“ PENULISAN KATA “
Disusun oleh :
Kelompok 2
Ayu Lestari ( 062030501358 )
Fitri Ardelia ( 062030501362 )
Inna Adelina ( 062030501364 )
Muhammad Gilbran Elyus ( 062030501367 )
Tasya Putri Nuria ( 062030501375 )
Dosen Pengajar :
Anzas Rua Usmana, M. Pd.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Penulisan Kata “ ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Anzas Rua Usmana, M. Pd pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “ Penulisan Kata “ bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan 1
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami yang dimaksud dari penulisan kata.
2. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami sistem dari penulisan kata.
i
BAB 2
PEMBAHASAN
Penulisan kata terdiri dari dua kata yaitu “penulisan” dan “kata”. Penulisan adalah
proses, cara, perbuatan menulis atau menulis, sedangkan kata adalah unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang
dapat digunakan dalam berbahasa. ( KBBI :edisi 3 ).
Dari pengertian perkata diatas, dapat disimpulkan bahwa penulisan kata adalah proses
atau cara menulis yang mepertimbangkan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
sebagai wujud kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai
ejaan yang disempurnakan.
Dalam metode penulisan kata terbagi atas : kata dasar, kata turunan, bentuk ulang
( reduplikasi ), gabungan kata ( kata majemuk ), kata depan, partikel, singkatan dan akronim,
angka dan lambang. Di bawah ini adalah penjelesannya :
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata
dasar adalah kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar.
Contohnya adalah makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah,
pindah, dan lain-lain.
Kata dasar bisa membentuk satu kesatuan kalimat, yaitu:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
2. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Kata berimbuhan adalah kata-kata dasar yang mendapatkan imbuhan
yang berupa awalan, akhiran, sisipan, dan awalan-akhiran. Imbuhan sendiri
i
berfungsi untuk menambahkan arti atau maksud dari kata-kata dasar yang
diberi imbuhan tersebut.
Macam-macam kata imbuhan :
Awalan (Prefiks)
Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar.
Imbuhan-imbuhan yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah:
me-, ber-, ke-, di-, ter-, pe-, dan se-. Contohnya : mengambil, beranak,
kedua, dilihat, terbaik, pemaaf.
Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar.
Bentuk-bentuk sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-. Contoh: -em- +
getar = gemetar.
Akhiran (sufiks)
Akhiran sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar.
Ada beberapa macam bentuk imbuhan sufiks, diantaranya adalah –
kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun. Contonya : patahkan, turuti, garisan,
bukankah, iyatah, sayapun.
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga
keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsure gabungan kata itu ditulus serangkai. (Lihat juga keterangan
tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,
penghancurleburan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
i
adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama,
bikarbonat, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter,
demoralisasi, dwiwarna.
catatan:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf
kapital, di antara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata yang
bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi
kita. Marilah kita beersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih.
3. Kata Ulang
Kata Ulang adalah bentuk kata yang merupakan pengulangan kata dasar.
Pengulangan ini dapat memiliki atau menciptakan arti baru.
Kata ulang terdiri dari beberapa macam, yaitu:
1) Pengulangan seluruh
Kata ulang ini terdiri dari kata dasar yang diulang secara keseluruhan.
Misalnya buku – buku, anak – anak, ibu – ibu, bapak – bapak, dan lain
– lain.
Contoh dalam bentuk kalimat:
Kami mengumpulkan buku – buku untuk anak – anak korban
kebanjiran.
Ibu – ibu PKK menghadiri acara yang dilaksanakan oleh ibu
walikota pada hari minggu besok.
Tanah longsor menimbun rumah – rumah yang ada di
kampung Duren pada hari selasa yang lalu.
2) Pengulagan sebagian
Kata ulang ini adalah kata ulang yang berasal dari kata dasar
yang mengalami pengulangan hanya pada bagian awal atau akhirnya
i
saja. Misalnya tetangga, pepohonan, perumahan, perbukitan, dan lain –
lain.
Contoh dalam bentuk kalimat:
Orang itu hidup dengan sangat tertutup tak heran tetangga
mencurigainya.
Ketika aku berlibur di desa, aku melihat perbukitan yang sangat
indah.
Orang itu menebang pepohonan yang ada di atas bukit
akibatnya terjadi tanah longsor.
4. Kata Manjemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang
mengandung satu pengertian baru. Morfem sendiri adalah bentuk terkecil yang
dapat membedakan makna dan atau mempunyai makna. Wujud morfem dapat
berupa imbuhan, klitika, partikel dan kata dasar (misalnya –an, -lah, -kah, bawa).
Sebagai kesatuan pembeda makna, semua contoh wujud morfem tersebut
merupakan bentuk terkecil dalam arti tidak dapat lagi dibagi menjadi kesatuan
bentuk yang lebih kecil. Kata majemuk tidak menonjolkan arti tiap kata. tetapi
gabungan kata itu secara bersama-sama membentuk suatu makna atau arti
baru.
a. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Cara Penulisannya
1. Kata Majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisannya
dirangkaikan. seolah-olah telah melebur menjadi satu kata baru.
Misalnya: matahari, Hulubalang, bumiputra.
2. Kata majemuk tak-senyawa
Kata majemuk tak-senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisan
morfem-morfem dasarnya tetap terpisah. Misalnya: sapu tangan, kumis
kucing, cerdik pandai.
b. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas Kala Pembentuknya
Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata benda. Misalnya:
kapal udara, anak emas, sapu tangan.
i
Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata kerja. Misalnya:
kapal terbang, anak pungut, meja makan.
Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat. Misalnya:
orang tua, rumah sakit, pejabat tinggi.
Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata benda. Misalnya:
panjang tangan, tinggi hati, keras kepala.
Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda. Misalnya:
pancaindera, dwiwarna, sapta marga.
Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja. Misalnya: naik
turun, keluar masuk, pulang pergi.
Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat. Misalnya: tua
muda, cerdik pandai, besar kecil.
c. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Hubungan Kata Pembentuknya
Ditinjau dari segi hubungannya.
Kata majemuk yang morfem pertama nya merupakan awalan (prefiks).
seperti: pra-sarana, prasejarah.
Kata majemuk yang morfem pertamanya merupakan pangkal kata.
seperti: rumah sakit, kapal udara, meja belajar.
Kata majemuk'yang morfem keduanya merupakan pangkal kata.
seperti: maha-siswa, bumiputra, Purbakala.
Kata majemuk yang morfem pertamanya mempunyai hubungan
sederajat dengan morfem keduanya, seperti : naik turun, besar kecil,
pulang pergi, sanak saudara.
Ciri-ciri kata majemuk :
Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang
menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
Frekuensi pemakaiannya tinggi.
Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk
menurut hokum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).
i
5. Kata Depan
Kata depan adalah kata-kata yang secara sintaksis diletakan sebelum kata
benda, kata kerja atau kata keterangan dan secara semantis kata depan menandakan
berbagai hubungan makna antar kata depan dan kata yang ada dibelakangnya.
a. Aturan Penulisan Kata Depan
Kata depan seperti “di”, “ke”, dan “dari” ditulis terpisah dengan
kata-kata di belakangnya kecuali untuk kata-kata yang sudah
dianggap lazim sebagai satu kata, seperti kepada, daripada dan
sebagai imbuhan, seperti dipukul, dimakan dan lain-lain. Contoh :
di atas bukan diatas
Kata depan ditulis dengan huruf kecil jika digunakan di dalam
kalimat sebagai judul. Contoh : Berangkat dari Jakarta ke
Palembang
b. Jenis-Jenis Kata Depan
1) Kata depan penanda tempat keberadaan dan waktu, yaitu: di,
pada, dalam, dan antara.
Contoh:
Adikku bersekolah di SDN 4 Panarung.
Budi berangkat ke kasongan pada siang hari.
2) Kata depan penanda arah atau tempat asal, yaitu: “dari”.
Contoh:
Ayahku baru pulang dari Banjarmasin tadi malam.
Siswa baru itu pindahan dari Sampit.
3) Kata depan penanda arah atau tempat tujuan, yaitu: “ke”,
“kepada”, “akan”, dan “terhadap”.
Contoh:
Pada liburan yang akan datang aku akan pergi ke rumah
nenekku.
Surat ini ditunjukan kepada bapak kepala sekolah
SMAN 4 Maju Mundur.
4) Kata depan penanda pelaku, yaitu: “oleh”.
Contoh:
Pekerjaan itu diselesaikan oleh dirinya sendiri.
i
Akibat terlambat, dia dimarahi oleh guru bk di sekolah.
5) Kata depan penanda alat atau cara yaitu: “dengan” dan “berkat”.
Contoh:
Ayah memotong rumput dengan menggunakan pisau
rumput.
Lantai rumahku sangat bersih berkat cairan pembersih.
6) Kata depan penanda perbandingan, yaitu: “daripada”.
Contoh:
Rumahku lebih kecil daripada rumah pejabat itu.
Jarak antara rumahku ke sekolah lebih lama daripada
rumahnya ke sekolah.
7) Kata depan menunjukan suatu hal atau permasalahan, yaitu:
“tentang” dan “mengenai”.
Contoh:
Rapat pagi hari itu membahas tentang rencana kegiatan
yang akan segera dilaksanankan.
Ani bertanya mengenai sikapku padanya beberapa hari
yang lalu.
8) Kata depan penanda hubungan akibat, yaitu: “hingga” dan
“sampai”.
Contoh:
Pelaku curanmor itu dipukuli hingga babak belur.
Sinta menangis sampai air matanya mengering.
9) Kata depan penanda hubungan tujuan, yaitu: “untuk”, “buat”,
“guna” dan “bagi”. Contoh:
Aku membuatkan kue ini khusus untuk Ani yang
sedang sakit.
Budi mengerjakan tugas matematika buat adiknya.
6. Partikel
Partikel atau kata tugas adalah salah satu jenis kata dalam tatabahasa formal
bahasa Indonesia yang hanya memiliki makna gramatikal dan tidak memiliki
i
makna leksikal. Artinya, makna dari kata tugas akan menjadi jelas ketika
dihubungkan dengan kata lain dalam sebuah kalimat.
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,
meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian kalimatyang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya :
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
i
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal
kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR = Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI = Persatuan Guru Republik Indonesia
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik.
Misalnya:
dll = dan lain-lain
dsb = dan sebagainya
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu = cuprum
cm = sentimeter
kVA = kilovolt-ampere
i
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya
ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu = pemilihan umum
rapim = rapat pimpinan
catatan :
jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan
syarat-syarat berikut :
1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku
kata yang lazim pada kata Indonesia.
2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian
kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola
kata Indonesiayang lazim.
i
3. Angka lazim dipakai untuk melambangka nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X.
Surah Yasin: 9.
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
a. Bilangan utuh
Misalnya: Dua belas = 12.
b. Bilangan pecahan
Misalnya: Setengah = ½.
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X;
pada awal abad XX;
dalamkehidupan abad ke-20 ini.
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang
berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
tahun ’50-an atau tahun lima puluhan.
uang 5000-an atau uang lima ribuan lima.
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak
setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
i
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia brjumlah lebi dari 200 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks,
kecuali did lam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah. 12.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat. Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus
Sembilan puluh Sembilan dan tujh puluh lima perseratus rupiah).
Bukan:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (Sembilan ratus
Sembilan puluh Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
i
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Penulisan kata adalah proses atau cara menulis yang mepertimbangkan unsur bahasa
yang diucapkan atau dituliskan sebagai wujud kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat
digunakan dalam berbahasa sesuai ejaan yang disempurnakan. Penggunaan kata dalam
penulisannya perlu diperhatikan seperti kata dasar, kata turunan, bentuk ulang ( reduplikasi ),
gabungan kata ( kata majemuk ), kata depan, partikel, singkatan dan akronim, angka dan
lambang terutama dalam sebuah karya tulis, apalagi bagi mahasiswa yang sedang
menjalankan tugas makalah, laporan pratikum, menyusun proposal ataupun skripsi. Karena
dengan penulisan kata yang tepat maka pembaca tidak akan salah arti terhadap kata dasar
yang telah diberi imbuhan dan isi dari tulisan tersebut dapat tersalurkan sehingga tujuan
penulis dapat tersampaikan.
3.2 Saran
Sebaiknya sebagai warga negara Indonesia tidak ada salahnya jika menerapkan
penulisan kata yang tepat dalam suatu karya tulis.
i
DAFTAR PUSTAKA
pedoman_umum-ejaan_yang_disempurnakan.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Kata_tugas
https://kerjainyugas.blogspot.com/2017/01/makalah-penulisan-kata.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_gaya/Singkatan_dan_akronim