belajar.

c. Layanan Bimbingan Kelompok

Untuk meningkatkan kebebasan dalam

berekspresi, penerimaan yang baik,

534
penghargaan diri dan rasa terlindungi dapat

diatasi dengan layanan bimbingan

kelompok Prayitno (1995: 23) bertujuan

sebagai:

1) wahana anggota kelompok untuk

dapat dimanfaatkan semua

informasi,
formasi, tanggapan, dan berbagai

reaksi dari anggota kelompok

lainnya untuk kepentingan dirinya

yang bersangkut paut dengan

pengembangan diri anggota

kelompok yang bersangkutan;

2) kesempatan mengemukakan pendapat,

tanggapan, dan berbagai reaksi yang

merupakan
akan peluang yang amat

berharga bagi perorangan yang

bersangkutan;

535
3) dinamika kelompok bagi setiap

kelompok agar mampu tegak sebagai

perorangan yang sedang

mengembangkan kediriannya dalam

hubungannya dengan orang lain

Sedangkan Siti (2009: 8)

mengemukakan kegunaan dan keuntungan

dari pelaksanaan bimbingan kelompok

dalam mengatasi kesehatan mental di kelas

antara lain:

1) melatih siswa dalam menghadapi

tugas bersama atau memecahkan

masalah bersama;

2) siswa berani mengemukakan

pendapatnya dan menghargai

pendapat orang lain;

536
3) mengembangkan sikap-sikap
sikap positif

anak seperti toleransi, saling

menghargai, kerjasama, tanggung

jawab, disiplin, kreativitas, dan

sikap-sikap
sikap kelompok lainnya.

Topik yang digunakan dapat berupa

topik bebas ataupun tugas. Topik yang

dibahas adalah
alah topik umum yang

bersangkutan dengan permasalahan

umum yang dialami sebagian besar

masyarakat yang dapat diambil dari

keadaan lingkungan sekitar, atau berita-


berita

berita radio, televisi, surat kabar dan lain

sebagainya (Prayitno, 1995: 49). Fokus

dari bimbingan
ngan kelompok adalah

membentuk dinamika kelompok

dibanding pemberian informasi

537
(Prayitno, 1995: 64). Maka dalam

bimbingan kelompok, informasi baru

yang berasal dari anggota kelompok

lebih banyak daripada wawasan

pemimpin kelompok dapat terjadi.

Setelah diadakannya
adakannya bimbingan

kelompok beberapa kali, sedapatnya

dilanjutkan dengan konseling kelompok.

Agar siswa dapat lebih akrab dan terbuka

ketika mengikuti konseling kelompok

sehngga lebih mudah dalam membangun

dinamika kelompoknya.

d. Layanan Konseling Kelompok

Siswa akan lebih berani membicarakan

kesukarannya dengan penyuluh setelah

mereka mengerti bahwa teman-temannya


temannya

juga mengalami kesukaran tersebut. Tujuan

538
layanan konseling kelompok hampir sama

dengan tujuan bimbingan kelompok, hanya

saja topik yang dibahas adalah masalah

pribadi yang dialami anggota kelompok.

Diharapkan setelah terlaksanakannya

layanan konseling kelompok, anggota

kelompok dapat membahasnya lebih dalam

pada layanan konseling perorangan.

Layanan konseling perorangan dapat

ditawarkan pada tahap


ap pengakhiran layanan

konseling kelompok.

e. Layanan Konseling Perorangan

Pendekatan layanan konseling yang dapat

digunakan dengan berbagai pendekatan atau

satu pendekatan saja, misalnya:

1) Psikoanalisis klasik (Sigmund

Freud);

539
2) Psikologi Analisis (Carl G. Jung);

3) Psikologi Individual (Alfred Adler);

4) Psikoanalisis Interpersonal (Karen

D. Horney);

5) Humanistik Psikoloanalisis (Erich

Fromm);

6) Pendekatan Sepanjang Hayat (Erik

H. Erickson);

7) Behaviorisme (B.F. Skinner);

8) Teori Belajar Psikoanalisis (Dollard

& Miller);

9) Teori Belajar Sosial (Albert

Bandura);

10) Teori Hierarki Kebutuhan (Abraham

Maslow);

11) Berpusat pada Diri (Carl Rogers);

12) Eksistensialisme (Rollo May).

540
Secara garis besar, berdasarkan daftar

pendekatan konseling tersebut, dapat dibagi

menjadi 4 perspektif pendekatan


katan konseling,

yakni perspektif psikoanalisis,

behaviorisme, humanisme dan

eksistensialisme.

Pendekatan atau teori yang digunakan,

dapat berbagai macam. Seperti yang

dilaporkan oleh Karasu (1986) dalam

McLeod (2008: 11) adanya 400 model

konseling dan psikoterapi.


koterapi. Walaupun

demikian, konselor dituntut untuk memiliki

pendekatan sendiri. Sebagaimana yang

diutarakan Gibson (2011: 235) bahwa

konselor harus mengembangkan kerangka

teoritis yang cocok dengan diri mereka

secara pribadi, yaitu sebuah kerangka kerja

541
yang di dalamnya mereka bisa bekerja

secara nyaman, menjadi diri sendiri dan

memaksimalkan efektivitasnya selaku

profesional.

f. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran yang

diberikan dapat meliputi :

1) Penempatan duduk dengan

memperhatikan siswa yang suka

mengganggu, dan motivasi belajar;

2) Menyalurkan siswa pada kegiatan-


kegiatan

kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai

minat dan bakatnya;

g. Layanan Mediasi

Sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu

siswa yang mengalami masalah antar siswa

yag menyebabkan kesehatan mental di kelas

542
menjadi terganggu. Ini juga dapat ditelusuri

ketika konseling kelompok dan perorangan.

h. Layanan Konsultasi

Layanan ini dapat diberikan


kan kepada siswa

atau guru yang membutuhkan perihal

kesehatan mental di kelas dan motivasi

belajar siswa.

i. Layanan Advokasi

Konselor/Guru BK dapat mengadvokasi

siswa yang mengalami gangguan emosional

dari guru ataupun siswa lain sehingga rasa

terlindungi diri siswa terganggu.

Layanan informasi dan penguasaan konten

dapat dilakukan dengan format klasikal, kelompok,

individu dan politik. Hal ini tergantung kebutuhan

siswa dengan memperhatikan efisiensi dan efektifitas.

McCleod (2008: 11) menjelaskan terdapat


terda pula

543
keragaman dalam praktik konseling. Ada yang

melakukannya dengan bertatapan muka, dalam grup,

dengan pasangan dan keluarga, lewat telepon, dan

bahkan melalui materi tertulis seperti buku dan panduan

mandiri.

Pada pelaksanaan konseling format klasikal,


klasi

konselor dapat menggunakan Quantum Learning

(Pembelajaran yang menarik, menggugah dan

menyenangkan),, Active Joyfull and Efective Learning

(pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan), Eksperiential Learning(pembelajaran


(pembelajaran

yang menantang dan memberikan pengalaman langsung

sebagai sumber pembelajaran), Ice Breaking (Pemecah

kebekuan suasana belajar, seperti menyajikan lelucon,

variasi tepuk tangan, bernyanyi, mendongeng, bermain,

dan sebagainya), High Touch (pengakuan dan

penerimaan, kasih sayang dan kelembutan, penguatan,

544
tindakan tegas mendidik serta pengarahan &

keteladanan), dan High Tech (metode, sumber, media

dan teknik presentasi yang canggih dan mutakhir)

dalam proses konseling. Ini dapat merangsang motivasi

belajar siswa. Selain itu,


u, kesehatan mental di kelas

menjadi terjaga karenanya.

Kegiatan pendukung BK yang dapat dilakukan,

yakni aplikasi instrumentasi seperti alat ungkap

masalah PTSDL, tes bakat dan tes potensi akademik

agar dapat dijadikan pedoman dalam merencanakan

layanan yang
ang lebih efektif perihal kesehatan mental di

kelas dan motivasi belajar siswa.

Sumber:
Tidak dipublikasikan. Silahkan hubungi penulis bagi yang
tertarik untuk mengetahui lebih lanjut.

545
HEY GADIS
Cipt. Achmad Badaruddin

Hey Gadis
apa yang kamu pikirkan
cinta? uang?

Hey Gadis
penerus kaum hawa
mainkan scenario tanpa naskah

Hey gadis
jangan sandang pakaianmu
karena bahanmu tak cukup

Hey Gadis
Anugerah Yang Maha Esa
sehingga perutmu diisi anak

Hey Gadis
Kamu pikir tentang apa semua ini
begitu lirih untuk menangis

Hey gadis
Dimana kewajiban
cuma seorang ibu?

Hey Gadis
Mulutmu nan indah
ikut ramaikan suasana

Hey Gadis
Siapa imammu

546
dimana kiblatmu

Hey Gadis
Apa pedomanmu?
Siapa ibumu?

Hey Gadis
Jangan salahkan Bapak tidak mengandungmu
karena kemudian hari kamu akan tahu

--------------------------------
Puisi “Bebaskan Aku” kata ide terinspirasi dari skripsi
saya yang berjudul “kesehatan mental di kelas dan
motivasi belajar siswa”. Terima rima kasih kepada
pembimbing dan penguji skripsi saya. Setelah
pengerjaan akhir skripsi, saya “terbangun” lagi. Puisi
yang berjudul “Cerita Alam” dan “Tunggu Pemimpin
Sejati” pernah masuk dalam Buku OASIS yang dicetak
oleh Unit Kegiatan Kesenian Universitas Universit Negeri
Padang. Salah satu teman yang lulus dalam pengiriman
naskah pada waktu adalah Zadrian Ardi. Naskah Puisi
dan Cerpen juga berhasil dimasukkan dalam buku
tersebut. Sedangkan Puisi “Mahabbah Kalbu” menjadi
juara 1 pada kegiatan Ramadhan yang diadakan diadaka HMJ
BK FIP UNP pada tahun 2008. Bagi yang yakin, Puisi
“Mahabbah Kalbu” memiliki do’a yang mujarab dalam
pengasihan. Do’a tersebut dikutip dari pedoman salah
satu perguruan. Selamat mencoba. Sebenarnya tema
puisi saya tidak selalu religi. Selebihnya bisa diakses di
http://puisi19.blogspot.com

547
DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. 2006. Panduan Pengembangan Diri untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia.

Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders: Fifth Edition. Washingon, D.C.: America Psychiatric

Publishing.

Arikunto, Suharsimi. 1982. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Safuddin. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Offset.

Badriah. 2008. “Hubungan Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Kesehatan

Mental MAN 2 Duri Kosambi Cengkareng Jakarta Barat”. Skripsi tidak

diterbitkan. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah.

Daradjat, Zakiah. 1995. Kesehatan Mental. Jakarta: PT Gunung Agung.

Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Gibson, Robert L. & Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Diterjamahkan oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Gladding, Samuel T. 2012. Konseling: Profesi yang Menyeluruh. Terjemahan

oleh Winarno dan Lilian Yuwono. Jakarta: Indeks.

Gunawan, Heri. 2011. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung:

Alfabeta.

Hadi, Sutrisno. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi

Ibrahim, Ayub Sani. 2011. Psikiatri: Pemeriksaan Psikiatri; Wawancara

Psikiatri; Psikopatologi Farmako; Terapi Gangguan Kepribadian;

Mekanisme Pertahanan. Tanggerang: Jelajah Nusa.

Jaya, Yahya. 2004. Bimbingan Konseling Agama Islam. Padang: Angkasa Raya

Kartono, Kartini. 2009. Psikologi Abnormal. Bandung: Mandar Maju.

McLeod, Jhon. 2008. Pengantar Konseling: Teori dan Kasus. Diterjemahkan oleh

A. K. Anwar. Jakarta: Kencana.

Muchlas & Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Mustaqim & Abdul Wahib. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita.Padang: Program Studi Bimbingan dan

Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Padang.

Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:

Grasindo.

Palmo, ArtisJ., William J. Weikel, & David P. Borsos. 2011. Foundation of

Mental Health Counseling. Illonis: Charles C. Thomas Publisher.

Sardiman. 2012. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo

Persada.
Slamet, Suprapti & Sumarmo Markam. 2007. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2002. Statistika. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.

________. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suranto. 2009. “Hubungan antara Kesehatan Mental dan Motivasi Belajar

dengan Kedisiplinan Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kecamatan

Purbalingga Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2008/2009”. Tesis

tidak diterbitkan. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret.

Umi dan Windy. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.

Uno, Hamzah B. 2012. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


SALINAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA
NOMOR 155 /U/1998

TENTANG
PEDOMAN UMUM ORGANISASI KEMAHASISWAAN DI PERGURUAN TINGGI

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,

Menimbang

a. bahwa pendidikan nasional telah mengalami perkembangan yang memerlukan


penyesuaian dan pemantapan baik dalam hal kebijaksanaan maupun tatanannya;
b. bahwa pengembangan kehidupan kemahasiswaan adalah bagian integral dalam sistem
pendidikan nasional sebagai kelengkapan kegiatan kurikuler;
c. bahwa organisasi kemahasiswaan perlu ditingkatkan peranannya sebagai perangkat
perguruan tinggi dan sebagai warga sivitas akademika;
d. bahwa pengembangan organisasi kemahasiswaan perlu disesuaikan dengan pelaksanaan
reformasi di bidang pendidikan tinggi dan tuntutan globalisasi pada masa mendatang;
e. bahwa sesuai dengan butir a, b, c, dan d dipandang perlu menetapkan pedoman umum
organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi;

Mengingat

1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional;


2. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi beserta
perubahannya;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


TENTANG PEDOMAN UMUM ORGANISASI KEMAHASISWAAN
DI PERGURUAN TINGGI.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan

hal. 1
1. Organisasi kemahasiswaan intra. perguruan tinggi adalah wahana dan sarana
pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan
kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi.

2. Tujuan pendidikan tinggi adalah :

a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan


akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.
b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetatman, teknologi dan/atau
kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan tarap kehidupan
masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

3. Organisasi kemahasiswaan antar perguruan tinggi adalah wahana dan sarana


pengembangan diri mahasiswa untuk menanamkan sikap ilmiah, pemahaman tentang arah
profesi dan sekaligus meningkatkan kerjasama, serta menumbuhkan rasa persatuan dan
kesatuan.

4. Kegiatan kurikuler adalah kegiatan akademik yang meliputi : kuliah, pertemuan kelompok
kecil (seminar, diskusi, responsi), bimbingan penelitian, praktikum, tugas mandiri, belajar
mandiri, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (kuliah kerja nyata, kuliah kerja
lapangan dan sebagainya).

5. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kemahasiswaan yang meliputi: penalaran dan


keilmuan, minat dan kegemaran, upaya perbaikan kesejahteraan mahasiswa dan bakti sosial
bagi masyarakat.

Pasal 2

Organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh


dan untuk mahasiswa dengan memberikan peranan dan keleluasaan lebih besar kepada
mahasiswa.

BAB II
BENTUK ORGANISASI KEMAHASISWAAN
Pasal 3

(1) Di setiap perguruan tinggi terdapat satu organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi
yang menaungi semua aktivitas kemahasiswaan.

(2) Organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi dibentuk pada tingkat perguruan tinggi,
fakultas dan jurusan.

(3) Bentuk dan badan kelengkapan organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antar mahasiswa, tidak bertentangan dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku, dan statuta perguruan tinggi yang bersangkutan.

hal. 2
(4) Organisasi kemahasiswaan pada sekolah tinggi, politeknik, dan akademi menyesuaikan
dengan bentuk kelembagaannya.

(5) Organisasi kemahasiswaan antar perguruan tinggi yang sejenis menyesuaikan dengan
bentuk kelembagaannya.

BAB III
KEDUDUKAN, FUNGSI DAN TANGGUNGJAWAB
Pasal 4

Kedudukan organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi merupakan kelengkapan non


struktural pada organisasi perguruan tinggi yang bersangkutan.

Pasal 5

Organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi mempunyai fungsi sebagai sarana dan
wadah:

1. perwakilan mahasiswa tingkat perguruan tinggi untuk menampung dan menyalurkan


aspirasi mahasiswa, menetapkan garis-garis besar program dan kegiatan kemahasiswaan;

2. pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan;

3. komunikasi antar mahasiswa;

4. pengembangan potensi jatidiri mahasiswa sebagai insan akademis, calon ilmuwan dan
intelektual yang berguna di masa depan;

5. pengembangan pelatihan keterampilan organisasi, manajemen dan kepemimpinan


mahasiswa;

6. pembinaan dan pengembangan kader-kader bangsa yang berpotensi dalam melanjutkan


kesinambungan pembangunan nasional;

7. untuk memelihara dan mengembangkan ilmu dan teknologi yang dilandasi oleh norma-
norma agama, akademis, etika, moral, dan wawasan kebangsaan.

Pasal 6

Derajat kebebasan dan mekanisme tanggungjawab organisasi kemahasiswaan intra perguruan


tinggi terhadap perguruan tinggi ditetapkan melalui kesepakatan antara mahasiswa dengan
pimpinan perguruan tinggi dengan tetap berpedoman bahwa pimpinan perguruan tinggi
merupakan penanggungjawab segala kegiatan di perguruan tinggi dan/atau yang
mengatasnamakan perguruan tinggi.

hal. 3
BAB IV
KEPENGURUSAN, KEANGGOTAAN DAN MASA
BAKTI
Pasal 7

(1) Pengurus organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi pada masing-masing tingkat
sekurang-kurangnya terdiri atas ketua umum, sekretaris dan anggota pengurus.

(2) Pengurus ditetapkan melalui pemilihan yang tatacara dan mekanismenya ditetapkan oleh
mahasiswa perguruan tinggi yang bersangkutan.

Pasal 8

Keanggotaan organisasi kemahasiswaan pada masing-masing tingkat adalah seluruh


mahasiswa yang terdaftar dan masih aktif dalam kegiatan akademik.

Pasal 9

Masa bakti pengurus organisasi kemahasiswaan maksimal 1 (satu) tahun dan khusus untuk
ketua umum tidak dapat dipilih kembali.

BAB V
PEMBIAYAAN
Pasal 10

(1) Pembiayaan untuk kegiatan organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi dibebankan


pada anggaran perguruan tinggi yang bersangkutan dan/atau usaha lain seijin pimpinan
perguruan tinggi dan dipertanggungiawabkan sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku.

(2) Penggunaan dana dalam kegiatan kemahasiswaan harus dapat dipertanggungjawabkan


akuntabilitasnya.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11

Semua organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi yang telah ada pada saat ditetapkannya
Keputusan ini agar menyesuaikan dengan Keputusan ini.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

hal. 4
Pasal 12

Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
0457/0/1990 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 13

Petunjuk teknis pelaksanaan Keputusan ini ditetapkan oleh pimpinan perguruan tinggi yang
bersangkutan.

Pasal 14

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1998

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,

ttd.

Prof. Dr. Juwono Sudarsono, M.A.

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada

1. Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan dan. Kebudayaan,


2. Inspektur Jenderal Departemen Pendidikan dan. Kebudayaan,
3. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan. Kebudayaan,
4. Kepala Badan Penelitian dan. Pengembangan Pendidikan. dan Kebudayaan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan,
5. Sekretaris Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, dan Badan
Penelitian. dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan di lingkungan Departemen
Pendidikan dan. Kebudayaan,
6. Semua Rektor universitas/institut, Ketua sekolah tinggi, Direktur politeknik/akademi di
lingkungan Departemen Pendidikan dan. Kebudayaan,
7. Semua Koordinator Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta,
8. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara,
9. Badan Pemeriksa Keuangan,
10. Direktorat Jenderal Anggaran Departemen Keuangan,
11. Komisi VII DPR-RI.

hal. 5
PETUNJUK TEKNIS ORGANISASI KEMAHASISWAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Hasil Amandemen Tahun 2004

Universitas Negeri Padang


2004
SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI PADANG
No: 55 / J.41 / KM/ 2004

Tentang
PETUNJUK TEKNIS ORGANISASI KEMAHASISWAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
REKTOR UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Menimbang : 1.Bahwa pengembangan kehidupan kemahasiswaan yang merupakan


bagian integral dari sistem pendidikan nasional perlu disesuaikan
dengan pelaksanaan reformasi di bidang pendidikan tinggi dan tuntutan
globalisasi pada masa mendatang.
2.Bahwa untuk menyesuaikan kondisi tersebut maka petunjuk teknis
organisasi kemahasiswaan UNP Padang tahun 2002 perlu diamandemen
dengen segera.
3.bahwa untuk memberlakukan Petunjuk Teknis hasil amandemen
tersebut perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Rektor UNP

Mengingat : 1.UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional


2.PP No. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi
3.Kepmen Depdikbud RI No.155/UU/1998 tentang Pedoman Umum
Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi
4.Keputusan Dirjen Dikti 028/Dikti/1998, tentang Polbangmawa di
Perguruan Tinggi
5.Surat Keputusan Rektor UNP No. 145/J.41/TU/2002
6.Ketetapan MPM UNP Periode 2003-2004 No.1/n Tap/MPM/UNP/J.41/
III/2004 tentang penetapan Amandemen Juknis Organisasi
Kemahasiswaan Tahun 2004

Memutuskan
Menetapkan :
Pertama : amandemen petunjuk teknis organissi kemahasisaan unp tahun 2004
adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Kedua : amandemen petunjuk tekis organisasi kemahasiswaan ,sebagaimana
dimaksud dalam diktum pertama merupakan pedoman dasar
penyelenggaran organisasi kemahasiswaan di unp
Ketiga : keputusan ini berlaku mulai sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
segala sesuatu akan dapat dirobah apabila dikemudian hari terdaopat
kekeliruan dalam menetapkan keputusan ini.

Ditetapkan di : padang
Pada tanggal : 19 maret 2004
Rektor

Prof.Dr.Z.Mawardi Efendi,M.Pd.
NIP:130 517 796
AMANDEMEN
PETUNJK TEKNIS
ORGANISASI KEMAHASISWAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Pengertian

(1) Organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan sarana
pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan, peningkatan
kecendikiawanan dan integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi.
(2) Kegiatan ekstra kurikuler adalah sebagai kegiatan kemahasiswaan yang meliputi
penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran, upaya perbaikan kesejahteran
mahasiswa dan bakti sosial bagi masyarakat secara keseluruhan berada di bawah
tanggung jawab rektor sebagai pimpinan tertinggi universitas.
(3) Majelis perwakilan Mahasiswa disingkat MPM, adalah lembaga tertinggi organisasi
kemahasiswaan yang berfungsi legislatif dan normatif di tingkat universitas.
(4) Badan Eksekutif Mahasiswa di singkat BEM adalah lembaga tinggi organisasi
kemahasiswaan yang berfungsi eksekutif sebagai pelaksana kegiatan kemahasiswaan
di tingkat uiversitas.
(5) Unit kegiatan mahasiswa disingkat UKM adalah kelengkapan lembaga tinggi
mahasiswa sebagai pelaksana kegiatan kemahasiswaan pada bidang tertentu yang
berada di bawah BEM.
(6) Badan perwakilan mahasiswa fakultas di singkat BPMF (sesuai dengan nama fakultas)
adalah organisasi kemahasiswaan yang berfungsi legistatif dan normatif di tingkat
fakultas.
(7) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas di singkat BEMF (sesuai dengan nama Fakultas)
adalah organisasi kemahasiswaan yang berfungsi eksekutif sebagai pelaksana kegiatan
kemahasiswaan di tingkat Fakultas.
(8) Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas di tingkat UKMF adalah badan kelengkapan
organisasi kemahasiswaan tingkat fakultas sebagai pelaksana kegiatan kemahasiswaan
pada bidang tertentu yang berada di bawah BEMF.
(9) Himpunan Mahasiswa Jurusan di singkat dengan HMJ adalah organisasi
kemahasiswaan yang berfungsi sebagai pelaksana kegiatan kemahasiswaan yang
bersifat penalaran dan keilmuan di jurusan masing-masing.
(10) Hubungan kerja antar organisasi kemahasiswaan bersifat :
a. Intruktif yaitu memberikan perintah atau arahan untuk melakukan suatu tugas.
b. Evaluatif yaitu mengawasi dan menilai kinerja organisasi.
c. Koordinatif yaitu menyelaraskan suatu organisasi dan cabangnya sehingga
peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak bertentangan atau tumpang
tindih.
d. Komunikatif yaitu saling memberi informasi dari atau kepada organisasi lainnya.
e. Aspiratif yaitu menerima pendapat dan keinginan yang berkenaan dengan
pencapaian tujuan bersama ke arah yang lebih baik.
f. Konsultatif yaitu bertukar pikiran, meminta pertimbangan, nasehat, dan saran
dalam memutuskan sesuatu.
Pasal 2
Azas, landasan dan Tujuan

(1) Organisasi Kemahasiswaan berazaskan Pancasila


(2) Organisasi Kemahasiswaan berlandaskan Tri Darma Perguruan Tinggi.
(3) Organisasi Kemahasiswaan bertujuan untuk:
a. Mengembangkan integritas kepribadian mahasiswa, perluasan wawasan,
peningkatan kecendikiawanan, serta pengabdian kepada masyarakat.
b. Membina, mengembangkan, menyalurkan bakat dan potensi mahasiswa dalam
rangka meningkatan lulusan UNP.

BAB II
MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA
( MPM )

Pasal 3
Fungsi MPM

Fungsi MPM adalah :


a. Sebagai badan legislatif dan normatif di tingkat Universitas.
b. Sebagai penampung, penganalisis, dan penyalur aspirasi mahasiswa di tingkat
Universitas.

Pasal 4
Tugas MPM

Tugas MPM adalah :


a. Merumuskan dan menetapkan petunjuk pelaksanaan organisasi mahasiswa (juklak
ormawa).
b. Menyusun dan menetapkan Garis-garis Besar Haluan Program Kerja (GBHPK) BEM.
c. Mengawasi, mengevaluasi dan meminta pertanggungjawaban BEM terhadap
pelaksanaan GBHPK yang telah ditetapkan.
d. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih presiden BEM.
e. Mengesahkan hasil pemilu presiden BEM.
f. Mengangkat Presiden BEM terpilih dalam suatu surat keputusan.
g. Memberhentikan Presiden BEM apabila melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku di UNP.
h. Menghimpun, merumuskan dan meneruskan aspirasi mahasiswa kepada pihak terkait.
i. Melaksanakan pengawasan terhadap Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa)
selingkungan UNP.
j. Mengeluarkan ketetapan yang berkaitan dengan organisasi kemahasiswaaa

Pasal 5
Wewenang MPM

Wewenang MPM adalah :


a. Menyelenggarakan Sidang Istimewa apabila BEM tidak sanggup melaksanakan tugas
yang telah diberikan sebagai mana mestinya berdasarkan kesepakatan quorum (separuh
tambah satu) anggota MPM.
b. Memberikan pendapat, usul dan saran kepada pimpinan Universitas terutama yang
berkaitan dengan kemahasiswaan serta pelaksanaan dan pencapaian tujuan UNP.
c. Menghadiri pertemuan Senat Perguruan Tinggi atau Majelis Pimpinan Universitas
yang membahas tentang kemahasiswaan.
d. Mengamandemen Petunjuk Pelaksanaan Organisasi Kemahasiswaan (Juklak Ormawa)
e. Melakukan Pergantian Antar Waktu (PAW) anggota MPM.

Pasal 6
Keanggotaan MPM

Anggota MPM adalah :


a. Anggota MPM adalah perwakilan dari masing-masing jurusan
b. Anggota MPM dari masing masing jurusan berjumlah 1(satu) orang
c. Anggota MPM terdiri dari anggota-anggota yang terpilih berdasarkan hasil
Musyawarah Mahasiswa Jurusan.
d. Tata tertip pemilihan diatur dalam ketetapan MPM.
e. Pemilihan dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum periode kepengurusan
berakhir.
f. Ketua umum BPMF selingkungan UNP menjadi anggota MPM secara ex officio.

Pasal 7
Persyaratan anggota MPM

Persyaratan anggota MPM adalah :


a. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Terdaftar aktif mengikuti pendidikan di UNP minimal duduk di semester IV dan
maksimal semester VIII.
c. indeks prestasi komulatif minimal 2,50.
d. Memiliki integritas kepribadian yang tinggi, budi pekerti luhur dengan jiwa
kepemimpinan serta memiliki pemahaman tentang organisasi.
e. Loyalitas yang tinggi terhadap almamater.

Pasal 8
Kepengurusan MPM

(1) Kepengurusan sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum, Ketua-
Ketua Komisi dan Sekretaris Komisi.
(2) Komisi-komisi dibentuk sesuai kebutuhan.
(3) Masa kepengurusan MPM adalah 1 (satu) tahun dan Ketua Umum tidak dapat dipilih
kembali untuk kepengurusan berikutnya.
(4) Tata cara pemilihan pengurusan diatur dalam ketetapan berikutnya.
(5) Jabatan pengurus tidak boleh rangkap dengan kepengurusan inti organisasi lainnya di
lingkungan UNP.

Pasal 9
Pengesahan, Pelantikan dan Pertanggungjawaban MPM

(1) Pengesahan dan pelantikan MPM ditetapkan dengan Surat Keputusan Rektor
(2) MPM secara administasi dan keuangan bertanggungjawab kepada Rektor.
Pasal 10
Hubungan kerja MPM dengan organisasi Kemahasiswaan lainnya

(1) Intruktif, evaluaif dan komunikatif dengan BEM


(2) Koordinatif dengan BPMF
(3) Komunikatif dengan UKM, BEMF, UKMF, dan HMJ
(4) Aspiratif dengan mahasiswa

BAB III
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

Pasal 11
Fungsi BEM

Sebagai pelaksana kegiatan kemahasiswaan di tingkat Universitas.

Pasal 12
Tugas BEM

Tugas BEM adalah :


a. Melaksanakan ketetapan MPM
b. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan GBHPK dan ketetapan MPM
c. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada MPM
d. Melakukan rapat koordinasi dengan UKM minimal 2 (dua) kali setahun.

Pasal 13
Wewenang BEM

Wewenang BEM adalah:


a. Memberikan pendapat usul dan saran kepada pimpinan universitas terutama yang
berkaitan dengan kemahasiswaan serta pelaksanaan dan pencapaian tujuan UNP.
b. Pendapat, usul dan saran disampaikan melalui MPM.
c. Memberikan pendapat, usul dan saran kepada pihak terkait diluar Universitas atas
nama mahasiswa UNP.

Pasal 14
Kepengurusan BEM UNP

(1) Kepengurusan BEM sekurang-kurangnya terdiri dari Presiden, Wakil Presiden,


Sekretaris Umum, dan Ketua Departemen dan Sekretaris-sekretaris Departemen.
(2) Susunan pengurus sudah harus berbentuk paling lambat 15 hari, terhitung mulai
terpilihnya presiden BEM.
(3) Masa kepengurusan BEM adalah 1 (satu) tahun dan presiden BEM tidak dapat dipilih
kembali untuk periode berikutnya.
(4) Syarat kepengurusan diatur dalam ketetapan MPM.
(5) Jabatan pengurus tidak boleh rangkap dengan kepengurusan inti organisasi lainnya di
lingkungan UNP.
Pasal 15
Tata cara dan Mekanisme Pemilihan Presiden BEM

(1) Presiden BEM dipilih melalui Pemilihan Umum.


(2) Pemilihan Umum dilakukan secara langsung dan diikuti oleh semua Mahasiswa UNP.
(3) Pemilihan Umum dilaksanakan oleh Panitia Khusus yang ditunjuk MPM.
(4) Pemilihan Umum dilakukan 1 (satu) bulan sebelum kepengurusan berakhir.
(5) Mekanisme pemilihan umum diatur secara tersendiri dalam ketetapan MPM.

Pasal 16
Pengesahan, pelantikan dan pertanggungjawaban BEM

(1) Pengesahan dan Pelantikan Presiden BEM ditetapkan melalui ketetapan MPM.
(2) BEM secara organisasi bertanggungjawab kepada MPM.
(3) BEM secara administrasi dan keuangan bertanggung jawab kepada Rektor.

Pasal 17
Hubungan Kerja BEM

(1) Konsultatif dengan MPM.


(2) Koordinatif dan komunikatif dengan UKM dan BEMF.
(3) Komunikatif dan aspiratif dengan mahasiswa.

BAB IV
UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM)

Pasal 18
Fungsi UKM

Sebagai pelaksana kegiatan kemahasiswaan dalam bidang-bidang tertentu di tingkat


Universitas yang berada di bawah BEM.

Pasal 19
Tugas UKM

Tugas UKM adalah :


a. Melaksanakan ketetapan MPM.
b. Mengembangkan dan meningkatkan kreatifitas mahasiswa dalam melaksanakan
kegiatan penalaran, keilmuan, minat, kegemaran, dan kesejahteraan mahasiswa.
c. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan sesuai dengan bidang
kegiatan masing-masing.
d. Dalam melaksanakan tugas UKM dibimbing oleh dosen pembimbing sesuai dengan
keahliannya.
e. Mengkoordinasikan program kerja dengan BEM.
Pasal 20
Wewenang UKM

Wewenang UKM adalah :


a. Melaksanakan Musyawarah anggota.
b. Menentukan struktur kepengurusan dan program kerja.

Pasal 21
Kepengurusan UKM

(1) Formasi, syarat dan struktur kepengurusan disesuaikan dengan kondisi masing-masing
UKM.
(2) Masa kepengurusan ditentukan oleh masing-masing UKM.
(3) Pemilihan kepengurusan dilakukan dengan mekanisme yang ditentukan oleh masing-
Masing.

Pasal 22
Pengesahan, Pelantikan dan Pertanggungjawaban UKM.

(1) Pengesahan dan pelantikan pengurus UKM ditetapkan dengan Surat Keputusan
musyawarah anggota masing-masing UKM yang diketahui oleh Rektor.
(2) Pengurus secara organisasi bertanggung jawab kepada musyawarah anggota.
(3) Pengurus UKM secara administrasi dan keuangan bertanggung jawab kepada Rektor.

Pasal 23
Hubungan Kerja UKM

(1) Konsultatif dengan MPM.


(2) Koordinatif dan komunikatif dengan BEM dan UKMF.

BAB IV
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS ( BPMF )

Pasal 24
Fungsi BPMF

Fungsi BPMF adalah :


(1) Sebagai badan legislatif dan normatif di tingkat fakultas.
(2) Sebagai penampung, penganalisis dan penyalur aspirasi mahasiswa di tingkat fakultas.

Pasal 25
Tugas BPMF

Tugas BPMF adalah :


a. Melaksanakan ketetetapan MPM.
b. Menyusun dan menetapkan Garis-garis Besar Haluan Program Kerja (GBHPK) BEMF.
c. Mengawasi, mengevaluasi dan meminta pertanggungjawaban BEMF terhadap
pelaksanaan GBHPK yang telah ditetapkan.
d. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Ketua Umum BEMF.
e. Mengesahkan hasil pemilu ketua BEMF.
f. Memberhentikan Ketua BEMF apabila melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku di UNP.
g. Menghimpun, merumuskan dan meneruskan aspirasi mahasiswa kepada pihak fakultas.

Pasal 26
Wewenang BPMF

Wewenang BPMF adalah :


a. Menyelenggarakan Sidang Istimewa apabila BEMF tidak sanggup melaksanakan tugas
yang telah diberikan sebagaimana mestinya berdasarkan quorum (separoh tambah
satu) anggota BPMF.
b. Memberikan pendapat, usul dan saran kepada pimpinan Fakultas terutama yang
berkaitan dengan kemahasiswaan serta pelaksanaan dan pencapaian tujuan Fakultas.
c. Menghadiri setiap pertemuan di Senat Fakultas atau Majelis Pimpinan Fakultas yang
membahas tentang kemahasiswaan.
d. Melakukan pergantian antar waktu (PAW) anggota BPMF.

Pasal 27
Keanggotaan BPMF

Anggota BPMF adalah :


a. Anggota BPMF sekurang-kurangnya 20 orang dan sebanyak-banyaknya 30 orang yang
merupakan perwakilan dari masing-masing jurusan yang ada di fakultas tersebut
b. Anggota BPMF terdiri dari anggota-anggota yang dipilih berdasarkan hasil
Musyawarah Mahasiswa jurusan.
c. Pemilihan dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum periode kepengurusan
berakhir.
d. Tata cara dan mekanisme pemilihan diatur dalam ketetapan BPMF yang bersangkutan

Pasal 28
Persyaratan Anggota BPMF

Persyaratan anggota BPMF adalah :


a. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Terdaftar aktif mengikuti pendidikan di UNP minimal duduk di semester III dan
maksimal semester VII.
c. Indeks prestasi kumulatif minimal 2,50.
d. Memiliki integritas kepribadian yang tinggi, budi pekerti luhur dengan jiwa
kepemimpinan serta memiliki pemahaman tentang organisasi.
e. Loyalitas yang tinggi terhadap almamater.

Pasal 29
Kepengurusan BPMF

(1) Kepengurusan sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum,


Bendahara Umum, Ketua-ketua Komisi dan Sekretaris-sekretaris komisi.
(2) Komisi-komisi dibentuk sesuai kebutuhan
(3) Masa Kepengurusan BPMF adal;ah 1 (satu) tahun dan ketua umum tidak dapat dipilih
kembali untuk kepengirusan berikutnya.
(4) Tata cara pemilihan pengutus diatur dalam ketetapan BPMF
(5) Jabatan pengurus tidak boleh rangkap dengan kepengurusan inti organisasi lainnya di
lingkungan UNP

Pasal 30
Pengesahan, Pelantikan, dan Pertanggungjawaban BPMF

(1) Pengesahan dan pelantikan BPMF ditetapkan dengan Surat Keputusan Dekan
(2) BPMF secara administrasi dan keuangan bertanggungjawab kepada Dekan

Pasal 31
Hubungan Kerja BPMF

(1) Koordinatif dengan MPM


(2) Instruktif, evaluatif dan komunikatif dengan BEMF
(3) Komunikatif dengan UKMF dan HMJ
(4) Komunikatif dan aspiratif dengan mahasiswa

BAB VI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS (BEMF)

Pasal 32
Fungsi BEMF

Sebagai pelaksana kegiatan kemahasiswaan ditingkat fakultas.

Pasal 33
Tugas BEMF

Tugas BEMF adalah :


a. Melaksanakan ketetapan MPM dan BPMF
b. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan GBHPK dan ketetapan
BPMF
c. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada BPMF
d. Mengadakan rapat koordinasi dengan UKMF dan HMJ minimal 2 (dua) kali setahun

Pasal 34
Wewenang BEMF

Wewenang BEMF adalah:


a. Memberikan pendapat, usul dan saran kepada pimpinan fakultas terutama yang
berkaitan dengan kemahasiswaan serta pelaksanaan dan pencapaian tujuan fakultas
b. Penadapat, usul dan saran disampaikan melalui BPMF
Pasal 35
Kepengurusan BEMF

(1) Kepengurusan BEMF sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua
Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum, dan Ketua-ketua Departemen dan
Sekretaris-sekretaris Departemen.
(2) Susunan pengurus sudah harus terbentuk paling lambat 15 hari, terhitung mulai
terpilihnya Ketua Umum BEMF
(3) Masa kepengurusan BEMF adalah 1 (satu) Tahun dan Ketua Umum BEMF tidak dapat
Dipilih kembali untuk periode berikutnya.
(4) Syarat kepengurusan diatur dalam ketetapan BPMF
(5) Jabatan Pengurus tidak boleh rangkap dengan kepengurusan inti organisasi lainnya di
Lingkungan UNP.

Pasal 36
Tata Cara dan Mekanisme Pemilihan Ketua Umum BEMF

(1) Pemilihan Ketua Umum BEMF dipilih melaluui Pemilihan Umum


(2) Pemilihan Umum dilakukan secara langsung dan diikuti oleh semua mahasiswa
Fakultas.
(3) Pemilihan Umum dilaksanakan oleh panitia khusus yang ditunjuk oleh BPMF
(4) Pemilihan Umum dilakukan 1 (satu) bulan sebelum kepengurusan berakhir
(5) Mekanisme Pemilihan Umum diatur secara tersendiri dalam ketetapan BPMF

Pasal 37
Pengesahan, Pelantikan dan Pertanggungjawaban BEMF

(1) Pengesahan dan Pelantikan Ketua Umum BEMF ditetapkan melalui ketetapan BPMF
(2) BEM secara organisasi bertanggungjawab kepada BPMF
(3) BEM secara administrasi dan keuangan bertanggungjawab kepada Dekan

Pasal 38
Hubungan Kerja BEMF

(1) Konsultatif dengan BPMF


(2) Koordinatif dan komunikatif dengan UKMF dan HMJ
(3) Komunikatif dengan MPM
(4) Komunikatif dan aspiratif dengan mahasiswa Fakultas yang bersangkutan
BAB VII
UNIT KEGIATAN MAHASISWA FAKULTAS (UKMF)

Pasal 39
Fungsi BEMF

Sebagai pelaksana kegiatan kemahasiswaan dalam bidang tertentu ditingkat Fakultas yang
berada dibawah BEMF

Pasal 40
Tugas UKMF

Tugas UKMF adalah :


a. Melaksanakan ketetapan MPM
b. Mengembangkan dan meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam melaksanakan
kegiatan penalaran, keilmuan, minat, dan kesejahteraan mahasiswa
c. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan sesuai dengan bidang
kegiatan masing-masing
d. Mengkoordinasikan program kerja dengan BEMF

Pasal 41
Wewenaang UKMF

Wewenang UKMF adalah :


a. Melaksanakan musyawarah anggota
b. Menentukan struktur kepengurusan dan program kerja

Pasal 42
Kepengurusan UKMF

(1). Formasi, syarat dan struktur kepengurusan disesuaikan dengan kondisi masing-masing
UKMF
(2). Masa kepengurusan ditentukan oleh masing-masing UKMF
(3). Pemilihan kepengurusan dilakukan denngan mekanisme yang ditentukan oleh masing-
Masing UKMF.

Pasal 43
Pengesahan, Pelantikan dan Pertanggungjawaban BSO-UKMF

(1) Pengesahan dan pelantikan UKMF ditetapkan dengan Surat Keputusan musyawarah
Anggota masing-masing UKMF yang diketahui oleh Dekan.
(2) Pengurus secara organisasi bertanggungjawab kepada mudyawarah anggota UKMF
Bersangkutan.
(3) Pengurus UKMF secara administrasi dan keuangan bertanggungjawab kepada Dekan
Fakultas yang bersangkutan.

Pasal 44
Hubungan Kerja UKMF

(1) Komunikatif dengan MPM, BPMF dan HMJ


(2) Koordinatif dan komunikatif dengan UKM dan BEMF

Pasal 45
Fungsi HMJ

Sebagai wadah pelaksana kegiatan kemahasiswaan yang bersifat penalaran dan keilmuan
di jurusan masing-masing.

Pasal 46
Tugas HMJ

Tugas HMJ adalah:


a. Melaksanakan ketetapan MPM
b. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan
ekstrakurikuler sesuai dengan hasil rapat kerja pengurus dengan memperhatikan
aspirasi mahasiswa jurusasn bersangkutan
c. Mengkoordinasikan rencana dan pelaksanaan kegiatan dengan BEMF

Pasal 47
Wewenang HMJ

Wewenang HMJ adalah memberikan pendapat, usul dan saran kepada pimpinan jurusan
terutama yang berkaitan dengan kemahasiswaan serta pelaksanaan dan pencapaian tujuan
jurusan.

Pasal 48
Kepengurusan HMJ

(1) Kepengurusan HMJ sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Bendahara, dan Ketua-ketua Departemen.
(2) Susunan pengurus sudah harus terbentuk paling lambat paling lambat15 hari,terhitung
mulai terpilihnya Ketua HMJ.
(3) Masa kepengurusan HMJ adalah 1 (satu) tahun dan Ketua HMJ tidak dapat dipilih
kembali untuk periode berikutnya.
(4) Syarat kepengurusan:
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Terdaftar aktif mengikuti pendidikan di UNP serta minimal duduk di semester III
dan maksimal semester VI.
c. IPK minimal 2,25.
d. Loyalitas tertinggi terhadap almamater.
(5) Jabatan pengurus tidak boleh rangkap dengan kepergurusan inti Organisasi lainnya di
Lingkungan UNP.

Pasal 49
Tata cara dan Mekanisme Pemilihan Pengurus HMJ

Sistem dan mekanisme pemilihan pengurus HMJ ditentukan secara tersendiri yang
ditetapkan dalam Musyawarah Mahasiswa yang bersangkutan.

Pasal 50
Pengesahan, Pelantikan dan Pertanggungjawaban BEMF

(1) Pengesahan dan Pelantikan pengurus HMJ ditetapkan melalui Surat Keputusan Ketua
Jurusan yang bersangkutan..
(2) Pengurus HMJ secara organisasi bertanggungjawab kepada Musyawarah Mahasiswa
Jurusan yang bersangkutan.
(3) Pengurus HMJ secara administrasi dan keuangan bertanggungjawab kepada Ketua
Jurusan yang bersangkutan.

Pasal 51
Hubungan Kerja HMJ

(1) Komunikatif dengan MPM, BPMF, dan UKMF


(2) Koodinatif dengan BEMF
(3) Komunikasi dan aspiratif dengan mahasiswa Jurusan yang bersangkutan.

BAB IX
ATRIBUT DAN PEMBIAYAAN

Pasal 52
Atribut

(1) Jaket almamater Organisasi Kemahasiswaan UNP.


(2) Pin Organisasi Kemahasiswaan UNP.
(3) Bendera Merah Putih dan Bendera Organisasi Kemahasiswaan UNP.
Pasal 53
Pembiayaan

Pembiayaan untuk keperluan MPM, BEM, UKM, BPMF, BEMF, UKMF, dan HMJ
bersumber dari :
a. Anggaran Kemahasiswaan UNP, Fakultas, Jurusan sesuai dengan tingkatan dengan
Organisasi Kemahasiswaan UNP.
b. Bantuan dari Pihak lain yang tidak mengikat atas persetujuan Rektor UNP.

BAB X
SANKSI

Pasal 54

Sanksi terhadap perlanggaran Juknis ini akan diputuskan oleh Rektor atau Pejabat yang
Ditunjuk oleh Rektor.

BAB XI
HAL LAIN-LAIN

Pasal 55
Pemberhentian

Pemberhentian salah seorang atau lebih pengurus harian Ornaginasi Kemahasiswaan UNP
dapat dilakukan karena:
a. Permintaan sendiri.
b. Tidak terdaftar sebagai Mahasiswa UNP pada semester itu.
c. Terkena larangan perangkapan jabatan inti pada organisasi lain di UNP.
d. Melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku
di UNP

Pasal 56

(1) Kegiatan Kemahasiswaan yang dilakukan di Universitas Fakultas, Jurusan supaya


disesuaikan dengan Tri Dhrma Perguruan Tinggi.
(2) Kegiatan Kemahasiswaan didalam dan di luar kampus Unp yang mengatasnamakan
lembaga Universitas / Fakultas, Jurusan harus melalui MPM/ BEM/ UKM/ BPMF/
UKMF/ HMJ, dengan izin Rektor, Dekan, Ketua Jurusan.
(3) Apabila salah seorang atau lebih pengurus harian Organisasi Kemahasiswaan yang
berpergian ke luar daerah menimal satu minggu, maka selama dia berada di luar daerah
tersebut jabatan yang dipegangnya harus dikuasakan melalui Surat Kuasa kepada salah
seorang atau lebih pengurus yang ada.
(4) Mahasiswa dapat membentuk UKM yang menunjang kegiatan Kemahasiswaan yang
diatur dalam ketetapan MPM dengan Pertimbangan Rektor.
(5) Petunjuk teknis Organisasi Kemahasiswaan UNP ini berlaku mulai tanggal ditetapkan
dan semua petunjuk / peraturan / panduan Organisasi Kemahasiswaan yang telah
dikeluarkan sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
(6) Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur kemudian.

Ditetapkan di : Padang,
Pada tanggal : 19 Maret 2004

Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi. M. Pd


NIP : 130 517 796
PENGURUS PUSAT
IKATAN MAHASISWA
BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (IMABKIN)
Sekretariat: Universitas Negeri Makassar
Kampus Tidung FIP UNM Jl. Tamalate 1 Makassar
http://www.ppimabkin1416.blogspot.com Email: ppimabkin1416@gmail.com

DAFTAR NAMA PENGURUS PUSAT

IKATAN MAHASISWA BIMBINGAN KONSELING INDONESIA

(IMABKIN)

PERIODE 2014 – 2016

No. Nama Jabatan Utusan/ PT Wilayah/Daerah CP :


1. Muhammad Taslim Ketua PP UNM Makassar 085230785016
Taswin
2. Al Azmi Wakil 1 IKIP PGRI Pontianak 082293743892
3. Yoga Fajar A Wakil 2 UHAMKA Jakarta 085778205553
4. Irmayani Sekretaris UNTAD Palu 082351024761/
087844186636
5. Gisa Bela Pehu Lisa Bendahara UIN Sumatera Utara 087799065630
6. Andi Asmar DPO UNM Makassar 085298781079
7. Achmad Badaruddin DPO UNP Padang 085263456419
8. Sholikhin DPO UNJ Jakarta 085774497443/
085257611963
9. Zulfa Zannatin Aulia KABID Univ. Tarakan 082153129609
AKPRO BORNEO
10. Rifal Elvin Hamra AKPRO UNM Makassar 085242174646
11. Gilang Aditia P S AKPRO UNINDRA Jakarta 085221515866
PGRI
12. Annisa Fadhila AKPRO UNIGHA Aceh 085277336233
SIGLI
13. Ambarwati AKPRO UNJ Jakarta 089605401296/
Khairunnisa 081293179130
PENGURUS PUSAT
IKATAN MAHASISWA
BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (IMABKIN)
Sekretariat: Universitas Negeri Makassar
Kampus Tidung FIP UNM Jl. Tamalate 1 Makassar
http://www.ppimabkin1416.blogspot.com Email: ppimabkin1416@gmail.com

No. Nama Jabatan Utusan/PT Wilayah/Daerah CP


14. Nanda Setya AKPRO UNESA Surabaya 085655031565
Permadi
15. Ferisia Hana AKPRO IKIP PGRI Madiun 085746090626
Puspita
16. Siti Nurhasanah SM AKPRO UIA Jakarta 085659421302
17. Fikri Faturrahman AKPRO UPI Bandung 087821155257
18. Fitria Ariyanti AKPRO UNRI Riau 082387167523
19. Suheri AKPRO STKIP 082367676064
BUDIDAYA
BINJAI
20. Rahmat Pamuji KABID UAD Jogjakarta 087767872007
INFOKOM

21. Kasmariadi Dahlan INFOKOM UNRI Riau 085355141890


22. Andi Muhammad INFOKOM Univ. Tarakan 082214841035
Rizal BORNEO
23. Hafpriliarani INFOKOM UNJ Jakarta 087889460107
Dipta S
24. Mochammad INFOKOM UNESA Surabaya 085730574287
Syuhada’
25. Ranti Sri Fuji Yuni INFOKOM UNP Padang 085658407494
26. Novia Rozana INFOKOM UNINDRA Jakarta Timur 085695423255
PGRI
27. Diana Lestari INFOKOM STKIP Sumatera Utara 085373879937
BUDIDAYA
BINJAI
28. Felix Somae INFOKOM UNPATTI Ambon 085212561703
29. Dias Alentia Nanda INFOKOM UNNES Semarang 08994686246
30. Rayandi KABID UNM Makassar 085221500693
SOSPOL
PENGURUS PUSAT
IKATAN MAHASISWA
BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (IMABKIN)
Sekretariat: Universitas Negeri Makassar
Kampus Tidung FIP UNM Jl. Tamalate 1 Makassar
http://www.ppimabkin1416.blogspot.com Email: ppimabkin1416@gmail.com

No. Nama Jabatan Utusan/PT Wilayah/Daerah CP


31. Gina Nazmi SOSPOL UPI Bandung 085793248733
32. Siti Latifah Harum SOSPOL STKIP Sumatera Utara 082366303788
BUDIDAYA
BINJAI
33. Saifudin Sholeh SOSPOL UAD Jogjakarta 085271620856
Yazid
34. Indri Septiyani SOSPOL UNJ Jakarta 085778606324
Surya
35. Hanggara Sakty SOSPOL UNESA Surabaya 085706945921
36. Yonarizki Andyka SOSPOL UHAMKA Jakarta 085774412312
37. Silmi Riasah SOSPOL UIA Jakarta 085772115693
Priyatna
38. Zubaedah SOSPOL UNPATTI Ambon 085344225749
39. Syahril SOSPOL IKIP PGRI Pontianak 085750703341
40. Fitria KABID UNTAD Palu 085241247081/
PSDO 087844583331
41. Dicky Prasetyo PSDO UNINDRA Jakarta Timur 085714903978
PGRI
42. Andi Nur Aniza PSDO UNM Makassar 081241640119
43. Sri Wulandari PSDO IKIP PGRI Pontianak 081253592466
44. Afuan Yuza Putra PSDO UNP Padang 085368684452
45. Wahyu Romdhoni PSDO IKIP PGRI Madiun 085784396664
46. Aji Nurohman PSDO UHAMKA Jakarta 089691472849
47. Imam Cahyadi PSDO UAD Jogjakarta 087738467327
48. Reza Munandar PSDO UNIGHA Aceh 082168004687
SIGLI
49. Sitta Arifiani PSDO UNNES Semarang 085713202318
50. Chusnul Fadhillah PSDO Univ. Malang 085755082294
Kanjuruhan
PENGURUS PUSAT
IKATAN MAHASISWA
BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (IMABKIN)
Sekretariat: Universitas Negeri Makassar
Kampus Tidung FIP UNM Jl. Tamalate 1 Makassar
http://www.ppimabkin1416.blogspot.com Email: ppimabkin1416@gmail.com

No. Nama Jabatan Utusan/PT Wilayah/Daerah CP


51. Abdul Kholik Koor. UIN Sumatera Utara 087749244984
Munthe Wilayah I
52. Imam Setyo Koor. IKIP PGRI Madiun 082333848318
Nugroho Wilayah II
53. Yudhy Novryan Koor. Univ. Tarakan 081236829242
Wilayah III BORNEO
54. Evriana Koor. UNTAD Palu 085255426107
Wilayah IV
55. Suardi Sombalatu Koor. UNPATTI Ambon 085211298633
Wilayah V

Palu, 7 Januari 2015

Pengurus Pusat
IMABKIN Periode 2014 – 2016

Ketua Umum Sekretaris Umum


PP IMABKIN PP IMABKIN

Irmayani
NIM. 104404057 NIM. A 50111051
PENGURUS PUSAT
IKATAN MAHASISWA
BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (IMABKIN)
Sekretariat: Kampus BK FIP UNP
Jl. Prof. Dr. Hamka. Padang, Sumatera Barat, 085378180424
http://www.ppimabkin.blogspot.com Email: ppimabkin@yahoo.com

SURAT KEPUTUSAN KETUA IMABKIN


Nomor: 001/A/PP. IMABKIN/SK/07/2014

Tentang:
PENGANGKATAN PENGURUS PUSAT
IKATAN MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (IMABKIN) 2014-2016

Dengan senantiasa mengharap ridho Tuhan Yang Maha Esa, Ketua PP IMABKIN setelah :
Menimbang : 1. Bahwa dibutuhkan personalia Pengurus Pusat untuk menjalankan
amanat kongres IV IMABKIN.
2. Bahwa keberlangsungan organisasi dapat lebih terjamin dengan
pengangkatan personalia pengurus yang memiliki kapabilitas
dibidangnya.
3. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum, maka dipandang perlu
untuk membuat Surat Keputusan Ketua IMABKIN tentang
pengangkatan Pengurus Pusat IMABKIN Periode 2014-2016.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) IMABKIN
2. Rekomendasi Kongres IV IMABKIN

Memperhatikan : Hasil rapat Ketua PP IMABKIN dan tim formatur Pengurus Pusat Ikatan
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Indonesia (IMABKIN) tentang formasi
Pengurus Pusat IMABKIN periode 2014-2016.

Memutuskan
Menetapkan : 1. Mengangkat nama-nama dalam lampiran surat keputusan ini sebagai
Pengurus Pusat IMABKIN periode 2014-2016
2. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
3. Keputusan ini akan ditinjau kembali di kemudian hari bila terdapat
kekeliruan

Ditetapkan di : Padang
tanggal : 8 Juli 2014

Ketua IMABKIN

Agung Tri Prasetia


NIM. 1100588.2011

Tembusan :
1. DIKTI
2. PB. ABKIN
3. PR Bidang Kemahasiswaan masing-masing Perguruan Tinggi
4. PW IMABKIN se – Indonesia
5. PD IMABKIN se – Indonesia
6. Yang bersangkutan
7. Arsip
PENGURUS PUSAT
IKATAN MAHASISWA
BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (IMABKIN)
Sekretariat: Kampus BK FIP UNP
Jl. Prof. Dr. Hamka. Padang, Sumatera Barat, 085378180424
http://www.ppimabkin.blogspot.com Email: ppimabkin@yahoo.com

Lampiran Surat Keputusan Ketua IMABKIN tentang Pengangkatan Pengurus Pusat (PP) Ikatan
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling (IMABKIN) nomor: 001/A/PP. IMABKIN/SK/07/2014

PERSONALIA PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (IMABKIN)

Wakil Ketua I : Yoga Fajar A (UHAMKA Jakarta)


Wakil Ketua II : Imam Mawardi (UNIKAMA Malang)
Sekretaris : Fahmi Hamid (UNM Makassar)
Bendahara : Miftah Farhani (UNSYIAH Banda Aceh)

Dewan Pertimbangan Organisasi


: Andi Asmar (UNM Makassar)
Achmad Badaruddin (UNP Padang)
Sholikhin (UNJ Jakarta)

Departemen :
I. Departemen Penelitian dan Pengembangan Akademik (LITBANGDEMIK)

Ketua : Abdul Kholiq (UNNES Semarang)


Anggota : Hairani Irma S. Nst (UNRIKA Batam)
Muhammad Hafiz (UPI Bandung)
Fitri Juliani (STKIP Budidaya Binjai)
Nopina SM Harahap (UNP Padang)
Andi Vona (UNIGHA Sigli)
Ryan Syarwenda (UNRIKA Batam)
Nindya Yusnur C. (STKIP Budidaya Binjai)

II. Departemen Teknologi, Komunikasi, dan Informasi (TEKOMMASI)


Ketua : Eric Doriskha (UNP Padang)
Anggota : Nurrohmah Aini (IAIN Lampung)
Gina Nazmi (UPI Bandung)
Tia Nursaiha (UNIB Bengkulu)
Rizky Novirson (UNP Padang)
Riai Putra (UNIGHA Sigli)
Suryanti Tasarina (UNRIKA Batam)
Gisa Bela Pehu Lisa (IAIN Sumut)
PENGURUS PUSAT
IKATAN MAHASISWA
BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (IMABKIN)
Sekretariat: Kampus BK FIP UNP
Jl. Prof. Dr. Hamka. Padang, Sumatera Barat, 085378180424
http://www.ppimabkin.blogspot.com Email: ppimabkin@yahoo.com

III. Departemen Kebijakan Publik & Advokasi Profesi (JAKFESI)

Ketua : Ahmad Musakkir (UNM Makassar)


Anggota : Fikri Faturrahman (UPI Bandung)
Riska Safriani (UNSYIAH Banda Aceh)
Abdurrahman Afriyal (STAIN Batusangkar)
Mahyaruddin (IAIN Sumut)
M. Ridho (STKIP Budidaya Binjai)
Beby Tri Wahyu (UNRIKA Batam)
Ferry Syand STP. (STKIP Budidaya Binjai)

IV. Departemen Pengabdian Masyarakat (DEPDIMAS) :

Ketua : Rivo Novesa (UNP Padang)


Anggota : Tri Atmaja Ari W.(IAIN Lampung)
Nudhar Nabila (UNSYIAH Banda Aceh)
Dian Anggeraini (STKIP Budidaya Binjai)
Firdaus Sal Hamdi (UNP Padang)
M. Ikhbal (IAIN IB Padang)
Eni Gusnita (UNRIKA Batam)
Dewi Suci Lestari A. (IAIN Sumut)
Muyasir (UNIGHA Sigli)

V. Departemen Kaderisasi dan Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (KPSDM)

Ketua : M. Fadhli Eka P. (UNSYIAH Banda Aceh)

Anggota : Afrizal (STAIN Bukittinggi)


Dedi Wahyudi H. (UNNES)
Fitria (Univ. Tadulako Palu)
Adri Hermawan (IAIN Sumut)
Afrizal (STAIN Bukittinggi)
Rodhy Malfi (IAIN IB Padang)
Asbi (UNRIKA Batam)
PENGURUS PUSAT
IKATAN MAHASISWA
BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (IMABKIN)
Sekretariat: Kampus BK FIP UNP
Jl. Prof. Dr. Hamka. Padang, Sumatera Barat, 085378180424
http://www.ppimabkin.blogspot.com Email: ppimabkin@yahoo.com

VI. Departemen Pengembangan Organisasi (BANGSASI)

Ketua : Muhammad Fadlil (UNP Padang)


Anggota : Cahya Prafstika M. (STKIP Budidaya Binjai)
Eko Mulia Ramadhan (UMN Medan)
Abdul Kholik Munthe (IAIN Sumut)
Yanti (UNRIKA Batam)
Musripah (UNRIKA Batam)
Reza Munandar (UNIGHA Sigli)

VII. Departemen Bakti Pendidikan Formal (BADIKMAL)


Ketua : Rahmad Pamuji (Univ. Ahmad Dahlan)
Anggota : Dita Nurjannah (UNIB Bengkulu)
Luna Nurannisa Zakiah (UPI Bandung)
Ranti Fuji Sri Yuni (UNP Padang)
Sasmita (UNRIKA Batam)
Khairul Akbar (IAIN Sumut)
Muhammad Iskandar (STAIN Bukittinggi)

VIII. Departemen Pemberdayaan Aparatur dan Pengawasan (PATURWAS)

Ketua : Ridwan Lubis (UNP Padang)


Anggota : Ahmad Virza (USYIAH Banda Aceh)
Cucu Slamet Riyadi (IAIN IB Padang)
Suheri (STKIP Budidaya Binjai)
Abdan Syakuro S. (Univ. Ahmad Dahlan)
Haryono (UNRIKA Batam)
Riskawati (Univ. Tadulako Palu)
Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2012

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
ISBN 978-602-9290-18-9 Republik Indonesia
Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2012

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia
Pengantar

Kajian tentang implikasi dan strategi implementasi Peraturan Presiden


Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI
atau Indonesian Qualification Framework) dilakukan dalam rangka
menyiapkan kerangka pengembangan sistem pendidikan tinggi yang
merujuk pada KKNI sebagai standar kualifikasi nasional.

Untuk memperoleh hasil yang optimal, Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi melaksanakan kajian yang komprehensif bekerja sama dengan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Direktorat Jenderal Pendidikan Usia Dini, Nonformal, dan Informal -
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Direktorat Jenderal
Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas - Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Keberhasilan mengembangkan KKNI merupakan salah satu
hasil signifikan dari program "Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia
Kerja" sebagai kegiatan lintas Kementerian antara Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

'Booklet' ini menjelaskan secara singkat kajian mengenai substansi dan


strategi implementasi KKNI sebagai tahap awal pemanfaatan KKNI. Sebagai
sebuah rujukan, maka substansi KKNI akan terus dikembangkan selaras
dengan perkembangan mutu pendidikan dan ketenagakerjaan nasional
maupun internasional. Para pembaca serta pihak-pihak yang
berkepentingan diharapkan dapat memahami dasar pemikiran yang
tercakup didalam KKNI dan mengimplementasikannya dalam lingkungan
masing-masing.

Djoko Santoso
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan - Republik Indonesia
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka
penjenjangan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor
pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu
skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di
berbagai sektor pekerjaan.

KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait
dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional, dan
sistem penilaian kesetaraan capaian pembelajaran (learning outcomes)
nasional, yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumber daya
manusia nasional yang bermutu dan produktif.

KKNI menyatakan sembilan jenjang kualifikasi sumber daya manusia


Indonesia yang produktif. Deskripsi kualifikasi pada setiap jenjang KKNI
secara komprehensif mempertimbangkan sebuah capaian pembelajaran
yang utuh, yang dapat dihasilkan oleh suatu proses pendidikan baik
formal, non formal, informal, maupun pengalaman mandiri untuk dapat
melakukan kerja secara berkualitas. Deskripsi setiap jenjang kualifikasi
juga disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
atau seni, serta perkembangan sektor-sektor pendukung perekonomian
dan kesejahteraan rakyat, seperti perindustrian, pertanian, kesehatan,
hukum, dan aspek lain yang terkait. Capaian pembelajaran juga
mencakup aspek-aspek pembangun jati diri bangsa yang tercermin
dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhineka Tunggal Ika
yaitu menjunjung tinggi pengamalan kelima sila Pancasila dan penegakan
hukum, serta mempunyai komitmen untuk menghargai keragaman
agama, suku, budaya, bahasa, dan seni yang tumbuh dan berkembang di
bumi Indonesia.
KKNI dengan level-9 sebagai jenjang tertinggi tidak serta-merta berarti KKNI juga dapat dijadikan panduan oleh asosiasi profesi di tingkat
bahwa jenjang tersebut lebih tinggi daripada jenjang kualifikasi yang nasional untuk menetapkan kriteria penilaian kemampuan atau keahlian
berlaku di Eropa (8 level) dan Hongkong (7 level), atau sebaliknya lebih yang dimiliki seorang calon anggota sebelumnya atau seorang anggota
rendah daripada jenjang kualifikasi yang berlaku di Selandia Baru dan yang ingin meningkatkan jenjang predikat keanggotaannya. Sektor-sektor
Australia (10 level), atau Scotlandia (12 level). Hal ini lebih tepat dimaknai lain seperti dunia usaha, birokrasi pemerintahan, dan industri juga
bahwa jenjang kualifikasi pada KKNI dirancang sedemikian sehingga membutuhkan KKNI sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan
kualifikasi pada setiap level bersesuaian antara mutu lulusan perguruan dan peningkatan mutu sumber daya manusianya secara lebih
tinggi dan kebutuhan pengguna lulusan, kultur pendidikan dan pelatihan, komprehensif dan akurat, baik yang berhubungan dengan sistem karier,
serta jenis dan sifat pendidikan tinggi yang berlaku di Indonesia. remunerasi, maupun pola rekrutmen baru.

KKNI juga diposisikan sebagai rujukan yang netral (neutral reference) Peningkatan level KKNI melalui Berbagai Alur
dalam proses penyetaraan capaian pembelajaran yang diperoleh melalui
pendidikan formal, informal, dan nonformal dalam Sistem Pendidikan

Pe di
Nasional dengan kompetensi kerja yang dicapai melalui pengalaman kerja S3/Sp

al

ni Du
rm

ng ni
S2/Sp

Ah

ka a K
Fo
atau proses pelatihan di luar ranah Kementerian Pendidikan dan

li

ta e
an
P

n rja
ik

Ka
Kebudayaan. Secara skematik, pencapaian setiap jenjang atau

id
S1

rie
Te
nd
D4

kn

r
Pe
peningkatan ke jenjang yang lebih tinggi pada KKNI dapat dilakukan

isi
D3

/A
na
D2
melalui berbagai tapak jalan (pathways) atau kombinasi dari tapak-tapak

lis
D1
tersebut. Gambar 1 mengilustrasikan empat tapak jalan, yaitu pendidikan

Op
SMA

er
at
formal, pengembangan profesi, peningkatan karier di industri/dunia

or
SMP
kerja, serta tapak jalan berupa akumulasi pengalaman individual untuk
mencapai jenjang kualifikasi tertentu. Tapak jalan pengembangan profesi

ri
di
L3

en
sendiri dapat dilakukan oleh seseorang melalui pendidikan formal,

rS
L2

ja
la
Be
pelatihan, dan/atau akumulasi pengalaman. L1

au

ri
di
at
Pe

an
al
ni

du

rM
ng

vi
di
ka

ja
Dengan pendekatan tersebut, KKNI dapat dijadikan rujukan oleh semua

In
ta

la
an

Be
n

am
Pr
pemangku kepentingan yang terkait dan peduli terhadap pengembangan

au
al
of

ng

at
es

Pe

an
io
sumber daya manusia baik di lingkungan kerjanya masing-masing, di

na

am
lit

al
masyarakat luas, maupun setiap individu dalam merencanakan

as

ng
Pe
pengembangan kariernya. Selanjutnya, sektor pendidikan formal di L1, L2, L3 – level keahlian pada profesi tertentu
tingkat pendidikan tinggi dapat menggunakan KKNI sebagai rujukan
untuk merencanakan sistem pembelajaran yang akan diselenggarakan Gambar 1.
Pencapaian Jenjang KKNI dapat dilakukan melalui berbagai tapak jalan:
sedemikian sehingga kemampuan lulusannya sesuai dengan kualifikasi
pendidikan formal, pengembangan karier di dunia kerja, pembelajaran mandiri (otodidak),
salah satu jenjang KKNI dan setara dengan jenjang karier di dunia kerja. proses pelatihan mandiri / terstruktur untuk meningkatkan profesionalitas,
atau tapak jalan lainnya.
Landasan Hukum Manfaat KKNI

KKNI memiliki kedudukan formal yuridis dalam bentuk Peraturan KKNI dimaksudkan sebagai pedoman untuk:
Presiden Nomor 8 tahun 2012, sebagai penjabaran langsung dari a. menetapkan kualifikasi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui
peraturan-peraturan yuridis formal yang lebih tinggi yang tercakup di pendidikan formal, nonformal, dan informal atau pengalaman kerja;
dalam UU No. 13 / 2003 tentang Ketenagakerjaan, PP No. 31 / 2006 b. menetapkan skema pengakuan kualifikasi capaian pembelajaran yang
tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, serta peraturan perundangan diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal atau
lain yang terkait dengan aspek-aspek mutu, sertifikasi, dan kualifikasi pengalaman kerja;
ketenagakerjaan yang diterbitkan oleh kementerian atau lembaga c. menyetarakan kualifikasi di antara capaian pembelajaran yang
berwenang lainnya. Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 secara tidak diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal atau
langsung merupakan turunan dari UU No. 20 / 2003 tentang Sistem pengalaman kerja;
Pendidikan Nasional, khususnya dalam mengejawantahkan aturan- d. mengembangkan metode dan sistem pengakuan kualifikasi tenaga
aturan UU No. 20 / 2003 terkait dengan: kerja dari negara lain yang akan bekerja di Indonesia.
• Bab I, Ketentuan Umum, Pasal 1, Ayat 3, 4, 6, 11, dan 12.
• Bab III, Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 4, Ayat 1,2,3, dan 6 Dampak Penerapan KKNI
• Bab IV, Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat, dan
Pemerintah, Bagian Kesatu, Hak dan Kewajiban Warga Negara, Pasal 5 Pada jangka panjang, penerapan KKNI akan berdampak pada:
• Bab V, Peserta Didik, Pasal 12, Ayat 1 Butir E 1. meningkatnya kuantitas sumber daya manusia Indonesia yang
• Bab VI, Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan: bermutu dan berdaya saing internasional agar dapat menjamin
› Bagian Kesatu, Umum, Pasal 13, Ayat 1 Dan 2; terjadinya peningkatan aksesibilitas sumber daya manusia Indonesia
› Bagian Kelima, Pendidikan Nonformal, Pasal 26, Ayat 1, 2, 3, 5, dan 6 ke pasar kerja nasional dan internasional;
› Bagian Kedelapan, Pendidikan Kedinasan, Pasal 29, Ayat 1,2,3, dan 4 2. meningkatnya kontribusi capaian pembelajaran yang diperoleh
• Bab XI, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pasal 42, Ayat 1, 2, dan 3 melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal atau pengalaman
• Bab XVI, Evaluasi, Akreditasi, Dan Sertifikasi, Bagian Ketiga, Sertifikasi, kerja dalam pertumbuhan ekonomi nasional;
Pasal 61, Ayat 1, 2, 3, dan 4. 3. meningkatnya mobilitas akademik untuk meningkatkan saling
pengertian, solidaritas, dan kerja sama pendidikan tinggi antar-negara
KKNI juga disusun sebagai respons dari ratifikasi yang dilakukan Indonesia di dunia;
pada tanggal 16 Desember 1983 dan diperbaharui tanggal 30 Januari 4. meningkatnya pengakuan negara-negara lain, baik secara bilateral,
2008 terhadap konvensi UNESCO tentang pengakuan pendidikan, regional, maupun internasional kepada Indonesia tanpa
diploma, serta gelar pendidikan tinggi di Asia dan Pasifik (the meninggalkan ciri dan kepribadian bangsa Indonesia.
International Convention on the Recognition of Studies, Diplomas and
Degrees in Higher Education in Asia and the Pasific). Konvensi tersebut
telah disahkan dengan Peraturan Presiden nomor 103 tahun 2007.
Strategi Implementasi KKNI secara Nasional

Dalam era globalisasi saat ini, pergerakan tenaga kerja antar-negara Hubungan Kualifikasi Lulusan Pendidikan Formal
akan makin mengalir sehingga tuntutan terhadap pengelolaan serta dengan Pasar Kerja
peningkatan mutu tenaga kerja nasional serta kesetaraan
kualifikasinya dengan tenaga kerja asing akan menjadi salah satu
tantangan terbesar bagi pengembangan perekonomian Indonesia.
Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa KKNI harus mampu S3 S3 (Terapan) Spesialis

menjadi rujukan penataan tenaga kerja Indonesia di berbagai sektor S2 S2 (Terapan)

kegiatan perekonomian formal dan informal dengan menetapkan Profesi


jenjang kualifikasi yang jelas serta kesetaraannya dengan kualifikasi
S1 D IV
negara-negara lain di dunia, sebagaimana diilustrasikan pada
D III
Gambar 2.
D II

Karena begitu banyak dan bervariasinya kualitas produk pendidikan DI

formal, nonformal, dan informal, KKNI berperan sebagai rujukan bagi SMA SMK

semua jenis lembaga pendidikan atau pelatihan yang bertanggung Sekolah Menengah Pertama dan
jawab dalam mempersiapkan angkatan kerja Indonesia menjadi Sekolah Dasar
PENGEMBANGAN
tenaga kerja yang berkualifikasi atau bertanggung jawab terhadap KARIER

pemulihan kelompok penganggur yang belum memperoleh pekerjaan


tetap. Tenaga kerja yang belum memenuhi kualifikasi KKNI karena Gambar 2.
mutu dan kinerja yang dihasilkan tidak terukur atau belum sesuai Kesetaraan capaian pembelajaran yang diperoleh seseorang
dari proses pendidikan formal dengan yang diperoleh
dengan yang dipersyaratkan oleh pengguna tenaga kerja dapat dari berkarier di dunia kerja
meningkatkan kualifikasinya melalui pendidikan atau pelatihan
tambahan pada lembaga yang telah memiliki program yang sesuai
dengan kriteria KKNI.
Pembentukan Badan Kualifikasi Nasional Indonesia (BKNI)

Dengan memahami luasnya cakupan permasalahan, banyaknya pihak Seyogyanya, KKNI menjadi basis pengembangan dan penyusunan Standar
yang berkepentingan serta hubungan internasional antar-negara yang Nasional Pendidikan (SNP) oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
harus secara paralel ditangani selama pengembangan dan implementasi (BSNP), dan Standar Kompetensi Profesi oleh BNSP, yang dapat dirujuk
KKNI, diperlukan pembentukan badan di tingkat nasional yang mampu lebih lanjut oleh BAN, Lembaga Sertifikasi profesi (LSP), Lembaga
melakukan penataan dan pengelolaan program-program berkaitan Sertifikasi Kompetensi (LSK), dan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM).
dengan KKNI. Maka akan dikaji pembentukan Badan Kualifikasi Nasional
Indonesia (BKNI) yang secara umum bertanggung jawab dalam Diagram berikut merangkum wewenang dan kewajiban BKNI, serta
keberhasilan implementasi KKNI di Indonesia. hubungannya dengan BAN, BSNP, dan BNSP.

BKNI berperan internal sebagai penjaminan keberlangsungan dan


Peran dan Fungsi BKNI dalam Strategi Implementasi KKNI
pengembangan sistem KKNI, sedangkan eksternal sebagai pelaksana
koordinasi dan pengembangan mekanisme implementasi KKNI dengan
institusi, lembaga, ataupun pihak lain yang terkait dan relevan dalam Model Penyetaraan
Badan pengkajian dan kualifikasi Sekolah, PT,
penyelenggaraan KKNI. kualifikasi penjenjangan untuk transfer Pelatihan
internasional kualifikasi kredit, RPL dan dan Kursus
Badan
internasional rekruitmen
Kualifikasi
Untuk dapat melakukan tugas itu, BKNI perlu mempunyai kewenangan Badan Nasional Pengembangan
akreditasi Pusat
sebagai lembaga yang memberikan masukan, konsultasi, dan dan informasi
Indonesia model
pengkajian dan
Perusahaan,
Asosiasi
pembimbingan/pendampingan, serta mendorong dan memfasilitasi sertifikasi, dan bantuan
Pengembangan
penjenjangan profesi,
individual publik kualifikasi pegawai
terjadinya proses penerapan KKNI secara benar. BKNI secara berkala dan standar
pendidikan dan
nasional pemerintah
masyarakat
meninjau perangkat KKNI seperti peraturan, diskriptor, panduan, luas keprofesian

mekanisme sosialisasi, dokumen standar implementasi, dan aspek


pendukung lainya, serta melakukan penyesuaian, pengubahan, Badan Standar Nasional Pendidikan,
Badan Akreditasi Nasional, Lembaga Akreditasi Mandiri,
pengembangan, ataupun langkah-langkah penjaminan mutu yang Badan Nasional Sertifikasi Profesi, LembagaSertifikasi Profesi,
menjadikan KKNI selalu sesuai pada kebutuhan dan fungsi terbaru. Lembaga Sertifikasi Kompetensi

Kemitraan antara BKNI dengan Badan Akreditasi Nasional (BAN), Badan


Gambar 3.
Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Badan Nasional Sertifikasi Profesi Peran dan koordinasi BKNI dengan berbagai pemangku kepentingan
(BNSP), dan asosiasi profesi selayaknya mampu membangun koordinasi dalam mendukung implementasi KKNI
yang simbiotik mutualistis.
Strategi Implementasi di Lingkungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan

Di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terdapat empat implikasi Kesetaraan Capaian Pembelajaran dari
utama dari diberlakukannya KKNI, yaitu (1) penyetaraan capaian Berbagai Jenis Pendidikan
pembelajaran pendidikan formal dengan kualifikasi yang dinyatakan pada
berbagai jenjang KKNI; (2) Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL); (3)
penyelenggaraan program dan pengaturan akses untuk pendidikan yang
berbeda jenis pada berbagai strata; dan (4) penjaminan mutu. S3 S3 (Terapan) Spesialis

S2 S2 (Terapan)
Penilaian kesetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan pendidikan
tinggi dengan kualifikasi pada jenjang KKNI dilakukan dengan Profesi

menganalisis deskripsi kualifikasi yang dikumpulkan dari ratusan S1 D IV


program studi berakreditasi A atau B pada 97 perguruan tinggi di seluruh
D III
Indonesia. Ke-97 perguruan tinggi yang dipilih terdiri atas perguruan
D II
tinggi yang telah memiliki Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)
berkategori baik atau memiliki rekam jejak kerja sama internasional yang DI

menonjol. Hasil analisis terhadap kualifikasi lulusan untuk setiap jenjang SMA SMK
pendidikan yang dideskripsikan oleh setiap perguruan tinggi tersebut SMP SMP
diperkaya pula dengan hasil studi untuk masalah sejenis di berbagai SD SD

negara serta diskusi intensif dengan berbagai asosiasi profesi, kolegium


keilmuan, dan pengguna lulusan. Kesetaraan antara capaian
pembelajaran setiap jenjang program pendidikan pada ketiga jenis Gambar 4.
Penyetaraan antara capaian pembelajaran jenis pendidikan akademik
pendidikan tinggi dengan jenjang kualifikasi KKNI dapat dilihat pada yang fokus pada pengembangan filosofis keilmuan dengan capaian
Gambar 4 berikut ini. pembelajaran jenis pendidikan professional (vokasi, profesi, dan spesialis)
yang fokus pada peningkatan keahlian.
Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) adalah proses pengakuan atas capaian Kebijakan terkait dengan penyelenggaraan program dan pengaturan akses untuk
pembelajaran seseorang yang dilakukan secara otodidak dari pengalaman hidupnya, pendidikan yang berbeda jenis pada berbagai strata diperlukan agar
pendidikan nonformal, atau pendidikan informal ke dalam sektor pendidikan formal. penyelenggara program memahami secara komprehensif perbedaan proses
RPL dimaksudkan untuk: (a) memberikan kesempatan yang lebih luas bagi setiap
pendidikan antara jenis pendidikan akademik strata S1, S2, dan S3 yang fokus
individu untuk menempuh jalur pendidikan dalam rangka memenuhi amanat UU
pada pengembangan filosofis keilmuan dan jenis pendidikan profesional (terdiri
Sistem Pendidikan Nasional tentang pembelajaran sepanjang hayat; (b) mengakui
capaian pembelajaran yang dilakukan oleh pendidikan di luar Sistem Pendidikan atas pendidikan vokasi strata D1-D4 dan profesi strata Umum, Spesialis 1, dan
Nasional sebagai dasar pemberian gelar yang setara; dan (c) mengakui tenaga ahli Spesialis 2) yang fokus pada pengembangan dan peningkatan keahlian kerja pada
yang kualifikasinya setara dengan kualifikasi seorang master atau doktor sebagai bidang yang spesifik. Magister dan Doktor Terapan merupakan jenis pendidikan
dosen di pendidikan tinggi sesuai dengan amanah UU. No.14/2005 tentang Guru dan yang menjadi interface di antara keduanya. Dengan pemahaman yang benar dan
Dosen. komprehensif maka perguruan tinggi dapat mendesain programnya sesuai
dengan capaian pembelajaran yang ditargetkan dan merancang strata program
Strategi implementasi RPL berlandaskan filosofis bahwa pengakuan terhadap setara tepat, sebagaimana diperlihatkan pada skema berikut (Gambar 6).
keberhasilan seseorang yang disetarakan dengan capaian pembelajaran pendidikan
formal diberikan secara berjenjang dan dijalurnya (Gambar 5), pengakuan harus
berdasarkan proses yang benar dan teruji, serta dilakukan oleh lembaga yang Penyelenggaraan Program Pendidikan Formal
kredibel. Sesuai Jenis dan Stratanya

Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) Doktor Doktor Spesialis 2 Fokus pada


sebagai basis pembelajaran sepanjang hayat (S3) Terapan (S3) pengembangan
dan peningkatan
Magister Magister keahlian kerja
Terapan (S2) Spesialis 1
(S2) yang spesifik
PENGAKUAN MAKSIMUM
Profesi

S1 + RPL Profesi, S2(T) Sarjana Diploma 4


(S1) (D4)
D IV/S1(T) + RPL Profesi, S2(T)
Diploma 3 (D3)
D III + RPL D4, Profesi Fokus pada
pengembangan Diploma 2 (D2)
filosofis
D II + RPL D4 keilmuan Diploma 1 (D1)

D1 + RPL D3 Sekolah Menengah Atas/ Kejuruan/ Madrasah Aliyah


SMA/K/C + RPL D2
Gambar 6.
Penyelenggaran program sesuai dengan jenis dan stratanya.
Gambar 5. Jenis pendidikan akademik, jenis pendidikan profesional (vokasi dan profesi),
Skema umum pengakuan maksimum terhadap capaian pembelajaran dan program magister serta doktor terapan yang menjembatani
melalui mekanisme RPL kedua program secara lebih efektif
Karena kebutuhan faktual saat ini terhadap tenaga ahli, dalam perpindahan jenis Sistem penjaminan mutu kerangka kualifikasi serta proses penilaian kesetaraan
pendidikan, seseorang yang sudah mengakumulasikan keahlian khusus kualifikasi harus memenuhi aspek perbaikan mutu berkesinambungan yang
diharapkan makin mendalami keahliannya dan tidak menjadi generalis atau bermuara pada peningkatan kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri.
filosofis. Program matrikulasi perlu diambil seseorang yang tidak memenuhi Sistem ini juga wajib memenuhi kriteria efisiensi dan mempertimbangkan
syarat minimum untuk pindah jenis pendidikan. Peserta didik yang berkehendak berbagai kepentingan. Dengan adanya KKNI, BSNP akan mengadopsi deskripsi
meningkatkan keahliannya pada jenis pendidikan professional dari vokasi (level 5 masing-masing jenjang kualifikasi sebagai rujukan dalam menyusun Standar
KKNI) ke profesi umum (level 7 KKNI) wajib melaksanakan kerja di masyarakat Nasional Pendidikan. Selanjutnya sistem penjaminan mutu internal di institusi
terlebih dahulu sebagai basis dari RPL-nya. Perpindahan antar-jenis pendidikan penyelenggara pendidikan melakukan proses penjaminan mutu terhadap
tersebut diperlihatkan pada skema sebagai berikut: kualifikasi capaian pembelajaran dari lulusan yang dihasilkan. BAN sebagai badan
eksternal penjaminan mutu tidak hanya melakukan asesmen pada input dan
Alur Perpindahan Antar-Jenis Pendidikan proses pendidikan, tetapi menekankan pula pada asesmen terhadap capaian
pembelajaran merujuk deskriptor KKNI (lihat Gambar 8).
Doktor Doktor
Terapan (S3) Spesialis 2
(S3) Sistem matrikulasi
Sistem Penjaminan Mutu Berbasis KKNI
Magister Magister Sistem RPL
Terapan (S2) Spesialis 1
(S2)
Menyusun
Profesi capaian Tercapainya
Implementasi
pembelajaran Kualifikasi lulusan
Kurikulum
sesuai deskriptor
Sarjana Diploma 4 Program Studi
(S1) (D4) berbasis
KKNI Sistem Penjaminan Mutu Internal
Diploma 3 (D3)
PERGURUAN TINGGI
Diploma 2 (D2)

Diploma 1 (D1)

Sekolah Menengah Atas/ Kejuruan/ Madrasah Aliyah BSNP menyusun Standar Nasional
Sistem Penjaminan
Pendidikan untuk tercapainya
kualifikasi pada KKNI Mutu Eksternal

Gambar 7. Sistem penjaminan mutu internal dan eksternal untuk


Pola umum perpindahan peserta didik antar-jenis pendidikan tinggi mencapai kualifikasi capaian pembelajaran

Sebagai implikasi dari Sistem Pendidikan Nasional tentang multi entry dan multi
Gambar 8.
exit, di luar jalur yang disediakan melalui kebijakan ini (Gambar 7), tentu saja Sinergi antara BSNP sebagai penyusun Standar Nasional Penddikan,
setiap warga negara dengan pendidikan minimum SMA/SMK/MA berhak untuk BAN PT sebagai badan yang melaksanakan sistem penjaminan mutu eksternal,
melanjutkan pendidikan pada strata atau jenis yang dipilihnya dan berhak untuk dan SPMI Perguruan Tinggi dalam memastikan tercapainya
pindah jenis pendidikan asalkan yang bersangkutan memenuhi syarat masuk dari capaian pembelajaran oleh lulusan sesuai dengan kualifikasinya.
pendidikan yang akan ditempuhnya.
Penutup Penghargaan

"No person was ever honored for what he received. Honor has been the Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
reward for what he gave." (Calvin Coolidge) menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam kajian ini:
Implementasi KKNI bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia 1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia
di segala aspek. Kajian ini tidak dimungkinkan terwujud tanpa kontribusi 2. Majelis Pengembangan, Majelis Pendidikan, Majelis Penelitian - Dewan
pemikiran dari pihak - pihak sebagai berikut: Pendidikan Tinggi - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
1. Yth. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wakil Menteri Pendidikan dan 3. BPPSDM Kementerian Kesehatan
Kebudayaan, Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas - 4. Dewan Pelatihan Kerja Nasional Kementerian Tenaga Kerja dan
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kepala Penelitian dan Transmigrasi
Pengembangan, Direktur Jenderal PAUDNI, Direktur Jenderal Manajemen 5. Badan Standar Nasional Pendidikan
Pendidikan Dasar dan Menengah, Sekretaris Direktur Jenderal Pendidikan 6. Badan Nasional Sertifikasi Profesi
Tinggi, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktur Kelembagaan 7. Badan Akreditasi Nasional
dan Kerja Sama, Direktur Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat,
8. Kamar Dagang dan Industri Indonesia
Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktur Pengembangan SMK,
9. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Direktur Bina Kursus dan Kelembagaan, Ketua dan Sekretaris Dewan
Pendidikan Tinggi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas kebijakan 10. Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta
dan arahan yang diberikan. 11. Seluruh Kopertis Wilayah I - XII
2. Kepala dan Staf Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan 12. Forum Rektor Indonesia
Kebudayaan atas pandangan-pandangan kepakaran di bidang hukum. 13. Forum Direktur Politeknik
14. Tim SPMI-Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan
3. Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Tim Ahli Penyelarasan
Pendidikan dan Dunia Kerja atas pemikiran yang diberikan dalam 15. Pimpinan Perguruan Tinggi sebagai responden deskriptor KKNI: Akademi
pengembangan konsep KKNI. Kebidanan Yogyakarta, Akademi Maritim Djadajat Jakarta, Akademi
Maritim Yogyakarta, Akademi Sekretari dan Manajemen Marsudirini Santa
4. Illah Sailah (Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan - Ketua Tim);
Maria, Institut Bisnis dan Informatika Indonesia, Institut Pertanian Bogor,
Megawati Santoso (Koordinator Tim); I.B. Ardhana Putra, S.P. Mursid, Widadi
Wahyu Widayat (Tim Pengembangan Badan Kualifikasi Nasional Institut Sains Dan Teknologi Akprind Yogyakarta, Institut Seni Indonesia
Indonesia/BKNI); Sri Gunani Partiwi, Maria Anityasari, M. Moedjiman (Tim Denpasar, Institut Seni Indonesia Padang Panjang, Institut Seni Indonesia
Implementasi IQF Lintas Kementerian); Pudjo Sukarno, Supra Wimbarti, Surakarta, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Institut Teknologi Bandung,
Ahmad Rifandi, Johny Wahyuadi Soedarsono (Tim Pengembangan RPL dan Institut Teknologi Nasional Bandung, Institut Teknologi Nasional Malang,
Surat Keterangan Pendamping Ijasah/Diploma Supplement), M.K. Tadjudin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Institut Teknologi Telkom, Politeknik
Endrotomo, Liliana Sugiharto (Tim Pengembangan Capaian Pembelajaran/ Elektronika Negeri Surabaya, Politeknik Manufaktur Bandung, Politeknik
Learning Outcomes Program Studi), Dharnita Chandra, Ridwan R. Tutupoho, Negeri Bali, Politeknik Negeri Bandung, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik
Endang Herawati, Nursamsiah A. Moenandar, R. Retno Sunarni, Abdul Gaffar Negeri Jember, Politeknik Negeri Lampung, Politeknik Negeri Sriwijaya,
Ruskhan, Evawany (Tim Implementasi KKNI); atas idealisme, komitmen, kerja Politeknik Negeri Ujung Pandang Politeknik Pertanian Pangkep, Sekolah
keras dan kerjasama yang baik dalam penyusunan aspek-aspek KKNI Tinggi Ilmu Ekonomi Malangkucecwara, Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita
sebagaimana dituangkan dalam booklet ini. Harapan, STIE Perbanas Surabaya, STMIK Banjarbaru, STT Banten
Jaya, Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Notaris
Universitas Airlangga, Universitas Andalas, Universitas Atma Jaya Indonesia, Jakarta Lawyers Club, Konsil Kedokteran Indonesia, Lembaga
Yogyakarta, Universitas Bengkulu Universitas Bina Nusantara, Universitas Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional, Majelis Kolegium Kedokteran
Brawijaya, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Gigi Indonesia, Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan, Masyarakat
Gunadarma, Universitas Hasanudin, Universitas Indonesia, Universitas Karawitan Indonesia, Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia,
Internasional Batam, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Universitas Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, Perhimpunan Dokter
Jember, Universitas Kanjuruhan Malang, Universitas Katolik Parahyangan, Hewan Indonesia, Perhimpunan Teknik Pertanian, Persaki/Kehutanan,
Universitas Katolik Soegijapranata, Universitas Kristen Duta Wacana, Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Persatuan Guru Republik Indonesia,
Universitas Kristen Maranatha, Universitas Kristen Petra Surabaya, Persatuan Insinyur Indonesia, Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Universitas Lampung, Persatuan Pedalangan Indonesia, Persatuan Perawat Nasional Indonesia,
Universitas Merdeka Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia, dan Persatuan Ahli Gizi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Mulawarman, Indonesia.
Universitas Muria Kudus, Universitas Narotama Surabaya, Universitas
Negeri Jakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Manado, 17. Lembaga Peserta Program Pilot Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia
Universitas Negeri Medan, Universitas Padjadjaran, Universitas Pakuan, Kerja :
Universitas Pasundan, Universitas Pelita Harapan, Universitas Assana Amal Bakti, Bali Citra International, HIS International Hotel,
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Universitas Pendidikan Management School, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung,
Indonesia, Universitas Riau, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
Universitas Sriwijaya, Universitas Sumatera Utara, Universitas, Surabaya, Moeryati Soedibyo, LKP Adhiwiyata Karya Mandiri, LKP Garda Total
Universitas Syiah Kuala, Universitas Tadulako, Universitas Tarumanagara, Security, LKP Graha Wisata, LKP Immanuel LKP Kartika, LKP Kartini Muda,
Universitas Terbuka, Universitas Trisakti, Universitas Udayana, dan LKP Karya Jelita, LKP Magistra Utama, LKP Mutiara Indonesia, LKP
Universitas Widyatama Bandung. Nusantara, LKP Prima, Politeknik Manufaktur Bandung, PolIteknik Negeri
Pontianak, PPLP Pansophia Singaraja Sahara Lestari, SMKN 1 Balikpapan,
16. Pimpinan Lembaga sebagai responden deskriptor KKNI SMKN 1 Mundu Cirebon, SMKN 1 Singosari, SMKN 1 Surabaya, SMKN 10
Asosiasi Agroindustri Indonesia, Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Bandung, SMKN 2 Depok Sleman Yogyakarta, SMKN 2 Langsa, SMKN 2
Indonesia, Asosiasi Industri Kimia/AMC/ICMA, Asosiasi Institusi Pendidikan Subang, SMKN 2 Temanggung, SMKN 3 Buduran Sidoarjo, SMKN 3
Kebidanan Indonesia, Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia, Denpasar, SMKN 3 Pekanbaru, SMKN 3 Tangerang, SMKN 5 Makassar,
Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia, Asosiasi Komponis Indonesia, SMKN 6 Bandung, The Puncak Hotel Institute, Universitas Katolik Atmajaya
Asosiasi Pematung Indonesia, Asosiasi Pendidikan Teknik Indonesia, Jakarta, Universitas Andalas, Universitas Ciputra, Universitas Esa Unggul,
Asosiasi Peternakan Indonesia, Asosiasi Televisi Komunitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Negeri
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Kemkes, Forum Jakarta, Universitas Pelita Harapan, Universitas Riau, Universitas Sumatera
Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia, Health Professional Utara, Yayasan Oase Sejahtera, dan Yayasan Wira Karya Sejahtera.
Education Quality Project, Himpunan Desainer Interior Indonesia,
Himpunan Psikologi Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia, Ikatan Arsitek
Deskripsi Setiap Jenjang Kualifikasi pada KKNI Deskripsi Umum

Deskriptor pada KKNI terbagi atas dua bagian yaitu deskripsi umum yang Sesuai dengan ideologi negara dan budaya bangsa Indonesia, implementasi
mendeskripsikan karakter, kepribadian, sikap dalam berkarya, etika, moral sistem pendidikan nasional dan sistem pelatihan kerja yang dilakukan di
dari setiap manusia Indonesia dan berlaku pada setiap jenjang, dan deskripsi Indonesia pada setiap jenjang kualifikasi pada KKNI mencakup proses yang
spesifik yang mendeskripsikan cakupan keilmuan (science), pengetahuan membangun karakter dan kepribadian manusia Indonesia sebagai berikut :
(knowledge), pemahaman (know-how), keterampilan (skill) dan kompetensi 1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
yang dikuasai seseorang bergantung pada jenjangnya. Deskripsi spesifik 2. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan
terdiri atas empat unsur utama, yaitu (a) keterampilan/ keahlian/ tugasnya.
kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan (kompetensi), (b) cakupan 3. Berperan sebagai warga Negara yang bangga dan cinta tanah air serta
keilmuan/pengetahuan yang dikuasai, (c) metoda dan tingkat kemampuan mendukung perdamaian dunia.
dalam mengaplikasikan keilmuan/pengetahuan yang telah dikuasai tersebut, 4. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang
dan (d) kemampuan manajerial serta level otonomi dan tanggung jawab tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya.
dalam melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini KKNI memberikan pengakuan 5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama
serta pendapat/temuan original orang lain.
yang setara dan proposional terhadap keempat unsur tersebut dalam
6. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk
menetapkan setiap jenjang kualifikasi dari level-1 sampai level-9.
mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas.

Deskripsi Kualifikasi KKNI Level 1


• Mampu melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat rutin, dengan
Deskripsi Kualifikasi pada KKNI
merefleksikan capaian pembelajaran yang menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah ditetapkan, serta di bawah
diperoleh seseorang melalui jalur bimbingan, pengawasan, dan tanggung jawab atasannya.
• pendidikan • Memiliki pengetahuan faktual.
• pelatihan
• pengalaman kerja; dan/atau • Bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri dan tidak bertanggung jawab atas
• pembelajaran mandiri pekerjaan orang lain.
Capaian Pembelajaran (learning outcomes)
adalah internasilisasi dan akumulasi ilmu Level 2
pengetahuan (science), pengetahuan • Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan
(knowledge), pengetahuan praktis (know
how), keterampilan (skills), afeksi, dan
informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan
kompetensi yang dicapai melalui proses kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah pengawasan langsung
pendidikan yang terstruktur dan mencakup atasannya.
suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau
melalui pengalaman kerja.
• Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang
kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih pemecahan yang tersedia
terhadap masalah yang lazim timbul.
Gambar 9. • Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
Parameter deskripsi capaian pembelajaran pada setiap jenjang KKNI
membimbing orang lain.
Level 3 • Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara
• Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan menerjemahkan komprehensif.
informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah pilihan prosedur • Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
kerja, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang atas pencapaian hasil kerja kelompok.
terukur, yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan
tidak langsung. Level 6
• Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip serta • Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan ilmu
konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian tertentu, sehingga pengetahuan, teknologi, dan/atau seni pada bidangnya dalam
mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan metode yang penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang
sesuai. dihadapi.
• Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam lingkup kerjanya. • Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan
• Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara
atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain. mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah
prosedural.
Level 4 • Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi
• Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik dengan dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai
menganalisis informasi secara terbatas, memilih metode yang sesuai dari alternatif solusi secara mandiri dan kelompok.
beberapa pilihan yang baku, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu • Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung
dan kuantitas yang terukur. jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.
• Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu dan mampu
menyelaraskan dengan permasalahan faktual di bidang kerjanya. Level 7
• Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun laporan tertulis • Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah tanggung
dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif. jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan
• Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni untuk
atas hasil kerja orang lain. menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organisasi.
• Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi,
Lavel 5 dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan
• Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode yang monodisipliner.
sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun belum baku dengan • Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan
menganalisis data, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek yang berada di
kuantitas yang terukur. bawah tanggung jawab bidang keahliannya.
• Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum, serta
mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
Level 8
• Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam
bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga
menghasilkan karya inovatif dan teruji.
• Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau
multidisipliner.
• Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi
masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan
internasional.

Level 9
• Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni baru di
dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset,
hingga menghasilkan karya kreatif, original, dan teruji.
• Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter, multi, dan
transdisipliner.
• Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan
pengembangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan
umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan
internasional.
CURICULUM VITAE

Name
Name : Achmad Badaruddin
: Achmad Badaruddin
Degree
Sex : Bachelor of Education with Honours
: Male
GPA : 3.33
Tempat/Tanggal Lahir : Malang/ 28 July 1988
TOEFL
Email : 470 (ITP/PBT)
: achmad_badaruddin@yahoo.com
FBBirth : Malang, July 28th 1988
: facebook.com/abi419
Sex
Weblog : Male : achmad-badaruddin.blogspot.com
Phone : 085263456419
Gmail : abezoned
Email : achmad_badaruddin@yahoo.com
Address : Rimbo Karanggo Sintuk Toboh Gadang
Address : Yayasan Tunas Harapan
Kabupaten Padang Pariaman
Jl Cempaka Putih Barat 14 RT 3 RW 12
Sumatera
Cempaka Putih JakartaBarat
PusatIndonesia 25582
DKI Jakarta 10520
I was graduated from TK BPS&K Kalimalang Bekasi on 1994. Then I
was graduated from SDN 026 Tanjung Pinang Timur on 2000. I have finished
my junior high school at Sintuk Toboh Gadang on 2003. Thus I was continued
my study in science department at senior high school of Lubuk Alung with
accredited A by National Government. And recently, I has finished my study
in Guidance and Counseling at State University of Padang (Universitas Negeri
Padang) on 6nd June 2015. That college is the best counseling department in
Indonesia. I usually get the schoolarship from the government.
I was active in many organizations. I have some experiences as leader
and advisor council at organizations. There were student organizations, young
organisations and citizen organizations. The one of biggest organization where
I handle was IMABKIN what Indonesian Guidance and Counseling Student
Association as Advisor Counsil for two years.
I published three Indonesian Couseling books on 2015. First, I written
“Bebaskan Aku” Kata Ide: Wasiat untuk Dunia Pendidikan, Konseling dan
Organisasi Mahasiswa. Secondly, I written Peningkatan Motivasi Belajar
melalui Konseling Klasikal. Third, I written Langkah Awal Sistem Konseling
Pendidikan Nasional. Their ISBN are 978-602-72448-1-8, 978-602-72448-0-
1, and 978-602-72448-2-5. They are published by CV Abe Kreatifindo.

Organization History
Position Organization Name Year
2nd Vice Chairman OSIS SLTPN 1 Batang Gasan 2002
Head of Education, OSIS SLTPN 1 Sintuk Toboh 2002
Leadership and Politic Gadang
Member of Education, SMAN 1 Lubuk Alung 2004
Leadership dan Politic
1st Chairman SMAN 1 Lubuk Alung 2005
Accountant Dewan Ambalan SMAN 1 Lubuk 2005
Alung
Nouncer Himanika Radio 2009
Coordinator of Research HMJ BK FIP UNP 2009
Department
General Chairman BPM FIP UNP 2010
Ministry Secretary of Citizen BEM UNP 2010
Help
Formature, Consultan and WP2SOSPOL UNP 2011
Legislative Council
General Secretary MPM UNP 2011
Chairman of Research and SAPMA Pemuda Pancasila 2011
Development Section Sumatera Barat
General Chairman IMABKIN Wilayah Sumatera 2011
Advisor and Counsulting HMJ BK FIP UNP 2012
Counsil
Advisor Organization Pengurus Pusat IMABKIN 2015
Counsil

Experience as Trainer and Native Speaker


Training Name Topic Comitte Year
Pelatihan Kepemimpinan Wawasan BPM FIP UNP 2011
Legislatif Legislatif
Pelatihan Kepemimpinan Teknik Sidang BPM FIP UNP 2012
Legislatif
Pembekalan Wawasan BPM FBS UNP 2011
Legislatif
Mahasiswa
Training Dasar Wawasan Dasar IMAHAGI FIS 2011
Organisasi Organisasi UNP
Mahasiswa
Student Legal Drafting Teknik Sidang MPM UNP 2012
Training
Upgrading Wawasan Dasar HMJ BK FIP UNP 2012
Himpunan
Upgrading Komunikasi HIMATIKA UNP 2012
Efektif
Training Dasar Wawasan Dasar HMJ BK FIP UNP 2011
Organisasi Himpunan
Training Dasar Wawasan Dasar HMJ BK FIP UNP 2012
Organisasi Himpunan
Training Dasar Wawasan Dasar HMJ BK FIP UNP 2014
Organisasi Himpunan
Workshop Program Kreatifitas HMJ BK FIP UNP 2009
Kreatifitas Mahasiswa
Pendidikan dan Pelatihan Full Training WP2SOSPOL UNP 2010
Dasar
Pendidikan dan Pelatihan Teknik Sidang WP2SOSPOL UNP 2013
Dasar
Pendidikan dan Pelatihan Teknik WP2SOSPOL UNP 2014
Dasar Pengambilan
Keputusan
Pendidikan dan Pelatihan Problem WP2SOSPOL UNP 2014
Dasar Solving
Pelatihan Kepemimpinan Outbond WP2SOSPOL UNP 2011
Latihan Ketrampilan Teknik Lobi BEM FIS UNP 2011
Manajemen Mahasiswa dan Negosiasi
Training Lobi dan Teknik Lobi BEM UNP 2012
Advokasi dan Negosiasi
Pembekalan Organisasi Pengenalan IMABKIN 2013
Pra-Rapimnas IMABKIN
Training Manajemen Training SMA Agam 2014
Stress dan Motivasi Motivasi Sukses Cendekia
Sukses
Latihan Dasar Full Training MTSN Sintuk 2012
Kepemimpinan Siswa Toboh Gadang
Khatulistiwa Pelajar Outbond WP2SOSPOL UNP 2011
Season II (Pelatihan
OSIS Se-Sumatera Barat)
Sosialisasi Pemahaman Co-Trainer Kesbangpol Jakarta 2013
Hak Asasi Manusia Utara
Trauma Konseling Full Fasilitator UNP 2009
Dialog Publik : Pandangan IMABKIN 2011
Bimbingan dan Mahasiswa Sumatera
Konseling

Training Experience
Training Name Organization Year
DIKLATBAR UKK UNP 2009
DIKLAT BROADCASTING HIMANIKA RADIO 2009
LKMM BEM FIP UNP 2009
PWL BPM FIP UNP 2010
PWL MPM UNP 2010
UPGRADING BEM UNP 2010
PKM BEM FIP UNP 2009
TOT TRAUMA KONSELING JURUSAN BK FIP UNP 2009
ISLAMIC LEADERSHIP HIZBUT TAHRIR 2009
TRAINING
LATIHAN KEPEMIMPINAN SAPMA PP UNP 2011
HYPNOTEACHING BTC 2011
TRAINING FOR TRAINERS SEKOLAH TRAINING 2013
(Gelar Non Akademik -CTI -) INDONESIA
TOT Pendidikan Karakter Cerdas UNP 2011

Award
Championship Competition Name Level Year
2nd Olimpiade Komputer Kabupaten Padang 2004
Champion Pariaman
2d Champion Olimpiade Komputer Kabupaten Padang 2005
Pariaman
3rd Champion Lomba Pengkajian Provinsi Sumatera 2003
Permasalahan Barat
Masyarakat

Schoolarship
Year Scoolarship
2002 SMP
2003 SMP
2005 SMA
2006 SMA
2009 BBM
2010 BBM
2012 Beasiswa Unggulan
2013 Beasiswa Unggulan

Work Experience in SMK Tunas Harapan Cempaka Putih Jakarta Pusat

August, 2015 - ..... School Counselor & Academic Teacher


August, 2015 - ..... Entrepreneur Teacher
January, 2016 - .... Science of Nature Teacher

Practice Experience in School

SMP Pembangunan UNP, SMKN 9 Padang, MTs Sintoga & SMPN 29 Padang
April 24, 2014

To Whom It May Concern:

I do not have firsthand knowledge of Achmad Badaruddin as a student but I have corresponded
with him and have looked over his academic credentials. Mr. Badaruddin is an energetic and
dedicated young man. He appears to be especially passionate about counseling and its practice in
Indonesia. His grades are very solid and combined with his enthusiasm and knowledge of
English, I think he is a very good candidate for an advanced degree in counseling.

Mr. Badaruddin has told me he is applying to your master’s program in counseling. His
application is one that I can and do support enthusiastically. I realize that Mr. Badaruddin may
make some mistakes in his English (a second language for him) but I think his conceptualization
of what counseling is and how to practice it is excellent. He will only get better with time!

Mr. Badaruddin has read my orientation to counseling book and thus he has a broader knowledge
of what counseling is than most international students. Furthermore, Mr. Badaruddin is focused
on helping counseling become a more regulated and appreciated profession in Indonesia. He
recognizes what counseling is compared to other helping profession. His attention to
development, wellness and prevention is something to be admired and respected.

Overall, I recommend Mr. Badaruddin to you as a counseling student. His ability is one that will
come through over time. His passion will be contagious. His focus will be one that students in
you program will admire and respond to. In short, Mr. Badaruddin is a winner. He will bring
honor to all involved and devote himself to learning at the highest level possible. He is a “player”
who has much to offer now and the future.

Sincerely,

Samuel T. Gladding, Ph.D.

Chair and Professor of Counseling

Wake Forest University

Anda mungkin juga menyukai