Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat kemajuan lalu lintas

baik dari segi pemakaian jalan, jumlah pemakaian kendaraan, jumlah

pemakaian jasa angkutan, bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan

kendaraan maka mayoritas terjadinya fraktur kecelakaan lalu lintas. Sementara

trauma lain yang dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian,

kecelakaan kerja, dan cedera olahraga. Kecelakaan merupakan salah satu

kejadian yang tidak diinginkan, tidak terduga yang dapat menimbulkan

kerugian material, difungsi atau kerusakan alat atau bahan, cedera, korban jiwa,

kekacauan produksi, kecelakaan dapat terjadi dimana saja, baik kecelakaan

didarat, laut dan udara. Kecelakaan dapat berupa kecelakaan berkendara,

ditempat kerja dipenambangan dikebun, sekolah, dan dirumah (Nadia,2018).

Berdasarkan data WHO (World Health Organication), disebut bahwa setiap

tahun, diseluruh dunia, lebih dari 1,25 juta korban meninggal akibat kecelakaan

lalu lintas dan 50 juta orang luka berat. Dari jumlah ini, 90% terjadi dinegara

berkembang dimana jumlah kendaraannya hanya 54% dari jumlah kendaraan

yang terdaftar di dunia. Bila kita semua tidak melakukan apapun, 25 juta jiwa

akan berjatuhan dalam kurun waktu 20 tahun kedepan (WHO,2015).


Berdasarkan Riskedas 2018 angka kejadian cedera kepala akibat kecelakaan

diindonesia hampir 12% dari 250 juta penduduk Indonesia. Papua menjadi

urutan kedua terjadi kecelakan di Indonesia setelah Gorontalo. Proporsi

kecelakaan lalu lintas menurut riskesdas hampir 72,7% disebabkan oleh

kecelakaan motor, kemudian 19,2% membonceng sepeda motor, 1,2%

mengendarai mobil (sopir), 1,3% menumpang mobil.

Naik kendaraan tidak bermesin, jalan kaki 4,2%. Menurut tempat tinggal

daerah perkotaan dan perkampungan. Data Riskesdas di Papua (2018) tentang

prevalensi cedera dan penyebab cedera adalah karena kecelakaan 60,4%

terjatuh, 16,7 terkena benda tajam/ tumpul dan 1,0% terbakar.

Angka kasus kecelakaan di Provinsi Jambi, bedasarkan data pusat statistik

Provinsi Jambi 2016 diterapkan kejadian kecelakaan sebanyak 1.167 kasus,

Pada tahun 2017 diterapkan kejadian kecelakaan sebanyak 1.124 kasus, Pada

tahun 2018 diterapkan kejadian kecelakaan sebanyak 1.252 kasus (BPS.

Provinsi Jambi 2019).

Berdasarkan data rekam medis jumlah angka kasus kecelakaan di kota Sungai

penuh Khususnya Puskesmas kumun terhitung dari tahun 2020 sebanyak 105

kasus, pada tahun 2021 sebanyak 91 kasus, dan pada tahun 2022 sebanyak 79

kasus kecelakaan (Medical Record Puskesmas Kumun,2022)

Sebagian besar kita menemukan korban yang mengalami kecelakaan berupa

patah tulang (fraktur), pingsan, terkilir, keseleo, dan lainnya. Kondisi ini tentu

saja sangat membahayakan dapat memperparah keadaan penderita

(Huda,2019).
Sebagian besar penyebab terjadinya kecelakaan, disebabkan oleh kurangnya

tertib mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan lengah mengemudikan dalam

kendaraannya. Tidak kosentrasi dalam mengemudi dalam disebabkan oleh

penggunaan handphone seperti menelpon atau sms. Penyebab kecelakaan

karena faktor kondisi kendaraan seperti rem blong (27%) dan ban pecah (15%).

Dari segi jalannya fasilitas keselamatan dijalan (50%) dan geometri jalan

dengan tikungan tajam (15%). Sedangkan dengan kondisi lingkungan sering

terjadi apabila hujan (51%) karena menjadi jalan lebih licin (Herawati, 2020)

Menurut penelitian Rohmani, dkk (2022) Hasil saat melakukan pengkajian

awal dikampung masih banyak warga masyarakat yang belum terpapar dengan

pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Sehingga dilakukan pengabdian

kepada masyarakat berhubungan dengan penangan dan pelatihan pertolongan

pertama sehingga dapat dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan

masyarakat.

Menurut penelitian Rahayu (2021), Hasil kegiatan pelatihan efektif

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam penanganan P3K,

pengetahuan dan ketrampilan harus dievaluasi secara berkala untuk

memastikan pemahaman dan penerapan pelatihan kasus ini sehari-hari.

Pelatihan dimasyarakat bisa melakukan pertolongan mandiri sesuai dengan

penanganan yang tepat.


Menurut penelitian Prasetyo (2021), Hasil pelatihan yang diberikan dalam

kegiatan pengabdian ini dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat

sehingga dapat meningkatkan ketrampilan warga masyarakat perdesaan dalam

menolong korban kecelakaan dan korban bencana dilingkungan.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal februari

2023 wawancara dengan tenaga perawat didapatkan bahwa kecelakaan atau

cedera sering terjadi pada umumnya, pasien yang mengalami kecelakaan

bermotor, luka robek akibat benda tajam, luka tusuk, dan luka karna gigitan

binatang. Dimana masalah ini secepatnya diberikan tindakan pertolongan

pertama. Sedangkan wawancara penulis dengan masyarakat sekitar bahwa

kecelakaan sering terjadi umumnya dijalan raya, korban kecelakaan banyak

ditemukan mengalami luka robek ataupun luka lecet, korban kecelakaan ini

lansung dibawa kepelayanan kesehatan terdekat oleh masyarakat.

Berdasarkan data dan hasil survey peneliti tertarik untuk mengetahui dan

meneliti lebih jauh tentang “Pengaruh Pelatihan Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K) Terhadap Kemampuan Masyarakat Umum Melakukan

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Wilayah kerja

Puskesmas Kumun Tahun 2023”


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik

untuk melakukan pemberian tindakan yaitu tentang bagaimana.

“ Pengaruh Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Terhadap Kemampuan Masyarakat Umum Melakukan Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Wilayah Kerja Puskesmas Kumun

Tahun 2023”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai ini

adalah“Pengaruh Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

(P3K) Terhadap Kemampuan Masyarakat Umum Melakukan

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Wilayah Kerja

Puskesmas Kumun Tahun 2023”

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Distribusi Frekuensi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

(P3K) Sebelum Melakukan Pelatihan Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K) di Wilayah Kerja Puskesmas Kumun Tahun 2023.

b. Mengetahui Distribusi Frekuensi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

(P3K) Setelah Melakukan Pelatihan Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K) di Wilayah Kerja Puskesmas Kumun Tahun 2023.


c. Mengetahui Distribusi Frekuensi Pengaruh Pelatihan Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Dan Kemampuan Masyarakat

Melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Wilayah

Kerja Puskesmas Kumun Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

melakukan penelitian lain mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan.

Selain itu dapat pula digunakan sebagai salah satu sarana untuk

memperluas pengetahuan tentang pelatihan pertolongan pertama pada

kecelakaan.

2. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan informasi bagi

pelayanan kesehatan digunakan untuk mengembangkan rencana asuhan

keperawatan khusus dalam penanganan pertolongan pertama pada

kecelakaan.

3. Manfaat Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan perpustakaan Akademi

Keperawatan Bina Insani Sakti.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKAAN

A. Tinjauan Pustakaan

1. Konsep Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

a. Defenisi

Pertolongan pertama harus dilakukan dengan detekso cepat koreksi

segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa. Tujuan untuk mengetahui

kondisi pasien yang mengacam jiwa dan kemudian dilakukan tindakan

life saving (Ns. Ali mugfuri,2016)

Pertolongan pertama pada kecelakaan P3K ialah memberikan

pertolongan sementara kepada seseorang yang sakit mendadak

(kecelakaan) sebelum ditolong team medis. Pertolongan pertama pada

kecelakaan (P3K), merupakan usaha untuk menangani korban segera

mungkin ditempat kejadian sebelum tenaga medis mengambil alih

penanganan harus cepat dan tepat dengan menggunakan sarana dan

prasarana yang ada ditempat kejadian. Tindakan P3K yang dilakukan

dengan benar akan mengurangi cacat atau penderita dan bahkan akan

menyelamatkan korban dari kematian (Rohmani dkk, 2022).

Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah upaya pertolongan dan

perawatan sementara pada korban untuk mencegah terjadinya cedera

sebelum dibawa kefasilitas pelayanan. Pertolongan pertama bukan

sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi pertolongan

pertama pada kecelakaan (Petugas medik atau orang awam) yang

pertama melihat korban (Rahayu,2021).


b. Prinsip P3K

Prinsip yang harus ditanamkan petugas P3K dalam melaksanakan tugas

menurut (Margareta, 2012):

a) Sikap tenang, (tidak panik).

b) Tindakan yang dilakukan tidak tergesa-gesa.

c) Perhatikan korban.

d) Lakukan tindakan secara berhati-hati.

e) Perhatikan pernafasan sikorban (misalnya nafas tersengal-sengal,

nafas terganggu, atau terhenti).

f) Hentikan pendarahan, (apabila terjadi, karena apabila tidak segera

dilakukan akan menimbulkan kematian kematian).

g) Mengamankan korban,(korban harus diamankan dari bahaya/kejadian

yang akan timbul lagi).

Pedoman P3K yaitu menerapkan PATUT :

P : Penolongan mengamankan sendiri lebih dahulu sebelum bertindak

A : Amankan korban dari korban dari gangguan ditempat kejadian

sehingga bebas dari bahaya.

T : Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa tempat itu

ada kecelakaan.

U : Usahakan menghubungi ambulans, dokter, rumah sakit, atau yang

berwajib polisi atau keamanan setempat.

T : Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan paling tepat.


c. Pentingnya P3K

Menurut Ns. Ali Maghfuri, S.kep. CBWC (2016 : 1) mengemukakan

pentingnya P3K :

a) Untuk mencegah bahaya maut yang sekiranya masih dapat

dihindari.

b) Untuk menberikan ketenangan atau mengurangi perasaan takut atau

gelisah.

c) Untuk mencegah terjadinya cacat.

d) Untuk mencegah mengurangi bahaya kecelakaan.

d. Tujuan P3K

Menurut Ns. Ali Maghfuri, S.kep. CBWC (2016:1) mengemukakan

tujuan P3K:

a) Untuk melatih seseorang menangani kecelakaan dengan tepat dan

cepat.

b) Untuk mencegah terjadinya kerusakan atau kecelakaan tambahan

karena pertolongan yang tidak tepat

c) Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan atau penyakit

yang datang mendadak.

d) Pertolongan yang tepat dan cepat sangan diharapkan guna

menyelamatkan jiwa.
2. Konsep Masyarakat

a. Defenisi

Masyarakat adalah kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda

tetapi tetap menyatu dalam ikatan kerja sama, dan mematuhi

peraturan yang disepakati bersama. Masyarakat setempat adalah

suatu wilayah kehidupan sosial, yang ditandai dengan

derajathubungan sosial tertentu (mubarak, 2009)

Masyarakat merupakan manusia yang senatiasa berhubungan

(berinteraksi) dengan manusia lain dalam suatu kelompok (Setiadi,

2013:5). Kehidupan masyarakat merupakan sebuat sistem sosial

dimana bagian-bagian yang ada didalamnya saling berhubungan

antara satu dengan yang lainnya. Manusia akan bertemu dengan

manusia lain dalam sebuah masyarakat dengan peran yang berbeda-

beda (durkheim, 2013).

Kehidupan masyarakat yang selalu berubah merupakan suatu yang

tidak dapat dihindari Contoh kecil sebuah masyarakat adalah sekolah

yaitu sebuah intutusi atau lembaga pendidikan untuk mentrasfer ilmu

pengetahuan dengan berjenjang dari SD, SMP, SMA, hingga

perguruan tinggi (Tejokusumo,2013).


b. Ciri-Ciri Kehidupan Masyarakat

Adapun Mubarak 2009, mengemukakan bahwa ciri-ciri kehidupan

masyarakat adalah:

1. Saling bergantian dan menepati wilayah dengan batas tertentu.

2. Adanya kesinambungan dalam waktu.

3. Merupakan kesatuan hidup bersama yang saling berinteraksi

diantara anggota dan kesinambungan.

4. Memiliki kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, norma-norma,

hukum, serta aturan-aturan yang mengatur semua pola tingkah

laku warga dan dipatuhi oleh seluruh anggota kelompok.

5. Memiliki identitas atau ciri-ciri kepribadian yang sama, kuat, dan

mengikat seluruh warganya, seperti nerupa bahasa, pakaian,

simbol-simbol tertentu (perumahan), benda-benda tertentu (mata

uang, alat pertanian, dan lain-lain)

6. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem hidup bersama

menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait

satu dengan yang lainnya.

3. Proses Terbentuknya Masyarakat

Kelompok sosial (masyarakat) terbentuk karena manusia-manusia

menggunakan pikiran, perasaan, dan keinginan-keinginannya

dalam memberikan reaksi terhadap lingkungannya. Hal ini terjadi

karena manusia itu mempunyai dua keinginan pokok, pertama

keinginan menjadi satu dengan manusia lain dan keinginan


menyatu dengan alamnnya. Kedua, manusia mempunyai naluri

untuk selalu berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang

berkesinambungan tersebut menghasilkan pola pergaulan yang

dinamakan pola interaksi sosial. Pergaulan tersebut menghasilkan

pandangan-pandangan mengenai kebaikan dan keburukan.

Pandang-pandangan tersebut merupakan nilai-nilai manusia yang

kemudian sangat berpengaruh terhadap cara dan pola perilaku.

Masyarakat terbentuk dari berbagai unsur lain (mubarak, 2009).

1) Kategori sosial, yaitu kesatuan yang terwujud karena

adanya suatu ciri objektif yang dikenakan kepada manusia

yang tewujud karena adanya suatu ciri-ciri objektif yang

dikenakan kepada manusia-manusianya, seperti seks, usia,

dan pendapatanya.

2) Golongan sosial, yaitu suatu kesatuan manusia yang

ditandai dengan ciri-ciri tententu dan sering kali ciri-ciri

itu dikenakan pada mereka dari pihak luar kalangan

mereka sendiri.

3) Komunitas, yaitu suatu kesatuan hidup manusia yang

menempati wilayah yang nyata dan berinteraksi menurut

suatu sistem adat istiadat dan terikat atau dibatasi wilayah

geografi.

4) Kelompok, yaitu satu kesatuan yang berinteraksi antara

anggotanya, mempunyai adat istiadat tertentu, norma yang


berkesinambungan adanya rasa identitas yang sama,

punya organisasi dan mempunyai sistem pimpinan.

5) Perhimpunan, yaitu kesatuan manusia yang berdasarkan

sifat, tugas, dan atau guna dimana sifat hubungannya

berupa kontrak dan pimpinan yang ada hanya berdasarkan

wewenang dan kontrak.

4. Ciri-Ciri Masyarakat Kota Dan Desa

1) Masyarakat Desa

a) Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.

b) Adat istiadat masih dipegang sangat kuat.

c) Sebagian besar memiliki kepercayaan terdapat hal-

hal yang gaib.

d) Tingkat buta huruf masih tinggi.

e) Masih berlaku hukum tak tertulis.

f) Jarang bahkan tak ada lembaga pendidkan khusus

dibidang teknologi dan keterampilan.

g) Sistem ekonomi yang sebagian besar untuk

memenuhi kebutuhan dan keluarga dan sebagian

kecil dijual.

h) Gotong royong sangat kuat.


2) Masyarakat Kota

a) Hubungan didasarkan atas kepentingan pribadi.

b) Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka

dan saling memengaruhi.

c) Kepercayaan masyarakat yang kuat akan manfaat

ilmu pengetahuan dan teknologi.

d) Strata masyarakat digolongankan menurut profesi dan

keahlian.

e) Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata.

f) Hukum yang berlaku adalah tertulis.

g) Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar.

h) Gotong-royong tidak sekuat masyarakat desa.

3. Konsep Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan P3K

Pelatihan merupakan metode terbaik dalam meningkatkan pengetahuan

dan ketrampilan dimana pelatihan mampu meningkat kemampuan

seseorang (Afiani,2017). Menurut Ns. Ali Magfuri, S. Kep CBWC,

2016. Macam-macam penanganan pertolongan pertama pada

kecelakaan adalah sebagai berikut:

a. Patah Tulang (Fraktur)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur rusaknya kontinuitas

tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar

dari yang dapat diserap oleh tulang.


Penyebab:

a) Kekerasan langsung: Perkelahian

b) Kekerasan tidak langsung: Pemukulan, Kecelakaan

c) Kekerasan akibat tarikan otot: Cidera Olahraga.

Gambaran klinis:

a) Nyeri

b) Deformitas

c) Krepitasi

d) Bengkak

e) Peningkatan temperatur lokal

f) Pergerakan abnotmal

g) Kehilangan fungsi

Alat dan bahan :

a) Bidai: papan/ kayu yang kuat

b) Verband

c) Kain

Penatalaksanaan :

a) Pasang bidai antara dua persendian.

b) Lipat kain (segitiga) untuk fiksasi lengan

c) Segera bawa kedokter.


b. Benturan (Trauma)

Trauma adalah pukulan/benturan langsung atau tidak pada tubuh

yang mengakibatkan cidera tekanan, tindasan, bengkak, lebam

pada tubuh.

Penyebab:

a) Kecelakaan

b) Penganiayaan

c) Terjatuh

Gambar Klinis:

a) Bengkak

b) Nyeri

c) Memar/lebam

Alat dan bahan:

a) Air

b) Baskom

c) Waslap

Penatalaksanaan :

a) Kompres area yang memar

b) Beri salep jika perlu

c) Segera kedokter
d. Gigitan Binatang

Suatu keadaan yang disebabkan oleh gigitan binatang baik

binatang berbisa atau tidak berbisa.

Penyebab:

a) Ular berbisa

b) Anjing

c) Kucing

Gambaran klinis:

a) Sesak

b) Tampak kebiruan

c) Lumpuh

d) Pingsan

e) Demam

Alat dan bahan:

a) Tali

b) Kain/verband

Penatalaksanaan

a) Viksasi area luka dengan cara mengikat tali memutar diatas

luka.

b) Ikatan dikendorkan tiap 15 menit dalam 1 jam

c) Jika gigitan kurang setengah jam buat sayatan diarea luka.

d) Sedot sayatan luka tersebut dengan alat penyedot.

e) Segera bawa ke dokter.


e. Luka Bakar

Cedera jaringan kulit akibat panas, bahan kimia maupun aliran

listrik maupun radiasi.

Penyebab:

a) Panas : air panas, minyak goreng, ledakan LPG, dan lain-

lain.

b) Bahan kimia: pembersih toilet, pemutih, penghilang cat dan

lainnya.

c) Aliran listrik: tersentrum, petir, dan lainnya

d) Radiasi : sinar ultraviolet, sinar x, dan gelombar mikro.

Gambaran klinis:

a) Kulit merah

b) Nyeri

c) Lembab/bengkak

d) Melepuh

e) Kulit menghitam

f) Syok

Alat dan bahan:

a) Air

b) Waskom

c) Waslap

Penatalaksanaan:

a) Buka seluruh baju penderita

b) Guyur dengan air sebanyak-banyaknya


c) Rendam diri jika memungkinkan

d) Kompres air dingin jika ada

e) Segera bawa ke dokter

f. Luka Sayatan

Rusaknya satuan/komponen jaringan pada kulit yang lazim

disebabkan oleh pisau, cutter, golok dan silet.

Penyebab:

Pisau, cutter, golok, dan silet.

Gambaran Klinis:

a) Berdarah

b) Bengkak

c) Lebam

d) Nyeri

Alat dan bahan:

a) Kain/verband

b) Air bersih

c) Kassa

d) Betadine

Penatalaksanaan

a) Hentikan pendarahan.

b) Marker area luka dengan kain/verband.

c) Guyur luka dengan air bersih.

d) Berikan betadine.
e) Tutup luka dengan kasa/kain.

f) Bawa segera kedokter.

g. Luka Tusuk

Rusaknya kesatuan/komponen jaringan pada tubuh yang lazim

sebabkan oleh tusukan senjata, kayu, paku, duri, dan lainnya.

Penyebab:

Tusukan senjata, kayu, paku, duri dan lainnya.

Gambaran klinis:

a) Berdarah

b) Bengkak

c) Lebam

d) Nyeri

Alat dan bahan:

a) Kain/verband

b) Air bersih

c) Kassa

d) Betadine

Penatalaksanaan

a) Hentikan pendarahan

b) Jangan buru-buru mengambil benda yang menusuk

c) Guyur luka dengan air bersih

d) Beri betadine dan Tutup luka dengan kassa

e) Bawa segera kedokter


h. Mimisan (Epistaksis)

Mimisan adalah keadaan pendarahan yang keluar melalui hidung

sebab kelainan lokal pada rongga hidung ataupun gejala suatu

penyakit.

Penyebab:

a) Pilek atau sinusitis

b) Demam berdarah

c) Tumor ganas hidung atau nasofaring

d) Penyakit darah seperti leukemia, hemofilia, thalasemia

e) Kekurangan vitamin C dan K

f) Akibat benturan atau kecelakaan

Gambaran klinis:

a) Pendarahan

b) Lemas, letih, lesu

c) Pingsan

d) Syok

Alat dan bahan:

a) Kassa/kain

b) Sapu tangan

Penatalaksanaan:

a) Buat tampon dengan kassa/kain lalu pasang dihidung

b) Kompres dingin hidung dengan sapu tangan

c) Segera bawa kedokter


5. Beberapa Teori Yang Terkait Dengan Pengaruh Pelatihan P3K
Terhadap Kemampuan Masyarakat Dalam Melakukan P3K

1) Berdasarkan hasil penelitian (Rohmani,2022) pengabdian

masyarakat melalui pelatihan pertolongan pertama pada

kecelakaan, rata-rata dari kuesioner hasil post pelatihan P3K

masyarakat 85% mengalami peningkatan pengetahuannya lebih

baik meskipun ada beberapa yang masih dalam keaadaan cukup.

2) Berdasarkan hasil penelitian (Prasetyo,2021) kegiatan perlatihan

pertolongan pertama pada kecelakaan dimana posttest

menunjukkan bahwa ketrampilan P3K lebih baik dan

meningkat.

3) Berdasarkan hasil penelitian (Rahayu,2021) berdasarkan

evaluasi kegiatan dari 20 masyarakat 80% paham tentang tata

laksana P3K dan 20 % belum cukup paham.


B. Kerangka Teori

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Cedera
Pengetahuan
1. Fraktur Pelatihan P3K
P3K
2. Luka/pedarahan

3. Mimisan

4. Tersedak 1. Pendidikan Meningkatkan


2. Pekerjaan Kemampuan
5. Gigitan/sengatan P3K
3. Umur
4. Minat
5. pengalaman

Sumber: ( PMI,2022. Sihombing,2019, dan Anggraini 2018).

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang

dilakukan dan memberikan landasan yang kuat terhadap topik yang dipilih

sesuai dengan identifikasi masalahnya (hidayat,2008). Kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan pertolongan

pertama pada kecelakaan terhadap kemampuan masyarakat umum melakukan

Pertolongan pertama pada kecelakaan diwilayah kerja Puskesmas kumun tahun

2023. Yang dilihat pada dibagan dibawah ini.


Bagan 2.2

Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Pelatihan P3K Kemampuan


masyarakat umum
melakukan P3K

D. Hipotensis

Hipotensi merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah

dirumuskan. Hipotensis dalam keperawatan terdiri atas hipotensis nol

(hipotensi statistik/nihil) menyatakan tidak ada hubungan dengan variabel dan

hipotensi alternative (hipotensi kerja) menyatakan adanya hubungan antar

variabel.

Ha : Ada pengaruh perlatihan P3k terhadap kemampuan masyarak dalam

melakukan p3k diwilayah kerja puskesmas kumun 2023.


E. Defenisi Operasional

Tabel 2.1

Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Skala Hasil


Operesional ukur Ukur
A. I independen Kegiatan SOP Ordin Dilakukan

1. Pelatihan memberikan (Standar al sesuai SOP:

P3k informasi operasional 1

dengan prosedur)

metode Tidak

pembelajaran dilakukan

mengenai sesuai SOP:

pertolongan 0

pertama pada

B. Dependen Besarnya Observasi Ordin - a. Kurang

Kemampuan pemahaman al jika

Masyarakat konsep yang penilai

umum dimiliki ordinal

Melakukan masyarakat skor 1-5

pertolongan dalam antara

p pertama pada melakukan (0-30%)

kecelakaan pertolongan b.Cukup

pertama pada jika

kecelakaan penilaian

ordinal
skor

antara 6-

10 (31-

60%)

c. Baik jika

penilain

skor

antara 11-

15 (61-

100%)

Anda mungkin juga menyukai