Implementation
Kebutuhan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan baik telah menjamur di
seluruh dunia. Banyak orang tua yang menginginkan anak-anak mereka mendapatkan
pembelajaran bahasa Inggris yang terbaik. Seperti kita ketahui bersama bahwa ada banyak cara
untuk belajar bahasa Inggris antara lain melalui pendidikan formal, belajar di luar negeri, media,
dan internet. Bahasa Inggris adalah salah satu pelajaran yang dimulai dari tingkat dasar, bahkan
sebagian sekolah mengajarkan mata pelajaran bahasa Inggris mulai tingkat taman kanak-kanak.
Oleh karena itu perlu adanya suatu metodologi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
zaman.
Communicative Approach atau Communicative Language Teaching mulai dikenal pada tahun
1970. Metode ini berisi tentang tujuan mengajar bahasa, mengetahui bagaimana siswa belajar
bahasa, mengetahui kegiatan-kegiatan pembelajaran di kelas, serta mengetahui peranan guru dan
siswa di dalam kelas. Communicative Approach adalah menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan penuh arti, mengetahui bagaimana menggunakan bahasa untuk berbagai
tujuan dan fungsi, mengetahui bagaimana menggunakan bahasa formal dan informal, mengetahui
jenis-jenis teks yang digunakan, mampu berkomunikasi meskipun siswa hanya memilki
pengetahuan yang tebatas.
Belajar bahasa adalah suatu proses dari kebiasaan. Kemampuan berbahasa Inggris terbentuk dari
kebiasaan siswa menghasilkan kalimat-kalimat yang baik dan tidak membuat kesalahan yang
berulang-ulang. Kesalahan dapat dihindari melalui latihan yang berulang-ulang dan adanya
kesempatan untuk menghasilkan bahasa, baik secara tulisan maupun lisan. Dalam
Communicative Approach siswa berlatih melaui kegiatan-kegiatan seperti menghafal dialog dan
drilling, bermain peran, dan kegiatan berkelompok. Jika dilihat dari kegiatan tersebut tentu saja
siswa yang satu harus berinteraksi dengan siswa lain sehingga terjalin adanya komunikasi. Siswa
harus ikut berpartisipasi dalam kegiatan di dalam kelas dan lebih mengutamakan sistem koperatif
dibandingkan individu. Siswa berlatih mendengarkan dan merespon percakapan temannya.
Mereka diharapkan akan memiliki kemampuan mendengarkan yang lebih baik. Sementara guru
memiliki peranan sebagai fasilitator dan monitor, dari pada menjadi model.
Dengan menggunakan Communicative Approach tentu ada interaksi yang bermakna antar siswa
karena saat seorang siswa menggunakan bahasa selalu ada respon dari siswa lain yang
mendengarkannya. Siswa juga mencoba merangkai kata-kata untuk mengatakan sesuatu
sehingga mereka akan menemukan kata-kata baru yang bisa mereka kembangkan sendiri.
Misalnya saat mereka ingin menyuruh orang meminta untuk dibukakan pintu mereka akan
berkata ”Open the door.” atau ”Could you open the door for me.” atau ”Please to opens the
door.” Tentu masih banyak variasi kata yang lainnya, selama maknanya masih sama dan orang
yang diajak bicara mengerti maksud si penutur. Salah satu tujuan Communicative Approach
adalah mengembangkan kelancaran dalam menggunakan bahasa. Kelancaran siswa diperoleh
karena adanya interaksi natural yang bermakna dan latihan berkomunikasi yang dikembangkan
melalui kegiatan di dalam kelas.
Materi bahasa Inggris tingkat SMA menekankan pemahaman siswa akan genres (jenis-jenis
teks). Ada dua belas jenis teks yang harus dipelajari siswa SMA dari kelas X sampai kelas XII.
Siswa diharapkan menguasai semua jenis teks tersebut dan dapat mengaplikasikannya di dalam
kehidupannya. Untuk mencapai tujuan tersebut kita memerlukan strategi mengajar yang tepat.
Salah satunya adalah Text-based instruction.
Text-based instruction juga dikenal sebagai genre-based approach merupakan suatu kompetensi
dalam berkomunikasi yang menguasai berbagai jenis teks. Teks tersebut menggunakan tema,
struktur bahasa dan konteks tertentu. Dalam satu hari seorang pembicara dapat menggunakan
bahasa lisan dalam tema dan konteks yang berbeda, misalnya:
1. Percakapan dengan orangtua.
2. Percakapan dengan dokter mengenai kesehatan.
3. Percakapan dengan orang yang tidak dikenal di jalan.
4. Percakapan melalui telepon untuk bertemu dengan teman.
Setiap penggunaan bahasa dalam konteks di atas merupakan satu teks mulai dari awal, tengah
dan akhir percakapan yang terdiri dari suatu susunan tertentu yang dilengkapi dengan tata bahasa
dan kosa kata. Kemampuan siswa untuk berkomunikasi adalah memiliki kemampuan untuk
menggunakan berbagai jenis teks yang berbeda baik lisan maupun tulisan dalam konteks
tertentu.
Berdasarkan Feez dan Joyce (1998), Text-based instruction berdasarkan pendekatan mengajar
bahasa adalah:
1. Mengajar secara eksplisit tentang struktur dan tata bahasa dari teks tertulis dan lisan
2. Menggabungkan teks tertulis dan lisan ke arah konteks budaya.
3. Mendesain unit kerja yang menitikberatkan pada kemampuan mengembangkan yang
berhubungan dengan semua teks.
4. Menyiapkan siswa dengan latihan yang terarah dimana mereka mengembangkan kemampuan
berbahasa yang bermakna dan komunikatif melalui teks.
Berdasarkan paparan di atas siswa harus menguasai penggunaan dari jenis-jenis teks yang sering
digunakan dalam konteks tertentu. Biasanya teks-teks ini terdapat pada tingkat sekolah dasar,
menengah, universitas, kantor, maupun pada saat bersosialisasi di lingkungan sekitar.
Seperti namanya Text-based instruction, yaitu berdasarkan jenis-jenis teks yang dapat
diidentifikasi melalui analisis kebutuhan dan melalui analisis bahasa yang digunakan dalam latar
yang berbeda-beda. Bagaimanapun juga, dalam silabus biasanya memilki komponen lain selain
teks yaitu tata bahasa, kosa kata, topik dan fungsi. Memang ada yang mengitegrasikan keempat
kemampuan siswa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) dengan tata bahasa
melalui penguasaaan teks dari pada mengajarkannya secara terpisah.
Jenis-jenis teks yang dipelajari yaitu:
1. Procedure (procedure, explanation)
2. Information teks (description, report, news item, review)
3. Story teks (narrative, spoof, recount)
4. Persuasive teks (analytical exposition, hortatory exposition, discussion)
Selain mengajarkan teks, tata bahasa juga penting untuk dipelajari, tentu saja melalui model teks
yang diajarkan. Dalam mengajarkan recount, perlu menyisipkan materi pronouns, past tense,
verbs and verb phrase, dan lain-lain. Dalam teks decriptive, siswa juga perlu belajar kalimat
pasif, pola kalimat present tense, dan lain-lain.
Text-based instruction memiliki lima tahapan penting yang harus dilalui oleh siswa. Tahapan-
tahapan tersebut yang perlu diajarkan adalah Building the context, Modelling and
deconstructing, Joint construction of the text, Independent construction of the text, dan Linking
to related text.
1. Building the context
Tahapan pertama dalam text-based dimulai dari memperkenalkan konteks sosial dari teks yang
dipelajari. Kemudian mengeksplorasi ciri-ciri dari konteks budaya umum dari teks yang
dipelajari serta mempelajari tujuan dari teks tersebut. Selanjutnya adalah dengan mengamati
konteks dan situasi yang digunakan. Misalnya dalam teks exposition, siswa harus bisa
memahami peran dan hubungan antara orang-orang yang berdialog apakah antar teman, editor
dengan pembaca, guru dengan siswa, dan sebagainya. Siswa juga harus memahami media yang
digunakan apakah percakapan tatap muka langsung, atau percakapan melalui telepon.
Kegiatan yang dilakukan di dalam kelas adalah:
1. Mempresentasikan konteks. Untuk menyajikan suatu konteks, bisa menggunakan berbagai
media antara lain melalui gambar, benda nyata, field-trip, kunjungan, nara sumber dan
sebagainya.
2. Membangun tujuan sosial. Untuk mengetahui tujuan sosial bisa melalui diskusi, survey, dan
yang lainnya.
3. Membanding dua kebudayaan. Membandingkan penggunaan teks antara dua kebudayaan
berbeda, yaitu kebudayaan kita dengan kebudayaan penutur asli.
4. Membandingkan model teks dengan teks yang lainnya. Contohnya membandingkan
percakapan antara teman dekat, teman kerja, atau orang asing.
Secara sederhana, berikut ini adalah contoh aplikasi kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di
dalam kelas menggunakan pendekatan berbasis teks dalam materi teks report. Tahap-tahap yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Building the context
1. Guru memberikan contoh model teks report menggunakan gambar, misalnya whale.
2. Siswa mempelajari tujuan dari teks report, yaitu untuk mendeskripsikan sesuatu secara umum
melalui penelitian ilmiah.
3. Siswa mempelajari konteks teks report, yaitu siswa dapat menemukan teks dalam buku-buku
ilmiah, film dokumenter, dan sebagainya.
4. Siswa membandingkan model teks report dengan teks yang lainnya. Misalnya
membandingkan teks ”whales” dan ”spiders”.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pendekatan ini memfokuskan pada hasil pembelajaran
dibandingkan dengan prosesnya. Salah satu kelemahannya adalah kurang menekankan kreatifitas
siswa secara individu dan ekspresi personalnya. Penggunaan metode ini juga dapat membuat
siswa jenuh karena pendekatan ini menekankan pengulangan-pengulangan, seperti yang sudah
dijelaskan bahwa ada lima tahapan yang dilalui siswa untuk mempelajari satu jenis teks.