Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK 2 : BAHASA INDONESIA

TATA EJAAN

DISUSUN OLEH :
1. MUHAMAD MAULANA (2211021016)
2. CHRISTIAN TOMI (2211021017)
3. WAYAN NANDA AMELIA P (2211021018)
4. ZALFA LARISA (2211021019)
5. RYAN HIDAYAD (2211021020)
6. ANANDHA PUTRY V (2211021021)
7. AGENG JULITASARI (2211021022)
8. MARTHA DELLA P (2211021023)
9. RIFA ANBAR WULAN A (2211021024)
10. NAURAH WAFA NITISARA (2211021025)
11. INTAN AMBARSARI SIHALOHO(2211021026)
12. REZA AULIA (2211021027)
13. SALSADILLA CHARISA P (2211021028)
14. KHOIRUNNISA(2211021029)
15. ANASTASYA BR TUMEANG(2211021030)
16. GITARA DHEA PRAMUDITA (2211021031)
TATA EJAAN DALAM BERBAHASA
keseluruhan peraturan tentang bagaimana menggunakan lambang-
lambang bunyi bahasa dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang
tersebut (pemisahan dan penggabungannya)

Selanjutnya kami akan membahas materi tentang Penggunaan


huruf kapital dan penggunaan huruf miring.

PENGGUNAAN HURUF KAPITAL


Dalam kegiatan menulis memang ada banyak hal sederhana namun
wajib dipahami, salah satunya adalah paham penempatan huruf kapital
atau huruf besar. Menulis dijamin akan sangat familiar dengan penulisan
huruf besar tersebut. 

Mengapa Penempatan Huruf Kapital Tidak Boleh Salah? 


Kegiatan menulis tidak hanya berisi kegiatan menuangkan apa yang ada
dalam pikiran ke dalam sebuah tulisan, baik di kertas maupun di aplikasi
digital. Misalnya di Microsoft Word maupun aplikasi menulis lainnya. 

Melainkan juga melibatkan beberapa hal, salah satunya hal-hal teknis dalam
kegiatan menulis tersebut. Berhubungan dengan penggunaan huruf kapital,
spasi, tanda baca, dan lain sebagainya. 

Tujuannya tentu saja agar hasil tulisan bisa lebih mudah dipahami, mudah
untuk dibaca, dan lain sebagainya. Kesalahan dalam tanda baca akan
mempengaruhi intonasi seseorang saat membacanya. 

Fungsi dan Penggunaan Huruf Kapital


Jika ingin aktif dan produktif menjadi penulis, masalah tanda baca,
menyusun kalimat, dan juga penempatan huruf kapital harus paham dan
hafal diluar kepala. Membantu memahami bagaimana penulisan huruf besar
dalam sebuah tulisan. 
1. Awal Kalimat 
Waktu tepat pertama untuk membubuhkan huruf kapital dan bukannya huruf
kecil adalah di awal kalimat. Hal ini tentu diketahui oleh semua orang dan
sudah dipelajari sejak masuk bangku Sekolah Dasar (SD). 

Setiap awal kalimat baik itu di paragraf pertama maupun kalimat kedua,
ketiga, keempat, dan seterusnya dalam paragraf akan memakai huruf besar.
Jadi, setelah tanda titik maka untuk memulai kalimat baru akan digunakan
huruf besar tadi. 

Contohnya adalah: 

Dia menulis sebuah catatan. Berharap bisa menulis sebuah buku. 

Apa maksudnya? Kuharap dia tidak mencoba melakukan hal buruk. 

Kita semua harus bekerja keras. Sebab kesuksesan tidak bisa hanya turun
dari langit tanpa diusahakan

2. Petikan Langsung 
Selain digunakan untuk memulai suatu kalimat dan paragraf, huruf besar
juga dipakai untuk memulai sebuah petikan. Petikan ini biasanya muncul
untuk memulai perkataan seseorang, baik yang menjadis umber maupun
objek tulisan tersebut. 
Khususnya untuk kalimat yang susunannya memang dibuat sama persis
dengan yang diucapkan oleh yang mengatakannya. Mudah ditemui dalam
novel, artikel di surat kabar, dan sebagainya. 

Contohnya adalah: Rini kemarin bertanya kepada Dika mengenai buku


favoritnya, “Dika, kamu tahu judul buku favorit aku yang sering tak baca di
depan rumah?”.

 Adik bertanya, “Kapan kita akan pulang?”

“Besok malam,” katanya, “Semua orang akan pergi naik kereta.”

3. Menulis Nama Seseorang 


Penggunaan huruf kapital juga dilakukan saat menulis nama seseorang, hal
ini juga berlaku untuk julukan. Jadi pada saat menuliskan nama orang,
maka wajib memakai huruf besar di awal. 

Begitu pula jika ada julukan di depan nama tersebut, maka di julukan dan
nama masing-masing menggunakan satu huruf besar.

Contohnya adalah: Jenderal Soedirman, Dokter Aji, dan lain sebagainya. 

Wage Rudolf Supratman adalah pencipta lagu kebangsaan di tanah air.

Salah satu pejuang emansipasi wanita di tanah air adalah Dewi Sartika.

Tokoh Hades dalam sebuah film digambarkan sebagai seorang Dewa


Pedang.

4. Penulisan Gelar 
Penulisan gelar yang dimiliki seseorang juga dimulai dengan huruf kapital
dan ini berlaku untuk semua jenis gelar. Gelar ini bisa berupa gelar
pendidikan, gelar profesi, gelar keagamaan, gelar akademik, dan lain
sebagainya. 

Sehingga semua jenis gelar wajib ditulis dengan huruf besar tersebut,
tujuannya untuk memberi tanda bahwa kata tersebut adalah gelar.
Sekaligus sebagai penghormatan terhadap sosok yang gelar dan namanya
disebut. 
Contohnya sendiri adalah: Adit Suharman, S.H (Sarjana Hukum), K.H (Kiai
Haji) Ahmad Dahlan, Raden Roro Ningsih, dan lain sebagainya. 

Pahlawan wanita cukup banyak, dan salah satunya adalah Raden Ajeng
Kartini (gelar keturunan)

Siapa yang menulisnya? Ternyata adalah Haji Agus Salim (gelar


keagamaan)

Pak Irwan sekarang merupakan seorang Magister Humaniora (gelar


akademik).

Selamat datang kepada Kyai Imron (sapaan gelar keagamaan).

5. Nama Tempat 
Penggunaan berikutnya dari huruf kapital  adalah ditujukan untuk nama
tempat dan geografi. Misalnya: Sungai Ciliwung, Jalan Diponegoro, Pulau
Bali, dan lain sebagainya. 

Hanya saja untuk nama tempat dan geografi ini tidak berlaku lagi memakai
huruf besar jika fungsinya sebagai pelengkap.

Misalnya adalah kata “jeruk bali”, dimana kata “Bali” tidak merujuk pada
“Pulau Bali” melainkan hanya sebagai pelengkap saja. 

6. Penulisan Jabatan atau Pangkat 


Penulisan terhadap jabatan, pangkat, dan nama instansi dimana jabatan
tersebut dimiliki juga ditulis dengan huruf kapital  di masing-masing kata.
Jadi, jika jabatan ini terdiri dari tiga kata maka di setiap kata akan memakai
huruf besar. 

Contohnya seperti penulisan “Gubernur DKI Jakarta”, “Sekretariat Jenderal


Kementerian Kesehatan Indonesia”, dan lain sebagainya. 

S.H (Sarjana Hukum).

M.M (Magister Manajemen).

K.H (Kyai Haji)


7. Nama Lembaga, Badan, Negara, dan Organisasi 
Huruf kapital juga digunakan untuk menulis nama lembaga, badan, negara,
dan juga termasuk penulisan nama organisasi. Jika di dalam nama badan
tersebut ada kata penghubung seperti ke, di, dari, dan semacamnya. 

Maka penulisan kata penghubung akan memakai huruf kecil, sebab


fungsinya sebagai penghubung atau pelengkap. Sedangkan kata diluar kata
penghubung nantinya memakai huruf besar.

Contohnya adalah: “Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa”, “Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan”, dan lain sebagainya. 

Beliau adalah anggota dari Ikatan Ahli Kesehatan Indonesia.

Negara Republik Indonesia.

8. Judul Sebuah Tulisan 


Huruf besar atau huruf kapital juga dipakai ketika menyebut judul suatu
tulisan di dalam sebuah karangan atau karya tulis. Sehingga ketika
menyebutkan judul buku, surat kabar, majalah, karangan, dan sebagainya
akan memakai huruf besar. 

Contohnya seperti “Surat Kecil untuk Tuhan”, “Perahu Kertas”, “Negeri 5


Menara”, dan lain sebagainya. Jadi, untuk kata penghubung di dalam judul
nantinya memakai huruf kecil dan selain itu memakai huruf besar. 

Tulisan tersebut ternyata sudah dimuat di dalam majalah Horison.

Dia sendiri merupakan agen dari surat kabar Suara Merdeka.

Naskah tersebut berjudul Hari Kebangkitan Pancasila.

9. Nama Bangsa, Suku, dan Bahasa 


Penulisan untuk bangsa, suku, dan juga jenis bahasa di dunia juga
menggunakan huruf kapital. Sehingga saat menulis bahasa penting untuk
memakai huruf besar di semua awal kata.

Misalnya “Bahasa Indonesia”, “Bahasa Inggris”, “Suku Dayak”, “Bangsa


Melayu”, dan lain sebagainya. 
10. Nama untuk Tahun, Bulan, dan Hari 
Huruf besar juga dipakai untuk menulis nama tahun, bulan, dan juga hari.
Sehingga penulisan tanpa angka terhadap ketiganya nanti akan dimulai dari
huruf besar.

Contohnya seperti: Bulan Muharram, Hijriyah, Hari Natal, Idul Fitri, dan lain
sebagainya. 

Bulan Mei besok dirinya akan berulang tahun.

Momen hari lebaran besok perlu diisi dengan kegiatan yang bermanfaat.

Sekarang adalah 1445 tahun Hijriyah.

11. Nama untuk Agama, Kitab Suci, dan Tuhan 


Huruf besar juga digunakan pada saat menyebut agama, kitab suci, dan
juga Tuhan dalam sebuah tulisan.

Misalnya menuliskan Tuhan Yang Maha Esa, Islam, Katolik, Budha, Al-
Qur’an, Injil, dan lain sebagainya. 

Terima kasih atas rahmat-Mu Ya Allah.

Setiap kali membaca Alkitab, perempuan tersebut menangis haru.

Dia merupakan penganut Islam yang terbilang taat.

Penggunaan huruf kapital memang tidak bisa asal-asalan, karena aktualnya


ada sejumlah aturan yang menyertainya. Jadi, jika hendak menulis karya
ilmiah maupun karya tulis non-ilmiah dalam bentuk buku. Sebaiknya paham
aturan penggunaanya sesuai penjelasan di atas. 
PENGGUNAAN HURUF MIRING
Penggunaan huruf miring pada bahasa Indonesia tentu memiliki berbagai
fungsi dan cara penggunaannya masing-masing. Tentu saja penggunaan
dan fungsi tersebut disesuaikan dengan konteks yang digunakan saat
menulis sebuah kalimat. Seperti yang dijelaskan tadi, aturan yang
mengikat atau peraturan cara menulis huruf miring diatur dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Pada dasarnya, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ini


mengatur berbagai macam jenis dan tata cara penggunaan huruf, kata,
tanda baca, dan lain sebagainya, termasuk cara atau penggunaan huruf
miring yang tepat, sehingga dalam penulisannya, huruf miring bisa
digunakan sesuai fungsinya.

Aturan Penggunaan Huruf Miring


Setelah memahami mengenai pengertian huruf miring, maka Anda juga harus
memahami bagaimana aturan penggunaan huruf miring yang tepat dan sesuai
dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pada dasarnya,
ada beberapa aturan penggunaan huruf miring atau cara menulis huruf cetak
miring yang tepat.

1. Penulisan Nama Buku, Majalah, dan Surat Kabar di Dalam Kutipan


Tulisan
Penulisan huruf miring dalam cetakan biasanya memang dipakai untuk
menuliskan nama atau judul buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip di
dalam sebuah tulisan. Misalnya pada tulisan yang memuat judul skripsi, judul
tesis, judul disertasi, judul buku, dan lain sebagainya yang dijadikan rujukan.

Contoh penulisannya misalnya:

– Buku Sejarah Indo2nesia sudah memuat berbagai teori mengenai rujukan


yang digunakan untuk penulis.
– Melalui Buku Negarakertagama karangan Prapanca, penulis bisa
mendapatkan berbagai informasi mengenai sejarah pada masanya
– Surat kabar Kompas yang terbit 9 Desember 2021 memuat mengenai berita
bencana erupsi Gunung Semeru yang berada di Jawa Timur.
2. Ditulis untuk Mengkhususkan Huruf
Huruf miring di dalam sebuah cetakan juga bisa ditulis atau digunakan
untuk menegaskan atau mengkhususkan suatu huruf, bagian kata, kata,
atau bahkan kelompok kata.

Contoh penulisannya misalnya:

– Tulisan ini tidak bermaksud untuk memengaruhi pembaca agar dapat


percaya, tetapi hanya sebagai media informasi yang seimbang dan
pelengkap teori pada penelitian sebelumnya.

3. Menulis Nama Ilmiah


Huruf miring dalam cetakan juga biasanya digunakan untuk menuliskan
nama ilmiah atau sebuah ungkapan asing. Hal ini tidak berlaku pada
sebuah ungkapan nama ilmiah atau ungkapan asing yang ejaannya
sudah disesuaikan.

Contoh penulisannya misalnya:

– Mi instan kerap dipercaya sebagai makanan yang memiliki


kandungan monosodium glutamat yang tidak baik untuk kesehatan
sehingga tidak disarankan dikonsumsi setiap hari.

Contoh Penggunaan Huruf Miring

Selain berbagai contoh yang sudah disebutkan di dalam aturan penulisan


huruf miring di atas, di bawah ini akan diberikan beberapa contoh lagi
mengenai penggunaan huruf miring agar Anda tidak lagi bingung
menentukan apakah kata yang Anda tulis harus menggunakan huruf
yang dicetak miring atau tidak.

– Isilah soal pilihan ganda di bawah ini dengan cara melingkari jawaban


yang benar!
– Kode +62 merupakan kode yang digunakan oleh pengguna nomor
ponsel dan nomor telepon di Indonesia.
– Di negara Islandia, ternyata tidak ada ular.
– Novel favorit saya adalah ‘Negeri 5 Menara’ karya Ahmad Fuadi sangat
laku di pasaran.
– Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.
– Berita mengenai varian baru Covid-19 yakni varian Omicron sudah jelas
dipaparkan dalam surat kabar Kompas sejak beberapa waktu yang lalu

Anda mungkin juga menyukai