LAPORAN PBL
MODUL 2
BLOK MUSKULOSKELETAL
Oleh :
Kelompok 11
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
SKENARIO 1
A. Kata Sulit
Tidak terdapat kata sulit pada scenario
B. Kata Kunci
Perempuan 35 tahun
Ibu jari kanan melemah selama 1 minggu terakhir
Nyeri pada jari tangan 1,2, dan 3
nyeri berkurang jika tangan dikibas-kibaskan
C. Pertanyaan penting
1. Jelaskan mengenai anatomi persendian ekstremitas superior dan
vaskularisasinya!
2. Jelaskan dasar-dasar diagnosis pada skenario!
3. Jelaskan diagnosis banding yang sesuai dengan skenario tersebut!
4. Sebutkan prespektif islam mengenai penyakit yang terdapat pada
skenario!
D. Pembahasan
1. Jelaskan struktur anatomi
persendian ekstremitas atas dan
vaskularisasinya !
Articulatio Humeri
Persendian terjadi di antara
caput humeri yang bulat
dengan cavitas glenoidalis
scapulae yang dangkal dan
berbentuk seperti buah pir.
Facies articularis diliputi oleh
cartilago articulare hialin, dan
cavitas glenoidalis diperdalam
oleh adanya lingkaran
fibrocartilago yang dinamakan
labrum glenoidale.
Ulna
Ulna merupakan tulang medial lengan bawah Ujung atasnya bersendi dengan
humerus pada articulatio cubiti dan dengan caput radii pada articulatio
radioulnaris proximalis.Ujung distalnya bersendi dengan radius pada articulatio
radioulnaris distalis, tetapi dipisahkan dari articulatio radiocarpea dengan adanya
facies articularis.
Ujung dikenal sebagai olecranon processus bagian ini membentuk tonjolan pada
siku.Dibawah trochlea humeri terdapat processus coronoideus yang berbentuk
segitiga dan pada permukaan lateralnya terdapat incisura radialis yang bersendi
dengan caput radii. Corpus ulnae mengecil dari atas ke bawah Dilateral
mempunyai margo interosseus yang tajam unfuk tempat melekatnya membrana
interossea.
Pada ujung distal ulna terdapat caput yang bulat, yang mempunyai tonjolan pada
permukaan medialnya, disebut processus styloideus.
Articulatio Radiocarpal
Articulatio di antara ujung disial radius dan
discus articularis di sebelah atas dengan os
scaphoideum, os lunatum, dan os triquetrum
di bagian bawah Permukaan sendi proksimal
mernbentuk permukaan konkaf berbentuk
elips, yang merupakan adaptasi dari
permukaan konveks di distal.
Terowongan karpal
Articulationes Interphalangeae
Articulationes interphalangeae adalah sendi engsel sinovialyang mempunyai
struktur yang sama dengan articulationes metacarpophalangeae.
Tulang-Tulang tangan
Terdapat delapan buah ossa carpi yang tersusun dalam dua
baris, masing-masing terdiri dari empat Baris proksimal terdiri dari (dari lateral ke
medial) scaphoideum, lunatum, triquetrum, dan pisiforme. Baris distal terdiri dari
(dari lateral ke medial) trapezium, trapezoideum,capitatum, dan hamatum. Secara
bersama-sama ossa carpi pada permukaan anteriomya membentuk cekungan yang
pada ujung lateral dan medialnya melekat sebuah pita membranosa yang kuat,
disebut retinaculum musculorum flexorum. Dengan cara ini terbentuk saluran
osteofascial, canalis carpi, untuk lewatnya nervus medianus dan tendo-tendo
flexor jari.
Ossa Metacarpi dan Phalanges
Ada lima buah ossa metacarpi, masing-masing tulang mempunyai basis, corpus,
dan caput.Os metacarpal I ibu jari adalah yang terpendek dan sangat mudah
bergerak. Tulang tersebut terletak lebih anterior. Basis ossa metacarpi bersendi
dengan barisan distal ossa carpi caputnya yang membenfuk buku tangan bersendi
dengan phalalx proximalis Masing-masing corpus ossis terdapat tiga buah phalanx
untuk setiap jari, tetapi hanya dua phalanx untuk ibu jari.
Dasar-Dasar Diagnosis
Anamnesis
3.flick’s sign
Penderita diminta mengibas-
ngibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari- jarinya.Bila
keluhan berkurang atau
menghilang akan menyokong
diagnose sindrom terowongan
karpal.
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.
Pemeriksaan Radiologi
VII. Penatalaksanaan
a) Terapi konservatif
1. Istirahatkan pergelangan tangan.
2. Obat anti inflamasi non steroid.
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3
minggu.
4. Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM)
latihan dari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan ketegangan
dan gerakan membujur sepanjang saraf median dan lain dari ekstremitas
atas.Latihan-latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari
sistem saraf perifer dirancang untuk gerakan, dan bahwa ketegangan
dan Meluncur saraf mungkin memiliki efek pada neurofisiologi melalui
perubahan dalam aliran pembuluh darah dan axoplasmic. Latihan
dilakukan sederhana dan dapat dilakukan oleh pasien setelah instruksi
singkat.
5. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg
atau Metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan Karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke Arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon
Musculus palmaris longus. Sementara suntikan dapat diulang dalam 7
Sampai 10 hari untuk total tiga atau empat suntikan,. Tindakan operasi
Dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah
diberi 3 Kali suntikan. Suntikan harus digunakan dengan hati-hati untuk
pasien diBawah usia30 tahun Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa
penulis berpendapatbahwa salah satu Penyebab CTS adalah defisiensi
piridoksin sehingga merekaMenganjurkan pemberian piridoksin 100-
300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya
berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan
dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar. Namun
pemberian dapat berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri.
b) Terapi operatif
Trigger finger atau tenosynovitis stenosing juga dikenal dengan nama jari
yang kaku. Dimana pasien bercerita tentang jarinya yang kaku Setelah mengepal,jari-
jari yang sehat dapat diluruskan dengan mudah, tetapi jari yang kaku itu
ii Epidemiologi
iii Etiologi
Penyebab potensial
iv Patofisiologi
Tendon adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot ke tulang. Setiap otot
memiliki dua tendon, yang masing-masing melekat pada tulang. Pertemuan tulang
bersama dengan otot membentuk sendi. Ketika otot berkontraksi, tendon akan
menarik tulang, sehingga terjadi gerakan sendi. Tendon pada jari-jari melewati
ligamen, yang bertindak sebagai katrol.Pada
trigger finger terjadi peradangan dan hipertrofi dari selubung tendon
yang semakin membatasi gerak fleksi dari tendon. Selubung ini biasanya membentuk
sistem katrol yang terdiri dari serangkaian system yang berfungsi untuk memaksimal
kekuatan fleksi dari tendon dan efisiensi gerak di metakarpal. Nodul mungkin saja
dapat membesar pada tendon, yang menyebabkan tendon terjebak di tepi proksimal
katrol ketika pasien mencoba untuk meluruskan jari, sehingga menyebabkan kesulitan
untuk bergerak. Ketika upaya lebih kuat dibuat untuk meluruskan jari, dengan
menggunakan kekuatan lebih dari ekstensor jari atau dengan menggunakan kekuatan
eksternal (dengan mengerahkan kekuatan pada jari dengan tangan lain), jari macet
yang terkunci tadi terbuka dengan menimbulkan rasa sakit yang signifikan pada
telapak distal hingga ke dalam aspek proksimal digit. Hal yang kurang umum terjadi
antara lain nodul tadi bergerak pada distal katrol, mengakibatkan kesulitan pasien
meregangkan jari.Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian
bawah jaluryang melewati katrol. Jika nodul terdapat pada distal katrol, maka jari dapat
macet,dalam posisi yang lurus. Sebaliknya, jika benjolan terdapat pada proksimal darika
trol, maka jari pasien dapat macet dalam posisi tertekuk.Biasanya, tendon fleksor pada jari
mampu bergerak bolakbalik di bawahkatrol penahan. Penebalan selubung tendon fleksor
membatasi mekanisme pergerakannormal. Nodul mungkin saja dapat membesar pada ten
don, yang menyebabkantendon terjebak di tepi proksimal katrol A1 ketika pasien mencob
a untuk meluruskan jari,sehingga menyebabkan kesulitan untuk bergerak. Keti
ka upaya lebih kuat dibuatuntuk meluruskan jari, dengan menggunakan kekuatan leb
ih dari ekstensor jari ataudengan menggunakan kekuatan eksternal (dengan mengerahkan
kekuatan pada jaridengan tangan lain), jari macet yang terkunci tadi terbuka dengan rasa s
akit yang signifikan pada telapak distal hingga ke dalam aspek proksimal digit. Hal yang
kurang umum terjadi antara lain nodul tadi bergerak pada distal katrol A1,mengakibatkan
kesulitan pasien meregangkan jari.
Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian bawah jalur
yang melewati katrol A-1. Jika nodul terdapat pada distal katrol A-1 (seperti yang
ditunjukkan dalam gambar ini), maka jari dapat macet dalam posisi yang lurus.
Sebaliknya, jika benjolan terdapat pada proksimal dari katrol A-1, maka jari pasien
dapat kaku dalam posisi tertekuk.
v Manifestasi Klinis
Gejala ini muncul biasanya dimulai tanpa adanya cidera. Gejala-gejala ini
termasuk adanya benjolan kecil, nyeri di telapak tangan, pembengkakan, rasa tidak nyam
an di jari dan sendi. Kekakuan akan bertambah jika pasien tidak melakukan
aktifitas, misalnya saat anda bangun pagi. Dan kadang kekakuan akan berkurang saat
melakukan aktifitas. Kadan
kadang jika tendon terasa bebas bisa bergerak tegak akan dirasakan sendi seperti terjadi "
dislokasi" / pergeseran sendi. Pada Kasus kasus
yang berat jari tidak dapat diluruskan bahkan dengan bantuan. Pasien dengan diabetes
biasanya akan terkena lebih parah tingkat s
endi palmaris distal, nodul bisa teraba lembut, biasanya diatas sendi metakarpofalangeali
s (MCP).Pada Jari yang terkena bisa macet dalam posisi
menekuk (lihat gambar di bawah) atau (kurang biasa) posisi diperpanjang. Ketika
pasien berusaha untuk memindahkan angka lebih kuat melampaui pembatasan, angka
mungkin cepat atau memicu melampaui pembatasan. Trigger finger dapat sangat men
yakitkan bagi pasien. Dalam kasus yang parah,,
pasien tidak mampu untuk menggerakkan jari yang melampaui rentang
gerak. Pada ibu jari yang macet, pada palpasi yang lembut dapat ditemukan nodul
pada aspek palmar sendi MCP pertama dari sendi palmaris distal.
vi Faktor Resiko
vii Diagnosis
HgbA1c
GDA
Rheumatoid faktor
ix Penatalaksanaanan
A. Terapi Farmakologi
Pengobatan NSAID
Berikan pengobatan non steroid seperti aspirin, ibuprofen, naprosyn, atauketopr
ofen.
Injeksi Korstikosteroid
Injeksi kortikosteroid untuk pengobatan trigger finger telah dilakukan sejak 195
3. Tindakan Ini harus dicoba sebelum intervensi bedah karena sangat
efektif (hingga 93%), terutama pada pasien non-diabetes dengan onset baru-
baru ini terkena gejala dan satu digit dengan nodul teraba. Hal ini diyakini
injeksi kortikosteroid kurang berhasil pada pasien dengan penyakit
lama (durasi > 6 bulan), diabetes mellitus, dan keterlibatan beberapa digit
karena tidak mampu untuk membalikkan perubahan metaplasia chondroidyan
g terjadi pada katrol A1. Injeksi diberikan secara langsung ke dalam
selubung tendon, Namun, laporan menunjukkan bahwa injeksi extrasynovial
mungkin efektif, sambil mengurangi risiko tendon rupture(pecah). PecahTendo
n adalah komplikasi yang sangat jarang, hanya satu kasus yang
dilaporkan. Komplikasi lain termasuk atrofi kulit, nekrosis lemak,hipopigmenta
si kulit sementara elevasi glukosa serum pada penderita
diabetes, dan infeksi. Jika gejala tidak hilang setelah injeksi pertama, atau
muncul kembali setelah itu, suntikan kedua biasanya lebih mungkin untuk berh
asil sebagai tindakan awal.
B. Terapi nonfarmakologi
Kompreskan es selama lima sampai lima belas menit pada daerah yangbengka
k dan nyeri
Hindari aktifitas yang mengakibatkan tendon mudah teriritasi, seperti latihan ja
ri yang berulang-ulang.
SplintingTujuan splinting adalah untuk mencegah gesekan yang disebabkan ol
eh pergerakan tendon fleksor melalui katrol A1 yang sakit sampai hilangnya
peradangan. Secara umum splinting merupakan pilihan pengobatan yang tepat
pada pasien yang menolak atau ingin menghindari injeksi kortikosteroid.
Sebuah studi pekerja manual dengan interfalangealis distal (DIP) di splint
dalam ekstensi penuh selama 6 minggu menunjukkan pengurangan gejala
pada lebih dari 50% pasien.Dalam studi lain, splint sendi MCP di 15 derajat fle
ksi (meninggalkan sendiPIP dan DIP bebas) yang ditampilkan untuk memberi
kan resolusi gejala di65% dari pasien pada 1-
tahun tindak lanjut. Untuk pasien yang paling
terganggu oleh gejala mengunci di pagi hari, splinting sendi PIP pada malam
hari dapat menjadi efektif. splinting menghasilkan tingkat keberhasilan yang
lebih rendah pada pasien dengan gejala trigger finger yang berat atau lama
C. Pembedahan
Tindakan pembedahan dinilai sangat efektif pada trigger finger. Indikasi
untuk perawatan bedah umumnya karena kegagalan perawatan konservatif untuk meng
atasi rasa sakit dan gejala. Waktu operasi agak kontroversial
dengan data yang menunjukkan pertimbangan bedah setelah kegagalan baik tunggal ma
upun beberapa suntikan kortikosteroid.
Tindakan pembedahan ini pertama kali diperkenalkan oleh Lorthioir pada
tahun 1958. Fungsi operasi biasanya bertujuan melonggarkan jalan bagi
tendon yaitu dengan cara membuka selubungnya. Dalam penyembuhannya,kedua ujun
g selubung yang digunting akan menyatu lagi, tetapi aka
memberikan ruang yang lebih longgar, sehingga tendon akan bisa bebas
keluar masuk. Dalam prosedur ini, sendi MCP adalah hyperextensi dengan
telapak ke atas, sehingga membentang keluar katrol A1 dan pergeseran
struktur neurovaskular bagian punggung. Setelah klorida dan etildisemprotkan lidokain
disuntikkan untuk manajemen nyeri, jarum
dimasukkan melalui kulit dan ke katrol A1. Tingkat keberhasilan telah
dilaporkan lebih dari 90% dengan prosedur ini, namun penggunaan teknik ini
berisiko cedera saraf atau arteri.
D. Fisioterapi
Fisioterapi membantu menghilangkan masalah-masalah bengkak, nyeri, dan
kekakuan gerak pada bagian-bagian tangan yang lain, dimana tidak bisa
dihilangkan dengan tindakan operasi.
Referensi:
Chusid, J. G; Neurotomi Korelatifdan Neurology Fungsional; Gajah
Mada Press,
Yogyakarta, 1993.
Parjoto, 2006 ; Terapi Listrik Untuk Nyeri; Akademi Fisioterapi
Surakarta Bagian
IRM RSUD dr. Karyadi, Semarang, 1998, Hal. 95 – 103
Pendahuluan
Etiologi
1. Overuse
2. Trauma langsung
Trauma yang langsung mengenai tendon otot abductor pollicis longus dan
extensor pollicis brevis dapat merusak jaringan serta menyebabkan
peradangan yang bisa menimbulkan nyeri.
3. Radang sendi
Patofisiologi
Diagnosis
Penatalaksanaan
Injeksi steroid dua titik lebih baik dibandingkan dengan injeksi satu titik
(p< 0,001), dengan efikasi 100%.10 Triamcinolone acetonide merupakan
steroid lipofobik, yang mampu bertahan di pembungkus otot lebih lama
dibandingkan steroid lainnya.10 Efek farmakologi triamcinolone
acetonide bertahan dua minggu hingga satu bulan setelah injeksi. Injeksi
kortikosteroid dapat diulangi apabila pasien gagal menunjukkan
perbaikan. Injeksi steroid maksimal dilakukan tiga kali, dengan jeda tiap
injeksi dua minggu.13,14 Komplikasi injeksi steroid antara lain: infeksi
lokal pada lokasi penyuntikan, depigmentasi kulit, atrofi Lemak
subkutan, dan ruptur tendon.Pasien juga disarankan menggunakan spica
Splint untuk mengurangi nyeri dan membatasi Pergerakan atau
imobilisasi ibu jari dan sendi Pergelangan tangan. Penggunaan spica
splintefektif untuk imobilisasi dan mengistirahatkan Tendon otot
extensor pollicis brevis dan Abductor pollicis longus, sehingga dapat
Mencegah gesekan yang mungkin terjadi di Dalam sendi.
Tatalaksana bedah diperlukan bila terapi Non-bedah tidak efektif lagi, terutama
pada Kasus-kasus lanjut telah terjadi perlengketan Pembungkus tendon atau pada
pasien yang Memiliki prognosis kurang baik dengan terapi Non-bedah seperti:
Referensi:
1. Papa JA. Conservative management of de Quervain’s stenosing
tenosynovitis: A case report. JCCA. 2012;56:112-20
4. Sebutkan dan jelaskan prespektif islam mengenai penyakit yang terdapat pada
skenario!
Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
(KementerianAgama RI, 2001:1304)
Seperti yang telah dipaparkan dalam tafsir di atas, kejadian CTS dapat
Merupakan salah satu dari musibah yang diperoleh manusia dalam hal ini
pekerja Karena kecerobohan dan ketidakhati-hatiannya dalam melakukan
pekerjaan.
Prinsip ergonomi sendiri yakni fit the job to the man yaitu penyesuaian antara
pekerjaan dengan atribut/keadaan pekerja terdapat dalam Al-Qur’an
QS Az-Zumar (39:39)
Dari ayat di atas dapat dipahami sebuah perintah untuk bekerja sesuai
keadaan. Keadaan atau kondisi manusia diartikan sebagai semua atribut yang
melekat pada manusia. Atribut itu bisa diartikan berupa keadaan,
kemampuan,kelebihan, kebolehan, kelemahan, karakteristik, keterbatasan,
kebutuhan, keahlian, bakat dan minat, potensi, trait, fenotip, dan sebagainya.
Atribut itu bisaberupa fisik (seperti antropometri fisik, fisiologi tubuh, dan
sebagainya) atau non fisik (antropometri non fisik/psikometri, psikologi,
kecerdasan dan sebagainya). Ini artinya pekerjaan yang dilakukan harus sesuai
(fit) dengan keadaan atau atribut manusia (Rusdimayanti, 2012:13).
REFERENSI