Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vulnus Laceratum (robek) merupakan kondisi dimana terputusnya

kontinuitas jaringan sehingga terjadi pemisahan dari jaringan normal

semula, robekan terjadi dengan kekuatan yang hebatsehingga kulit

terpotong. Secara umum, luka robek dapat dibagi menjadi dua, yaitu

sederhana jika hanya mengenai kulit dan jaringan di bawahnya. Cedera

arteri seringkali bisa muncul dari benda tajam (50%) seperti tembakan,

luka tusuk, laserasi, kecelakaan kerja atau kecelakaan lalu lintas(Robert,


2019).

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2019 di

Duniasebesar 12,8% atau 8,4 juta, di Amerika Serikat kejadian Vulnus

Laceratum tahun 2018 sebesar 7,3 juta sedangkan pada tahun 2019 sebesar

2,4 juta, di Jogjakarta angka kejadian Vulnus Laceratum sebanyak 41 %,

di Indonesia pravalensi luka robek pada tahun 2019 sebesar 23,2%,

sedangkan di ManadoSulawesi Utara terdapat ada 38 kasus pada tahun

2018 dan 55 kasus tahun 2019.

Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(2020),angka kejadian darurat dan laserasi secara nasional adalah 8,2%

dengan angka laserasi masing-masing 7,5% dan 8,2%. Penyebab cedera

terbanyak adalah jatuh ( 40,9%) dan kecelakaan sepeda motor ( 40,6%).

Angka jatuh tertinggi di Nusa Tenggara Timur (55,5%) dan terendah di

Bengkulu (26,6%). Dibandingkan hasil Riskesdas 2019, proporsinya


menurun dari 58% menjadi 40,9%. Tiga jenis cedera yang paling umum

diderita orangadalah goresan/memar (70,9%), terkilir (27,5%) dan robekan

(23,2%). Dalam urutan tingkat tertinggi untuk tempat-tempat di mana

cedera terjadi, mereka berada di jalan ( 42,8%), rumah (36,5%), daerah

pertanian (6,9%) dan sekolah (5,4 %)(Badan Penelitian Dan Pengembangan

Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Luka robek merupakan jenis luka terbanyak ketiga,dan tertinggi di

Papua sebesar48,5%, lebih tinggi dari Indonesia sebesar 23,2%dan

terendah di Yogyakarta sebesar 14,6%. Tingkat robekan di Jawa Timur

adalah 22,7%(Riskesdas, 2019).

Penyebab cedera yang disengaja antara lain bunuh diri, perilaku

kekerasan, penyerangan dan lain-lain. Penyebab cedera yang tidak

disengaja seperti, luka bakar, tergigit oleh binatang, jatuh dari ketinggian,

kecelakaan, terluka karena benda dan sebagainya. Cedera yang tidak dapat

diidentifikasi(underterminated) adalah penyebab cedera yang sulit

diklasifikasikan sebagai disengaja atau tidak sengaja (Badan Litbangkes,


2018).

Pertolongan pertama pada saat terjadi kecelakaan biasanya

diberikan kepada orang-orang di sekitar korban, beberapa di antaranya

akan menghubungi petugas medis terdekat atau orang yang akan

membantu dan memastikan bahwa penolong akan membantu korban.

Bantuan ini harus diberikan secara cepat dan tepat, karena penanganan

yang tidak tepat dapat mengakibatkan akibat yang serius, cacat bahkan

kematian bagi korbannya.(Kemenkes RI, 2020).

2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aminah, (2018)

menyebutkan bahwa ketepatan pertolongan awal dipengaruhi oleh perilaku

dan pengetahuan. Oleh karena itu, setiap orang harus mendapatkan

pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama, khususnya bagi

masyarakat. Pendidikan kesehatan adalah sarana atau cara dalam

pemberian informasi, pengalam dan pengetahuan pada orang-orang

sehingga bisa merubah perilaku secara berkelanjutan serta lingkungan

yang sehat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siwi Indah Sari dkk,

(2018) efek yang tidak bagus dari sebuah kecelakaan yang tak bisa terobati

atau pengetahuan yang minim dalam pemberian penanganan awal bisa

terjadi dikarenakan bemacam-macam kendala seperti tak sadar akan resiko

terlambatnya diagnosis dll.

Keterampilan adalah kemampuan untuk menerapkan pola perilaku

yang kompleks dan terorganisir dengan baik dengan lancar dan dalam

keadaan tertentu agar bisa tergapainya suatu tujuan (Mubarak, 2018).

Simulasi yang digunakan dalam pelatihan bisa menjadi sebagai sarana

pendidikan untuk mengembangkan keterampilan tindakan sehingga bisa

menciptakan keadaan yang nyaman dan aman. (Sahu & Lata, 2018).

Hasil survey awal pada tanggal 30 Mei 2022 di Desa Tateli Dua

didapatkan jumlah 3053 KK terdiri dari Perempuan 1504 dan Laki-laki

1549 jiwa yang terdapat di jaga 1-5 atau lingkungan 1-5, komposisi

penduduk pria dan wanita menurut usia 20-39 tahun berjumlah 1018 .

3
Pada saat survey awal dengan sasaran masyarakat Desa Tateli Dua peneliti

melakukan wawancara kepada 5 orang diketahui sebanyak 4 orang

didapatkan kurangnya mengenai pendidikan kesehatan metode simulasi.

Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa di Desa Tateli Dua adalah

tempat yang diambil penelitian karena menurut hasil wawancara yang

dilakukan peneliti kepada beberapa masyarakat dengan pertanyaan “jika

terjadi kecelakaan apa yang anda lakukan? Apakah akan langsung

menolong korban dan merawat lukanya?” banyak masyarakat yang

menjawab tidak, dengan alasan karena belum mengetahui tentang

keterampilan pertolongan pertama luka robek. Berdasarkan masalah yang

ada maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Metode Simulasi terhadap Keterampilan Pertolongan Luka

Terbuka pada Masyarakat Awam di Desa Tateli Dua”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, Maka rumusan masalah yang

diajukan penelitian ini adalah apakah ada “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Metode Simulasi Terhadap Keterampilan Pertolongan Pertama

Luka Terbuka Pada Masyarakat Awam Di Tateli Dua”

C. Tujuan

1. Tujuan umum

4
Diketahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi Terhadap

Keterampilan Pertolongan Pertama Luka Terbuka Pada Masyarakat

Awam Di Desa Tateli Dua

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasi Keterampilan Pertolongan Pertama Luka Terbuka

pada Masyarakat Awam Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan

Metode Simulasi di Desa Tateli Dua

b. Teridentifikasi Keterampilan Pertolongan Pertama Terbuka pada

Masyarakat Awam Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan Metode

Simulasi di Desa Tateli Dua

c. Dianalisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi

Terhadap Keterampilan Pertolongan Pertama Luka Terbuka pada

Masyarakat Awam di Desa Tateli Dua

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bertujuan untuk pengembangan pengetahuan

tentang keperawatan terkait pertolongan pertama luka terbuka

2. Manfaat Masyarakat

Penelitianini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan

agar masyarakat mengetahui dan menerapkan serta menstimulasikan

pengetahuan pertolongan pertama luka terbukadalam kehidupan sehari-

hari

5
3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Manado

Dalam bidang pendidikan keperawatan sebagai bahan untuk menambah

wawasan bagi mahasiswa kesehatan Universitas Muhammadiyah

Manado dengan memberikan pertolongan pertama pada korban luka

terbuka

4. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk mendapatkan

pengalaman pertama melakukan penelitian dan mengetahui

pengetahuan masyarakat tentang keterampilan pertolongan pertama

luka terbuka

6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi

Pendidikan kesehatan simulasi adalahcara untuk memberikan

pengetahuan, pengalaman dan keterampilan bagi masyarakat dalam

pertolongan pertama pada luka terbuka (Notoatmodjo, 2019). Keuntungan

metode simulasi ini adalah perhatian responden dapat terfokus pada

apadianggap penting oleh pendidik telah diberikan sehingga hal penting

dapat diamati dengan seksama.

Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang

digunakan dalam beberapa kegiatan pembelajaran berupa latihan dan

pemecahan masalah. Proses belajar yang digunakan dalam simulasi

cenderung objektif dan situasionaldirancang menyerupai kenyataan di

kemudian hari. Simulasi bertujuan untuk melatih keterampilan dalam

situasi yang dirancang dengan tujuan mempersiapkan peserta untuk situasi

tertentu sebelum pengaturan yang sebenarnya sehingga tidak berdampak

pada kerugian manusia (Notoatmodjo, 2019).

Simulasi juga dikenal sebagai bagaimana cara menggabarkan

sebuah tahapan dengan demonstrasi menggunakan peraga (Anita, 2018).

a. Simulasi dasar memiliki unsure-unsur yang seperti berikut ini :

1) Objek yang dijadikan sebagai perhatian utama.

2) Variabel merupakan jumlah yang selalu berubah-ubah

3) Nilai tetap yang dibutuhkan untuk berubahnya waktu.

4) Hubungan antar unsure model


5) Batas masalah yang harus dihadapi. ( Anitah, 2018)

b. Tujuan metode pembelajaran simulasi

Tujuan dari metode pembelajaran simulasi adalah :

1) Merangsang masyarakat agar akti menganalisa serta menolong orang

lain.

2) Memberi kesempatan kepada orang-orang untuk bisa

mengimplementasikan apa yang mereka dapat.

3) Meminimalkan pelatihan hanya satu arah saja.

4) Memberikan ruang agar bisa menunjukan keahlian tertentu .(Anitah,


2018).

c. Berikut ini adalah keunggulan dan kerugian metode pembelajaran

simulasi :

1) Keunggulan

a) Meningkatkan hubungan dan komunikasi sosial.

b) meningkatkan kemampuan berpikit seseorang.

c) Berlatih bagaimana cara menentukan keputusan dengan baik.

d) Berguna untuk pekerjaan yang membutuhkan latihan tetapi lahan

praktek tidak memadai.

e) Meningkatkandisiplin dan sikapkehati-hatian.

2) Kerugian

a) Membutuhkan banyak waktu dan biaya.

b) Bergantung dengan kegiatan masyarakat.

c) Lebih condong membutuhkan penggunaan sumber belajar

8
d) Permintaanalat khusus dalam pembelajaran.

e) Kurang efektif karena akan sering efektif jika dilakukan

kepadaindividu atau kelompok kecil

B. Konsep Keterampilan

1. Pengertian

Kata keterampilan asalnya dari kata terampil yang bermakna

cakap. Melatih keterampilan memerlukan sangat dipengaruhi oleh dasar

kemampuan yang setiap orang miliki (Hasanah, 2018).

2. Fakator Yang Mempengaruhi Keterampilan

Berikut ini yang mempengaruhi keterampilan :

a. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka dia bisa cepat

menerima pengetahuan yang didapatnya

b. Umur

Semakin cukup umur maka cara berfikir seseorang akan berubah

semakin matang. MenurutSantock (2015) masa dewasa pada fase

awal memiliki daya tahan yang baik.

c. Pengalaman

Suatu memori dari tindakan yang pernah dilakukan sehingga bisa

dijadikan acuan dalam melakukan sesuatu

9
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Secara Langsung

a. Motivasi

Sebuah dorogan yang bisa menggairahkan diri sendiri untuk meraih

sesuatu atau untuk mengerjakan sesuatu

b. Pengalaman

Suatu memori dari tindakan yang pernah dilakukan sehingga bisa

dijadikan acuan dalam melakukan sesuatu

c. Keahlian

Keahlian adalah suatu keteampilan khusus yang dimiliki oleh

seseorang seperti bakat

4. Klasifikasi Keterampilan

Menurut Oemar & Ani (2016) berikut ini klasiikasi dari keterampilan :

a. Respon motorik

Merupakan gerakan yang dipengaruhi oleh sistem sara sehingga

membentuk pola respon yang komplex

b. Koordinasi gerakan

Hubungan antara sudut pandang dan tindakan yang akan dilakukan

c. Pola respon

Bagaimana diri kita melihat dan menindakan suatu kejadian yang

terjadi didepan kita.

10
5. Mengukur Keterampilan

Menurut William Shockley (2017), perbandingan suatu standar dengan

yang lain disebut dengan pengukuran. Pengukuran tidak menunjukan

sesuatu itu baik atau tidak dan baik atau buruk

Contoh skor item pertanyaan pada lembar SOP, yaitu:

0 = tidak dilakukan

1 = dilakukan sempurna

C. Konsep Teori Pertolongan Pertama

1. Pengertian

Pertolongan Pertama Kecelakaan (P3K) yaitu upaya pertolongan

pada korban kecelakaan sedini mungkin di tempat kejadian.

Pertolongan pertama juga dapat dipahami sebagai bantuan sementara

kepada korban kecelakaan sebelum menerima bantuan medis.

Tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa seseorang dan

mencegah kematian, mencegah kecacatan, mencegah infeksi,

menjagakekuatan korban sampai mendapat pertolongan lebih lanjut,

dan menghilangkan stres atau syok(Waryono, 2018).

Menurut Mohammad (2016) sikap pengasuh adalah:

a. Tetaplah tenang dalam melakukan tindakan secara tepat

b. Perhatikan pola respirasi

c. Lihat juga apakah ada pendarahan atau tidak

d. Menganalisa apakah ada tanda syok

e. Dilarang untuk membawa korban ditempat lain

11
Sedangkan penolong bertugas untuk:

a. Menjaga keselamatan diri

Harus menjaga keselamatan diri sendiri sehingga tidak meperparah

kondisi.

b. Meminta bantuan

Upaya meminta pertolongan medis

c. Memberikan pertolongan sesuai kondisi

Tindakan pertolongan yang menyesuaikan dengan kondisi

d. Menyediakan kendaraan untuk keinstansi kesehatan (Swanti & Putra,


2017)

2. Prinsip Pertolongan Pertama

Menurut Margareta (2012) prinsip dalam melakukan pertolongan

pertama yaitu sebagai berikut ini :

a. Melihat situasi apakah terdapat orang yang boleh membantu

disekitar lokasi

b. Dilakukan secara tenang dan tidak terburu-buru

c. Apabila terdapat banyak massa, maka bisa meminta bantuan untuk

bersama-sama dalam melakukan pertolongan pertama pada korban

d. Mencegah agar korban tidak terluka

e. Menyediakan saran transportasi untuk membawa korban ke instansi

kesehatan

f. Mengamankan barang-barang korban agar tidak hilang.

12
3. Langkah Pertama Dalam Menolong Korban Terluka

a. Sebagai seseorang yang memberikan pertolongan pertama jangan

pernah merasa panik. Pertolongan harus dilakukan dengan baik,

cekat dan tepat

b. Dalam melakukan pertolongan kita juga harus melihat situasi kondisi

sekitar lokasi sehingga terciptanya situasi aman, nyaman dan

kondusif dalam melakukan pertolongan

c. Korban harus dijauhkan dari sumber kecelakaan lainnya sehingga

bisa mencegah tingkat keparahan dari korban

d. Kesadaran korban juga harus diperhatikan sehingga kita tahu

bagaimana kondisi korban dan perkembangan kondisinya.

e. Apabila terjadi pendarahan pada korban maka harus dihentkan

pendarahannya sehingga tidak memperparah kondisi korban

f. Hindariberi korban makanan atau minuman

g. Tanda shock pada korban juga harus diperhatikan dalam

memberikan pertolongan

h. Korban yang tidak sadarkan diri segera diperiksa jalan nafas,

pernafasan dan sirkulasinya

1) Airway

Penyelamat memeriksa untuk melihat apakah jalan napas korban

terganggu.

13
2) Breathing

Melihat apakah jalan napas korban terganggu atau tidak.

3) Circulation

Menganalisa apakah sirkulasi darah lancar

i. Jika tak ada masalah maka buatlah korban merasa nyaman.

4. Menangani Masalah Pertolongan Pertama

Menurut Thygerson (2015) berikut ini cara melakukan penanganan

pertama :

a. Perdarahan

1) Perdarahan Luar

a) Lindungi diri kita agar tidak mudah terpapar dari penyakit

b) Meletakkan perban agar bisa menghentikan perdaraham

c) Bila mengalami pendarahan dari lengan dankaki,naikkan

tempat yang terluka di atas ketinggian jantung

d) Tambahkan pembalut apabila darah merembes melalui perban

e) Jika perdarahan berlanjut, berikan tekanan sambil

mempertahankan tekanan pada luka

2) Perdarahan dalam

a. Mengikuti langkah prosedur RICE

1) Pegang luka

2) Berikan kompres es (cold packs)

3) Tutupi area yang cedera dengan perban elastis

14
4) Tinggikan kaki atau bagian yang cedera, jika perlu tidak

rusak

b. Syok

Berikut ini adalah penanganan syok :

1) Baringkan terlentang

2) Tinggikan kaki 15-30 cm agar darah menuju jantung

3) Selimuti korban

c. Trauma kepala

1) Trauma kepala

a) Gunakan kasa yang steril untuk mengontrol perdarahan

yang ada

b) Mencari petolongan kesehatan

2) Fraktur tulang tengkorak

a) Lihat pernapasan serta berikanlah penanganan yang

tepat

b) Gunakan kasa yang steril untuk mengontrol perdarahan

yang ada

c) Minimalkan gerakan korban dengan menstabilkan leher

dan kepalanya

d) Mencari pertolongan lain

3) Cedera otak

a) Lihat pernapasan serta berikanlah penanganan yang

tepat

15
b) Gunakan kasa yang steril untuk mengontrol perdarahan

yang ada

c) Balikkan korban jika terjadi muntah agar tetap menjaga

jalan napas korban lancar

d) Mencari pertolongan lain

D. Konsep Teori Luka Robek

1. Pengertian

Luka robek merupakanluka dengan kedalaman penetrasi ke dalam

lapisan otot membentuk luka yang bisa dijumpai pada kondisi tidak

beraturan dan kotor. Tepian luka menjadi tidak teratur, biasanya karena

tertarik ataupuntergores pada benda tumpul(Muhammad Zulkhaira, 2017).

2. Klasifikasi Luka

Menurut Marison (2010) berikut ini klasifikasi luka :

a. Macam-macam luka terbuka:

1) Luka robek yang mempunyai supurasi

2) Luka tusuk yang melukai sebagian besar jaringan dalam

3) Luka penetrasi, seperti peluru menembus kulit

4) Luka lecetbiasanya disebabkanoleh gesekan permukaan benda

yang tidak rata

5) Luka irisakibat benda tajam menusuk tubuh manusia

6) Luka terputus maupun amputasi

b. Macam-macam luka tertutup

1) Memar

16
2) Terkilir

Luka di klasifikasikan berdasarkan kedalamanya terbagi menjadi

(Marison, 2010):

a. Luka derajat 1 (superficial wound) yang ada pada seputaran atas

kulit saja

b. Luka derajat 2 (partial-thicnesswound) yang ada pada atas dan

lapisan kulit

c. Luka derajat 3 (full-thicness wound) yang bisa merusak dalam

jaringan.

3. Penanganan Luka Robek

a. Cuci tangan

b. Menghentikan perdarahan

Saat perdarahan cukup banyak lakukan penghentian perdarahan.

Berikain atau handuk keareapendarahan.Kemudian, angkat bagian

yang cedera dan sejajarkan dengan tulangrusuk.

Pendarahanakanberhenti jikaanda melakukan ini selama 15 menit.

Jikapendarahan masih sulit dihentikan, cobatekanrobekan dengan

menekuk siku atau kaki jika robekanada di lengan atau kaki.

c. Membersihkan luka

Jika andadapat menghentikan pendarahan,basuh luka pada kulit di

sekitarnya dengan air mengalir. Vulnus laceratumbisaberdarahketika

luka merobek ke bagiandalamkulit.

d. Membalutvulnus laceratum

17
Jika luka tidak terlalu lebar maupundalam,anda bisa mengoleskan

salep atau cairan antiseptik pada luka. Kemudian tutup luka robek

dengan perbansteril atau balut dengan perban.Tujuanpembalutadalah

untuk menjaga luka tetapbersih dan kering.

e. Perhatikan bila ada infeksi

Lakukan perawatan luka secara teratur. Pastikan untuk menjaga

luka agar tetap kering dengan membersihkan luka setiap kali

mengganti balutan. Perhatikan juga tanda-tanda terjadinya infeksi

pada luka seperti munculnya bengkak dan rasa nyeri.

4. Perawatan Luka dengan Vulnus Laceratum

Membersihan luka secara konvensional menggunakan disinfektan

yaituhidrogen peroksida, povidone iodine,asam asetat dan

chlorohexadine bisa membuat tahap pemulihan karena bahan astisptic

bukan hanya membasmi kuman, tapi bisa membasmi leukosit yang bisa

mengahancurkan bakteri patogem dan ibroblast dalam membentuk kulit

yang baru. Sangat baik menggunakan airgaram dalam melakukan

pembersihan kulit (Kristiyaningrum, 2016).

Tujuan dari perawatan luka Hidayat (2015) menyebutkan bentuk

tujuan dari perawatan luka:

a. Pencegahan infeksi

b. Mengurangi rasa sakit dan mempersingkat proses penyembuhan luka

c. Meningkatkan integritas kulit dan jaringan

18
Praktik Praktik Perawatan Luka adalah praktik keperawatan yang

meliputi perawatan luka dan pembalutan (Hidayat, 2015).

a. Alat dan bahan

1) NaCl 0,9%

2) Gunting perban atau guting tidak steril

3) Plester/pembalut

b. Prosedur kerja

1) Bersihkan luka dengan menggunaka air mengalir atau NaCl 0,9%

di sesuaikan dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih

2) Jika terjadiperdarahan,gunakan penutup luka menggunakan kain

kasa steril/kain bersih

3) Balutan luka menggunakan kain bersih

5. Proses Penyembuhan Luka

a. Fase inflamasi: hari pertama sampai dengan hari kelima

b. Fase proliserasi or epitelisasi: pada hari ketiga sampai dengan hari

keempat belas

c. Fase maturity maupunRegenerasi yang berlangsung dari beberapa

minggu hingga 2 tahun, pembentukan kolagen baru mengubah

bentuk luka dan meningkatan resistensi jaringan (kekuatan tarik)

yang dibentuk oleh jaringan perut (jaringan parut) 50-80%. sekuat

jaringan sebelumnya, terjadi penurunan bertahap dalam peningkatan

aktivitas sel dan jaringan pembuluh darah.

6. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

19
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka menurut

Rohmayanti (2018) yaitu:

Faktor lokal yang dapat mendukung atau menghambat penyembuhan

luka:

a. Kondisi luka pada hidrasi injury, luka yang terlalu kering akan

membentuk fibrin dan mengeras sehingga dapat terbentuknya scab

(keropeng) atau terjadi nekrosis kering sedangkan yang terlalu basah

akan merusak sekitar luka.

b. Penatalaksanaan luka atau perawatan luka harus tepat, pahami

terlebih dahulu proses penyembuhan luka dan kebutuhan untuk

setiap fasenya, memperhatikan kebersihan luka dan sekitarnya,

bersihkan kumpulan lemak dan kotoran yang ada di sekitar luka,

pada saat pencucian luka pilihlah cairan tidak korosif terhadap

jaringan granulasi dan memilih balutan yang sesuai pada jenis luka.

c. Temperatur yang stabil adalah 37oC akan meningkatnya mitosis

108% pada luka. Yang harus dilakukan adalah meminimalkan

penggantian balutan, mencuci luka dalam keadaan hangat, gesekan

dan tekanan serta balutan yang terlalu kencang akan menekan

pembuluh darah dan akan mengakibatkan temperatur luka tidak

normal.

d. Tekanan dan gesekan pada luka yang terlalu keras seperti kurang

tepatnya penggunaan balutan atau penutupan luka yang tidak tepat

20
akan mengakibatkan hipoksia jaringan dan berakibat kematian pada

jaringan.

e. Benda asing yang berada di daerah luka akan menghalangi proses

granulasi dan epitalisasi pada luka dan jika hal tersebut tidak segera

diatasi atau segera dibersihkan maka akan terjadi infeksi, contoh

benda asing pada luka (sisa proses debris (scab), sisa jahitan,

kotoran, rambut, sisa kapas, kapas yang tertinggal, bakteri dan lain-

lain).

7. Faktor-faktor Lain Yang Dapat Menghambat Penyembuhan Luka

a. Hipoksia

b. Dehidrasi

c. Eksudat belebihan

d. Turunnya temperature

e. Jaringan nekrotik yang berlebihan serta adanya benda asing

f. Hematoma

g. Trauma berulang

h. Penggantian balutan yang terlalu sering dan lain-lain

8. Komplikasi Penyembuhan Luka

Menurut Potter & Perry (2015) beberapa masalah yang muncul selama

penyembuhan luka adalah:

21
a. Perdarahan

Yaitu darah yang keluar secara terus menerus dengan rekuensi

yang sangat banyak.

b. Infeksi

Yaitu luka tebruka yang terkontaminasi oleh bakteri sehingga bisa

membuat peningkatan sel darah putih. Tepian luka juga akan

membengkak dan adanya parulen.

c. Dihisens

Dihisens adalah terlepasnyasebagian atau seluruh lapisan luka.

d. Eviserasi

Keluarnya organ dari luka yang terbuka sehingga harus ditutupi

e. Fistula

Sebuah saluran yang tidak normal yang terbentuk selama masa

penyembuhan luka.

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehOnilia

Risqiana yaitu: “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Perawatan Luka

Terhadap Kesiapan Pertolongan Pertama Luka Pada Siswa SMP N 1

Dukun” penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

Quasi Eksperiment dengan pre-test post-test control group desain.

Dengan populasi berjumlah 70 responden dengan menggunakan

random sampling, data di dapatkan dari alat ukur pre-test dan post-test

dengan pengisian soal kesiapan dan penilaian pertolongan pertama luka.

22
Penelitian ini terdapat pengaruh dari hasil analisa pre-test dan post-test

antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan

peningkatan.

2. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulayadi

dan Maikel Killing yaitu “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Perawatan

Luka Akibat Kecelakaan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap

PertolonganPertama Pada Siswa Kelas X Di SMK Negeri 6 Manado”

penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperiment dengan rancangan

penelitian one-grup pre-test post-test. Dengan populasi pada penelitian

berjumlah 16 responden dengan teknik systematic random sampling.

Terdapat ada pengaruh pendidikan kesehatan perawatan luka akibat

kecelakaan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap pertolongan

pertama pada siswa kelas X di SMK negri 6 manado.

23
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Merupakan kegiatan memvisualisasikan konsep atau variabel dan

hubungan antara konsep dengan konsep lain atau antara variabel satu

dengan variabel lain dari masalah yang diteliti (Supratjino, 2016). Secara

teoritis, kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan Keterampilan
kesehatan pertolongan
metode simulasi pertama luka
terbuka pada
masyarakat

Keteragan:

: Di teliti

: Garis Penghubung

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi Terhadap Keterampilan


Pertolongan Pertama Luka Terbuka Pada Masyarakat Awam Di Tateli Dua

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah peneliti

(Notoatmodjo, 2018). Hipotesis dalam penelitian ini:


Ha : Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi Terhadap

Keterampilan Pertolongan Pertama Luka Terbuka Pada Masyarakat

Awam Di DesaTateli Dua

C. Variabel Penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas(independen) adalah variabel yang mempengaruhi

(Sugiyono, 2019).Variabel dalam penelitian ini yaituPendidikan

Kesehatan Metode Simulasi

2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau hasil

dari variabel bebas (Sugiyono, 2019). Variabel pada penelitian ini

yaituKeterampilan Pertolongan Pertama Luka Terbuka Pada

Masyarakat Awam

D. Definisi Operasional

Yakni aspek dari penelitian yang memberikan gambaran

bagaimana cara mengukur variabel secara ilmiahyang bisa membantu

peneliti lain (Hidayat,2015).

Tabel 3.2: Definisi Operasional Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode


Simulasi Terhadap Keterampilan Pertolongan Pertama Luka Terbuka pada
Masyarakat Awam

No Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor


operasional ukur
1. Independen : Suatu tindakan 1. Pergetian SAP& - -
Pendidikan yang dilakukan
2. Penyebab SOP
kesehatan untuk
metode memberikan 3. Tanda dan gejala
simulasi pendidikan

25
dengan 4. Komplikasi
menggunakan
metode simulasi
agar dapat
mengamati,
memperhatikan
dan
mempraktikan
yang telah
dilakukan.
2. Dependen : Penilaian 1. Tetap tenang Lembar Ordinal 1. Terampil> 20
Keterampilan kemampuan
2. Hentikan observasi 2. kurang
masyarakat seseorang dalam
awam pada memahami dan perdarahan terampil< 20
petolongan melakukan
3. Memberisihkan
pertama luka pertolongan
pertama luka luka
4. Membalut luka

26
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode penelitian kuantitatif dengan desain Quasi Eksperiment

(Notoatmodjo, 2018),dengan one group pre-test pos-testdesign dimana

keterampilan pertolongan pertama luka diukur sebelum dan setelah

diberikan perlakuan berupa pendidikan kesehatan metode simulasi.

Pretest Perlakuan Postest

X1 y X2

Keterangan :

X1 : Ketrampilan Pertolongan Pertama Luka Tebuka sebelum diberikan

Pendidikan Kesehatan

y : Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi

X2 : Keterampilan Pertolongan Pertama Luka Terbuka sesudah diberikan

Pendidikan Kesehatan

Gambar 4.1
Desain Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi Terhadap
Keterampilan Pertolongan Pertama Luka Terbuka pada Masyarakat Awan

B. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Tateli Dua

27
b. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2022

C. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Merupakan objek yang terdapat disuatu wilayah yang akan diteliti

(Nursalam, 2015). Populasi dalam penelitian ini berdasarkan rentang usia

20-39 yaitu 3053 populasi

b. Sampel

Sampling penelitian adalah sekumpulan manusia, benda atau

subyek yang menjadi sasaran penelitian (Suprajitno, 2016).

Jika jumlah responden kurang dari 100, maka didapatkan sampel

yang diambil untuk penelitian adalah penelitian populasi. Sedangkan

jika jumlah responden lebih dari 100, maka sampling ratenya 10% -

15% sampai 20% - 25% atau lebih (Arikunto, 2002:112).

Beberapa alasan pengambilan sampel adalah:

a. Kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga dan dana

b. Sempitnya luas wilayah observasi dari setiap subjek, karena

melibatkan banyak sedikit data

c. Penyebaran kuesioner akan lebih memudahkankarena sudah

ditemukan jumlahnya

Berdasarkan saran ini, maka pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah 15% dari populasi yang ada, karena jumlah populasi melebihi

100 yaitu 1018 orang. Artinya 1018 X 15% / 100 = 15,2 kemudian

28
dibulatkan menjadi 15,2 sehinggai sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 15 responden.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

Menurut (Nursalam, 2017) adalah :

1) Masyarakat yang bersedia menjadi responden

2) Masyarakat dengan umur 17-45 tahun

b. Kriteria Eksklusi

Menurut (Nursalam, 2017) adalah :

1) Masyarakat yang mengundurkan diri saat penelitian

2) Masyarakat dengan usia >45 tahun

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan sesuatu yang digunakan selama proses penelitian .

Instrumen yang digunakan yaitu (Masturoh & Anggita T, 2018).

a. Pengumpulan Data

Demografi responden meliputi dari nama, umur, jenis kelamin dan

tingkat pendidikan

b. Variabel Independen

Variabel independen ini menggunakan SAP (Satuan Acara Penyuluhan)

dan SOP (Satuan Operasional Prosedur)

c. Variabel Dependen

Variabel independen menggunakan alat ukur lembar observasi

sumbernya diambil dari penelitian Tia Mayasari (Dimodifikasi)dengan

29
jumlah 13 indikatoruntuk mengukur keterampilan 2 titik pada setiap

indikator terampil diberi skor 2 dan tidak terampil skor 1.

Perhitungan skor ini menggunakan skor median:

n=(Jumlah indikasi x skor tertinggi) + (Jumlah indikasi x skor terendah)


2

Median = (13 x 2) + (13 x 1)


2
Median = 26 + 13 : 2 = 19,5 = 20
Jadi, jika skor > 20 maka dikategorikan terampil dan jika skor <20
maka dikategorikan kurang terampil
F. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langusng. Data ini dikumpulkan

menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada responden (Sugiyono,


2018)

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh daripihak lain yang sudah ada

sebelumnya (Sugiyono, 2018)

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Melakukan pengurusan surat izin survei awal penelitiandibagian

akademik Universitas Muhammadiyah Manado

2. Menyerahkan surat izin survei awal penelitian kepada Hukum Tua di

Tateli Dua

3. Melakukan pengurusan surat izin penelitian dibagian akademik

4. Menyerahkan surat izin penelitian kepada Hukum Tua di Tateli Dua

30
5. Melakukan pendekatan kepada responden, jelaskan maksud dan tujuan

serta meminta kesediaan untuk menjadi responden. Jika responden

bersedia untuk berpatisipasi dalam penelitian ini, peneliti meminta

responden untuk menandatangani formulir persetujuan (informed

consent)

6. Seluruh responden diarahkan untuk melakukan keterampilan

pertolongan pertama luka terbuka sebagai pre-test

7. Setelah itu diberikan penyuluhan kesehatan secara simulasi kepada

seluruh responden

8. Setelah dilakukan intervensi, kemudian seluruh responden diarahkan

untuk melakukan keterampilan pertolongan pertama luka terbuka

sebagai post-test

H. Pengelolaan Data

Setelah terkumpulnya data maka semua data akan dikelola dan

dianalisa. Beeikut ini adalah tahap-tahap dalam mengelola data


(Notoatmodjo,2015).

1. Editing meliputi pengecekan validitas data yang diperoleh.

Modifikasiyang dilakukan setelah pengumpulan data

2. Coding dilakukan untuk mempermudah dalam proses tabulasi dengan

memberikan kode atau nomor pada sampel.

3. Entry data yaitu memasukan data kepada aplikasi yang digunakan

untuk tabulasi data

4. Cleaning adalah pembersihan data, apakah data tersebut benar atau

tidak.

31
5. Penyajian data disajikan dalam bentuk yang mudah dibaca dan

dipahami, baik memberikan informasi maupun memudahkan

interprestasi hasil analisis.

I. Teknik Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat adalah analisa masing-masing varibel dari hasil

penelitian baik variabel bebas maupun variabel terikat berupa bentuk

distribusi dan presentase masing-masing variabel (Notoamodjo, 2015).

Variabel dalam penelitian ini adalah keterampilan pertolongan

pertama luka terbuka sebelum diberikan edukasi kesehatan dengan

metode simulasi dan keterampilan pertolongan pertama luka terbuka

sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode simulasi

f
P= x 100 %
n

Keterangan :

P : Presentase

F : Frekuensi

N : Total respomden

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan pada dua variabel

yang diyakini berhubungan atau berkolerasi. Analisis bivariat dilakukan

terhadap dua variabel yang diyakini terkait atau berkolerasi (Soekidjo

Notoatmodjo, 2018).

J. Etika Penelitian

32
Dalam melakukan penelitian, peneliti memperhatikan masalah etika

penelitian. Etika penelitian meliputi :

1. Informed Concent (informasi untuk responden)

Persetujuan responden bahwa bersedia dalam mengikuti segala proses

dalam penelitian.

2. Anonimity (tanpa nama)

Merahasiakan atau menjaga data dari sampel sehingga terciptanya

rasa nayamn selama mengikuti proses penelitian.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Memberi jaminan bahwa data hasil dari penelitian akan dirahasiakan.

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian

33
Desa Tateli Dua terletak di Kecamatan Mandolang Kabupaten

Minahasa Provinsi Sulawesi Utara dan secara geografis terletak pada

1026’43.340 U LintangUtara, 124045’15.500 Bujur Timur.

Desa Tateli Dua berasal dari hasil pemekaran dari Desa Tateli yang

dulunya merupakan dari wilayah atau jaga yaitu jaga III, jaga IV, jaga V

dan jaga VII. Masyarakat yang berada di Desa Tateli Dua berjumlah 3052

KK terdiri dari Perempuan 1504 dan Laki-laki 1549 jiwa yang terdapat di

jaga 1-5 atau lingkungan 1-5, pada penelitian ini 15 orang yang dijadikan

sebagai subjek penelitian. Luas Desa Tateli Dua sebesar 429.00 Ha dengan

batas wilayah Desa Tateli Dua adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan laut sulawesi

2. Sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan Desa Koha

3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tateli Tiga

4. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tateli Satu

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Desa

Tateli Dua tahun 2022 (n=15)

Umur Banyaknya Responden


Frekuensi (n) Presentase (%)

34
17-25 Tahun 7 46.7%
26-35 Tahun 6 40.0%
36-45 Tahun 2 13.3%
Total 15 100.0
Sumber : DEPKES 2009

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 15 responden,

jumlah responden terbanyak adalah direntan umur 17-25 tahun

dengan tingkat presentase 46.7% sedangkan jumlah responden

paling sedikit adalah dari rentang umur 36-45 tahun dengan

presentase 13.3%.

b. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Table 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

di Desa Tateli Dua tahun 2022 (n=15)

Jenis Kelamin Banyaknya Responden


Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 9 60.0%
Perempuan 6 40.0%
Total 15 100.0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan Table 5.2 dapat dilihat di antara 15 responden,

didapatkan hasil jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki 9 dengan

presentase 60.0% sedangkan yang paling sedikit adalah perempuan 6

responden dengan presentase 40.0%.

c. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Table 5.3 Distribusi frekuensi responden menurut tingkat pendidikan

35
Tingkat Pendidikan Banyaknya Responden
Frekuensi (n) Presentase (%)
SD 1 6.7%
SMP 5 33.3%
SMA 7 46.7%
S1 2 13.3%
Total 15 100.0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan Table 5.3 menunjukkan dari 15 responden, didapatkan

hasil Tingkat Pendidikan terbanyak adalah SMA 7 responden dengan

presentase 46.7% sedangkan yang paling sedikit yaitu SD 1

responden dengan presentase 6.7%

2. Analisa Univariat

a. Distribusi frekuensi responden sebelum diberikan keterampilan

pertolongan pertama luka terbuka

Table 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan keterampilan pertolongan

pertama luka terbuka sebelum menerima pendidikan kesehatan

metode simulasi di Desa Tateli Dua tahun 2022 (n=15)

Sebelum diberikan Banyaknya Responden


keterampilan
Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak terampil 13 86.7%
Terampil 2 13.3%
Total 15 100.0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan dari 15 responden, sebelum

mendapatkan pendidikan kesehatan metode simulasi

diperoleh13responden yang tidak terampil dengan presentase 86.7%

dan 2 responden yang terampil dengan presentase 13.3%

36
b. Distribusi frekuensi responden setelah diberikan keterampilan

pertolongan pertama luka terbuka

Table 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan keterampilan pertolongan

pertama luka terbuka setelah diberikan pendidikan kesehatan metode

simulasi di Desa Tateli Dua tahun 2022 (n=15)

Setelah diberikan Banyaknya Responden


keterampilan Frekuensi (n) Presentase (%)
Tidak terampil 1 6.7%
Terampil 14 93.3%
Total 15 100.0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan dari 15 responden, setelah

mendapatkan pendidikan kesehatan metode simulasi didapatkan 1

responden yang tidak terampil dengan presentase 6.7% dan 14

responden yang terampil dengan presentase 93.3%.

3. Analisa Bivariat

Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan metode simulasi

terhadap keterampilan pertolongan pertama luka terbuka dengan

menggunakan uji MC. Nemar.

Table 5.6 Analisa Pengaruh pendidikan kesehatan metode simulasi

terhadap keterampilan pertolongan pertama luka terbuka di Desa Tateli

Dua dengan Pre-posttest menggunakan uji MC. Nemar

Keterampilan Sesudah
Tidak Terampil Total Nilai P
terampil

37
Keterampilan Tidak 1 (6.7%) 12 (80.0%) 13 (86.7%) 0.000
sebelum terampil
Terampil 0 (0%) 2 (13.3%) 2 (13.3%)
Total 1 (6.7%) 14 (93.3%) 15
(100.0%)
Sumber : MC Nemar 2022

Berdasarkan table 5.6 didapatkan hasil perbandingan sebelum dan

sesudah diberikan edukasi kesehatan metode simulasi yang

menunjukkan adanya pengaruh terhadap keterampilan pertolongan

pertama luka terbuka. Hasil uji Mc. Nemar menunjukkan bahwa

terdapat keterampilan pertolongan pertama luka terbuka. Dari 15

responden, terdapat 0 responden menunjukkan tidak terampil dengan

presentase 0% dan 2responden menunjukkan terampil dengan

presentase 13.3% sebelum menerima pendidikan kesehatan metode

simulasi. Sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan terdapat 1

responden menunjukkan tidak terampil dengan presentase 6.7% dan 12

responden menunjukkan bahwa terampil dengan presentase 80.0%.

Setelah dilakukan uji dengan menggunakan uji Mc. Nemardipeoleh

nilai P Value = 0.000 dengan tingkat signifikan sebesar <0.005 dimana

nilai P Value = 0.000<0.005 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya terdapat pengaruh pendidikan

kesehatan metode simulasi terhadap keterampilan pertolongan pertama

luka terbuka di Desa Tateli Dua.

C. Pembahasan

38
Penelitian yang berjudul pengaruh pendidikan kesehatan metode

simulasi terhadap keterampilan pertolongan pertama luka terbuka di Desa

Tateli Dua, yangtelah dilaksanakan pada 11 Juli 2022. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan

metode simulasi dengan keterampilan pertolongan pertama luka terbuka di

Desa Tateli Dua. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

Accidental Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 15 responden.

Penelitian ini menggunakan ujiQuasi Eksperiment dengan pendekatan One

Group Pre And Post Designdimana keterampilan pertolongan pertama

luka terbuka diukur sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa

pendidikan kesehatan metode simulasi.

Berdasarkan distribusi frekuensi usia terbanyak adalah 17-25 tahun

ada 7 responden dengan presentase 46.7%. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Gatot Suparmanto, dkkdengan judul

“Pengaruh pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama pada sprain

dengan media audiovisual terhadap tingkat pengetahuan pemain futsal di

surakarta” menunjukkan bahwa pada usia 18-21 tahun, yang memiliki

panca indra masih sangat baik sehingga informasi dapat diterima dengan

baik. Selain itu, usia ini tergolong dalam usia produktif sehingga

responden masih sangat aktif dan akan terus belajar dimanapun dan

kapanpun (Jason & Arieselia, 2020).

Menurut Putra & Rustika, (2017) menunjukan adanya hubungan

positif antara kemauan dan konsep diri dari usia remaja akhir hingga

39
sampai usia dewasa. Kematangan usia akan mempemgaruhi proses dalam

berpikir dan pengambilan keputusan yang dalam menentukan kesiapan.

Kategori umur remaja akhir adalah 17-25 tahun, dewasa awal adalah 26-35

tahun dan kelompok dewasa akhir adalah 36-45 tahun (Depkes, 2009, dalam
Riauwi, dkk, 2014)

Berdasarkan distribusi frekuensi jenis kelamin terbanyak adalah

laki-laki dengan 9 responden dengan presentase 60.0%. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Gusnanda yang berjudul ”pengaruh

pemberian edukasipertolongan korban kecelakaan melalui audovisual

terhadap tingkat kesiapan menolong korban kecelakaan lalu lintas di desa

laban sukohardjo” menunjukan bahwa mayoritas jenis kelamin laki-laki

yaitu 29 orang dengan presentase 60.4%.

MenurutWade dkk, (2018)Jenis kelamin merupakan atribut

fisiologis dan anatomis yang dapat membedakan antara laki-laki dan

perempuan yang menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki

cenderung lebih memeberikan keputusan menolong korban kecelakaan

dibandingkan dengan perempuan.

Berdasarkan distribusi frekuensi tingkat pendidikan terbanyak ialah

SMA yaitu 7 responden dengan tingkat presentase 46.7%. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Siska Christianingsih berjudul “Pendidikan

kesehatan dengan media leaflet dan vidio dalam meningkatkan

pertolongan pertama luka bakar”menunjukkan bahwa Semakin tinggi

pendidikan maka pemahaman dan penerimaan informasi juga semakin

cepat.Penelitian ini sejalan dengan Menurut Yosephine (2021)

40
menyatakan hasil penelitiannya bahwa responden dengan tingkat

pendidikan SMA, sudah dianggap mampu dan siap menerima berbagai

macam informasi. Tingkat kedewasaan seseorang diikuti dengan

kematangan berpikir yang baik. Menurut Sahrani (2018) mengatakan

bahwa pendidikan merupakan factor penting yang mempengaruhi proses

penyerapan informasi. Tingkat pendidikan seseorang yang tinggi akan

diikuti penerimaan atau penyerapan informasi juga baik(Budiman dan


Riyanto, 2019).

Hasil Pretest didapatkan dengan dengan cara mengukur

keterampilan pertolongan pertama luka terbuka menggunakan lembar

observasi dengan hasil kategori yang tidak terampil yaitu 13 responden

dengan presentase 86.7% dan terampil sebanyak 2 responden dengan

presentase 13.3%, dari total 15 responden.

Kemudian seluruh responden diberikan intervensi selama 1 jam

pemberian materi pendidikan kesehatan metode simulasi dan selanjutnya

dilakukan posttestyakni dengan mengukur kembali keterampilan

pertolongan pertama luka terbuka seluruh responden dengan menggunakan

lembar observasi yang sama. Dari hasil yang diperoleh terdapat perubahan

dimana 14 responden dengan presentase 93.3% dari kategori terampil

sedangkan kategori tidak terampil ada 1 responden dengan presentase

6.7%. Dari total 15 responden.

Dari hasil Postest dapat dilihat ada 1 orang responden yang tetap

berada di kategori tidak terampil. Ini terjadi karena faktor-faktor yang

mempengaruhi pendidikan,kurangnya pemahaman dan daya tangkap yang

41
lemah. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Rahayu berjudul “Pengaruh

Simulasi Pendidikan Kesehatan tentang Pertolongan Pertama terhadap

Tingkat Pengetahuan Siswa/i SMA Swasta YP Binaguna Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun” berdasarkan hasil yang didapatkan, pendidikan

seseorang mempengaruhi sikap seseorang terhadap lingkungan dan proses

belajarnya untuk memperoleh pengetahuan. Faktor lain yang juga

mempengaruhi seseorang untuk memperoleh pengetahuan adalah faktor

internal, berupa fisik dan mental. Faktor fisik adalah tubuh orang itu

sendiri, sedangkan faktor mental adalah psikologis, intelektual,

psikomotor, serta pengkondisian dan kognitif. Sedangkan faktor eksternal

berupa penghargaan, lingkungan yang kondusif dan kegiatan belajar yang

menarik.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nursalam & Efendi

(2017) pendidikan kesehatan adalah proses yang terencana secara sadar

untuk memberikan kesempatan kepada individu, kelompok dan

masyarakat untuk terus belajar meningkatkan kesadaran (literacy) serta

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya (lifeskills) bermanfaat

bagi kesehatan. Keberhasilan pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh

pemilihan metode pendidikan yang tepat. Dasar pemilihan metode

pembelajaran dalam pendidikan kesehatan tergantung pada beberapa

faktor yaitu karakteristik sasaran/partisipan (jumlah, status sosial ekonomi,

usia, jenis kelamin), waktu dan tempat yang tersedia, serta tujuan khusus

yang akan dicapai dalam pendidikan kesehatan (perubahan pengetahuan,

42
sikap atau praktik partisipan). Hal ini sejalan dengan penelitian dari Wisnu

Saputro dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode

Simulasi terhadap Pengetahuan dan sikap tentang Pertolongan Pertama

pada Kecelakaan di SMK Negri 1 Mojosongo Boyolali” yang menyatakan

bahwa edukasi merupakan upaya untuk mempengaruhi atau mengajak

orang lain, individu, kelompok atau masyarakat untuk melibatkan dalam

perilaku yang sehat. Kegiatan adalah memberikan pengetahuan, sikap dan

praktik kepada masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya sendiri.

Penggunaan simulasi dalam proses pembelajaran secara tidak

langsung telah mengubah situasi nyata menjadi kegiatan pembelajaran

karena adanya kesulitan/keterbatasan ketika belatih dalam situasi nyata.

Dalam penelitian ini, pembelajaran memanipulasi luka terbuka melalui

metode simulasi dapat memberikan pengalaman hidup yang realistis atau

mendekati kondisi sebenarnya sehingga menimbulkan kesan yang tidak

mudah untuk dilupakan oleh masyarakat (Hamzah, 2020).

Dengan mencoba secara langsung melakukan pertolongan pertama

pada luka terbuka maka mentransmisikan pengalaman ke dalam alam

bawah sadar, juga berdampak pada pembentukan kemampuan skill yang

tak terlupakan. MenurutNursalam, Efendi dan Sanjaya (2018),

pembelajaran dengan menggunakan simulasi dapat merangsang peserta

untuk aktif mengamati, melatih keterampilan memecahkan masalah,

menyelesaikan masalah dan mengembangkan kemampuan berinteraksi

43
antar individu. Selain itu, penggunaan metode simulasi juga memberikan

kesempatan kepada peserta untuk menerapkan prinsip, teori serta

meningkatkan kemampuan kognitif, kinerja dan psikomotor.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa ada

pengaruh pendidikan kesehatan metode simulasi terhadap keterampilan

pertolongan pertama pada masyarakat awam di desa tateli dua

44
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Keterampilan pertolongan pertama luka terbuka di Desa Tateli Dua

sebelum diberikan pendidikan kesehatan metode simulasi sebagian

besar tidak terampil

2. Keterampilan pertolongan pertama luka terbuka di Desa Tateli Dua

setelah diberikan pendidikan kesehatan metode simulasi sebagian

besar terampil

3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan metode simulasi terhadap

keterampilan pertolongan pertama luka terbuka di Desa Tateli Dua

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan dan

pengetahuan bagi peneliti dalam membantu pertolongan luka

terbuka dengan

2. Bagi Responden

45
Diharapkan pada masyarakat setelah mendapatkan edukasi

kesehatan pertolongan pertama pada luka terbuka dapat diterapkan

dan dipraktikansecara langsung dalam menganangani luka terbuka

yang terjadi pada diri sendiri ataupun orang sekitarnya

3. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai edukasi untuk

kedepanya dalam pertolongan pertamapada luka terbuka

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi

bagi peneliti selanjutnya dalam melanjutkan atau melakukan

penelitian terkait mengenai pertolongan pertama luka terbuka

46

Anda mungkin juga menyukai