Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Fertilitas (kesuburan) adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak
hidup oleh suami yang mampu menghamilinya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang
sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Berdasarkan definisi diatas maka
dapatlah dimengerti bahwa untuk menghasilkan keturunan, penilaian terhadap kesuburan tidak
hanya dilakukan sepihak, namun kedua belah pihak. Baik itu dari istri maupun suami.

Terjadinya suatu konsepsi membutuhkan berfungsinya berbagai sistem fisiologik secara


memadai pada kedua pasangan. Infertilitas (ketidaksuburan) dapat terjadi akibat suatu defisiensi
mayor (misalnya penyumbatan tuba) atau berbagai defisiensi minor. Sebelum dan sesudahnya
tidak seorangpun tahu, apakah pasangan itu fertil atau tidak. Riwayat fertilitas sebelumnya sama
sekali tidak menjamin fertilitas di kemudian hari, baik pada pasangan itu sendiri, maupun
berlainan pasangan. Disebut infertilitas primer kalau istri belum pernah hamil walaupun
bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Disebut
infertilitas sekunder kalau istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi
walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.

Mengingat sangat kompleksnya proses reproduksi, sungguh mengherankan bahwa 80 %


pasangan mencapai konsepsi dalam waktu satu tahun. Lebih tepatnya, 25 % mengalami konsepsi
dalam bulan pertama, 60 % dalam 6 bulan, 75 % pada 9 bulan dan 90 % pada 18 bulan. Laju
konsepsi bulanan yang terus menurun yang diperlihatkan oleh angka-angka ini kemungkinan
besar mencerminkan rentang spektrum fertilitas dari pasangan yang sangat subur hingga
pasangan dengan infertilitas relatif.

Infertilitas dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:

1. Faktor laki laki (produksi sperma cacat, kesulitan inseminasi), 30 40 %.

2. Faktor ovulasi, 5 25 %.
3. Faktor tuba atau uterus, 15 25 %.

4. Faktor serviks / imunologik, 5 10 %.

5. Tidak dapat dijelaskan setelah investigasi, 10 25 %.

Pada seperempat kasus diyakini terdapat lebih dari satu faktor yang terlibat.

Diantara pelbagai faktor penyebab tersebut ada yang bisa dicegah dan diobati. Karena itu,
pemeriksaan dini kesehatan reproduksi bagi pria dan wanita perlu dalam upaya mendapatkan
keturunan.

Dari latar belakang diatas, maka dapat diketahui bahwa fertilitas dipengaruhi oleh banyak faktor.
Investigasi dan evaluasi sebaiknya dilakukan untuk mengetahui etiologi dan menyingkirkan
kemungkinan-kemungkinan lain. Hysterosalpingografi merupakan salah satunya. Dengan
pemeriksaan radiologis yang menggunakan bahan kontras ini dapat ditegakkan diagnosa
infertilitas karena adanya kelainan pada tuba fallopii atau uterus.

I.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapatlah ditarik suatu pokok permasalahan yaitu bagaimana cara
menegakkan diagnosa infertilitas dengan pemeriksaan Hysterosalpingografi.

I.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan Hysterosalpingografi pada
infertilitas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Suatu pasangan mungkin akan mengalami kesulitan mendapatkan keturunan apabila selama
setahun berhubungan badan secara normal tanpa kontrasepsi tetapi tidak terjadi kehamilan.
Infertilitas (ketidaksuburan) bisa berasal dari suami, istri atau kedua-duanya. Fertilitas sendiri
mengandung arti kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh
suami yang mampu menghamilkannya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup
menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Dengan demikian tidak ada istilah fertilitas
pria, fertilitas wanita, infertilitas pria, ataupun infertilitas wanita mengingat fertilitas dan
infertilitas itu merupakan kemampuan sepasang suami istri sebagai satu kesatuan biologik.

Konsepsi membutuhkan penjajaran gamet pria dan wanita pada stadium pematangannya yang
optimal, diikuti dengan pemindahan konseptus ke rongga rahim pada saat endometrium dapat
memberi sokongan terhadap kelanjutan perkembangannya dan implantasi. Agar peristiwa ini
terjadi, sistem reproduksi pria dan wanita secara anatomik dan secara fisiologi harus utuh, dan
koitus harus cukup sering dilakukan agar air mani dapat diendapkan dalam selang waktu yang
dekat dengan pelepasan oosit dari folikel. Sekalipun pembuahan terjadi, lebih dari 40 % embrio
yang dihasilkannya bersifat abnormal dan tidak berkembang atau tidak dapat hidup sesaat setelah
implantasi. Karena itu tidak mengherankan bila 10 sampai 15 % pasangan mengalami infertilitas.

Faktor faktor yang mungkin mempengaruhi infertilitas pasangan sangat bergantung pada
keadaan lokal, populasi yang di investigasi, dan prosedur rujukan. Analisis yang dilaporkan oleh
beberapa klinik yang meliputi jumlah pasien yang banyak dalam dua dekade lalu adalah sebagai
berikut:

1. Faktor laki laki (produksi sperma cacat, kesulitan inseminasi), 30 40 %.

2. Faktor ovulasi, 5 25 %.

3. Faktor tuba atau uterus, 15 25 %.

4. Faktor serviks / imunologik, 5 10 %.

5. Tidak dapat dijelaskan setelah investigasi, 10 25 %.

Pada seperempat kasus diyakini terdapat lebih dari satu faktor yang terlibat.
Pendapat lain juga menjelaskan berbagai macam faktor yang mempengaruhi infertilitas:

A. Infertilitas wanita

Banyak wanita yang masa suburnya tidak teratur. Ketidakteraturan ini merupakan
faktor infertilitas yang sering terjadi pada wanita.
Pengeluaran telur yang tidak teratur dipengaruhi hormon, terdapat perlengketan
jaringan dalam rongga di sekitar indung telur atau di dalam tuba fallopi atau akibat
adanya infeksi.
Selain itu ada juga Endometriosis, yaitu jaringan rahim endometrium keluar
menyeberang saluran indung telur dan bebas berkeliaran di luar rahim; di rongga
perut, dipinggul dsb. Endometriosis gejala klinisnya disertai rasa sakit dan akan timbul
bila daya tahan tubuh wanita menurun.
Kelainan fungsi reproduksi wanita seperti ada tumor di kandungan,
ketidakseimbangan hormon wanita
Infeksi yang dikenal dengan istilah TORCH, yaitu Toksoplasma (parasit yang biasa
menumpang hidup pada hewan piaraan seperti kucing, anjing, burung), Rubella,
Citomegalo-virus, Herpes dan jamur, yang kesemuanya bisa menggagalkan
kehamilan.

B. Infertilitas pria

Pada pria terjadi jumlah sperma yang sedikit dan sperma tidak dapat berlari
menembus sel telur.
Adanya sumbatan saluran sperma dan infeksi secara tidak langsung dapat
menyebabkan gangguan kesuburan pria.
Adanya kerusakan organ tubuh bagian dalam akibat kecelakaan atau berolahraga.
Impotensi dan komplikasi atau efek samping suatu penyakit seperti diabetes, tumor
testis, atau kanker.
Kelainan genetik dan kerusakan pada testis yang disebabkan virus atau bahan kimia di
lingkungan sekitar.

Untuk menyingkirkan berbagai etiologi yang mempengaruhi infertilitas, maka perlu dilakukan
berbagai investigasi pada pasangan yang mengeluh sulit untuk memperoleh keturunan. Setiap
pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan. Itu berarti kalau istri saja yang
diperiksa sedangkan suami tidak diperiksa maka pasangan itu tidak diperiksa.

Adapun syarat syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai berikut:

1. Istri yang berumur antara 20 30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk
mendapat anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila :

a. pernah mengalami keguguran berulang


b. diketahui mengidap kelainan endokrin
c. pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut; dan
d. pernah mengalami bedah ginekologik

2. Istri yang berumur antara 31 35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama
pasangan itu datang ke dokter.
3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36 40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan
infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.
4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggota
pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri atau anaknya.

Berikut adalah pemeriksaan yang dilakukan pada pasangan infertil:

Pemeriksaan infertilitas seharusnya mengikutsertakan kedua pasangan dan selalu


dimulai dengan riwayat medis secara lengkap dan riwayat reproduksi (misal paparan
terhadap penyakit kelamin, masalah menstruasi, gangguan ereksi). Kemudian
dilakukan pemeriksaan darah untuk meneliti ketidakseimbangan hormon tertentu.
Tahap selanjutnya biasanya analisa cairan semen karena bila didalam semen tidak
terdapat sperma, maka tidak diperlukan lagi pemeriksaan pada wanita. Cairan yang
akan diperiksa sebaiknya dikumpulkan kedalam tabung plastik setelah 3 hari tidak
berhubungan badan dan diperiksa dalam beberapa jam setelah dikumpulkan. Cairan
semen yang normal seharusnya terkumpul dalam jumlah yang cukup (3 ml),
mengandung sperma yang cukup (lebih dari 20 juta per ml) dan sebagian besar (50
%) harus dalam keadaan aktif dan selalu bergerak.
Apabila hasil pemeriksaan semen normal, kemudian dilakukan pemeriksaan untuk
memastikan apakah wanita tersebut menghasilkan sel telur (ovulasi) dan memeriksa
apakah tuba fallopii tersumbat.
Pemeriksaan ovulasi meliputi :

Memeriksa suhu badan melalui mulut setiap pagi waktu bangun tidur dan
mencatatnya dalam suatu grafik khusus (tanda ovulasi apabila terjadi sedikit
kenaikan suhu badan pada pertengahan siklus haid).
Memeriksa perubahan cairan leher rahim.
Memeriksa kadar hormon tertentu dalam darah.
Memeriksa indung telur dengan ultrasonografi pada masa ovulasi.
Sumbatan pada tuba fallopii bisa diketahui dengan cara menyuntikkan zat
pewarna khusus kedalam rahim (uterus). Dengan alat sinar X atau dengan
peralatan laparoskop (yang dimasukkan melaui dinding perut untuk
memeriksa isi rongga perut), maka bisa dilihat aliran zat pewarna tersebut
melalui rahim dan keluar dari tuba.

Untuk melihat apakah cairan leher rahim dari wanita tersebut bersifat melawan
sperma, maka perlu pemeriksaan sesudah hubungan badan (post-coital) pada saat
mendekati masa ovulasi. Cairan leher rahim diambil dalam 6 jam setelah
berhubungan badan dan diperiksa dibawah mikroskop. Pada keadaan normal, bisa
terlihat sejumlah sperma yang bergerak aktif. Pengobatan pada infertilitas berupa
pengenalan dan perbaikan dari penyebab dasar infertilitas. Mungkin diperlukan obat
untuk memacu ovulasi. Tindakan bedah bisa dilakukan untuk menghilangkan
penyumbatan tuba. Infeksi pelvis, endometriosis dan ketidakseimbangan hormon
akan memerlukan pengobatan yang khusus. Cara pembuahan in-vitro (bayi tabung)
dan inseminasi buatan mungkin merupakan pilihan yang terbaik bagi pasangan.
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Deskripsi

Pemeriksaan Hysterosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan X-ray dari tuba fallopii dan uterus
dengan menggunakan kontras yang diinjeksikan melalui cervik uteri. Pada kasus infertilitas
pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosa ada atau tidaknya sumbatan pada salah satu atau
kedua tuba fallopii yang dapat menghambat penyatuan sperma dan sel telur. Disamping itu, HSG
juga dapat memberikan gambaran dari cavum uteri dan mendeteksi adanya abnormalitas uterus
yang juga dapat menyebabkan infertilitas atau keguguran yang berulang. Kadang pemeriksaan
ini dilakukan untuk mendiagnosa penyebab nyeri pelvis yang berasal dari dalam uterus atau
memberikan informasi keberhasilan operasi tuba beberapa minggu atau bulan pasca operasi.

Biasanya, HSG dilakukan 2 5 hari setelah menstruasi berakhir dan sebelum ovulasi untuk
memastikan bahwa pasien tidak dalam keadaan hamil saat prosedur dilakukan. Suatu penelitian
terbatas menyatakan bahwa fertilitas meningkat setelah HSG dilakukan dengan kontras minyak.
Hipotesis tersebut menyatakan bahwa setelah pemberian, adhesi berkurang, fungsi cavum uteri
meningkat, mucus menghilang dan kemampuan otot polos meningkat. Hal ini menyatakan
bahwa HSG dapat mempunyai aplikasi terapi. Tapi, kebanyakan HSG dilakukan hanya untuk
tujuan diagnostik karena efek terapeutiknya yang masih kontroversial.

III.2 Bahan Kontras

Pada tahun-tahun yang terakhir ini dipakai juga bahan kontras lipiodol ultrafluid untuk
pemeriksaan HSG. Bahan kontras ini juga dipakai untuk limfografi, sialografi, fistulografi dan
untuk saluran-saluran yang halus misalnya saluran air mata.

Kekurangan lipiodol ialah bahwa resorpsi kembali berlangsung lama sekali jika kontras ini
masuk ke dalam rongga peritoneum. Sekarang oleh ahli radiologi di Indonesia lebih banyak di
pakai bahan kontras cair dalam air. Penggunaan urografin 60 % (meglumin diatrizoate 60 % atau
sodium diatrizoate 10 %). Bahan kontras ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang
memuaskan dan mudah masuk kedalam tuba dan menimbulkan pelimpahan kontras kedalam
rongga peritoneum dengan segera.

Lipiodol ultrafluid :
urografin 60% (meglumin diatrizoate 60% atau sodium diatrizoate 10%)
hipaque 50% (sodium diatrizoate)
endografin (meglumine iodipamide)
diaginol viscous (sodium acetrizoate plus dextran)
Salpix (sodium acetrizoate plus polyvinyl pyrolidone)
isopaque (metrizoate)

III.3 Indikasi HSG

Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam bidang ginekologi, yaitu :

1. Sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba.


2. Untuk menentukan apakah IUD (Intra Uterine Device) masih ada dalam cavum uteri.
3. Pada perdarahan pervaginam sedikit, misalnya yang disebabkan mioma uteri, polip
endometrium, adenomatorus.
4. Abortus habitualis dalam trimester II, dengan HSG dapat diketahui lebar dan konfigurasi
uteri internum.
5. Kelainan bawaan uterus atau adhesi bila kanalis servisis dan cavum uteri yang dapat
menyebabkan abortus.
6. Tumor maligna cavum uteri.

III.4 Kontra Indikasi HSG

1. Proses inflamasi yang akut pada abdomen.


2. Hamil muda, karena bahaya terjadinya abortus.
3. Perdarahan pervaginam yang berat.
4. Setelah curettage atau dilatasi kanalis servisis.
5. Penyakit ginjal dan jantung yang lanjut
III.5 Komplikasi HSG

Umumnya komplikasi HSG hanya ringan saja. Keluhan utama ialah rasa nyeri pada waktu
pemeriksaan dilakukan. Rasa nyeri ini akan hilang sendiri dalam beberapa jam. Kadang-kadang
timbul keadaan pra-renjatan (pre-shock) karena pasien sensitiv terhadap kontras.

III.6 Prosedur Pelaksanaan

Sebelum pemeriksaan dilaksanaan, tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat :

Alergi terhadap bahan X-ray, obat obatan atau makanan.


Asma
Sedang dalam terapi
Kelainan perdarahan

Jika pasien mempunyai infeksi pelvis, sebaiknya diberikan antibiotik sebelum tes dilakukan.

Prosedur :

Pasien diminta membuka pakaian dan berbaring pada meja pemeriksaan


Kemudian pemeriksa, dapat ahli radiology atau ginekolog akan memasukkan speculum
kedalam vagina, menempatkan sebuah tabung kedalam servik, lalu kontras di injeksikan
kedalam uterus
Kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii dan akhirnya akan tumpah memenuhi
cavum pelvis disekeliling uterus dan tuba
Beberapa foto akan diambil selama pemeriksaan berlangsung
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fluoroskopi.
TEKNIK PEMERIKSAAN HSG MENGGUNAKAN CATETER

Pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan, bagian bokong diberi alas kain steril
Pasien diposisikan lithotomi, daerah vulva dibersihkan dengan betadine
Speculum dimasukkan ke dalam vagina secara perlahan
Cervix dibersihkan menggunakan kassa steril dan betadine
Sonde uterus digunakan untuk mengetahui arah fleksi dan dalamnya cavum uteri
Cateter yang digunakan adalah polycateter yang mempunyai dua cabang pada
pangkalnya, satu untuk memasukkan udara sehingga menahan bahan kontras agar tidak
keluar, cabang yang kedua untuk memasukkan bahan kontras.
Poly cateter dimasukkan perlahan sampai canalis cervikalis, balon dikembangkan dengan
mengisi udara sebanyak 1,5 cc. kemudian cateter ditarik untuk memastikan balon telah
menatap dan sempurna.pada saat memasukkan cateter dibantu dengan alat cocor bebek
dan lampu sorot
Setelah cateter fix, speculum vagina dilepas perlahan-lahan
Kaki pasien diluruskan dan pasien digeser perlahan ke arah cranial (pertengahan meja)
Fluoroscopy pada bagian pelvis, sambil memasukkan bahan kontras yang telah terisi
didalam spuit 10 cc
Bahan kontras dimasukkan kira-kira 3 cc sampai terlihat spill sehingga dapat terlihat
cavum uteri, dan menentukan apakah kedua tuba uterine terisi bahan kontras atau belum,
jika tidak terlihat maka tambahkan lagi bahan kontras 1 cc
Setelah terlihat spill maka balon cateter dikempiskan dan cateter dilepaskan perlahan-
lahan lalu di ekspos
III.7 Teknik radiografi

1. Antero Posterior
Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua tungkai lurus, pervis
rapatpada meja pemeriksaan, kedua tangan diatas kepala, meja pemeriksaan
diposisikan trendelenberg
Kaset ukuran : 18X24 cm dipasang melintang
Bahan kontras : disuntikkan 2-5 cc
CR : pada symphisis pubis, lalu di eksposi

2. Posisi Oblique kearah kanan


Posisi pasien : supine, tungkai kanan lurus, panggul bagian kiri diangkat kira-
kira 45, panggul bagian kanan merapat ke meja pemeriksaan, kedua tangan di atas
kepala, meja dalam keadaan trendelenberg.
Kaset ukuran : 18X24 cm dipasang melintang
CR : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dan sympisis pubis
bagian kanan.
3. Posisi Obliqu e ke arah kiri
Posisi pasien : supine, tungkai bawah kiri lurus, panggul bagian kanan diangkat
kira-kira 45, panggul bagian kiri merapat ke meja pemeriksaan, kedua tangan diatas
kepala, posisi meja trendelenberg.
Kaset ukuran : 18X24 cm diletakkan melintang
CR : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dengan sympisis pubis

Pembersihan bahan kontras, posisi sama dengan plan foto

III.8 Gambar dan Kriteria Gambar


1. Antero Posterior View
Criteria gambar yang tampak adalah tampak pengisian bahan kontras kedalam tuba
fallopi, tampak gambaran corpus uteri dan spill pada peritoneal cavity ( rongga
peritoneal ).
2. Posisi Oblique ke arah kanan
Criteria gambar yang tampak adalah tampak pada pengisian bahan kontras pada
cavum uteri, tuba uterine, dan spill pada rongga peritoneum.
3. Posisi Oblique ke arah kiri
Criteria gambar yang tampak adalah tampak pengisian bahan kontras pada cavum
uteri, tuba uterus bagian kanan dan kiri serta spill di sekitar fimbrae..

III.9 Efek Samping

Hal-hal yang mungkin timbul setelah pemeriksaan Hysterosalpingografi antara lain:

1. Bercak darah pervaginal selama beberapa hari


2. Nyeri atau rasa kram yang moderat mungkin dapat timbul beberapa jam setelah beberapa
jam post pemeriksaan
3. Demam atau nyeri yang persisten dapat merupakan indikasi berkembangnya infeksi.
Gejala-gejala ini sebaiknya dilaporkan kepada dokter jika menetap lebih dari beberapa
jam.
4. Pemakain semprot, sanggama, atau tampon vagina sebaiknya ditunda hingga 48 jam
setelah prosedur.
BAB IV

KESIMPULAN

Fertilitas (kesuburan ) adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan
melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi infertilitas antara lain :
Faktor laki-laki (produksi sperm cacat, kesulitan inseminasi), 30 40 %
Faktor ovulasi, 5 25 %
Faktor tuba atau uterus, 15 25 %
Faktor serviks / imunlogik, 5 10 %
Tidak dapat dijelaskan setelah investigasi, 10 25 %

Untuk mengetahui etiologi infertilitas pada satu pasangan, sebaiknya dilakukan


investigasi dan evaluasi agar diagnosa dapat ditegakkan.
Berbagai macam tes dan pemeriksaan dapat dilakukan untuk mengetahui etiologi dari
infertilitas, salah satunya adalah dengan Hysterosalpingofrafi (HSG).
Hysterosalpingografi adalah pemeriksaan X-ray dari tuba fallopii dan uterus dengan
menggunakan kontras yang diinjeksikan melalui servik uteri. Pada kasus infertilitas
pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosa ada atau tidaknya sumbatan pada salah satu
atau kedua tuba fallopii -yang dapat menghambat penyatuan sperma dan sel telur. Disamping
itu, HSG juga dapat memberikan gambaran dari cavum uteri dan mendeteksi adanya
abnormalitas uterus yang juga dapat menyebabkan infertilitas dan keguguran berulang.
DAFTAR PUSTAKA

Abington Reproductive Medicine.Com, 2002, Hysterosalpingography

David E. Meldrum, 1995, Infertilitas, Essensial Obstetri dan ginekologi, Ed. 2, Hal 598 610,

Hipokrates

Derek Llwellyn Jones, 1995, Infertilitas, Dasar dasar obstetrik dan ginekologi, Ed. 6, Hal 234

238, Hipokrates

EcureMe.Com, 2003, Hysterosalpingogram

Gani Ilyas & Sudarmo Saleh Purwohudoyo, 2000, Sistem reproduksi wanita, Radiologi

Diagnostik FKUI, Gaya baru, Jakarta

Infokes.Com, 2000, Kemandulan, Infokes.Com Edisi Senin, 16 Oktober 2000

Kompas-Online.Com, 2002, Pelbagai penyebab kemandulan, Kompas-Online Edisi Jumat, 28

Juni 2002

Suradji Sumapraja, 1997, Infertilitas, Ilmu Kandungan, Ed. 2, Hal 496 533, Hal 309 321,

Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai

  • Administrasi Kue Ibu
    Administrasi Kue Ibu
    Dokumen20 halaman
    Administrasi Kue Ibu
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Perdarahan Kehamilan Muda
    Perdarahan Kehamilan Muda
    Dokumen17 halaman
    Perdarahan Kehamilan Muda
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat Mata
    Cover Referat Mata
    Dokumen1 halaman
    Cover Referat Mata
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat Mata
    Cover Referat Mata
    Dokumen1 halaman
    Cover Referat Mata
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Proposal Kegiatan Seminar
    Proposal Kegiatan Seminar
    Dokumen20 halaman
    Proposal Kegiatan Seminar
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Dokumen2 halaman
    Cover Referat
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • 1 Cover LPM Kel 1
    1 Cover LPM Kel 1
    Dokumen1 halaman
    1 Cover LPM Kel 1
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • ABORTUS SPONTAN DAN KOMPLIKASINYA
    ABORTUS SPONTAN DAN KOMPLIKASINYA
    Dokumen17 halaman
    ABORTUS SPONTAN DAN KOMPLIKASINYA
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Sayang
    Sayang
    Dokumen3 halaman
    Sayang
    Hilma
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Rumah Sehat
    Kuesioner Rumah Sehat
    Dokumen1 halaman
    Kuesioner Rumah Sehat
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Cover Skabies
    Cover Skabies
    Dokumen1 halaman
    Cover Skabies
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat Mata
    Cover Referat Mata
    Dokumen1 halaman
    Cover Referat Mata
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • 2015 Kueeee
    2015 Kueeee
    Dokumen1 halaman
    2015 Kueeee
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Myasthenia Gravis Pada Mata Referat
    Myasthenia Gravis Pada Mata Referat
    Dokumen1 halaman
    Myasthenia Gravis Pada Mata Referat
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan KB
    Penyuluhan KB
    Dokumen17 halaman
    Penyuluhan KB
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Dema
    Jurnal Dema
    Dokumen16 halaman
    Jurnal Dema
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan KB
    Penyuluhan KB
    Dokumen17 halaman
    Penyuluhan KB
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Refer at
    Refer at
    Dokumen22 halaman
    Refer at
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Struk Tur
    Struk Tur
    Dokumen1 halaman
    Struk Tur
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mandiri Endokrin Skenario 1
    Tugas Mandiri Endokrin Skenario 1
    Dokumen74 halaman
    Tugas Mandiri Endokrin Skenario 1
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Rontgen Bnoivp
    Rontgen Bnoivp
    Dokumen42 halaman
    Rontgen Bnoivp
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mandiri Endokrin Skenario 1
    Tugas Mandiri Endokrin Skenario 1
    Dokumen74 halaman
    Tugas Mandiri Endokrin Skenario 1
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Campak Virus
    Campak Virus
    Dokumen9 halaman
    Campak Virus
    Arisya Hanifah Nurazkiyah
    Belum ada peringkat
  • Swot
    Swot
    Dokumen2 halaman
    Swot
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Dehidrasi 2
    Dehidrasi 2
    Dokumen16 halaman
    Dehidrasi 2
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Rontgen Bnoivp
    Rontgen Bnoivp
    Dokumen42 halaman
    Rontgen Bnoivp
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Dehidrasi 1
    Dehidrasi 1
    Dokumen28 halaman
    Dehidrasi 1
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Dakwah Agama
    Dakwah Agama
    Dokumen4 halaman
    Dakwah Agama
    Anonymous Hic7yE7I8I
    Belum ada peringkat
  • Campak Virus
    Campak Virus
    Dokumen9 halaman
    Campak Virus
    Arisya Hanifah Nurazkiyah
    Belum ada peringkat
  • PEMERIKSAAN RADIOLOGI - Refrat
    PEMERIKSAAN RADIOLOGI - Refrat
    Dokumen8 halaman
    PEMERIKSAAN RADIOLOGI - Refrat
    Nugroho Akbar
    Belum ada peringkat