G. Ringkasan Artikel
Naskah Kajen merupakan suatu istilah yang digunakan untuk satu naskah yang
disimpan oleh para kyai di Kajen yang diyakini sebagai karya syekh Mutamakkin. Naskah
‘Arsy al-Muwahiddin adalah salah satu dari dari teks-teks yang ada dalam naskah Kajen.
Milal menyebut bahwa oral history bisa juga disebut Teks Kajen, digunakan untuk menunjuk
pada sumber lokal atau sejarah lokal yang dikonstruksi lewat cerita tutur di tengah
masyarakat Kajen dan sekitarnya yang masih hidup hingga saat ini.
Mengenai Ada 21 halaman dalam teks ‘Arsy al-Muwahiddin yang menjadi sumber
dalam kajian ini. Ia tergabung dengan tesk-teks lain yang ada dalam Naskah Kajen. Dalam
setiap halamannya ada enam baris, kecuali pada halaman pertama dan terakhir yang hanya
terdiri dari lima baris. Ukuran teks ini memiliki panjang 14 cm dan lebarnnya 10 cm, serta
ditulis dengan khat Naskhi dengan besar bidang khat 1,4 cm.
‘Arsy Al-Muwahiddin merupakan sebuah Teks Tasawuf. Dalam teks ‘Arsy al-
Muwahiddin, di dalamnya berbicara tentang shalat dalam perspektif tasawuf. Di bidang Fikih,
pembahasan mengenai shalat umumnya dimulai dengan jenis, syarat, fardlu dan hal-hal yang
dapat membatalkan shalat, serta waktu-waktu shalat. Dalam ‘Arsy al-Muwahiddin, uraian
tentang shalat diawali dengan penegasan makna dan fungsi esoteriknya bagi muslim.
Kedua, Syekh Mutamakkin memposisikan shalat sebagai khizyah al-muqtadin
(bentuk kerendahan hati dari orang-orang yang bersedia untuk taat kepada Allah SWT.).
disini shalat diposisikan sebagai bentuk dari pengakuan seorang muslim bahwa dirinya
adalah makhluk yang lemah dan Allah maha Agung. Shalat disini diposisikan bukan sekedar
sebagai kewajiban, tetapi kepatuhan setiap diri yang sepantasnya diabdikan kepada Allah.
Adalah suatu kepantasan bahwa manusia tunduk kepada Allah tanpa bergantung pada imblan
pahala atau kenikmatan surga.
Ketiga, dalam perspektif Syekh Mutamakkin, shalat merupakan hubs al-munafiqin.
Syekh Mutamakkin disini memberikan pemahaman bahwa shalat merupakan medium di
mana seorang hamba menyadari di setiap gerak hidup, setiap degup jantung, setiap jengkal
langkah, setiap kata yang terucap, setiap pikiran dan perencanaan lahir dari akal, semuanya
diawasi oleh Allah SWT. Sahalat dengan demikian menjadi sarana oleh batin di mana setiap
diri untuk selaras dalam hidup.
Keempat, shalat merupakan mi’raj al-arifin, atau jala spiritual seorang hamba yang
telah memahami kediriannya dan tuhan. Di jalan ini merupakan proses transendensi dari alam
nasut menuju alam lahut.
Kelima, shalat merupakan medan spiritual orang-orang yang selalu menggerakkan
hidupnya untuk menggapai kiridhaan allah (munajah shalihin). Syekh Mutamakkin
memahami bahwa shalat merupakan manifestasi puncak kenikmatan.
Keenam, Shalat sebagai sarana bagi seorang muslim untuk mendekatkan dirinya
kepada Allah (taqarrub ila rabbil aalamin). Syekh Mutamakkin memaknai shalat sebagai
gerak magnetik yang mendekat ke sumber pengatur dan pemilik alam.
Karakteristik dari tasawuf Syekh Mutamakkin bersifat ekletik yang dibangun atas
kesadaran dimana tanzih Allah diteguhkan melalui jalan amal kebaikan, kasb, dan tauhid.
Oleh karena itu, ini memiliki tujuan akhir yaitu amal kebajikan yang diorientasikan kepada
Allah menjadi sarana menikmati ru’yatullah.
F. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan : Peneliti mampu memberikan penjelasan dengan sangat rinci dan jelas serta
gamblang dengan referensi yang banyak dalam memaparkan pemikiran tasawuf Syekh
Mutamakkin berdasarkan teks ‘Arsy al- Muwahiddin. Peneliti juga memaparkan biografi dari
Syekh Mutamakkin yang diyakini beliau adalah pengarang dari teks ‘Arsy al-Muwahiddin.
Selain itu juga mengenai karakteristik tasawufnya.
Kekurangan : Dalam artikel tersebut peneliti berusaha menghadirkan cuplikan isi dari teks
‘Arsy al-Muwahiddin, namun tidak jelas, sehingga hal ini membuat tidak ada gambaran
tentang bentuk teks ‘Arsy al-Muwahiddin.