Anda di halaman 1dari 9

B.

Landasan Teori DM
Defenisi
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
American Diabetes Association (ADA) merivisi klasifikasi Diabetes
Insulin Dependent Dibetes Melitus (IDDM) Diabetes type I terjadi karena
destruksi otoimun dari sel- sel β pulau Langerhans kelenjar pankreas langsung
mengakibatkan defisiensi sekresi insulin.
Non Insulin Dependent Dibetes Melitus (NIDDM) Diabetes type II terjadi
karena sel- sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara
normal (Resistensi Insulin)
Simptom DM tipe 1

a. Poliuria : peningkatan kadar glukosa dalam darah menyebabkan efek


diuresis osmotik di ginjal shg vol urin meningkat

b. Polidipsia : vol urin banyak, rasa haus, banyak minum


c. Polifagia : ketidakmampuan untuk menggunakan makanan & menyimpannya sbg
cadangan energi

d. Adanya keton dalam urin

PENATALAKSANAA
N DIABETES
TERAPI TANPA
OBAT
a. Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet
yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai
berikut:
• Karbohidrat : 60-70%
• Protein : 10-15%
• Lemak : 20-25%
b. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah
tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya
untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita
diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal
dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
TERAPI OBAT TERAPI INSULIN
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM Tipe
I, sel-sel βLangerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi
dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe I
harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di
dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita DM
Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan
terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral.
Untuk terapi, ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang terutama
berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan
insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Insulin masa kerja singkat (Short-acting/Insulin), disebut juga insulin reguler
2. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)
3. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat
4. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)

TERAPI OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL


Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral:
1. Sulfonilurea : Merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas, sehingga hanya
efektif pada penderita diabetes yang sel-sel β pankreasnya masih berfungsi
dengan baik. Contoh Gliburida/Glibenklamida, Glipizida, Glikazida, Glimepirida,
Glikuidon.
2. Meglitinida : Merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas. Contoh Repaglinide
3. Turunan fenilalanin : Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh pankreas.
Contoh Nateglinide
4. Biguanida : Bekerja langsung pada hati (hepar), menurunkan produksi glukosa
hati. Tidak merangsang sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Contoh
Metformin
5. Tiazolidindion : Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin. Berikatan
dengan PPARγ (peroxisome proliferator activated receptor-gamma) di otot,
jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan resistensi insulin. Contoh
Rosiglitazone, Troglitazone, Pioglitazone.
6. Inhibitor α-glukosidase : Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang
mencerna karbohidrat, sehingga memperlambat absorpsi glukosa ke dalam
darah. Contoh Acarbose, Miglitol.
B. Landasan Teori Hipertensi
Defenisi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah


di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan
ginjal.

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa


Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertens 120-139 atau 80-
i 89
Hipertensi 140-159 atau 90-
Stadium 1 99
Hipertensi ≥160 atau ≥100
Stadium
2
Sumber: The 7th Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

Penanganan Farmakologi dan NonFarmakologi

Penanganan Non Farmakologi


Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup dan kontrol faktor risiko lain merupakan dasar untuk terapi
antihipertensi. Sekitar 3-6 bulan modifikasi gaya hidup sebaiknya dicoba
dilakukan sebelum terapi dengan antihipertensi dimulai. Jika modifikasi gaya hidup
tidak dapat mengubah tekanan darah maka direkomendasikan menggunakan
senyawa obat antihipertensi.

Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengatur Hipertensi*


Rekomenda Penurunan SBP
Modifikasi
si perkiraan
(rentang)
Penurunan Menjaga bobot badan normal (body 5-20 mmHg/10
bobot mass index 18,5-24,9 kg/m2) kg pengurangan
badan bobot badan
DASH eating plan Mengkonsumsi banyak buah-buahan, 8-14 mmHg
sayuran,
dan produk rendah lemak dengan
pengurangan kandungan lemak total dan
lemak jenuh.
Pengurangan Pengurangan konsumsi natrium yang tidak 2-8 mmHg
konsumsi lebih
natrium dari 100 mmol per hari (2,4 g natrium
atau 6 gram natrium klorida)
Aktivitas fisik Melakukan aktivitas fisik aerobik 4-9 mmHg
teratur seperti
jalan cepat (setidaknya 30 menit per hari,
hampir
setiap hari dalam seminggu)
Pengurangan Membatasi konsumsi tidak lebih dari 2 2-4 mmHg
konsumsi drinks (1 oz atau 30 mL etanol, seperti
alkohol 24 oz bir, 10 oz wine, atau 3 oz 80-proof
whinskey) per hari untuk pria dan tidak
lebih dari 1 drinks per hari untuk wanita
dan orang yang memiliki berat yang
rendah.
Keterangan :
DASH : Dietary Approaches to Stop Hypertension
* : Pengurangan risiko kardiovaskular dengan menghindari merokok.
Efek dapat meningkat atau menurun bergantung pada individu.

Penanganan Farmakologi

Antihipertensi dibagi menjadi 9 kelas sebagai ahtihipertensi primer yaitu


diuretik, beta- blocker, ACE inhibitor, angiotensin II receptor blocker , dan
calcium channel blocker. Antihipertensi dapat digunakan tunggal ataupun
kombinasi. Beberapa kelas ini seperti diuretik, beta blocker dan calcium channel
blocker memiliki subkelas yang berbeda mekanisme kerja, efek samping. Selain
antihipetensi primer, terdapat pula antihipertensi alternatif yaitu alpha blocker,
central 2-agonist, adrenergic inhibitor dan vasodilator.

Diuretik
a. Loop diuretik
Loop diuretik bekerja pada ginjal pada bagian thick ascending limb dengan cara
menginhibisi simporter Na+-Cl--K+. Inhibisi simporter Na+-Cl--K+ menyebabkan
terhambatnya reabsorpsi ion natrium, klorida dan kalium yang seharusnya
terjadi pada thick ascending limb.
Loop diuretik merupakan diuretik yang memiliki efikasi tinggi karena 90%
reabsorpsi natrium terjadi pada thick ascending limb. Selain menghambat
rabsorpsi natrium, kalium dan klorida, loop diuretik juga menghambat
reabsorpsi Ca2+ dan Mg 2+.
b. Diuretik thiazida
Diuretik thiazida bekerja pada ginjal dengan cara menginhibisi transport NaCl
pada distal convoluted tubule. Target kerja obat ini pada simporter Na +-Cl-.
Inhibisi simporter Na+-Cl- pada distal convolutes tubule menyebabkan
terhambatnya absorpsi ion natrium, dan klorida karena tempat ini adalah
tempat terjadinya reabsorpsi natrium, klorida dan kalium.
Diuretik thiazida merupakan diuretik yang memiliki efikasi sedang (maksimum
ekskresi natrium hanya 5%) karena 90% reabsorpsi natrium terjadi di thick
ascending limb yang letaknya lebih awal daripada distal convoluted tubule.
Selain menghambat reabsorpsi natrium dan klorida, diuretik thiazida
menghambat kalium.
c. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalim bekerja pada late distal tubule dari ginjal dengan cara
menginhibisi simporter. Simporter yang dihambat adalah simporter yang
bekerja
mereabsorpsi Na+ dan mengeksresi K+ dan H+. Oleh karena itu, ketika obat ini bekerja
maka reabsopsi natrium terhambat dan eksresi kalium pun terhambat sehingga disebut
sebagai diuretik hemat kalium.
d. Antagonis aldostreron
Antagonis aldosteron bekerja pada late distal tubule yang bekerja dengan cara
menginhibisi aldosteron untuk bekerja. Aldosteron berfungsi untuk meretensi
garam dan air. Oleh karena itu, antagonis aldosteron menghambat kerja
aldosteron sehingga tidak terjadinya retensi garam dan air.
-blocker
-blocker bekerja dengan cara menurunkan kontraktilitas miokardia, menurunkan
denyut jantung dan kardiak output dan menurunkan sekresi rennin. Selain itu,
dapat menurunkan tekanan darah dengan mekanisme lain yaitu dengan cara
mengubah kontrol system saraf simpatik, sensitivitas baroreseptor, fungsi neuron
adrenergic perifer dan meningkatkan sistesis prostaglandin.

Calcium channel blocker


Obat golongan calcium channel blocker (CCB) bekerja menurunkan tekanan
darah dengan cara merelaksasi otot polos arteriolar dan menurunkan resistensi
perifer pembuluh darah.

Angiotensin converting enzim inhibitor


Obat golongan angiotensin converting enzim inhibitor (ACEI) bekerja dengan cara
menginhibisi enzim ACE. Enzim ini berfungsi mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Fungsi dari angiotensin II adalah sebagai berikut:
 Vasokonstriktor, angiotensin II dapat mengkonstriksi pembuluh darah sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah.
 Memicu rasa haus, peningkatan volume darah dapat meningkatkan tekanan darah.
 Memicu pembentukan aldosteron, aldosteron berfungsi untuk meningkatkan
reabsorpsi natrium sehingga meretensi air dan meningkatkan tekanan darah.
 Memicu pelepasan ADH (antidiuretik hormone) yang bekerja dalam meretensi
air sehingga meningkatkan volume darah dan tekanan darah.

Inhibisi ACE dapat mencegah terbentuknya angiotensin II sehingga dapat


menurunkan tekanan darah. Selain itu, ACEI pun menghambat inaktivasi bradikinin
sehingga bradikinin diubah menjadi NO dan PGI2.
Angiotensin II receptor blocker
Obat golongan angiotensin II receotir blocker bekerja menurunkan darah dengan
cara berikut:
 Merelaksasi otot polos
 Meningkatkan eksresi garam dan air
 Menurunkan volume darah
 Menginhibisi kontraksi otot polos
 Menginhibisi rasa haus
 Menginhibisi pelepasan vasopressin, aldosteron, katekolamin adrenal
 Menginhibisi peningkatan nurotransmisi noradrenergic
Alpha blocker
Obat golongan ini bekerja dengan cara menurunkan resistensi arteriolar dan
meningkatkan kapasitas vena. Meskipun dalam jangka waktu pendek obat ini
memicu peningkatan denyut jantung dan aktivitas rennin. Namun, dalam jangka
waktu lama denyut jantung dan aktivitas rennin kembali ke normal dan vasodilatasi
tetap terjadi.

Central 2-agonist
Obat golongan ini bekerja dengan cara menurunkan outflow simpatik dari system
saraf pusat. Penurunan kadar epinefrin dalam plasma berkolerasi dengan efek
hipotensi.

Peripheral adrenergic inhibitor


Salah satu contoh obat golongan ini adalah reserpin. Mekanisme kerja reserpin
adalah terikat kuat pada vesikula penyimpanan adrenergic pada neuron adrenergic
peripheral dan pusat. Interaksi ini menghamabat transporter katekolamin
vesicular yang memfasilitasi penyimpanan vesikula sehingga ujung saraf kehilangan
kemampuannya untuk menyimpan norepinefrin dan dopamine. Katekolamin akan
terpapar ke sitoplasma dan selanjutnya dimetabolisme oleh monoaminoksidase
intraneuronal.

Vasodilator
Obat golongan ini bekerja dengan merelaksasi otot polos sehingga
menurunkan resistensi perifer yang menyebabkan penurunn tekanan darah.

Algoritma Penanganan Hipertensi

Anda mungkin juga menyukai