Anda di halaman 1dari 24

63

BAB III

TEKNOLOGI DAN ORGANISASI INDUSTRI

Tujuan:

Setelah membaca Bab III ini mahasiswa dapat:

1. Menjelaskan peranan teknologi dalam meningkatkan kemampuan manusia


memproduksi barang-barang yang menjadi kebutuhan hidupnya.
2. Menjelaskan hubungan antara teknologi dengan pekerjaan dalam organisasi
industri.
3. Menjelaskan hubungan antara teknologi, pekerjaan dan kekahlian.
4. Menjelaskan tentang kompleksitas organisasi industri.

Hidup kita pada saat ini semakin tidak bisa lepas dari ketergantungan pada
teknologi. Teknologi yang berupa peralatan yang kita gunakan dibuat dengan
menggunakan teknologi pula. Masyarakat yang masih sederhana peralatan yang
digunakannya merupakan teknologi yang digerakan dengan tenaga manusia atau hewan
(animated technology) sedangkan dalam masyarakat yang telah maju teknologinya tidak
digerakkan tenaga manusia atau hewan (unanimated technology). Dalam kegiatan
produksi teknologi bisa melipatgandakan tenaga manusia. Dengan peralatan teknologi
yang maju kegiatan produksi bisa menghasilkan produk barang 20 atau 100 kali
daripada dengan teknologi yang digerakkan dengan tenaga manusia atau hewan. Pada
masyarakat primitif dimana teknologinya masih sangat sederhana seperti tombak dan
panah untuk berburu binatang orang harus bekerja dari ke hari dengan hasil tangkapan
yang sedikit. Hal ini menyebabkan tidak ada waktu untuk beristirahat. Atau tidak ada
perbedaan antara bekerja dan istirahat. Pada saat masyarakat mulai bertani karena
teknologinya sudah maju orang bisa memproduksi bahan pangan dalam jumlah yang
lebih besar. Bahan makanan bisa disimpan berbulan-bulan sehingga orang tidak harus
bekerja keras setiap hari.

Contoh nyata adalah perubahan teknologi di bidang pertanian dan hubungannya


dengan pekerja. Pada tahun 1790 di Amerika 90 persen angkatan kerja bekerja di
bidang pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk, tetapi pada tahun 2000
64

yang bekerja di bidang pertanian hanya 2 persen dari keseluruhan penduduk. Pada
masyarakat industri teknologi semakin maju, dan orang harus bekerja setiap hari karena
kebutuhan hidup yang semakin beragam, bukan hanya kebutuhan makanan yang cukup
saja. Namun demikian, dalam masyarakat industri ada perbedaan yang sangat jelas
antara waktu kerja dan waktu istirahat.

Teknologi tidak hanya melipatgandakan tenaga manusia dalam menghasilkan


bahan makanan. Teknologi juga ikut mempengaruhi organisasi sosial masyarakat dan
organisasi sosial dalam proses produksi. Pada masyarakat primitif karena teknologinya
tidak mampu menghasilkan bahan makanan dalam jumlah yang besar, pertambahan
jumlah penduduknya sangat sedikit selama ratusan bahkan ribuan tahun. Kelompok-
kelompok masyarakat juga sangat kecil jumlah anggotanya karena tidak mungkin
berburu dilakukan secara bersama-sama oleh ratusan orang. Karena kelompok berburu
anggotanya hanya sepuluh atau belasan orang, kegiatan produksinya tidak
membutuhkan birokrasi. Tidak perlu pencatatan berapa jumlah produksi yang
dihasilkan. Hasil produksi berupa daging hewan hasil buruhan dibagi-bagi dan dimakan
secara bersama-sama oleh beberapa keluarga. Anak-anak dan perempuan dewasa
tinggal di sekitar pemukiman dan melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan. Karena berat
pekerjaannya, perempuan tidak bisa ikut berburu. Pembagian kerja hanya dilakukan atas
dasar jenis kelamin dan umur. Perempuan mengerjakan pekerjaan ringan di sekitar
tempat tinggal dan laki-laki berburu di medan yang berat. Anak-anak dan orang berusia
lanjut tinggal di pemukiman dan orang dewasa bekerja. Keadaan berubah dengan nyata
pada saat masyarakat menjadi modern. Teknologinya membuat pekerjaan menjadi
sangat ringan. Akibatnya, semakin banyak perempuan yang bekerja di luar rumah. Pada
bab ini akan dibahas tentang teknologi dan organisasi dan hubungannya dengan
pekerjaan.

III.1. T e k n o l o g i

Dalam masyarakat industri hanya ada sedikit orang yang bekerja di rumah
tangga atau di lingkungan masyarakat. Sebagian besar dari mereka bekerja di
perusahaan-perusahaan dengan organisasi yang semakin kompleks. Perusahaan-
perusahaan tersebut dalam kegiatan produksinya didukung dengan teknologi. Teknologi
dan organisasi sangat erat hubungannya, meski tidak berarti bahwa bentuk organisasi
65

ditentukan oleh bentuk atau jenis teknologi. Menurut Hodson dan Sullivan teknologi
dan organisasi merupakan dua sisi dari koin yang sama atau pasangan yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lan. Koin tersebut dinamakan hubungan-hubungan sosial
produksi. Hubungan-hubungan sosial tersebut meliputi sarana material dan non-material
dan teknik yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Hubungan-hubungan
sosial produksi meliputi peralatan dan mesin yang digunakan, keahlian dan ketrampilan
yang diperlukan, kelompok formal dan informal yang digunakan, dan struktur
organisasi besar serta hubungan-hubungannya dengan organisasi-organisasi lain dalam
masyarakat (Hodson dan Sullivan, 2008).

Apa yang dimaksud dengan teknologi? Volti mendefinisikan teknologi sebagai


sistem yang dibuat oleh manusia dengan menggunakan pengetahuan dan organisasi
untuk menghasilkan obyek-obyek dan teknik untuk mencapai tujuan-tujuan spesifik
(Volti, 2014:6). Hodson dan Sullivan mendefinisikan teknologi secara lebih sederhana,
yaitu “aplikasi pengetahuan dan keahlian untuk mencapai tujuan-tujuan praktis”
(Hodson&Sullivan, 2008:158). Yang dimaksud praktis adalah yang bisa digunakan
untuk kepentingan manusia secara langsung. Teknologi meliputi peralatan dan mesin
serta pengetahuan yang diperlukan untuk membuatnya dan menggunakannya serta
untuk memecahkan masalah serta aplikasinya dalam memproduksi barang dan jasa.
Dengan pengertian teknlogi seperti itu maka dapat dikatakan bahwa kita tidak bisa
melepaskan dari dari ketergantungan kita pada teknologi.

Menurut Denis Goulet teknologi memiliki tiga bentuk: (1) Teknologi yang
melekat pada alat seperti mesin, komputer, dan alat yang nampak sederhana seperti
obeng atau pisau. (2) Teknologi yang melekat pada manusia, seperti keterampilan atau
keahlian. (3) Teknologi yang melekat pada resep (Goulet, 1971). Teknologi yang
melekat pada resep ini berupa rumus atau formula untuk membuat barang, seperti
bagaimana membuat plastik, cara menanam tanaman dengan baik, dsb. Seringkali
dalam menggunakan komputer atau mesin (teknologi yang melekat pada alat) juga
membutuhkan keahlian (teknologi yang melekat pada diri manusia) tertentu untuk
mengoperasikannya. Tanpa keahlian untuk menggunakannya maka komputer tidak ada
manfaatnya sama sekali. Karena itu, penggunaan peralatan (teknologi yang melekat
pada alat) seperti komputer harus dilengkapi dengan ketrampilan atau keahlian
(teknologi yang melekat pada manusia).
66

Dalam hubungannya dengan proses produksi barang dalam keguatan industri,


teknologi memiliki tiga unsur, yaitu teknologi operasional, material dan pengetahuan.
Teknologi operasi adalah orang dan peralatan mesin untuk menghasilkan barang atau
jasa beserta aturan dan prosedur cara penggunaanya. Dalam industri pertambangan
emas tradisional, teknologi operasinya adalah orang dan peralatan serta pengetahuan
yang digunakan untuk menambang serta memproses batuan yang mengandung emas.
Material yang digunakan dalam memproduksi barang dan jasa juga merupakan bagian
dari teknologi produksinya. Dalam industri perakitan sepeda motor, tanki, knalpot, blok
mesin dan rantai serta komponen-komponen lainnya merupakan materialnya.
Pengetahuan diperlukan dalam proses produksi. Pengetahuan diperlukan untuk
mengoperasikan mesin dan mengatasi pekerjaan-pekerjaan tertentu yang tidak bersifat
standar yang merupakan ciri dari kegiatan produksi. Pengetahuan juga diperlukan untuk
mengkoordinasikan kegiatan produksi. Pengetahuan dibutuhkan untuk mengatasi
masalah-masalah yang munculnya tidak bisa diprediksi (tidak terduga) lebih dulu dalam
proses produksi.

III.2. Organisasi Industri

Organisasi merupakan kelompok yang dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu.


Dalam kegiatan industri maka organisasi dibentuk dengan tujuan menghasilkan barang
atau jasa. Dengan mengorgansir kegiatan industri berarti bahwa dalam kegiatan
produksi hubungan antar manusia didalamnya ditata atau diatur sehingga kegiatan
produksi bisa berjalan lancar dan efisien. Bukan cuma hubungan antar manusia yang
diatur tetapi juga bagaimana hubungan antara manusia sebagai pekerja dengan peralatan
kerjanya. Seperti ditunjukkan dalam manajemen ilmiah dimana lama hubungan antara
manusia dengan mesin dalam menghasilkan satu unit barang waktunya dipersingkat dan
kreativitas pekerja dibatasi dalam bekerja. Struktur organisasi adalah pola-pola
hubungan yang relatif tetap di antara bagian-bagian organisasi dan diantara orang-orang
yang bekerja dalam organisasi. Struktur organisasi tidak mudah dilihat sebagaimana
struktur bangunan fisik seperti rumah. Struktur organisasi secara umum dapat dilihat
pada bagan organisasi yang biasanya dilihat pada dinding kantor sekolah atau
perusahaan. Namun demikian bagan organisasi tersebut tidak menjelaskan secara
mendetail tentang bagaimana hubungan antara personil, tugas dan tanggungjawab
personilnya.
67

Ahli sosiologi biasa menggunakan istilah struktur sosial untuk mengambarkan


dan menjelaskan tentang keluarga, masyarakat desa atau negara. Keluarga memiliki
struktur. Struktur keluarga dengan satu orangtua (single-parent) dengan dua anak
perempuan terdiri dari hubungan-hubungan antara orangtua dengan kedua anak
perempuannya dan hubungan antara kedua anaknya. Struktur keluarga dengan satu
orangtua dengan satu anak perempuan dan satu anak laki-laki terdiri dari hubungan
antara orangtua dengan kedua anaknya dan hubungan antara kedua anaknya. Struktur
tersebut menentukan pola-pola hak dan tanggungjawab dari masing-masing orang yang
menduduki status dan peranan yang berbeda-beda. Bagaimana hak dan tanggung jawab
orangtua pada anak-anaknya, bagainama hak dan tanggung jawab anak-anak pada orang
tua, hubungan-hubungan antara orangtua dan anak dan antar kedua anaknya. Hak dan
tanggung jawab kakak terhadap adik tentu berbeda dengan hak dan tanggung jawab
adik terhadap kakak. Struktur keluarga orangtua tunggal tentu berbeda dengan struktur
keluarga yang orangtuanya lengkap (ada ayah-ibu). Organisasi lain seperti sekolah dan
perusahaan juga memiliki struktur-strukturnya sendiri yang berbeda-beda. Struktur
organisasi keluarga sifatnya informal dan hak dan kewajiban masing-masing
anggotanya tidak tertulis. Hubungan-hubungannya juga lebih bersifat personal atau dari
hati ke hati. Struktur organisasi sekolah dan perusahaan sifatnya lebih formal dan
tertulis hak dan kuwajiban orang-orang yang menduduki status dan perannya.
Hubungan antar anggotanya lebih impersonal (tidak mempribadi) atau berdasarkan hak
dan kuwajiban yang tertulis.

Agar kegiatan industri bisa berjaan dengan baik maka kegiatan industri perlu
diorganisir. Organisasi industri merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi.
Organisasi ekonomi sebagian memiliki struktur sebagai berikut:

a. Pola-pola hubungan formal dan kuwajiban (bagan organisasi dan deskripsi


tugas).
b. Cara-cara bagaimana berbagai kegiatan atau tugas diberikan kepada bagian
/departemen atau para anggota organisasi (diferensiasi).
c. Cara-cara bagaimana berbagai kegiatan atau tugas yang berbeda-beda tersebut
dikoordinasi (integrasi).
d. Kekuasaan, status dan hubungan-hubungan hirarkhis dalam organisasi (struktur
wewenang/otoritas).
68

e. Kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang terencana yang menjadi


panduan dan kontrol terhadap kegiatan dan para personil dalam organisasi
(struktur administrasi)

Ada beberapa istilah yang untuk membedakan antara berbagai organisasi


ekonomi. Istilah-istilah tersebut adalah kompleksitas, formalisasi dan sentralisasi.
Berikut ini akan dijelaskan tentang kompleksitas, fomalisasi dan sentralisasi
(Hodson&Sullivan, 2008).

a. Kompleksitas

Kompleksitas meliputi dimensi vertikal, dimensi horizontal dan dimensi


geografis. Dimensi vertikal menunjuk pada banyak sedikitnya lapisan-lapisan dalam
hirarkhi wewenang atau kekuasaan. Industri rumah tangga memiliki dua lapisan saja,
misalnya pimpinan usaha (misalnya pemiliknya) dan para pekerjanya. Industri besar
mungkin saja sangat komplek karena memiliki banyak lapisan, misalnya ada direktur,
para manajer, kepala seksi, pengawas dan para pekerja. Karena hanya memiliki dua
lapisan saja maka mudah sekali bagi pekerja untuk berinteraksi dan berkomunikasi
dengan pimpinan atau pemilik usaha. Hubungan antara keduanya bersifat langsung dan
biasanya juga bersifat personal. Lain halnya dengan industri besar yang memiliki
organisasi yang berlapis-lapis maka sangat sulit bagi pekerja untuk berinteraksi secara
langsung dengan direktur, bahkan mungkin pekerja tidak pernah berinteraksi sama
sekali dengan direktur perusahaan. Untuk mengatasi masalah dalam pelaksanaan
pekerjaan mungkin pekerja hanya perlu berkomunikasi dengan pengawasnya.

Dimensi horisontal menunjuk pada seberapa banyak bagian-bagian yang


sederajad. Dalam industri rumah tangga mungkin tidak ada bagian-bagiannya karena
sebagian besar atau semua kegiatan dilakukan pemiliknya sendiri. Yang membeli bahan
baku, yang menjual hasil produksi dan yang menghitung dan mencatat pengeluaran dan
pemasukan uang adalah pemiliknya sendiri. Dalam industri besar dimensi horizonalnya
lebih banyak karena ada bagian-bagian seperti bagian pembelian barang, bagian
produksi, dan bagian penjualan. Ada juga bagian periklanan dan promosi, ada bagian
personalia, dsb. Setiap bagian tersebut memiliki status yang derajadnya sama.
69

Dimensi geografis menunjuk pada seberapa luas wilayah operasi organisasi


industri. Misalnya, perusahaan kopi Cap Keluarga dari Kotamobagu operasinya
mungkin hanya di wilayah Sulawesi Utara saja, sedangkan kopi Kapal Api operasinya
ada di seluruh Indonesia. Jadi secara geografis perusahaan kopi Kapal Api
organisasinya lebih kompleks daripada kopi Kotamobagu. Di Indonesia industri
perdagangan yang memiliki organisasi sangat komplek secara geografis adalah
Alfamart dan Indomart karena keduanya ada di hampir seluruh wilayah wilayah
Indonesia. Giant walaupun ada di hampir seluruh wilayah Indonesia tetapi terbatas di
kota-kota besar saja. Biasnya organisasi yang dimensi horisontalnya lebih kompleks,
atau lebih banyak pembagian kerja dan spesialisasinya, organisasi tersebut juga lebih
kompleks dimenasi vertikalnya. Dimensi geografis tidak sedikit pengaruhnya terhadap
dimenai vertikal dan horisontalnya.

b. Formalisasi

Formalisasi menunjuk pada seberapa banyak tindakan-tindakan dalam


melaksanakan pekerjaan harus mengikuti aturan-aturan tertentu yang telah dibuat atau
ditentukan lebih dulu. Biasanya aturan-aturannya bersifat tertulis. Biasanya formalisasi
erat hubungannya dengan besarnya organisasi. Organisasi industri yang besar biasanya
memiliki tingkat formalisasi yang tinggi dari pada organisasi industri yang kecil. Dalam
organisasi industri yang besar biasanya sudah ada aturan-aturan tertulis dalam
melakukan tindakan. Adanya aturan tertulis ini penting mengingat dalam organisasi
yang besar pekerjanya juga banyak. Pekerjaan dibagi-bagi dan para pekerja harus
bertindak sesuai aturan yang ada untuk mencegah terjadinya perselisihan dalam
menjalankan pekerjaan karena bisa jadi seorang pekerja dalam menjalankan
pekerjaanya melampaui batas-batas bidang kerjanya. Aturan-aturan yang tertulis juga
bisa dijadikan pedoman dalam mengatasi perselisihan yang terjadi. Dalam organisasi
industri yang kecil, aturan-aturan tertulis lebih sedikit jumlahnya. Karena hubungan
antar pekerja dan antara pekerja dengan pemilik usaha masih bersifat personal,
perselisihan lebih mudah diatasi karena saling pengertian mudah dicapai.

Aturan-aturan tertulis dalam menjalankan pekerjaan juga erat hubungannya


dengan standar-tidaknya produk yang dihasilkan oleh industri. Produk atau barang yang
bersifat standar adalah barang yang bentuk dan ukuran spesifikasinya sama untuk semua
70

barang yang sejenis. Industri yang hasil produksinya bersifat standar aturan-aturan yang
tertulis bisa diterapkan, bahkan sangat diperlukan. Industri yang produksinya
menggunakan mesin biasanya produksinya bersifat standar. Agar standar produknya
tidak berubah, maka aturan-aturan tertulis diperlukan. Industri kerajinan biasanya
produksinya tidak standar. Ada banyak variasi produk kerajinan yang dihasilkan agar
bisa mengikuti selera konsumen. Variasi produk tidak memungkinkan penggunaan
mesin yang biasanya hanya memberikan keuntungan kalau produk yang dibuatnya
dalam jumlah besar. Pembuatan aturan tertulis dalam melaksanakan pekerjaan dalam
industri kerajinan bisa berakibat buruk karena bisa membatasi kreativitas dalam
pembuatan barang.

c. Sentralisasi

Sentralisasi menunjuk pada seberapa banyak konsentrasi pembuatan keputusan


pada pucuk pimpinan (top leader) organisasi. Organisasi industri yang menghasilkan
produk yang standar dan pelaksanaan pekerjaannya bersifat rutin sangat dimungkinkan
dilakukannya sentralisasi pembuatan keputusan ditangan pucuk pimpinan. Sebaliknya,
organisasi industri yang barang yang diproduksinya tidak standar dan pelaksaan
pekerjaanya tidak bersifat rutin serta banyak variasinya maka sentralisasi pembuatan
keputusan tidak mungkin. Sentralisasi pada industri seperti ini justru bisa menghambat
pelaksanaan pekerjaan. Karena itu dalam organisasi industri seperti ini pembuatan
keputusannya lebih terdesentralisir (diberikan pada manajer yang lebih berhubungan
langsung dengan proses produksi).

III.3. Pengaruh Teknologi pada Pekerjaan

Dalam hubungannya dengan pekerjaan ada beberapa jenis teknologi. Teknologi


ini bisa berpengarauh pada lama kerja, hubungan-hubungan antar pekerja dan syarat-
syarat keahlian yang harus dimiliki oleh para pekerja, Berikut ini akan diuraikan jenis-
jenis teknologi dalam kegiatan industri:

a. Teknologi peralatan sederhana (simple tool technology)

Teknologi ini digunakan dalam masyarakat yang masih primitif untuk mengambil
material yang diperlukan untuk mempertahankan hidup. Teknologinya berupa alat
71

seperti tombak, panah, batu penumbuk, bakul, dsb. Untuk membuat peralatan
tersebut dibutuhkan pengetahuan tertentu untuk mendapatkan bahannya, misalnya
kayu apa, atau batu seperti apa, dimana mendapatkannya dan bagaimana cara
membuatnya. Bagaimana menghaluskan batu agar bisa digunakan sebagai alat,
bagaimana menganyam bambu untuk dijadikan bakul, dsb. Kesederhanaan
teknologi ini membuat kapasitasnya untuk menghasilkan barang-barang kebutuhan
manusia sangat terbatas.

b. Teknologi kerajinan (craft technology)

Teknologi kerajinan ini lebih maju daripada teknologi peralatan sederhana.


Teknologi ini menghasilkan peralatan yang membutuhkan usaha yang lebh sulit
untuk membuatnya. Misalnya, untuk membuat belanga dari tanah liat (gerabah)
dibutuhkan cara bagaimana membuat alat pemanas untuk membakar tanah liat. Alat
pemanas tersebut dibuat agar mampu mencapai temperatur tertentu agar hasil
pembakaran tanah liatnya baik. Pemanas jenis yang lain dibuat untuk membakar
bahan logam untuk bisa dibuat menjadi peralatan atau produk akhir. Teknologi
kerajinan ini erat hubungannya dengan pembagian kerja berdasarkan jenis kerajinan
yang dibuatnya. Misalnya, kerajinan pembuatan barang dari besi atau emas,
kerajinan pembuatan barang dari bambu atau kayu, kerajinan pembuatan perahu
atau jala. Dalam industri mebel teknologinya berupa skap, gergaji, gerinda, pahat,
dsb. Pengetahuan tentang teknologi kerajinan ini didapat lewat proses magang.
Seperti halnya orang belajar menjadi tukang kayu dengan bekerja dan membantu
tukang kayu yang sudah berpengalaman, sehingga akhirnya menjadi tukang kayu
yang trampil dalam membuat mebel atau furnitur.
72

GAMBAR 5: Teknologi kerajinan (craft technology) di industri kerajinan gerabah


Di Desa Pulutan, Minahasa.

Teknologi kerajinan ini banyak digunakan pada klaster (kumpulan dalam jumlah
besar) industri mebel di Leilem, Minahasa, industri rumah kayu di Desa Woloan,
Tomohon, dan industri gerabah di Desa Pulutan, Minahasa, dan di Desa Kasongan,
Yogyakarta. Klaster industri tersebut merupakan klaster industri kecil yang
pekerjanya kurang lebih 10 orang tiap unit industrinya. Para pekerjanya terdiri dari
para perajin atau tukang yang mendapat ketrampilan dan keahliannya lewat proses
magang.

c. Teknologi produksi masal (mass production technology)

Teknologi ini adalah teknologi yang dibutuhkan untuk memproduksi barang-barang


dalam jumlah yang sangat besar (massal). Teknologi produksi massal tergantung
pada tersedianya beragam barang-barang khusus dan jasa serta penyatuan atau
integrasinya dalam proses kegiatan produksi mekanis yang menggunakan mesin.
Karena peralatan dan produknya lebih khusus (terspesialisasi) dalam teknologi
produksi massal, maka dibutuhkan beragam pengetahuan khusus. Orang perlu
mendapatkan pengetahuan lewat proses magang atau pendidikan formal.
Pengetahuan khusus juga diperlukan
73

.
GAMBAR 6: Proses perakitan mobil pada assembly line

untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi yang beragam. Fordisme (Fordism)


merupakan kata yang singkat untuk menunjuk pada teknologi produksi massal. Kata
Fordisme ini tidak lepas dari Perusahaan Mobil Ford (the Ford Motor Company)
yang pertama kali menerapkannya. Perusahaan Ford mengembangkan teknologi
jalur perakitan (assembly line) pada awal abad dua puluh untuk memproduksi mobil
Ford.

d. Teknologi mikrocip (microchip technology)

Teknologi mikrocip merupakan teknologi industri yang mutakhir. Teknologi ini


menggunakan proses kontrol numerik dan prosesor mikro elektronik. Penemuan
teknologi ini memungkinkan otomatisasi proses produksi dan memungkan
pengumpulan dan tabulasi data secara langsung dari proses produksi. Teknologi
dengan bantuan komputer ini mengakibatkan terjadinya perubahan besar dalam sifat
pekerjaan, keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam proses produksi.

Teknologi ini merupakan teknologi berbasis ilmu pengetahuan. Ahli sosiologi


Daniel Bell mengatakan bahwa penggunaan teknologi baru ini akan merubah sifat
masyarakat. Masyarakat dengan teknologi ini akan menjadi masyarakat dimana ilmu
74

pengetahuan merupakan sumberdaya yang paling penting. Sebagian besar warga


masyarakatnya tidak akan bekerja dalam pabrik yang menghasilkan barang-barang
fisik tetapi bekerja dalam bidang industri jasa. Hal ini dimungkinkan karena
otomatisasi proses produksi di pabrik bisa menghasilkan barang dalam jumlah yang
besar dengan sedikit tenaga kerja dan dalam waktu cepat. Pekerjaan-pekerjaan yang
berat di pabrik dibuat menjadi lebih ringan dan aman. Hal ini memungkian semakin
banyaknya perempuan yang berartisipasi dalam kegiatan ekonomi.

III.3.1. Deskilling dan Upgrading

Kemajuan teknologi dalam kegiatan industri berpengaruh pada perubahan-


perubahan yang dialami oleh para pekerja. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada
keahliannya dan pada kondisi-kondisi di tempat kerja. Perhatian banyak dipusatkan
pada apakah penggunaan teknologi baru di tempat kerja berakibat adanya proses
deskilling, up-grading atau kombinasi keduanya. Sejak zaman revolusi industri hingga
pada saat ini ada pandangan yang berbeda. Pertama pandangan deskilling yang
mengatakan bahwa penggunaan teknologi baru yang semakin efisien akan mengurangi
ketergantungan pada keahlian yang dimiliki oleh pekerja karena teknologi akan
membatasi input langsung dari keahlian yang dimiliki oleh pekerja dan
menyederhanakan sifat pekerjaan. Padangan up-grading mengatakan bahwa
penggunaan teknologi baru akan menguntungkan pekerja karena pekerja bisa meningkat
keahliannya sehingga pekerjaan menjadi lebih memuaskan, memperluas kesempatan
untuk membuat keputusan dan akhirnya menjadi lebih berdaya. Pandangan ketiga
menganggap bahwa penggunaan teknologi baru mempunyai akibat deskilling dan
sekaligus up-grading.

Padangan pertama adalah padangan deskilling. Pandangan ini berpendapat


bahwa sebagai akibat penggunaan teknologi membuat proses produksi semakin
mekanis dan semakin otomatis sehingga pekerjaan-lekerjaan yang semula dikerjakan
oleh manusia pekerja dihilangkan dan akibatnya proses produksi tidak lagi
menggantungkan pada keahlian yang dimiliki oleh pekerja dalam penyelesaian tugas
pekerjaan. Tugas pekerjaan yang masih ada pekerjaan-pekerjaan yang sangat sederhana
dan bersifat rutin atau repetitif (berulang-ulang), pekerja yang kreatif tidak
dibutuhkan.dan tidak membutuhkan banyak keahlian dan latihan.
75

Perubahan dan kemajuan teknlogi menyebabkan berkurangnya kebebasan


pekerja dalam memilih cara bagaimana pekerjaan dilakukan, membuat pekerja semakin
tunduk pada kontrol yang lebih besar, dan akhirnya mengurangi kebebasan pekerja di
tempat kerja. Dengan cara demikian deskilling merupakan cara bagaimana manajemen
berusaha mengontrol para pekerja. Dalam pandangan Braverman, kapitalisme
mengakibatkan menurunnya keahlian pekerja dan pekerjaan mentalnya. Dan teknologi
digunakan sebagai cara bagaimana untuk membuat rasional proses kerja dan sekaligus
memecah-mecah pekerjaan agar pekerja mudah dikontrol.

Pandangan kedua adalah pandangan up-grading. Pandangan up-grading


menganggap bahwa kemajuan teknologi di tempat kerja akan memperbaiki kondisi
kerja dan meningkatkan keahlian pekerja, bukan mengurangi keahlian pekerja.
Teknologi membuat pekerjaan semakin terbagi-bagi dan terspesialisasi. Teknologi
menciptakan pekerjaan baru yang membutuhkan keahlian yang lebih tinggi dan
kompleks. Sifat pekerjaan juga semakin menantang dan menuntut kehlian yang lebih
besar. Hal ini mendorong pekerja untuk lebih banyak belajar dan berlatih. Dengan
demikian teknologi baru memberikan kepada para pekerja tanggung jawab yang lebih
besar dalam membuat keputusan dan tidak tunduk pada kontrol yang telalu ketat.
Pendek kata kemajuan teknologi memberian ganjaran yang lebih besar pada pekerja
baik dalam bentuk kebebasan, otonomi dan perbaikan kondisi kerja. Penggunaan
komputer di perkantoran, misalnya, membuat pekerjaan yang dulu nampak sulit dan
buruh waktu lama sekarang menjadi lebih mudah dan butuh waktu yang lebih singkat.
Namun demikian, penggunaan komputer membutuhkan keahlian yang lebih tinggi. Hal
ini akan mendorong pekerja untuk meningkatkan keahliannya baik atas inisiatif sendri
atau inisiatif perusaahaan.

Pandangan ketiga disebut disebut dengan pandangan model efek campuran


(mixed affects model). Model ini memandang bahwa kemajuan teknologi bisa
meningkatkan keahlian para pekerja tetapi juga bisa menurunkan tingkat keahlian
pekerja. Model ini mengakui bahwa perubahan teknologi bisa merusak kondisi kerja
seperti keahlian kerja dan peranan-peranan dalam pekerjaan. Tetapi ada kemungkinan
bahwa teknologi tidak memiliki akibat yang sama dalam menurunkan atau
meningkatkan keahlian para pekerja. Apakah teknologi akan menurunkan atau
meningkatkan keahlian para pekerja sangat tergantng pada kondisi-kondisi yang ada di
76

tempat kerja seperti kondisi sosial, budaya dan organisasi yang bebas dari faktor
teknologi. Karena itu, tergantung paa bagaimana cara teknologi diterapkan oleh
manajemen perusahaan dan digunakan oleh pekerja, sehingga teknologi bisa
menurunkan atau meningkatkan keahlian para pekerja.

III.3.2. Peningkatan keahlian dan ketrampilan

Perubahan dalam teknologi mengakibatkan perubahan tuntutan keahlian dan


ketrampilan yang harus dimiliki oleh pekerja agar bisa mengerjakan tugas-tugas
pekerjaan yang gada dalam industri. Tugas-tugas pekerjaan yang harus dikerjakan oleh
pekerja bisa lebih sederhana tetapi bisa juga lebih kompleks yang menuntut keahlian
dan ketranmpilan yang lebih tinggi. Untuk tugas-tugas pekerjaan yang lebih kompleks
dan menutut kealian dan ketrampilan yang tinggi maka para pekerja harus
meningkatkan keahlian dan ketrampilannya. Keahlian dan ketrampilan meliputi aspek
fisik, mental dan interpersonal dari para pekerja.

Para sarjana ilmu sosial mengukur tingkat keahlian dan ketrampilan suatu
pekerjaan dari segi komplekitas, diversitas (keragaman) dan otonomi. Konpleksitas
menunjuk pada tingkat, cakupan dan integrasi pekerjaan fisik, mental dan interpersonal
(hubungan antar peribadi dalam menjalankan pekerjaan). Pekerjaan yang lebih banyak
menggunakan tenaga memasang ban pada pabrik mobil merupakan pekerjaan yang
sangat sederhana tetapi pekerjaan sebagai sekretaris merupakan pekerjaan yang lebih
kompleks karena disamping melibatkan kerja fisik juga kerja mental dan membutuhkan
ketrampilan menjalin hubungan dengan banyak orang dalam menjalankan pekerjaannya.
Diversitas menunjuk pada jumlah tugas dan tanggungjawab yang dituntut oleh satu
pekerjaan. Sekretaris dan manajer memiliki diversitas yang lebih besar dan sekaligus
juga lebih kompleks daripada pekerjaan Satpam. Otonomi menunjuk pada penentuan
oleh diri sendiri (self-direction) tentang bagaimana menjalankan pekerjaan dan
keleluasaan untuk melakukan improviasi secara kreatif dalam menjalankan tugas.
Biasanya pekerjaan yang lebih kompleks, beragam dan otonom merupakan pekerjaan
yang posisinya tinggi dan tinggi pula gajinya. Pekerjaan seperti ini juga membutuhkan
proses pendidikan dan pelatihan yang lebih lama.
77

Lamanya pendidikan dan latihan yang diperlukan untuk memasuki satu jenis
pekerjaan merupakan indikator tingkat keahlian yang diperlukan jenis pekerjaan
tersebut. Pekerjaan yang bisa dilakukan oleh pekerja lulusan SD menunjukkan
pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang sangat sederhana dan tidak membutuhkan
kerja mental dan keahlian dalam hubungan interpersonal. Sebaliknya pekerjaan yang
memelukan pendidikan universitas menandakan bahwa pekerjaan tersebut lebih banyak
membutuhkan pekerjaan intelek-mental dan keahlian hubungan interpersonal. Keahlian
dan kerampilan dalam melaksanakan pekerjaan sering tidak cukup hanya mengandalkan
pada pendidikan formal. Ada jenis keahlian lain yang tidak dapat diperoleh lewat
pendidikan formal tetapi hanya bsa diperoleh lewat pengalaman kerja secara langsung.
Keahlian ini dinamakan tacit skills. Contoh sederhana tacit skills adalah keahlian orang
pada saat orang melepaskan kopling mobil di jalan tanjakan. Keahlian seperti ini tidak
bisa diajarkan dengan kata-kata tetapi bisa didapat dengan praktik langsung secara
berulang-ulang. Sama seperti keahlian mengetik dengan cepat dimana orang tidak perlu
teres-menerus melihat keyboard.

Di Indonesia keahlian untuk bisa bekerja di bidang industri bisa diperoleh


lewat pendidikan vokasional seperti SMK atau pendidikan politeknik. Di lembaga
pendidikan formal tersebut peserta didik bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian di
bidang teknik maupun manajemen yang memungkinnya untuk bisa langsung bekerja
setelah lulus. Di samping itu juga ada lembaga-lembaga pendidikan ketrampilan di luar
pendidikan formal yang menawarkan berbagai jenis kursus. Pada banyak perusahaan
juga sering mengadakan pelatihan sendiri untuk para pekerja yang baru masuk sebelum
mulai bekerja. Di samping itu juga sering diadakan peningkatan keahlian dan
pengetahuan lewat kegiatan up-grading dan on the job training.

III.4. Pengaruh Organisasi pada Pekerjaan

Keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan ditentukan oleh cara bagaimana


tugas pekerjaan di bagi-bagi, oleh struktur organisasi dan oleh teknologi yang
digunakan. Di sini akan dibahas bagaimana pembagian kerja semakin meningkat dan
bagaimana organisasi sosial pekerjaan memungkinkan bagaimana sedikit orang bisa
mengontrol banyak pekerja. Durkheim telah banyak bicara tentang bagaimana
pembagian kerja dalam masyarakat erat hubungannya dengan solidaritas sosial.
78

Pembagian kerja dalam masyarakat sederhana didasarkan pada gender dan umur.
Pembagian kerja berdasarkan gender ada dimana laki-laki bekerja berat berburu hewan
dan menangkap ikan sedangkan perempuan bekerja di rumah seperti memasak atau
mengolah hasil buruan, dan di sekitar rumah. Pembagian kerja atas dasar umur ada
dimana orang dewasa melakukan pekerjaan yang berat dan membutuhkan keahlian
tertentu dan anak-anak membantu orang tua pada saat dibutuhkan dan dimana
tenaganya memungkinkan. Dengan membantu orang tua ini anak-anak akan
mendapatkan pengetahuan dan keahlian dalam bekerja. Dalam masyarakat yang sangat
sederhana, organisasi kerja tidak bisa dipisahkan dengan keluarga. Keluarga dan
organisasi kerja menjadi satu. Kelompok masyarakat juga merupakan organisasi kerja.

II.4.1. Pembangian kerja manufaktur

Ada dua bentuk pembagian kerja, yaitu pembagian kerja sosial dan pembagian
kerja manufaktur. Pembagian kerja sosial adalah pembagian kerja yang ada dalam
masyarakat luas di luar tempat kerja (pabrik atau perusahaan). Pembagian kerja sosial
nampak pada adanya aktivitas di bidang politik, di badang agama, di bidang kesehatan,
dan di bidang ekonomi. Dalam bidang ekonomi ada pembagian kerja lagi, misalnya di
bidang pasar, perbankan, pertanian, dsb. Pembagian kerja manufaktur adalah pembagian
kerja yang ada dalam organisasi industri atau organisasi pekerjaan. Dalam organisasi
industri ada pembagian kerja seperti bagian produksi, bagian pemasaran, bagian
pembelian, bagian personalia dan bagian keuangan. Pada bagian produksipun pekerjaan
di bagi-bagi lagi menjadi tugas-tugas pekerjaan yang lebih sederhana. Pembagian kerja
dalam organisasi industri ini disebut dengan pembagian kerja manufaktur.

Sebagian besar pekerjaan dalam masyarakat industri modern diorganisir


berdasarkan pembagian kerja manufaktur. Dalam pembagian kerja ini tugas pekerjaan
di bagi-bagi menjadi bagian-bagian tugas pekerjaan. Misalnya orang tidak membuat sol
sepatu (bagian bawah/alas sepatu), kemudian membuat bagian atas sepatu, dan
kemudian menyatukan bagian bawah dan bagian atas dengan cara menjahit atau
mengelemnya sehingga menjadi sepatu. Kalau hal ini yang dilakukan maka dalam
sehari hanya menghasilkan sedikit sepatu. Sebagai gantinya, orang membuat sejumlah
sol sepatu, kemudian membuat sejumlah bagian atas sepatu, dan kemudian menyatukan
masing-masing sol sepatu dengan bagian atas sepatu, sehingga menghasilkan sejumlah
79

sepatu. Dengan cara ini dalam sehari bisa dihasilkan lebih banyak sepatu. Membagi atau
mengurai tugas pekerjaan menjadi beberapa bagian tugas ini dinamakan analisa
pekerjaan. Analisa pekerjaan ini menghasilkan efisiensi dalam mengolah bahan baku
dan dalam irama kerja. Pembagian kerja manufaktur juga berupa membagi dan
menyerahkan bagian-bagian pekerjaan pada orang-orang yang berbeda-beda. Jadi ada
orang yang bertugas membuat sol sepatu, orang yang bertugas membuat bagian atas
sepatu, dan orang yang bertugas menyatukan sol sepatu dan bagian atas sepatu, dan
akhirnya menghasilkan banyak sekali sepatu.

Pembagian kerja manufaktur ini menjadi prakondisi atau dasar bagi


peningkatan produktivitas kerja dengan cara mekanisasi (menggunakan mesin). Dengan
cara mekanisasi, sol sepatu dan bagian bawah sepatu dibuat dengan bantuan mesin dan
akhirnya penyatuan sol dan bagian atas sepatu juga dilakukan dengan bantuan mesin.
Proses produksi dengan cara pembagian kerja manufaktur disertai dengan mekanisasi
inilah yang menghasilkan produk dalam jumlah besar dengan waktu yang lebih cepat
untuk setiap satuan produk. Inilah yang banyak dipraktikkan dalam sebagian besar
organisasi industri pada saat ini.

III.4.2. Struktur Organisasi sebagai Kontrol

Pembagian kerja tidak hanya menghasilkan posisi-posisi atau bagian-bagian


yang berbeda-beda tetapi juga menghasilkan stratifikasi atau diferensiasi vertikal
berdasarkan kekuasaan. Dalam diferensiasi vertikal ini sebagian pekerja ada di bagian
paling bawah dengan kekuasaan yang sangat kecil, semakin ke atas jumlah pekerjanya
semakin sedikit dengan kekuasaan semakin besar. Pekerja paling bawah yang
jumlahnya sangat banyak biasa disebut dengan pekerja kerah biru (white-collar
workers) dan pekerja bagian atas biasa disebut pekerja kerah putih (white-collar
workers). Para pekerja kerah putih ini terdiri dari pegawai administrasi, staf keuangan
atau manajer. Para pekerja yang paling bawah mengerjakan pekerjaan dengan tugas-
tugas yang sangat sederhana tanpa butuh banyak ketrampilan, keahlian dan
pengetahuan. Mereka kehilangan keahlian, kekuasaan, dan kehilangan kesempatan
untuk mendapatkan upah yang besar. Mereka bisa disebut sebagai pekerja tanpa
keahlian. Tukang kayu yang ada biasa membuat mebel jauh lebih ahli dan trampil
dalam membuat mebel daripada pekerja pada pabrik mebel yang besar yang terbiasa
80

mengerjakan hanya satu tugas yang sangat sederhana. Para pekerja paling bawah ini
mengalami apa yang biasa disebut deskilling (kehilangan keahlian dan ketrampilan).
Mereka dibayar murah, mudah dipecat dan sulit mendapat pekerjaan (karena tidak
punya keahlian dan ketrampilan).

Dengan hilangnya keahlian, kekuasaan dan kemungkinan mendapat upah yang


tinggi sebagai akibat dari pembagian kerja secara horisontal dan vertikal seperti ini
maka sebenarnya organisasi juga berguna sebagai alat untuk mengontrol para pekerja.
Berikut ini akan diuraikan tentang bentuk-bentuk kontrol terhadap para pekerja:

a. Kontrol personal langsung

Kontrol personal secara langsung adalah kontrol dimana pengusaha atau pemilik
perusahaan menunjukkan kepada para pekerja mengenai bagaimana cara bekerja,
kecepatan serta tahap-tahapan kerjanya. Pemilik perusahaan menilai pekerja dan
memberikan upah atau ganjaran serta memberi hukuman kalau melakukan
kesalahan. Di jaman dulu para pekerja terdiri dari para budak dimana kalau
melakukan kesalahan bisa mendapatkan hukuman fisik yang keras. Di awal revolusi
industri hukuman dilakukan dalam bentuk bentakan atau cacian, hukuman fisik dan
pemecatan. Pada zaman sekarang hukuman fisik sudah jarang sekali dilakukan.
Ancaman pemecatan merupakan bentuk hukuman paling keras. Pada saat ini
berbagai bentuk ganjaran atau hadiah merupakan sarana untuk mengotrol para
pekerja. Kontrol langsung tidak bisa dilakukan kalau industrinya sudah besar karena
keterbatasan kemampuan pemilik untuk secara langsung mengontrol para pekerja.

Pada saat ini kontrol langsung oleh pemilik banyak dilakukan dalam industri kecil
dan industri rumah tangga. Dalam industri kecil dan industri rumah tangga, kontrol
secara langung oleh pemili bisa dilakukan dengan mudah karena jumlah pekerjanya
sangat sedikit.

b. Kontrol oleh pengawas (supervisor)

Kalau industri semakin besar maka kontrol langung tidak bisa lagi diterapkan.
Sebagai gantinya, industri besar dalam melakukan kontrol menggunakan
menggunakan tenaga yang secara khusus dibayar untuk ditugaskan sebagai
81

pengawas. Di Amerika kontrol pekerja oleh pengawas dilakukan pada tahun 1900
dalam industri baja, kereta api, tekstiel. Tetapi sistem kontrol menggunakan
pengawas ini tidak sesuai dengan organisasi pekerjaan dalam sistem industri
produksi masal karena dalam sistem ini lebih membutuhkan koordinasi dan
standardisasi.

c. Manajemen ilmiah

Manajemen ilmiah dikembangkan oleh Frederick Taylor. Menurut Taylor cara


terbaik untuk meningkatkan produktivitas kerja adalah dengan mengamati cara
bagaimana seorang pekerja melakukan tugasnya. Kemudian merancang cara yang
paling efisien bagi untuk melakukan tugas tersebut. Jadi tugas dirancang sedemikian
rupa sehingga pekerja dapat melakukan tugas tersebut dengan cara yang paling
efisien dan cepat. Pekerja dalam manajemen ilmiah ini tidak perlu banyak keahlian.
Pekerja dengan banyak keahlian justru bisa merusak pelaksanaan tugas dalam
pabrik karena pekerja yang ahli sering bosan dengan tugas-tugas yang sangat
sederhana.

Para pekerja dalam sistem ini sering menolak bekerja dengan cepat sesui dengan
kapasitasnya. Untuk mengatasi hal seperti ini maka pekerja yang pandai diganti
dengan pekerja yang kurang ahli. Meskipun demikian manajemen ilmiah tetap
menghadapi banyak penolakan dari para pekerja. Para pekerja merasa dikontrol
terlalu ketat dalam menjalankan tugas pekerjaannya. Meskipun upahnya menjadi
lebih tinggi tetapi para pekerja juga marah pada sistem kontrol ini. Para pekerja
khawatir bahwa produktivitas yang tinggi pada akhirnya akan membuat perusahaan
menurunkan upahnya, karena upah tidak sebanding dengan tingkat produktivitas
pekerja. Para manajer tingkat bawah dan para pengawas juga marah karena mereka
merasa kehilangan wewenangnya untuk melakukan pengawasan (Volti, 2011:58).

d. Kontrol teknis

Seperti dalam manajemen ilmiah, kontrol teknis dikembangkan dalam industri


produksi masal. Dalam sistem ini pekerja dikontrol dan kecepatan kerjanya
ditentukan oleh mesin. Contoh klasiknya adalah assembly line. Dalam assembly line
aktivitas dan fase kerja ditentukan assembly line yang mengantar material kepada
82

para pekerja. Dalam sistem ini material yang dibawa oleh conveyor pada assembly
line bergerak secara terus menerus dan berhenti sebentar untuk dilengkapi dengan
bagian material lain. Dalam sistem ini kontrol oleh pengawas tidak terlalu penting.
Gerakan assembly line yang memaksa pekerja untuk bekerja.

GAMBAR 7: Gambar mobil Ford Model T yang sangat terkenal

Dengan assembly line terjadi pengurangan waktu kerja untuk menyelesaikan satu
pekerjaan. Assembly line pertama diterapkan di pabrik mobil Ford. Dengan prosedur
kerja yang lama dibutuhkan waktu 18 menit. Setelah tugas pekerjaan dibagi-bagi
dibutuhkan waktu13 menit. Dan setelah assembly line diperbaiki waktu kerja
berkurang menjadi 5 menit. Waktu untuk menghasilkan mesin berkurang dari 12
jam menjadi 6 jam. Sedangkan untuk merakit chasis waktunya berkurang dari 12
jam 30 menit menjadi 1 jam 33 menit. Dengan teknologi assembly line pabrik mobil
Ford menghasilkan mobil Ford Model T yang mendominasi Amerika pada tahun
1920-an. Tetapi pekerjaan dengan sistem assembly line dirasakan sangat berat dan
membosankan oleh para pekerja. Bekerja pada assemby line para pekerja harus
bekerja yang kecepatannya ditentukan oleh kecepatan assembly line. Pada tahun
1913, dari semua pegawai yang baru bekerja 71% diantaranya mengundurkan diri
kurang dari 5 hari setelah mulai bekerja (Volti, 2011:50).
83

GAMBAR 8: Gambar assembly line pabrik mobil Ford Model T

e. Kontrol oleh birokrasi

Birokrasi adalah organisasi yang hirarkhis dimana jabatan-jabatan dibagi-bagi dari


yang tertinggi hingga yang terendah. Hirarakhi jabatan tersebut juga merupakan
mata rantai komando dimana pejabat bawahan harus tunduk pada pejabat di atasnya.
Dalam birokrasi setiap pejabat atau pegawai dalam birokrasi bertindak atas dasar
aturan tertulis. Wewenang atau kekuasaan setiap pejabat juga dibatasi dengan aturan
tertulis. Ini penting untuk menghindari kesewenang-wenangan pejabat (atasan
kepada bawahan). Pejabat dan pegawai dalam birokasi diangkat berdasarkan
kompetensi atau keahlian yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat. Supaya
organisasi stabil dan teratur maka pejabat dan pegawai digaji secara tetap. Ada
promosi atau kenaikan jabatan secara periodik berdasarkan prestasi kerjanya.
Kekuasaan berdasarkan hukum, atau wewenang, melalui ketentuan-ketentuan yang
berlaku bagi siapa saja tanpa memandang pribadi-pribadi tertentu (siapa dia),
prosedur-prosedur bertindak, kode-kode dan proses-proses tertentu memungkinkan
manajemen untuk membatasi bagaimana para pegawai atau pekerja harus bertindak.
Dengan cara demikian birokrasi merupakan alat untuk mengontrol para pekerja atau
pegawai. Dalam industri jasa yang mengutamakan pelayanan pada konsumen,
84

aturan birokrasi meluas sampai pada bagaimana karyawan harus melayani dengan
sapaan yang ramah dan penuh dengan senyum. Misalnya, kalau kita datang ke bank
kita akan disambut oleh Satpam dengan mengucapkan kata-kata “Ada yang perlu
dibantu”?

f. Kontrol oleh customer

Kontrol terhadap para pekerja tidak hanya dilakukan secara internal oleh
manajemen. Terutama pada industri jasa para customer atau konsumen juga
dilibatkan dalam mengontrol kinerja para pekerja. Pada beberapa perusahaan sering
menempelkan pada kendaraan perusahaan kata-kata “kalau pengemudi tidak hati-
hati laporkan ke no hp 08 ….” Beberapa perusahaan kadang minta kepada
pelanggannya untuk melaporkan keluhan-keluhannya kalau ada karyawan yang
tidak melayani dengan baik. Ada juga yang menyediakan tempat kotak kritik dan
saran yang disediakan untuk menampung kritik dan keluhan para pelanggan.
Penggunaan call centre oleh berbagai perusahaan juga merupakan bentuk kontrol
oleh customer.

g. Kontrol oleh sesama teman kerja dan panopticon

Kontrol terhadap pekerja memang merupakan tugas dari para manajer. Namun
demikian tanggungjawab untuk mengontrol para pekerja bisa didelegasikan kepada
para pekerja sendiri sehingga para pekerja mengontrol diri mereka sendiri. Hal ini
dilakukan dengan cara manajer dan para pekerja secara bersama-sama untuk
membuat aturan bagi para pekerja. Dengan cara demikian para pekerja akan
mematuhi aturan yang mereka buat sendiri. Pembentukan tim yang terdiri dari para
pekerja juga merupakan cara bagaimana manajer berusaha mengontrol para pekerja.
Para pekerja sebagai sebuah tim membuat kesepakatan-kesepakatan sendiri
bagaimana mereka bekerja. Di sini manajer bersama-sama para pekerja menentukan
sendiri mana pekerja yang rajin dan tidak rajin, pekerja yang produktif dan yang
tidak produktif. Cara seperti ini akan mendorong para pekerja untuk berdisiplin diri.

Panopticon adalah bangunan atau menara yang tinggi yang diusulkan oleh Jeremy
Bentham untuk dibangun di penjara mengawasi para narapidana. Para narapidana
tidak bisa melihat pengawas tetapi pengawas bisa melihat para narapidana. Dengan
85

cara demikian, para narapidana akan merasa diawasi terus menerus. Prinsip kontrol
atau pengawasan seperti ini pada saat ini juga banyak digunakan di perusahaan atau
di kantor-kantor dalam bentuk penggunaan alat pengawas elektronik seperti CCTV.
Penggunaan CCTV yang dipasang di tempat kerja merupakan bentuk cara
bagaimana manajemen atau pimpinan mengawasi para pekerja atau pegawainya.
Fingerprint untuk mengontrol kehadiran pegawai juga merupakan bentuk
panopticon.

h. Pengawasan elektronik (electronic surveillance)

Pengawasan elektronik atau electronic surveillance adalah bentuk kontrol atau


pengawasan dengan menggunakan komputer dan peralatan teknologi yang lain
untuk memonitor, merekam dan melacak aktivitas para pekerja. Dengan
menggunakan pengawasan elektronik maka kinerja, perilaku dan karakteristik
pribadi para pekerja direkam secara real time. Perusahaan menggunakan
pengawasan elektronik dengan tujuan untuk mempertahankan produktivitas dan
mengawasi penggunaan sumberdaya perusahaan oleh para pekerja, melindungi
rahasia perusahaan dan dalam kasus hukum digunakan sebagai bukti. Pada saat ini
penggunaan pengawasan elektronik meluas dari sejak penerimaan pekerja atau
karyawan dengan menggunakan tes berbasis komputer, penggunaan GPS untuk
mengontrol perjalanan pekerja, dan penggunaan peralatan elektronik untuk
mengenali wajah hingga bisa diketahui suasana hati (mood) para pekerja, dsb.

Penggunaan pengawasan elektronik menimbulkan banyak masalah karena peralatan


tersebut bisa keliru dalam menggambarkan prestasi pekerja. Penggunaan yang tidak
tepat untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang sulit diukur. Hal ini
bisa menimbulkan tekanan psikologis (stress) pada para pekerja tanpa ada
kemampuan pekerja untuk menolak hasil pengawasan yang merugikan para pekerja.
Hal yang juga menimbulkan banyak masalah adalah privasi para pekerja bisa
terancam sehingga pekerja kehilangan kebebasan pribadinya sebagai manusia. Ada
kecenderungan perusahaan atau pimpinan untuk mengawasi semua hal yang
dilakukan oleh para pekerja sehingga informasi yang tidak berguna juga
dikumpulkan (direkam). Pengawasan yang berlebihan juga menimbulkan
kecemasan yang justru bisa menghambat kemajuan karena kecemasan dan
86

kekhawatiran akan membatasi kreativitas para pekerja. Padahal, kreativitas sangat


penting bagi munculnya inovasi atau temuan-temuan baru yang berguna bagi
perusahaan.

Kata-kata kunci:

Birokrasi Panopticon
Organisasi industri Teknologi
Formalisasi Teknologi craft
Kompleksita Teknologi sederhana
Kontrol teknik Teknologi produksi massal
Pekerjaan Up-grading
Assembly line Deskilling
Surveillance

Bacaan:

Edgell, Stephen, Heidi Gottfried dan Edward Granter, 2013, the Sage Handbook of the
Sociology of Work and Employment, Thousand Oaks, California: Sage
Publication Ltd.

Goulet, Dennis, 1971, the Cruel Choice: A New Concept in the Theory of Development,
New York: Atheneum Press.

Hodson, Randy dan Teresa Sullivan, 2008, the Social Organization of Work, Belmond
C.A.: Thompson Wadsworth.

Smith, Vicki, 2013, Sociology of Work: An Encyclopedia, New Delhi: Sage Publication
India Pvt. Ltd.

Volti, Rudi, 2012, An Introduction to Sociology of Work and Occupations, London:


Sage Publication.

Anda mungkin juga menyukai