Anda di halaman 1dari 29

Pneumothorax

Pembimbing
dr. Apriludin, Sp.P, M.Kes

Siti H Nur Aissyah


1913020005
Anatomi

2
Definisi
⦁ Pneumothorax didefinisikan adanya udara yang
terdapat antara pleura visceralis dan cavum pleura.

Astowo, P. 2010. Pneumothoraks. Dalam:


Pulmonologi intervensi dan gawat darurat Nafas.
Swidarmoko B, Susanto AD, Editor. Jakarta :
Dep.Pulmonologi dan Ked. Respirasi 54-71
3
Epidemiologi
Pneumotoraks spontan primer sebagian
besar terjadi pada usia 20-30 tahun

Pneumotoraks spontan sekunder lebih


banyak terlihat pada pasien usia tua 60-
65 tahun
Rasio pria dan wanita adalah 3: 1

4
Faktor risiko pneumothorax spontan
primer
Merokok

Kehamilan

Sindrom Marfan

Pneumotoraks familial

5
Penyakit yang terkait dengan
pneumothorax spontan sekunder

HIV with
Necrotizing
COPD Asthma pneumocystis Tuberculosis
pneumonia
pneumonia

Idiopathic
Bronchogenic
Sarcoidosis Cystic fibrosis pulmonary Severe ARDS
carcinoma
fibrosis

Inhalational drug
Langerhans cell Lymphangioleio Collagen Thoracic
use like cocaine
histiocytosis myomatosis vascular disease
or marijuana
endometriosis

6
Etiologi
Iatrogenic Tension Traumatik
Pneumomediastinum
pneumothorax pneumothorax pneumothorax
• Pleural biopsy • Penetrating or blunt • Penetrating or blunt • Asthma
• Transbronchial lung trauma trauma • Parturition
biopsy • Rib fracture • Barotrauma due to • Emesis
• Transthoracic • Diving or flying positive pressure • Severe cough
pulmonary nodule ventilation • Traumatic disruption
biopsy • Percutaneous of oropharyngeal or
• Central venous tracheostomy esophageal mucosa
catheter insertion • Conversion of
• Tracheostomy spontaneous
• Intercostal nerve pneumothorax to
block tension
• Positive pressure • Open pneumothorax
ventilation

7
Klasifikasi
Menurut Penyebabnya

Pneumothorax Spontan Pneumothorax Traumatik

Pneumothorax Primer Pneumothorax Sekunder

Pneumothorax yang terjadi secara Pneumothorax yang terjadi dengan


tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya didasari oleh riwayat penyakit paru
atau tanpa penyakit dasar yang jelas. yang telah dimiliki sebelumnya,
Lebih sering pada laki-laki muda sehat tersering pada pasien bronkhitis dan
dibandingkan wanita. Timbul akibat emfisema yang mengalami ruptur
ruptur bulla kecil (12 cm) subpleural, emfisema subpleura atau bulla
terutama dibagian puncak paru
8
Pneumothorax Traumatik Pneumothorax traumatik iatrogenik

Pneumothorax yang terjadi akibat


adanya suatu trauma, baik trauma
Pneumothorax Traumatik
penetrasi maupun bukan yang Iatrogenik Aksidental
menyebabkan robeknya pleura, dinding • Suatu pneumothorax yang terjadi
dada maupun paru akibat tindakan medis karena
kesalahan atau komplikasi dari
tindakan tersebut, misalnya pada
parasentesis dada, biopsi pleura
Pneumothorax traumatik non-iatrogenik
Pneumothorax Traumatik
Pneumothorax yang terjadi karena jejas Iatrogenik Artifisial
kecelakaan, misalnya jejas pada dinding • Suatu pneumothorax yang sengaja
dada, barotrauma. dilakukan dengan cara mengisikan
udara ke dalam cavum pleura.

9
Berdasarkan jenis fistulanya :

Pneumothorax Tertutup (Close Pneumothorax


• Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas
terbuka pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan
dunia luar

Pneumothorax Terbuka (Open Pneumothorax)


• Pneumothorax dimana terdapat hubungan antara czvum pleura
dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat
luka terbuka pada dada)

Pneumothorax Ventil (Tension Pneumothorax)

10
Berdasarkan derajat kolaps :

Pneumothorax Parsialis, yaitu pneumothorax


yang menekan pada sebagian kecil paru (<50%
volume paru).

Pneumothorax Totalis, yaitu pneumothorax


yang mengenai sebagian besar paru (>50%
volume paru).

11
Patofisiologi
Open pneumothorax
• Open pneumothorax inkomplit, pada saat
inspirasi udara luar akan masuk ke dalam
kavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat
mengembang karena tekanan intrapleural
tidak negatif  Efeknya akan terjadi
hiperekspansi cavum pleura yang menekan
mediastinal ke sisi paru yang sehat  Saat
ekspirasi mediastinal bergerser kemediastinal
yang sehat. Terjadilah mediastinal flutter.

• Open pneumothorax komplit maka saat


inspirasi dapat terjadi hiperekspansi cavum
pleura mendesak mediastinal kearah yang
sehat  saat ekspirasi udara terjebak pada
cavum pleura dan paru karena luka yang
bersifat katup tertutup  terjadilah
penekanan vena cava, shunting udara ke paru
yang sehat, dan obstruksi jalan nafas. 12
Patofisiologi
Pneumothorax spontan  karena lemahnya dinding alveolus dan pleura visceralis.
Apabila dinding alveolus dan pleura visceralis yang lemah ini pecah  maka akan
ada fistel yang menyebabkan udara masuk ke cavum pleura.
Mekanismenya pada saat inpirasi rongga dada mengembang, disertai pengembangan cavum
pleura  menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang seperti balon yang dihisap.
Pengembangan paru menyebabkan tekanan intraalveolar menjadi negatif  udara luar masuk.
Pneumothorax spontan, paru-paru kolaps, udara inspirasi bocor masuk ke cavum pleura
sehingga tekanan intrapleura tidak negatif.

Pada saat ekspirasi mediastinal ke sisi yang sehat dan kembali lagi ke posisi semula. Proses yang
terjadi ini dikenal dengan mediastinal flutter.

13
• Terjadinya hiperekspansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-shock
atau shock dikenal dengan simple pneumothorax. Berkumpulnya udara
pada cavum pleura dengan tidak adanya hubungan dengan lingkungan
luar dikenal dengan closed pneumothorax.

• Pada saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan balik secara maksimal karena
elastic recoil dari kerja alveoli tidak bekerja sempurna.

• Akibatnya bila proses ini semakin berlanjut, hiperekspansi cavum pleura pada saat
inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak
pada paru dan cavum pleura karena luka yang bersifat katup tertutup terjadilah
penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas.

• Akibatnya dapat timbullah gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena
cava. Kejadian ini dikenal dengan tension pneumothorax.

14
Diagnosis ANAMNESIS

Gejala umum seperti :


• Nyeri dada
• Sesak nafas
• Batuk batuk
• Denyut jantung meningkat
• Kulit mungkin tampak sianosis
• Tidak bergejala

Adanya riwayat pneumothorax

15
PEMERIKSAAN FISIK

Diagnosis
⦁ Inspeksi :
Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiperekspansi pada dada), pada waktu respirasi, bagian yang
sakit gerakannya tertinggal, trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat, deviasi trakea, SIC yang melebar.
⦁ Palpasi :
Pada sisi yang sakit, SIC dapat normal atau melebar, iktus jantung terdorong ke sisi thoraks yang sehat, fremitus
suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit.
⦁ Perkusi :
Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani, batas jantung terdorong kearah thoraks yang sehat,
apabila tekanan intrapleural tinggi, pada tingkat yang berat terdapat gangguan respirasi sianosis, gangguan
vaskuler syok.
⦁ Auskustasi :
Pada bagian yang sakit, suara nafas melemah sampai menghilang, suara vocal melemah dan tidak menggetar
serta bronkofoni negatif.
16
PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Diagnosis
⦁ Foto rontgen kasus pneumothorax antara lain :
 Bagian pneumothorax akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak
garis-garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak
membentuk garis, akan tetapi berentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
 Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang
berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali.
Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak nafas yang
dikeluhkan.
 Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostalis
melebar, diafragma mendatar dan tertekan kebawah. Apabila ada pendorongan
jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi
pneumothorax ventil dengan tekanan intrapleura yang tinggi. 17
Diagnosis

18
Diagnosis

19
Diagnosis
Abdominal
CT Scan sonography for trauma USG
(E-FAST) 
• Pada pemeriksaan • Merupakan alat • Sensitivitas dan
CT-scan diagnostik terbaru spesifisitas dapat
pneumotoraks untuk pnemothorax bervariasi
tension didapatkan
adanya kolaps paru,
udara di rongga
pleura, dan deviasi
dari struktur
mediastinum.

20
Diagnosis banding
⦁ Aspiration, bacterial or viral pneumonia
⦁ Acute aortic dissection
⦁ Myocardial infarction
⦁ Pulmonary embolism
⦁ Acute pericarditis
⦁ Esophageal spasm
⦁ Esophageal rupture
⦁ Rib fracture
⦁ Diaphragmatic injuries

21
Tatalaksana

Pemberian Oksigen
• Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga
pleura telah menutup, maka udara yang berada didalam
rongga pleura tersebut akan diresorbsi.
• Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberikan
tambahan O2. Observasi dilakukan dalam beberapa hari
dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama
2 hari. Tindakan ini terutama ditujukan untuk
pneumotoraks tertutup dan terbuka.

22
Tatalaksana
Tindakan dekompresi

Chest Aspirasi
jarum
tube 23
Tatalaksana

Torakoskopi

Torakotomi

Tindakan Bedah

24
Pengobatan Tambahan
⦁ Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan
tambahan ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya :
terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronkhitis
dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan
bronkodilator
⦁ Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat
⦁ Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan
bedah dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi
insidensi komplikasi, seperti emfisema

25
Komplikasi
⦁ Pneumomediastinum
⦁ Emfisema subkutan
⦁ Piopneumothorax
⦁ Pneumothorax kronik
⦁ Hidro-pneumothorax
⦁ Pneumopericardium
⦁ Pneumoperitoneum
⦁ Cardiac arrest
⦁ Infeksi akibat tindakan

26
Prognosis
⦁ PSP dapat hilang sendiri tanpa intervensi besar
⦁ Rekurensi dapat terjadi hingga 3 tahun periode
⦁ Tingkat kekambuhan dalam lima tahun sebesar 30%
untuk PSP dan 43 % untuk SSP.

27
Daftar pustaka
⦁ Abidin, Z, dkk. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter. Jakarta :
Kementrian kesehatan RI; 2014.
⦁ Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya : Airlangga University Press; 2009. p. 162-179
⦁ Astowo, P. 2010. Pneumothoraks. Dalam: Pulmonologi intervensi
dan gawat darurat nafas. Swidarmoko B, Susanto AD, Editor.
Jakarta : Dep. Pulmonologi dan Ked. Respirasi 54-71
⦁ Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus,
Simadibrata. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 1063.

28
Terimakasih

29

Anda mungkin juga menyukai