Anda di halaman 1dari 8

HIPERTENSI

Nomor Dokumen PU/SOP-12


/100.02.024.007/2018
SOP Nomor Revisi
Tanggal Terbit 1 Maret 2018
Halaman 1 dari 7
PUSKESMAS KEPALA PUSKESMAS
Nata Siswanto
LEMPAKE NIP. 197102003121004

1. Pengertian Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik


lebih dari ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg.

2. Tujuan Sebagai acuan petugas kesehatan dalam melakukan penanganan


hipertensi

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Lempake No.188.4/008/100.02.024.007/2018


tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Lempake
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 514 Tahun 2015
tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur 1. Pasien datang dengan keluhan seperti sakit/nyeri kepala, gelisah,
jantung berdebar-debar, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, atau
rasa sakit di dada. Keluhan tidak spesifik dapat berupa rasa tidak
nyaman kepala atau mudah lelah.
2. Petugas melakukan anamnesis berupa keluhan utama, keluhan
tambahan, lamanya sakit, pengobatan yang sudah dilakukan, riwayat
alergi obat, dan riwayat penyakit dahulu serta faktor resiko yang tidak
dapat dimodifikasi (umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi dan penyakit
kardiovaskuler dalam keluarga) dan faktor yang dapat dimodifikasi
seperti riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan), konsumsi
alkohol berlebihan, aktivitas fisik kurang, kebiasaan merokok, obesitas,
Dislipidemia, Diabetus Melitus, Psikososial dan stres.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik seperti keadaan umum pasien
terlihat sakit ringan sampai berat, tanda-tanda vital (tekanan darah
meningkat, nadi tidak normal). Pada pasien dengan hipertensi,
diperiksa status neurologis, akral, dan pemeriksaan fisik jantungnya
(JVP/tekanan vena jugularis, batas jantung, dan ronki).
4. Petugas kesehatan dapat merujuk ke petugas laboratorium untuk
melakukan pemeriksaan penunjang seperti urinalisis (proteinuri), tes
gula darah, tes kolesterol (profil lipid).

HIPERTENSI 1/7
5. Petugas menetapkan diagnosis penyakit hipertensi sesuai anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah berdasarkan Joint National


Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi stage -1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Hipertensi stage -2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

Committee VII (JNC VII)

6. Penatalaksanaan penyakit hipertensi (peningkatan tekanan darah)


dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup.

Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup

Rerata
Modifikasi Rekomendasi
Penurunan TDS

Penurunan berat Jaga berat badan ideal (IMT 5 – 20 mmHg/10


badan 18,5 – 24,9 kg/m2) kg

Dietary Diet kaya buah, sayuran, 8 – 14 mmHg


Approaches to produk rendah lemak dengan
Stop jumlah lemak total dan lemak
Hypertension jenuh yang rendah
(DASH)

Pembatasan Kurangi hingga <100 mmol per 2 – 8 mmHg


intake natrium hari (2.0 g natrium atau 6 5 g
natrium klorida atau 1 sendok
teh garam perhari)

Aktifitas fisik Aktivitas fisik aerobik yang 4 – 9 mmHg


aerobik teratur (mis: jalan cepat) 30

HIPERTENSI 2/7
menit sehari, hampir setiap
hari dalam seminggu

Pembatasan Laki-laki: dibatasi hingga < 2 2 – 4 mmHg


konsumsi alkohol kali per hari. Wanita dan orang
yang lebih kurus: Dibatasi
hingga <1 kali per hari

7. Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka


panjang. Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan
untuk mengoptimalkan hasil pengobatan.
Hipertensi tanpa compelling indication

 Hipertensi stage-1 dapat diberikan diuretik (furosemid 2x20-80


mg/hari), atau pemberian penghambat ACE (captopril 2x25-100
mg/hari), penghambat kanal kalsium (amlodipin 1x2,5-10 mg/hari).
 Hipertensi stage-2. Bila target terapi tidak tercapai setelah
observasi selama 2 minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat,
biasanya golongan diuretik, penghambat ACE atau penghambat
kanal kalsium.
 Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi
dari masing-masing antihipertensi di atas. Sebaiknya pilih obat
hipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali
sehari.
Hipertensi compelling indication (lihat tabel 3)

 Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau


ditambahkan obat lain sampai target tekanan darah tercapai
(kondisi untuk merujuk ke Spesialis).
Kondisi khusus lain

 Obesitas dan sindrom metabolik


Lingkar pinggang laki-laki >90 cm/perempuan >80 cm. Tolerasi
glukosa terganggu dengan GDP ≥ 110 mg/dl, tekanan darah
minimal 130/85 mmHg, trigliserida tinggi ≥150 mg/dl, kolesterol
HDL rendah <40 mg/dl (laki-laki) dan <50 mg/dl (perempuan)
Modifikasi gaya hidup yang intensif dengan terapi utama ACE,
pilihan penghambat kalsium.

HIPERTENSI 3/7
 Hipertrofi ventrikel kiri
Tatalaksana tekanan darah agresif termasuk penurunan berat
badan, restriksi asupan natrium dan terapi dengan semua kelas
antihipertensi kecuali vasodilator langsung, yaitu hidralazin dan
minoksidil.

 Penyakit Arteri Perifer


Semua kelas antihipertensi, tatalaksana faktor risiko dan
pemberian aspirin.

 Kehamilan
Golongan metildopa, penyekat reseptor β, penghambat kalsium,
vasodilator. Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak
boleh digunakan selama kehamilan.

Tabel 3. Hipertensi compelling indication

HIPERTENSI 4/7
Indikasi Obat yang direkomendasikan
Khusus
Diur Penyekat Pengham Antagonis Pengham Antago 8.
etik Beta (BB) bat ACE reseptor bat kanal nis K
(ACEi) AII (ARB) kalsium aldoste
(CCB) ron

Gagal
√ √ √ √ √
jantung

Pasca
infark
√ √ √
miokard
akut

Resiko
tinggi
√ √ √ √
penyakit
koroner

DM √ √ √ √

Penyakit
ginjal √ √
kronik

Pencega
han
√ √
stroke
berulang

omplikasi penyakit hipertensi dapat berupa hipertrofi ventrikel kiri,


proteinurea dan gangguan fungsi ginjal, aterosklerosis pembuluh
darah, retinopati, stroke atau TIA, infark myocard, angina pectoris,
serta gagal jantung.
9. Pasien dirujuk sesuai dengan kriteria rujukan yaitu hipertensi dengan
komplikasi, resistensi hipertensi, dan krisis hipertensi (hipertensi
emergensi dan urgensi) atau bila diperlukan pemeriksaan lanjutan
seperti ureum, kreatinin, funduskopi, EKG dan foto thoraks.
10. Petugas memberikan konseling, informasi, dan edukasi (KIE)
terhadap pasien dan keluarga berupa

HIPERTENSI 5/7
 Edukasi dan konseling tentang pola hidup sehat untuk mencegah
dan mengontrol hipertensi seperti: gizi seimbang dan pembatasan
gula, garam dan lemak (Dietary Approaches To Stop
Hypertension), mempertahankan berat badan dan lingkar
pinggang ideal, gaya hidup aktif/olah raga teratur, stop merokok.
dan membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum).
 Informasi dan edukasi tentang cara minum obat di rumah,
perbedaan antara obat-obatan yang harus diminum untuk jangka
panjang (misalnya untuk mengontrol tekanan darah) dan
pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya
untuk mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang
digunakan untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari.
Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga
kecukupan pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti
yang disarankan meskipun tak ada gejala.
 Pasien dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan
pengukuran kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin
secara teratur. Pemeriksaan komplikasi hipertensi dilakukan
setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.
11. Prognosis penyakit hipertensi umumnya bonam apabila terkontrol.

HIPERTENSI 6/7
6. Diagram Alir

Pasien dengan keluhan sakit/nyeri kepala, penglihatan kabur, atau rasa sakit di dada
Petugas melakukan anamnesis &
pemeriksaan fisk (TD ↑)

Pemeriksaan penunjang (bila


perlu)
urinalisis (proteinuri),
tes gula darah,
tes kolesterol (profil lipid),

Diagnosis HT

Modifikasi gaya hidup

Target tekanan darah tidak tercapai <140/90 mmHg, ATAU <130/80


mmHg pada pasien DM, penyakit ginjal kronik, memiliki > 3 faktor risiko,
ada penyakit tertentu

Target tekanan darah tercapai Target tekanan darah belum tercapai

KIE pasien dan keluarga oleh petugas Optimalkan dosis atau tambahkan obat antihipertensi lain.

Pasien Pulang Pasien dirujuk ke faskes lebih lanjut

HIPERTENSI 7/7
7. Unit Terkait a. Ruangan Pemeriksaan Umum
b. Ruangan Kesehatan Anak
c. Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut
d. Ruangan KIA
e. Pusban
f. UGD
g. Rawat Inap
8. Catatan
Revisi

HIPERTENSI 8/7

Anda mungkin juga menyukai