Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

1. Pengertian Ejaan

Finoza (2013:19) ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara

penulisan bahasa dengan menggunakan huruf dan tanda baca sebagai

sarananya. Ejaan ibarat seperti lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap

pengemudi, pengemudi harus mematuhi rambu-rambu yang ada, maka

terciptalah lintas yang tertib. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan

antara ejaan dan pemakaian bahasa.

Ejaan yang digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini dikenal

dengan sebutan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)”.

Ejaan ini ditetapkan pada tahun 2015. Ejaan ini diterbitkan untuk

menyempurnakan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan yang

ditetapkan pada tahun 1972. Sebelum ejaan yang disempurnakan

ditetapkan ada beberapa ejaan yang sudah ada seperti ejaan Ch. A. Van

Ophuijsen (1901), ejaan Suwandi (1947), dan ejaan (1966).

Barus (2010:6) menjelaskah bahwa “Ejaan bahasa Indonesia

adalalah keseluruhan kaidah-kaidah cara menggambarkan lambang-

lambang itu (pemisah, penggabung) dalam bahasa Indonesia”. Ejaan

mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa yang akan berimplikasi

pada ketetapan dan kejelasan makna.

10
11

Prihantini (2015:104) Ejaan adalah keseluruhan peraturan

bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan

lambang-lambang itu (pemisah dan penggabungan dalam satu bahasa).

Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaannya adalah rambu lalu lintas

yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi.

Berdasarkan pengertian tersebut dapam disimpulkan bahwa, ejaan

adalah keseluruhan peraturan yang dijadikan pedoman dalam karya

penulisan untuk merujuk kepada Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Penulisan Huruf

Tarigin (2008:3) menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa

yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak tatap

muka dengan orang lain. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan

lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang

dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang dapat membuat lambang-

lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran

grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-

makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa.

Jadi menulis adalah suatu hal yang sangat penting bagi mereka

yang tidak bisa berbicara atau mendengar. Menulis adalah suatu kegiatan

untuk mencapain suatu catatan atau informasi pada suatu media dan

menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa.


12

Huruf-huruf yang digunakan adalah huruf Latin, yakni huruf

(alphabet) yang digunakan juga oleh sebagian besar bangsa didunia ini

untuk menuliskan bahasa mereka. Chaer (2011:36) menyatakan “Abjad

Latin yang digunakan terdiri dari 26 huruf. Adalah huruf a,i,u,e dan o

disebut huruf vokal laiinya yaitu b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y dan z

disebut huruf konsonan”.

Jadi penulis merupakan pemakaian huruf tulisan terdapat huruf

abjad, huruf vokal, huruf konsonan. Dan gabungan huruf konsonan dan

penggalan kata.

3. Penggunaan Huruf Kapital

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia huruf kapital adalah

huruf yang berukuran dan berbentuk khusus (lebih besar dari huruf biasa)

digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama dalam kalimat, huruf

pertama nama diri, dll. Sedangkan menurut Dendi Sugono, dkk (2010)

Huruf kapital merupakan huruf besar biasanya digunakan pada huruf

pertama dari kata pertama dalam kalimat atau pertama nama, seperti A, B,

dan D.

Kesimpulan dari teori tersebut adalah bahwa huruf kapital

merupakan huruf besar seperti A, B, C, D dan seterusnya yang digunakan

sebagai huruf pertama dari kata pertama dari kalimat.

Pemakaian Huruf Kapital

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.


13

Contoh:

Apa cita-citamu?

Perhatikan rambu lalu lintas.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk

julukan.

Contohnya:

Nurani Maulida

Arif Rahman Hakim

Halim Perdanakusuma

c. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.

Contoh:

Dita bertanya, “Kapan kita pulang?”

“Hati-hati dijalan, Nak!” pesan ibu.

Dini berkata “Satpam itu baik sekali”.

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab

suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.

Contoh:

Islam, Al-Quran, Kristen, Hindu, Weda.

Yang Mahakuasa

Yang Maha Pengasih

Bimbinglah hamba-Mu ini ya Allah

Tuhan akan menunjukan jalan kepada hamba-Nya


14

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,

keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk

gelar akademik yang mengikuti nama orang.

Contohnya:

Tahun depan ia naik Haji

Dita Safitri, Sarjana Sastra

Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya seperti Kiai

Nabi Musa

Irwansyah, Magister Humaniora

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,

keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang

dipakai sebagai sapaan.

Contohnya:

Selamat datang, Sultan

Terima kasih, Yang Mulia

Selamat siang, Dokter

Silakan duduk, Kiai

Mohon izin, Jendral

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan

pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti

nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Contohnya:

Wakil Presiden Ma’ruf Amin


15

Perdana Menteti Nadiem

Propesor B. J Habibie

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan

bahasa.

Contohnya:

suku Bugis

bahasa Madura

bangsa Indonesia

i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan

hari besar atau hari raya.

Contohnya:

Tahun Masehi

bulan Juli

hari Sabtu

hari Lebaran

j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.

Contoh:

Konferensi Asia Afrika

Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya Perang Dunia

Soekarno dan Hatta Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


16

Contoh:

Pulau Seribu

Danau Toba

Jalan Raya Bogor

Pegunungan Himalaya

Kecamatan Cibinong

l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua

unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan,

organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan,

yang, dan untuk.

Contoh:

Republik Indonesia

Universitas Indonesia

Dewan Perwakilan Rakyat

Undang-Undang No.12 Tahun 2011

m. Huruf kapital sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata

ulang sempurnna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah

serta majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, di, ke, dari, dan, yang,

dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.

Contoh:

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra

Tukang Koran memberikan surat kabar Kompas

Ia menyelesaikan makalah “Pengantar Ilmu Hukum”


17

n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,

pangkat, atau sapaan.

Contoh:

S.Pd. sarjana pendidikan

S.Si. sarjana sains

S.S. sarjana sastra

S.Kes sarjana kesehatan

S.Pt. sarjana peternakan

S.Sos sarjana sosial

M.H magister hokum

Tn. tuan

Ny. nyonya

Sdr. saudara

o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan

kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak,

Contoh:

“Kapan Kaka pulang ?” Tanya ibu.

Dini bertanya, “Bu, sudah makan?”

Surat Saudara telah kami terima dengan baik.

Besok Bibi akan dating


18

4. Hakikat Menulis

a. Pengertian Menulis

Tarigin (2008:22) menulis merupakan suatu representasi bagian

dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa menulis biasa digunakan pada

kertas dengan menggunakan alat tulis seperti pena atau pensil. Menulis

ialah merupakan suatu yang melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang.

Aji Darma (dalam Syarifudin, 2015:24) menulis adalah suatu

cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa,

suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah dimana, cara

itulah yang bermacam-macam dan disanalah harga kreatifitas

ditimbang-timbang. Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat

komunikasi secara tidak langsung.

Stephen King (dalam Syarifudin, 2015:24) menulis berarti

menciptakan duniamu sendiri. Sebagai keterampilan seseorang

mengkomunikasi pesan sebuah tulisan. Keterampilan tersebut

berkaitan dengan kegiatan seseorang dalam memilih, memilah dan

menyusun pesan untuk ditansaksikan melalui bahasa tulis.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang

untuk menghasilkan tulisan dalam mengungkapkan gagasan dan

menyampaikan nya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah
19

dipahami. Penulis yang baik adalah penulis yang dapat dipahami oleh

orang lain.

b. Tujuan Menulis

Tujuan menulis semestinya didasari oleh tujuan menulis itu

sendiri. Akan tetapi, karena begitu beragamnya tujuan menulis. Tarigin

(2018:23) penulis memegang suatu peranan tertentu dan tulisannya

mengandung nada yang sesuai dengan maksud dan tujuan, antara lain:

1. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar biasa

disebut dengan wacana informatif (informative discourse)

2. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut

juga wacana persuasif (persuasive discourse)

3. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan yang

mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana

kesastraan atau literary discourse)

4. Tulisan yang bertujuan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi

yang kuat berapi-api disebut wacana ekspresif (expessive

discourse).

Sehubungan dengan “tujuan” penulisan yang sudah dijabarkan

suatu tulisan Hugo Hartig mengklasifikasikan tujuan penulisan

antara lain:

1. Assignment purpose (tujuan penugasan)


20

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan

khusus. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan

kemauan sendiri

2. Altruitic purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, ingin

membuat hidup pembaca lebih mudah dan menyenangkan

dengan karyanya itu.

3. Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tujuan yang meyakinkan pembaca akan kebenaran yang akan

diutarakan

4. Informational purpose (tujuan informasional)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan

kepada pembaca

5. Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan ini bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri

sang pengarang kepada pembaca

6. Creative purpose (tujuan kreatif)

Tulisan ini bertujuan untuk mencapai nilai-nilai artistik, nilai-

nilai kesenian

7. Poblem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Tujuan ini penulis ingin menjelaskan, menjernihkan,

menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan

gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima


21

pembaca.60 Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

tujuan menulis memiliki banyak ragamnya tujuan menulis tiada

lain agar memiliki kemampuan dan pengalaman menulis serta

dapat memanfaatkan kemampuan itu untuk berbagai keperluan.

c. Manfaat Menulis

Koerman (2008:12.1-12.3) menyatakan Adapun manfaat menulis

adalah sebagai berikut:

1. Mengenali kemampuan dan potensi diri sendiri

2. Mengembangkan berbagai gagasan,

3. Memperluas wawasan teoritis dan praktis

4. Memperjelas permasalahan yang samar-samar

5. Menilai gagasan sendiri secara objektif

6. Memecahkan masalah

7. Mendorong belajar secara aktif, dan

8. Membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menulis dapat

memberikan manfaat bahwa dengan menulis bisa mengenali

kemampuan dan potensi yang ada dalam diri individu. Menulis

sangat penting bagi pendidikan karena memudaahkan para pelajar

berpikir, juga dapat menolong siswa untuk berpikir. Manfaat

Menulis Menurut Suparno (2010:1.4) beberapa manfaat dari

menulis antara lain;


22

1) peningkatan kecerdasan,

2) pengembangan daya inisiatif siswa,

3) penumbuhan keberanian, dan

4) pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan

informasi.

Menurut pendapat diatas tujuan menulis dapat menceritakan

segala sesuatu, sedangkan manfaat menulis yaitu dapat

mengembangkan krestivitas siswa dan

dapat meningkatkan kecerdasan.

5. Hakikat Karangan

Djajasudarma (20006:19) mengemukakan bahwa merupakan

bentuk pengungkapan gagasan berupa gubahan yang tercermin dalam

susunan beberapa kalimat. Diantara arti karang yaitu rangkai, susun,

gubah, cipta. Karangan berati rangkaian, susunan, gubah, ciptaan

komposisi, karya. karangan berati rangkaian, susunan, atau komposisi.

Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran kemudian diwujudkan

dalam bentuk kalimat-kalimat.

Widyamartaya (dalam Finoza 2013:250) mengemukakan bahwa

mengarang adalah “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk

mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada

pembaca untuk dipahami. Ada karangan dalam bentuk kecil atau bentuk

mini yang disebut paragraf, ia mengandung satu pikiran utama atau topik
23

yang dinyatakan satu kalimat utama dan dikembangkan dengan beberapa

kalimat penjelas, misalnya dua sampai lima kalimat. Karangan sederhana

dan karangan luas pada hakikatnya adalah rangkaian-rangkaian bentuk

yang kecil dengan yang satu dengan yang lain berkaitan erat dengan

relevan dengan ide utama keseluruhan karangan.

Surakhmat (dalam Finoza 2013:254) bahasa adalah medium

terpenting dalam karangan apabila bahasa yang dipakai kurang cermat,

karangan bukan saja sukar dipahami, tetapi juga mudah menimbulkan

salah pengertian. Hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur

tentang suatu topik atau pokok pembahasan. Seriap karangan yang ideal

ada perinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari

alinea.

Berdasarkan ketiga kutipan di atas yaitu bagaimana merangkai isi

tulisan menggunakan bahasa tulisan selingan membentuk sebuah

komposisi yang diinginkan seperti essay, artikel, cerita pendek, makalah,

dan sebagainya.

a. Pengertian Karangan Narasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 506) karangan

adalah menulis danmenyusun sebuah cerita, buku, sajak, sedangkan,

Suparno, (2010: 4.31) mengemukakan bahwa narasi atau sering juga

disebutnaratif berasal dari kata bahasa Inggris narration (cerita) dan

narrative (menceritakan). Karangan yang disebut narasi menyajikan

serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha menyampaikan


24

serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan

maksud member arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga

pembaca dapat memetik hikmah cerita.

Keraf (2007: 136) mendefinisikan narasi adalah wacana yang

sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan

menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Atau

narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan

dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah

terjadi.

Berdasarkan pengertian karangan di atas menurut para ahli

dapat disimpulkan bahwa karangan tertulis juga disebut tulisan (hasil

menulis, kemudian timbulan sebuah penulis untuk orang yang menulis

suatu karangan. Seperti halnya berkomunikasi, kegiatan mengarang

yang juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya dapat berlangsung

secara lisan.

b. Jenis-jenis karangan narasi

Keraf (2007: 136-139) mengemukakan ada dua jenis karangan

narasi:

1. Narasi ekspositoris tujuannya untuk memberikan informasi kepada

para pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas.

2. Narasi sugestif tujuannya menyampaikan sebuah makna kepada para

pembaca melalui daya khayal.


25

Tabel 2.1

Perbedaan Karangan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif

No Narasi eksposisi Narasi sugestif


1. Memperluas pengetahuan Menyampaikan sesuatu
makna atau yang suatu
amanat yang tersirat
2. Menyampaikan informasi Menimbulkan daya khayal
mengenai suatu kejadian
3. Didasarkan pada penalaran Penalaran yang berfungsi
untuk mencapai kesepakatan sebagai alat untuk
rasional menyampaikan makna,
sehingga kalau perlu
penalaran dapat dilanggar
4. Bahasanya lebih condong Bahasanya lebih condong
kebahasa informatif dengan kebahasa figuratif dengan
titik berat pada penggunaan menitikberatkan
kata-kata denotative penggunaan kata-kata
konotatif

Perbedaan seperti yang dikemukakan merupakan garis yang

ekstrim antara narasi ekspositoris dengan narasi sugestif. Antara

kedua ekstrim itu masih terdapat pencampuran-pencampuran, dari

narasi ekspositoris yang murni berangsur-angsur dengandung ciri-

ciri sugestif yang semakin meningkat hingga ke narasi sugestif yang

murni.
26

c. Karangan Narasi

Keraf (2007:136) adalah tindak-tanduk yang dijalin dan

dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu

kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi

adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan

sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.

Akhdiah, dkk, (2009:1) karangan narasi adalah suatu bentuk

karangan yang mengisahkan atau menceritakan suatu peristiwa atau

kejadian dalam suatu rangkaian waktu. Jadi karangan narasi suatu

bentuk karangan yang memuat kejadian secara kronologis.

Berdasarkan menurut para ahli diatas, narasi yang bertujuan

untuk memberikan informasi kepada para pembaca, agar

pengetahuannya bertambah luas. Dengan maksusd memberi arti

kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat

memettik hikmah dari kejadian tersebut.

5. Analisis Kesalaha Berbahasa

1. Pengertian Kesalahan Berbahasa

Tarigan dan Tarigan (2011:126) mengemukakan bahwa

kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran

atau tulisan para pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian

konversasi atau komposisi yang “Menyimpang” dari norma baku atau

norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa. Kita hendaknya

mendaradi bahwa setiap orang tidak dapat belajar tanpa tidak sama
27

sekali berbuat kesalahan-kesalahan secara sistematis, dari kesalahan

itulah kita belajar.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan kesalahan

berbahasa adalah untuk membatasi suatu kesalahan berbahasa melalui

ujaran atau tulisan dengan suatu teknik untuk mengidentifikasi,

mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara struktur kesalahan

berbahasa.

2. Penyebab Terjadinya Kesalahan Berbahasa.

Menurut Setyawati (2010: 16) pangkal penyebab kesalahan

berbahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang

bersangkutan pada bahasa yang digunakannya. Ada tiga kemungkinan

seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain sebagai berikut.

1) Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu disukainya.

2) Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang

dipakainya.

3) Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan penyebab terjadinya

kesalahan berbahasa terdapat pada (B1) yang menyebabkan kesalahan

tidak memakai sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada

3. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Tarigan, Djago dan Lilis (dalam Setyawati, 2010: 18)

mengatakan bahwa pengertian analisis kesalahan berbahasa adalah


28

suatu prosedur kerja biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa,

yang meliputi: kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan,

mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan

kesalahan tersebut, mengklasifikasi kesalahan itu, dan mengevaluasi

taraf kesalahan itu.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

mengumpulkan data dengan tenik mengidentifikasi,

mengklasifikasikan, dan mengevaluasi kesalahan, untuk mengetahui

kesalahan berbhasa dengan teori-teori dan prosedur yang terdapat dalam

kebahasaan.

Dalam analisis kesalahan berbahasa perlu diketahui sumber

kesalahan berbahasa. Analisis sumber kesalahan berbahasa dapat

digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran bahasa anak.

Kesalahan berbahasa dapat dirangkum dalam kedua kelompok yaitu

transfer inter dan transfer intralingwal.

6. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

Sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum 2013 Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia smp/mTs, bahwa pembelajaran secara umum

bertujuan agar siswa mampu memahami membaca, menyimak, berbicara.

Agar dapat mempelajari bahasa yang dapat menemukan ciri khas atau

kalimat dan gaya bahasa.

Asih (2016:200) menyatakan bahwa “media pembelajaran adalah

yang digunakan dalam pembelajaran, yang meliputi alat bantu guru dalam
29

mengajar serta sarana membawa pesan dari sumber belajar kepenerima

pesan pelajar (siswa). Maksudnya dalam pembelajaran guru haus

mempunyai media pembelajaranyang memiliki sumber jelas dan dapat

dipercaya agar siswa mengerti apa yang disampaikan oleh guru.

Pendidikan merupakan antara guru dengan siswa, Shoimin

(2018:20) “pelajaran merupakan suatu system yang memiliki peran

sangat dominan untuk mewujudkan kualitas guru”. Proses pembelajaran

yang maksimal akan menciptakan generasi yang mampu berinteraksi

dengan lingkungan agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiar, serta membentuk sikan dan

kepercayaan pada siswa.

Berdasarkan pendekatan para ahli di atas proses pembelajaran

menambah ilmu pengetahuan kepada siswa dibantu oleh guru dalam

mengarahkan dan membimbing. Pembentukan sikap dapat dilakukan saat

pembelajaran berlangsung, kemampuan tersebut dapat diasah sejak dini

akan terbiasa ketika dewasa, pembelajaran siswa dan guru harus saling

memiliki interaksi yang aktif agar terjadi proses timbal balik yang cukup

baik.

B. Penelitian yang Relevan

Penulisan karya ilmiah, dibutuhkan reverensi yang akurat dan

relevan untuk menghindari adanya duplikasi.

1. Nama : Nur Asiah

Tahun : 2019
30

NPM : 1113018300057

Judul : Analisis Kesalahan Huruf Kapital dan Penggunaan Tanda

Baca pada Karangan Siswa Kelas V MI Da’il Khairaat

Jakarta Barat.

Simpulan : Dari hasil penelitiannya bahwa kesalahan terbesar terdapat pada

Kesalahan huruf kapital sebagai huruf pertama kata pada awal

kalimat didapatkan 59 Kesalahan dengan persentase 55.1%.

Adapun perbedaan penelitian Nur Asiah dengan penelitian penulis

terletak pada masalah yang di teliti Nur Asiah meneliti Analisis

kesalahan huruf kapital dan Tanda Baca pada Karangan,

sedangkan penelitian penulis meneliti Kesalahan huruf kapital

karangan narasi.

2. Nama : Yeti Puspita Sari

Tahun : 2018

NPM : 111001800008

Judul : Penggunaan Huruf Kapital dalam Karangan Narasi Siswa

Kelas V SD Negeri Sampay Rumpin Bogor.

Simpulan : Hasil dari penelitian Yeti Puspita Sari Hasil penelitian ditemukan

pada penulisan huruf kapital dan tanda baca. Pada tanda baca,

hasil menunjukkan bahwa kesalahan terbesar yang paling sering

dilakukan siswa yaitu pada penulisan huruf pertama kata awal

kalimat dengan persentase 48%. Adapun perbedaan penelitian

Yeti Puspita Sari dengan peneliti penulis terletak pada masalah

yang diteliti Yeti Puspita Sari bukan hanya huruf kapital tetapi
31

juga meneliti tanda baca, sedangkan penulis meneliti hanya huruf

kapital.

3. Nama : Vivi Rulvina

Tahun : 2020

Edisi : Volume 2 Nomer 1

Judul :Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital pada

Penulisan Karangan Narasi Siswa Sekolah Dasar

Simpulan : Bedasarkan penelitian tersebut, kesalahan yang sering dilakukan

siswa yaitu penulisan huruf pada awal kalimatmaupun pergantian

kalimat, factor pembentuk kesalahan tulisan tersebut, karena

kurangnya motivasi belajar siswa. Adapun perbedaan yang di

lakukan oleh penulis yaitu pada siswa kelas VII SMP, sedangkan

pada penelitian ini dilakukan pada Sekolah Dasar.

4. Nama : Farina Dwi Asmarina

Tahun : 2013

NIM : 090388201096

Judul :Analisis Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Baca pada

Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP Tanjung Pinang

Tahun Pelajaran 2012/2013.

Simpulan : Kesalahan pada huruf kapital tergolong sedikit kesalahan.

Terdapat 69 jenis kesalahan dengan jenis fungsi huruf kapital yang

berbeda. Sedangkan pada tanda baca terdapat 45 kesalahan yaitu

pada titik, koma, dan tanda petik. Adapun perbedaan dalam

penelitian ini yaitu, penulis hanya meneliti huruf kapital saja,


32

sedangan penelitian ini meneliti kesalahan tanda baca dan huruf

kapital.

5. Nama : Ade Siti Haryati

Tahun : 2019

Edisi : Volume 2 Nomer 2

Judul : Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital pada Karangan

Deskripsi Terhadap Kemampuan Menulis Mahasiswa

Universitas Indraprasta PGRI.

Simpulan : berdasarkan penelitian dan pendeskripsian yang dilakukan,

terdapat 101 kesalahan dalam menggunakan huruf kapital

dari 20 karangan deskripsi mahasiswa semester 3, kesalahan

yang paling dominan terdapat pada nama geografi, agar

mahasiswa terbiasa menggunakan huruf kapital sesuai

PUEBI yang berlaku. Adapun perbedaan dalam penelitian ini

yaitu meneliti mahasiswa semester 3, sedangkan penulis

meneliti siswa kelas VII SMP.

C. Kerangka Berpikir

Menulis sebagai komponen berdasarkan pada setiap kata,

setiap individu pasti memiliki potensi. Menulis merupakan kegiatan

yang dilakukan oleh siswa, yang tidak mudah dilakukan dan

menghasilkan kualitas tulisan yang memadai, proses itulah yang

membuat siswa sanggup atau tidak mengungkapkan ide atau gagasan


33

yang ada di dalam pikiran sehingga mampu dituangkan dalam bentuk

tulisan.

Dalam menulis tidak sedikit siswa yang memiliki kesalahan

dalam penggunaan huruf kapital, bahkan seperti sudah terbiasa, hal

seperti ini karena ketidaktahuan siswa dalam penulisan huruf kapital.

Kesalahan penggunaan huruf kapital yang sering siswa alami yaitu

kesalahan kata pada awal kalimat, pertengahan kata dalam kalimat, dan

kesalahan pertengahan kata pada awal kalimat.

Dalam pemahakam ejaan perlu diperhatikan pada saat

menulis, ejaan yang dipakai saat ini yaitu Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia (PUEBI), ejaan adalah pedoman atau aturan-aturan

yang dipakai saat menulis karena saat menulis harus menggunakan

aturan-aturan tang terdapat dalam Bahasa Indonesia. Secara teknis ejaan

itu penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

Karangan narasi adalah karangan yang menyajikan

serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) sehingga

pembaca mengetahui alur jalannya sebuah cerita. Karangan narasi

merupakan salah satu bentuk karangan yang untuk dipelajari bagi siswa

kelas VII SMP. Perbedaan karangan narasi ada dua yaitu karangan

narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bertujuan

untuk memberikan informasi kepada pembaca, sedangkan narasi

sugestif menyampaikan sebuah makna kepada pembaca melalui daya

khayal.
34

Dalam menulis karangan siswa masih keliru dengan penulisan

letak huruf kapital. Kesalahan huruf kapital dikarenakan siswa kurang

memahami materi huruf kapital, sehingga pada saat tugas menulis

karangan banyak kesalahan penggunaan huruf kapital oleh siswa,

karena motivasi belajar yang kurang, serta fasilitas buku yang tidak

lengkap dan kendala-kendala lainnya.

Anda mungkin juga menyukai