Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 4

Mustafa Kemal Attaturk


• Ghaosya Hisyamudin 11191120000001
• Muhammad Raihan Wibisono 11191120000007
• Abyan Farid Panjaitan 11191120000014
• Mochammad Alief 11171120000053
Riwayat Hidup
• Mustafa Kemal Attaturk, lahir di Selanika, Ottoman (yang mana sekarang daerah Thessalonika,
Macedonia). Ia lahir pada 19 Mei 1881, yang mana ia dilahirkan dengan nama Mustafa. Ayahnya
bernama Ali Riza Effendi merupakan seorang tentara dan Ibunya bernama Zubeyde Hanim
merupakan muslim yang taat. Saat kecil Mustafa masih dipengaruhi Ibunya yakni diajarkan
membaca Qur’an. Saat usia 7 tahun, ia ditinggal oleh ayahnya. Dalam menempuh pendidikan,
pada awalnya terjadi perbedaan pendapat antara ibu dan ayahnya. Ibunya menginginkan
Mustafa untuk masuk ke Madrasah. Sedangkan ayahnya menginginkan Mustafa masuk ke
sekolah modern yang pada masa itu bergaya Eropa. Karena didesak oleh Ibunya, Mustafa
masuk ke kutub Mahallah atau sekolah agama. Namun, ia tidak merasa senang bersekolah
disana, Mustafa bahkan sampai melawan gurunya sendiri.
• Mustafa masuk ke sekolah dasar modern di Salonika pada 1893 untuk menyelesaikan
pendidikan kemiliteran. Disana ia senang, karena memang militer adalah bidang yang disukai
oleh Mustafa. Kemudian ia melanjutkannya ke sekolah Menengah Militer atas usahanya sendiri
yakni sekolah Militer Rusdiyah.
• Saat usia 18-19 tahun (1899), Mustafa datang seorang diri ke Istanbul untuk
melanjutkan sekolahnya yaitu sekolah latihan perang (Akademi Militer)
yakni Akademi Perang Utsmani, sebuah sekolah Militer yang dikontrol
langsung oleh Sultan Abdul Hamid II. Di sekolah itu ia tak hanya mendapat
pendidikan militer, tetapi juga diajarkan mengenai keagamaan dan berbagai
macam kerja sosial. Setelah itu, Mustafa lanjut masuk ke Sekolah Tinggi
Militer di Istanbul yakni kampus Militer Ottoman pada 1902 dan lulus pada
1905 dengan pangkat Kapten
• Setelah menempuh jalur pendidikan militer yang cukup panjang, Mustafa
beralih fokus pada bidang politik. Untuk itu, ia belajar bahasa Prancis dan
banyak membaca karya-karya pemikiran politik Prancis seperti Rousseau,
Voltaire, Auguste Comte, Montesquieu, dan lainnya. Keberminatan Mustafa
pada politik ini juga didorong oleh temannya Ali Fethi.
• Kehidupan Mustafa sejak lulus dari akademi militer sampai 1918 diwarnai
dengan perjuangan-perjuangan untuk mewujudkan kebangsaan Turki.
Sebagai pejabat militer Ottoman, ia mendirikan sebuah organisasi yang
bernama Masyarakat Tanah Air (Fatherland Society). Mustafa kemudian
bergabung dengan Kongres Turki Muda dan membentk Komite Kebangsaan
dan Kemajuan (Comittee for Union and Progress). Pada saat PD I berakhir
(1919), Mustafa berusaha untuk mewujudkan prinsip-prinsip generasi Turki
Muda.
Konsep Negara Modern dan Sekularisme
Prinsip Pemikiran Pembaruan Mustafa Kemal diawali ketika ia ditugaskan sebagai attase militer pada tahun 1913 di
Sofia. Dari sinilah ia berkenalan dengan peradaban Barat, terutama sistem parlementernya. Adapun prinsip pemikiran
pembaharuan Turki yang kemudian menjadi corak ideologinya terdiri dari tiga unsur, yakni nasionalisme, sekularisme
dan wastemisme." Mempersoalkan tiga unsur dalam prinsip pemikiran pembaruan Turki Mustafa Kemal di atas:
• Pertama, unsur nasionalisme dalam pemikiran Mustafa Kemal diilhami oleh Ziya Gokalp (1875-1924) yang
meresmikan kultur rakyat Turki dan menyerukan reformasi Islam untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos
Turki. Dalam koridor pemahaman Mustafa Kemal, Islam yang berkembang di Turki adalah Islam yang telah
dipribumikan ke dalam budaya Turki. Oleh karenanya, ia berkeyakinan bahwa Islam pun dapat diselaraskan dengan
dunia modern. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan akan membawa kemunduran pada bangsa
dan agama.
• Kedua, unsur sekularisme. Unsur ini sebenarnya implikasi dari pemahaman westernisme Mustafa Kemal. Pada
prinsip ini, salah seorang pengikut setia Mustafa Kemal, Ahmed Agouglu menyatakan bahwa indikasi ketinggian
suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan
peradaban-peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena
keseluruhan unsur-unsurnya.
• Ketiga, unsur westernisme. Dalam unsur ini, Mustafa Kemal berpendapat
bahwa Turki harus berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru
Barat Negara Turki akan maju. Unsur westernisme dalam prinsip pemikiran
Mustafa Kemal mendapat momennya ketika dalam salah satu pidatonya ia
mengatakan bahwa kelanjutan hidup suatu masyarakat di dunia peradaban
modern menghendaki perubahan dalam diri sendiri. Di zaman yang
dalamnya ilmu pengetahuan mampu membawa perubahan secara terus-
menerus, maka bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi
yang tua lagi usang tidak akan dapat mempertahankan wujudnya.
Politik Kemalis ingin memutuskan hubungan Turki dengan selanjutnya yang lalu supaya
Turki dapat masuk dalam peradaban Barat. Oleh karena itulah penghapusan
kekhalifahan merupakan agenda pertama yang dilaksanakan. Pada tanggal 1 November
1922 Dewan Agung Nasional pimpinan Mustafa Kemal menghapuskan kekhalifahan.
Selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 1923 memindahkan pusat pemerintahan dari
Istanbul ke Ankara. Akhirnya Dewan Nasional Agung pada tanggal 29 Oktober 1923
memproklamasikan terbentuknya negara Republik Turki dan mengangkat Mustafa
Kemal sebagai Presiden Republik Turki. Setelah meniadakan kekhalifahan, politik
Kemalisme menghapuskan lembaga-lembaga syariah, meskipun sebenarnya peranan
lembaga ini sudah sangat dibatasi oleh para pembaru Kerajaan Usmani. Bagi Kemalis,
syariat adalah benteng terakhir yang masih tersisa dari sistem keagamaan tradisional.
Lebih lanjut lagi Kemalis menutup sekolah-sekolah madrasah yang sudah ada sejak
tahun 1300-an sebagai suatu lembaga pendidikan Islam. Sekularisme yang sejatinya
memisahkan hubungan agama dengan pemerintahan, di mana negara menjamin
kebebasan beribadah, bagi warga negara, pada pelaksanaannya dijalankan dengan
semangat nasionalisme yang radikal dan dipaksakan oleh Kemalis. Namun penerapan
nasionalisasi agama ini hanya bertahan hingga akhir pemerintahan Kemalis (Partai
Rakyat Republik). Sejak tahun 1950, azan kembali diucapkan dalam bahasa Arab.
Selain reformasi agama, reformasi yang paling penting dari rezim Kemalis adalah
reformasi bahasa. Tulisan Arab diganti dengan tulisan Latin, berdasarkan undang-
undang yang diputuskan oleh Dewan Nasional Agung pada 3 November 1928.
Tujuan reformasi bahasa adalah membebaskan bahasa Turki dari ‘belenggu’
bahasa asing. Penekanannya adalah pemurnian bahasa Turki dari bahasa Arab dan
Persi. Mustafa Kemal mengadakan kunjungan di banyak tempat untuk mengajar
secara langsung tulisan baru pada rakyat Turki.Komite ahli hukum mengambil
Undang-undang sipil Swiss untuk memenuhi keperluan hukum di Turki
menggantikan Undang-undang Syariah, berdasarkan keputusan Dewan Nasional
agung tanggal 17 Februari 1926. Undang-undang Sipil yang mmulai diberlakukan
pada tanggal 04 Oktober 1926 ini antara lain tentang menerapkan monogami;
melarang poligami dan memberikan persamaan hak antara pria dan wanita dalam
memutuskan perkawinan dan perceraian. Sebagai konsekuensi dari persaman hak
dan kewajiban ini hukum waris berdasarkan Islam dihapuskan. Selain itu undang-
undang sipil juga memberi kebebasan bagi perkawinan antar agama.
Bidang-bidang Pembaruan

Sekularisasi Bidang Politik dan Pemerintahan Sebagai realisasi dari prinsip pemikirannya, ia dan teman-
temannya membentuk Majelis Nasional Agung (GNA) pada tahun 1920. Dalam sidang yang dihelat di
Ankara ia dipilih menjadi ketua. Dalam sidang itu diputuskan beberapa hal yang menandai awal baru
negara demokrasi di Turki modern, yaitu:
• Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat Turki.
• GNA merupakan perwakilan rakyat tertinggi.
• GNA bertugas sebagai badan legislatif dan sekaligus sebagai eksekutif.
• Majelis negara yang aggotanya dipilih dari GNA akan menjalankan tugas pemerintah.
• Ketua GNA merangkap jabatan ketua Majelis Negara
Dan dengan demikian konstitusi yang diajukan Musthafa Kemal merupakan bentuk baru yang
berbeda dengan pemikiran elit birokrat tradisional Turki yang kedaulatannya di tangan Sultan
atau Khalifah.  Keputusan ini sekaligus menjadikan Turki sebagai negara republik dan Ibu
kotanya Ankara. Dimana ia sendiri sebagai presidennya, dan Ismet Inonu sebagai perdana
menterinya. Negara baru Turki ini sebagai negara yang berdasarkan nasionalisme teritorial
yang terbatas pada daerah geografisnya. Dan, dalam Piagam Nasional tahun 1920 disebutkan
diantaranya bahwa Turki melepaskan tuntutan teritorial terhadap daerah-daerah yang dahulu
di bawah kekuasaan kesultanan Turki Utsmani, kecuali daerah yang di dalamnya terdapat
mayoritas orang Turki. Setelah jabatan sultan dihapuskan, masih ada satu jabatan lain, yaitu
Khalifah yang waktu itu dipegang Abdul Majid. Namun, saat itu khalifah tidak lagi mempunyai
kekuasaan duniawi, yang ada hanyalah kekuasaan spiritual. Ide sekularisasi Musthafa telah
dimasukkan dalam konstitusi republik Turki. Hal ini ditentang oleh kaum Islamis Turki dan
mereka memperkuat dan masih mengakui kedudukannya. Sehingga khalifah masih
menerima wakil dari luar negeri, mengadakan prosesi kebesaran hari jumat dan tetap tinggal
di Istanbul.
Akibat penghapusan ini, muncul golongan oposisi yang diatur oleh kelompok
Islamis dan Sufistis yang diorganisasikan menurut garis-garis tarekat. Aksi
gerakan perlawanan terhadap Musthafa ini di bawah tanah. Diantara
kelompok sufi ialah Bektasiah, Naqsyabandiah, qadariah dan Maulawiyah.
Karena kelompok-kelompok  ini dipandang Musthafa sebagai penghalang
terhadap langkah-langkah kelompok nasionalis, maka pada tahun 1925,
aliran-aliran keagamaan dan tarekat-tarekat dibubarkan, begitu pula dengan
tempat-tempat pertemuan mereka, tekke dan makam-makam ditutup.
• Sekularisasi di Bidang Hukum Bidang hukum pun tidak lepas dari usaha sekularisasi Musthafa
Kemal. Ia menghapuskan Kementrian urusan syariat yang dibentuknya sendiri sebagai pengganti
biro Syaikhul Islam. Dan, pada tahun 1926 hukum syariat didantinya dengan Undang-Undang
Sipil yang diambil dari Undang-Undang Swiss. Perkawinan tidak lagi dilakukan berdasarkan
syariat Islam, akan tetapi menurut hukum sipil. Selanjutnya, dibuat hukum baru, seperti hukum
dagang, hukum pidana, hukum laut dan hukum obligasi, yang semuanya diambil dari Barat,
sebagaimana prinsip westernisasi yang menjadi prinsip modernisasinya. Alasan dihapuskannya
Kementrian urusan Syariat ini, menurut Serif Mardin, sebagaimana dikutip oleh Makhmud
Syafe’i (2008), adalah untuk mempermudah usaha untuk menghilangkan segala artikel yang
menyatakan Islam sebagai agama negara dalam konstitusi 1921, dan sembilan tahun kemudian
ia memasukkan prinsip sekulerisme ke dalam konstitusi secara resmi menjadi negara sekuler.
• Sekularisasi Bidang Pendidikan Bidang pendidikan pun tak luput dari sekulerisasi Musthafa
Kemal. Langkah-langkah modernisasi dalam bidang pendidikan dimulai ketika dikeluarkannya
dekrit presiden tanggal 7 Pebruari 1924, yang berisi pelepasan semua unsur keagamaan dari
sekolah-sekolah asing. Dan sebulan kemudian, tanggal 1 Maret 1924, diterimanya ide penyatuan
pendidikan di bawah “satu atap”, yaitu di bawah kementrian pendidikan, yang berarti
penghapusan segala bentuk pengawasan yang dilakukan oleh badan-badan Islam terhadap
sekolah-sekolah.
• Sekularisasi Bidang Budaya, Peradaban, adat dan Ekonomi Sebagaimana yang disebutkan ,
bahwa ide yang diinginkan oleh Musthafa bersifat menyeluruh, maka budaya, peradaban, adat
dan ekonomi pun tak luput dari ide pembaharuannya. Dalam bidang peradaban, pemakaian
penutup kepala tarbus dilarang dan diganti dengan topi ala Barat. Pakaian agama juga
dilarang, termasuk jilbab, dan rakyat Turki harus mengenakan pakaian barat, baik pria ataupun
wanita. Pada tahun 1931, dibuat keputusan bahwa azan harus dikumandangkan dengan
bahasa Turki, dan bukan bahasa Arab lagi. Al-Quran harus diterjemahkan ke dalam bahasa
Turki agar dapat dipahami oleh rakyat Turki. Khutbah jumat harus diberikan dalam bahasa
turki. Pada tahun 1935 dikeluarkan Undang-Undang yang mewajibkan mempunyai nama
belakang
• Dalam bidang ekonomi, meskipun Turki banyak menyerap peradaban Barat sebagai acuannya
dan Turki banyak menyerap peradaban Barat, akan tetapi Musthafa membatasi diri untuk
bekerjasama dengan peradaban Barat dalam bidang ini. Ia tidak mau negaranya dikuasai pihak
asing. Diantara kebijakannya bidang ekonomi adalah mengurangi volume perdagangan luar
negeri, menekan belanja rutin, mengurangi pengeluaran atau anggaran militer menjadi rata-
rata 28 % dari seluruh jumlah anggaran, dan memberi bantuan kepada sektor swasta agar bisa
lebih mandiri.

Anda mungkin juga menyukai