Anda di halaman 1dari 11

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT AWAM TENTANG

PREHOSPITAL CARE MANAGEMENT PASIEN TRAUMA DI


KELURAHAN TRIMULYO
SEMARANG

Manuscript

OLEH : Yudi
Purnomo Nim :
G2A012033

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS


ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016

nimus.ac.id
GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT AWAM TENTANG PREHOSPITAL
CARE MANAGEMENT PASIEN TRAUMA DI KELURAHAN TRIMULYO
SEMARANG
1 2 3
Yudi Purnomo , Chanif , Sri Widodo
1. Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS,
2. Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS
3. Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS,

Abstrak

Pertolongan pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan
mencegah keadaan bertambah buruk sebelum korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi.
Orang awam kadang-kadang mengambil keputusan yang salah tentang cara penanganan korban
kecelakaan lalulintas. Tujuan penelitian adalah untuk menggambarkan pengetahuan masyarakat awam
tentang penanganan prehospital management care pasien trauma di Kelurahan Trimulyo Semarang.
Desain penelitian ini adalah studi deskriprif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat awam
yang tinggal di Kelurahan Trimulyo Semarang berjumlah 327 orang. Teknik sampling yang digunakan
adalah accidental sampling dengan jumlah 64 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata umur responden adalah 32,85 tahun, sebagian besar jenis kelamin responden adalah lak-laki yaitu
sebanyak 54,7%, sebagian besar pendidikan responden adalah SMA atau sederajat yaitu sebanyak
50,0%. Sebagian besar pengetahuan responden adalah cukup yaitu sebanyak 60,9%. Berdasarkan hasil
penelitian maka diharapkan kepada masyarakat lebih meningkatkan informasi tentang pertolongan
pertama pada kecelakaan misalnya melalui membaca buku atau mengikuti seminar sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk melakukan pertolongan pertama pada trauma
kecelakaan dengan lebih baik dan lebih tepat

Kata Kunci : Pengetahuan, Prehospital Care Management

Abstract

First aid was an act of help given to victims with the aim of preventing the situation gets worse before
the victims get care from medical personnel official. Lay people sometimes make the wrong decision
on how to handle victims of traffic accidents. The purpose of research is to describe the ordinary
people knowledge about handling Prehospital trauma patient care management in Sub district
Trimulyo Semarang. Design of this research was deskriprif study. The population in this study was the
ordinary people who lived in the Sub district Trimulyo Semarang amounted to 327 people. The
sampling technique used was accidental sampling with 64 respondents. The results showed that the
age average of respondents was 32.85 years, the majority of respondents' gender was male as much as
54.7%, the majority of respondents were high school education or equivalent was 50.0%. Most of the
respondents' knowledge was quite as many as 60.9%. Based on the research results to the public was
expected to further improve the information about first aid eg, through reading books or seminars in
order to increase public knowledge to perform first aid on accident trauma with better and more
appropriate.

Keywords: Knowledge, Prehospital Care Management

nimus.ac.id
PENDAHULUAN
Fenomena kecelakaan merupakan suatu kejadian yang menyebabkan fisik dan mental
seseorang terganggu dan tidak jarang pula membahayakan nyawa. Menurut data Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization (WHO), 2007), kecelakaan lalu lintas
merupakan pembunuh utama kaum muda berusia 10-24 tahun. Penanganan korban gawat
darurat baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit pada prinsipnya adalah sama, yaitu
mempertahankan hidup korban secara cepat dan tepat. Korban yang ditemukan di rumah sakit
umumnya langsung ditangani oleh tim medis yang memang mengerti cara penanganannya,
sedangkan korban ditemukan di lapangan seringkali luput dari pertolongan (Jimmy, 2010).
Hal tersebut dikarenakan minimnya pengetahuan tentang bagaimana cara menolong korban
gawat darurat secara cepat dan tepat. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja,
kapan saja dan sudah menjadi tugas dari petugas kesehatan untuk menangani masalah
tersebut.Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan dapat
terjadi pada daerah yang sulit untuk membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas
kesehatan menjadi sangat penting (Sudiharto & Sartono, 2011).

Organisasi kesehatah dunia dalam Report on Road Traffic Injury Prevention, menjelaskan
bahwa setiap tahunnya di seluruh dunia terdapat sekitar 1,2 juta orang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka (WHO, 2009). Dalam 2 tahun
terakhir, kecelakaan lalu lintas di Indonesia oleh WHO dinilai sebagai pembunuh terbesar
ketiga setelah jantung koroner dan Tuberkolosis. Berdasarkan data dari asian development
bank, kecelakaan lalu lintas di indonesia telah memakan korban sebanyak 37.000 jiwa pada
tahun 2005 dan 48.400 pada tahun 2010. Data WHO tahun 2011 menyebutkan sebanyak 67%
korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif, yaitu 22-50 tahun. (WHO
2012).Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan 33.815 korban tewas di kawasan Asia Tenggara (
South East Asia Region, disingkat SEAR) pada tahun 2010, dengan rata-rata 18,5 korban
tewas per 100.000 populasi. Rata-rata kematian karena kecelakaan lalu lintas lebih tinggi pada
negara berpendapatan menengah ke bawah dengan 19,5 kematian per 100.000 populasi dari
pada di negara miskin dengan 12,7 kematian karena kecelakaan lalu lintas per 100.000
populasi. Pengguna jalan yang rentan (pengguna kendaraan bermotor roda dua dan tiga,
pejalan kaki dan pesepeda) menyumbangkan hampir setengan (50%) dari total kematian
karena kecelakaan lalu lintas di wilayah Regional Asia Tenggara (WHO, 2013 ).

nimus.ac.id
Pertolongan pertama/penanganan pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan
terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban
mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Pertolongan Pertama biasanya diberikan
oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan
terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah
dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian (Anonim, 2006).Banyaknya korban
akibat kecelakaan transportasi (lalu lintas) yang menimbulkan kondisi gawat darurat,
membutuhkan pertolongan secara cepat pada lokasi kejadian untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas korban.Pertolongan yang diberikan di lokasi kejadian merupakan bagian dari
prehospital care.Pre-hospital care ini diberikan kepada korban sebelum korban kecelakaan
lalu lintas sampai di rumah sakit.Pemberian pertolongan pre-hospital care secara tepat dapat
menurunkan resiko kematian akibat trauma (Miguel, 2012).

Pemberian pertolongan pada korban kecelakaan lalulintas penolong harus memberikan


penanganan atau tindakan dengan tepat untuk menghilangkan ancaman nyawa korban.
Sebenarnya dalam tubuh kita terdapat organ dan semua itu terbentuk dari sel-sel, sel
terasebutakan tetap hidup bila pasokan oksigen tidak terhenti, dan kematian tubuh itu akan
timbul jika sel tidak bisa mendapatkan pasokan oksigen. Kematian ada dua macam yaitu mati
klinis dan mati biologis.Mati klinisadalah apa bila korban henti nafas dan henti jantung,
wakttunya 6-8 menit setelah terhenti pernafasan dan sistem sirkulasi tubuh sedangkan mati
biologisadalah mulai terjadinya kerusakan sel-sel otak dan waktunya dimulai 6 sampai 8
menit setelah berhentinya system pernafasan dan sirkulasi (Swasanti dan Putra, 2014).

Orang awam kadang-kadang mengambil keputusan yang salah tentang cara penanganan
korban kecelakaan lalulintas. Mereka mungkin terlambat menelepon 118 atau bahkan
mengabaikan layanan medis darurat (emergency medical service, EMS) dan membawa korban
cedera atau yang sakit serius kelayanan bantuan medis dengan kendaraan pribadi, padahal
ambulan lebih baik untuk korban.Beberapa situasi pekerjaan perlu memanggil layanan medis
darurat dan bukan orang awam yang membawa pasien.Lebih lanjut hanya membutuhkan
pertolongan pertama. Meskipun demikian, harus mengetahui cara menolong korban
kecelakaan lalulintas dengan benar dan kapan saatnya mencari pertolongan medis (Thygerson,
2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Triwibowo (2009) yang meneliti tentang gambaran tentang
persepsi masyarakat terhadap pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas, yang

nimus.ac.id
menemukan bahwa ada hubungan gambaran tentang persepsi masyarakat terhadap
pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas.Penelitian yang dilakukan oleh Martono
(2012) yang meneliti tentang pengetahuan kegawatdaruratan trauma dan sikap posdaya dalam
merencanakan tindakan trauma, menemukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang
kegawatdaruratan trauma dengan sikap anggota Posdaya dalam merencanakan tindakan pada
trauma. Penelitian lain yang dilakukan oleh Widodo (2015) yang meneliti tentang hubungan
pengetahuan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dengan perilaku menolong Dewan
Kerja Hizbul Wathan (HW) di SMA Muhammhadiyah Gombong, menemukan bahwa
terdapat 55% responden memiliki pengetahuan kategori baik, 17,5% pengetahuan kategori
cukup, 27,5% pengetahuan kategori kurang. 47,5% responden memiliki perilaku menolong
tinggi, 35% kategori sedang, 17,5% kategori rendah.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Jalan raya Kaligawe kelurahan Trimulyo
Semarang menunjukan bahwa masyarakat disekitar jalan rayaKaligawe tidak mengetahui
penanganan pertama pada korban trauma.Selama ini yang dilakukan masyarakat sekitar jalan
tersebut apabila ada korban kecelakaan, korban hanya diberi air mineral atau jika korban tidak
sadar masyarakat membiarkan korban hingga pihak kepolisian datang.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang bagaimana Pengetahuan Masyarakat Awam Tentang Penanganan Pasien Trauma Pada
Penolong Pertama.

METODOLOGI
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif
(Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat awam yang tinggal di
Kelurahan Trimulyo Semarang berjumlah 327 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah
accidental sampling dengan jumlah 64 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil

Tabel 1
Deksripsi Responden Berdasarkan Umur
Umur Mean Median Minimum Maksimum SD

Umur 32,85 28 21 60 11,45

nimus.ac.id
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden adalah 32,85 tahun
dengan usia termuda adalah 21 tahun dan usia tertua adalah 60 tahun

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 35 54,7
Perempuan 29 45,3
Jumlah 64 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis kelamin responden
adalah lak-laki yaitu sebanyak 35 orang (54,7%)..

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SMP 7 10,9
SMA 32 50,0
Perguruan tinggi 25 39,1
Jumlah 64 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah
SMA atau sederajat yaitu sebanyak 32 orang (50,0%)..

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Tidak bekerja 3 4,7
IRT Swasta 24 37,5
Wiraswasta 19 29,7
Mahasiswa 17 26,6
1 1,6
Jumlah 64 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah
sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 24 orang (37,5%).

nimus.ac.id
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan PengetahuanTentang Penanganan
Prehospital Management Care Pasien Trauma di Kelurahan Trimulyo Semarang

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


Kurang 14 21,9
Cukup 39 60,9
Baik 11 17,2
Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan responden
adalah cukup yaitu sebanyak 39 orang (60,9%), yang kurang sebanyak 14 orang (21,9%)
dan yang baik sebanyak 11 orang (17,2%)..

b. Pembahasan
1. Gambaran karakteristik responden
Hasil penelitian menemukan rata-rata umur responden adalah 32,85 tahun
dengan usia termuda adalah 21 tahun dan usia tertua adalah 60 tahun. Berdasarkan
rata-rata umur tersebut dapat dikategorikan masuk dalam umur dewasa awal.
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Sementara.
Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang
dapat menggambarkan kematangan seseorang baik fisik, psikis maupun sosial
sehingga membantu seseorang untuk mampu lebih baik dalam membentuk perilaku.
Artinya bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
lebih dipercaya dari orang-orang yang belum cukup tinggi dewasanya. Semakin tua
umur seseorang, maka pengalaman dan kematangan jiwa menyebabkan kedewasaan
dalam berfikir dan bekerja.
Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar jenis kelamin responden
adalah lak-laki yaitu sebanyak 54,7%. Berdasarkan jenis kelamin kecenderungan
untuk bertindak antara laki-laki dan perrempuan berbeda. Hal ini dikarenakan
perempuan lebih banyak menggunakan intuisinya dalam bertindak dibandingkan laki-
laki. Perempuan lebih banyak memilih dalam setiap tindakannya dan selalu
memikirkan faktor resiko dari perbuatannya sehingga kecenderungan untuk bertindak
tidak seagresif kaum lelaki. Laki-laki lebih banyak menggunakan emosionalnya
dibanding intuisinya tanpa memikirkan resiko dari tindakannya, sehingga kaum lelaki
paling sering terkena resiko dari tindakannya dibanding perempuan (Khairani, 2009).
Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar pendidikan responden
adalah SMA atau sederajat yaitu sebanyak 50,0%. Hal ini menunjukkan bahwa para
responden penelitian sebagian besar berpendidikan menengah. Responden yang
berpendidikan menengah akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyerap
berbagai informasi termasuk mengenai cara pertolongan pertama pada trauma,
sehingga terkadang salah dalam melakukan pertolongan tersebut karena awam dalam
penanganan trauma. Seserong yang memiliki pendidikan lebih baik dan lebih tinggi
maka akan membuat seseorang lebih kritis dalam berfikir dan mengambil keputusan.
Orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan memiliki keluwesan dalam
menerima setiap informasi dan dapat memilih secara lebih baik mana yang salah dan
mana yang benar, termasuk dalam penanganan pertama saat terjadi kecelakaan. Green
dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan tingkat pendidikan merupakan salah satu
faktor predesposisi untuk terbentuknya tingkat pengetahuan.
Hasil penelitian menemukan sebagian besar pekerjaan responden adalah
sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 37,5%. Responden yang tidak bekerja atau
sebagai ibu rumah tangga memiliki pengetahuan yang kurang tentang pertolongan
pertama pada trauma, hal ini dapat terjadi karena sebagai orang awam akan
mempengaruhi pengetahuannya tentang penanganan pertama pada trauma.
2. Gambaran pengetahuan responden
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan
responden adalah cukup yaitu sebanyak 60,9%, yang kurang sebanyak 21,9% dan
yang baik sebanyak 17,2%. Hal ini karena di responden penelitian di Kelurahan
Trimulyo berdasarkan karakteristiknya berbeda-beda dari yang tidak bekerja, hanya
sebagai ibu rumah tangga, swasta dan wiraswasta. Sementara paparan informasi tentang
pertolongan pertama pada trauma kecelakaan juga masih rendah, artinya bahwa belum
pernah ada penyuluhan terhadap responden tentang penanganan pertama pada trauma
kecelakaan.
Berdasarkan pendidikan juga banyak ditemukan responden dengan pendidikan
setingkat SMP (10,9%) dan yang SMA sebanyak 50,0%. Pendidikan yang rendah akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam mempersepsikan sesuatu. Hal ini
sesuai dengan teori yang disampaikan Notoatmojo, (2007) yang menjelaskan bahwa
pengetahuan dan persepsi seseorang erat hubungannya dengan tindakan seseorang dalam

nimus.ac.id
memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu latar belakang pengetahuan tentang trauma dan
penanganan pertama dalam merencanakan tindakan pada trauma pada korban sangat
penting dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan memberikan pilihan dalam dalam
merencanakan tindakan pada korban dengan trauma.
Hasil penelitian ini menemukan pengetahuan responden yang rendah sebanyak
21,9%. Pengetahuan yang rendah ini ditemukan dari hasil jawaban kuesioner yaitu
tentang pertolongan pertama pra rumah sakit pada korban trauma seluruhnya salah
(100%), pertanyaan tentang prinsip dasar dalam melakukan pertolongan pertama
sebanyak 81,2 % responden menjawab salah. Pertanyaan tentang etika yang benar
dalam melakukan pertolongan pertama sebanyak 51,6% responden menjawab salah
dan sebanyak 50,0% responden menjawab salah tentang pertanyaan apa yang
dilakukan ketika menemukan korban kecelakaan.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa pertanyaan tentang pertolongan
pertama pra rumah sakit pada korban trauma seluruhnya salah (100%), hal ini
menunjukkan bahwa responden penelitian tidak memahami tentang siapa yang
menjadi penolong pertama. Fenomena yang sering terjadi selama ini adalah jia terjadi
trauma kecelakaan biasanya akan ditolong sebisanya oleh masyarakat atau akan
memberhentikan kendaraan yang lewat untuk membawa korban ke tempat pelayanan
kesehatan terdekat. Selain itu berdasarkan karakteristik responden yaitu pendidikan
responden sebagian besar adalah SMA atau sederajat serta jenis pekerjaan sebagian
besar adalah ibu rumah tangga, hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan responden.
Hasil penelitian menemukan pengetahuan yang kategori baik sebanyak 17,2%.
Hasil jawaban responden tentang pengetahuan pertolongan pertama pada trauma
terdapat pada pertanyaan tentang cara mengenal tanda-tanda korban yang mengalami
sumbatan dijalan napas 81,2% menjawab benar. Pertanyaan tentang cara mengetahui
korban trauma yang mengalami gangguan pernapasan sebanyak 81,2% responden
menjawab benar. Pertanyaan tentang cara mengenal sumber perdarahan yang berasal
dari trauma luar 82,8% responden menjawab benar. Pertanyaan tentang
pembidaian/spalek pada patah tulang tangan sebanyak 81,2% responden menjawab
benar. Pertanyan tentang tindakan yang akan dilakukan ketika menemukan korban
dengan keadaan perdarahan 78,1 % responden menjawab benar dan pertanyaan
tentang tindakan yang dilakukan untuk melihat kemungkinan ada cedera yang timbul
pada korban trauma sebanyak 78,1 % menjawab benar.

nimus.ac.id
Orang awam kadang-kadang mengambil keputusan yang salah tentang cara
penanganan korban kecelakaan lalulintas. Mereka mungkin terlambat meminta
bantuan medis atau bahkan mengabaikan layanan medis darurat (emergency medical
service, EMS) dan membawa korban cedera atau yang sakit serius kelayanan bantuan
medis dengan kendaraan pribadi, padahal ambulan lebih baik untuk korban. Beberapa
situasi pekerjaan perlu memanggil layanan medis darurat dan bukan orang awam yang
membawa pasien (Hygerson, 2011).
Keterbatasan penelitian ini adalah metode yang digunakan menggunakan studi
deskriptif sehingga hasil yang didapatkan hanya menggambarkan pengetahuan
responden tentang pertolongan pertama pada trauma kecelakaan, sementara faktor
yang mempengaruhi pengetahuan responden saat ini tidak dapat dijelaskan.
PENUTUP
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan:
1. Berdasarkan karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan pada penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata umur responden adalah 32,85
tahun dengan usia termuda adalah 21 tahun dan usia tertua adalah 60 tahun. Jenis kelamin
responden sebagian besar adalah lak-laki yaitu sebanyak 35 orang (54,7%). Pendidikan
responden sebagian besar adalah SMA atau sederajat yaitu sebanyak 32 orang (50,0%),
dan pekerjaan responden sebagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak
24 orang (37,5%)
2. Hasil penelitian ditemukan sebagian besar pengetahuan responden adalah cukup yaitu
sebanyak 60,9%, yang kurang sebanyak 21,9% dan yang baik sebanyak 17,2%
Berdasarkan hasil penelitian ini maka masyarakat diharapkan lebih meningkatkan informasi
tentang pertolongan pertama pada kecelakaan misalnya melalui membaca buku atau
mengikuti seminar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk melakukan
pertolongan pertama pada trauma kecelakaan dengan lebih baik dan lebih tepat.

KEPUSTAKAAN

Martono (2012). Pengetahuan Kegawatdaruratan Trauma Dan Sikap Posdaya Dalam


Merencanakan Tindakan Trauma. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 1, Mei 2012,
hlm. 1-132
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta
Sindonews.com, (2015). 3.894 Orang Tewas Akibat Laka Lantas di Jateng.
http://daerah.sindonews.com/read/1073684/22/3-894-orang-tewas-akibat-laka-lantas-
di-jateng-1451570617
Sudiharto, S. (2011). Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: V.Sagung Seto

nimus.ac.id
Swasanti, N. & Winkanda Satria Putra. (2014). Panduan Praktis Pertolongan Pertama Pada
Kedaruratan P3K. Yogyakarta: Kata Hati.
Thygerson, A.(2009). First Aid: Pertolongan Pertama. Edisi Kelima. Jakarta:Penerbit
Erlangga
WHO, 2015. Pre Hospital Care System.
http://www.who.int/violence_injury_prevention/media/news/04_07_2005/en/

nimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai