Selama tahap ini berlangsung, guru harus menciptakan kegiatan yang membantu siswa untuk
memahami isi teks, termasuk peran orangorang yang terlibat, tujuan teks, fungsi teks, dan jenis
situasi. Kegiatan pemahaman dapat bervariasi dari kegiatan sederhana (menemukan informasi
tentang ‘apa’) ke kegiatan yang lebih kompleks (pertanyaan inferensial). Pertanyaannya dapat
berbentuk pilihan ganda, melengkapi atau uraian tergantung pada tingkat pembelajarannya
(Madya, 2013). Tahap ini dapat dilakukan lebih dari satu pertemuan karena building knowledge
yang intensif akan membuat siswa benar-benar memahami topik yang akan ditulis atau
dibicarakan. Hal ini akan memudahkan siswa menulis atau berbicara tentang topik dalam jenis teks
yang sama.Waktu yang lama dalam tahap ini dapat dikompensasi dengan cara mengurangi alokasi
waktu untuk tahap-tahap yang selanjutnya.
b. Modelling of Text
Pada tahap ini guru memberikan model teks untuk diterangkan
kepada siswa, termasuk struktur organisasi dan ciri-ciri linguistiknya. Guru juga dapat
mendemonstrasikan kepada siswa menulis teks dari jenis tertentu di depan kelas sehingga siswa
juga akan mengetahui bagaimana guru menulis, merevisi, dan mengedit tulisannya.
Pada tahap ini dilakukan analisis dan diskusi tentang bagaimana dan mengapa contoh teks dari
jenis teks tertentu ditata untuk mengungkapkan makna. Melalui dekonstruksi teks, dimungkinkan
bagi siswa untuk menganalisis komponen-komponen teks. Madya (2013) menyebutkan contoh-
contoh pertanyaan yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa, misalnya
• Apa fungsi sosial teksnya?
• Siapa menggunakannya?
• Mengapa?
• Apa topiknya?
• Siapa pesertanya?
• Bagaimana mereka terkait satu sama lain dalam situasi tersebut?
• Apakah bahasanya lisan atau tulis?
• Apa fungsi masing-masing bagian teks?
• Apa saja ftur kebahasaannya?
• Bagaimana kita bisa mengetahui tentang apa teks itu?
• Apa hubungan antara penulis dan pembacanya?
Secara singkat, pada tahap ini siswa menginvestigasi pola-pola struktural dan fitur-fitur bahasa
teks model dan membandingkan teks model tersebut dengan contoh-contoh lain dari jenis teks
yang sama. Pada tahap ini guru disarankan untuk menggunakan asas diagnostik untuk memutuskan
berapa banyak waktu yang diberikan untuk ftur bahasa tertentu dan jenis presentasi atau praktik
yang dibutuhkan setiap siswa dengan setiap ftur (ibid.). Kegiatan memberi contoh dan
membongkar teks dilakukan baik pada tingkat wacana, kalimat, maupun ungkapan.
Pada tahap inilah guru dapat menggunakan berbagai teknik untuk menangani tatabahasa dan
struktur teks. Namun demikian, semua kegiatan dan butir ajar ditangani dalam kaitannya dengan
jenis teks yang sedang dipelajari, tujuan sosial yang akan dicapai, dan makna yang harus
dihasilkan. Disitir oleh Madya (2013), Flowerdew (2000) menyarankan kepada guru untuk
memajankan sejumlah teks dengan genre yang sama kepada siswa agar mereka melihat bahwa ada
variasi dalam teks sejenis.
Penting bagi guru untuk melakukan penilaian diagnostik karena guru harus menentukan apakah
siswa sudah siap untuk lanjut ke tahap berikutnya atau apakah mereka masih perlu melakukan
tugas-tugas
tambahan pada dua tahap sebelumnya.
Feez dan Joyce (1998) menyebutkan dua hal penting dalam tahap ini, yaitu siswa menyusun teks
secara mandiri dan kinerja siswa digunakan untuk penilaian prestasi.
Jika situasi sangat mengijinkan, kegiatan pembelajaran dapat dilanjutkan sampai tahap Linking to
Related Texts seperti yang disarankan oleh Feez dan Joyce (2002).