Anda di halaman 1dari 68

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

ABSTRAK

YABES OBERATUS GULO, NPM : 16530033 “Analisis Pengaruh


Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran dan Upah Minimum Terhadap Jumlah
Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2000-2018” di bawah bimbingan Bapak
Drs. Jusmer Sihotang, M.Si, sebagai Pembimbing Utama dan Ibu Nancy
Nopeline, S.E., M.Si sebagai Dosen Pembantu Pembimbing.
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan
ekonomi, pengangguran dan upah minimum jumlah penduduk miskin di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari publikasi Badan Pusat
Statistik (BPS), dianalisis dengan metode analisis regresi linear berganda dengan
menggunakan program IBM SPSS 22.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial pertumbuhan ekonomi
memiliki pengaruh negatif tetapi tidak signifikan, pengangguran memiliki
pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin dan
upah minimum memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah
penduduk miskin di Indonesia. Berdasarkan uji F, secara bersama-sama
pertumbuhn ekonomi, pengangguran dan upah minimum mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia thun 2000-2018.
Kemudian berdasarkan Koefisien Determinasi (R²) sebesar 0.873 yang
artinya 87,3% keragaman variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh variabel bebas
dan sisanya dapat dijelaskan diluar penelitian ini.
Berdasarkan kesimpulan tersebut pemerintah perlu melakukan
pengawasan dalam pelaksanaan peraturan terkait dengan upah minimum.
Misalnya, pemerintah melihat, memeriksa, dan menyelidiki sendiri apakah
ketentuan perundang-undangan ketenagakerjaan sudah dilaksanakan, dan jika
tidak, mengambil tindakan yang wajar. Sebab upah minimum ini efektif dalam
mengurangi jumlah penduduk miskin.

Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, jumlah


penduduk miskin

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa untuk

segala hikmat, karunia dan kasih-Nya serta segala kebaikan yang telah

dianugerahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan judul “ Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran

Dan Upah Minimum Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia

Tahun 2000-2018.”

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan penulis di Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi

Pembangunan Universitas HKBP Nommensen Medan. Dengan segala ketulusan

dan kerendahan hati, maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

rasa terimakasih kepada semua pihak yang selama ini telah membimbing dan

mendampingi penulis selama masa penyelesaian studi dan penulisan skripsi ini

baik secara materi maupun moril, antara lain kepada:

1. Bapak Dr. Haposan Siallagan, SH., MH selaku Rektor Universitas HKBP

Nommensen Medan.

2. Bapak Dr. Jadongan Sijabat, S.E, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas HKBP Nommensen Medan.

3. Bapak Drs. Jusmer Sihotang, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan dan sebagi Pembimbing Utama yang telah banyak

memberikan saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

ii
4. Bapak martin Luter Purba, S.E., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi

Ekonomi Pembangunan dan sebagai Penguji Utama yang telah banyak

memberikan saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Nancy Nopeline, S.E., M.Si, selaku Pembantu Pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Badhu Nadapdap, MS, selaku Pembantu Pembanding yang

telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Ekonomi

Universitas HKBP Nommensen Medan, yang telah memberikan pelayanan

yang cukup berarti.

8. Teristimewa untuk Papa Sugi dan Mama Nesya yang selalu mendoakan,

memberikan motivasi, dan pengorbanannya baik dari segi moril, materi

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Teristimewa untuk orangtua tercinta Mama yang telah sangat banyak

memberikan doa dan dukungannya kepada penulis baik secara moril

maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Terima kasih kepada abang Robert Gulo (Ama Cerel), kak Diana Gulo

(Ina Zack) dan spesial kak Meri Gulo yang sudah sangat membantu penulis

selama ini baik secara moril maupun materi sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

iii
11. Untuk keluarga besar YKAB terima kasih udah selalu membantu penulis

dalam mengerjakan Skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

12. Terima kasih untuk orang tercinta Natalia Marbun yang selalu menemani,

membantu, memberikan semangat dan dukungan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semangat dalam mengerjakan

skripsimu juga sehinga bulan 10 bisa wisuda.

13. Untuk semua sahabat-sahabat penulis yang selalu membantu dan

mendukung penulis Yohanes, Boriston, Ade, zainal, Leo, Daniel, Hendri

terima kasih penulis ucapkan sukses terus kedepan ingat-ingat kalian

samaku yaa .

14. Untuk semua teman-teman pejuang skripsi bg Rianto, Ade, Andy, Ayu,

Bonita, Boriston, Daniel, Demak, Elisabeth, Ester, Eva, Henry, Lidana, Leo,

Maria, Silvi, Yohanes, Zainal terima kasih untuk kekompakannya dan

kerjasamanya sehingga kita bisa sama-sama menyelesaikan skripsi kita,

untuk bg Noak yang tinggal meja hijau dan bg Doyok semangat terus abang

kami dan semangat selalu semoga bulan 10 nnti wisuda yaa jangan ditunda

lagi sukses selalu untuk kita semua.

15. Untuk kawan-kawan dan saudara-saudariku teman seperjuangan stambuk

2016 terima kasih untuk kebersamaan, keakraban, dukungan, masukan dari

kalian semua bagi sukses untuk kita semua, jaya selalu untuk kawan-kawan

yang lagi nyusun cepat kerjakan skripsinya yaa Fernando, paulus, Sandro,

Ari,Roy, Sarmauly, Fany, Bg Andre, Irvan, Jhon Robin, Petrus sukses terus.

iv
16. Terimaksih untuk semua alumni jurusan Ekonomi Pembangunan serta

abang stambuk 2015 dan adik-adik stambuk 2017,2018,2019 yang penulis

tidak dapat sebutkan satu per satu, terima kasih atas keakraban, masukan,

bimbingan, dukungan yang kalian berikan kepada penulis. Tetap semangat

dan rajin kuliah yaa.

17. Untuk Kelompok Kecil Angelo Kak Fitri Manurung, Jey Sinanga, Natalia

Marbun, Natalia Napitupulu Terima kasih udah selalu mendukung penulis

dalam mengerjakan skripsi ini.

18. Untuk semua pihak yang turut membantu penulis yang tidak bisa penulis

sebutkan satu per satu, terima kasih udah sudah selalu mendukung dan

memberikan rasa peduli selama ini. Kiranya, Tuhan memberkati kita semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun yang dapat dijadikan sebagai

masukan bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Maret 2020


Penulis,

Yabes Oberatus Gulo


16530033

v
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..............................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................10
1.3 Tujuan penelitian............................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................12
2.1 Kemiskinan ....................................................................................12
2.1.1 Definisi Kemiskinan ........................................................12
2.1.2 Ukuran Kemiskinan .........................................................13
2.1.3 Garis Kemiskinan .............................................................14
2.1.4 Teknik Perhitungan GKM ................................................15
2.1.5 Persentase Penduduk Miskin ...........................................16
2.2 Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................19
2.2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi ........................................19
2.2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................20
2.2.3 Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi .................................21
2.3 Pengangguran .................................................................................22
2.4 Upah Minimum ..............................................................................25
2.5 Hubungan Variabel-variabel Penelitian .........................................28
2.5.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah
Penduduk Miskin ..........................................................28
2.5.2 Pengaruh Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk
Miskin ...............................................................................28
2.5.3 Pengaruh Upah Minimum Terhadap Jumlah Penduduk
Miskin ...............................................................................29
2.6 Penelitian Terdahulu ......................................................................29
2.7 Kerangka Pemikiran .......................................................................32
2.8 Hipotesis Penelitian .......................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................34
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................34
3.2 Sumber dan Jenis Data ..................................................................34
3.3 Model Analisis ..............................................................................35
3.3.1 Model Kuantitatif ..............................................................35
3.3.2 Pengujian Hipotesis ...........................................................35
3.3.2.1 Uji Secara Individu (Uji-t) ..................................35
3.3.2.2 Uji Simultan (Uji F) ............................................38

vi
3.3.2.3 Uji Kebaikan Suai (R²) .......................................39
3.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ................................................40
3.4.1 Multikolinieritas ................................................................40
3.4.2 Autokorelasi ......................................................................41
3.4.3 Uji Normalitas ...................................................................42
3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian .....................................44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................46
4.1 Gambar Umum Indonesia .............................................................46
4.2 Jumlah Penduduk Miskin ..............................................................50
4.3 Pertumbuhan Ekonomi .................................................................51
4.4 Pengangguran ................................................................................52
4.5 Upah Minimum .............................................................................54
4.6 Pengujian Hipotesis ......................................................................55
4.6.1 Uji Secara Individu (Uji-t) ................................................55
4.6.2 Uji Secara Simultan (Uji F) ..............................................57
4.6.3 Uji Kebaikan-Suai .............................................................57
4.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ...........................................58
4.7.1 Uji Multikolinearitas .........................................................58
4.7.2 Uji Autokorelasi ................................................................58
4.7.3 Uji Normalitas ...................................................................60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................62
5.1 Kesimpulan ...................................................................................62
5.2 Saran .............................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia ............................................3


Tabel 1.2 Persentase Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia ..............................5
Tabel 1.3 Persentase Pengangguran Terbuka di Indonesia .............................7
Tabel 1.4 Upah Minimum di Indonesia ...........................................................8
Tabel 2.1 Batas Kemiskinan Kota dan Desa (kg) di Indonesia .......................19
Tabel 4.1 Nama-nama Pulau dan Kepulauan yang ada di Indonesia ...............48
Tabel 4.2 Nama-nama Provinsi yang ada di Indonesia beserta Ibukotanya ....49
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2000-2018 ..............50
Tabel 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2000-2018 .......................................................................................52
Tabel 4.5 Pengangguran Terbuka di Indonesia Tahun 2000-2018 ..................53
Tabel 4.6 Upah Minimum di Indonesia Tahun 2000-2018 .............................54
Tabel 4.7 Uji Individu (Uji t) ...........................................................................55
Tabel 4.8 Uji Simultan (Uji F) .........................................................................57
Tabel 4.9 Uji Kebaikan Suai: Koefisien Determinasi (R²) ..............................58
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi (DW) .........................................................59
Tabel 4.11 Uji Run ..........................................................................................60

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................32


Gambar 4.1 Peta Geografi Indonesia ...............................................................46
Gambar 4.2 Diagram Normal Galat Pendugaan Regresi .................................61

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menyadari bahwa pentingnya

memperhatikan masalah kemiskinan dan mengusahakan segala upaya untuk menekannya

dalam agenda tahunan pemerintah. Bahkan menjadi masterplan perencanaan pembangunan

dalam jangka panjang untuk meningkatkan perekonomian dan mengurangi tingkat

kemiskinan.

Masalah kemiskinan merupakan masalah yang rumit dan kompleks serta bersifat

multidimensional. Oleh karena itu, kebijakan yang dibuat untuk pengentasan kemiskinan pun

harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Istilah kemiskinan adalah ketika seseorang

atau kelompok tidak mampu memenuhi kebutuhan atau kemakmuran ekonomi sesuai dengan

standar hidup di suatu wilayah tertentu.

Pembangunan nasional harus mampu meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu

menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat yang pada

gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk. Pembangunan nasional harus mampu

mengangkat kehidupan manusia yang berada pada tingkatan paling bawah (penduduk miskin)

ke tingkat yang lebih baik dari waktu ke waktu. Hal ini penting sebab semakin besar jumlah

dan persentase penduduk miskin di suatu daerah akan menjadi tinggi beban pembangunan.

Suatu pembangunan dikatakan berhasil bila jumlah dan persentase penduduk miskin dapat

diminimalkan.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi dasar

(basic need approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan

makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah penduduk yang

memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Pengukuran

10
kemiskinan dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, tidak

hanya digunakan oleh BPS tetapi juga oleh Negara-negara lain, seperti, Armenia, Senegal,

Pastikan, Bangladesh, Vietnam, Sierra Leone, dan Gambia.

Seperti halnya kondisi kemiskinan di Indonesia, jumlah dan persentase penduduk miskin

di Indonesia walaupun sedikit berfluktuasi namun cenderung menurun dari tahun ke tahun.

Meskipun jumlah dan persentase penduduk miskin tersebut cenderung mengalami penurunan,

namun jumlah dan persentase tersebut masih relatif tinggi, terutama jika dibandingkan

dengan beberapa negara lainnya yang mempunyai jumlah dan persentase penduduk miskin

yang relatif kecil. Meskipun jumlah penduduk miskin di Indonesia terus mengalami

penurunan dari tahun ke tahun namun harus tetap menjadi prioritas pemerintah untuk terus

mengupayakan penurunannya sebab masih memliki persentase yang tinggi dibandingkan

dengan negara lain yang memiliki persentase jumlah penduduk miskin yang rendah. Berikut

data jumlah penduduk miskin di Indonesia

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun2014 – 2018


Tahun Jumlah Penduduk Miskin
(orang)
2014 28.280.010
2015 28. 592.790
2016 28. 005.390
2017 27.771.220
2018 25.949.800
Sumber :Persentase Penduduk Miskin, BPS, Berbagai Sumber
Dari Tabel 1.1, kemiskinan Indonesia cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2015

kemiskinan sebesar 28.59 juta orang, sedangkan di tahun 2018 kemiskinan Indonesia turun

menjadi 25.94 juta orang. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, ada sejumlah faktor yang

mendorong penurunan tingkat kemiskinan di tahun 2017:

1. Tingkat inflasi yang relatif rendah yaitu sebesar 1,34%


2. Harga Kebutuhan pokok masyarakat (beras, cabai rawit, cabai merah, telur

11
ayam) mengalami penurunan. Rata-rata harga beras turun sebesar 1.21%
yaitu dari Rp 13.301 per kg menjadi Rp 13.140 per kg. Cabai merah
mengalami penurunan sebesar 14,06% dari Rp.45,554 per kg menjadi Rp
39,151 per kg. Adapun cabai rawit mengalami penurunan sebesar 13,77%
dan telur ayam mengalami penurunan sebesar 0,56%.
3. Rata-rata upah buruh tani naik sebesar 1,42% dari Rp 47.559 menjadi Rp
48,235 selain itu upah buruh bangunan juga naik sebesar 1,23% dari Rp
81,481 menjadi Rp 82, 480.1

Menurut Suhariyanto dalam berita Kontan.co.id mengatakan bahwa: “Penurunan tingkat

kemiskinan selama Maret-September 2017 terjadi karena terkendalinya inflasi, yaitu hanya

sebesar 1,45%. Selain itu penurunan tingkat kemiskinan tersebut juga di dorong oleh

kenaikan upah buruh tani baik nominal maupun riil, masing-masing 1,5% dan 1,05%” 2. Oleh

karena inflasi Indonesia dikendalikan oleh pemerintah baik melalui kebijakan fiskal maupun

moneter sehingga dapat menstabilkan harga-harga barang yang tahap berikutnya

meningkatkan daya beli masyarakat dan akhirnya menurunkan tingkat kemiskinan di

Indonesia.

Menurut M. Suparmoko “Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan penting

dari kebijakan ekonomi makro. Perekonomian yang tumbuh akan mampu memberikan

kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi penduduk negara yang bersangkutan”.3 Apabila

perekonomian suatu negara tumbuh, maka akan mampu mengurangi jumlah penduduk miskin

di wilayahnya. Tentunya jika pertumbuhan ekonomi tinggi, maka penurunan kemiskinan juga

akan signifikan.

Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan mempunyai keterkaitan yang erat, pertumbuhan

ekonomi seringkali dijadikan tolak ukur kinerja perekonomian suatu wilayah, akan tetapi

belum pasti tingginya pertumbuhan ekonomi menunjukkan tingginya tingkat kesejahteraan

rakyatnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan ekonomi sangat berarti bagi

pengetasan kemiskinan dan pembangunan ekonomi.


1
Suhariyanto, Jumlah Penduduk Miskin Turun, ini penyebabnya,
https://m.liputan6.com/bisnis/read/2697185/jumlah-penduduk-miskin-turun-ini-penyebabnya, 2017 (Diakses
tanggal 23 Oktober 2019)
2
Suhariyanto, Penduduk Miskin Susut Tercepat di September 2017,
http://www.google.com/amp/kontan/co.id/news/penduduk-miskin-susut-tercepat-di-september=2017, 2018
(Diakses tanggal 23 Oktober 2019)
3
M. Suparmoko, E. Sofilda, Pengantar Ekonomi Makro, Edisi 5, Jakarta. IN MEDIA, 2016, hal.121

12
Boediono dalam Seri Jefri Adil Waruwu menjelaskan bahwa :

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Disini


jelas ada dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu: sisi totalnya (GDP) dan
jumlah penduduknya. Output perkapita adalah output total dibagi jumlah
penduduk dilain pihak. Jadi proses kenaikan output perkapita, tidak bisa
tidak, harus dianalisasi dengan jalan melihat apa yang terjadi dengan output
total disatu pihak, dan jumlah penduduk di lain pihak. Suatu teori
pertumbuhan yang lengkap haruslah bisa menjelaskan apa yang terjadi
dengan sejumlah penduduk. Dengan kata lain, teori tersebut harus mencakup
teori mengenai pertumbuhan GDP total, dan teori mengenai pertumbuhan
penduduk.4

Tabel 1.2 Persentase Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 2014– 2018


Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
2014 5,01
2015 4,88
2016 5,03
2017 5,07
2018 5,17
Sumber : Persentase Pertumbuhan Ekonomi, BPS, Berbagai Sumber
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 sebesar 4,88 persen merupakan yang

terendah lima tahun terakhir. Kepala BPS Suryamin menjelaskan bahwa ada beberapa faktor

rendahnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015:

“perlambatan ekonomi disebabkan dari sisi produksi maupun sisi konsumsi.


Dari sisi produksi, ada empat penyebab utama perlambatan ekonomikuartal I-
2015. Pertama, produksi pangan menurun akibat mundurnya periode tanam.
Kedua, produksi minyak mentah dan batu bara mengalami kontraksi sehingga
industri kilang minyak juga tumbuh negatif. Ketiga, distribusi perdagangan
melambat karena menurunnya pasokan barang impor (barang modal, bahan
baku/penolong, serta barang konsumsi). BPS mencatat impor pada kuartal I-
2015 turun 2,2% (YoY), dan turun 9,98% (QtQ). Keempat, kinerja konstruksi
terkait dengan terlambatnya realisasi belanja infrastruktur. Sementara itu dari
sisi pengeluaran ada 6 penyebab perlambatan ekonomi kuartal I-2015. Pertama,
semua komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (RT) melambat. Kedua,
pengeluaran konsumsi pemerintah yang melambat. Ketiga, ekspor barang
terkontraksi karena turunnya harga komoditas serta melambatnya perekonomin
negara mitra dagang utama Indonesia. Keempat, ekspor jasa terkontraksi
karena melambatnya pertumbuhan jumlah wisman dan turunnya rata-rata
pengeluaran wisman.”5

4
Seri Jefri Adil Waruwu, Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja
Pemerintah Dan Investasi Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1995-2014, Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma, 2016, hal.4 (skripsi diterbitkan)
5
Suryamin, kompas, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2015 Melambat ini Penyebabnya, https://
www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/money/read/2015/05/05/135327526/
Pertumbuhan.Ekonomi.Kuartal.I-2015. Melambat .Ini.penyebabnya,2015 (Diakses tanggal 27 Oktober 2019)

13
Vice President Chief Economist BNI Ryan kiryanto mengatakan turunnya tingkat

konsumsi di tahun 2015 karena banyak kepala rumah tangga yang terkena Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK).6 Dampak dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ini

mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Hal ini dapat kita lihat dengan naiknya

tingkat pengangguran di tahun 2015 6,18%. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam

perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan

masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan

masalah-masalah sosial lainnya. Dari tahun ketahun pengangguran mempunyai

kecenderungan untuk meningkat. Hal ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah Indonesia

karena indikator pembangunan yang berhasil salah satunya adalah mampu mengangkat

kemiskinan dan mengurangi pengangguran secara signifikan. Apalagi di era globalisasi ini

persaingan tenaga kerja semakin ketat terutama karena dibukanya perdagangan bebas yang

memudahkan penawaran tenaga kerja asing yang diyakini lebih berkualitas masuk ke dalam

negeri.

Pada masa sekarang usaha-usaha mengurangi pengangguran adalah dengan

menggunakan rencana pembangunan ekonomi yang menyertakan rencana ketenagakerjaan

secara matang.

Tabel 1.3 Persentase Pengangguran Terbuka di Indonesia Tahun 2014-2018

Tahun Pengangguran Terbuka (%)


2014 5,94
2015 6,18
2016 5,61
2017 5,50
2018 5,34

6
Ryan Kiryanto,Okezone, https://www.google.com/amp/s/economy.okezone.com/amp/
2016/01/15/20/1289406/sektor-konsumsi-penyebab-rendahnya-ekonomi-2015, 2016 (Diakses tanggal 26
Januari 2020)

14
Sumber : Persentase pengangguran Terbuka, BPS, Berbagai Sumber

Secara umum penyebab meningkatnya pengangguran adalah karena adanyaPemutusan

Hubungan Kerja (PHK) secara besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan. Bagaimana

tidak, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ini mengakibatkan orang tidak memiliki

pendapatan dan akhirnya menjadi miskin. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan

perusahaan karena adanya perlambatan ekonomi sehingga tingkat permintaan terhadap

barang menurun yang kemudian berimbas kepada perusahaan mengalami kebangkrutan dan

tidak mampu menanggung upah pegawai/pekerja sehinga melakukan Pemutusan Hubungan

Kerja seperti yang terjadi di tahun 2015.

Suhariyanto mengatakan, “penurunan angka pengangguran di Indonesia sejak tahun 2016

disebabkan karena adanya perbaikan ekonomi. Dengan adanya perbaikan ekonomi, maka

permintaan industri terhadap sumber daya atau angkatan kerja produktif mengalami

peningkatan.”7

Bagi kebanyakan orang, kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan

tekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang paling

sering dibicarakan dalam perdebatan politik oleh para politisi. Semakin menurunnya

kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka

terjebak dalam kemiskinan karena mereka tidak memiliki pendapatan.

Perdebatan terkait dengan upah minimum terhadap kemiskinan masih menjadi isu yang

sangat menarik untuk dibahas.Menurut Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, upah didefinisikan sebagai hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan

dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh

yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan

perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu

7
Suhariyanto, Kompas, Angka Pengangguran Turun Jadi 7,03 Juta Orang,
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/money/read/2016/11/07/162203926/
angka.pengangguran.turun.jadi.7.03.juta.orang, 2016 (Diakses tanggal 2 November 2019)

15
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.8 Sehingga pemerintah terus melakukan

kebijakan di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melakukan perbaikan

terhadap upah minimum dan terus meningkatkannya berdasarkan jumlah, tuntutan, kebutuhan

hidup masyakat.

Berikut ini tingkat upah minimum di Indonesia

Tabel 1.4 Upah Minimum di Indonesia Tahun 2014-2018

Tahun Upah Minimum (Rupiah)


2014 Rp. 1.584.391
2015 Rp. 1.790.342
2016 Rp. 1.997.819
2017 Rp. 2.137.198
2018 Rp. 2.264.676
Sumber: Upah Minimum Regional/Provinsi, BPS, Berbagai Sumber

Upah adalah imbalan yang diterima oleh buruh/pekerja yang dinyatakan dalam bentuk

uang yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pekerjanya. Pemerintah di dalam mengambil

keputusan untuk menetapkan upah minimum memperhitungkan angka inflasi dan

pertumbuhan ekonomi. Tahun 2018 upah minimum meningkat sekitar 8,71% dimana

menggunakan formulasi berdasarkan hasil penambahan UMP (Upah Minimum Provinsi)

2017 dikalikan tingkat inflasi nasional 3,72% dan pertumbuhan ekonomi nasional yang

dipatok sebesar 4,99%. Pada tahun 2015 dapat kita lihat bahwa tingkat upah minimum

meningkat tetapi jumlah kemiskinan meningkat, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi

Nasional (Susenas) menyatakan bahwa: “kontribusi kenaikan harga pangan jauh lebih besar

pengaruhnya dibandingkan peningkatkan jumlah upah.”9 Berdasarkan fenomena dan Susenas

bahwa peningkatan upah minimum yang terjadi pada tahun 2015 tidak selamnya menurunkan

jumlah penduduk miskin.

Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penlitian dengan

judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran dan Upah Minimum

8
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Bagian Kedua: Pengupahan
9
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Peningkatan Jumlah Penduduk Miskin,
https://www.google.com/amp/s/kompas.com/amp/berita/2015/16/peningkatan-jumlah-penduduk-miskin/09/,
2015. (Diakses 19 januari 2020)

16
Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2000-2018”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas masalah penelitian di rumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah

penduduk miskin di Indonesia tahun 2000-2018?

2. Bagaimanakah pengaruh pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di

Indonesia tahun 2000-2018?

3. Bagaimanakah pengaruh upah minimum terhadap jumlah penduduk miskin di

Indonesia tahun 2000-2018?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini disertai dengan tujuan penelitian, yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah

penduduk miskin di Indonesia tahun 2000-2018.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di

Indonesia tahun 2000-2018.

3. Untuk mengetahui pengaruh upah minimum terhadap jumlah penduduk miskin di

Indonesia tahun 2000-2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

teori, minimal menguji teori-teori ekonomi yang berkaitan dengan pengaruh

tingkat pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan upah minimum terhadap

jumlahpenduduk miskindi Indonesia.

2. Kegunaan Praktis, secara praktis, manfaat yang diharapkan dapat diperoleh

melalui temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

17
kepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan ekonomi makro. Pemerintah

mendapatkan informasi yang memadai dalam rangka mengurangi

jumlahpenduduk miskin di Indonesia.

b. Bagi penduduk miskin, hasil penelitan ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan

dalam melakukan evaluasi dan perbaikan untuk keluar dari masalah kemiskinan

dan memperbaiki kesejahteraan hidup mereka, terutama jika kemiskinan itu

bersumber dari diri mereka sendiri.

c. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

penulis dan menerapkan ilmu-ilmu yang telah di dapat dari bangku kuliah.

d. Bagi Fakultas, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan

perbandingan bagi pembaca.

18
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kemiskinan

2.1.1 Definisi Kemiskinan

Kemiskinan adalah fenomena yang seringkali dijumpai dalam kehidupan

bermasyarakat. Kemiskinan juga seringkali dipandang sebagai gejala rendahnya tingkat

kesejahteraan semata padahal kemiskinan merupakan gejala yang bersifat kompleks dan

multidimensi.

Elvis F. Purba, Juliana L. Tobing dan Dame Eshter menjelaskan bahwa “masalah

kemiskinan bukanlah hal baru, karena telah timbul sejak lama dan keadaan miskin itu

merupakan sesuatu masalah yang akan selalu ada dan terus ada dalam berbagai negara

termasuk di Indonesia”.10

Berbagai program dan kebijakan untuk mengatasi masalah kemiskinan ini, tetapi

statistik angka kemiskinan cenderung semakin tinggi seiring dengan meningkatnya tingkat

kebutuhan masyarakat. Rendahnya tingkat kehidupan dijadikan sebagai alat ukur kemiskinan

hanyalah merupakan salah satu rantai dalam lingkaran kemiskinan. Berdasarkan Undang-

Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau

sekelompok orang yang menyebabkan tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk

mempertahakan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan akan

menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya

seperti tidak terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan pekerjaan perumahan,

air bersih pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau

ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan

sosial dan politik.

Dengan kata lain, kemiskinan setidaknya dapat di

10
Elvis F. Purba, Juliana L. Tobing dan Dame Esther, Ekonomi Indonesia, Edisi Kedua, Cetakan
Kedua, Medan : Universitas HKBP Nommensen, 2012, hal. 76.

19
kemiskinan absolut, dimana pendekatan ini diidentifikasi jumlah penduduk yang hidup

dibawah garis kemiskinan tertentu. Kedua, kemiskinan relatif, yaitu pangsa pendapatan

nasional yang diterima oleh masing-masing golongan pendapatan. Dengan kata lain

kemiskinan relatif amat erat kaitannya dengan masalah distribusi pendapatan.

2.1.2 Ukuran Kemiskinan

Semua ukuran kemiskinan dipertimbangkan pada norma tertentu. Pilihan norma

tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran kemiskinan yang didasarkan pada

konsumsi.

Menurut M. Kuncoro Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi (consumption-

based poverty line) terdiri dari dua elemen, yaitu:

1. Pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan

mendasar lainnya.

2. Jumlah kebutuhan yang lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya

partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.11

Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur kemiskinan dengan menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (Basic needs approach). Dengan pendekatan ini,

kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk

miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah

garis kemiskinan.

2.1.3 Garis Kemiskinan

Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari Garis KemiskinanMakanan (GKM) dan

Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memilki rata-rata pengeluaran

perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum

11
M. Kuncoro, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi Ketiga, Yogyakarta :
UUP AMP YKPN, 2003, hal. 123

20
makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori perkapita per hari. Paket komoditi

kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi- padian, umbi-umbian, ikan,

daging, telur dan susu, sayuran, kacang- kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan

lain-lain).

Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk

perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non

makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi di perkotaan dan jenis komoditi di perdesaan.

Rumus perhitungan garis kemiskinan (BPS) adalah:

GK = GKM + GKNM

Keterangan : GK = Garis Kemisikinan,

GKM = Garis Kemiskinan Makanan,

GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan.

BPS (Badan Pusat Statistik) menggunakan batas garis kemiskinan setara dengan 2.100

kilo kalori perkapita perhari yang akan disetarakan dengan rupiah. Selanjutnya, 2.100 kilo

kalori perkapita perhari akan disetarakan dengan rupiah ketika pengukuran kemiskinan

dilakukan di tiap daerah/propinsi dengan menyesuaikan harga yang berlaku pada suatu

daerah/propinsi tertentu. Pengukuran kemiskinan pada daerah/propinsi akan menggunakan

satuan rupiah dengan menyesuaikan harga pada tiap-tiap daerah tertentu. Misalnya garis

kemiskinan di Propinsi DKI Jakart pada bulan maret 2014 sebesar 393,98 ribu orang berbeda

dengan garis kemiskinan di Propinsi D.I. Yogyakarta sebesar 544,87 ribu orang.

2.1.4 Teknik Perhitungan GKM (Garis Kemiskinan Makanan)

1. Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (refence population) yaitu 20

persen penduduk yang berada diatas Garis Kemiskinan Sementara (GKS). Kelompok

referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marginal. GKS dihitung berdasarkan

GK periode sebelumnya yang di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk

referensi ini kemudian dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis

21
Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).

2. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi

dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan

dengan 2.100 kilo kalori perkapita perhari.

Rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam menghitung Garis

Kemiskinan Makanan adalah :

1. Keterangan : GKMj = Garis Kemiskinan Makanan daerah j (sebelum disetarakan

menjadi 2.100 kilo kalori), Pjk = Harga komoditi k di daerah j, Qjk = rata-rata kuantitas

komoditi k yang dikonsumsi di daerah j, Vjk = nilai pengeluaran untuk konsumsi

komoditi k di daerah j, j = daerah (perkotaan atau perdesaan). Selanjutnya GKMj

tersebut disetarakan dengan 2.100 kilokalori dengan mengalikan 2.100 terhadap harga

implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga:

2. Keterangan : kalori dari komoditi k di daerah j, HKj = harga rata-rata kalori di daerah j.

3. Keterangan : Fj = Kebutuhan minimum makanan di daerah j, yaitu yang menghasilkan

energi setara dengan 2.100 kilo kalori/kapita/hari.

2.1.5 Persentase Penduduk Miskin

Persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK) dengan rumus

perhitungan :

 Keterangan : α = 0, z =garis kemiskinan, yi = rata-rata pengeluaran per kapita sebulan

penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1,,2,3,.....q), yi < z, q = banyaknya

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, n = jumlah penduduk.

22
Kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan memang tidak mudah untuk

mengukurnya. Ada dua macam ukuran kemiskinan yang umum digunakan yaitu kemiskinan

absolut dan kemiskinan relatif.

a. KemiskinanAbsolut

Pada dasarnya konsep kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan

kebutuhan.Perkiraan kebutuhan dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar

minimum yang memungkinan seseorang untuk dapat hidup layak.

Menurut Elvis F. Purba, Juliana L. Tobing dan Dame Ester “Kemiskinan absolut adalah

suatu konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan tetapi pada

ketidakmampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan minimum agar bisa

bertahan hi-dup”.12 Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum, maka orang

dikatakan miskin. Dengan demikian, kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat

pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk

memperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara

keadaan miskin dengan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan.

Konsep ini disebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan

tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan

hidup.

b. KemiskinanRelatif

12
Ibid, hal . 77

23
Kemiskinan relatif adalah suatu konsep yang mengacu pada garis kemiskinan
(poverty line) yang sebenarnya merupakan suatu ukuran mengenai
ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Kondisi ini disebabkan pengaruh
kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat,
sehingga menyebabkan ketimpangan dalam pendapatan.13

Beberapa tolak ukur kemiskinan di Indonesia yang sudah banyak digunakan saat ini

adalah:

1) Rasio barang dan jasa yang dikonsumsi,

2) Rasio pendapatan yang digunakan untuk konsumsi makanan,

3) Pendapatan setara harga beras,

4) Pemenuhan kebutuhan pokok.14

Tabel 2.1Batas Kemiskinan Kota dan Desa (Kg) di Indonesia.

Batas
Kemiskinan Kota Desa
(kg/kapita/tahun) (kg/kapita/tahun)
Miskin 480 320
Sangat Miskin 360 240
Melarat 270 180
Sumber : Siahaan dan Purba, 2003

13
Ibid, hal. 77
14
Dara P. Agustin, Tolak Ukur Kemiskinan di Indonesia, www.radarplanologi.com, juni.2016,
(Diakses 3 November 2019)

24
Standar internasional yang biasa dipakai Bank Dunia adalah pendapatan kurang dari

dua dollar AS per hari, tetapi ada juga yang memakai satu dollar perhari.

2.2 Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Suatu perekonomian dikatakan bertumbuh adalah apabila jumlah produksi barang dan

jasa dalam perekonomian tersebut mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi dapat

didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan

barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran

masyarakat meningkat.

Produksi total barang dan jasa selama satu tahun tertentu disebut namanya output

nasional atau pendapatan nasional atau disebut dengan istilah Produk Domestik Bruto (PDB)

untuk nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah. Dengan

demikian, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output

nasional atau pendapatan nasional suatu periode tertentu dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Secara nasional, tingkat pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan cara

membandingkan PDB riil satu tahun yang sedang berjalan dengan PDB riil satu tahun

sebelumnya, dinyatakan dalam persen. Demikian juga secara regional, tingkat pertumbuhan

ekonomi dapat diukur dengan cara membandingkan PDRB riil satu tahun berjalan dengan

PDRB riil satu tahun sebelumnya dinyatakan dalam persen.

Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-

faktor apa saja yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan

penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan.

Output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk.

Karl E. Case & Ray C. Fair mengatakan bahwa :

Pertumbuhan ekonomi terjadi bila (1) masyarakat mendapatkan lebih banyak


sumberdaya, atau (2) masyarakat menemukan cara penggunaan sumber daya
yang tersedia secara lebih efisien. Agar pertumbuhan ekonomi menaikkan

25
setandar hidup, tingkat pertumbuhan harus lebih tingkat kenaikan penduduk.
Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per
kapita.15

2.2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori Robert Solow

Dalam teorinya menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian

kegiatan yang bersumber pada manusia atau kenaikan penawaran tenaga kerja, akumulasi

modal, pemakaian teknologi modern, dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk

dapat berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Maka pertumbuhan penduduk harus

dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif. Solow mengemukakan hasil estimasi

pertumbuhan PDB sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi pertumbuhan modal dan tenaga kerja dengan technical


progress sebagai penyebab pertumbuhan output.
2. Meningkatnya populasi sebenarnya mengurangi PDB perkapita meski hal
tersebut meningkatkan PDB.
3. Lebih banyak pekerja berarti lebih banyak output, namun tidak meningkat
secara proporsional.
4. Yang mengestimasi bahwa setiap poin persentase pertumbuhan angkatan kerja
menyebabkan 1- 0 poin persentase kenaikan output.16

2.2.3 Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi

Pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat,

beberapa alat ukur pertumbuhan ekonomi antara lain yaitu :

1. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk domestik Bruto (PDB) atau di tingkat regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam suatu perekonomian

dalam satu tahun yang dinyatakan dalam harga pasar.Baik PDB atau PDRB merupakan

ukuran yang global sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur ekonomi yang tepat, karena

belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya, padahal

sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh setiap penduduk di negara atau daerah yang

15
Karl E. Case, & Ray C.Fair. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, Edisi ke-5, Jakarta. PT INDEKS,
Kelompok Gramedia 2004. hal. 325
16
Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, Richard Startz, Makroekonomi, edisi kedelapan, Jakarta:
Media Global Edukasi, tahun 2014, hal. 62

26
bersangkutan.

2. Produk Domestik Bruto Per Kapita/Pendapatan Per Kapita

Produk Domestik Bruto Per Kapita atau Produk Regional Bruto (PDRB) per kapita pada

skala daerah dapat dugunakan sebagai pengukur pertumbuhan ekonomi

yang lebih baik karena lebih cepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara

dari pada nilai PDB atau PDRB saja. Produk domestik bruto per kapita baik tingkat nasional

maupun di daerah adalah jumlah PDB nasional maupun PDRB suatu daerah dibagi dengan

jumlah pendudukdi negara manapun di daerah yang bersangkutan, atau dapat disebut juga

sebagai PDB atau PDRB rata-rata.

2.3 Pengangguran

Pengangguran sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan orang yang tidak

bekerja sama sekali. Pengertian ini adalah kurang tepat sebab tidak semua orang tidak bekerja

disebut sebagai penganggur. Beberapa kelompok masyarakat seperti para ibu rumah tangga

dengan alasan harus mengasuh anak dan mengurus keluarga, anak-anak muda yang harus

sekolah atau kuliah dahulu, dan anak-anak orang kaya yang sudah memiliki kekayaan yang

lebih dari cukup atau kemungkinan gajinya lebih kecil dari yang diharapkan biasanya tidak

mau atautidak sedang mencari pekerjaan. Oleh karena itu, kendatipun mereka tidak bekerja

namun tidak disebut sebagai penganggur.

Pengangguran adalah masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia secara

langsung dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan

pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi tidaklah

mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan

politik dan para politisi seiring mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan

membantu menciptakan lapangan pekerjaan.

Menurut Sadono Sukirno pengangguran dapat digolongkan berdasarkan cirinya, yaitu:

27
1. Pengangguran Terbuka

Pengangguran ini adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai

pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyakkarena memang belum mendapat pekerjaan

padahal telah berusaha secara maksimal dan sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan

yang lebih rendah dari pada pertambahan tenaga kerja. Efek dari keadaan ini di dalam suatu

jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi mereka

menganggur secara nyata dan separuh waktu, dan oleh karena itudinamakan pengangguran

terbuka. Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang

menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai

akibat dari kemunduran perkembangan suatu industri.

2. Pengangguran Tersembunyi

Pengangguran ini adalah tenaga kerja yang tidak bekerjasecara optimal karena suatu

alasan tertentu. Salah satunya adalah karena kecilnya perusahaan dengan tenaga kerja yang

terlalu banyak sehingga untuk menjalankan kegiatannya tidak efisien. Kelebihan tenaga kerja

yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi.

3. Setengah Menganggur

Pengangguran ini adalah tenaga kerja yang tidak bekerjasecara optimal karena tidak ada

lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja

yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu. Mereka mungkin hanya bekerja satu

hingga dua hari dalam seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang

mempunyai masa kerja seperti ini digolongkan sebagai setengah menganggur.

4. Pengangguran Bermusim

Pengangguran ini adalah tenaga kerja yang tidak bekerja karena terikat pada musim

tertentu. Pengangguran seperti initerutama di sektor pertanian dan perikanan. Pada umumnya

28
petani tidak begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan panen. Apabila dalam masa

tersebut mereka tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. 17

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pengangguran terbuka terdiri dari :

a) mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan.


b)mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha
c) mereka yangtak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena
merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
d)mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. 18

Masalah pengangguran dapat menimbulkan dampak buruk atau menimbulkan biaya

sosial, yaitu (1) terganggunya stabilitas perekonomian karena pengangguran menimbulkan

melemahnya permintaan agregat dan penawaran agregat, dan (2) terganggunya stabilitas

sosial politik karena pengangguran dapat meningkatkan ketimpangan dan kecemburuan sosial

tindakan kriminalitas baik berupa kejahatan pencurian, perampokan, penyalahgunaan obat-

obat terlarang dan berbagai kegiatan ekonomi ilegal lainnya, bahkan dapat menimbulkan

tidak lancarnya sistem demokrasi karena money politic lebih dominan.

2.4 Upah Minimum

Upah minimum di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang upah minimum. Defenisi upah minimum adalah

upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan

oleh Gubernur sebagai jaringan pengaman. Dalam teori ekonomi, upah yaitu pembayaran

yang diperoleh dari berbagai bentuk jasa yang disediakan, dan diberikan oleh tenaga kerja

kepada pengusaha. Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya

produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi

hal-hal sebagai berikut:

1. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang

selanjutnya akan meningkatkan harga per unit barang yang diproduksi. Konsumen

akan memberikan respon apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi
17
Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta, Raja GrafindoPersada, tahun 2018,
hal.330-331
18
BPS, Tenaga Kerja, http://www.bps.go.id (Diakses 11 November 2019)

29
konsumsi atau bahkan tidak lagi mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya

banyak barang yang tidak terjual, dan terpaksa produsen menurunkan jumlah

produksinya. Turunnya target produksi, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja

yang dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh

turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi.

2. Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak berubah),

maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk

proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan

akan barang-barang modal seperti mesin dan lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja

yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin -

mesin disebut dengan efek substitusi tenaga kerja (substitution effect).

Defenisi upah pada UU No.13 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 30 tentang ketenagakerjaan

yang berbunyi upah adalah hak pekerja/buruhyang diterima dan dinyatakan dalam bentuk

uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang

ditetapkan dana dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan

perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu

pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa upah

adalah pembayaran yang diberikan kepada tenaga kerja buruh atas jasa-jasa fisik maupun

mental sebagai imbalan dari para pengusaha dan jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai

pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat-syarat

tertentu yang di dalamnya berupa perjanjian kerja atau kesepakatan kedua belah pihak

termasuk tunjangan bagi pekerja, dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah

dilakukan.

Menurut Mira Cahyaningtyas dalam berita gadjian.com faktor-faktor yang mempengaruhi

penentuan tingkat upah adalah:

1. Biaya Hidup

30
Perbedaan tingkat biaya hidup antar-daerah dapat menyebabkan perbedaan

kompensasi karyawan. Biaya hidup tinggi juga melahirkan tuntutan pekerja atas

upah yang lebih tinggi pula. Untung menunjang biaya hidup yang layak,

perusahaan yang mempekerjakan karyawan di daerah dengan tingkat biaya hidup

tinggi umumnya memberikan gaji pokok.

2. Regulasi Pemerintah

UU Ketenagakerjaan dan PP Pengupahan melarang perusahaan membayar upah

karyawan lebih rendah dari upah minimum provinsi (UMP) dan upah

kota/kabupaten (UMK)

3. Kompensasi Perusahaan Lain

Nilai kompensasi juga dipengaruhi oleh upah di perusahaan lain yang bergerak di

sektor usaha yang sama. Karena itu, ini akan menjadi dasar menentukan seberapa

besar perusahaan akan membayar imbalan karyawan.

4. Kemampuan Perusahaan

Perusahaan berskala besar atau punya reputasi bagus tentu bisa memberikan

kompensasi yang besar bagi karyawannya.

5. Jenis Pekerjaan dan Tanggung Jawab

Perusahaan merupakan sebuah bentuk organisasi bisnis yang menerapkan sistem

pembagian kerja yang jelas dan terukur, jenis pekerjaan dan tanggung jawab.

6. Peranan Serikat Buruh

31
Kompensasi keryawan juga dipengaruhi oleh peran serikat buruh, terutama dalam

perjanjian kerja bersama. Tuntutan atas tunjangan tertentu dari serikat buruh

memungkinkan perusahaan memenuhinya. 19

2.5. Hubungan Variabel-variabel Penelitian

2.5.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Penduduk Miskin

Pertumbuhan ekonomi yang baik adalah pertumbuhan ekonomi yang mampu menyerap

tenaga kerja dan mengurangi jumlah kemiskinan.

Karl E. Case & Ray C. Firm menjelaskan bahwa:

Pertumbuhan merupakan tujuan dasar masyarakat, karena pertumbuhan


mengangkat orang keluar dari kemiskinan dan meningkatkan kualitas
kehidupan mereka. Yang lain mengatakan pertumbuhan ekonomi mengikis
nilai-nilai tradisional dan menyebabkan eksploitasi, kerusakan lingkungan, dan
korupsi.20

2.5.2 Pengaruh Pengangguran TerhadapJumlah Penduduk Miskin

Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah upah

yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena,

pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan

kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar

dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi.

Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang selalu

dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan negara pasti menghadapi

masalah pengangguran yaitu pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).

Menurut Todaro dalam Seri Jefri Adil Waruwu:

Ada hubungan erat antara tingkat pengangguran yang tinggi, kemiskinan yang
merajalela, dan ketidak merataan distribusi pendapatan. Sebagaian besar
didalamnya adalah mereka yang bekerja part time.Mereka yang bekerja secara
tetap di sektor pemerintah dan swasta termasuk dalam kelompok
berpendapatan menengah dan tinggi. Hal ini tidak bisa diartikan bahwa setiap
orang yang tidak bekerja adalah miskin atau mereka yang bekerja “full time”
19
Mira Cahyaningtyas, 6 Faktor yang Menyebabkan Besar-Kecilnya Kompensasi Karyawan,
http://www.gadjian.com/blog/2019/04/12/6-faktor-yang-mempengaruhi-besar-kecilnya-kompensasi-karyawan/,
2019 (Diakses 15 November 2019)
20
Karl E. Case, &Ray C. Fair.Op.Cit hal. 323

32
relative berpenghasilan baik. Terdapat kemungkinan adanya penganggur yang
menganggur secara sukarela serta kualifikasi kecakapan. Mereka menolak
jenis pekerjaan yang tidak disukai dan hal ini mereka bisa menolak karena
memiliki cukupsumber keuangan dari keluarga, teman atau pinjaman
lainnya.21

2.5.3 Pengaruh Upah MinimumTerhadap Jumlah Penduduk Miskin

Penetapan upah minimum ditentukan oleh upah tahun berjalan dan pertumbuhan

ekonominasional menurut PP No 78 tahun 2015. Sebelum PP No 78 tahun 2015 berlaku

aturan UU No 13 tahun 2003 yang menetapkan upah minimum berdasar kebutuhan hidup

layak (KHL) yang ditetapkan setiap 5 tahun sekali oleh dewan pengupahan yang terdiri dari

pemerintah, asosiasi pengusaha dan serikat pekerja buruh.

Gregory N. Mankiw menjelaskan upah minimum merupakan sumber perdebatan politik

yang tidak ada habisnya.22

2.6 Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini akan memuat tentang penelitian-penelitian terdahulu yang telah di

lakukan sebelumnya yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi pertimbagan dalam

penyusunan skripsi ini, adapun penelitian terdahulu tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penelitian yang di lakukan olehSeri Jefry Adil Waruwu dengan judulAnalisis

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja Pemerintah, Dan

Investasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 1995 – 2014.

Penelitian ini mengunakan metode, OLS Data Panel.

Hasil Penelitian :

1. Variabel Pertumbuhan Ekonomi mempunyai pengaruh negatif dan


signifikan Terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 1995
sampai dengan tahun 2014.
2. Variabel Pengangguran mempunyai pengaruh positif dan signifikan
mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 1995
sampai dengan tahun 2014.
3. Variabel Belanja Pemerintah mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 1995
sampai dengan tahun 2014.

21
Seri Op.Cit. Hal.63
22
G. Mankiew,Teori Makro Ekonomi, Jakarta:Erlangga,2006, hal.162

33
4. Variabel Investasi tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2014.23
2. Penelitain yang dilakukan oleh Tania Octasari dengan judul Analisis Pengaruh

Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Dan Tingkat Pengangguran Terhadap

Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia tahun 2009-2013. Penelitian ini

mengunakan metode, OLS.

Hasil Penelitian :

1. Variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan


terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2009-2013.
Semakin tinggi tingkat PDRB suatu wilayah, maka akan semakin
mengurangi pula jumlah penduduk miskin di Indonesia
2. Variabel Upah Minimum berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2009-2013.
Penempatan upah minimum yang tidak hanya diterapkan pada
lapangan kerja formal namun juga informal mampu meningkatkan
kesejahteraan para pekerja dan jika disertai peningkatan upah
minimum secara terus menerus akan mampu mengurangi jumlah
penduduk miskin secara signifikan
3. Variabel Pengangguran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun2009-2013.24
3. Penelitian yang dilakukan oleh Matcher Halomoan Samosir dengan judul Analisis

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja pemerintah, dan

Investasi terhadap jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 2000-2017.

Penelitian ini mengunakan metode OLS.

Hasil penelitan :

1. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh negatif tetapi tidak


signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia Tahun
2000-2018.
2. Pengangguran memiliki pengaruh positifnamun tidak signifikan
terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia Tahun 2000-2018.
3. Belanja Pemerintah memiliki pengaruh negatif dan sifnifikan
terhadap jumlah penduduk miskin di IndonesiaTahun 2000-2018
4. Investasi memiliki pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap
jumlah penduduk miskin di IndonesiaTahun 2000-2018.
5. Berdasarkan Uji F, pertumbuahan ekonomi, pengangguran, belanja
pemerintah dan investasi secara bersama-sama (simultan)

23
Seri Op.Cit. Hal.144
24
Tania Octasari, Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Dan Tingkat
Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 2009-2013, hal.501,
Journal.student.uny.ac.id (Jurnal diterbitkan)

34
mempengaruhi signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di
Indonesia Tahun 2000-2018.25

2.7 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas (Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran,

dan Upah Minimum yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin). Setelah didapat tingkat

signifikan setiap variabel bebas diharapkan mampu memberikan gambaran hubungan

variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Secara sederhana hal ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Pertumbuhan Ekonomi

Pengangguran
Jumlah Kemiskinan (+)

Upah Minimum

Gamb

ar 2.1. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi indikator yang berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin.

Semakin tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi berdampak negatif terhadap tingkat

penduduk miskin, makadiharapkan pendapatan nasional dapat menyebar secara merata

kepada seluruh lapisan masyarakat terutama untuk masyarakat miskin sehingga dapat

mengurangi tingkat kemiskinan.

Pengangguran pada suatu daerah dapat menimbulkan berbagai masalah ekonomi yang

pada akhirnya menjadi penyebab terjadinya kemiskinan, tingkat pengangguran akan

berdampak positif terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia.

Upah yang makin tinggi yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan masyarakat

dan akan dapat mempengaruhi jumlah penduduk miskin.

2.8 Hipotesis Penelitian


25
Matcher H. Samosir, Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja
Pemerintah, Dan Investasi Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 2000-2017,
Medan:FE,UHN,2019 (Skripsi tidak diterbitkan)

35
1. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah

penduduk miskin di Indonesia tahun 2000-2018.

2. Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin

di Indonesia tahun 2000-2018.

3. Upah minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk

miskin di Indonesia tahun 2000-2018.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

36
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari (Badan Pusat Statistik). Data yang

digunakan meliputi data kemiskinan Indonesia atau poperty, data pertumbuhan ekonomi,

penggangguran terbuka di Indonesia, dan data upah minimum setiap provinsi. Objek

penelitian ini adalah kemiskinan dimana peneliti bermaksud untuk menganalisis pengaruh-

pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan upah minimum terhadap jumlah

penduduk miskin di Indonesia dalam priode tahunan yaitu sejak kurun tahun 2000-2018.

3.2 Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang

tidak dihimpun secara langsung. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari publiksi

Badan Pusat Statistik (BPS), BAPPENAS dan yang dikumpulkan adalah meliputi data

penduduk miskin, pertumbuhan ekonomi, data pengangguran, dan data upah minimum

provinsi. Jangka waktu data yang digunakan adalah tahun 2000 sampai dengan 2018.

Jenis data adalah data time series (runtun waktu). Data time series adalah data yang

menggambarkan suatu perkembangan dari waktu ke waktu atau periode secara historis.

3.3 Model Analisis

3.3.1 ModelKuantitatif

Analisis kuantitatif adalah teknik analisis yang akan menjelaskan hubungan variabel-

variabel dalam penelitian dengan menggunakan model regresi linier berganda. Adapun

persamaan regresi linier berganda tersebut, adalah sebagai berikut:

Y i = β^ 0 + β^ 1 Χ 1 + β^ 2 Χ 2 + β^ 3 Χ 3 + ε i; i =1, 2,3...,n,

dimana:

Y = Jumlah penduduk miskin (juta jiwa).

37
β^ 0 = Intersep

β^ 1 , β^ 2 , β^ 3 = Koefisien regresi

X1 = Pertumbuhan ekonomi (%)

X2 = Pengangguran terbuka (%)

X3 = Upah Minimum (Rp)

εi = Galat (Error term)

3.3.2 Pengujian Hipotesis

3.3.2.1 Uji Secara Individu (Uji-t)

Untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas (pertumbuhan ekonomi,

pengangguran, upah minimum) secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

(kemiskinan), maka dilakukan pengujian dengan uji-t dengan taraf nyata α = 5%.

a) Pertumbuhan Ekonomi (X1)

H0 : β 1 = 0, artinya pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan

terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia.

H1 : β 1 < 0, artinya ada pengaruh negatif dan signifikan antara pertumbuhan

ekonomi terhadapjumlah penduduk miskin di Indonesia.

Rumus untuk mencari t hitung adalah :

¿ ¿
β1 β −β
t h= 1 ¿ 1 : koefisien regresi
S ( β1 )

β1 parameter
:

S( β 1 ) : simpangan baku

38
Apabila nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya Pertumbuhan

Ekonomi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah kemiskinan di

Indonesia. Kemudian jika thitung <ttabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya Pertumbuhan

Ekonomi secara parsial tidak berpangaruh signifikan jumlah kemiskinan di Indonesia.

b) Pengangguran (X2)

H0 : β 2 = 0 artinya, Pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah

kemiskinan di Indonesia

H1 β 2 > 0 artinya, Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap


:

jumlah kemiskinan di Indonesia.

Rumus untuk mencari t hitung adalah :


¿
β 2 −β 2
t h= ¿
S ( β2 )
¿
β2 : koefisien regresi

β2 parameter
:

^
S( β 2 ) : simpangan baku

Apabila nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya pengangguran

secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kemiskinan di Indonesia.

Kemudian apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya Pengangguran secara

parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap jumlah kemiskinan di Indonesia.

c. Upah Minimum(X3)

H0 β 3 = 0 artinya, upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah


:

kemiskinan di Indonesia

H1 β 3 < 0 artinya, Upah minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap


:

jumlah kemiskinan di Indonesia.

39
Rumus untuk mencari t hitung adalah :
¿
β 3 −β 3
t h= ¿
S ( β3 )
¿
β3 : koefisien regresi

β3 parameter
:

S( β 3 ) : simpangan baku

Apabila nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya upah minimum

secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah kemiskinan di Indonesia.

Kemudian apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya upah minimum secara

parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap jumlah kemiskinan di Indonesia.

3.3.2.2 Uji Secara Simultan ( Uji F)

Uji “F” digunakan untuk mengetahui proporsi variabel terikat yang dijelaskan variabel

bebas secara serempak. Tujuan uji F statistik ini adalah untuk menguji apakah variabel-

variabel bebas yang diambil mempengaruhi variabel terikat secara bersama-sama atau

tidak.Adapun langkah-langkah pengujian uji F sebagai berikut :

a. Membuat hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut :

Ho : β 1 = β 2= β 3= 0 ,   i = 1 , 2 , 3 ,   berarti variabel bebas secara serempak/bersama-

sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

H1: β i tidak semua nol , i = 1, 2, 3, berarti variabel bebas secara

serempak/bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat.

b. Mencari nilai F hitung ada nilai kritis F statistik dari tabel F. Nilai kritis F

berdasarkan α dan df untuk numerator (k-1) dan df untuk denomerator (n-k).

JKR(k −1)
Rumus untuk mencari Fhitung adalah : JKG(n−k)

40
JKR : Jumlah Kuadrat Regresi

JKG : Jumlah Kuadrat Galat

k : Banyaknya koefisien regresi

n : Banyaknya sampel

Apabila nilai Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima, artinya variabel bebas secara bersama-sama

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya, bila nilai Fhitung> Ftabel ,

maka H0 di tolak, artinya secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat.

3.3.2.3Uji Kebaikan Suai : Koefesien Determinasi (R2)

Uji kebaikan-suai bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi linier berganda yang

digunakan sudah sesuai menganalisis hubungan antara variabel terikat dengan variabel-

variabel bebas. Untuk melihat kebaikan-suai model yang digunakan koefisien determinasi

untuk mengukur seberapa besar keragaman variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh

keragaman variabel-variabel bebas. Nilai koefisien determinasi adalah 0

1; artinya “semakin angkanya mendekati 1 maka semakin baik garis regresi

karena mampu menjelaskan data aktualnya.”26

3.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.4.1 Multikolinieritas

26
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, Edisi 4, Yogyakarta, UPP STIM
YKPN, 2013, hal.26

41
Menurut Agus Widarjono ”multikolinearitas adalah hubungan linier antara variabel

independen di dalam regresi berganda”.27 Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi di antara variabel independen.

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang kuat

(korelasi yang kuat) di antara variabel bebas. Variabel-variabel bebas yang mempunyai

hubungan tidak mungkin dianalisis secara terpisah pengaruhnya terhadap variabel terikat.

Pengaruhnya terhadap nilai taksiran :

a. Nilai-nilai koefisien mencerminkan nilai yang benar.

b. Karena galat bakunya besar maka kesimpulan tidak dapat diambil melalui uji-t.

c. Uji-t tidak dapat dipakai untuk menguji keseluruhan hasil taksiran.

d.Tanda yang dihadapkan pada hasil taksiran koefisien akan bertentangan dengan

teori.

Salah satu cara untuk mendeteksi gejala multikolinearitas adalah dengan melihat VIF

(Variance Inflation Factor), bila nilai VIF 10 dan Tol 0.1 maka dianggap tidak ada

pelanggaran multikolineritas, namun bila sebaliknya VIF 10 dan Tol 0.1 maka

dianggap ada pelanggaran multikolinearitas. Untuk mengetahui seberapa kuat atau seberapa

parah kolinearitas (korelasi) antar sesama variabel bebas maka dapat dilihat dari matriks

korelasi. Bila nilai matriks > 0,95 maka kolinearitasnya serius (tidak dapat ditolerir). Namun

bila sebaliknya nilai matriks < 0,95 maka kolinearitas dari sesama variabel bebas masih dapat

ditolerir. Cara lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah

dengan menggunakan cara regresi sekuansial antara sesama variabel bebas. Nilai

sekuansial dibandingkan dengan nilai R2 pada regresi model utama. Jika R2 sekuansial lebih

besar dari pada nilai R2 pada model utama maka terdapat multikolinearitas.

3.4.2 Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara

galat (kesalahan pengganggu, disturbance error) pada periode waktu t dengan galat pada
27
Ibid,hal.101

42
periode waktu t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lainnya.

Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan serial autokorelasi, yaitu dengan uji:

1. Durbin Watson (uji D – W)

”Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (firstorder

autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercep (konstanta) dalam model regresi dan

tidak ada variabel lag di antara variabel independen.”28

Uji Durbin-Watson dirumuskan sebagai berikut:

Dengan jumlah sampel dan jumlah variabel tidak bebas tertentu diperoleh dari nilai kritis

dL dan dU dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai α. Secara umum bisa

diambil patokan :

1. 0 ˂ d ˂ dL Menolak hipotesis 0 (Ada Autokorelasi Positif)

2. dL ≤ d ≤ dU Daerah Keragu-raguan (Tidak ada Keputusan)

3. dU ˂ d ˂ 4 – dU Gagal Menolak Hipotesis 0 ( Tidak Ada Autokorelasi) Positif /

Negatif

4. 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL Daerah Keragu-raguan (Tidak ada Keputusan)

5. 4 – dL ˂ d ˂ 4 Menolak Hipotesis 0 (Ada Autokorelasi Negatif)

2. Uji Run

Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya autokorelasi dalam model yang digunakan dapat

juga digunakan uji Run. Uji Run merupakan bagian dari statistika nonparametrik dapat

digunakan untuk menguji apakah antar galat terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar galat

(residu atau kesalahan pengganggu) tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa

galat adalah acak atau radom. “Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi

28
Imam Gozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23, Edisi 8, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2013, hal.111

43
secara random atau tidak (sistematis).” 29 Cara yang digunakan dalam uji Run adalah sebagai

berikut :

H0 : Galat (res_1) acak (random)

H1 : Galat (res_1) tidak acak

3.4.3 Uji Normalitas

Sesuai teorema Gauss Markov :

1. Apakah galat (disterbunce error) menyebar normal atau

tidak

2. tidak terjadi autokorelasi.

Asumsi klasik yang lain dalam pendugaan dengan menggunakan penduga OLS adalah

kenormalan. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

galat atau residu memiliki sebaran normal. Penggunaan uji t dan f mangasumsikan bahwa

nilai galat menyebar normal. “Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak

valid untuk jumlah sampel kecil.”30 untuk mendeteksi apakah galat menyebar normal atau

tidak digunakan analisis grafik dan uji statistik.

1. Analisis Grafik

Untuk menguji normalitas galat dengan melihat grafik histogram yang membandingkan

antar data pengamatan dengan sebaran yang mendekati sebaran normal. Caranya adalah

dengan melihat sebaran peluang normal yang membandingkan sebaran kumulatif dari sebaran

normal. Sebaran normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan diagram data galat

akan dibandingkan dengan garis diagonal tersebut. Jika sebaran data galat atau residu normal,

maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal.

2. Analisis Statistik

29
Ibid,hal.120
30
Ibid,hal.160

44
Untuk menguji apakah galat atau residu menyebar normal dengan menggunakan grafik

dapat memberikan kesimpulan yang tidak tepat kalau tidak hati-hati secara visual. Oleh sebab

itu dilengkapi dengan uji statistik,yaitu dengan melihat nilai kemencengan atau penjuluran

(skewness) dan keruncingan (kurtosis) dari sebaran galat. Menurut Ghozali nilai Z statistik

untuk kemencengan dan nilai z keruncingan dapat dihitung dengan rumus, yaitu sebagai

berikut :

dan

, dimana n adalah ukuran sampel.

Menurut Ghozali untuk menguji apakah sebaran galat pendugaan regresi menyebar

normal atau tidak, dapat digunakan uji statistik lain yaitu uji statistik nonparametrik

Kolmogrof-Smirnov (K-S).31 Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut :

: Data galat (residu) menyebar normal

: Data galat tidak menyebar normal.

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Penduduk Miskin ( Y )

Jumlah Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran

perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan Dalam penelitian ini data yang digunakan

adalah jumlah kemiskinan, yaitu jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2000-2018

satuan data adalah juta orang.

2. Pertumbuhan Ekonomi (X1)

31
Ibid, hal. 164

45
Pertumbuhan Ekonomimerupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi dalam

kehidupan masyarakat. Data yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia

tahun 2000-2018. Pertumbuhan ekonomi dihitung dalam satuan persen.

3. Pengangguran Terbuka  (X2)

Pengangguran Terbukaadalahorang yang termasuk dalam kelompok usia angkatan kerja

mencari pekerjaan tetapi tidak mendapatkannya. Data yang digunakan adalah tingkat

pengangguran terbuka di Indonesia tahun 2000-2018.Pengangguran terbuka di hitung dalam

satuan persen.

4. Upah Minimum  (X3)

Upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha

atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau

kerjanya. Data yang digunakan adalah rata-rata upah minimum setiap provinsi di Indonesia

tahun 2000-2018. Upah minimum dihitung dalam satuan rupiah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambar Umum Indonesia

46
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara.

Jumlah pulau yang dimiliki Indonesia adalah sebanyak 17.504 pulau dengan keseluruhan luas

wilayahnya adalah sebesar 1,910,931,32km2. Pulau-pulau utama Indonesia adalah Pulau

Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua. Sebagai negara

kepulauan terbesar di dunia, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki ga ris

pantai terpanjang di dunia.

Gambar 4.1 Peta Geografi Indonesia

Bentuk Negara Indonesia adalah negara negara kesatuan, dan bentuk pemerintahan

Indonesia adalah republik, dengan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan daerah dan

Presiden yang dipilih secara langsung oleh masyarakat melalui pemilihan umum (Pemilu).

Ibu kota Negara Indonesia adalah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di

Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau

Timor.Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia dan wilayah persatuan

kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

47
Indonesia memiliki populasi sebanyak 270.054.853 jiwa pada tahun 2018 dengan

mayoritas penduduknya adalah  penganut agama Islam (sekitar 87,2%). Jumlah penduduk

sebanyak 270.054.853 jiwa tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki

jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia sekaligus juga merupakan negara yang

berpenduduk muslim terbesar di dunia (sekitar 230 juta jiwa penduduk Indonesia adalah

beragama Islam).

Indonesia terletakantara 6° 08’ Lintang Utara dan 11° 15’ Lintang Selatan danantara 94°

45’ – 141° 05’ Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa yang

terletak pada garis lintang 0°. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di

antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudra

Pasifik. Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki 3 daerah waktu, yaitu WIB,

WITA dan WIT. Indonesia terdiri dari 81.626 desa, 7.024 kecamatan, 98 kota, serta 34

provinsi yang terletak di 5 pulau besar dan 4 kepulauan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Nama-nama Pulau dan Kepulauan yang ada di Indonesia.


Nama Pulau Nama Kepulauan
Sumatera Aceh, Sumetera Riau Riau
Utara, Sumatera
Barat, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan,
Bengkulu,
danLampung.
Jawa DKI Jakarta, Jawa Bangka Belitung Bangka Belitung
Barat, Banten,
Jawa Tengah, DI
Yogyakarta,
danJawaTimur.
Kalimantan Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Bali, Nusa
Kalimantan (SundaKecil) Tenggara Barat, dan
Tengah, Nusa Tenggara
Kalimantan Timur.
Selatan,
Kalimantan Timur,
dan Kalimantan
Utara.
Sulawesi Sulawesi Utara, Maluku Maluku dan
Gorontalo, Maluku Utara.
Sulawesi Tengah,

48
Sulawesi Selatan,
Sulawesi Barat,
dan Sulawesi
Tenggara.
Papua Papua dan Papua
Barat.

Adapun 34 provinsi yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Nama-nama Provinsi yang ada di Indonesia beserta Ibukotanya

No Provinsi Ibukota No Provinsi Ibukota


Nusa
1 Aceh Banda Aceh 18 Tenggara Mataram
Barat
Nusa
2 Sumatera Utara Medan 19 Tenggara Kupang
Timur
Kalimantan
3 Sumatera Barat Padang 20 Pontianak
Barat
Kalimantan
4 Riau Pekanbaru 21 Tanjungselor
Utara
Kepulauan Riau Kalimantan
5 Tanjung Pinang 22 Palangkaraya
(Kepri) Tengah
Kalimantan
6 Bengkulu Bengkulu 23 Samarinda
Timur
Kalimantan
7 Jambi Jambi 24 Banjarmasin
Selatan
Sulawesi
8 Kep. Bangka Belitung Pangkal Pinang 25 Mamuju
Barat
Sulawesi
9 Sumatera Selatan Palembang 26 Makassar
Selatan
Bandar Sulawesi
10 Lampung 27 Palu
Lampung Tengah
Sulawesi
11 Banten Serang 28 Kendari
Tenggara

49
Sulawesi
12 DKI Jakarta Jakarta 29 Manado
Utara
13 Jawa Barat Bandung 30 Gorontalo Gorontalo
14 Jawa Tengah Semarang 31 Maluku Ambon
Maluku
15 JawaTimur Surabaya 32 Sofifi
Utara
DaerahIstimewaYogy
16 Yogyakarta 33 Papua Jayapura
akarta (DIY)
17 Bali Denpasar 34 Papua Barat Manokwari

4.2 Jumlah Penduduk Miskin

Dalam penelitian ini jumlah penduduk miskin yang digunakan adalah jumlah

keseluruhan penduduk miskindi Indonesia Tahun 2000-2018. Pemilihan dengan

menggunakan data tersebut diharapkan mampu memberikan keadaan sesungguhnya di

lapangan. Hasil menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2000-2018

bersifat fluktuatif. Dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Tahun 2000-2018


Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Orang)
2000 38.740.550
2001 37.878.930
2002 38.392.400
2003 37.341.121
2004 36.150.221
2005 35.109.700
2006 39.307.530
2007 37.171.650
2008 34.961.525
2009 32.531.156
2010 31.022.550
2011 30.018.930
2012 29.132.400
2013 28.066.600
2014 28.280.010
2015 28.592.790
2016 28.005.390
2017 27.771.220
2018 25.949.800
Sumber: Jumlah Penduduk Miskin, BPS, Berbagai Sumber

50
Dari data jumlah penduduk piskin pada Tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah penduduk

miskin di Indonesia 19 tahun terakhir berfluktuasi namun cendrerung turun. Pada tahun 2006

jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 39.307.530 yang merupakan jumlah tertinggi

19 tahun terakhir. Sejak 2006 jumlah penduduk miskin di Indonesia terus mengalami

penurunan dimana pada tahun 2018 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai

25.949.800 yang merupakan jumlah terendah 19 tahun terakhir dengan rata-rata jumlah

penduduk miskin di Indonesia mencapai 32.864.446 setiap tahunnya.

4.3 Pertumbuhan Ekonomi

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),

merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam

suatu perekonomian dalam satu tahun yang dinyatakan dalam harga pasar.

Dari data pertubuhan ekonomi dapat dijelaskan bahwa keadaan PDB di Indonesia tahun

2000-2018 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.4

berikut ini.

Tabel 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000-
2018

51
Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
2000 4,90
2001 3,64
2002 4,50
2003 4,78
2004 5,03
2005 5,69
2006 5,50
2007 6,35
2008 6,01
2009 4,63
2010 6,22
2011 6,49
2012 6,26
2013 5,73
2014 5,01
2015 4,88
2016 5,03
2017 5,07
2018 5,17
Sumber: Persentase Pertumbuhan Ekonomi, BPS, Berbagai Sumber

Dari data pertumbuhan ekonomi pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi 19 tahun terakhir berfluktuasi dimana tahun 2011 pertumbuhan ekonomi mencapai

6,49% merupakan tertinggi 19 tahun terakhir dan tahun 2001 merupakan tahun terendah

dimana pertumbuhan ekonomi mencapai 3,64% dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi

mencapai 5,31% setiap tahunnya.

4.4 Pengangguran

Pengangguran berpegaruh terhadap jumlah kemiskinan di Indonesia, dalam teori

kemiskinan jika pengangguran bertambah maka jumlah kemiskinan akan bertambah pula.

Dari data pengangguran terbukadi Indonesia tahun 2000-2018 mengalami fluktuasi dari tahun

ke tahun, sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Pengangguran Terbuka di Indonesia Tahun 2000-2018


Tahun  Pengangguran Terbuka(%) 
2000 6,08
2001 8,1
2002 9,06
2003 9,67
2004 9,86
2005 11,24
2006 10,28

52
2007 9,11
2008 8,39
2009 7,87
2010 7,14
2011 7,48
2012 6,13
2013 6,17
2014 5,94
2015 6,18
2016 5,61
2017 5,5
2018 5,34
Sumber: Persentase Pengangguran Terbuka,BPS, Berbagai Sumber

Dari data pada Tabel 4.5 menunjukkan pengangguran 19 tahun terakhir mengalami

peningkatan dari tahun 2000-2005 dimana tahun 2005 merupakan tertinggi 19 tahun terakhir

mencapai 11,24%. Namun terus mengalami penurunan dari tahun 2006-2018 dimana tahun

2018 merupakan tahun terendah 19 tahun terakhir mencapai 5,34%. Hanya pada tahun 2015

kembali mengalami peningkatan dari 5,94% pada tahun 2014 menjadi 6,18% pada tahun

2015. Dengan rata-rata tingkat pengangguran di Indonesia yaitu 7,63% setiap tahunnya.

Peningkatan disebabkan karena adanya perlambatan ekonomi pada tahun tersebut.

4.5 Upah Minimum

Upah Minimum upah yang diterima oleh buruh/pekerja yang dinyatakan dalam bentuk

uang yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pekerjanya.Dalam menentukan upah

minimum pemerintah harus memperhitungkan angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi.Dari

tahun 2000-2018 upah minimum di Indoneia terus mengalami peningkatan.Sebagaimana

disajikan dalam Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Upah Minimum di Indonesia tahun 2000-2018


Tahun Upah Minimum (Rupiah)
2000 Rp. 216.500
2001 Rp. 290.500
2002 Rp. 362.700

53
2003 Rp. 414.700
2004 Rp. 458.500
2005 Rp. 507.697
2006 Rp. 602.702
2007 Rp. 672.480
2008 Rp. 745.709
2009 Rp. 841.530
2010 Rp. 908.824
2011 Rp. 988.824
2012 Rp. 1.088.903
2013 Rp. 1.296.908
2014 Rp. 1.584.391
2015 Rp. 1.790.342
2016 Rp. 1.997.819
2017 Rp. 2.079.324
2018 Rp. 2.264.679
Sumber: Upah Minimum Regional/Provinsi, BPS, Berbagai Sumber

Dari data pada tabel 4.6 upah minimum 19 tahun terakhir terus mengalami peningkatan

dari tahun 2000-2018 dimana pada tahun 2018 merupakan upah minimum tertinggi mencapai

Rp. 2.264.679 dan tahun 2000 merupakan upah minimum terendah 19 tahun terakhir

mencapai Rp. 216.500. Dimana rata-rata upah minimum sebesar Rp. 1.005.949 setiap

tahunnya.

4.6 Pengujian Hipotesis

Hasil pengolahan data dengan menggunakan software program SPSS versi 22 secara

lengkap disajikan pada lampiran.

4.6.1 Uji Secara Individu (Uji-t)

Untuk mengetahui pengaruh parsial masing-masing variabel bebas terhadap variabel

terikat maka digunakan Uji t. Variabel bebas yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi,

pengangguran dan upah minimum, serta jumlah penduduk miskin sebagai variabel terikat.

Tabel 4.7 : Uji Individu (Uji t)


Coefficientsa

Standardized Collinearity
Unstandardized Coefficients Coefficients Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF


1(Constant) 39220299.345 4270316.265 9.184 .000

54
pertumbuhan
ekonomi -1101932.788 572456.579 -.179 -1.925 .073 .976 1.024

pengangguran
599591.481 345481.551 .240 1.736 .103 .442 2.262

upah minimum
-5.071 .984 -.715 -5.154 .000 .439 2.276

a. Dependent Variable: jumlah penduduk miskin


Sumber: BPS (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.7, maka model persamaan regresi dalam penelitian dapat ditulis

sebagai berikut:

Ŷ= 39.220.299,345 - 1.101.932,788X1 + 599.591,481X2 - 5,071X3

1. Konstanta

Berdasarkan hasil estimasi data dalam model regresi terdapat nilai konstanta sebesar

39.220.299,345. Nilai konstanta bertanda positif menggambarkan jumlah penduduk miskin

mengalami kecenderungan meningkat rata-rata sebesar 39.220.299,345 jiwa apabila

pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum adalah nol.

2. Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Penduduk Miskin

Persamaan regresi menunjukkan bahwa koefisian regresi variabel pertumbuhan

ekonomi bertanda negatif namun tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin yaitu

sebesar -1.101.932,788 artinya jika terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1%

maka jumlah penduduk miskin akan berkurang sebesar 1.101.932,788 jiwa. Dimana

pertumbuhan ekonomi menjadi tidak signifikan sebab dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti pertumbuhan ekonomi yang tidak dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja

dimana akan mengakibatkan ketimpangan terhadap jumlah penduduk miskin.

3. Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin

Persamaan regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel pengangguran

memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin yaitu

sebesar 599.591,481. Artinya jika tingkat pengangguran naik sebesar 1% maka akan

menaikkan jumlah penduduk miskin sebesar 599.591,481 jiwa. Dimana pengangguran

55
menjadi tidak signifikan sebab dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti masih banyak

masyarakat yang masih mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha dan sudah mendapatkan

pekerjaan namun belum mulai bekerja.

4. Upah Minimum Terhadap Jumlah Penduduk Miskin

Persamaan regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel upah minimum

memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin yaitu sebesar -

5,071. Artinya jika upah minimum naik sebesar satu rupiah maka akan menurunkan jumlah

penduduk miskin sebesar 5,071 jiwa.

4.6.2 Uji Secara Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel

terikat maka digunakan uji F. Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.8 Uji Simultan (Uji F)


ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 328154156179977.500 3 109384718726659.170 34.474 .000b

Residual 47594869257853.420 15 3172991283856.895

Total 375749025437830.940 18
a. Dependent Variable: jumlah penduduk miskin
b. Predictors: (Constant), upah minimum, pertumbuhan ekonomi, pengangguran
Sumber: BPS (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat hasil pengolahan data bahwa pertumbuhan

ekonomi, pengangguran dan upah minimum terhadap jumlah penduduk miskin mempunyai

hubungan yang signifikan dengan uji F adalah 34.474 dengan sig 0.000 artinya secara

bersama-sama pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan upah minimum berpengaruh

signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia.

4.6.3 Uji Kebaikan-Suai : Koefisien Determinasi ( )

Koefisien Determinasi ( ) digunakan untuk mengukur seberapa besar keragaman

variabel tak bebas yang dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel bebas. Nilai

R2dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

56
Tabel 4.9 Uji Kebaikan-Suai :Koefisien Determinasi ( )
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .935a .873 .848 1781289.220 1.194

a. Predictors: (Constant), upah minimum, pertumbuhan ekonomi, pengangguran


b. Dependent Variable: jumlah penduduk miskin
Sumber: BPS (Data diolah)

Dari Tabel 4.9 dapat dilihat hasil estimasi data nilai adalah sebesar 0.873 maka

dapat dikatakan bahwa 87,3% keragaman variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh variabel

bebas. Artinya bahwa hasil estimasi R² sudah sesuai untuk mengukur determinasi. Sisanya

12,7% dapat dijelaskan di luar model yang belum di teliti, misalnya inflasi yang rendah

mempengaruhi jumlah penduduk miskin dan produksi serta konsumsi yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi.

4.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

4.7.1 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang

kuat (korelasi yang kuat) di antara variabel bebas.Hasil SPSS pada Tabel 4.7menunjukkan

tidak ada gejala multikolinearitas, dimana hasil uji Tolerancesetiap variabel memiliki

Tolerance 0.1 dan hasil uji VIF setiap variabel adalah 10

4.7.2 Uji Autokorelasi

Untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang

baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Deteksi autokorelasi dengan melihat

besarnya Durbin-Watson. Secara umum bisa diambil patokan:

1. 0 ˂ d ˂ dL Menolak hipotesis 0 (Ada Autokorelasi Positif)

2. dL ≤ d ≤ dU Daerah Keragu-raguan (Tidak ada Keputusan)

57
3. dU ˂ d ˂ 4 – dU Gagal Menolak Hipotesis 0 ( Tidak Ada Autokorelasi Positif /

Negatif)

4. 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL Daerah Keragu-raguan (Tidak ada Keputusan)

5. 4 – dL ˂ d ˂ 4 Menolak Hipotesis 0 (Ada Autokorelasi Negatif)

Pada bagian Model Summary pada Lampiran 1, terlihat angka DW sebesar + 1,194

untuk n = 19 dan k = 3 maka dL = 0.967 dan dU =1.685 dengan demikian 4 - dU = 2.315 dan 4

- dL= 2.033, hasil uji autokorelasi dapat disajikan pada Tabel 4.10 :

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi (DW)


Uji Masalah
Model Persamaan d - Statistik Kesimpulan
Autokorelasi
Jumlah Penduduk
Tidak Ada
Miskin di 1.194 dL ≤ d ≤ dU
Keputusan
Indonesia

Berdasarkan hasil uji Autokorelasi (DW) menyimpulkan bahwa tidak terdapat keputusan

sehingga harus dilakukan Uji Run yang dinyatakan pada Tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11 Uji Run

Runs Test

Unstandardized
Residual

Test Valuea -307039.60250


Cases < Test Value 9
Cases >= Test Value 10
Total Cases 19
Number of Runs 7
Z -1.408
Asymp. Sig. (2-tailed) .159
a. Median
Sumber: BPS (Data diolah)

58
Uji Run digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak adanya autokorelasi dalam model

yang digunakan. Hasil uji runs dapat dilihat pada Tabel 4.11. Ternyata Z = -1,408, dengan

peluang 0,159. Nilai peluang lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa antar galat tidak

terdapat autokorelasi. Dimana H0 galat menyebar acak dan H1 galat tidak menyebar acak dan

hasil dari uji run pada Tabel 4.11 galat menyebar tidak acak. Jadi dapat di sebutkan bahwa

model bebas dari autukolerasi serial tetapi tidak acak

4.7.3 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel galat atau

residu memiliki sebaran normal. Berikut adalah hasil uji normalitas berdasarkan analisis

grafik :

Gambar 4.2 Diagram Normal Galat Pendugaan Regresi

Dilihat dari gambar4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa sebaran data galat menyebar

normal.Karena garis yang menggambarkan data sesungguhnya telah mengikuti garis

diagonal.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

59
Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap

jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2000-2018 dengan tingkat selang

kepercayaan 95% yaitu sebesar -1.101,932,788. Hal ini berarti setiap peningkatan

pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan mengurangi jumlah penduduk miskin di

Indonesia sebesar 1.101,932,788 jiwa.

2. Pengangguran memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap jumlah

penduduk miskin di Indonesia tahun 2000-2018 dengan tingkat selang kepercayaan

95% yaitu sebesar 599.591,481. Hal ini berarti setiap peningkatan pengangguran

sebesar 1% akan menambah jumlah penduduk miskin di Indonesia sebesar

599.591,481 jiwa.

3. Upah Minimum memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk

miskin di Indonesia tahun 2000-2018 dengan tingkat selang kepercayaan 95% yaitu

sebesar -5,071. Artinya jika upah minimum naik sebesar satu rupiah maka akan

menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 55,071 jiwa.

4. Berdasarkan uji F, pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan upah minimum

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia

tahun 2000-2018.

5. Berdasarkan Koefisien Determinasi (R²) dapat dikatakan bahwa 87.3% keragaman

variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh variabel bebas.

5.2 Saran

1. Dalam rangka mengentaskan kemiskinan di Indonesia, pemerintah perlu

memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan

menurunkan tingkat kemiskinan. Cara ini bisa dilakukan dengan menciptakan

lapangan pekerjaan, pendidikan, memberikan pengalaman kerja, mendorong investasi

dan mengembangkan teknologi.

60
2. Pemerintah perlu meningkatkan kapasitas kementerian tenaga kerja untuk

mengembangkan mekanisme pengaturan tenaga kerja yang efisien. Misalnya

mendorong investasi yang berorientasi pada investasi padat karya sehingga

penyerapan tenaga kerja menjadi lebih baik dan pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja

(BLK), maupun melalui program pemagangan baik di dalam maupun luar negeri.

Sebab dengan adanya mekanisme pengaturan tenaga kerja yang efesien akan

memberikan rasa tenang kepada tenaga kerja, meningkatkan kemampuan dan daya

saing tenaga kerja terhadap pengembangan teknologi dan apabila ini tertata dengan

baik maka akan menjadi efisien dalam mengurangi jumlah penduduk miskin.

3. Pemerintah perlu melakukan pengawasan dalam pelaksanaan peraturan terkait dengan

upah minimum. Misalnya, Pemerintah melihat, memeriksa, dan menyelidiki sendiri

apakah ketentuan perundang-undangan ketenagakerjaan sudah dilaksanakan, dan jika

tidak, mengambil tindakan yang wajar. Sebab upah minimum ini efektif dalam

mengurangi jumlah penduduk miskin.

4. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah

untuk terus mengupayakan berkurangnya jumlah penduduk miskin di Indonesia agar

terciptanya masyarakat yang makmur dan Indonesia maju.

61
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Dara P. Tolak Ukur Kemiskinan di Indonesia, www.radarplanologi.com, 2016


(Diakses November 2019)

Cahyaningtyas, Mira. 6 Faktor yang Menyebabkan Besar-Kecilnya Kompensasi


Karyawan, http://www.gadjian.com/blog/2019/04/12/6-faktor-yang-mempengaruhi-
besar-kecilnya-kompensasi-karyawan/, 2019 (Diakses 15 November 2019)

Case, Karl E, & fair, Ray C. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, Edisi je-5, Jakarta. PT
INDEKS, Kelompok Gramedia

Dornbusch, Rudiger,Stanley, Fischer, Richard,Startz. Makroekonomi, edisi kedelapan,


Jakarta: Media Global Edukasi, tahun 2014, hal. 62

Gozali, iman. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23, Edisi 8,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2013

BPS, Tenaga Kerja, http://www.bps.go.id, (Diakes November 2019)

Kiryanto, Ryan. Sektor Konsumsi Penyebab Rendahnya Ekonomi 2015, Okezone, https://
www.google.com/amp/s/economy.okezone.com/amp/2016/01/15/20/1289406/sektor-
konsumsi-penyebab-rendahnya-ekonomi-2015, 2016 (Diakses Januari 2020)

Kuncoro, M. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi Ketiga,


Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2003

Mankiew, Gregory N. Teori Makro Ekonomi, Edisi Ketiga, Jakarta: Erlangga, 2006

Octasari, Tania. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Dan


Tingkat Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun
2009-2013, 2016, Journal.student.uny.ac.id, Vo:5, No.6, hal.495-502

Purba, Elvis, Juliana L. Tobing, Dame,Esther.Ekonomi Indonesia, Edisi Kedua, cetakan


Kedua, Medan: Universitas HKBP Nommensen, 2012

62
Samosir, Matcher H. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja
Pemerintah, Dan Investasi Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia
Tahun 2000-2017, Medan: 2019 (Skripsi tidak diterbitkan)

Suhariyanto, Kompas, Penduduk Miskin Susut Tercepat di September 2017,


http://www.googlee.com/amp/kontan/co.id/news/penduduk-miskin-susut-tercepat-di-
september-2017 (Diakses Oktober 2019) 

Suhariyanto, Liputan 6, Jumlah Penduduk Miskin Turun, Ini penyebabnya, https://
m.liputan6.com/bisnis/read/2697185/jumlah-penduduk-miskin-turun-ini-penyebabnya,
2017 (Diakses Oktober 2019)

Suhariyanto, Kompas, Angka Pengangguran Turun Jadi 7,03 Juta Orang, https://
www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/money/read/2016/11/07/162203926/
angka.pengangguran.turun.jadi.7.03.juta.orang, 2016 (Diakses November 2019)

Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi: Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga


Keynesian Baru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000

Suparmoko, M. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,


1991

Susenas,2015, Peningkatan Jumlah Penduduk Miskin, https://www.google.com/amp/s/
kompas.com/amp/berita/2015/16/peningkatan-jumlah-penduduk-miskin/09/, 2015
( Diakes Januari 2020)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Bagian Kedua:


Pengupahan

Waruwu, Seri Jefri Adil. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Bela
nja Pemerintah, Dan Investasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 
1995-2014, Yogyakarta: Universitas SanataDharma, 2016 (Skripsi diterbitkan)

Widarjono, Agus. Ekonometrika Pengantar Dan Aplikasinya, Edisi 4, Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2013

63
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yabes Oberatus Gulo

Tempat/Tanggal Lahir : Koendrafo, 02 Oktober 1996

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Brigjen Zein Hamid, No.22

Anak ke : 4 (Empat) dari 4 (empat) bersaudara

Nama Ayah : Lulusokhi Gulo (alm)

Nama Ibu : Yutiba Ndruru

PENDIDIKAN

1. Tahun 2010 : Lulus SD Methodist 4 Medan


2. Tahun 2013 : Lulus SMP Methodist 4 Medan
3. Tahun 2016 : Lulus SMA Methodist 4 Medan
4. Tahun 2020 : Lulus Universitas HKBP Nommensen Medan.

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, Maret 2020

Penulis,

Yabes Oberatus Gulo


NPM : 16530033

64
65
66
67
1

Anda mungkin juga menyukai