Anda di halaman 1dari 5

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Penyakit musculoskeletal adalah salah satu penyakit yang banyak
ditemukan hampir di seluruh dunia. World Health Organization (WHO)
menetapkan bahwa tahun 2000-2010 sebagai “The Bone and Joint Decade”.
Penyakit musculoskeletal ini merupakan penyakit yang terjadi pada area otot,
tendon, persendian, atau tulang dimana terjadinya nyeri pada tulang
punggung serta fraktur. Fraktur sendiri dapat diakibatkan oleh penyakit
degenerative pada osteoporosis, keadaan patologis, dan disebabkan oleh
berbagai jenis kecelakaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2013 dinyatakan jenis
trauma yang dapat menyebabkan fraktur antara lain kecelakaan non-lalu
lintas, yaitu peristiwa terjatuh (3,8%) dan karena tertusuk benda tajam atau
tumpul (1,7%) yang dapat terjadi pada kecelakaan domestik atau rumah
tangga yang memiliki prevalensi tertinggi, kecelakaan kerja, dan kecelakaan
olahraga. Selain pada kecelakaan non-lalu lintas, fraktur juga dapat
disebabkan oleh peristiwa tabrakan pada kecelakaan lalu lintas (8,5%).
(Ramadhani et al., 2019)
Kecelakaan dapat terjadi bukan hanya di jalanan saja, namun di area
sekolah juga dapat terjadi adanya kecelakaan dan dapat berdampak buruk
bagi penderita khususnya pada siswa siswi sekolah tersebut. Usia yang masih
aktif membuat mereka memiliki banyak energi dalam bermain maupun
melakukan aktifitas fisik. Ketika sedang bermain dan melakukan aktifitas
fisik tersebut, terkadang mereka mengalami kecelakaan di lingkungan
sekolahnya dan dapat diakibatkan karena jatuh atau luka lainnya. Cidera atau
kecelakaan di area sekolah juga dapat terjadi ketika mereka melakukan
olahraga. Kejadian cidera yang paling sering ditemui di area sekolah yaitu
memar dan cidera paling parah yaitu patah tulang. Cidera yang dialami
tersebut tentunya dapat sembuh tanpa komplikasi, jika dilakukan penanganan
yang cepat dan tepat, namun jika hal tersebut tidak ditangani dengan benar
akan mengakibatkan adanya komplikasi kecacatan bahkan kematian yang
dapat bersifat akut dan lambat. (Kurniawaty et al., 2020)
Kegawatdaruratan secara umum merupakan suatu kondisi dimana
penderita membutuhkan bantuan dengan cepat, tepat, dan tanggap untuk
menghindari kecacatan dan kematian akibat dari adanya kecacatan. Upaya
dalam mengurangi kasus kegawatdaruratan adalah dengan dilakukannya
tindakan pertolongan pertama. Prinsip pelayanan pasien gawat darurat yaitu
waktu dan nyawa. Permasalahan pelayanan kesehatan secara umum adalah
pembangunan yang belum merata dan belum menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Faktor lain yang mempengaruhi permasalahan tersebut yaitu
jumlah, distribusi dan kemampuan sumber daya manusia yang masih sangat
kurang, serta jangkauan transportasi yang terbatas. Pada studi literature
review diketahui bahwa terdapat pengaruh antara pendidikan kesehatan
dengan metode stimulasi terhadap pengetahuan. Penanganan kasus gawat
darurat mengalami berbagai hambatan mulai dari kegagalan mengenal risiko,
keterlambatan mendiagnosis, merujuk, dan mendapat perawatan yang tidak
adekuat. Kurangnya sarana dan keterbatasan ekonomi juga merupakan
penyebab kegagalan penanganan kasus kegawatdaruratan. Selain itu,
kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penanganan awal kasus gawat
darurat sering menyebabkan korban mengalami kecacatan atau kematian.
(Suswitha & Arindari, 2020)
Pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat memegang hal yang
penting dalam menentukan keberhasilan pertolongan. Banyak kejadian
penderita gawat darurat yang dapat mengakibatkan kecacatan bahkan
meninggal dunia akibat ketidaktahuan penolong dalam memberikan bantuan.
Pengetahuan pertolongan penderita gawat diperoleh melalui proses
pembelajaran. Pendidikan kesehatan dengan praktik langsung pertolongan
pertama pada kecelakaan (PPPK) yaitu cara dalam memberikan pengetahuan
dan pengalaman kepada siswa sekolah tentang pertolongan pertama pada
kecelakaan. Menurut Sanjaya (2009) cara simulasi merupakan suatu metode
pembelajaran yang dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat serta
dengan adanya cara simulasi yang terstruktur dapat megalami perubahan
sikap serta perilaku. (Suswitha & Arindari, 2020)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan
masalah yang dapat kami angkat adalah “Edukasi dan Simulasi Pertolongan
Pertama Manajemen trauma (fraktur) dalam Kasus Kecelakaan di SMP Islam
Terpadu Al-Ghozali Jember”
BAB 2 TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang fraktur pada siswa SMP IT
(Islam Terpadu) Al – Furqhon Jember.
2.1.2 Tujuan Khusus
a. peserta kegiatan mengetahui konsep dasar fraktur tulang
b. peserta kegiatan mampu mempraktikkan teknik bidai sebagai
penatalaksanaan farktur tulang
c. peserta kegiatan mampu meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan
penyebab fraktur misal kecelakaan
2.2 Manfaat
2.2.1 Bagi Mahasiswa
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan mampu
meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan khususnya bagi peserta
pendidikan kesehatan terkait hal – hal yang menyebabkan fraktur seperti
kecelakaan kendaraan.
2.2.2 Bagi Masyarakat
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat memberi
informasi tentang pertolongan terhadap fraktur dan dapat mempraktikkan
ilmu tentang pembidaian fraktur dalam kegiatan sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawaty, Y., Sekolah, G., Katolik, D., & Yohanes, Y. (2020). Pelatihan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Jurrnal Pengabdian “ Dharma Bakti
“, 3(2), 41–46.
Ramadhani, R. P., Romadhona, N., Djojosugito, M. A., Hadiati, D. E., & Rukanta,
D. (2019). Hubungan Jenis Kecelakaan dengan Tipe Fraktur pada Fraktur
Tulang Panjang Ekstremitas Bawah. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains,
1(1), 32–35. https://doi.org/10.29313/jiks.v1i1.4317
Suswitha, D., & Arindari, D. R. (2020). Pengaruh Simulasi First Aid
Kegawatdaruratan Kecelakaan Terhadap Pengetahuan Penanganan Fraktur.
Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 12(1), 97–109.

Anda mungkin juga menyukai