6. TIK. Memahami mengenai mineral : Natrium (Na), Kalium (K), dan Klorida (Cl)
TIU. 6.1.Menjelaskan sumber-sumber dan kebutuhan mineral : Natrium (Na),
Kalium (K), Klorida (Cl) dan Kalsium (Ca)
6.2. Menjelaskan peranan mineral Natrium (Na), Kalium (K), Klorida (Cl) dan
Kalsium (Ca) sebagai ko-faktor dalam reaksi enzim
6.3. Menjelaskan penyakit bila kelebihan dan kekurangan mineral (Na, K, Cl)
dalam tubuh
6.4. Menjelaskan absorbsi, transport, distribusi, sekresi mineral : Natrium
(Na), Kalium (K), Klorida (Cl) dan Kalsium (Ca)
Definisi cairan
Cairan : bahan yang langsung mengalir secara alamiah, bukan padat atau gas.
1.2. Menjelaskan Klasifikasi larutan dan cairan
Macam-macam larutan
Berdasarkan kepekatan :
Larutan encer : Larutan yang mengandung
relatif sedikit solute (zat yang dilarutkan) dalam larutan
Larutan pekat : Larutan yang mengandung
banyak solute(zat yang dilarutkan) dalam larutan
Larutan jenuh : Larutan dimana ada
keseimbangan antara solute padat dan solute dalam
larutan
Larutan tak jenuh : Larutan yang
mengandung jumlah solute yang kurang dari larutan
jenuh
1. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, dibedakan
atas :
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang
kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah
menjadi ion-ion (alpha = 1)
b. Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan
harga derajat ionisasi sebesar: 0 < alpha < 1
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
2. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik,
karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak
berion).
Larutan ideal yaitu larutan yang memenuhi Hukum Roult. Pada larutan ideal tidak
terjadi penyerapan atau pelepasan kalor pada saat pencampuran larutan
Larutan tak ideal yaitu larutan yang tidak memenuhi hukum Roult. Larutan tak
ideal ini dapat dibagi dua yaitu:
a. Larutan yang mengalami pelepasan kalor pada saat pencampuran sehingga
merupakan larutan yang mengalami penyimpangan positif dari hukum Roult
b. Larutan yang mengalami penyerapan kalor pada saat pencampuran yang
menghasilkan penyimpangan negatif dari hukum Roult.
b. Cairan Ekstrasel : Cairan yang terdapat diluar sel tubuh. Cairan ekstrasel terdiri :
Cairan intersisium atau cairan antar-sel, yang berada diantara sel-sel.
Cairan intravaskuler, yang berada dalam pembuluh darah yang merupakan
bagian air dari plasma darah.
Cairan transeluler, yang berada dalam rongga-rongga khusus, misalnya cairan
otak (likuor serebrospinal), bola mata, sendi.
Cairan ekstrasel berperan sebagai:
- Pengantar semua keperluan sel (nutrient,oksigen,berbagai ion, dan regulator
hormon)
- Pengangkut C , sisa metabolisme, bahan toksik atau bahan yang telah
mengalami detoksifikasi dari sekitar lingkungan sel.
Contoh : Na sebagai kation, klorida sebagai anion
Fungsi Larutan :
Secara umum larutan berfungsi untuk membentuk suatu zat baru antara solut(zat yang
dilarutkan) dan solvent(zat pelarut)
Fungsi Cairan :
a. Mengatur suhu tubuh
Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik.
d. Kulit
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam
tubuh berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit
akibat pengaruh suhu udara dari luar tubuh.
f. Pernafasan
Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dalam
bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar
tubuh. Hal ini dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka
akan terlihat cairan berupa embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca.
h. Pemulihan penyakit
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai
berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.
Larutan padat cair adalah campuran heterogen antara padat dan cair.
a. Senyawa yang terdiri dari kation berikut umumnya mudah larut dalam air, yaitu :
Li+, Na+, K+, NH4+
b. Senyawa yang terdiri dari anion berikut umumnya mudah larut dalam air, yaitu :
NO3-, ClO3-, CH3COO-, Cl-, Br-, I- (kecuali dengan Ag+, Pb+2, Hg+22, SO4=
( kecuali dengan Pb+2,Sr+2,dan Ba+2)
c. Semua senyawa yang tidak terdiri dari ion-ion pada I dan II umumnya sulit
larut/tidak larut dalam air.
Faktor faktornya :
1. Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya
garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio
petit.
3. Temperatur
- Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat
tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya
membutuhkan panas.
- Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak
larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses
kelarutannya menghasilkan panas.
Contoh : KOH dan K2SO4
Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya
HCl atau NH3 dalam air.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Komponen tunggal
terbesar dari tubuh adalah air. Air adalah pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh
baik dalam bentuk suspensi maupun larutan.
Cairan interstitium : cairan yang berada di antara sel-sel sebesar 30% dari
cairan tubuh total atau 18% dari berat badan orang dewasa.
Cairan intravaskular : yang berada di dalam pembuluh darah sebesar 10%
dari cairan tubuh total atau sekitar 6% dari berat badan orang dewasa
Cairan transelular : yang berada di dalam rongga-rongga khusus seperti
caran otak, cairan sendir dan cairan gastriontestinal.
Presentase dari berat air dibanding dengan berat badan total disebut Air Tubuh Total
( TBW, total body water), bervariasi menurut :
1. umur,
2. jenis kelamin,
3. dan kandungan lemak tubuh.
Air membentuk sekitar 60% dari berat badan seorang pria dewasa dan sekitar
50% dari berat badat seorang wanita.
Jaringan otot memiliki kandungan air paling tinggi dibandingkan jaringan lemak,
oleh karena itu orang gemuk mempunyai TBW relatif kecil dari berat badannya
dibandingkan dengan orang kurus.
a. Pada bayi baru lahir komponen air sekitar 75% dari beret badan totalnya.
b. Pada pria dewasa kira-kira 40% berat badannya
1. Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular : sodium (Na +),
sedangkan kation utama dalam cairan intraselular : potassium (K+).
Suatu sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa
keluar sodium dan potassium ini.
2. Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular : klorida (Cl -) dan
bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan
intraselular : ion fosfat (PO43-).
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam
tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga
meningkat.
Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss)
juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
- Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui
kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak
dapat disadari (insensible water loss, IWL).
- Besarnya IWL dipengaruhi :
a. suhu lingkungan
Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah
dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit. Umumnya, akan kehilangan cairan
sebanyak 700 ml/jam
Orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka
dapat kehilangan cairan sebanyak lima liter sehari melalui keringat.
sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat
kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
b. Tingkat metabolisme,
c. Usia.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makenan tidak seimbang, tubuh berusaha memecah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.
Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
dari sel atau jaringan yang rusak (mis. Luka robek, atau luka bakar).
Pasien yang menderita diare mengalami peningkatan kebutuhan cairan
akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal.
Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena
kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan
cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban
cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi ini dapat menyebabkan edema
paru.
Urine dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk menyeimbangkan
cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila
asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan
menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat.
Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan
produksi urine dengan berbagi cara. Peningkatan reabsorpsi tubulus,
retensi natrium dan pelepasan renin.
Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan
regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis, gagal
ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 400 ml/
24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam)
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapa menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.
Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunaan diuretik
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh.
9. Pembedahan
Pasien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa pasien dapat kehilangan banyak darah
selama perode operasi, sedangkan beberapa pasien lainya mengalami kelebihan
beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan
atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.
1. Dehidrasi isotonik
Dehidrasi ini tidak menyebabkan terjadi perubahan konsentrasi elektrolit darah. Hal
ini terjadi bila kadar natrium dalam plasma 130-150 mEq/l.
2. Dehidrasi hipotonik
Dehidrasi ini terjadi bila konsentasi elektrolit darah menurun. Hal ini terjadi bila
kadar natrium dalam plasma kurang dari 130 mEq/l. Dehidrasi jenis ini juga disebut
sebagai dehidrasi hiponatremia.
3. Dehidrasi hipertonik
Dehidrasi ini terjadi bila konsentasi elektrolit darah naik, biasanya disertai dengan
rasa haus dan gejala neorologi. Hal ini terjadi bila kadar natrium dalam plasma lebih
dari 150 mEq/l . dehidrasi jenis ini juga disebut sebagai dehidrasi hipernatremia.
2. Dehidrasi sedang
Dehidrasi ini terjadi bila tubuh kehilangan cairan diantara 5-10% berat badan.
3. Dehidrasi berat
Dehidrasi ini terjadi bila tubuh kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.
1. Kulit, misalnya banyak berkeringat pada udara panas, demam, luka bakar, dan
sebagainya.
2. Traktus digestivus, misalnya melalui muntah-muntah, diare, fistel,dan lain-lain.
3. Traktur urinarius, misalnya diabetes insipidus, diabetes melitus.
4. Paru-paru, misalnya hiperventilasi
5. Pembuluh darah, misalnya pendarahan.
Dehidrasi adalah keadaan dimana berkurangnya volume air tanpa elektrolit (natrium)
atau berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya natrium dari cairan ekstrasel.
Dibandingkan orang dewasa, bayi dan balita lebih rentan mengalami dehidrasi atau
kekurangan cairan. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar air dalam tubuh ,tingginya
metabolisme dan imaturitas ginjal.
Diare
Pada saat mengalami diare, anak kerap kehilangan nafsu makan dan seringkali tidak
mau minum. Akibatnya, cairan yang masuk dan keluar dari tubuh tidak seimbang.
Tak hanya itu, sejumlah mineral penting, seperti sodium, potasium, dan klorida juga
ikut terbuang.
Pneumonia
Bayi atau balita yang mengalami pneumonia atau radang paru-paru biasanya
Mengenali gejala dehidrasi pada anak, baik yang ringan, sedang maupun yang berat
bisa membantu dalam mengevaluasi tingkat dehidrasi pada anak. Serta merupakan
langkah preventif terhadap dehidrasi.Berikut merupakan gejala dehidrasi:
Dehidrasi Ringan
Pada dehidrasi ringan jarang terjadi gejala yang signifikan pada anak,
sehingga biasanya anak baru merasakan kondisi patologis dehidrasi pada tahapan
dehidrasi sedang. Pada tahapan dehidrasi ringan tubuh juga kehilangan cairan
mencapai 5% berat badan. Serta perkiraan defisit cairan berikar antara 30-50mL/kg
sehingga dianjurkan agar anak banyak minum air sehingga tidak berlanjut pada
dehidrasi sedang.
Dehidrasi Sedang
Pada dehidrasi sedang sudah terlihat tanda patologis pada anak, sehingga
terjadi perubahan kondisi fisik yang signifikan, diantaranya :
Tidak bergairah, lemas dan selalu mengantuk, seperti; hanya tergolek di tempat
tidur tanpa aktivitas yang berarti.
Perkiraan defisit cairan 60-90 mL/kg
Dehidrasi Berat
Pada dehidrasi berat tubuh kehilangan cairan > 10% berat badan. Selain itu pada
tahapan ini keadaan anak juga semakin kritis sehingga dibutuhkan perawatan intensif
serta dibutuhkan terapi rehidrasi parenteral melaui infus. Berikut merupakan gejala
dehidrasi berat:
- Kesadaran anak menurun, napas jadi cepat dan denyut jantung meningkat.
- Hilang kesadaran. Hal ini karena cairan yang sangat dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh berkurang, maka seluruh sistem kerja organ tubuh menjadi
terganggu dan otak tidak berfungsi secara sempurna.
- Pengeluaran cairan makin tidak sebanding dengan kebutuhan tubuh, yakni bisa
mencapai 200-250 cc/kg BB dalam sehari. Kondisi ini membuat berat badan anak
turun secara drastis, yaitu lebih dari 10% BB asalnya.
- Tangan dan kaki yang dingin dan lembab
- Ketidakmampuan untuk minum
- Hilangnya keelastisan tubuh secara keseluruhan
- Jika menangis tidak ada air mata
- Lapisan lendir yang sangat kering pada mulut
- Berkuranganya volume air seni
5.3 Menjelaskan Penanganan Dehidrasi pada Anak
Dehidrasi sering dikategorikan berdasarkan osmolaritasnya (Gangguan distribusi
air dalam tubuh) dan tingkatan kekurangan cairan, yang dapat membantu dalam
menentukan terapi cairan yang akan diberikan.
Berdasarkan kadar sodium serum, kebanyakan anak-anak mengalami :
a. dehidrasi isotonik (130-150 mEq/L),
b. dehidrasi hipertonik (lebih dari 150 mEq/L)
c. dehidrasi hipotonik (kurang dari 130 mEq/L).
Tingkat keparahan dehidrasi ditentukan dari jumlah cairan tubuh yang hilang atau
presentase kehilangan berat badan, sehingga dehidrasi :
a. ringan (kurang dari 50 mL/kg, atau kurang dari 5%),
b. sedang (50-100 mL/kg, atau 5 -10%),
c. dan berat (100 mL/kg, atau lebih dari 10%).
Menentukan derajat dehidrasi dibutuhkan untuk menentukan pengobatan mana yang
sesuai, selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik pada anak,urin dan berat badan.
Dehidrasi diatasi dengan pemberian cairan yang jumlahnya dihitung sebagai berikut:
6. TIK. Memahami tentang Mineral ; Natrium (Na), Kalium (K) dan Klorida (Cl)
1. Natrium (Na)
Sumber : garam dapur, roti, keju, ketan, tiram, biskuit, gandum, wortel, lobak,
bayam, kol, telur, kerang.
Kadar normal : 135 mEq / L
Fungsi : kation utama dalam cairan ekstrasel, mempertahankan tekanan
osmotik, cairan tubuh, preservasi iritabilitas normal otot dan permeabilitas sel.
Kelebihan : Hipernatremia
Kekurangan : Hiponatremia, penyakit addison, berat badan menurun.
Eksresi : keringat (20-50 mEq/L), urine (5-35 mg), feses (20-50 mg), kulit (25
mg).
Absorpsi : mudah diserap oleh ileum, pada tubulus proksimal (dipengaruhi
oleh hormon aldosteron, norepinefrin, angiotensin II), lengkung henle
(kotranspor NaCl), dan lengkung henle (kotranspor Na Cl).
Distribusi Natrium dalam tubuh
2. Kalium (K)
Sumber : jeruk, pisang, hati sapi, daging sapi, brokoli, ayam, daging anak
kerbau.
Kadar normal : 3,5 5 mEq / L
Fungsi : kation utama dalam cairan intrasel, mempengaruhi keseimbangan
asam basa dan tekanan osmotik, penting untuk metabolisme, penting dalam
biosintesis protein, penting pada fungsi saraf dan otot.
Kelebihan : hiperkalemia
Kekurangan : hipokalemia
3. Klorida (Cl)
Sumber : garam dapur
Kadar normal : 96 - 106 mEq / L
Fungsi : anion utama cairan ekstraseluler, menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit, mengatur tekanan osmotik, peranan khusus dalam darah karena
fungsinya pada pergeseran klorida, membentuk asam hidroklorida dalam getah
lambung.
Kelebihan : hiperkloremik
Kekurangan : hipokloremik
Eksresi : tergantung oleh natrium, jika tubuh banyak kehilangan natrium,
tubuh pun akan kehilangan klor. Tetapi, klor juga dapat lebih banyak hilang
pada saat kehilangan cairan lambung oleh muntah-muntah atau pada obstruksi
pilorus atau duodenum
Distribusi klorida dalam tubuh
Etiologi Hiponatremia
Asupan makanan
- rendahnya kadar Na di makanan kurang dari 135 mEq/L
- asupan air yang berlebihan : mengakibatkan pengenceran cairan ekstrasel
- anoreksia nervosa
- pemberian infus Dekstrosa 5 % yang berkepanjangan
Keluarnya natrium dari saluran pencernaan
- muntah, diare, aspirasi dari saluran cerna
- operasi saluran cerna
- bulimia
- kehilangan potassium
Keluarnya natrium dari ginjal
- gangguan tubulus ginjal : tidak respon terhadap ADH pengeluaran Na, Cl dan
air
- diuretik
Pengaruh hormon
- ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dari tubulus distal cairan
ekstraselular menjadi lebih banyak mengandung air kadar Na berkurang
- Penurunan hormon adreno-kortikal : penyakit kelenjar adrenal (Addison)
produksi hormon adreno-kortikal berkurang pengeluaran Na dan retensi K
Kalium (K) merupakan kation terbanyak di dalam sel tubuh, sebanyak 90 % terdapat
di cairan intrasel dan 2-3 % terdapat di cairan ekstrasel. Kadar K di dalam sel 150 mEq
dan di cairan ekstrasel 3,5 5,3 mEq.
Fungsi kalium di dalam tubuh :
Aktivitas neuromuskular
- transmisi dan konduksi impuls syaraf
- kontraksi otot rangka, otot polos dan jantung
Etiologi Hipokalemia
Asupan makanan
- rendahnya kadar K di makanan kurang dari 3.5 mEq/L
- malnutrisi, kelaparan, diet yang tidak seimbang
- anoreksia nervosa
- alkoholisme
Keluarnya kalium dari saluran pencernaan
- muntah, diare, aspirasi dari saluran cerna
- operasi saluran cerna, fistula saluran cerna
- bulimia
Keluarnya kalium dari ginjal
- fase diuresis (poliuria) gagal ginjal akut
- diuretik, terutama diuretik yang tidak hemat kalium
- hemodialisis, peritoneal dialisis
Pengaruh hormon
- penggunaan steroid, terutama kortison dan aldosteron dapat meningkatkan ekskresi
kalium dan retensi natrium
- stress, menyebabkan peningkatan produksi steroid di dalam tubuh
- penggunaan licorice (mengandung asam gliserat) yang berlebihan, memiliki efek
seperti aldosteron
Gangguan fungsi selular
- trauma, kerusakan jaringan, luka bakar, operasi
- menyebabkan banyak kalium yang dilepaskan ke dalam cairan intra vaskular
Redistribusi kalium
- alkalosis metabolik, menarik kalium masuk ke dalam sel
- insulin, menarik glukosa dan kalium ke dalam sel
Behrman R.E. et al (1999), Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15, ab.A.Samik Wahab,
Jakarta, EGC.
Ganong, WF, (2007), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 21,ab. M. Djauhari
Widjajakusumah, Jakarta, EGC.
http://ekajayaartikel.blogspot.com/2009/10/cairan
http://emedicine.medscape.com/article/906999-overview
http://habibiezone.wordpress.com/2009/12/07/tata-cara-makan-menurut-islam
http://www.scribd.com/doc/17059905/Cairan-Dan-Elektrolit-Dalam-Tubuh-Manusia-dan-elektrolit-
tubuh.html)
http://zaifbio.wordpress.com/2009/02/01/%E2%80%9Cvitamin-mineral-dan-air%E2%80%9D/
Martin D.W. et al (1985), Biokimia Harper edisi 20,ab. I. Darmawan, Jakarta, EGC.
Murray, K Robert , Daryl K Granner, Peter A Mayes. 2003. Biokimia Harper Ed.25. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson (2005), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi
6,ab. Huriawati Hartanto, Jakarta, EGC.
Sherwood, Lauralee (2001), Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2, Jakarta, EGC.
Sudoyo, W Aru, Bambang setiyohadi, Idrus Alwi. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.5 .
Jakarta : Interna Publishing
www.blogdokter.net/2009/06/20/dehidrasi/