Anda di halaman 1dari 3

Mahasiswa ”pelita bagi Pergerakan dan cahaya bagi kehidupan”

Dharma “pengabdian kepada masyarakat” oleh perguruan tinggi seringkali


dikonotasikan sebagai suatu kegiatan pemberian bantuan dan pelayanan secara
cuma — cuma kepada kelompok masyarakat yang lemah, tidak mampu secara
ekonomis, dan berada dalam kodisi keterbelakangan. Konotasi semacam itu
adalah akibat dari kesalahan dalam menafsirkan istilah “pengabdian” terbatas
sebagai suatu “kegiatan tanpa pamrih”. Padahal, kegiatan pemberian bantuan dan
pelayanan tersebut hanya merupakan salah satu bentuk dari berbagai kegiatan
pengabdian kepada masyarakat oleh perguruan tinggi, dan tidak selalu harus
dilakukan secara cuma-cuma. Di samping itu, semua komponen organisasi
perguruan tinggi dapat melaksanakan dharma pengabdian kepada masyarakat ini,
karena pelaksanaan darma tersebut tidak hanya menjadi tugas dan kewajiban dari
lembaga fungsional seperti lembaga pengabdian kepada masyarakat yang telah
dibentuk secara khusus oleh perguruan tinggi. Dosen (baik secara pe-orangan
maupun kelompok), laboratorium, jurusan, serta pusat penelitian, juga dapat
melaksanakannya sesuai dengan bentuk kegiatan pengabdian yang relevan.

Mahasiswa memiliki posisi, potensi, dan peran istimewa dibandingkan


golongan akademik lainnya. Mahasiswa juga memiliki kebebasan dalam
“bergerak” karena belum terikat kepentingan — kepentingan yang dapat
melunturkan idealisme mereka. Ketika mahasiswa yang turun ke masyarakat,
mereka seharusnya dapat menjadi representasi dari individu yang memiliki
pemikiran dan niat yang tulus. Dari identitas tersebut, secara tersirat dapat
menjelaskan bahwa mahasiswa mempunyai tangung jawab secara intelektual,
sosial, dan moral kepada masyarakat.

Karena kekhasan fungsi tersebut, peran mahasiswa dapat disebut sebagai


agent of change, social control, iron stock, dan moral force dalam masyarakat
dengan mengandalkan kemampuan dan kualitas masing-masing mahasiswa.
Mahasiswa, dalam melaksanakan fungsi dan kewajiban tersebut, sudah banyak
diwadahi dengan komunitas berbasis keilmuan maupun minat, dengan beragam
latar belakang, visi wadah, dan kemampuan masing-masing. Keberagaman ini
juga dapat memicu adanya kolaborasi yang sinergis antara dua wadah atau lebih
sehingga menjadi sangat mungkin untuk berpikir bahwa kegiatan pengabdian
masyarakat menjadi sesuatu yang menarik dan bervariatif tetapi dengan tetap
memegang idealisme masing-masing kelompok.

Pengabdian masyarakat adalah bentuk aktualisasi dan eskalasi potensi


dalam diri mahasiswa dengan ilmu yang sudah diterima, alangkah baiknya
pengabdian masyarakat dikemas dengan bentuk yang sangat simpel dan sederhana
tetapi menjawab permasalahan yang berada di masyarakat danmemiliki efek yang
berkelanjutan.

Pengabdian pada Masyarakat. dituntut untuk memberikan pengabdian


kepada masyarakat. Pengabdian tersebut dapat berupa penyebaran ilmu ke tempat
peribadatan, acara warga maupun bentuk-bentuk tulisan di media massa.
Pengabdian ini  menuntut para mahasiswa untuk mempraktikkan ilmu-ilmu yang
telah dipelajari di kampus. Sebab, ilmu tanpa dipraktikkan seperti tong konsong
berbunyi nyaring. Oleh sebab itu, seorang mahasiswa benar-benar harus menjadi
teladan bagi para mahasiswa lainnya terkhusus kepada masyarakat yang notabene
adalah warga yang bias hidup bersama sehari-hari. Di zaman yang
serba modern ini, para mahasiswa sangat leluasa untuk melakukan dan
melaksanakan dengan sepenuh hati segala bentuk pengabdian sesuai catur darma.
Jadi, mengabdi jangan hanya diartikan sempit turut kerja bakti di kampung
halaman. Kita bisa mengeksplore keilmuan kita dengan aksi-aksi yang banyak
bermanfaat bagi orang banyak. Dalam hal pembelajaran, mahasiswa yang
merantau perlu memperteguh diri bahwa menutut ilmu di perguruan tinggi harus
dilakukan secara maksimal. Bila sudah tiba waktunya kembali ke kampung
halaman, Mahasiswa mampu mengabdikan dirinya terjun ke masyarakat
membangun desa.

“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu
tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul
dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak
diberikan sama sekali” Tan Malaka, Madilog

Oleh karena itu, untuk membangun rasa cinta tanah air dan rakyat didalam
diri seorang mahasiswa yang pertama harus kita lakukan adalah menanamkan
nilai-nilai pancasila pada diri kita sebagai mahasiswa serta menerapkan catur
darma ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kita bisa bersama-sama
membangun perubahan terhadap Indonesia, perubahan yang lebih baik untuk
Indonesia tercinta.

Anda mungkin juga menyukai