Dalam kegiatan menulis memang ada banyak hal sederhana namun wajib dipahami,
salah satunya adalah paham penempatan huruf kapital atau huruf besar. Menulis dijamin akan
sangat familiar dengan penulisan huruf besar tersebut.
Hanya saja, penempatannya tentu tidak biasa asal-asalan seperti disesuaikan dengan
kondisi mood saat menulis atau karena memang suka ditempatkan di situ. Alasan ini tentu
keliru, karena penempatan huruf besar ada aturan khususnya.
Penggunaan huruf kapital memang tidak bisa asal-asalan, karena aktualnya ada sejumlah
aturan yang menyertainya. Jadi, jika hendak menulis karya ilmiah maupun karya tulis non-
ilmiah dalam bentuk buku. Sebaiknya paham aturan penggunaanya.
1. Awal Kalimat
Waktu tepat pertama untuk membubuhkan huruf kapital dan bukannya huruf kecil adalah di
awal kalimat. Hal ini tentu diketahui oleh semua orang dan sudah dipelajari sejak masuk
bangku Sekolah Dasar (SD).
Setiap awal kalimat baik itu di paragraf pertama maupun kalimat kedua, ketiga, keempat, dan
seterusnya dalam paragraf akan memakai huruf besar. Jadi, setelah tanda titik maka untuk
memulai kalimat baru akan digunakan huruf besar tadi.
Contohnya adalah:
Dia menulis sebuah catatan. Berharap bisa menulis sebuah buku.
Apa maksudnya? Kuharap dia tidak mencoba melakukan hal buruk.
Kita semua harus bekerja keras. Sebab kesuksesan tidak bisa hanya turun dari langit tanpa
diusahakan.
2. Petikan Langsung
Selain digunakan untuk memulai suatu kalimat dan paragraf, huruf besar juga dipakai untuk
memulai sebuah petikan. Petikan ini biasanya muncul untuk memulai perkataan seseorang,
baik yang menjadi sumber maupun objek tulisan tersebut.
Khususnya untuk kalimat yang susunannya memang dibuat sama persis dengan yang
diucapkan oleh yang mengatakannya. Mudah ditemui dalam novel, artikel di surat kabar, dan
sebagainya.
Contohnya adalah:
Rini kemarin bertanya kepada Dika mengenai buku favoritnya, “Dika, kamu tahu judul buku
favorit aku yang sering tak baca di depan rumah?”.
Adik bertanya, “Kapan kita akan pulang?”
"Aku yang menemukannya," kata dia, "kutemukan saat perjalanan ke sini."
3. Menulis Nama Seseorang
Penggunaan huruf kapital juga dilakukan saat menulis nama seseorang, hal ini juga berlaku
untuk julukan. Jadi pada saat menuliskan nama orang, maka wajib memakai huruf besar di
awal.
Begitu pula jika ada julukan di depan nama tersebut, maka di julukan dan nama masing-
masing menggunakan satu huruf besar.
Contohnya adalah:
Wage Rudolf Supratman adalah pencipta lagu kebangsaan di tanah air.
Salah satu pejuang emansipasi wanita di tanah air adalah Dewi Sartika.
Contoh nama julukan:
Jenderal Kancil
Bapak Koperasi
Ayam Jantan dari Timur
4. Penulisan Gelar
Penulisan gelar yang dimiliki seseorang juga dimulai dengan huruf kapital dan ini berlaku
untuk semua jenis gelar. Gelar ini bisa berupa gelar pendidikan, gelar profesi, gelar
keagamaan, gelar akademik, dan lain sebagainya.
Sehingga semua jenis gelar wajib ditulis dengan huruf besar tersebut, tujuannya untuk
memberi tanda bahwa kata tersebut adalah gelar. Sekaligus sebagai penghormatan terhadap
sosok yang gelar dan namanya disebut.
Contohnya sendiri adalah:
Adit Suharman, S.H (Sarjana Hukum), K.H (Kiai Haji) Ahmad Dahlan, Raden Roro Ningsih,
dan lain sebagainya.
Pahlawan wanita cukup banyak, dan salah satunya adalah Raden Ajeng Kartini (gelar
keturunan)
Siapa yang menulisnya? Ternyata adalah Haji Agus Salim (gelar keagamaan)
Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan kata yang bermakna keturunan atau 'anak dari',
seperti bin, binti, boru, atau van.
Berikut contoh penulisannya:
Siti Kuswandari binti Hakim
Ludwig van Beethoven
Jalaludin boru Sitanggang
5. Huruf kapital dalam sapaan gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, dan
nama jabatan
Berikut contoh kalimatnya:
Selamat malam, Dokter.
Mohon bantuannya, Prof.
Terima kasih, Kiai.
Izin melapor, Jenderal.
Selamat datang, Yang Mulia.
6. Nama Tempat
Penggunaan berikutnya dari huruf kapital adalah ditujukan untuk nama tempat dan geografi.
Misalnya:
Sungai Ciliwung
Jalan Diponegoro
Pulau Bali
Huruf kapital juga tidak digunakan dalam nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis.
Nama jenis adalah nama yang dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain
dalam kelompoknya.
Berikut contohnya:
gula jawa jeruk bali (Citrus maxima)
kunci inggris
petai cina (Leucaena glauca)
Sementara yang bukan nama jenis antara lain:
batik Cirebon
bakpia Yogyakarta
film Korea
tarian Sumatera Selatan
Referensi:
- https://www.duniadosen.com/huruf-kapital/
- https://tirto.id/penggunaan-huruf-kapital-menurut-puebi-dan-contohnya-gbuj