Anda di halaman 1dari 38

MAKASSAR,14 oktober 2018

LAPORAN PBL

MODUL 2

SINDROM JEBAKAN SARAF PERIFER DAN RADIKS

BLOK MUSKULOSKELETAL

Tutor: dr. Rezky Putri Indarwati Abdullah,M.Kes

Oleh :

Kelompok 11

Julian Prayogi 11020170013 Tri Dini Harianti 11020170116

A.Nur khalia M. 11020170032 Adibah Afriastini W.11020170133

Nurul Fitriana I. 11020170084 Hernita 11020170152

Aulia Chaeruni 11020170086 Nur Azizah 11020170154

Nirwana Utami K.11020170100 Muh.Farhan H. 11020170155

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
SKENARIO 1

Perempuan 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan ibu jari melemah,


dialami 1 minggu terakhir disertai yeri pada jari telunjuk dan jari tengah, rasa
seperti kesemutan pada iibu jari dan dirasakan nyeri berkurang jika tangan
dikibas-kibaskan.

A. Kata Sulit
Tidak terdapat kata sulit pada scenario

B. Kata Kunci
 Perempuan 35 tahun
 Ibu jari kanan melemah selama 1 minggu terakhir
 Nyeri pada jari tangan 1,2, dan 3
 nyeri berkurang jika tangan dikibas-kibaskan

C. Pertanyaan penting
1. Jelaskan mengenai anatomi persendian ekstremitas superior dan
vaskularisasinya!
2. Jelaskan dasar-dasar diagnosis pada skenario!
3. Jelaskan diagnosis banding yang sesuai dengan skenario tersebut!
4. Sebutkan prespektif islam mengenai penyakit yang terdapat pada
skenario!
D. Pembahasan
1. Jelaskan struktur anatomi
persendian ekstremitas atas dan
vaskularisasinya !
 Articulatio Humeri
Persendian terjadi di antara
caput humeri yang bulat
dengan cavitas glenoidalis
scapulae yang dangkal dan
berbentuk seperti buah pir.
Facies articularis diliputi oleh
cartilago articulare hialin, dan
cavitas glenoidalis diperdalam
oleh adanya lingkaran
fibrocartilago yang dinamakan
labrum glenoidale.

Tulang lengan atas


Humerus
humerus bersendi dengan scapula
pada articulatio humeri dan
dengan radius dan ulna pada
articulatio cubiti. Tepat di bawah
caput humeri terdapat collum
anatomicum. Di bawah collum
terdapat tuberculum majus dan
minus yang dipisahkan satu sama
lain oleh sulcus bicipitalis. Pada
pertemuan ujung atas humerus
Sekitar pertengahan permukaan
lateral corpus humeri terdapat
peninggian kasar yang disebut tuberositas deltoidea. Di belakang dan bawah
tuberositas terdapat sulcus spiralis yang ditempati oleh N.radialis ujung
bawah humerus mempunyai epicondylus medialis dan epicondylus
lateralis,capitulum humeri bersendi dengan caput radii, dan trochlea
humeri.Di atas capitulum terdapat fossa radialis, yang menerima caput radii
Di anterior, di atas trochlea, terdapat fossa coronoidea.Di posterior, di atas
trochlea, terdapat fossa olecrani, yang bertemu dengan olecranon pada
waktu sendi siku dalam keadaan ekstensi.
 Articulatio cubiti
Terjadi di antara trochlea dan capitulum humeri dan incisura trochlearis
ulnae dan caput radii Facies articularis ditutupi oleh tulang rawan hialin.
 Articulatio Radioulnaris Proximalis
Articulatio: Di antara circumferentia articulare caput radii dan ligamentum
annulare sertaincisura radialis ulnae

Tulang-Tulang Lengan Bawah


Tulang-tulang lengan bawah adalah radius dan u1na.
Radius
Radius adalah tulang lateral lengan
bawah Ujung atasnya bersendi
dengan humerus pada articulatio
cubiti dan dengan ulna pada
articulatio radioulnaris proksimal.
Ujungdistalnya bersendi dengan os
scaphoideum dan lunatum pada
articuiatio radiocarpea dan dengan
ulna pada articulatio radioulnaris
distal.Circumferentia articulare radii
bersendi dengan incisura radialis
u1nae. Di bawah caput.Dibawah
collum terdapat tuberositas bicipitalis atau tuberositas radii yang merupakan
tempat insersi musculus biceps. Corpus radii berlainan dengan ulna, yaitu lebih
lebar di bawah dibandingkan dengan bagian atas Corpus radii di sebelah medial
mempunyai margo interossea yang tajam untuk tempat melekatnya membrana
interossea yang menghubungkan radius dan ulna.
Tuberositas pronatoria untuk tempat insersi musculus pronator teres,
terletak di pertengahan pinggir lateralnya.Pada ujung bawah radius terdapat
processus styloideus yang menonjol ke bawah dari pinggir lateralnya pada
permukaan medial terdapat incisura ulnae, yang bersendi dengancaput ulnae yang
bulat. Facies articularis inferior bersendi dengan os scaphoideum dan os lunatum.
Pada permukaan posterior ujung distal radius terdapat tuberculum keci1,
tuberculum dorsale, yang pada pinggir medialnya terdapat sulcus untuk tendo
musculus ekstensor pollicis longus Otot dan ligamentum penting yang melekat
pada radius.

Ulna
Ulna merupakan tulang medial lengan bawah Ujung atasnya bersendi dengan
humerus pada articulatio cubiti dan dengan caput radii pada articulatio
radioulnaris proximalis.Ujung distalnya bersendi dengan radius pada articulatio
radioulnaris distalis, tetapi dipisahkan dari articulatio radiocarpea dengan adanya
facies articularis.
Ujung dikenal sebagai olecranon processus bagian ini membentuk tonjolan pada
siku.Dibawah trochlea humeri terdapat processus coronoideus yang berbentuk
segitiga dan pada permukaan lateralnya terdapat incisura radialis yang bersendi
dengan caput radii. Corpus ulnae mengecil dari atas ke bawah Dilateral
mempunyai margo interosseus yang tajam unfuk tempat melekatnya membrana
interossea.
Pada ujung distal ulna terdapat caput yang bulat, yang mempunyai tonjolan pada
permukaan medialnya, disebut processus styloideus.
 Articulatio Radiocarpal
Articulatio di antara ujung disial radius dan
discus articularis di sebelah atas dengan os
scaphoideum, os lunatum, dan os triquetrum
di bagian bawah Permukaan sendi proksimal
mernbentuk permukaan konkaf berbentuk
elips, yang merupakan adaptasi dari
permukaan konveks di distal.

Terowongan karpal

 Sendi-Sendi pada Tangan dan Jari-Jari


Articulationes intercarpales
Articulatio di antara masing-masing tulang pada deretan proximal ossa carpi
di antara masing-masing tulang pada deretan distal ossa carpi dan akhirnya
articulatio mediocarpalis di antara ossa carpi deretan proximal dan deretan
distal.
 Articulationes Carpometacarpales dan lntermetacarpales
Articulationes carpometacarpales dan intermetacarpales merupakan sendi
datar sinovial yang mempunyai ligamentum anterius, posterius, dan
interosseus. Mereka mempunyai rongga sendi bersama. Dapat dilakukan
sedikit gerakan meluncur atau bergeser.
 Articulatio Carpometacarpalis Policis
Articulatio di antara os trapezium dan basis ossis metacarpi I yang berbentuk
Pelana.
 Articulationes Metacarpophalangeae
Articulatio di antara caput ossa metacarpi dan basis phalanges proximales

 Articulationes Interphalangeae
Articulationes interphalangeae adalah sendi engsel sinovialyang mempunyai
struktur yang sama dengan articulationes metacarpophalangeae.

Tulang-Tulang tangan
Terdapat delapan buah ossa carpi yang tersusun dalam dua
baris, masing-masing terdiri dari empat Baris proksimal terdiri dari (dari lateral ke
medial) scaphoideum, lunatum, triquetrum, dan pisiforme. Baris distal terdiri dari
(dari lateral ke medial) trapezium, trapezoideum,capitatum, dan hamatum. Secara
bersama-sama ossa carpi pada permukaan anteriomya membentuk cekungan yang
pada ujung lateral dan medialnya melekat sebuah pita membranosa yang kuat,
disebut retinaculum musculorum flexorum. Dengan cara ini terbentuk saluran
osteofascial, canalis carpi, untuk lewatnya nervus medianus dan tendo-tendo
flexor jari.
Ossa Metacarpi dan Phalanges
Ada lima buah ossa metacarpi, masing-masing tulang mempunyai basis, corpus,
dan caput.Os metacarpal I ibu jari adalah yang terpendek dan sangat mudah
bergerak. Tulang tersebut terletak lebih anterior. Basis ossa metacarpi bersendi
dengan barisan distal ossa carpi caputnya yang membenfuk buku tangan bersendi
dengan phalalx proximalis Masing-masing corpus ossis terdapat tiga buah phalanx
untuk setiap jari, tetapi hanya dua phalanx untuk ibu jari.

(Gambar tulang pada tangan)


Vaskulariasi ektremitas atas
Referensi: Snell,R.S.2011.Anatomi klinis berdasarkan sistem.Jakarta:penerbit
buku kedokteran EGC hal 318-450.
Putz.R dkk.2003.atlas anatomi manusia sobotta edisi 21 jilid1.
Jakarta:penerbit buku kedokteran EGC.hal 176-182.
2. Jelaskan dasar-dasar diagnosis pada skenario!

Dasar-Dasar Diagnosis

Anamnesis

1. Tanyakan identitas Pasien


2. Tanyakan Keluhan Utama pasien
- Keluhan Utama: NYERI
Agar Lebih kemprehensifnya pengkajian nyeri, ada suatu pendekatan

yang memudahkan meakukan pengkajian,aitu dengan pendekatan PQRST

a. Provoking incident: pengkajian untuk menentukan faktor peristiwa


yang mencetuskan keluhan nyeri
b. Quality of pain: pengkajian sifat keluhan (karakter) seperti apa rasa
nyeri yang dirasaka atau digambarkan pasien
c. Region, Refered: pengkajian untuk menetuksn area atau lokasi keluhan
nyeri, apakah nyeri menyebar dan apakah nyeri menjalar ke area lain.
d. Severity (scale) of pain: pengkajian seberapah jauh rasa nyeri yang
dirasakan pasien
e. Time: Berapah lama nyeri berlangsung,kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari
3. Riwayat klinis
- Riwayat Penyakit sekarang
Mengkaji bagaimana kesehatan umum pasien. Menanyakan jika pernah
terjadi trauma. Pengkajian lainnya juga penting seperti pengkajian pada
status kesehatan umum dan system lainnya seperti system
kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, perkemihan dan
gastrointestinal
- Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan penyakit penyakit dahulu yang dapat berhubungan
dengan keluhan pasien sekarang seperti fratur atau trauma sebelumnya,
peningkatan gula darah (diabetes mellitus) atau tekanan darah tinggi.
Riwayat operasi pun perlu ditanyakan
- Riwayat pengobatan
Hal lain yang perlu ditanyakan adalah riwayat pengobatan, penggunaan
obat obatan yang digunakan oleh pasien sebelumnya karena salah
satunya dapat menimbulkan komplikasi.
- Riwayat keluarga
Penelusuran riwayat keluarga sangat penting, karena beberapah penyakit
musculoskeletal berkaitan dengan kelainan genetic dan dapat
diturunkan. Perlu ditanyakan apakah generasi terdahulu pernah
mengalami keluhan yang sama dengan pasien.

Zairin Noor.2012.buku ajar gangguan muskuloskeletal.salemba


medika.2009

3. Jelaskan diagnosis banding yang sesuai dengan skenario tersebut!


a) Carpal tunnel syndrome
I.Definisi
tunnel syndrome (CTS) didefinisikan sebagai kompresi saraf medianus di
pergelangan tangan tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Ini adalah
sindrom kompresif yang paling umum dan penyebab paling sering adalah
idiopatik. Meskipun perbaikan spontan dimungkinkan,namun pada
umumnya gejala akan memburuk.
II. Etiologi
Dalam sebagian besar kasus, CTS disebut idiopatik. CTS sekunder
mungkin terkait dengan kelainan bentuk tubuh.setiap kondisi yang
mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan
terjadinya penekanan pada nervus medianus sehingga timbullah sindrom
terowongan karpal.
III. Patofisiologi
Faktor mekanik dan vascular memegang peranan penting dalam terjadinya
carpal tunnel syndrome .Kompresi saraf dan traksi dapat menyebabkan
gangguan mikrosirkulasi intraneural, lesi pada selubung myelin dan akson,
serta perubahan pada jaringan ikat pendukung.tekanan berulang-ulang dan
lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intravascular.akibatnya
aliran darah vena intravascular melambat.kongesti yang terjadi ini akan
mengganggu nutrisi intravaskuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan
merusak endotel.kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran
protein sehingga terjadi edema epineural.
IV. Manifestasi klinik
Kelainan terutama ditemukan pada wanita yang berumur 40-60
tahun,bersifat bilateral sebesar 20-30 % dan biasanya berlangsung 6-12
bulan.Ditemukan rasa tebal,perih,dan tertusuk pada jari terutama ibu
jari,jari telunjuk,dan jari tengah. Gejala bertambah hebat pada malam
hari,pada saat bangun tidur,pada waktu mengangkat tangan atau setelah
mengerjakan sesuatu seperti mengetik atau menjahit.Bila kelainan sudah
berlangsung lama,maka terdapat atrofi pada muskulus abductor policis
brevis pada bagian penonjolan thenar disertai gangguan sensibilitas.
V. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh dengan perhatian
khusus pada fungsi motoric,sensorik,dan otonom tangan.Beberapa
pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan
diagnosis adalah sebagai berikut:
1.Tinel Sign

Tinel sign dilakukan


dengan perkusi di atas
kulit proximal nervus
medianus carpal tunnel;
jika positif pasien
mengeluhkan kesentrum atau sensasi tingling yang menjalar ke ibu jari,
telunjuk, jari tengah, atau kelingking.
2.Phalen Test
Phalen wrist flexion sign atau
phalen maneuver biasanya positif
pada pasien CTS dan dianggap
lebih diagnostik dari tinel sign.
Manuver ini dilakukan dengan
siku dalam posisi ekstensi
sementara pergelangan tangan
pasif fleksi. Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan simtom onset (60
detik) dianggap mendukung diagnostic

3.flick’s sign
Penderita diminta mengibas-
ngibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari- jarinya.Bila
keluhan berkurang atau
menghilang akan menyokong
diagnose sindrom terowongan
karpal.

4. luthy’s sign (bottle’s sign)


Penderita diminta melingkarkan ibu jari
dan jari telunjuknya.bila kulit tangan
penderita tak dapat menyentuh
dindingnya dengan rapat maka tes
dinyatakan positif dan dapat mendukung
diagnosis.
VI. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium

Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

 Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu Melihat


apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher Berguna
untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan Dan
MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG
dilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal
tunnelproksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal tunnel syndrome. (15,
18, 19).

 Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik )

Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, Gelombang


positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada
beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa
Normal pada 31% kasus CTS. Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25%
Kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa
laten Distal (distal latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada
konduksi Saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari
masa laten Motorik.

(dikutip dari : Harry B Skinner.Dalam:Current Diagnosis and


Treatment in Orthopaedics.Edisi ke-3.Philadelphia:Mc Graw-Hill
Companies.2003;559-567.)

VII. Penatalaksanaan

a) Terapi konservatif
1. Istirahatkan pergelangan tangan.
2. Obat anti inflamasi non steroid.
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3
minggu.
4. Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM)
latihan dari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan ketegangan
dan gerakan membujur sepanjang saraf median dan lain dari ekstremitas
atas.Latihan-latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari
sistem saraf perifer dirancang untuk gerakan, dan bahwa ketegangan
dan Meluncur saraf mungkin memiliki efek pada neurofisiologi melalui
perubahan dalam aliran pembuluh darah dan axoplasmic. Latihan
dilakukan sederhana dan dapat dilakukan oleh pasien setelah instruksi
singkat.
5. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg
atau Metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan Karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke Arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon
Musculus palmaris longus. Sementara suntikan dapat diulang dalam 7
Sampai 10 hari untuk total tiga atau empat suntikan,. Tindakan operasi
Dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah
diberi 3 Kali suntikan. Suntikan harus digunakan dengan hati-hati untuk
pasien diBawah usia30 tahun Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa
penulis berpendapatbahwa salah satu Penyebab CTS adalah defisiensi
piridoksin sehingga merekaMenganjurkan pemberian piridoksin 100-
300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya
berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan
dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar. Namun
pemberian dapat berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri.

6. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.

b) Terapi operatif

Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami


perbaikandengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik
yang berat atauadanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya
operasi pertamadilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat
sekaligus dilakukanoperasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa
tindakan operasi mutlakdilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila
ada atrofi otot-otot thenar,sedangkan indikasi relatif tindakan operasi
adalah hilangnya sensibilitas yang persisten. Biasanya tindakan operasi
CTS dilakukan secara terbuka dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah
dikembangkan teknik operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik
memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut
yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini
lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf.
Referensi :Noor,Zairin.2012.buku ajar gangguan musculoskeletal edisi
2.jakarta:penerbit salemba medika. Hal 345-349

Sardana,vijay dkk. Carpal Tunnel Syndrome: Current Review. Senior


Professor and Head, 2Senior Resident, Deparment of
Neurology.2016.kota.rajastan.india

Kurniawan, Bina. et al. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome


(CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 2008. Vol. 3

Chammas,M.dkk. Carpal tunnelsyndrome – Part I


(anatomy,physiology,etiology anddiagnosis).2014.RBO.Elsevier

Aboonq,M.S.Pathophysiology of carpal tunnel syndrome.2014. Department


of Physiology, College of Medicine, Taibah University, Al-Madinah Al-
Munawwarah, Kingdom of Saudi Arabia.neurosciences.

Fitnat Dincer and Gulbuz Samut. Physical Examination of the


Hand.2014.hal 35.springer.
b.) trigger finger

i Definisi Trigger Finger

Trigger finger atau tenosynovitis stenosing juga dikenal dengan nama jari

yang kaku. Dimana pasien bercerita tentang jarinya yang kaku Setelah mengepal,jari-
jari yang sehat dapat diluruskan dengan mudah, tetapi jari yang kaku itu

tetap,berada dalam keadaan fleksi di sendi interphalangeal proksimal., maka


yang nyeri yang hebat dirasakan dengan terdengarnya “klek” pada
saat jari yang kaku diluruskan secara pasif..Trigger finger adalah gangguan umum yan
g sering terjadi dan ditandai,dimana jari yang dibengkokkan tiba-
iba tidak dapat diluruskan kembali serta,berhubungan dengan disfungsi dan nyeri yang di
sebabkan penebalan setempat padasuatu tendo fleksor, dalam kombinasi dengan adanya p
enebalan di dalam selubung tendon pada tempat yang sama.

ii Epidemiologi

Pada Umumnya penebalan selubung tendon fleksor synovial dapat


mengganggu pergerakan tendon. Hal ini biasanya terkait dengan rheumatoid arthritis,
diabetes pekerjaan berat. Kemungkinan untuk terjadi pada wanita adalah lebih besar dari
pada pada laki-laki yaitu sebesar 75%.Jari macet d
apat menjadi sumber rasa sakit yang signifikan.Selain itu, Ruang
gerak yang terbatas pada jari dapat mengganggu. Ativitas fungsional (seperti
menggenggam dan mengetik). Namun tidak ada kematian yang terkait dengan
kondisi ini. Tidak ada kecenderungan rasial diketahui terkait dengan triggerfinger.
Jari macet paling sering terjadi pada orang dewasa, dengan kisaran usia rata-
rata adalah 52-62 tahun.

iii Etiologi

Penyebab potensial

trigger finger telah dapat dijelaskan, tetapi etiologi tetap


idiopatik,artinya penyebabnya tidak diketahui. Kemungkinan disebabkan oleh
trauma lokal dengan stress dan gaya degeneratif. Ada yang menghubungkan penyebab
trigger finger karena penggunaan fleksi tangan yang terus- menerus dan pada tiap
individu sering dengan penyebab multifactor. Oleh karena itu sering disebut dengan
tenosynovitis stenosing (stenosans tenovaginitis khusus pada jari). Stenosing berarti
penyempitan terowongan atau tabung-seperti struktur (selubung tendon).
Tenosynovitis berarti radang tendon. Pasien dengan riwayat
penyakit collagen vascullar seperti rheumatoid artritis,
diabetes mellitus, arthitis psoriatis, amyloidosis, hipotiroid, sarkoidosis, dan
pigmented vilonodular synovitis memiliki faktor resiko lebih besar terkena trigger
finger dibandingkan orang yang yang tidak memiliki riwayat tersebut.

iv Patofisiologi

Tendon adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot ke tulang. Setiap otot
memiliki dua tendon, yang masing-masing melekat pada tulang. Pertemuan tulang
bersama dengan otot membentuk sendi. Ketika otot berkontraksi, tendon akan
menarik tulang, sehingga terjadi gerakan sendi. Tendon pada jari-jari melewati
ligamen, yang bertindak sebagai katrol.Pada
trigger finger terjadi peradangan dan hipertrofi dari selubung tendon
yang semakin membatasi gerak fleksi dari tendon. Selubung ini biasanya membentuk
sistem katrol yang terdiri dari serangkaian system yang berfungsi untuk memaksimal
kekuatan fleksi dari tendon dan efisiensi gerak di metakarpal. Nodul mungkin saja
dapat membesar pada tendon, yang menyebabkan tendon terjebak di tepi proksimal
katrol ketika pasien mencoba untuk meluruskan jari, sehingga menyebabkan kesulitan
untuk bergerak. Ketika upaya lebih kuat dibuat untuk meluruskan jari, dengan
menggunakan kekuatan lebih dari ekstensor jari atau dengan menggunakan kekuatan
eksternal (dengan mengerahkan kekuatan pada jari dengan tangan lain), jari macet
yang terkunci tadi terbuka dengan menimbulkan rasa sakit yang signifikan pada
telapak distal hingga ke dalam aspek proksimal digit. Hal yang kurang umum terjadi
antara lain nodul tadi bergerak pada distal katrol, mengakibatkan kesulitan pasien
meregangkan jari.Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian
bawah jaluryang melewati katrol. Jika nodul terdapat pada distal katrol, maka jari dapat
macet,dalam posisi yang lurus. Sebaliknya, jika benjolan terdapat pada proksimal darika
trol, maka jari pasien dapat macet dalam posisi tertekuk.Biasanya, tendon fleksor pada jari
mampu bergerak bolakbalik di bawahkatrol penahan. Penebalan selubung tendon fleksor
membatasi mekanisme pergerakannormal. Nodul mungkin saja dapat membesar pada ten
don, yang menyebabkantendon terjebak di tepi proksimal katrol A1 ketika pasien mencob
a untuk meluruskan jari,sehingga menyebabkan kesulitan untuk bergerak. Keti
ka upaya lebih kuat dibuatuntuk meluruskan jari, dengan menggunakan kekuatan leb
ih dari ekstensor jari ataudengan menggunakan kekuatan eksternal (dengan mengerahkan
kekuatan pada jaridengan tangan lain), jari macet yang terkunci tadi terbuka dengan rasa s
akit yang signifikan pada telapak distal hingga ke dalam aspek proksimal digit. Hal yang
kurang umum terjadi antara lain nodul tadi bergerak pada distal katrol A1,mengakibatkan
kesulitan pasien meregangkan jari.

Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian bawah jalur
yang melewati katrol A-1. Jika nodul terdapat pada distal katrol A-1 (seperti yang
ditunjukkan dalam gambar ini), maka jari dapat macet dalam posisi yang lurus.
Sebaliknya, jika benjolan terdapat pada proksimal dari katrol A-1, maka jari pasien
dapat kaku dalam posisi tertekuk.

v Manifestasi Klinis

Diagnosa dibuat secara eksklusif dengan anamnesa yang menyeluruh dan


pemeriksaan fisik. Trigger finger dapat mengenai lebih dari satu jari pada satu waktu,
meskipun biasanya lebih sering terjadi pada ibu jari, tengah, atau jari manis. Trigger
finger biasanya lebih menonjol di pagi hari, atau saat memegang obyek dengan kuat.

Gejala ini muncul biasanya dimulai tanpa adanya cidera. Gejala-gejala ini
termasuk adanya benjolan kecil, nyeri di telapak tangan, pembengkakan, rasa tidak nyam
an di jari dan sendi. Kekakuan akan bertambah jika pasien tidak melakukan
aktifitas, misalnya saat anda bangun pagi. Dan kadang kekakuan akan berkurang saat
melakukan aktifitas. Kadan
kadang jika tendon terasa bebas bisa bergerak tegak akan dirasakan sendi seperti terjadi "
dislokasi" / pergeseran sendi. Pada Kasus kasus
yang berat jari tidak dapat diluruskan bahkan dengan bantuan. Pasien dengan diabetes
biasanya akan terkena lebih parah tingkat s
endi palmaris distal, nodul bisa teraba lembut, biasanya diatas sendi metakarpofalangeali
s (MCP).Pada Jari yang terkena bisa macet dalam posisi
menekuk (lihat gambar di bawah) atau (kurang biasa) posisi diperpanjang. Ketika
pasien berusaha untuk memindahkan angka lebih kuat melampaui pembatasan, angka
mungkin cepat atau memicu melampaui pembatasan. Trigger finger dapat sangat men
yakitkan bagi pasien. Dalam kasus yang parah,,
pasien tidak mampu untuk menggerakkan jari yang melampaui rentang
gerak. Pada ibu jari yang macet, pada palpasi yang lembut dapat ditemukan nodul
pada aspek palmar sendi MCP pertama dari sendi palmaris distal.

vi Faktor Resiko

Pergerakan berulang (repeated gripping)Misalnya : pada pemain alat musik

Penyakit peserta (Certain health problems)Misalnya : rheumatoid arthritis, diabetes,


hypothyroidism, amyloidosis dan infeksi (tuberculosis).

Jenis KelaminLebih sering pada wanita

vii Diagnosis

Secara umum penegakan diagnosis pada Trigger Finger cukup dengan


pemeriksaan fisisk saja, tidak ada tes laboratorium yang diperlukan dalam diagnosis jari
macet. Jika ada kecurigaan tentang kondisi, adanya diagnosis yang terkait,
seperti diabetes, rheumatoid arthritis,atau penyakit lain pada jaringan ikat, antara
lain, hemoglobin glikosilasi (HgbA1c), gula darah puasa, atau faktor rheumatoid
harus diperiksa
Secara umum, tidak ada pencitraan yang diperlukan dalam kasus jari macet. Ti
dak ada tes lebih lanjut yang biasanya diperlukan

viii Pemeriksaan Penunjang

HgbA1c
GDA

Rheumatoid faktor

ix Penatalaksanaanan

A. Terapi Farmakologi
 Pengobatan NSAID
Berikan pengobatan non steroid seperti aspirin, ibuprofen, naprosyn, atauketopr
ofen.

 Injeksi Korstikosteroid
Injeksi kortikosteroid untuk pengobatan trigger finger telah dilakukan sejak 195
3. Tindakan Ini harus dicoba sebelum intervensi bedah karena sangat
efektif (hingga 93%), terutama pada pasien non-diabetes dengan onset baru-
baru ini terkena gejala dan satu digit dengan nodul teraba. Hal ini diyakini
injeksi kortikosteroid kurang berhasil pada pasien dengan penyakit
lama (durasi > 6 bulan), diabetes mellitus, dan keterlibatan beberapa digit
karena tidak mampu untuk membalikkan perubahan metaplasia chondroidyan
g terjadi pada katrol A1. Injeksi diberikan secara langsung ke dalam
selubung tendon, Namun, laporan menunjukkan bahwa injeksi extrasynovial
mungkin efektif, sambil mengurangi risiko tendon rupture(pecah). PecahTendo
n adalah komplikasi yang sangat jarang, hanya satu kasus yang
dilaporkan. Komplikasi lain termasuk atrofi kulit, nekrosis lemak,hipopigmenta
si kulit sementara elevasi glukosa serum pada penderita
diabetes, dan infeksi. Jika gejala tidak hilang setelah injeksi pertama, atau
muncul kembali setelah itu, suntikan kedua biasanya lebih mungkin untuk berh
asil sebagai tindakan awal.
B. Terapi nonfarmakologi
 Kompreskan es selama lima sampai lima belas menit pada daerah yangbengka
k dan nyeri
 Hindari aktifitas yang mengakibatkan tendon mudah teriritasi, seperti latihan ja
ri yang berulang-ulang.
 SplintingTujuan splinting adalah untuk mencegah gesekan yang disebabkan ol
eh pergerakan tendon fleksor melalui katrol A1 yang sakit sampai hilangnya
peradangan. Secara umum splinting merupakan pilihan pengobatan yang tepat
pada pasien yang menolak atau ingin menghindari injeksi kortikosteroid.
Sebuah studi pekerja manual dengan interfalangealis distal (DIP) di splint
dalam ekstensi penuh selama 6 minggu menunjukkan pengurangan gejala
pada lebih dari 50% pasien.Dalam studi lain, splint sendi MCP di 15 derajat fle
ksi (meninggalkan sendiPIP dan DIP bebas) yang ditampilkan untuk memberi
kan resolusi gejala di65% dari pasien pada 1-
tahun tindak lanjut. Untuk pasien yang paling
terganggu oleh gejala mengunci di pagi hari, splinting sendi PIP pada malam
hari dapat menjadi efektif. splinting menghasilkan tingkat keberhasilan yang
lebih rendah pada pasien dengan gejala trigger finger yang berat atau lama

C. Pembedahan
Tindakan pembedahan dinilai sangat efektif pada trigger finger. Indikasi
untuk perawatan bedah umumnya karena kegagalan perawatan konservatif untuk meng
atasi rasa sakit dan gejala. Waktu operasi agak kontroversial
dengan data yang menunjukkan pertimbangan bedah setelah kegagalan baik tunggal ma
upun beberapa suntikan kortikosteroid.
Tindakan pembedahan ini pertama kali diperkenalkan oleh Lorthioir pada
tahun 1958. Fungsi operasi biasanya bertujuan melonggarkan jalan bagi
tendon yaitu dengan cara membuka selubungnya. Dalam penyembuhannya,kedua ujun
g selubung yang digunting akan menyatu lagi, tetapi aka
memberikan ruang yang lebih longgar, sehingga tendon akan bisa bebas
keluar masuk. Dalam prosedur ini, sendi MCP adalah hyperextensi dengan
telapak ke atas, sehingga membentang keluar katrol A1 dan pergeseran
struktur neurovaskular bagian punggung. Setelah klorida dan etildisemprotkan lidokain
disuntikkan untuk manajemen nyeri, jarum
dimasukkan melalui kulit dan ke katrol A1. Tingkat keberhasilan telah
dilaporkan lebih dari 90% dengan prosedur ini, namun penggunaan teknik ini
berisiko cedera saraf atau arteri.

D. Fisioterapi
Fisioterapi membantu menghilangkan masalah-masalah bengkak, nyeri, dan
kekakuan gerak pada bagian-bagian tangan yang lain, dimana tidak bisa
dihilangkan dengan tindakan operasi.

Referensi:
Chusid, J. G; Neurotomi Korelatifdan Neurology Fungsional; Gajah
Mada Press,
Yogyakarta, 1993.
Parjoto, 2006 ; Terapi Listrik Untuk Nyeri; Akademi Fisioterapi
Surakarta Bagian
IRM RSUD dr. Karyadi, Semarang, 1998, Hal. 95 – 103

c.) Sindrom De Quervain

 Pendahuluan

Sindrom De Quervain adalah suatu bentuk Peradangan disertai nyeri dari


selaput Tendon yang berada di sarung sinovial, yang Menyelubungi otot
extensor pollicis brevi dan otot abductor pollicis longus. Sindrom De
Quervain pertama kali dikemukakan oleh Dokter ahli bedah dari Swiss,
yakni Fritz de Quervain pada tahun 1895. Tendon dan otot Extensor
pollicis brevis dan abductor pollicis Longus berfungsi mengontrol posisi,
orientasi, Pertahanan beban, dan menjaga stabilitas Sendi ibu jari. Pada
sindrom De QuervainTerjadi penebalan retinakulum ektensor pada
Kompartemen dorsal (ektensor) pertama Pergelangan tangan, menjadi
tiga hingga Empat kali lebih tebal dibandingkan normal.
 Epidemiologi

Hingga saat ini belum ditemukan korelasi Antara insidens sindrom De


Quervain dan ras Tertentu. Beberapa sumber memperlihatkan Rasio lebih
tinggi pada wanita dibandingkan Pada pria, yaitu 8:1; pekerjaan rumah
tangga Yang melibatkan penggunaan ibu jari dan Pergelangan tangan,
seperti menggendong anak, mencuci, dan memeras pakaian juga

Dikaitkan dengan kondisi tersebut. Sindrom De Quervain juga banyak


ditemui pada ibu-Ibu hamil. Edema jaringan lunak, retensi Cairan, dan
regangan ligamen saat kehamilan Mempengaruhi respons inflamasi dan
Memberikan tekanan pada kompartemen Dorsal pertama. Prevalensi
tertinggi terjadi Pada usia 30-55 tahun.1-3

 Etiologi

Penyebab sindrom De Quervain belumdiketahui pasti. Beberapa faktor yang


dianggap menjadi penyebab yakni:

1. Overuse

Gerakan berlebihan dan terlalu membebani sendi carpometacarpalI dapat


menyebabkan ruptur dan peradangan akibat gesekan, tekanan, dan iskemia
daerah persedian

2. Trauma langsung
Trauma yang langsung mengenai tendon otot abductor pollicis longus dan
extensor pollicis brevis dapat merusak jaringan serta menyebabkan
peradangan yang bisa menimbulkan nyeri.

3. Radang sendi

Kerusakan sendi akibat proses radang mengakibatkan erosi tulang pada


bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan akibat resorbsi
osteoklas. Kemudian pada tendon terjadi tenosinovitis disertai invasi
kolagen yang dapat menyebabkan ruptur tendon.

 Patofisiologi

Gerakan dan beban berlebihan pada sekitar Sendi carpometacarpal I


menimbulkan Gesekan, tekanan, dan iskemia;5-7 apabila terus-Menerus
akan menimbulkan peradangan, Mengakibatkan bengkak dan nyeri.
Inflamasi Daerah ini umumnya terjadi pada penggunaan Tangan dan ibu
jari untuk kegiatan berulang Atau repetitif. De Quervain’s syndrome
timbul akibat Mikrotrauma kumulatif (repetitif). Trauma Minor repetitif
atau penggunaan berlebihan Jari-jari tangan (overuse) menyebabkan
Malfungsi pembungkus tendon, Pembungkus tendon akan mengalami
Penurunan produksi dan kualitas cairan Sinovial. Cairan sinovial berfungsi
sebagai Lubrikan, sehingga gangguan produksi dan Kualitas
mengakibatkan gesekan antara otot Dan pembungkus tendon. Proses
gesekan Yang terus-menerus akan mengakibatkan Inflamasi pembungkus
tendon, diikuti Proliferasi jaringan ikat fibrosa. Proliferasi Jaringan ikat
fibrosa akan memenuhi hampir Seluruh pembungkus tendon menyebabkan
Pergerakan tendon terbatas. Stenosis atau Penyempitan pembungkus
tendon tersebut Akan mempengaruhi pergerakan otot-Otot abductor
pollicis longus dan extensor Pollicis brevis. Pada kasus-kasus lanjut Akan
terjadi perlengketan tendon dengan Pembungkusnya. Gesekan otot-otot ini
akan merangsang saraf di sekitar otot, sehingga Menimbulkan nyeri saat
ibu jari digerakkan; Nyeri ibu jari merupakan keluhan utama Penderita
sindrom De Quervain.

 Diagnosis

Diagnosis sindrom De Quervain ditegakkan Berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaan Fisik:1-9

1. Rasa nyeri sekitar ibu jari

2. Bengkak pergelangan tangan sisi ibu jari

3. Rasa tebal sekitar ibu jari

4. Penumpukan cairan pada daerah yang Bengkak

5. Krepitasi saat menggerakkan ibu jari

6. Sendi ibu jari terasa kaku saat bergerak

7. Penurunan lingkup gerak sendi Carpometacarpal

Pemeriksaan fisik tes Finkelstein menentukan Adanya tenosinovitis tendon


abductor Pollicis longus dan extensor pollicis brevis. Tes Finkelstein
dirancang oleh Harry Finkelstein (1865-1939) ahli bedah Amerika Serikat
Pada tahun 1930. Cara tes ini adalah ibu Jari difleksikan hingga menempel
telapak Tangan diikuti fleksi keempat jari dalam Posisi mengepal dan ibu
jari berada di dalam Kepalan. Pemeriksa menggerakkan tangan Pasien ke
arah ulna deviasi Nyeri hebat Sepanjang radius distal akan menunjukkan
Sindrom De Quervain.

Rasa nyeri saat tes Finkelstein akibat keterbatasan mekanisme Gliding


tendon otot abductor pollicis longus Dan extensor pollicis brevis pada
kompartemen Yang menyempit karena penebalan Retinakulum ekstensor
tendon otot abductor Pollicis longus dan extensor pollicis brevis.Tes
Finkelstein dilakukan bilateral untuk Membandingkan dengan bagian yang
tidak Nyeri.

Tidak ada pemeriksaan laboratorium spesifik Yang menunjang diagnosis


sindrom De Quervain. Pemeriksaan faktor reumatoid Serum juga tidak
spesifik.Pemeriksaan radiologi secara umum juga Tidak ada yang spesifik.
Pada pemeriksaan Ultrasonografi potongan aksial dan Koronal dengan
tranduser 13MHz resolusi Tinggi, didapatkan penebalan dan edema
Pembungkus tendon pada delapan pasien.Pada pemeriksaan MRI terlihat
penebalan Pembungkus tendon otot abductor Pollicis longus dan extensor
pollicis brevis.Pemeriksaan radiologis lain hanya digunakan Untuk kasus-
kasus trauma akut atau diduga Karena fraktur atau osteonekrosis.

 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaannya sindrom De Quervain meliputi non-bedah dan


pembedahan, yang bertujuan untuk mengatasi peradangan pada
kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan.Tatalaksana non-bedah
berupa edukasi menghindari pekerjaan yang menggunakan jari-jari
tangan.12 Pasien dianjurkan untuk mengistirahatkan (imobilisasi)
kompartemen dorsal pertama ibu jari untuk mencegah edema lebih lanjut.
Idealnya, imobilisasi sekitar 4-6 minggu.12 Dapat dilakukan kompres
dingin untuk membantu mengurangi edema. Jika gejala berlanjut, dapat
diberikan anti-inflamasi oral atau injeksi.

Nonsteroidal anti-inammatory drug(NSAIDS) Ibuprofren yang merupakan


obat pilihan (drug of choice) untuk nyeri sedang. Ibuprofen bekerja dengan
menghambat sintesis prostaglandin. Dosis ibuprofen untuk pasien dewasa
200-800 mg, untuk anak-anak usia 6-12 tahun 4-10 mg/kgBB/hari.
Kontraindikasi obat ini adalah adanya riwayat hipersensitif terhadap
ibuprofen, ulkus peptikum, pendarahan gastrointestinal atau perforasi, dan
insufisiensi ginjal.KortikosteroidKortikosteroid dapat menekan migrasi
sel-sel polimorfonuklear dan mencegah peningkatan permeabilitas kapiler.
Untuk injeksi digunakan campuran 1 mL (10 mg) triamcinolone acetonide
dan 1 mL lidokain hidroklorida 1%.13 Lokasi penyuntikan bisa di satu
titik di atas lapisan tendon ataupun dua titik di antara tendon abductor
pollicis longus dan extensor pollicis brevis.

Injeksi steroid dua titik lebih baik dibandingkan dengan injeksi satu titik
(p< 0,001), dengan efikasi 100%.10 Triamcinolone acetonide merupakan
steroid lipofobik, yang mampu bertahan di pembungkus otot lebih lama
dibandingkan steroid lainnya.10 Efek farmakologi triamcinolone
acetonide bertahan dua minggu hingga satu bulan setelah injeksi. Injeksi
kortikosteroid dapat diulangi apabila pasien gagal menunjukkan
perbaikan. Injeksi steroid maksimal dilakukan tiga kali, dengan jeda tiap
injeksi dua minggu.13,14 Komplikasi injeksi steroid antara lain: infeksi
lokal pada lokasi penyuntikan, depigmentasi kulit, atrofi Lemak
subkutan, dan ruptur tendon.Pasien juga disarankan menggunakan spica
Splint untuk mengurangi nyeri dan membatasi Pergerakan atau
imobilisasi ibu jari dan sendi Pergelangan tangan. Penggunaan spica
splintefektif untuk imobilisasi dan mengistirahatkan Tendon otot
extensor pollicis brevis dan Abductor pollicis longus, sehingga dapat
Mencegah gesekan yang mungkin terjadi di Dalam sendi.

Tatalaksana bedah diperlukan bila terapi Non-bedah tidak efektif lagi, terutama
pada Kasus-kasus lanjut telah terjadi perlengketan Pembungkus tendon atau pada
pasien yang Memiliki prognosis kurang baik dengan terapi Non-bedah seperti:

1. Pasien dengan nyeri hebat (VAS/Visual Analogue Scale >8/10) dan


Inflamasi sepanjang nervus radialis atau Kompartemen ekstensor pertama
2. Pasien yang tidak mentoleransi NSAIDS, Sehingga proses penyembuhan
sangat Lambat
3. Pasien tidak mampu memahami edukasi Selama masa pengobatan seperti
Pembatasan gerak ibu jari
4. Pembengkakan hebat pada bagian Dorsal kompartemen ekstensor pertama
Pergelangan tangan.

Pembedahan dilakukan dengan anestesi lokal dan menggunakan torniket.


Dibuat insisi kulit sepanjang 3 sentimeter pada area kompartemen dorsal
pertama pergelangan tangan; dimulai dari dorsal ke volar dengan arah
transversal oblik sejajar lipatan kulit melewati daerah lunak kompartemen
dorsal pertama.16 Disarankan insisi kulit transversal karena tampilan skar
pasca-operasi yang lebih baik. Tindakan diseksi tajam hanya sampai
lapisan dermis dan tidak sampai ke lapisan lemak subkutaneus, menjauhi
cabang-cabang nervus radialis superfisialis.Setelah menarik tepi kulit,
gunakan diseksi tumpul untuk lemak subkutaneus. Kemudian cari dan
lindungi cabang-cabang sensoris nervus radialis superfisialis, biasanya
terletak di bagian dalam vena-vena superfisialis. Kenali tendon proksimal
sampai penyempitan ligamen dorsal dan pembungkus tendon, kemudian
buka kompartemen dorsal pertama pada sisi dorsoulnar. Dengan ibu jari
abduksi dan pergelangan tangan fleksi, angkat tendon otot abductor policis
longus dan otot extensor policis brevis dari tempatnya. Kemudian tutup
insisi kulit dan gunakan balutan tekanan rendah.

Diperlukan rehabilitasi setelah operasi. Rehabilitasi pasca-operasi meliputi


monitoring status luka operasi, monitoring pembengkakan dan
peradangan, latihan range of motion (ROM) aktif dan pasif, dan
remodelling skar.Pasca operasi pasien disarankan menggunakan splint
thumb spica selama 1-2 minggu untuk imobilisasi ibu jari. Kemudian 10-
14 hari pasca operasi, splint dilepas setelah jahitan dilepas,2 minggu
pasca-operasi dimulai latihan fisik untuk mengurangi kekakuan akibat
imobilisasi dan membantu mempercepat proses penyembuhan sendi.

Referensi:
1. Papa JA. Conservative management of de Quervain’s stenosing
tenosynovitis: A case report. JCCA. 2012;56:112-20

2. Moore JS. De Quervain’s tenosynovitis. Stenosing tenosynovitis of the first


dorsal compartment. J Occup Environ Med. 1997;39(10):990–1002

4. Sebutkan dan jelaskan prespektif islam mengenai penyakit yang terdapat pada
skenario!

 Dalam Surah Asysyura’ (QS.42:30) juga dijelaskan:

Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
(KementerianAgama RI, 2001:1304)

Seperti yang telah dipaparkan dalam tafsir di atas, kejadian CTS dapat
Merupakan salah satu dari musibah yang diperoleh manusia dalam hal ini
pekerja Karena kecerobohan dan ketidakhati-hatiannya dalam melakukan
pekerjaan.

 Prinsip ergonomi sendiri yakni fit the job to the man yaitu penyesuaian antara
pekerjaan dengan atribut/keadaan pekerja terdapat dalam Al-Qur’an

QS Az-Zumar (39:39)

Katakanlah: Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya


aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui (Kementerian
Agama RI, 2001:1243)

Dari ayat di atas dapat dipahami sebuah perintah untuk bekerja sesuai
keadaan. Keadaan atau kondisi manusia diartikan sebagai semua atribut yang
melekat pada manusia. Atribut itu bisa diartikan berupa keadaan,
kemampuan,kelebihan, kebolehan, kelemahan, karakteristik, keterbatasan,
kebutuhan, keahlian, bakat dan minat, potensi, trait, fenotip, dan sebagainya.
Atribut itu bisaberupa fisik (seperti antropometri fisik, fisiologi tubuh, dan
sebagainya) atau non fisik (antropometri non fisik/psikometri, psikologi,
kecerdasan dan sebagainya). Ini artinya pekerjaan yang dilakukan harus sesuai
(fit) dengan keadaan atau atribut manusia (Rusdimayanti, 2012:13).

REFERENSI

1. Snell,R.S.2011.Anatomi klinis berdasarkan sistem.Jakarta:penerbit


buku kedokteran EGC hal 318-450.
2. Putz.R dkk.2003.atlas anatomi manusia sobotta edisi 21 jilid1.
Jakarta:penerbit buku kedokteran EGC.hal 176-182.
3. Zairin Noor.2012.buku ajar gangguan muskuloskeletal.salemba
medika.2009

4. Noor,Zairin.2012.buku ajar gangguan musculoskeletal edisi


2.jakarta:penerbit salemba medika. Hal 345-349

5. Sardana,vijay dkk. Carpal Tunnel Syndrome: Current Review. Senior


Professor and Head, 2Senior Resident, Deparment of
Neurology.2016.kota.rajastan.india

6. Kurniawan, Bina. et al. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel


Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis,
Purbalingga. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 2008. Vol. 3

7. Chammas,M.dkk. Carpal tunnelsyndrome – Part I


(anatomy,physiology,etiology anddiagnosis).2014.RBO.Elsevier

8. Aboonq,M.S.Pathophysiology of carpal tunnel syndrome.2014.


Department of Physiology, College of Medicine, Taibah University, Al-
Madinah Al-Munawwarah, Kingdom of Saudi Arabia.neurosciences.
9. Fitnat Dincer and Gulbuz Samut. Physical Examination of the
Hand.2014.hal 35.springer.
10. Chusid, J. G; Neurotomi Korelatifdan Neurology Fungsional; Gajah
Mada Press, Yogyakarta, 1993.
11. Parjoto, 2006 ; Terapi Listrik Untuk Nyeri; Akademi Fisioterapi
Surakarta Bagian IRM RSUD dr. Karyadi, Semarang, 1998, Hal. 95 –
103

12. Papa JA. Conservative management of de Quervain’s stenosing


tenosynovitis: A case report. JCCA. 2012;56:112-202.

13. Moore JS. De Quervain’s tenosynovitis. Stenosing tenosynovitis of the


first dorsal compartment. J Occup Environ Med. 1997;39(10):990–
1002

14. QS Az-Zumar (39:39) Dan QS Asy-syura’ (QS.42:30)

Anda mungkin juga menyukai