Anda di halaman 1dari 19

TUJUAN

Dalam subtopik ini dibahas tentang EYD yang terdiri atas sub-subtopik yang meliputi:
(1) pemakaian huruf besar atau kapital, (2) pemakaian huruf miring, (3) pemakaian
tanda baca, (4) pemenggalan kata, (5) singkatan dan akronim.
Setelah mempelajari subtopik ini, diharapkan mahasiswa mampu:
Mahasiswa memiliki kemampuan untuk memahami dan menerapkan pemakaian EYD
dalam tulisan ilmiah, yang meliputi:.
1. Pemakaian Huruf Besar atau Kapital,
2. Pemakaian Huruf Miring,
3. Pemakaian Tanda Baca,
4. Pemenggalan Kata,
5. Singkatan dan Akronim.

pemahaman

tentang ejaan yang disempurnakan dalam bahasa

Indonesia mutlak diperlukan ketika seseorang akan menulis sebuah laporan.


Aturan-aturan yang ada dalam EYD merupakan rambu-rambu untuk membuat
tulisan yang baik dan meminimalkan terjadinya kesalahan penafsiran terhadap
tulisan tersebut.

2.1 Pemakaian Huruf Besar atau Kapital

Dalam khasanah penulisan sebagai sebuah proses kreatif, huruf besar


atau kapital memiliki peran yang besar. Hal itu berkaitan dengan pemakaian
huruf besar atau kapital yang tidak dapat dilepaskan dalam kegiatan tulismenulis, khususnya dalam penulisan ilmiah. Oleh karena itu, sangat perlu bagi
mahasiswa untuk mengetahui kaidah-kaidah pemakaian huruf besar atau
kapital. Pemakaian huruf besar atau kapital mengacu pada hal-hal berikut.

Bahasa Indonesia Kontekstual

20

1) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kata dalam sebuah
kalimat.
Contoh:

Mahasiswa baru sedang mengikuti Ormaba.


Ormaba dilaksanakan selama enam hari.
Dalam Ormaba, mahasiswa baru dikenalkan kehidupan
kampus.

2) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh:

Joni bertanya, Kapan kita berangkat ke kampus?


Setengah jam lagi, jawab Tomi.
Kemarin kau terlambat, sela Roni, Ayo berangkat
sekarang!

3) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:

Allah
Yang Mahakasih
Yang Maha Pengasih
Alquran atau Quran
Islam
Tuhan pasti memberi petunjuk kepada umat-Nya.

4) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:

Haji Ahmad Ridwan (H. Ahmad Ridwan)


Mahaputra Yamin
Nabi Ibrahim
Sultan Hasanudin

Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai apabila penulisan gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan tidak diikuti nama orang.
Contoh:

Para jamaah haji sedang berkumpul di bandara.


Muhammad Yamin mendapatkan gelar mahaputra dari
presiden.
Nabi Sulaiman dikenal sebagai nabi yang kaya raya dan
banyak ilmunya.
Hasanudin diangkat menjadi sultan.

Bahasa Indonesia Kontekstual

21

5) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh:

Gubernur Imam Utomo


Presiden Susilo Bambang Yudoyono
Jenderal Ahmad Yani

Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai apabila penulisan nama
jabatan dan pangkat tidak diikuti nama orang.
Contoh:

Presiden SBY sedang berdialog dengan para gubernur.


Para petani dan nelayan mengadukan nasibnya kepada
presiden.
Mayor Jenderal Ahmad Yani mendapatkan kenaikan pangkat
menjadi jenderal setelah peristiwa G30S/PKI.

6) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang.
Contoh:

Fauzin
Nurus Zaman
Priyono Tri Febrianto

7) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
ras, dan bahasa.
Contoh:

bangsa Indonesia
suku Madura
ras Cina
bahasa Jawa

Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai apabila penulisannya
tidak menunjukkan nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contoh:

mengindonesiakan kata-kata asing


kemadura-maduraan
mebel cina
gula jawa

8) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:

tahun Masehi
bulan Agustus
hari Senin

Bahasa Indonesia Kontekstual

22

hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan,

Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.

memproklamasikan kemerdekaan

9) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam
geografi.
Contoh:

Asia Tenggara
Bukit Barisan
Selat Madura
Danau Toba
Gunung Semeru
Kali Mas
Teluk Benggala

Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Contoh:

Anak itu menunjuk ke arah tenggara.


Daerah wisata itu berbukit-bukit.
Para nelayan sedang menyeberangi selat yang ganas.
Berdayung di danau sangat menyenangkan.
Panorama gunung di Indonesia menakjubkan.
Anak-anak sedang mandi di kali.
Kapal asing itu sedang berlayar ke teluk.

10) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama
dokumen resmi, kecuali konjungsi (kata hubung).
Contoh:

Republik Indonesia
Majelis Permusywaratan Rakyat
Departemen Pendidikan Nasional
Undang-Undang Dasar 1945
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Bahasa Indonesia Kontekstual

23

Contoh:

Negara Indonesia berbentuk republik.


Kerjasama antara pemerintah dan rakyat harus selalu
ditumbuhkembangkan.
Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan nasional.
Peraturan itu didasarkan pada undang-undang yang berlaku.

11) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh:

Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Guru dan Dosen

12) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata
(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali konjungsi yang tidak
terletak pada posisi awal.
Contoh:

13)

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke


Roma.
Setiap pagi, ia membaca harian Jawa Pos.
Para mahasiswa menyelesaikan makalah Asas-Asas Hukum
Perdata.

Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan,
nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Contoh:

Dr.
dr.
S.H.
S.Kom.
S.S.
S.E.
S.Pd.
M.H.
M.Hum.
M.Pd.
Prof.
Sdr.

doktor
dokter (sebagai bentuk perkecualian)
sarjana hukum
sarjana komunikasi
sarjana sastra
sarjana ekonomi
sarjana pendidikan
master hukum
master humaniora
master pendidikan
profesor
saudara

Bahasa Indonesia Kontekstual

24

14)

Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai kata sapaan, acuan, dan kata
ganti.
Contoh:

Kapan Bapak berangkat?


Surat Saudara sudah saya baca.
Para ibu mengunjungi Ibu Ahmadi.
Sudahkah Anda mengerti?

2.2 Pemakaian Huruf Miring

Sama halnya dengan huruf besar atau kapital, dalam penulisan ilmiah
keberadaan huruf miring juga memiliki peranan yang penting. Dalam penulisan
ilmiah, huruf miring digunakan pada hal-hal sebagai berikut.
1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:

2) Huruf

Buku Negarakertagama dikarang oleh Mpu Prapanca.


Perkembangan majalah Bahasa dan Kesusastraan sangat
memprihatinkan.
Setiap pagi ayah membaca surat kabar Republika.

miring

dalam

cetakan

dipakai

untuk

menegaskan

atau

mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.


Contoh:

3)

Huruf pertama kata abad adalah a.


Dalam pembahasan ini tidak dibicarakan masalah pelikpelik hukum di Indonesia
Buatlah kalimat dengan geli hati.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku


dalam penulisan daftar pustaka.
Contoh:

4)

Moeliono, Anton M (ed.). 1992. Tata Bahasa Baku Bahasa


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama


ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:

Politik devide et impera pernah merajalela di negara kita.

Bahasa Indonesia Kontekstual

25

Weltanschauung antara lain diterjemahkan


pandangan dunia.
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.

menjadi

Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan
dicetak miring diberi satu garis di bawah kata tersebut.
2.3 Pemakaian Tanda Baca

Deretan huruf yang membentuk kata, deretan kata yang membentuk


frase, dan lebih luas akan membentuk klausa dan kalimat tidak akan berarti
tanpa adanya tanda baca. Kesatuan makna dalam kalimat dapat diwujudkan
apabila ada tanda baca. Tanpa tanda baca, tidak akan terbentuk kalimat.
Dengan demikian, kedudukan tanda baca juga merupakan unsur terpenting
dalam berbahasa, khususnya ragam tulis. Oleh karena itu, dalam pembahasan
ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pemakaian tanda baca,
meliputi: (1) titik, (2) koma, (3) titik koma, (4) titik dua, (5) petik, dan (6) petik
tunggal. Pemilihan keenam tanda baca tersebut didasarkan pada

keajegan

keenam tanda baca itu digunakan dalam penulisan ilmiah.


2.3.1

Tanda Titik (.)

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan, merupakan pernyataan.
Contoh:

Setiap pagi aku pergi ke kampus UTM.


Dosen-dosen UTM ramah-ramah.
Perkuliahan dilaksanakan dengan tepat waktu.

b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Contoh:

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

Bahasa Indonesia Kontekstual

26

II. Kajian Pustaka


2.1 Teori Jender
2.1.1 Jender dan Ketidakadilan
2.1.2 Marginalisasi Perempuan
2.1.3 Stereotip Perempuan
2.2 Konsep Feminisme
2.2.1 Konsep Perempuan dan Pembangunan
2.2.2 Konsep Perempuan dan Pemimpin
2.2.3 Konsep Perempuan dan Keluarga

Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau itu merupakan
yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Contoh:

pukul 1.30.15 (pukul 1 lewat 30 menit 15 detik)

d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan rentang/jangka waktu.
Contoh:

1.30.15 jam (1 jam, 30 menit, 15 detik)


0.50.45 jam (50 menit, 45 detik)

e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, tahun, judul tulisan, yang
tidak berakhir dengan tanda tanya dan seru, dan tempat terbit dalam
daftar pustaka.
Contoh:

Rendra. 1993. Blues untuk Bonnie. Jakarta: Pustaka Jaya

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau


kelipatannya.
Contoh:

Ibu membeli gula seharga Rp 5.500,00 perkilogram.


Pulau Madura dihuni tidak kurang 2.500.000 jiwa.
Akibat Tsunami, diperkirakan 120.000 orang tewas.

Akan tetapi, tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan


ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Bahasa Indonesia Kontekstual

27

Contoh:

Bung Tohir lahir pada tahun 1971.


Rekening tabungannya bernomor 9876543210.

g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, table, dan sebagainya.
Contoh:

Layar Terkembang (judul roman)

Bab III Metode Penelitian


Romantisme dalam Sastra Indonesia Mutakhir

h. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal
surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Contoh:

Jalan Raya Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan


17 Agustus 2007
Yang terhormat
Saudara Ali Hisyam
Jalan Raya Cendana 17 Surabaya
atau
Universitas Trunojoyo
Jalan Raya Telang PO BOX 2 Kamal
Bangkalan

2.3.2 Tanda Koma (,)


a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Contoh:

Ani membeli kertas, pensil, pena, dan tinta.


Dimulai dari aba-aba satu, dua, tiga, para pelari memulai
perlombaan.

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau
melainkan.
Contoh:

Saya ingin datang, tetapi kau tidak mengundangku.


Parto tidak bodoh, melainkan malas belajar.

Bahasa Indonesia Kontekstual

28

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk


kalimat jika anak kalimat mendahului induk kalimat.
Contoh:

Ketika hujan turun, adik kedinginan.


Karena sibuk mengerjakan tugas, ia lupa akan janjinya.

Akan tetapi, tanda koma tidak dipakai apabila anak kalimat terletak
setelah induk kalimat.
Contoh:

d.

Adik kedinginan ketika hujan turun.


Ia lupa akan janjinya karena sibuk mengerjakan tugas.

Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan


penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:

e.

... Namun, kita belum berbuat maksimal.


... Akan tetapi, ia tetap menjalani hukuman kurungan.
Jadi, kemiskinan tetap menghantui masyarakat kita.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari


bagian lain dalam kalimat.
Contoh:

Ibu berkata, Tadi pagi saya membeli beras dan ikan.


Aminah tadi pagi membaca koran, kata Ahmad.

Akan tetapi, tanda koma tidak dipakai apabila kalimat dalam petikan
langsung tersebut berakhir dengan tanda seru atau tanya.
Contoh:

f.

Kau akan pergi kemana? tanya ibu.


Jangan kau petik bunga itu! kata ayah.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru dari kata lain
dalam kalimat.
Contoh:

g.

Aduh, kakiku sakit.


O, begitu?
Belajar yang rajin, ya, biar nilainya bagus.

Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagianbagian alamat, (iii) tempat dan tanggal surat, (iv) nama tempat dan
wilayah atau negara yang ditulis berurutan.
Contoh:

Saudara Sholahuddin, Perum Giri Asri O-19, Gresik

Bahasa Indonesia Kontekstual

29

h.

Surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas


Hukum, Universitas Trunojoyo, Jalan Raya Telang PO
Box 2, Kamal, Bangkalan
Surabaya, 27 Agustus 2007
Jakarta, Indonesia

Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang


dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh:

i.

Badudu, Yus. 1985. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia.


Bandung: Pustaka Prima.

Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.


Contoh:

j.

W.J.S. Poerwadarminto, Bahasa Indonesia untuk


Karang-mengarang (Yogyakarta: Indonesia, 1976), hlm.
4.

Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik


yang mengikutinya.
Contoh:

k.

Muhammad Munir, S.H.


Dr. Rahmat Hidayat, S.T., M.T.

Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara


rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:

l.

75,25
Rp 1.500,00
Rp 15.000,50

Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang


sifatnya tidak membatasi.
Contoh:

Ani, gadis yang berbaju merah itu, manis sekali.


Semua mahasiswa baru, laki-laki dan perempuan,
mengikuti Ormaba.

2.3.3 Tanda Titik Koma (;)


a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis atau setara.

Bahasa Indonesia Kontekstual

30

Contoh:

Malam semakin larut; pekerjaan belum selesai juga.

b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung


untuk memisahkan

bagian kalimat yang setara dalam kalimat

majemuk.
Contoh:

2.3.4

Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sedang memasak;


adik asyik bermain di halaman.

Tanda Titik Dua (:)

a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
diikuti rangakaian atau pemerian.
Contoh:

Kita sekarang memerlukan alat-alat tulis kantor: kertas,


pena, pensil, dan tinta.

Akan tetapi, tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian tersebut
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:

Kau akan pergi kemana? tanya ibu.

b. Tanda titik dua dapat dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Contoh:

Ketua: Ahmadun Yos


Sekretaris: Handarbeni
Bendahara: Lasi

c. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul
suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
daftar pustaka.
Contoh:

Jawa Pos, XXXVI (2007), 24:7


Surat Yasin:9

Bahasa Indonesia Kontekstual

31

2.3.5

Karangan Abdul Chaer, Semantik Bahasa Indonesia:


Sebuah Pengantar
Trimansyah, Bambang. 1998. Jurnalistik untuk Remaja.
Bandung: Grafindo

Tanda Petik ()

a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan


dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:

b.

Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, Bahasa negara ialah


bahasa Indonesia.

Tanda petik mengapit judul syair, karangan atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Contoh:

c.

Bacalah Bola Lampu dalam buku Dari Suatu Masa,


dari Suatu Tempat.
Karangan Sulaiman yang berjudul Stereotipe dan
Kekerasan terhadap Perempuan dalam Novel Indonesia
Mutakhir.
Sajak Aku dikarang oleh Chairil Anwar.

Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau


kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:

d.

Pekerjaan itu dilakukan dengan cara coba dan ralat


saja.
Saya geregetan melihat tingkah anak itu.

Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di


belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai
dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:

2.3.6

Karena hidungnya mancung, ia dijuluki Si Beo.


Bung Karno dan Bung Hatta disebur proklamator
bangsa Indonesia.

Tanda Petik Tunggal ()

a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan


lain.

Bahasa Indonesia Kontekstual

32

Contoh:

Tanya Edi, Kau dengar bunyi kring-kring tadi?

b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata


atau ungkapan asing.
Contoh:

feed-back balikan

2.4 Suku Kata (Pemenggalan kata)


Pemenggalan kata bersangkutan dengan penulisan kata yang belum selesai
dalam satu larik. Aturan-aturan suku kata tersebut, meliputi kata dasar, kata
berimbuhan, dan kata yang terdiri atas dua unsur.
2.4.1 Pemenggalan Kata Dasar
Pemenggalan kata dasar dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Jika di tengah kata terdapat huruf konsonan di antara dua buah huruf
vokal, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan.
Contoh: ba-pak, mu-ta-khir, ke-nang, ka-kek, de-ngan, ba-rang
2) Jika di tengah kata terdapat vokal berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara dua vokal tersebut.
Contoh: ma-in, sa-at, bu-at, bu-ah, si-ap, ri-el
3) Jika di tengah kata terdapat konsonan berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara dua konsonan tersebut.
Contoh: man-di, cap-lok, makh-luk, Ap-ril, pab-rik, bang-sa, swas-ta
4) Jika di tengah kata terdapat tiga buah konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara konsonan yang pertama dengan yang kedua.
Contoh: in-stru-men, ul-tra, in-fra, ben-trok, bang-krut, kom-pleks
2.4.2 Pemenggalan Kata Berimbuhan
Pemenggalan kata berimbuhan dilakukan dengan cara memisahkan
imbuhan, yaitu awalan dan akhiran, kemudian mengikuti aturan pemenggalan
kata dasar. Khusus sisipan diberlakukan aturan pemenggalan kata dasar.
Contoh: makan-an (ma-kan-an)
me-rasa-kan (me-ra-sa-kan)
me-laku-kan (me-la-ku-kan)

Bahasa Indonesia Kontekstual

33

ge-me-tar (bukan em-getar)


ge-ri-gi (bukan er-gigi)
ge-le-tar (bukan el-getar)
Jika suatu kata terdiri atas dua unsur atau lebih, pemenggalan dilakukan
dengan memisahkan dua kata tsb. kemudian mengikuti aturan pemenggalan
kata dasar.
Contoh: bio-grafi (bi-o-gra-fi)
trans-migrasi (trans-mig-ra-si)
foto-grafi (fo-to-gra-fi)
intro-speksi (in-tro-spek-si)
bio-logi (bi-o-lo-gi).
2.5 Singkatan dan Akronim
2.5.1 Singkatan
Singkatan ialah bentuk bahasa yang dipendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih.
1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, dan pangkat diikuti tanda titik.
Contoh: H.O.S. Cokoroaminoto
Sukanto S.A.
Bpk., Kol.
Drs.
S.E.
2) Singkatan nama resmi lembaga, badan atau organisasi, dan nama dokumen
resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan
tidak diikuti tanda titik.
Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
PT (perseroan terbatas)
NIP (nomor induk pegawai)
GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara)
3) Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti dua titik, sedangkan
yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh: a.n. (atas nama)
d.a. (dengan alamat)
u.p. (untuk perhatian)

Bahasa Indonesia Kontekstual

34

dll. (dan lain-lain)


sda. (sama dengan atas)
dsb. (dan sebagainya)
Yth. (yang terhormat)
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh: Cu (kuprum)
TNT (trinitrotoluen)
cm (centi meter)
Rp (rupiah)
kg (kilogram)

2.5.2 Akronim
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: ABRI
SIM
LAN
KONI
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh: Depdagri
Deplu
Depkeu
3) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf kecil.
Contoh: pemilu
rudal

Bahasa Indonesia Kontekstual

35

rapim

Bahasa Indonesia Kontekstual

36

Latihan Soal Materi Ejaan Bahasa Indonesia


Sempurnakanlah kalimat-kalimat di bawah ini berkaitan dengan
penulisan huruf kapital, huruf miring, dan pemakaian tanda baca!

Akhir-akhir ini terjadi peningkatan impor


mebel dari Cina. Faktor utama yang
menyebabkan peningkatan impor terkait
dengan kelangkaan bahan baku. Kelangkaan
ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah
untuk
membatasi
jatah
tebang
dan
maraknya penyelundupan kayu sebagai
bahan baku industri mebel. Faktor kedua
adalah harga mebel cina yang lebih murah
10 s.d. 20 persen jika dibandingkan dengan
buatan Indonesia. Harga satu kursi rotan kita
50 dolar AS, tetapi harga mebel cina dapat
26 dolar AS. Faktor ketiga ialah desain mebel
cina lebih menarik daripada mebel kita.
Salah satu surat kabar terkemuka, Jawa Pos
mengemukakan bahwa perkembangan yang
tidak menguntungkan ini perlu dicari
solusinya. Sikap bangga terhadap produksi
dalam negeri harus ditumbuhkembangkan,
terutama bagi kalangan muda. Di samping
itu, diperlukan patriotisme dari pengusahapengusaha
pribumi
untuk
berkorban
menekan harga dan menciptakan desain
yang lebih menarik.

Bahasa Indonesia Kontekstual

37

Bahasa Indonesia Kontekstual

38

Anda mungkin juga menyukai