Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan manusia

lainnya. Di Indonesia, bahasa yang wajib digunakan dan bahasa yang merupakan bahasa

persatuan adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki aturan

dan kaidah-kaidah yang perlu dipahami oleh kita sebagai warga negara Indonesia.

Namun, melihat fakta zaman sekarang banyak orang yang menggunakan bahasa

Indonesia dengan tidak benar. Sehingga setiap kata yang diucapkan rancu ketika didengar. Untuk

itu, kita perlu memahami aturan dalam bahasa Indonesia yang disebut Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD). EYD ini harus menjadi pedoman bagi kita untuk berbahasa Indonesia

yang baik dan benar. Supaya tidak terjadi banyak kekeliruan dan sesuai dengan aturan yang

terkandung dalam pedoman EYD.

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan

huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya.Batasan tersebut menunjukan pengertian kata

ejaan berbeda dengan kata mengeja.

Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah

suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur

keseluruhan caramenuliskan bahasa.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi keteraturan dan

keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Ibarat sedang mengemudi kendaraan,

ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para

pengemudimematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib

danteratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.

2. Sejarah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak

tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia

Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan

bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh

para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 2
Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan

Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia.

Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).

Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah

itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah".

Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan "Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Keputusan menteri ini menyempurnakan EYD

edisi 1975.

Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987

diganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

3. Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah :

 'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 3
 'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak

 'j' menjadi 'y' : sajang → sayang

 'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk

 'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat

 'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir

 awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di

rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli,

dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan

Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.

Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan tanda

baca sesuai EYD

 (Indonesia) Dari Ejaan van Ophuijsen Hingga EYD

 (Inggris) Malay Spelling Reform Sejarah Ejaan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia

4. Pedoman Umum EYD

1. Penggunaan Huruf Besar atau Huruf Kapital

a. Huruf pertama kata ganti "Anda"

- Ke mana Anda mau pergi Bang Toyib?

- Saya sudah menyerahkan uang itu kepada Anda setahun yang lalu untuk dibelikan

PS3.

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 4
b. Huruf pertama pada awal kalimat.

- Ayam kampus itu sudah ditertibkan oleh aparat pada malam jumat kliwon kemarin.

- Anak itu memang kurang ajar.

- Sinetron picisan itu sangat laku dan ditonton oleh jutaan pemirsanya sedunia.

c. Huruf pertama unsur nama orang

- Yusuf Bin Sanusi

- Albert Mangapin Sidabutar

- Slamet Warjoni Jaya Negara

d. Huruf pertama untuk penamaan geografi

- Bunderan Senayan

- Jalan Kramat Sentiong

- Sungai Ciliwung

e. Huruf pertama petikan langsung

- Pak kumis bertanya, "Siapa yang mencuri jambu klutuk di kebunku?"

- Si panjul menjawab, "Aku tidak Mencuri jambu klutuk, tetapi yang kucuri adalah

jambu monyet".

f. Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang atau instansi.

- Camat Pesanggrahan

- Profesor Zainudin Zidane Aliudin

- Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional

g. Huruf Pertama pada nama Negara, Pemerintahan, Lembaga Negara, juga Dokumen

(kecuali kata dan).

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 5
- Mahkamah Internasional

- Republik Rakyat Cina

- Badan Pengembang Ekspor Nasional

2. Penulisan Kata

a. Kata dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satuan.

Contoh : Paman baru datang kemarin pagi

Budi baru beli sepeda warna biru

Kata yang bentuk dasarnya brupa gabungan kata

Contoh : mempertanggungjawabkan

Melipatgandakan

b. Kata turunan

Imbuhan (awalan,sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Contoh : dipukul

Dilebarkan

Salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,gabungan kata itu ditulis

serangkai.

Contoh : Pancasila prasangka

Swadaya tunanetra

c. Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 6
Contoh : anak-anak

Gerak-gerik

d. Gabungan Kata

- Gabungan kata yang lazim disebut dengan kata majemuk, termasuk istilah khusus,

bagian- bagiannya yang umum ditulis terpisah.

Contoh : meja tulis

Orang tua

- Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat

diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.

Contoh : anak-istri bapak-ibu

Adik kakak

e. Kata depan

- Kata depan di,ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam

gabungan kata yang sudah di anggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Contoh : Arman duduk di kursi

Paman pergi ke Semarang

f. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya.

Contoh : Apa yang kumiliki bisa kau pinjam sekarang juga. Bukuku, bukumu, dan

bukunya tersimpan rapi di almari.

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 7
g. Partikel

- Partikel lah,kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh : Marilah kita makan bersama-sama.

- Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinnya.

Contoh : Apa pun yang kau minta tidak akan saya berikan.

3. Tanda Baca

1.) Tanda Koma

a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya:

• Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

• Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara

berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

Misalnya:

• Saya ingin datang, tetapi hari hujan..

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak

kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:

• Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 8
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak

kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

Misalnya:

• Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang

terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,

meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya:

• ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata

yang lain yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya:

• O, begitu?

• Wah, bukan main!

g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya:

• Kata Ibu, "Saya gembira sekali."

• "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."

h. Tanda koma dipakai di antara

(i) nama dan alamat,

(ii) bagian-bagian alamat,

(iii) tempat dan tanggal, dan

(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 9
Misalnya:

• Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas

Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.

• Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor

i. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam

daftar pustaka. Misalnya:

• Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2.

Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

j. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya:

• W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP

Indonesia, 1967), hlm. 4.

k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk

membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:

• B. Ratulangi, S.E.

• Ny. Khadijah, M.A.

l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang

dinyatakan dengan angka. Misalnya:

• 12,5 m

• Rp12,50 m.

2. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak

membatasi. Misalnya

• Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

• Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 10
• Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.

Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:

• Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

n. Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang

terdapat pada awal kalimat. Misalnya:

• Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-

sungguh.

• Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.

Bandingkan dengan:

• Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan

bahasa.

• Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang

mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda

seru. Misalnya:

• "Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.

• "Berdiri lurus-lurus!" perintahnya.

2. ) Tanda Titik (.)

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya:

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 11
• Ayahku tinggal di Solo.

• Biarlah mereka duduk di sana.

• Dia menanyakan siapa yang akan datang.

• Hari ini tanggal 6 April 1973.

• Marilah kita mengheningkan cipta.

• Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:

a. III. Departemen Dalam Negri

A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa

B. Direktorat Jendral Agraria

b. 1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan

1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan

1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik

Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka

atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

Misalnya:

• pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 12
d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka

waktu. Misalnya:

• 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

• 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

• 0.0.30 jam (30 detik)

e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda

tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Misalnya:

• Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Misalnya:

• Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

• Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak

menunjukkan jumlah. Misalnya:

• Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

• Lihat halaman 2345 dan seterusnya.

• Nomor gironya 5645678.

g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala

ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya:

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 13
• Acara Kunjungan Adam Malik

• Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45)

• Salah Asuhan

h. Tanda titik tidak dipakai di belakang

(1) alamat pengirim dan tanggal surat atau

(2) nama dan alamat penerima surat.

Misalnya:

Jalan Diponegoro 82

Jakarta (tanpa titik)

1 April 1985 (tanpa titik)

Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)

Jalan Arif 43 (tanpa titik)

Palembang (tanpa titik)

Atau:

Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)

Jalan Cikini 71 (tanpa titik)

Jakarta (tanpa titik)

3.) Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang

menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya:

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 14
• Alangkah seramnya peristiwa itu!

• Bersihkan kamar itu sekarang juga!

• Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!

• Merdeka!

4.) Tanda Hubung (–)

a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.

Misalnya:

• Di samping cara-cara lama itu ada juga cara yang baru.

Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.

Misalnya:

Beberapa pendapat mengenai masalah itu

telah disampaikan ....

Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau

beranjak ....

atau

Beberapa pendapat mengenai masalah

itu telah disampaikan ....

Walaupun sakit, mereka tetap tidak

mau beranjak ....

bukan

Beberapa pendapat mengenai masalah i-

tu telah disampaikan ....

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 15
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-

u beranjak ....

b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan

bagian kata di depannya pada pergantian baris.

Misalnya:

• Kini ada cara yang baru untuk meng-

ukur panas.

• Kukuran baru ini memudahkan kita me-

ngukur kelapa.

• Senjata ini merupakan alat pertahan-

an yang canggih.

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya:

• anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.

Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai

pada teks karangan.

d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Misalnya:

p-a-n-i-t-i-a

8-4-1973

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 16
e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas

(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.

Misalnya:

• ber-evolusi

• dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)

• tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial

Bandingkan dengan:

• be-revolusi

• dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000)

• tanggung jawab dan kesetiakawanan social

f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan

(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,

(ii) ke- dengan angka,

(iii) angka dengan -an,

(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan

(v) nama jabatan rangkap

Misalnya

• se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X,

Menteri-Sekretaris Negara

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 17
g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa

asing.

Misalnya:

di-smash, pen-tackle-an

5.) Tanda Titik Koma (;)

a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan

setara. Misalnya:

• Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan

kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya:

• Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-

nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".

6.) Tanda Tanya (?)

a. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya. Misalnya:

• Kapan ia berangkat?

• Saudara tahu, bukan?

b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang

disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:

Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 18
7.) Tanda Petik ("...")

a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan

tertulis lain. Misalnya:

• "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

• Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."

b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Misalnya:

• Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.

• Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan

dalam Tempo.

• Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti

khusus. Misalnya:

• Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.

• Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 19
Misalnya:

• Kata Tono, "Saya juga minta satu."

e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang

mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian

kalimat. Misalnya:

• Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".

• Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

Catatan:

Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi

di sebelah atas baris.

8). Tanda Titik Dua (:)

a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau

pemerian. Misalnya:

• Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

• Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang

mengakhiri pernyataan Misalnya:

• Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

• Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 20
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya:

a. Ketua

Sekretaris

Bendahara :

: Ahmad Wijaya

S. Handayani

B. Hartawan

b. Tempat Sidang

Pengantar Acara

Hari

Waktu :

: Ruang 104

Bambang S.

Senin

09.30

c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam

percakapan.

Misalnya:

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 21
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"

Amir : "Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)

Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)

d. Tanda titik dua dipakai:

(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,

(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,

(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta

(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Misalnya:

Tempo, I (1971), 34:7

Surah Yasin:9

Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco,

1968.

9.) Tanda Kurung ((...))

a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.

Misalnya:

• Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.

b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok

pembicaraan.

Misalnya:

• Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 22
1962.

• Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam

negeri.

c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

Misalnya:

• Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).

• Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

Misalnya:

• Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal

10.) Tanda Elipsis (...)

a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

Misalnya:

• Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang

dihilangkan.

Misalnya:

• Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Catatan:

Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga

buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.

Misalnya:

Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 23
11. ) Tanda Garis Miring (/)

a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa

satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Misalnya:

No. 7/PK/1973

Jalan Kramat III/10

tahun anggaran 1985/1986

b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

Misalnya:

dikirimkan lewat darat/laut (dikirimkan lewat darat atau laut)

harganya Rp25,00/lembar (harganya Rp25,00 tiap lembar)

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 24
BAB III

PENUTUP

A.Simpulan

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan

keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak

tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.

Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan "Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".

Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987

diganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pedoman-pedoman EYD diantaranya :

a. Penggunaan Huruf Besar atau Huruf Kapital

b. Penulisan Kata

c. Tanda Baca

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 25
B.Saran-Saran

1. Hendaknya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita harus menggunakan

pedoman EYD ini dalam kehidupan sehari-hari agar tidak terjadi kekeliruan yang

menyalahi pedoman EYD ini.

2. Seharusnya, pedoman dalam tat cara bahasa ini dijadikan dasar dalam pembelajaran sejak

SD. Supaya anak terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kelompok 1 Tugas Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


Halaman 26

Anda mungkin juga menyukai