Sekularisasi Bidang Politik dan Pemerintahan Sebagai realisasi dari prinsip pemikirannya, ia dan teman-
temannya membentuk Majelis Nasional Agung (GNA) pada tahun 1920. Dalam sidang yang dihelat di
Ankara ia dipilih menjadi ketua. Dalam sidang itu diputuskan beberapa hal yang menandai awal baru
negara demokrasi di Turki modern, yaitu:
• Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat Turki.
• GNA merupakan perwakilan rakyat tertinggi.
• GNA bertugas sebagai badan legislatif dan sekaligus sebagai eksekutif.
• Majelis negara yang aggotanya dipilih dari GNA akan menjalankan tugas pemerintah.
• Ketua GNA merangkap jabatan ketua Majelis Negara
Dan dengan demikian konstitusi yang diajukan Musthafa Kemal merupakan bentuk baru yang
berbeda dengan pemikiran elit birokrat tradisional Turki yang kedaulatannya di tangan Sultan
atau Khalifah. Keputusan ini sekaligus menjadikan Turki sebagai negara republik dan Ibu
kotanya Ankara. Dimana ia sendiri sebagai presidennya, dan Ismet Inonu sebagai perdana
menterinya. Negara baru Turki ini sebagai negara yang berdasarkan nasionalisme teritorial
yang terbatas pada daerah geografisnya. Dan, dalam Piagam Nasional tahun 1920 disebutkan
diantaranya bahwa Turki melepaskan tuntutan teritorial terhadap daerah-daerah yang dahulu
di bawah kekuasaan kesultanan Turki Utsmani, kecuali daerah yang di dalamnya terdapat
mayoritas orang Turki. Setelah jabatan sultan dihapuskan, masih ada satu jabatan lain, yaitu
Khalifah yang waktu itu dipegang Abdul Majid. Namun, saat itu khalifah tidak lagi mempunyai
kekuasaan duniawi, yang ada hanyalah kekuasaan spiritual. Ide sekularisasi Musthafa telah
dimasukkan dalam konstitusi republik Turki. Hal ini ditentang oleh kaum Islamis Turki dan
mereka memperkuat dan masih mengakui kedudukannya. Sehingga khalifah masih
menerima wakil dari luar negeri, mengadakan prosesi kebesaran hari jumat dan tetap tinggal
di Istanbul.
Akibat penghapusan ini, muncul golongan oposisi yang diatur oleh kelompok
Islamis dan Sufistis yang diorganisasikan menurut garis-garis tarekat. Aksi
gerakan perlawanan terhadap Musthafa ini di bawah tanah. Diantara
kelompok sufi ialah Bektasiah, Naqsyabandiah, qadariah dan Maulawiyah.
Karena kelompok-kelompok ini dipandang Musthafa sebagai penghalang
terhadap langkah-langkah kelompok nasionalis, maka pada tahun 1925,
aliran-aliran keagamaan dan tarekat-tarekat dibubarkan, begitu pula dengan
tempat-tempat pertemuan mereka, tekke dan makam-makam ditutup.
• Sekularisasi di Bidang Hukum Bidang hukum pun tidak lepas dari usaha sekularisasi Musthafa
Kemal. Ia menghapuskan Kementrian urusan syariat yang dibentuknya sendiri sebagai pengganti
biro Syaikhul Islam. Dan, pada tahun 1926 hukum syariat didantinya dengan Undang-Undang
Sipil yang diambil dari Undang-Undang Swiss. Perkawinan tidak lagi dilakukan berdasarkan
syariat Islam, akan tetapi menurut hukum sipil. Selanjutnya, dibuat hukum baru, seperti hukum
dagang, hukum pidana, hukum laut dan hukum obligasi, yang semuanya diambil dari Barat,
sebagaimana prinsip westernisasi yang menjadi prinsip modernisasinya. Alasan dihapuskannya
Kementrian urusan Syariat ini, menurut Serif Mardin, sebagaimana dikutip oleh Makhmud
Syafe’i (2008), adalah untuk mempermudah usaha untuk menghilangkan segala artikel yang
menyatakan Islam sebagai agama negara dalam konstitusi 1921, dan sembilan tahun kemudian
ia memasukkan prinsip sekulerisme ke dalam konstitusi secara resmi menjadi negara sekuler.
• Sekularisasi Bidang Pendidikan Bidang pendidikan pun tak luput dari sekulerisasi Musthafa
Kemal. Langkah-langkah modernisasi dalam bidang pendidikan dimulai ketika dikeluarkannya
dekrit presiden tanggal 7 Pebruari 1924, yang berisi pelepasan semua unsur keagamaan dari
sekolah-sekolah asing. Dan sebulan kemudian, tanggal 1 Maret 1924, diterimanya ide penyatuan
pendidikan di bawah “satu atap”, yaitu di bawah kementrian pendidikan, yang berarti
penghapusan segala bentuk pengawasan yang dilakukan oleh badan-badan Islam terhadap
sekolah-sekolah.
• Sekularisasi Bidang Budaya, Peradaban, adat dan Ekonomi Sebagaimana yang disebutkan ,
bahwa ide yang diinginkan oleh Musthafa bersifat menyeluruh, maka budaya, peradaban, adat
dan ekonomi pun tak luput dari ide pembaharuannya. Dalam bidang peradaban, pemakaian
penutup kepala tarbus dilarang dan diganti dengan topi ala Barat. Pakaian agama juga
dilarang, termasuk jilbab, dan rakyat Turki harus mengenakan pakaian barat, baik pria ataupun
wanita. Pada tahun 1931, dibuat keputusan bahwa azan harus dikumandangkan dengan
bahasa Turki, dan bukan bahasa Arab lagi. Al-Quran harus diterjemahkan ke dalam bahasa
Turki agar dapat dipahami oleh rakyat Turki. Khutbah jumat harus diberikan dalam bahasa
turki. Pada tahun 1935 dikeluarkan Undang-Undang yang mewajibkan mempunyai nama
belakang
• Dalam bidang ekonomi, meskipun Turki banyak menyerap peradaban Barat sebagai acuannya
dan Turki banyak menyerap peradaban Barat, akan tetapi Musthafa membatasi diri untuk
bekerjasama dengan peradaban Barat dalam bidang ini. Ia tidak mau negaranya dikuasai pihak
asing. Diantara kebijakannya bidang ekonomi adalah mengurangi volume perdagangan luar
negeri, menekan belanja rutin, mengurangi pengeluaran atau anggaran militer menjadi rata-
rata 28 % dari seluruh jumlah anggaran, dan memberi bantuan kepada sektor swasta agar bisa
lebih mandiri.