Anda di halaman 1dari 21

PENGELOLAAN

HIPERTENSI
Rossana Barack
POKJA Hipertensi PERKI

Workshop Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi


Hotel Santika Bogor, 18 Mei 2017
PENDAHULUAN

Hipertensi adalah salah satu penyebab utama


mortalitas dan morbiditas di Indonesia, sehingga
tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang
sangat umum dilakukan diberbagai tingkat fasilitas
kesehatan.
Hipertensi di Indonesia
Merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi
yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai data
Riskesdas 2013

WHO 2014 kematian akibat hipertensi di Indonesia


mencapai 42,226 atau 3.02% dari total kematian

#29 di dunia
DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Konsensus atau pedoman utama baik dari dalam


walaupun luar negeri, menyatakan bahwa
seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki
tekanan darah sistolik 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg, pada
pemeriksaan yang berulang.
A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension 2013
Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular 2015
Pengelolaan hipertensi:

1. Non Farmakologi : modifikasi pola hidup


2. Farmakologi
Modifikasi pola hidup:

Penurunan berat badan sebesar 4 kg dapat


menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4.5
mmHg dan diastolic sebesar 3 mmHg.
Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-
buahan dapat memberikan manfaat yang lebih
selain penurunan tekanan darah, seperti
menghindari diabetes dan dislipidemia.
Index Massa Tubuh (IMT) = Berat Badan (kg)/Tinggi Badan (m2)
Modifikasi pola hidup:

Latihan dengan intensitas sedang seperti jalan


cepat; jogging dan sepeda dengan target nadi
70%-85% dari nadi maksimal yang disesuaikan
dengan usia. Latihan dianjurkan 30 menit setiap
hari atau sekurang-kurangnya 150 menit/minggu.

Rumus:
Nadi maximal = 220 - [usia]
70% dari nadi maximal = 0.70 x [nadi max]
85% dari nadi maximal = 0.85 x [nadi max ]
Contoh:
Usia 40 tahun berapa target nadi yang
diharapkan?
Nadi max = 220 - 40 = 180x/menit
70% = 0.7 X 180 = 126X/menit
85% = 0.85 x 180 = 153x/menit
Modifikasi pola hidup:

Mengurangi asupan garam. Di negara kita,


makanan tinggi garam dan lemak merupakan
makanan tradisional pada kebanyakan daerah.
Tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji,
makanan kaleng, daging olahan dan
sebagainya. Dianjurkan untuk asupan garam
tidak melebihi 2 gr/ hari (setengah sendok teh
peres).
Modifikasi pola hidup:

Mengganti makanan tidak sehat dengan


memperbanyak asupan sayuran dan buah-
buahan dapat memberikan manfaat yang lebih
selain penurunan tekanan darah, seperti
menghindari diabetes dan dislipidemia.
Modifikasi pola hidup:

Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun


konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup
yang umum di negara kita, namun konsumsi
alkohol semakin hari semakin meningkat
seiring dengan perkembangan pergaulan dan
gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi
alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria
atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat
meningkatkan tekanan darah.
Modifikasi pola hidup:

Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat


ini belum terbukti berefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok
merupakan salah satu faktor risiko utama
penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya
dianjurkan untuk berhenti merokok.
Terapi farmakologi

Rekomendasi 1
Pada populasi umum yang berumur 60 tahun, terapi farmakologi
dimulai ketika tekanan darah sistolik 150 mmHg dan diastolik 90
mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistolik
menjadi < 150 mmHg dan diastolik menjadi < 90 mmHg.
(Rekomendasi kuat, tingkat rekomendasi A).

Rekomendasi 2
Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi dimulai
ketika tekanan darah sistoliknya 140 mmHg. Target terapi adalah
menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg (Opini ahli,
rekomendasi E).
Terapi antihipertensi awal:

Diuretika tipe thiazide (HCT = Hidro Chlor


Thiazide))
Penghambat saluran kalsium (Amlodipin)
Penghambat enzim AC (Ramipril;
Lisinopril) atau
Penghambat reseptor angiotensin
(Valsartan; Candesartan; Losartan)
Tujuan utama tatalaksana hipertensi adalah
untuk mencapai dan menjaga target tekanan
darah. Bila target tekanan darah tidak tercapai
dalam waktu sebulan terapi, naikkan dosis
obat awal atau tambahkan obat kedua dari
kelompok obat hipertensi
Penilaian terhadap tekanan darah hendaknya
tetap dilakukan, sesuaikan regimen terapi
sampai target tekanan darah tercapai.
Bila target tekanan darah tidak tercapai
dengan terapi oleh 2 jenis obat, tambahkan
obat ketiga dari kelompok obat yang tersedia.
Jangan menggunakan obat golongan
penghambat ACE dan penghambat reseptor
angiotensin bersama-sama pada satu pasien.
Bila target tekanan darah tidak tercapai
dengan obat-obat antihipertensi yang tersedia,
oleh karena kontra indikasi atau kebutuhan
untuk menggunakan lebih dari 3 macam obat,
pertimbangkan untuk merujuk pasien ke
spesialis hipertensi.
Kesimpulan

Tatalaksana hipertensi harus holistik


Deteksi dini hipertensi sejak awal dengan
melakukan pengukuran tekanan darah berkala
Pengobatan hipertensi mencakup non
farmakologi dan farmakologi
Perubahan pola hidup menjadi sehat dan terapi
farmakologi harus berkesinambungan dan
jangka panjang

Anda mungkin juga menyukai