Anda di halaman 1dari 28

Kel 10.

INFORMASI TERKAIT PENATALAKSANAAN


HIPERLIPIDEMIA
Tujuan Pemberian Informasi Terkait Penatalaksanaan Hiperlipidemia:
1) Meningkatkan kepatuhan pasien
2) Agar pasien memiliki kualitas hidup yang optimal
3) Membantu pasien agar dapat merawat dirinya sendiri
4) Agar pasien dapat lebih produktif dan bermanfaat
5) Untuk menekan biaya perawatan, baik yang dikeluarkan secara pribadi, keluarga ataupun
negara.

Informasi Terkait Penyakit


1. Gejala
 Gejala yang biasa dikeluhkan adalah nyeri dada, palpitasi, berkeringat, gelisah, nafas
pendek, nyeri perut, hilang kesadaran, atau kesulitan dalam berbicara atau bergerak
 Gejala pada pemeriksaan fisik berupa xanthoma, polineuropati perifer, tekanan darah
tinggi, dan meningkatnya BMI atau ukuran pinggang. Hasil pemerikssan ini
tergantung dari ketidaknormalan lipoproteinya
2. Konseling
Informasi atau konseling untuk pasien Hiperlipidemia:
1) Konseling harus dimulai dengan penilaian pemahaman pasien mengenai
hiperlipidemia, termasuk kolesterol LDL, high-density lipoprotein (HDL) kolesterol,
dan trigliserida.
2) Menjelaskan perbedaan Lemak baik (Good fats) dan jahat
3) Konseling mengenai perubahan gaya hidup seperti diet dan olahraga dapat
menurunkan kolesterol
4) Konseling mengenai kemungkinan interaksi obat yang mungkin muncul mengingat
pengobatan pasien cenderung polifarmasi.
5) Menekankan penggunaan obat penurun kolesterol bukan berarti dapat diet yang tidak
sehat
6) Mengulas konsekuensi dari tingginya kolesterol, termasuk serangan jantung,
aterosklerosis, stroke, dan penyakit pembuluh darah
7) Merekomendasikan skrining kolesterol berkala. Beberapa pedoman
merekomendasikan pada usia 20. Pedoman lain merekomendasikan skrining untuk
pria pada usia 35 dan wanita pada usia 45
8) Diskusikan penghentian tembakau. Berhenti merokok dapat meningkatkan HDL
hingga 10%.
9) Anjurkan melakukan aktivitas fisik
10) Penurunan berat badan. Untuk setiap 6 pound yang hilang, HDL meningkat sebesar 1
mg / dL
11) Memotivasi pasien untuk membaca label makanan
12) Merekomendasikan pembatasan asupan lemak jenuh dengan mengurangi daging
merah dan produk susu penuh lemak, dan meningkatkan omega-3 asam lemak

Informasi Terkait Komplikasi


1. penyakit jantung koroner (PJK)
 Dalam pencegahan terjadinya PJK, apoteker dapat menginformasikan bahwa
peningkatan kolesterol jahat (kolesterol LDL) merupakan alasan utama terjadinya
PJK. Target utama terapi kolesterol tinggi yang umumnya merupakan penurunan
kadar kolesterol LDL. Capaian kadar kolesterol ini dapat dipengaruhi beberapa faktor
risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, riwayat keluarga PJK, dan umur.
 laki-laki risiko tinggi muncul pada umur 45 tahun ke atas, wanita mulai dari 55 tahun
ke atas. Pada pasien ditelusuri lalu diberitahukan target terapi kolesterol yang sesuai.
Ingatkan pasien tentang faktor risiko merokok.
 Rekomendasikan untuk melakukan pengecekan profil lengkap lipoprotein (kolesterol
total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida)
 Informasikan pada pasien dengan PJK atau berisiko ekuivalen PJK (CHD risk
equivalent), terapi penurunan LDL secara baik mengurangi risiko terjadinya kejadian
mayor koroner (kematian koroner, serangan jantung, revaskularisasi koroner), strok.
CHD risk equivalent terdiri atas a) bentuk lain penyakit aterosklerosis (penyakit arteri
perifer, aneurisme aorta), b) Diabetes, c) Beragam faktor risiko yg memberi risiko 10
tahun untuk PJK>20%
 Pada pasien walau dengan terapi obat-obatan penurun kadar kolesterol LDL harus
tetap melakukan secara rutin terapi perubahan gaya hidup atau therapeutic life
changes (TLC).
 Lakukan diet pengurangan berat badan dan kegiatan fisik
2. Dislipidemia Familial
 Terapi statin intensitas tinggi dianjurkan bagi pasien dengan dislipidemia familial
untuk menurunkan konsentrasi kolesterol LDL lebih dari 50%.
 Anak dari orang tua dengan dislipidemia familial hendaknya menerapkan pola diet
sejak awal dan mendapat terapi farmakologis saat beranjak dewasa.
 Faktor keturunan merupakan faktor dominan pencetus dislipidemia maka dari itu
pencegehan komplikasi harus dilakukan sejak dini.
3. Infark Miokard
Infark Miokard akut tanpa melihat konsentrasi LDL awal dilakukan intervensi gaya
hidup dan farmakologis secara bersamaan.
4. Stroke
 Terapi penurun lipid pada pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi menurunkan
angka kejadian stroke.
 Penggunaan statin dalam pencegahan sekuder stroke tergantung jenis strokenya.
 Pasien yang mengalami kejadian serebrovaskular akibat proses aterotrombosis
mendapat faedah terbesar dari pengobatan statin.
 Pasien dengan stroke perdarahan tidak mendapat manfaat dari terapi statin atau
bahkan dapat berbahaya.
5. Sindrom Metabolik dan DM
Terapi intervensi gaya hidup untuk memperbaiki profil lipid aterogenik
direkomendasikan bagi semua pasien dengan sindrom metabolik dan DM tipe 2.
6. Penyakit Ginjal Kronis (CKD)
 informasikan kepada pasien bahwa pasien yang terkomplikasi berisiko sangat tinggi
pada CVD (penyakit kardiovaskuler).
 Perkembangan penyakitnya terjadi pada stage awal sehingga perlu dilakukan
pengecekan secara dini.
 Penanganan terhadap kolesterolnya harus dilakukan secara intensif yaitu termasuk
terapi perubahan gaya hidup dan terapi obat-obatan.
 Penurunan kolesterol LDL ke konsentrasi 60-70 mg/dL dengan statin maupun
kombinasi statin dengan ezetimibe pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis tidak menurunkan kejadian kardiovaskular.
 Pasien PGK dengan GFR ˂60 mL/menit/1,73 m2(rerata 26,6 mL/menit/1,73 m2)yang
tidak menjalani hemodialisis, penurunan kolesterol LDL dengan kombinasi statin dan
ezetimibe menurunkan kejadian aterosklerotik mayor dan tidak mengakibatkan
perburukan fungsi ginjal.
7. Xanthoma
 Xanthoma merupakan salah satu komplikasi dislipidemia yang sering terjadi.
Informasikan bahwa pengendalian kolesterol mencegah perkembangan xanthoma.
 Jika perkembangan penyakit mengganggu, pasien dapat menghubungi dokter untuk
dilakukan operasi atau menggunakan laser, namun diinfokan juga bahwa xanthoma
ini dapat kembali lagi setelah operasi

Informasi terkait obat komplikasi dislipidemia.


a. Pada pengobatan hipertensi, obat yang sering diresepkan adalah kaptopril. Informasikan
kepada pasien bahwa penggunaan kaptopril memberi efek samping batuk kering. Pasien
disarankan untuk tetap patuh dengan pengobatan hipertensi yang diresepkan dokter.

Gambar 1. Captopril

b. Pada penggunaan pengenceran darah aspirin (contoh: aspilet). Aspirin biasa digunakan
pada pengobatan gejala atau pada serangan jantung, juga terapi tambahan pada pasca
stroke. Stroke tersebut terkecuali stroke berkaitan perdarahan seperti stroke perdarahan
otak karena aspirin malah berbahaya. Penggunaan yang sebaiknya adalah setelah
konsultasi dengan dokter. Apoteker harus menginformasikan bahwa aspirin harus
digunakan secara hati-hati pada pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan tukak
lambung, pendarahan lambung, dan efek samping seperti gangguan fungsi hati dan ginjal.
Obat diminum sebaiknya bersamaan dengan makan atau sesaat setelah makan.
Gambar 2. Aspilets
c. Pada pengobatan diabetes mellitus, obat dikonsumsi sesuai dengan dosis dan anjuran
dokter. Beritahu pasien kalau kepatuhannya mengonsumsi obat merupakan kunci
kehidupan normal dan tidak terjadinya komplikasi yang memperparah
d. Pada penggunaan vasodilator ISDN (isosorbid dinitrat) tablet sublingual. Informasikan
cara penggunaan tablet ini adalah dengan tablet diletakkan di bawah lidah dan dibiarkan
meleleh. Obat akan bekerja dalam 2 menit dan bekerja bertahan selama 2-3 jam.
Informasikan untuk menyimpan obat di tempat yang mudah terjangkau missal di kantung
pakaian.

Gambar 3. Isosorbid dinitrat


Informasi Terkait Obat
Golongan HMG CoA Reductase
No Obat Informasi Kepada Pasien
1 Atorvastatin 1. Tujuan penggunaannya adalah untuk menurunkan kelebihan
kolesterol
2. Obat dapat diminum tanpa makanan
3. Diminum 1x/hari pada malam hari.
4. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Dapat menyebabkan nyeri otot/persendian, diare, nyeri pada
perut
7. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)
2 Simvastatin 1. Tujuan penggunaannya adalah untuk menurunkan kelebihan
kolesterol
2. Obat dapat diminum bersama atau tanpa makanan
3. Diminum 1x/hari pada malam hari.
4. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Dapat menyebabkan konstipasi,sakit kepala,mual,nyeri pada
perut.
7. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)
3 Rosuvastatin 1. Tujuan penggunaannya adalah untuk menurunkan kelebihan
kolesterol
2. Obat dapat diminum bersama atau tanpa makanan
3. Diminum 1x/hari pada malam hari.
4. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Dapat menyebabkan konstipasi,sakit kepala,mual, nyeri pada
perut, lemas
7. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)/
4 Lovastatin 1. Tujuan penggunaannya adalah untuk menurunkan kelebihan
kolesterol
2. Obat dapat diminum setelah makan atau bersama makanan
3. Diminum 1x/hari pada malam hari.
4. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Dapat menyebabkan konstipasi,nyeri pada perut, keram perut,
sakit kepala
7. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)
5 Pravastatin 1. Tujuan penggunaannya adalah untuk menurunkan kelebihan
kolesterol
2. Obat dapat diminum bersama atau tanpa makanan
3. Diminum 1x/hari pada malam hari.
4. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Dapat menyebabkan nyeri otot/persendian, mual, muntah,
diare, sakit kepala.
7. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)
6 Fluvastatin 1. Tujuan penggunaannya adalah untuk menurunkan kelebihan
kolesterol
2. Obat dapat diminum bersama atau tanpa makanan
3. Diminum 1x/hari pada malam hari.
4. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Dapat menyebabkan nyeri otot/persendian,mual,nyeri pada
perut,gangguan pencernaan,sakit kepala.
7. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)

Hal – hal yang perlu diperhatikan :


1. Tidak diberikan kepada wanita hamil atau laktasi
2. Pemeriksaan kolesterol secara periodik (4-6 minggu).
3. Dapat meningkatkan gula darah dan kadar HbA1c
4. Pasien yang mengalami peningkatan kadar transaminase serum, harus dilakukan
pengukuran kadar transaminase, jika terjadi peningkatan yang menetap (hingga 3 kali
batas normal atas) pengobatan segera dihentikan. 
5. Dianjurkan melakukan tes fungsi hati.
6. Hati-hati pada pasien alkoholisme dan atau yang mempunyai riwayat penyakit hati. 
7. Pasien dengan gagal ginjal lebih disarankan menggunakan atorvastatin atau
fluvastatin
8. Penggunaan jangka panjang dianjurkan melakukan tes laboratorium secara periodik
tiap 3 bulan. 
9. Terapi harus dihentikan sementara atau tidak dilanjutkan :
– pada penderita dengan miopati akut dan parah
– pada penderita berisiko kegagalan ginjal sekunder karena rabdomiolisis atau
kenaikan kreatinin fosfokinase (CPK). 
10. Selama terapi dengan simvastatin harus dilakukan pemeriksaan kolesterol secara
periodik. Pada pasien yang mengalami peningkatan kadar transaminase serum,
perhatian khusus berupa pengukuran kadar transaminase harus dilakukan, jika terjadi
peningkatan yang menetap (hingga 3 kali batas normal atas) pengobatan segera
dihentikan.
11. Dianjurkan melakukan tes fungsi hati sebelum pengobatan dimulai, 6 dan 12 minggu
setelah pengobatan pertama, dilakukan berikutnya secara periodik (misalnya secara
semianual). 
12. Hati-hati penggunaan pada pasien alkoholisme dan atau yang mempunyai riwayat
penyakit hati. 
13. Pada penggunaan jangka panjang dianjurkan melakukan tes laboratorium secara
periodik tiap 3 bulan untuk menentukan pengobatan selanjutnya. 
14. Terapi simvastatin harus dihentikan sementara atau tidak dilanjutkan pada penderita
dengan miopati akut dan parah atau pada penderita dengan risiko kegagalan ginjal
sekunder karena rabdomiolisis atau terjadi kenaikan kreatinin fosfokinase (CPK). 
15. Penderita agar segera memberitahukan kepada dokter apabila terjadi nyeri otot yang
tidak jelas, otot terasa lemas dan lemah. 
- Simvastatin tidak efektif pada pasien dengan homozygous familial
hipercholesterolemia. 
- Simvastatin tidak diindikasikan dimana hipertrigliseridemia merupakan kelainan
utama (misalnya hiperlipidemia tipe I, IV dan V). 
16. Keamanan dan keefektifan pada anak-anak dan remaja belum pasti. 

 Konsumsi alcohol dan grapefruitjuice harus dihindari karena dapat terjadi interaksi
obat dengan alcohol tersebut.
 Efek samping: peningkatan enzim di hati, gangguan GI, sakit kepala, myalgia, dan
ruam kulit.
 Sakit pada otot pada pasien dewasa muda dapat mengindikasikan efek samping
langka yaitu rhabdomyolysis
 Efek samping miopati dan rhabdomyolysisis dapat dihindari dengan cara tidak
menggunakan obat lain yang dapat menurunkan katabolisme statin.
 Beberapa obat yang dimaksud antara lain adalah fibrate, siklosporin, digoxin,
warfarin, makrolida, dan antifungi azol.
 Jika statin ingin dikombinasikan dengan obat golongan fibrat, kombinasi yang
oaling aman adalah fenifibrate.
Golongan Fibrat
N OBAT INFORMASI KEPADA PASIEN
O
1 Gemfibrosil 1. Tujuannya untuk menurunkan kelebihan lemak jahat
2. Diminum dua kali sehari, 30 menit sebelum sarapan dan
makan malam
3. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
4. Tidak mengonsumsi alkohol
5. Efek sampingnya ada rasa tidak nyaman pada perut,
mual,muntah,konstipasi,diare,sakit kepala
6. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)
2 Fenofibrate 1. Tujuannya untuk menurunkan kelebihan lemak jahat
2. Dikonsumsi setelah makan
3. Diminum 1x/hari pada malam hari
4. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Efek sampingnya adalah gangguan pencernaan, nyeri
punggung, sakit kepala
7. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)
3 Clofibrate 1. Tujuannya untuk menurunkan kelebihan lemak jahat
2. Diminum 2 – 4 kali sehari (setiap pasien berbeda)
3. Diminum bersama dengan makanan atau setelah makan
4. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Efek sampingnya ada rasa tidak nyaman pada perut,
mual,muntah, diare
7. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)
4 Bezafibrate 1. Tujuannya untuk menurunkan kelebihan lemak jahat
2. Diminum tiga kali sehari
3. Diminum bersama dengan makanan atau setelah makan
4. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Efek sampingnya adalah gangguan GI,pusing, lelah, sakit
kepala,ruam kulit, nyeri otot/persendian
7. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)

 Obat fibric acid dapat meningkatkan potensi dari antikoagulan oral seperti
prothrombin.
 Selain itu, penggunaannya pada pasien yang sedang menjalankan terapi diabetes
dengan obat sulfonylurea harus diwaspadai karena dapat terjadi peningkatan efek
hipoglikemik, namun mekanisme belum jelas
 Efek samping yang dapat muncul antara lain adalah miopati.
 Miopati dapat terjadi pada pasien yang menggunakan kombinasi gemfibrozil dan
dosis tinggi statin. Guna menghindari efek samping tersebut, sebaiknya dosis statin
diturunkan

Golongan Resin asam empedu


N OBAT INFORMASI KEPADA PASIEN
O
1 Kolestiramin 1. Tujuan penggunaannya adalah untuk menurunkan kelebihan
lemak jahat
2. Konsumsi colesteramin harus dipisahkan dengan obat lain.
Konsumsi obat lain satu jam sebelum atau 4-6 jam setelah
konsumsi Kolesteramin
3. Diminum 3-4x sehari
4. Kolesteramin sebaiknya jangan dikonsumsi dalam bentuk
kering. Campur Kolesteramin dengan air sebelum digunakan
5. Konsumsi banyak buah dan sayur, dan banyak minum untuk
menghindari konstipasi.
6. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
7. Tidak mengonsumsi alkohol
8. Dapat menyebabkan konstipasi,nyeri pada perut, keram
perut,diare
9. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)
2 Kolestipol 1. Tujuan penggunaannya adalah untuk menurunkan kelebihan
lemak jahat
2. Diminum sekali atau dalam dosis terbagi.
3. Jangan digunakan dalam keadaan kering. Tablet ditelan
bersamaan dengan minum air yang banyak, tidak dikunyah
dan minum air yang banyak setelah konsumsi obat
4. Konsumsi banyak buah dan sayur, dan banyak minum untuk
menghindari konstipasi.
5. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
6. Tidak mengonsumsi alkohol
7. Dapat menyebabkan konstipasi,nyeri pada perut, keram
perut,diare
8. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)
3 Kolesevelam 1. Tujuan penggunaannya adalah untuk menurunkan kelebihan
lemak jahat
2. Diminum pada saat makan sehari atau 6 tablet sekali sehari
pada saat makan. Tergantung pada efek yang diinginkan,
dapat ditingkatkan sampai 7 tablet setiap hari.
3. Kolesevelam digunakan bersama dengan makanan atau air.
Karena bentuk tablet yang besar maka disarankan untuk
pasien yang susah menelan menggunakan bentuk supensi
4. Untuk bentuk suspensi , dianjurkan jangan digunakan dalam
bentuk kering, gunakan air sebagai pengencer
5. Konsumsi banyak buah dan sayur, dan banyak minum untuk
menghindari konstipasi.
6. Tetap membutuhkan diet dan olahraga teratur
7. Tidak mengonsumsi alkohol
8. Dapat menyebabkan konstipasi,nyeri pada perut, keram
perut,diare
9. Cek kadar lemak secara berkala (4-6 minggu)

 Bile acid resin(BARs) digunakan 1 jam sebelum makan atau 6 jam setelah makan
 Cara penggunaan cholestyramine dan colestipol yaitu dengan mencampurkannya
dengan air dan kemudian diminumsebelum makan pagi dan malam. BARs memiliki
tekstur yg gritty, sehingga untuk meningkatkan kenyamanan penggunaan, serbuk
BARs dapat dicampur dengan orange juice atau bisa dipilih sediaan dalam bentuk
tablet
 Bentuk sediaan kapsul Colesevelam bisa dipilih guna meminimalisir iritasi GI
 Efek samping dari penggunaan BARs berupa gangguan GI, antara lain konstipasi,
kembung, epigastric fullness, mual, dan flatulensi dapat diatasi dengan
meningkatkan input cairan dengan banyak minum, modifikasi diet, menggunakan
pelunak feses.
 Interaksi dengan obat lain dapat dihindari dengan memberi jarak paling sedikit 6 jam
antara penggunaan BAR dan obat lain
 Cholestyramine dan colestipo dapat mempengaruhi adsorpsi dari beberapa obat
termasuk obat tiazid, digoxin, warfarin. Interaksi tersebut dapat dicegah dengan
caramemberi jarak waktu penggunaan obat lain 1 jam sebelum atau 4-3 jam setelah
penggunaan obat cholestyramine dan colestipo.
 Dosis BARs yang tinggi juga dapat meningkatkan efek samping yang dapat terjadi,
oleh karena itu, BARs sering kali dikombinasikan dengan obat yang lain

Golongan Niasin
N OBAT INFORMASI KEPADA PASIEN
O
1 Niasin 1. Tujuan penggunaannya adalah untuk menghambat produksi
Extended- lemak jahat dan meningkatkan produksi lemak baik
Release (ER) 2. untuk pemakaian sehari sekali saat waktu tidur dengan tujuan
mengurangi kejadian kulit menjadi kemerahan
3. Penggunaan aspirin atau obat-obatan anti inflamasi non
steroid 30 menit sebelum mengkonsumsi niasin dapat
mengurangi reaksi kulit kemerahan.
4. Diminum sehari sekali saat jam tidur
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Dapat menyebabkan Kulit menjadi kemerahan (flushing), rasa
gatal, gangguan pencernaan, sakit kepala, hepatoksisitas,
hiperglikemia dan hiperurisemia
2 Niasin 1. Tujuan penggunaannya adalah untuk menghambat produksi
Immediate- lemak jahat dan meningkatkan produksi lemak baik
Release (IR) 2. untuk pemakaian sehari sekali saat waktu tidur dengan tujuan
mengurangi kejadian kulit menjadi kemerahan
3. Penggunaan aspirin atau obat-obatan anti inflamasi non
steroid 30 menit sebelum mengkonsumsi niasin dapat
mengurangi reaksi kulit kemerahan.
4. Diminum tiga atau lebih dosis terbagi dalam sehari
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Dapat menyebabkan Kulit menjadi kemerahan (flushing), rasa
gatal, gangguan pencernaan, sakit kepala, hepatoksisitas,
hiperglikemia dan hiperurisemia
3 Niasin 1. Tujuan penggunaannya adalah untuk menghambat produksi
Sustained- lemak jahat dan meningkatkan produksi lemak baik
Release (SR) 2. untuk pemakaian sehari sekali saat waktu tidur dengan tujuan
mengurangi kejadian kulit menjadi kemerahan
3. Penggunaan aspirin atau obat-obatan anti inflamasi non
steroid 30 menit sebelum mengkonsumsi niasin dapat
mengurangi reaksi kulit kemerahan.
4. Diminum sehari sekali saat jam tidur tidak melebihi 2
gram/hari
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Dapat menyebabkan Kulit menjadi kemerahan (flushing), rasa
gatal, gangguan pencernaan, sakit kepala, hepatoksisitas,
hiperglikemia dan hiperurisemia

Catatan untuk penggunaan niasin : Niasin dalam bentuk sediaan extended-release


dikembangkan dalam formulasi untuk pemakaian sehari sekali saat waktu tidur dengan tujuan
mengurangi kejadian kulit menjadi kemerahan tanpa peningkatan risiko hepatotoksisitas.
Penggunaan aspiran atau obat-obatan anti inflamasi non steroid 30 menit sebelum
mengkonsumsi niasin dapat mengurangi reaksi kulit kemerahan.

 Jika muncul efek samping pada penggunaan obat golongan niasin berupa cutaneous
flushing dan rasa gatal, cara mengatasinya yaitu dengan pemberian aspirin 325 mg
sebelum penggunaanniasin.
 Konsumsi alkohol seharusnya dihindari saat pemberian niasin karena dapat memperjelas
flushing
 flushing dapat terjadi berulang ketika niasin digunakan bersama minuman panas (teh,
kopi) atau minuman beralkohol, serta dapat lebih terlihat di waktu awal terapi atau ketika
dosis niasin ditingkatkan.
 Umumnya efek samping flushing hilang setekah 1 – 2 minggu setelah penggunaan dosis
niasin yang stabil.Acanthosis nigricans dapat diatasi dengan menggunakan lotion atau
krim yang mengandung asam salisilat
 Cara lain untuk meminimalisir efek samping (Acanthosis nigricans) yaitu dengan
pemberian produk sustained release (pada beberapa pasien), akan tetapi, jenis sediaan
sustained release dapat mengganggu kesehatan hati dan harganya lebih mahal. Jika tidak
perlu, maka sediaan regular release harus diberikan terlabih dahulu
 efek samping berupa kulit kering dapat diatasi dengan menggunakan pelembab kulit.
 Penggunaan obat niasin setelah makan juga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya
efek samping berupa dyspepsia, mual, muntal, dan diare.
 Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa niasin dapat meningkatkan kadar asam
urat dan tidak untuk pasien dengan penyakit ulcer.
 Penggunaan obat niasin pada pasien diabetes harus secara hati-hati karena niacin-induced
insulin resistance dapat menyebabkan hiperglikemia berat pada pasien, sehingga kadar
glukosa darah pasien harus dimonitor tiap minggu

Golongan Inhibitor Absorpsi Kolesterol


N OBAT INFORMASI KEPADA PASIEN
O
1. Ezetimibe 1. Indikasi obat untuk menurunkan LDL dan
trigliserida serta meningkatkan HDL.
2. Wanita menyusui yang menggunakan terapi
kombinasi ezetimibe dan statin harus diberitahukan
untuk tidak menyusui bayi mereka. Pada wanita
menyusui, tidak diketahui apakah ezetimibe
dieksresikan melalui ASI, sedangkan statin dapat
dieksresikan melalui ASI. Statin memiliki potensi
untuk menyebabkan efek samping yang serius pada
bayi.
3. Ezetimibe berinteraksi dengan warfarin. Pasien
yang menggunakan terapi warfarin dianjurkan
untuk memonitor INR (International Normalized
Ratio).
 Penggunaan ezetimibe dengan obat golongan BARs perlu diperhatikan, karena
BARs dapat menghambat absorpsi dari ezetimibe.
 Keduanya tidak dapat di ko-administrasitkan. Keuntungan dari ezetimibe antara lain
yaitu jarang dapat menyebabkan reaksi alergi.
 Contoh obat ezetimibe adalah zetia.
 Zetiamerupakan tablet ezetimibe yang dapat digunakan kapan saja terlepas dari
waktu makan

Suplemen Minyak Ikan


N OBAT INFORMASI KEPADA PASIEN
O
1. Lovaza 1. Dosis sehari 4 gr/hari. Dapat diminum 4 x 1
EPA (Eicosapentaenoic kapsul/hari atau 2 x 2 kapsul/hari
acid) 465 mg dan asam 2. Menurunkan kolesterol, trigliserida, LDL, dan VLDL
dokosaheksanoat 375 serta meningkatkan HDL.
mg/1 kapsul (1 gr) 3. Pasien perlu diberitahu bahwa suplemen minyak ikan
memberikan interaksi adisi terhadap antikoagulan.
Sehingga pasien dengan terapi antikoagulan atau
antiplatelet waspada karena jumlah yang berlebihan
dari rantai panjang asam lemak omega-3 (lebih besar
dari 3 g sehari) dapat menyebabkan perdarahan dan
meningkatkan risiko stroke hemoragik.

Terapi Kombinasi
N OBAT INFORMASI KEPADA PASIEN
O
1. Ezetimibe dan statin Efek maksimum kombinasi ini terjadi dalam waktu 2-6
minggu. Pasien perlu diberikan edukasi terkait kepatuhan
penggunaan obat.
2. Fibrati dan statin Efek samping kombinasi dapat meningkatkan risiko
miopati. Dibutuhkan monitoring berkala dan edukasi
terhadap pasien untuk mengonsultasikan kepada dokter
terkait pergantian dosis atau pergantian terapi jika efek
samping mengganggu aktivitas sehari-hari.
3. Fibrat dan niasin Efek samping kombinasi dapat meningkatkan risiko
miopati. Dibutuhkan monitoring berkala dan edukasi
terhadap pasien untuk mengonsultasikan kepada dokter
terkait pergantian dosis atau pergantian terapi jika efek
samping mengganggu aktivitas sehari-hari.
4. Statin dan Resin 1. Efek samping terhadap GI.
2. Kemampuan penurunan trigliserida lebih rendah
dibandingkan terapi kombinasi resin dan ezetimibe.

Informasi Terkait Terapi Non Farmakologi


Intervensi gaya hidup untuk memperbaiki profil lipid
 Tujuan intervensi gaya hidup adalah untuk mengurangi kolesterol LDL, mengurangi
konsentrasi TG, dan meningkatkan kolesterol HDL.
 Intervensi gaya hidup dilakukan pada semua orang, dengan atau tanpa tambahan obat
penurun lipid, kecuali pada pasien risiko rendah dengan kolesterol LDL awal <100
mg/dL.
 Pasien risiko rendah ini hanya perlu diyakinkan agar tetap dalam keadaan risiko
rendah.
 Usaha yang dapat dilakukan antara lain mengurangi asupan asam lemak jenuh,
meningkatkan asupan serat, mengurangi asupan karbohidrat dan alkohol,
meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari, mengurangi berat badan berlebih dan
menghentikan kebiasaan merokok.

Tabel 1. Intervensi gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mengurangi kolesterol LDL,
kolesterol HDL dan TG.

Diet
Tujuan dari diet adalah untuk menurunnkan total lemak, lemak jenuh, dan kolesterol. Selain
itu diet juga bertujuan untuk mencapai berat badan yang diinginkan.

Tabel 2. Makronutrien yang disarankan untuk Therapeutic Lifestyle Change Diet

Komponen Jumlah asupan yang disarankan


Lemak total 25-35% dari total kalori

Lemak terjenuhkan <7% dari total kalori

Lemak tak jenuh ganda Hingga 10% dari total kalori

Lemak tak jenuh tunggal Hingga 20% dari total kalori

Karbohidrat* 50-60% dari total kalori

Kolesterol <200 mg/hari

Serat makanan 20-30 g/hari

Sterol tumbuhan 2 g/hari

Protein Sekitar 15% dari total kalori

Total kalori Untuk mencapai dan menjaga berat badan yang


diinginkan

Aktivitas Fisik
 Tujuan melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah mencapai berat badan ideal,
mengurangi risiko terjadinya sindrom metabolik, dan mengontrol faktor risiko PJK.
 Pengaruh aktivitas fisik terhadap parameter lipid terutama berupa penurunan TG dan
peningkatan kolesterol HDL.
 Olahraga aerobik dapat menurunkan konsentrasi TG sampai 20% dan meningkatkan
konsentrasi kolesterol HDL sampai 10%.
 olahraga resisten hanya menurunkan TG sebesar 5% tanpa pengaruh terhadap konsentrasi
HDL.
 Efek penurunan TG dari aktivitas fisik sangat tergantung pada konsentrasi TG awal,
tingkat aktivitas fisik, dan penurunan berat badan.
 Tanpa disertai diet dan penurunan berat badan, aktivitas fisik tidak berpengaruh terhadap
kolesterol total dan LDL.
 Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah aktivitas yang terukur seperti jalan cepat 30 menit
per hari selama 5 hari per minggu atau aktivitas lain setara dengan 4-7 kkal/menit atau 3-
6 METs.
 Beberapa jenis latihan fisik lainnya antara lain:
• Berjalan cepat (4,8-6,4 km per jam) selama 30-40 menit
• Berenang – selama 20 menit
• Bersepeda untuk kesenangan atau transportasi, jarak 8 km dalam 30 menit
• Bermain voli selama 45 menit
• Menyapu halaman selama 30 menit
• Menggunakan mesin pemotong rumput yang didorong selama 30 menit
• Membersihkan rumah (secara besar-besaran)
• Bermain basket selama 15 hingga 20 menit
• Bermain golf tanpa caddy (mengangkat peralatan golf sendiri)
• Berdansa selama 30 menit

Penurunan berat badan


 Untuk semua pasien dengan kelebihan berat badan hendaknya diusahakan untuk
mengurangi 10% berat badan.
 Walaupun ukuran antropometri lain seperti lingkar pinggang atau rasio pinggul
terhadap pinggang dapat menambah informasi, IMT sendiri adalah prediktor kuat
untuk mortalitas secara keseluruhan.
 Lingkar pinggang normal untuk Asia adalah <90 cm untuk pria dan <80 cm untuk
wanita.
Tabel 3 Klasifikasi IMT untuk populasi Asia dewasa.

Menghentikan kebiasaan merokok


 Menghentikan merokok dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL sebesar 5-
10%.70
 Merokok berhubungan dengan peningkatan konsentrasi TG tetapi menghentikan
merokok diragukan menyebabkan penurunan konsentrasi TG.
Diet Suplemen (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015)
a. Fitosterol
Fitosterol berkompetisi dengan absorbsi kolesterol di usus sehingga dapat
menurunkan konsentrasi kolesterol total. Secara alami, fitosterol banyak didapat dalam
minyak nabati dan, dalam jumlah lebih sedikit, dalam buah segar, kacang kenari, dan
kacang polong. Fitosterol sering ditemukan sebagai bahan tambahan pada minyak goreng
dan mentega. Konsumsi fitosterol sebagai diet suplemen menurunkan kolesterol LDL
sampai 15%. Asupan sebesar 2 gram/hari dianggap sebagai pilihan terapi untuk
menurunkan kolesterol LDL. Asupan lebih dari 3 gram per hari tidak menurunkan
konsentrasi kolesterol lebih lanjut. Sampai saat ini belum ada bukti penurunan risiko
kardiovaskular akibat konsumsi fitosterol. Fitosterol tidak atau sedikit berpengaruh
terhadap kolesterol HDL dan TG.
b. Protein Kedelai
Protein kedelai berhubungan dengan penurunan 3-5% kolesterol LDL. Sebagian
besar studi menggunakan asupan protein kedelai lebih dari 40 mg/hari. Sebuah studi
menunjukkan asupan 25 mg/hari berhubungan dengan penurunan kolesterol LDL sebesar
5 mg/dL.
c. Makanan kaya serat
Diet serat yang larut dalam air seperti kacang polong, sayuran, buah, dan sereal
mempunyai efek hipokolesterolemik. Diet serat yang larut dalam air sebanyak 5-10
gram/hari dapat menurunkan kolesterol LDL sebesar 5%. Anjuran diet serat yang larut
dalam air untuk menurunkan kolesterol LDL adalah 5-15 gram/hari.
d. PUFA Omega-3
Polyunsaturated fatty acid omega-3 adalah komponen yang ada dalam minyak
ikan atau diet mediterania. Asupan PUFA omega-3 yang berasal dari produk laut (seperti
minyak ikan) sebesar 4 gram sehari dilaporkan menurunkan konsentrasi TG 25-30%,
menurunkan konsentrasi kolesterol LDL 5-10%, dan menaikkan konsentrasi kolesterol
HDL sebesar 1-3%. Produk laut mengandung banyak PUFA omega-3 rantai panjang
seperti EPA dan DHA. Polyunsaturated fatty acid omega-3 yang berasal dari tanaman
seperti kedelai dan kenari mengandung asam linolenik alfa (PUFA rantai moderat) yang
tidak menurunkan konsentrasi TG secara konsisten. Dosis farmakologis untuk
menurunkan konsentrasi TG adalah >2 gram/ hari. Suplementasi PUFA omega-3 rantai
panjang dosis rendah (400 mg/hari) dalam margarin tidak menurunkan konsentrasi TG
secara bermakna. Faedah PUFA omega-3 terhadap mortalitas kardiovaskular
berdasarkan berbagai studi tidak konsisten walau satu studi di Jepang melaporkan terapi
EPA berhubungan dengan penurunan 19% kejadian kardiovaskular.
Informasi pada Pasien Perhatian Khusus
Geriatri
Informasi yang diperlukan pada saat penatalaksanaan terhadap geriatri meliputi :
 Perubahan komposisi tubuh, fungsi ginjal, fungsi fisiologis lainnya dapat
menyebabkan pasien geriatri rentan terhadap efek samping dari terapi obat penurun
lipid.
 Efek samping yang mungkin timbul karena penggunaan obat penurun lipid yaitu :
sembelit (penggunaan bile acid sequestrants), perubahan kulit dan mata (niasin), gout
(niasin), batu empedu (derivat asam fibrat), dan kelainan tulang/sendi (derivat asam
fibrat, statin).
 Untuk menghindari efek samping penggunaan obat, sebaiknya diberikan obat dari
dosis kecil menuju dosis yang dapat menurunkan konsentrasi kolesterol LDL yang
dikehendaki.
 Wanita geriatri dengan PJK berisiko terhadap osteoporosis, oleh karena itu perlu
terapi diet dengan pertimbangan asupan kalsium yang konsisten dengan pencegahan
osteoporosis, latihan, dan estrogen-replacement therapy.
 Berdasarkan bukti terbaru menunjukkan bahwa statin dapat mengurangi risiko
osteoporosis.
 Modifikasi gaya hidup tetap dilakukan dan dimonitor, karena pada pasien geriatri
biasanya lebih susah mengatur gaya hidup, gizi yang rendah, kesulitan mengubah pola
makan, dan kurangnya olahraga.
 Modifikasi gaya hidup bisa dilakukan dengan mengatur pola makan, mengurangi
konsumsi lemak, menambah konsumsi serat, olahraga teratur, serta menghentikan
konsumsi alkohl dan rokok.
 Modifikasi gaya hidup menjadi terapi lini pertama pada pasien dislipidemia kecuali
pada mereka yang mempunyai penyakit jantung koroner.
 Kepatuhan pasien harus dimonitor. Kepatuhan pasien terhadap terapi obat dapat
ditingkatkan dengan pemberian statin.
Wanita
Informasi tentang penatalaksanaan hyperlipidemia pada wanita meliputi :
 Pengobatan lini pertama pada wanita yang terkena hyperlipid yaitu dengan modifikasi
gaya hidup. Gaya hidup sehat yang harus diterapkan untuk mengurangi resiko
kardiovaskular pada wanita termasuk berhenti merokok, melakukan aktivitas fisik
intensitas sedang selama 30 menit tiap hari, dan mempertahankan berat badan.
 Penggunaan obat seperti niasin, fibrat, dan ezetimibe tunggal atau dikombinasikan
dengan statin tetap direkomendasikan pada wanita.
 Terapi hormon boleh dilanjutkan untuk gejala postmenopausal, kecuali hormone-
replacement therapy atau kardioprotektor.
 Terapi hormon estrogen dan progestin tidak boleh diberikan untuk mencegah penyakit
kardiovaskular pada wanita postmenopausal.
 Semua obat penurun lipid tidak boleh diberikan kepada wanita yang merencanakan
kehamilan, selama kehamilan dan menyusui.

Informasi penatalaksanaan pada wanita hamil meliputi :


 Pada wanita hamil, terjadi peningkatan kolesterol (30-40 mg/dL) dan trigliserida
(hingga 150 mg/dL).
 Terapi obat tidak dilakukan atau tidak dilanjutkan selama masa kehamilan. Terapi
utama yang diberikan yaitu pelaksanaan diet dengan pemeliharaan keseimbangan
nutrisi yang dibutuhkan pada masa kehamilan.
 Jika kondisi pasien berisiko tinggi, bisa dipertimbangkan untuk diberikan BAR karena
tidak ada risiko toksisitas sistemik.
 Statin termasuk kategori X yang mempunyai resiko tinggi terjadinya pengaruh buruk
terhadap janin yang bersifat ireversibel, sehingga obat ini kontraindikasi pada wanita
hamil.
 Ezetimib termasuk kategori C yang dapat memberikan pengaruh buruk terhadap janin
tanpa disertai malformasi anatomik karena efek farmakologik. Efek ini bersifat
reversibel sehingga ezetimid bisa menjadi alternatif bila tidak ada obat lain.
 Colestiramine termasuk kategori C yang dapat memberikan pengaruh buruk terhadap
janin tanpa disertai malformasi anatomik karena efek farmakologik. Efek ini bersifat
reversibel. Colestiramine tidak diserap setelah pemberian oral, tidak berbahaya bagi
janin. Namun, penurunan penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan zat gizi
lainnya serta efek dari konsentrasi lipid dapat berkurang, sehingga dapat menjadi
perhatian walaupun obat telah berhasil digunakan selama kehamilan. Colestiramine
dapat menjadi alternatif bila tidak ada obat lain, dan manfaat nya lebih besar daripada
efek samping.
o Wanita dengan kondisi khusus
Pada wanita dengan hipertrigliseridemia berat (trigliserida serum 0,500
mg/dL), risiko pankreatitis secara substansial meningkat. Terapi yang dianjurkan untuk
mengurangi trigliserida serum yaitu dengan modifikasi gaya hidup (olahraga dan
berhenti merokok yang dapat menurunkan resistensi insulin dan trigliserida), membatasi
asupan lemak jenuh, dan terapi farmakologis. Terapi farmakologi yang diberikan yaitu
fenofibrat dan omega-3 minyak ikan dosis tinggi. Gemfibrozil tidak harus
dikombinasikan dengan statin karena peningkatan risiko miopati dan rhabdomyolysis.
Pasien wanita dengan penyakit aterosklerotik kardiovaskular (sindrom
koroner akut atau riwayat revaskularisasi, stroke, serangan iskemik transien atau
penyakit arteri perifer, tanpa gagal jantung atau menerima hemodialisis). Pengobatan
yang diberikan yaitu dengan terapi statin dosis tinggi (atorvastatin 40-80 mg atau
rosuvastatin 20-40 mg).
Pasien wanita dengan tingkat kolesterol LDL 190 mg/dL harus diberikan
terapi dengan statin dosis tinggi karena pasien ini cenderung memiliki
hiperkolesterolemia familial.
Pasien dengan tipe 1 atau diabetes 2, berusia 40-75 tahun, dengan LDL-C 70-
189 mg/dL, dan tanpa penyakit aterosklerotik kardiovaskular harus diberikan terapi statin
dosis sedang (atorvastatin 10-20 mg, rosuvastatin 5- 10 mg, simvastatin 20-40 mg,
pravastatin 40-80 mg, lovastatin 40 mg, fluvastatin XL 80 mg, fluvastatin 40 mg dua kali
sehari, atau Pitavastatin 2-4 mg).
Pengobatan dengan statin tidak dianjurkan jika risiko penyakit kardiovaskular
aterosklerotik adalah 7,5% dan pasien 40-75 tahun dengan LDL-C dari 70-189 mg / dL
dan sebelumnya telah didiagnosis menderita diabetes mellitus atau CVD. Pasien dengan
memiliki risiko risiko penyakit kardiovaskular aterosklerotik melebihi 7,5%, maka
diberikan terapi statin dosis tinggi.
Pasien yang tidak toleran terhadap terapi statin karena myalgia, pertimbangan
yang dilakukan yaitu sementara menghentikan statin; mengevaluasi pasien meliputi
tiroid, ginjal, atau disfungsi hati; mengesampingkan polymyalgia rheumatica, miopati
terkait obat, defisiensi vitamin D, atau gangguan otot primer; dan kemudian kembali
menggunakan statin pada dosis yang lebih rendah atau beralih ke statin lain.
Anak
Penatalaksanaan pada anak sesuai batasan tingkat LDL :
 Batasan nilai kolesterol total, LDL, HDL, dan TG yang dapat diterima yaitu <170,
<110, ≥ 40 dan <150 mg%.
 Anak-anak dengan tingkat LDL <110 mg% harus menerapkan gaya hidup yang sehat.
 Anak-anak dengan tingkat LDL antara 110-129 mg% harus menerapkan diet langkah
I dan memodifikasi gaya hidup, serta melakukan cek profil lipid setiap 1 tahun. Terapi
farmakologi tidak diberikan.
 Anak-anak dengan tingkat LDL <130 mg% harus melakukan cek profil lipid setiap 1
tahun.
 Anak-anak dengan tingkat LDL > 130 mg% harus menerapkan diet langkah II dan
berbagai modifikasi gaya hidup, serta cek profil lipid dilakukan setiap 3-6 bulan.
Diberikan terapi farmakologi obat penurun lipid.
Informasi tentang penatalaksanaan hyperlipidemia pada anak meliputi :
• Terapi dibedakan dengan pasien dewasa.
• Terapi farmakologi pada anak-anak tidak direkomendasikan hingga usianya ≥ 10
tahun.
• Anak-anak biasanya dianjurkan untuk menjalankan terapi non farmakologi hingga
usianya 2 tahun.
• Bile acid sequestrant direkomendasikan sebagai terapi lini pertama pada anak-anak
karena dapat meminimalisasi risiko toksisitas sistemik.Cholestyramine hanya tersedia
dalam bentuk bubuk, dan colestipol dalam bentuk tablet dengan ukuran besar. Terkait
dengan efek samping gastrointestinal samping dan malabsorpsi vitamin yang larut
dalam lemak dan asam folat, penggunaan seskuestran harus diikuti dengan konsumsi
vitamin D dan asam folat.
• Statin telah terbukti aman dan efektif untuk anak dan dapat menurunkan lipid lebih
besar daripada BAR.
• Atorvastatin dan simvastatin. Pengobatan dengan atorvastatin dan simvastatin
diberikan untuk anak usia ≥ 10 tahun, sementara pravastatin digunakan untuk anak
diatas 8 tahun. Statin digunakan pada anak usia dibawah 10 tahun dengan LDL tinggi
dan faktor risiko yang kuat.
• Ezetimibe diberikan pada anak-anak di atas 10 tahun, dalam dosis 10 mg/hari.
Ezetimibe digunakan sebagai adjuvant untuk terapi statin.
• Untuk familial hiperkolesterolemia membutuhkan terapi yang lebih agresif.
• Sterol dan stanol dapat digunakan pada anak-anak dengan disertai pemantauan efek
penyerapan vitamin larut lemak. Secara umum, suplemen makanan tidak dianjurkan
pada anak-anak hiperlipidemia dengan monoterapi.
• Pengobatan pada anak-anak yang disarankan harus dimulai dari dosis rendah
kemudian meningkat secara bertahap jika diperlukan.Dosis awal penggunaan obat
rosuvastatin 5 mg, atorvastatin 10 mg dan simvastatin 20 mg/hari.
• Modifikasi gaya hidup dilakukan dengan melakukan olahraga atau aktivitas aerobik
selama 60 menit per hari, mengurangi aktivitas yang tidak menghasilkan banyak
gerak, seperti menonton tv, bermain games, identifikasi gangguan makan dan diterapi
dengan pelaksanaan diet, pemeliharaan berat badan.

Anak-anak pada usia minimal 2 tahun direkomendasikan untuk melakukan


pemeriksaan lipid, jika:
a. Salah satu atau kedua orangtua biologis memiliki riwayat hiperkolesterolemia atau
menerima terapi penurun lipid
b. Memiliki keluarga dengan riwayat premature ASCVD (Arteriosclerotic cardiovascular
disease) pada usia <55 tahun pada laki-laki dan <65 tahun untuk wanita
c. Riwayat keluarga tidak diketahui (misalnya pada anak adopsi)

Terapi yang diberikan pada anak diberikan berdasarkan tingkat LDL:


a. LDL <110 mg/dL
1) Menerapkan gaya hidup sehat
b. 110-129 mg/dL
1) Menerapkan diet langkah 1 dan memodifikasi gaya hidup
Diet langkah I : Direkomendasikan untuk semua anak-anak yang sehat, usia ≥ 2
tahun. Diet dilakukan dengan konsumsi lemak jenuh <10% kalori, lemak 30%
kalori, dan kolesterol <300 mg/hari. Diet didukung dengan konsumsi asam lemak
omega-3, dan makanan serat tinggi.
2) Pemeriksaan lipid setiap 1 tahun
3) Tidak diberikan terapi farmakologi
c. >130 mg/dL
1) Menerapkan diet langkah 2 dan memodifikasi gaya hidup
Diet langkah II dilakukan apabila diet langkah I yang sudah dilakukan tidak dapat
mencapai tingkat kolesterol yang diinginkan. Diet langkah II dilakukan dengan
konsumsi lemak jenuh <7% kalori dan kolesterol <200 mg/hari. Diet langkah II
tidak memiliki efek samping terhadap pertumbuhan, gizi anak selama 3 sampai 10
tahun.
2) Pemeriksaan lipid setiap 3-bulan
3) Diberikan terapi farmakologi penurun lipid

Monitoring Efek Terapi dan Efek Samping


Tujuan monitor pada pasien dislipidemia:
1. Mengecek Efektifitas Terapi
 Pada pasien yang baru didiagnosis mengalami dislipidemia maka perlu dilakukan
pengujian ulang kadar lemak lengkap untuk memastikan ketepatan pengukuran dan
mencegah bisa akibat makanan.
 Jarak antara pemeriksaan pertama dan kedua ini adalah 1-12 minggu. Setelah hasil
pemeriksaan keluar dan telah ditetapkan terapi maka pemeriksaan lemak lengkap
kembali dilakukan setelah 8-12 minggu karena efek terapi dari terapi dislipidemia
umumnya muncul pada 6-8 minggu setelah konsumsi pertama.
 Efektifitas terapi juga dipengaruhi oleh waktu minum obat dengan
memperhitungkan waktu paruh obat. Misalnya, Simvastatin dengan waktu paruh 2
jam harus dikonsumsi pada malam hari untuk menurunkan aktifitas metabolisme
kolesterol yang tinggi pada malam hari
 Pada saat pemeriksaan dilakukan penting untuk mengecek ketercapaian target baik
pada pasien tanpa penyakit lain maupun pasien dengan komplikasi. Untuk pasien
tanpa komplikasi target utama adalah penurunan LDL hingga mencapai kadar < 100
mg/dL.
 Target selanjutnya adalah penurunan kolesterol total yaitu < 200 mg/dL dan HDL
hingga masuk target 40-60 mg/dL
 Sedangkan pada pasien dengan komplikasi terutama diabetes mellitus dan penyakit
kardiovaskular atau penyakit jantung koroner maka target terapi disajikan pada tabel
di bawah ini

Tabel 4. Target Profil Lemak pada Pasien dengan Penyakit/Kondisi Tertentu


Penyakit/Kondisi Tertentu Target Utama Target Lanjutan
Diabetes Mellitus Kadar LDL < 100 mg/dL  Kadar Kolesterol Total <131 mg/dL
Resiko Tinggi CVD dan CHD Kadar LDL < 80 mg/dL  Kadar HDL > 38,6 mg/dL
(DM  Kadar TG < 150 mg/dL
dengan kerusakan organ, CKD
ringan dan berat, GFR < 60
Ml/menit/1,73 m2)
Resiko Sedang CVD dan CHD Kadar LDL <130 mg/dL
(riwayat keluarga, obesitas)
Resiko Ringan CVD dan CHD Kadar LDL <158 mg/dL

2. Memantau Kemunculan Efek Samping dan Kemungkinan Komplikasi


 Tabel di bawah ini menunjukkan golongan obat anti-dislipidemia dengan efek
terhadap kadar lemak LDL, HDL dan TG yang dapat dignakan sebagai
penentuan target pemeriksaan profil lemak.
Tabel 5. Golongan Obat Anti-Dislipidemia (Jellinger et al., 2012)

 Efek samping yang sering muncul pada pengobatan dislipidemia adalah


peningkatan kadarAST/ALT tanda yang bias apakah telah terjadi komplikasi
pada hati atau akibat efek samping obat  perlu dilakukan pengecekan kadar
AST/ALT pada 8 minggu setelah dimulainya terapi Statin atau pada saat
dilakukan peningkatan dosis (Reiner et al.,2011).
 Jika terjadi peningkatan kurang dari 3 kali rentang normal (AST = 10-40 mg/dL
dan ALT= 7-56 MG/dL) maka terapi dapat dilanjutkan dan dicek kembali
setelah 4-6 minggu. Namun jika kadar AST/ALT lebih dari 3 kali rentang
normal maka hentikan atau turunkan dosis Statin dan dicek kembali setelah 4-6
minggu (Reiner et al.,2011).
 Selain kadar AST/ALT, parameter CK (creatinine phosphokinase) juga
penting untuk dipantau karena dapat menunjukkan tanda-tanda komplikasi pada
organ terutama jantung dan otot (rhabdomiolisis).
 Kadar CK ini dicek di awal pengobatan dan jika hasilnya 5 kali lebih tinggi dari
kadar normal maka jangan mulai terapi terlebih dahulu dan lakukan
pemeriksaan ulang. Pemeriksaan rutin dari kadar CK ini tidak diperlukan
kecuali pada pasien yang mengalai efek samping myalgia (nyeri otot), pasien
lansia, pasien polifarmasi dan pasien penyakit hepar atau penyakit ginjal
 jika kadar CK 5 kali di atas batas aman adalah hentikan pengobatan dan cek
fungsi ginjal (eGFR dan serum kreatinin) dan cek CK setiap 2 minggu dan
analisa penyebab kenaikan. jika peningkatannya kurang dari 5 kali rentang
aman dengan atau tanpa gejala otot terapi Statin dapat dilanjutkan dengan
monitor ketat
 Monitor efek terapi dan efek samping lebih lanjut dilakukan untuk memonitor
terjadinya interaksi obat maupun potensi komplikasi.
 Hal yang perlu ditekankan pada pasien adalah bahwa Dislipidemia tidak bisa
disembuhkan dan harus tetap dilakukan pemeriksaan mengingat tidak adanya
gejala spesifik dari penyakit ini.
 Pengobatan farmakologi tidak akan optimal jika pasien tidak menjaga pola
makan dan aktifitas tubuh. Melalui monitor ini selanjutnya tenaga kesehatan
dapat melakukan tindak lanjut seperti penggantian terapi,
peningkatan/penurunan dosis, atau anjuran pemeriksaan laboratorium tertentu.

Anda mungkin juga menyukai