Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP PENINGKATAN

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)


PADA REMAJA PPA GMIM EKLESIA KALASEY 1

Usulan Penelitian untuk Skripsi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Menyelesaikan


Program Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Diajukan oleh
Agistari Ifribka Julairi Sahala
NIM. 711430119002

Kepada
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MANADO
Desember 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Edukasi atau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebut

juga dengan pendidikan. Edukasi atau pendidikan merupakan suatu upaya

atau proses pembelajaran yang dilakukan secara terencana dengan tujuan

untuk mengubah perilaku, meningkatkan keterampilan dan pengetahuan serta

mengubah sikap individu, kelompok maupun masyarakat terhadap perubahan

gaya hidup menjadi lebih baik (Nurmala, 2018).

Salah satu peran edukasi adalah meningkatkan pengetahuan.

Pengetahuan berarti hasil tahu seseorang yang muncul setelah merasakan

suatu objek tertentu melalui proses penginderaan (Notoadmojo, 2010).

Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari proses mendengar dan melihat

(Notoadmojo, 2014 dalam Hizrian 2022). Menurut Notoadmojo (2010) dalam

Prayitno dan Arini (2021), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah pendidikan atau edukasi, pengalaman,

keyakinan serta sosial dan budaya.

Selain pengetahuan, edukasi juga dapat meningkatkan keterampilan

seseorang. Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan

pengetahuan dalam bentuk tindakan. Sedangkan untuk faktor yang

mempengaruhi keterampilan adalah motivasi, pengalaman serta keahlian

2
(Widyatun (2015) dalam Prayitno dan Arini (2021). Pengalaman seseorang

dalam memperoleh informasi yang akurat menjadi salah satu faktor yang

mampu meningkatkan keterampilan dalam melakukan tindakan (Prayitno dan

Arini, 2021). Dapat disimpulkan edukasi memiliki dampak yang signifikan

terhadap individu, kelompok dan masyarakat untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan.

Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Basic Life Suport (BLS) adalah

tindakan pertolongan pertama untuk menghadapi keadaan darurat yang perlu

diketahui masyarakat. Bantuan Hidup Dasar bertujuan untuk mengembalikan

serta mempertahankan fungsi organ vital pada pasien yang mengalami kondisi

henti napas dan henti jantung dengan melakukan resusitasi jantung paru (RJP)

atau kompresi dada dan pemberian napas buatan (Hardisman, 2014).

Keadaan gawat darurat yang biasa ditemui sehari-hari adalah

kecelakaan lalu lintas, keracunan, serangan jantung, kasus tenggelam dan

masih ada kasus lainnya. Serangan jantung merupakan salah satu penyumbang

terbesar angka kematian mendadak pada kasus gawat darurat. Kebanyakan

penduduk yang terkena serangan jantung mendadak tidak menunjukan tanda

dan gejala serius yang dapat diaantisipasi. Sekitar 8% pasien yang terkena

serangan jantung yang mampu bertahan dan 90% pasien lainnya meninggal

sebelum tiba di rumah sakit (M. Zaky Hardianto, 2019).

Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

mengenai bantuan hidup dasar dalam kasus gawat darurat pre hopital adalah

3
melalui edukasi dan pelatihan (Oktafiani & Fitriana, 2022). Kurangnya

pengetahuan dan keterampilan mengenai bantuan hidup dasar (BHD), menjadi

salah satu kendala dalam melakukan pertolongan pertama pre hospital dalam

kasus gawat darurat. Bagi masyarakat yang tidak paham mengenai pemberian

Bantuan hidup dasar (BHD), tentu hanya bisa memberikan pertolongan

seadanya pada pasien gawat darurat tanpa memikirkan tindakan yang

dilakukan sudah tepat atau tidak. Bahkan biasanya masyarakat hanya bisa

menghubungi atau sekedar menunggu pertolongan medis datang tanpa

memikirkan kondisi pasien yang membutuhkan pertolongan, padahal

mengingat masyarakat tersebut adalah penolong pertama dan utama (Siwi et

al., 2022).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prihatini & Juwita (2022)

menjelaskan bahwa pengetahuan siswa SMK N 2 Makassar sebelum diberikan

edukasi dan simulasi tentang BHD adalah cukup dengan presentase baik

11.54%, cukup 69.2% dan kurang 19.23%. Kemudian setelah diberikan

edukasi dan simulasi tentang BHD, gambaran pengetahuan siswa SMK N 2

Makassar menjadi 100% baik. Hal tersebut menunjukan bahwa pelatihan

BHD yang disertai dengan demonstrasi atau praktek secara langsung tentang

keterampilan BHD memiliki dampak yang signifikan terhadap peningkatan

pengetahuan peserta mengenai BHD (Prihatini & Juwita, 2022).

Dari survey yang dilakukan oleh penulis, lokasi PPA Gmim Eklesia

Kalasey 1 berlokasi di pinggir jalan raya dan dekat dengan pesisir pantai yang

4
memungkinkan terjadinya kasus gawat darurat seperti kecelakaan lalu lintas

dan kasus tenggelam. Dari hasil wawancara pada beberapa remaja hanya

sebagian yang memahami tentang bantuan hidup dasar. Namun tidak sedikit

pula yang tidak tahu mengenai hal tersebut. Beberapa remaja mengakui hanya

pernah melihat tindakan tersebut di TV, tanpa tau prosedur BHD yang baik

dan benar. Oleh karena itu diharapkan edukasi mengenai BHD bisa menjadi

solusi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pada remaja PPA

gmim eklesia kalasey 1 dalam melakukan pertolongan pertama pada kasus

gawat darurat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Pemberian Edukasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan

Keterampilan Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada Remaja PPA GMIM Eklesia

Kalasey 1.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan pengetahuan

dan keterampilan bantuan hidup dasar (BHD) pada remaja PPA GMIM

Eklesia Kalasey 1.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

5
Untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan

pengetahuan dan keterampilan BHD pada remaja gmim eklesia kalasey 1.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja PPA GMIM Eklesia Kalasey

1 sebelum diberikan edukasi tentang BHD.

b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja PPA GMIM Eklesia Kalasey

1 sesudah diberikan edukasi tentang BHD.

c. Untuk mengidentifikasi keterampilan remaja PPA GMIM Eklesia

Kalasey 1 sebelum diberikan edukasi tentang BHD.

d. Untuk mengidentifikasi keterampilan remaja PPA GMIM Eklesia

Kalasey 1 sesudah diberikan edukasi tentang BHD.

e. Untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan

pengetahuan BHD pada remaja PPA GMIM Eklesia Kalasey 1.

f. Untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan

keterampilan BHD pada remaja PPA GMIM eklesia Kalasey 1.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Dapat menjadi bahan untuk pengembangan proses pembelajaran khusunya

untuk mata kuliah keperawatan gawat darurat.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

6
Dapat dipakai sebagai data penelitian serta referensi untuk peneliti

selanjutnya terlebih khusus yang berhubungan dengan mata kuliah

keperawatan gawat darurat.

3. Bagi Pembaca

Dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai pengaruh

pemberian edukasi terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan

Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada remaja

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan berarti hasil tahu seseorang yang muncul setelah

merasakan suatu objek tertentu melalui proses penginderaan (Notoadmojo,

2010). Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari proses mendengar dan

melihat (Notoadmojo, 2014). Menurut Notoadmojo (2010), pengetahuan

seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah

pendidikan atau edukasi, pengalaman, keyakinan serta sosial dan budaya.

Pengetahuan diperlukan tidak hanya untuk sikap dan tindakan sehari-hari,

tetapi juga sebagai pendukung untuk mengembangkan kepercayaan diri,

pengetahuan juga dapat dikatakan sebagai fakta yang mendukung sebuah

tindakan (Notoadmojo, 2012).

1. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan mempunyai enam

tingkatan yaitu:

1) Tahu (know).

8
Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah yang didefinisikan

sebagai mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya untuk

mengukur apakah seseorang tahu tentang sesuatu.

2) Memahami (comprehension).

Mampu menggambarkan objek yang sudah dikenal dengan benar dan

menginterpretasikan materi dengan benar. Ketika sudah memahami

objek, kita harus menjelaskan, memberi contoh, serta menarik

kesimpulan.

3) Aplikasi (application)

Merupakan kemampuan mempraktekan materi yang dipelajari dalam

situasi dan kondisi nyata.

4) Analisis (analysis).

Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke

dalam komponen-komponen tertentu, tetapi dalam struktur organisasi

tersebut dan mempunyai hubungan satu sama lain.

5) Sintesis (syntesis).

Merupakan kemampuan untuk menggabungkan atau menghubungkan

bagian-bagian menjadi keutuhan baru.

6) Evaluasi (evaluating).

Merupakan kemampuan untuk melakukan penelitian tentang materi

atau benda berdasarkan standar yang diberikan. Setelah memperoleh

pengetahuan, hal ini akan menimbulkan respon internal berupa sikap

9
yang diketahuinya. Perubahan perilaku diharapkan untuk mencapai

kesepakatan atau kesamaan persepsi dan meningkatkan kepercayaan

terhadap masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, diperlukan

komunikasi yang matang dan termotivasi.

2. Kategori Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2013), berikut ini merupakan kategori pengelompokan

hasil ukur dari pengetahuan :

1) Pengetahuan baik, apabila jawaban benar 76-100%

2) Pengetahuan cukup, apabila jawaban benar 56-75%

3) Pengetahuan kurang, apabila jawaban benar ≤55%

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi pengetahuan

antara lain yaitu:

1) Faktor pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

sangat penting untuk pengembangan diri. Pendidikan sangat erat

kaitannya dengan pengetahuan. Pengetahuan umumnya berasal dari

informasi yang disampaikan oleh orang tua, guru, dan media masa.

Semakin tinggi latar belakang pendidikan, semakin mudah untuk

memperoleh dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

2) Faktor pekerjaan

10
Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses

informasi yang dibutuhkan terhadap suatu objek.

3) Faktor pengalaman

Pengalaman seseorang memiliki pengaruh yang kuat pada

pengetahuan, semakin banyak seseorang belajar tentang sesuatu,

semakin ia mengetahuinya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau kuesioner yang menunjukkan isi materi yang

ingin diukur dari peneliti atau responden.

4) Keyakinan

Keyakinan yang diperoleh seseorang biasanya dapat diturunkan dari

generasi ke generasi dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu.

Keyakinan seseorang dapat mempengaruhi pengetahuannya.

5) Sosial budaya

Budaya dan adat istiadat di keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

B. Konsep Keterampilan

1. Pengertian Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan

pengetahuan dalam bentuk tindakan. Sedangkan untuk faktor yang

mempengaruhi keterampilan adalah motivasi, pengalaman serta keahlian

(Widyatun (2015). Pengalaman seseorang dalam memperoleh informasi

11
yang akurat menjadi salah satu faktor yang mampu meningkatkan

keterampilan dalam melakukan tindakan (Prayitno dan Arini, 2021).

2. Kategori Keterampilan

Menurut Robbins (2000), keterampilan dibedakan menjadi 4 kategori:

1) Basic Literacy Skill : merupakan keterampilan dasar yang harus

dimiliki setiap orang, seperti membaca, menulis, berhitung, dan

mendengarkan.

2) Technical Skill : adalah keterampilan teknis yang diperoleh melalui

studi di bidang teknik, seperti mengoperasikan komputer atau alat

digital lainnya.

3) Interpersonal Skill : merupakan kemampuan setiap orang untuk

berkomunikasi satu sama lain. Misalnya mendengarkan seseorang,

mengungkapkan pendapat, atau bekerja dalam tim.

4) Problem Solving : adalah keahlian seseorang yang memecahkan

masalah melalui logika dan perasaan.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan

Menurut Widyatun (2005), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

keterampilan secara langsung.

1) Motivasi

Merupakan sesuatu yang dapat membangkitkan keinginan seseorang

untuk melakukan berbagai tindakan. Motivasi ini mendorong kita

untuk bekerja sesuai prosedur yang diajarkan kepada kita.

12
2) Pengalaman

Pengalaman dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk

melakukan tindakan (keterampilan). Pengalaman membangun

seseorang untuk dapat melakukan tindakan selanjutnya menjadi lebih

baik dari tindakan yang dilakukan di masa lalu.

3) Keahlian

Keahlian yang dimiliki seseorang membuatnya lebih terampil untuk

melakukan tindaka. Dengan keahlian yang ada, seseorang bisa

melakukan sesuatu sesuai dengan yang diajarkan.

C. Konsep Dasar Bantuan Hidup Dasar (BHD)

1. Pengertian BHD

Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan suatu tindakan dini yang

dilakukan pada seseorang dengan keadaan gawat darurat, apabila tidak

dilakukan dengan segera dapat menyebabkan kematian (Bachtiar, 2016).

Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Basic Life Suport (BLS) adalah

tindakan pertolongan pertama untuk menghadapi keadaan darurat yang

perlu diketahui masyarakat. Bantuan Hidup Dasar bertujuan untuk

mengembalikan serta mempertahankan fungsi organ vital pada pasien

yang mengalami kondisi henti napas dan henti jantung dengan melakukan

resusitasi jantung paru (RJP) atau kompresi dada dan pemberian napas

buatan (Hardisman, 2014).

13
2. Tujuan BHD

Menurut Krisanty (2009), tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah

sebagai berikut :

1) Mempertahankan dan mengembalikan aliran oksigen ke organ-organ

vital (otak, jantung dan paru)

2) Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya pernafasan.

3) Memberikan bantuan dari luar untuk sirkulasi dan ventilasi pada

korban dengan melakukan resusitasi jantung paru

3. Indikasi BHD

Menurut American Heart Association (AHA, 2015), indikasi

dilakukannya BHD adalah ketika korban mengalami henti napas dan henti

jantung.

a. Henti Napas (apneu)

Suatu kondisi yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas. Kekurangan

oksigen dalam tubuh untuk waktu yang lama dapat menyebabkan

hipoksia. Semakin lama kondisi tersebut dapat menyebabkan

kelelahan otot pernapasan dan penumpukan CO2. Tingginya kadar

CO2 dalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP)

dengan menekan pusat pernapasan. Kondisi ini disebut henti napas.

b. Henti Jantung (cardiac arrest)

Suatu kondisi di mana suplai oksigen dan nutrisi ke jantung

(miokardium) berkurang. Ketika proses pernapasan berhenti,

14
mekanisme pertukaran oksigen dan karbondioksida berhenti bekerja

dengan baik. Pada akhirnya, tubuh kekurangan oksigen dan jantung

berkontraksi lebih sedikit, yang menyebabkan serangan jantung.

4. Prosedur BHD

Berikut ini merupakan rangkaian prosedur BHD menurut AHA 2020 bagi

orang awam :

a. Pastikan 3A (Aman diri, Aman Korban, Aman Lingkungan)

1) Aman diri : pastikan penolong menggunakan APD seperti sarung

tangan, masker dan lainnya.

2) Aman korban : pastikan korban berada di tempat yang aman

(permukaan keras dan datar).

3) Aman lingkungan : pastikan lingkungan sekitar korban dan

penolong aman.

b. Cek respon korban

1) Teriak “Bangun pak/bu!” atau “Pak/Bu apakah bisa mendengar

suara saya?”

2) Jika tak ada respon, tepuk bahu korban.

3) Jika korban tak juga merespon, berikan rangsangan nyeri dengan

menekan sternum menggunakan bungkukan jari.

c. Setelah dipastikan korban tidak merespon, segera panggil bantuan.

1) Jika penolong sendirian, berteriaklah untuk minta tolong.

15
2) Penolong tetap bersama korban, gunakan handphone untuk

menghubungi bantuan (119). “Tolong, saya butuh bantuan, disini

ada korban tak sadarkan diri sekarang berada di (sebutkan lokasi

kejadian)!”

d. Lakukan pengecekan nadi dengan cara menggunakan 2 atau 3 jari

untuk meraba 2-3 cm dari trakea ke samping otot leher selama kurang

dari 10 detik.

e. Jika nadi tidak teraba, segera lakukan kompresi atau pijat jantung.

f. Namun sebelum itu, untuk meminimalisir perpindahan cairan dari

korban, maka gunakan masker atau kain/handuk untuk menutupi

mulut dan hidung korban.

g. Lakukan kompresi atau pijat jantung dengan kedalaman 5-6 cm dan

kecepatan 100-120 kali /menit tanpa adanya ventilasi atau bantuan

napas buatan (hands only CPR).

1) Raba bagian ujung tulang sternum dengan menggunakan 2 jari

tangan.

2) Letakkan ujung telapak tangan yang paling dominan di bagian

sternum atau pada tengah dada. Kemudian letakkan tangan yang

lainnya di atas tangan pertama dengan jari saling ditautkan.

3) Luruskan lengan dan tekan lurus kebawah dengan kedalaman

minimal 5 cm tapi juga tidak lebih dari 6 cm, dengan kedalaman

100-120 kali/menit.

16
4) Lakukan kompresi selama 2 menit atau sampai bantuan tiba

dengan mempertahankan high quality CPR.

5) Pastikan pengembangan dinding dada sempurna dan

meminimalkan interupsi.

h. Evaluasi keadaan korban setelah dilakukan kompresi selama 2 menit,

lakukan kembali pengecekan nadi dan pernapasan selama kurang dari

10 detik.

i. Jika sudah ada nadi dan nafas, lakukan posisi pemulihan atau recovery

position.

Langkah-langkah pemberian recovery position , sebagai berikut :

1) Tangan korban yang dekat penolong diluruskan ke atas kearah

kepala.

2) Tangan yang satunya menyilang dada, kemudian tekankan tangan

tersebut kepipi atau dekat telinga korban.

3) Tangan penolong yang lain meraih tungkai diatas lutut dan angkat.

4) Miringkan posisi korban ke arah penolong dengan tungkai atas

membentuk sudut dan menahan tubuh dengan stabil agar tidak

menelungkup.

5. Kapan BHD dihentikan

Bantuan Hidup Dasar dihentikan jika :

1) Pertolongan medis sudah datang

2) Korban sadar

17
3) Penolong kelelahan

4) Korban menunjukan tanda-tanda kematian.

D. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Peningkatan
Pengetahuan BHD
Edukasi Bantuan
Hidup Dasar (BHD)
Pada Remaja
Peningkatan
Keterampilan BHD

E. Hipotesis Penelitian

H01 : Tidak ada pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan

pengetahuan BHD pada remaja

H02 : Tidak ada pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan

keterampilan BHD pada remaja

HA1 : Ada pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan pengetahuan

BHD pada remaja

18
HA2 : Ada pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan keterampilan

BHD pada remaja

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Desain

penelitian yang digunakan adalah pre-experimental design dengan rancangan

one-group pre test-post test yaitu dengan cara melakukan pengukuran

sebelum (pre-test) dan setelah diberi perlakuan (post-test) dengan

menggunakan satu kelompok subjek. Rancangan ini tidak memiliki kelompok

pembanding (kontrol) (Notoadmojo, 2010).

Bentuk rancangan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Rancangan One-group pre test-post test

Pre Test Perlakuan Post Test

01 X 02

19
Keterangan :

01 : Pengetahuan dan keterampilan sebelum diberikan edukasi BHD

X : Pemberian edukasi tentang BHD

02 : Pengetahuan dan keterampilan sesudah diberikan edukasi BHD

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di gedung pertemuan GMIM Eklesia Kalasey 1

2. Waktu

Untuk waktu pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan februari

2023 selama 2 hari.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independen) adalah

edukasi bantuan hidup dasar (BHD), sedangkan variabel terikat (dependen)

adalah pengetahuan dan keterampilan remaja.

D. Definisi Operasional

Tabel 2. Variabel penelitian, definisi operasional, alat ukur, hasil ukur dan

skala ukur.

No Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur

20
1. Independen : Kegiatan untuk SAP
Edukasi memberikan
Bantuan informasi
Hidup Dasar pengajaran dan
(BHD) pelatihan pada
remaja Gmim
Eklesia
Kalasey 1
tentang BHD
2. Dependen : Pemahaman Kuisione a. Kategori Ordinal
Pengetahuan remaja r baik :
remaja mengenai Apabila
pengertian, skor 12-15
tujuan, benar
indikasi, dengan
prosedur serta presentase
kapan BHD 76-100%.
dihentikan b. Kategori
yang akan di cukup :
ukur sebelum Apabila
dan sesudah skor 9-11
diberikan benar
edukasi melalui dengan
pengisian presentase
kuisioner. 56-75%.
c. Kategori
kurang :
Apabila

21
skor 0-8
benar
dengan
presentase
≤56%.

3. Dependen : Kemampuan Lembar a. Terampil Ordinal


Keterampilan remaja dalam observasi :
mempraktekan Dengan
langkah- presentase
langkah BHD 76-100%.
dengan baik b. Cukup
dan benar yang terampil :
di ukur Dengan
sebelum dan presentase
sesudah 56-75%.
diberikan c. Tidak
pelatihan. terampil :
Dengan
presentase
≤56%.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja PPA GMIM Eklesia Kalasey

1 dengan kelompok usia 13-18 tahun yang berjumlah 172 orang

22
2. Sampel

Penelititian ini menggunakan non probability sampling dengan cara

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu dengan

didasarkan pada pertimbangan tertentu (Notoadmojo, 2010). Untuk

pengambilan sampel apabila populasi kurang dari 100, maka seluruh

populasi bisa menjadi sampel penelitian. Tetapi apabila populasi lebih dari

100, maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% (Arikunto, 2010).

Berdasarkan pernyataan tersebut maka sampel yang diambil untuk

penelitian ini adalah sebanyak 20% karena populasi lebih dari 100 yaitu

172, maka 172 x 20% = 34,4 kemudian dibukatkan menjadi 34. Maka

sampel dari penelitian ini berjumlah 34 responden.

a. Kriteria Inklusi

1) Remaja PPA Gmim Eklesia Kalasey 1 yang berusia 13-18 tahun.

2) Remaja yang hadir dan bersedia menjadi responden saat penelitian

a. Kriteria Eksklusi

1) Remaja yang tidak hadir saat penelitian

2) Remaja yang tidak mengikuti edukasi dan pelatihan BHD sampai

tuntas.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yaitu :

1. Edukasi Bantuan Hidup Dasar

23
Edukasi BHD akan dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dan

peragaan atau pelatihan dengan alat bantu manikin/probandus, SAP dan

leaflet.

2. Kuisioner Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar

Kuisioner yang digunakan adalah closed ended question (kuisioner

tertutup) yang berisi 15 pertanyaan dengan jenis pilihan ganda (Multiple

Choice Question) dan harus dijawab oleh responden dengan menggunakan

skala guttman yaitu benar dan salah, jika benar diberi skor 1 dan jika salah

diberi skor 0.

3. Lembar Observasi Bantuan Hidup Dasar

Pada lembar observasi berbentuk cheklist yang akan di isi oleh peneliti

terdapat 10 item penilaian sesuai dengan prosedur Bantuan Hidup Dasar.

Lembar observasi ini digunakan untuk menilai keterampilan remaja dalam

melakukan prosedur atau langkah-langkah bantuan hidup dasar dengan

menggunakan skala guttman yaitu benar dan salah. Jika dilakukan dengan

benar diberi skor 1, dan jika yang dilakukan salah atau tidak dilakukan

diberi skor 0.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan pembagian kuisioner yang

akan di isi oleh subjek dan observasi secara terstruktur. Sumber data

diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

24
1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

yaitu dengan pengisian kuisioner pengetahuan tentang bantuan hidup

dasar oleh responden remaja PPA GMIM Eklesia Kalasey 1 dan lembar

observasi prosedur bantuan hidup dasar yang dilakukan sebelum dan

sesudah diberi perlakuan.

2. Data Sekunder

Data sekunder atau data pendukung diperoleh dari pengurus PPA GMIM

Eklesia Kalasey 1.

H. Jalannya Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Kegiatan yang meliputi : survey awal, pengajuan judul, pembuatan

proposal, serta konsultasi proposal.

b. Melakukan seminar proposal serta perbaikan proposal.

c. Mengurus surat izin penelitian dan Ethical Approval.

2. Tahap pelaksanaan

a. Mendapat surat ijin survey penelitian dan Ethical Approval dari

Poltekkes Kemenkes Manado Jurusan Keperawatan.

b. Mengajukan surat ijin kepada ketua PPA GMIM Eklesia Kalasey 1.

25
c. Melakukan kontrak waktu dengan remaja PPA GMIM Eklesia Kalasey

1 dengan mengikuti pertemuan yang dilaksanakan di gedung

pertemuan.

d. Mengatur jadwal pelaksanaan penelitian.

e. Jalannya penelitian pada responden

1) Populasi : 172 remaja PPA GMIM Eklesia Kalasey 1 dengan usia

13-18 tahun.

2) Sampel yang diambil adalah sebesar 20% dari populasi atau

sebanyak 34 responden.

3) Pemilihan sampel/responden dengan teknik purposive sampling

menetapkan responden sesuai kriteria inklusi dan ekslusi.

4) PSP (penjelasan sebelum penelitian), mendapat persetujuan dari

responden.

5) Membagikan lembar informed consent atau lembar persetujuan

kepada responden.

6) Melaksanakan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah diatur.

a) Hari pertama, peneliti melakukan pembagian kuisioner untuk

diisi oleh responden sebelum diberikan edukasi (pre test).

b) Selanjutnya peneliti melakukan edukasi tentang BHD seperti

pengertian, tujuan, indikasi, prosedur atau langkah-langkah

BHD dan kapan BHD dihentikan.

26
c) Setelah diberikan edukasi, responden diminta untuk kembali

mengisi kuisioner tentang BHD (post test).

d) Hari kedua, melakukan observasi keterampilan responden

sebelum dilakukan peragaan langsung atau pelatihan tentang

BHD.

e) Melakukan peragaan secara langsung tentang prosedur atau

langkah-langkah BHD.

f) Setelah dilakukan peragaan atau pelatihan tentang prosedur

BHD, peneliti kemudian melakukan observasi kembali kepada

responden.

g) Setelah data terkumpul peneliti melakukan pemeriksaan

kembali untuk kelengkapan data.

h) Hasil pengumpulan data dari responden yang memenuhi syarat

untuk dijadikan subjek dalam penelitian selanjutnya diolah dan

disajikan untuk menyelesaikan hasil dan pembahasan.

3. Tahap penyelesaian

a. Membuat laporan hasil penelitian

b. Konsultasi dengan pembimbing

c. Ujian seminar hasil penelitian

I. Pengolahan Data

27
Menurut Notoadmojo (2010), setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan

pengolahan data melalui tahap berikut ini :

1. Editing

Proses pemeriksaan data atau koreksi data yang telah dikumpulkan dari

kuisioner dan lembar observasi. Pemeriksaan dapat meliputi kejelasan,

kelengkapan, kesesuian serta konsistensi jawaban dari responden.

Pemeriksaan dilakukan selama pengumpulan data atau sesudah

pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan

peneliti.

2. Coding

Kegiatan pemberian kode variabel agar dapat mempermudah dalam proses

tabulasi dan analisa data. Peneliti akan memberikan kode jawaban pada

kuisioner dan lembar observasi responden yang telah diisi.

3. Data Entry

Setelah dilakukan pemberian kode (coding), selanjutnya dilakukan proses

pemasukan data. Jawaban kuisiner dan lembar observasi dari responden

yang telah diberikan kode selanjutnya dimasukkan kedalam program

komputer untuk dianalisis menggunakan program SPSS.

4. Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan. Peneliti

melakukan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan dan

melakukan perbaikan apabila didapati ada data yang tidak sesuai.

28
J. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan

karakteristik dari setiap variabel kemudian akan disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

pemberian edukasi terhadap pengetahuan dan keterampilan BHD. Analisa

yang digunakan sebelum dan sesudah pemberian edukasi adalah

menggunakan uji Wilcoxon.

K. Etika Penelitian

1. Informed Consent

Adalah kesepakatan antara peneliti dan responden penelitian dengan

membuat persetujuan tertulis. Informed consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya yaitu subjek memahami maksud

dan tujuan serta implikasi penelitian. Jika subjek setuju, formulir

persetujuan harus ditandatangani. Dan jika responden tidak siap, peneliti

harus menghormati hak-hak responden. Dalam informen consent ada

beberapa hal yang harus disertakan dan diperhatikan yaitu : Partisipasi

responden, tujuan dilakukannya penelitian, jenis data yang diperlukan,

29
kewajiban, masalah yang mungkin timbul, prosedur pelaksanaan manfaat,

kerahasiaan, informasi kontak yang mudah untuk dihubungi.

2. Anonimitas (tanpa nama)

Permasalahan dalam etika keperawatan yaitu masalah yang memberi

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan tidak memberi atau

mencantumkan nama responden pada lembar pengukuran dan instrument

yang akan digunakan tetapi hanya menulis kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Permasalahan ini adalah masalah etika dengan memberi jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, informasi maupun masalah lainnya.

Kerahasiaan semua informasi yang dikumpulkan akanmdijamin oleh

peneliti. Hanya data kelompok yang telah ditentukan yang akan

dilaporkan dalam hasil penelitian

4. Respect for human dignity

Menghormati harkat dan martabat manusia. Peneliti perlu

mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang

terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan

menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan penelitian.

5. Justice

30
Bahwa semua subjek penelitian harus diperlakukan dengan baik,

sehingga terdapat keseimbahan antara manfaat dan risiko yang dihadapi

oleh subjek penelitian. Jadi harus diperhatikan risiko fisik, mental dan

risiko sosial.

6. Beneficience

Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan. Peneliti

melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek

penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi.

31

Anda mungkin juga menyukai