Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

GLAUKOMA AKUT

Disusun Oleh:
Aurista Oktavina Auw 112019101
Maria Aprilla Weking 112019008
Vilda Anastasia 112019054

Pembimbing:
Dr Werlinson Tobing, SpM

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA JAKARTA
PERIODE 25 NOVEMBER – 28 DESEMBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No 6, Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/ Tanggal Ujian / Presentasi: Selasa 17 Desember 2019
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN, JAKARTA

Nama : Aurista, Maria, Vilda


NIM : 112019101, 112019008, 112019054
Dokter : dr. Werlinson Tobing, SpM Tanda Tangan:

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 54 tahun
Alamat : Jl. Kp. Bayawak, Tangerang, RT 07 RW 022, No 44
Pekerjaan : Lain-lain
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan Alloanamnesis dari anak pasien
Diambil pada : tanggal 14 Desember 2019, pukul 10.00
Keluhan Utama : Nyeri mata kiri, disertai merah, dan buram mendadak sejak 1
bulan yang lalu
Keluhan Tambahan : Pasien merasakan nyeri hebat sampai sakit kepala, muntah, dan
berkeringat

2
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pada tanggal 11 Desember 2019, pasien perempuan usia 54 tahun datang ke Poliklinik
Mata mengeluh nyeri pada mata kirinya disertai mata merah dan penglihatan buram sejak 1
bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri pada matanya disertai dengan nyeri kepala
hebat hingga pasien muntah dan berkeringat. Pasien juga mengatakan melihat pelangi bila
melihat ke arah lampu.
Sebelumnya, ia pernah datang ke rumah sakit lain untuk berobat dan diberikan obat
Cendo Timol 0,5%, Cendo Carpin 2%, Cendo Xitrol, asetazolamid, dan asam mefenamat,
tetapi pasien mengeluh tidak ada perbaikan dari penyakitnya.
Pada tanggal 12 Desember 2019, pasien datang kembali ke Poliklinik Mata untuk
dilakukan trabeculectomy. Pada tanggal 14 Desember 2019 pasien datang ke Poliklinik Mata
untuk kontrol post opeasi.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Keluhan yang ia
rasakan baru pertama kali, kira-kira 1 bulan yang lalu. Riwayat diabetes melitus disangkal.
Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit serupa dengan pasien.
C. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD 137/86, HR 78x/menit, RR 20x/menit
Kepala : Tidak ada hubungan
Leher : Tidak ada hubungan
Paru-paru : Tidak ada hubungan
Jantung : Tidak ada hubungan
Abdomen : Tidak ada hubungan
Ekstremitas : Tidak ada hubungan

3
D. STATUS OPHTALMOLOGIS
OD OS

OD PEMERIKSAAN OS

20/20 Visus 0,25/60

Koreksi
Tidak dilakukan Addisi Tidak dilakukan

Gerak bola mata : Gerak bola mata :


Tidak dilakukan Bulbus Oculi Baik
Enopthalmus (-) Enopthalmus (-)
Exopthalmus (-) Exopthalmus (-)
Strabismus (-) Strabismus (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Trikiasis (-) Palpebra Trikiasis (-)
Blefarospasme (-) Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-) Lagopthalmus (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Pseudoptosis (-) Pseudoptosis (-)

4
Edem (-) Edem (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-) Conjunctiva Injeksi siliar (-)
Bangunan patologis (-) Bangunan patologis (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Hiperemis (-) Sclera Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Bulat (+) Bulat (+)
Edem (-) Kornea Edem (+)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Arcus senilis (-) Arcus senilis (-)
Kedalaman : cukup Kedalaman: dangkal
Hipopion (-) Camera Oculi Hipopion (-)
Hifema (-) Anterior Hifema (-)

Kripta (-) Kripta (-)


Warna : coklat Iris Warna: coklat
Edema (-) Edema (-)
Sinekia (-) Sinekia (-)
Atrofi (-) Atrofi (-)

Reguler, bulat Reguler, bulat


Letak: ditengah Pupil Letak : ditengah
Diameter: 3 mm Diameter: 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+) Refleks pupil L/TL : (-)

5
Letak : ditengah Letak : ditengah
Warna : jernih Lensa Warna : keruh
Shadow test ( - ) Shadow test (- )

Fundus Okuli

Refleks fundus
Ratio arteri : vena
C/D ratio
Makula lutea
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina
Eksudat
Perdarahan

Normal Tekanan Intra Okuler 50,6 mmHg


Tonometri digital
TIdak dilakukan Tes Konfrontasi Baik

E. RESUME
Subjektif
Seorang perempuan berusia 54 tahun nyeri mata kiri, merah, dan pandangan kabur,
halo (+), disertai nyeri kepala hebat hingga muntah dan berkeringat.
Objektif
Pada pemeriksaan fisik mata kiri, ditemukan visus 0,25/60, TIO 50,6 mmHg, mata
merah, pupil mid-dilatasi, edema kornea, COA dangkal, dan lensa keruh.

F. DIAGNOSIS KERJA
Glaukoma akut sudut tertutup
Dasar diagnosis:
 Nyeri hebat
 Mata merah
 Pandangan kabur mendadak (visus menurun)

6
 Halo (+)
 Nyeri kepala hebat, muntah
 TIO 50,6 mmHg
 Edema kornea
 COA dangkal

G. DIAGNOSIS BANDING
--

H. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


--

I. PENATALAKSANAAN
 Non Farmakoterapi :
- Trabekulektomi
 Farmakoterapi :
- Manitol 1 mg / kgBB
- Asetazolamid 250 mg x 3
- Cendo timol 6 x 1 OS
- Aspar K 300 mg x 1
- Timolol 0,1% 2 x 1 OS

J. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam : dubia ad bonam dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam dubia ad bonam
Ad sanationam : dubi aad bonam dubia ad bonam

7
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Glaukoma adalah suatu neuropati optik (kerusakan saraf mata) disebabkan oleh TIO tinggi
(relatif) ditandai oleh kelainan lapang pandang dan berkurangnya serabut saraf optik.2 Tekanan
intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan tahanan terhadap aliran
keluarnya dari mata. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada
pemeriksaan dengan tonometer aplanasi yang dinyatakan dengan tekanan air raksa.2
Glaukoma sudut terbuka adalah glaucoma yang penyebabnya tidak ditemukan dan ditandai
dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Glaukoma sudut terbuka ini diagnosisnya dibuat
bila ditemukan glaucoma pada kedua mata pada pemeriksaan pertama, tanpa ditemukan kelainan
yang dapat merupakan penyebab.2,3

Gambar 1. Glaukoma

KLASIFIKASI
Klasifikasi glaukoma:1,2
A. Glaukoma primer
 Sudut terbuka
 Sudut tertutup

8
B. Glaukoma sekunder
 Sudut terbuka
 Sudut tertutup
C. Glaukoma kongenital

ETIOLOGI
Penyebab glaukoma sudut terbuka tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang
merupakan penyebab glaukoma.2,3 Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki
bakat bawaan glaukoma, seperti:3
a. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis bilik
mata yang menyempit.
b. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan ( goniodisgenesis),
berupa trabekulodisgenesis, iridodisgenesis dan korneodisgenesis dan yang paling sering
berupa trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.
Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 40 tahun, tetapi kadang terjadi pada
anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan paling sering ditemukan pada penderita
diabetes atau miopia. Glaukoma sudut terbuka lebih sering terjadi dan biasanya penyakit ini lebih
berat jika diderita oleh orang kulit hitam.2,3,4

EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya
penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia 50 tahun, tingkat resiko menderita glaukoma
meningkat sekitar 10 %. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka
menderita penyakit tersebut.5 Glaukoma sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang tersering
dijumpai, sekitar 0,4-0,7% orang berusia lebih dari 40 tahun dan 2-3% orang berusia lebih dari
70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma sudut terbuka.1

9
Gambar 2. Epidemiologi Glaukoma

PATOGENESIS6
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada keadaan
fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan dengan sudut ini
didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, biji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Pada
sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran
desemet, kanal schlemn yang menampung cairan mata kesalurannya.

Gambar 3. Hambatan pada Aliran Aquos Humor

10
Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sklera kornea dan disini
ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas
belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula mengisi
kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan (akueus humor) bola
mata oleh badan siliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan trabekular meshwork. Akueus
humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata belakang, kemudian melalui pupil
menuju ke bilik mata depan dan terus ke sudut bilik mata depan, tepatnya ke jaringan
trabekulum, mencapai kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar dari bola mata. Pada
glaukoma kronik sudut terbuka, hambatannya terletak pada jaringan trabekulum maka akan
terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi.
Pada glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut bilik depan, hingga
jaringan trabekulum tidak dapat dicapai oleh akueus.

Bagan 1. Patofisiologi Glaukoma

11
Gambar 4. Kerusakan Papil Saraf Akibat Glaukoma

GEJALA KLINIS
Glaukoma disebut sebagai “pencuri penglihatan” karena berkembang tanpa ditandai
dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak menyadari
bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya nanti diketahui disaat penyakitnya sudah
lanjut dan telah kehilangan penglihatan.2,5,7 Glaukoma primer yang kronis dan berjalan lambat
sering tidak diketahui bila mulainya, karena keluhan pasien amat sedikit atau samar. Misalnya
mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur dengan
anamnesa tidak khas. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan kacamata koreksi
untuk presbiopia lebih kuat dibanding usianya. Kadang-kadang tajam penglihatan tetap normal
sampai keadaan glaukomanya sudah berat.3 Pada akhirnya akan terjadi penyempitan lapang
pandang yang menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang terletak di sisi lain ketika
penderita melihat lurus ke depan (disebut penglihatan terowongan).4

12
PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan tekanan bola mata 3,6,8
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer.
Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tanometer pada bola mata dinamakan
tonometri. Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum dan dokter spesialis lainnya.
Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada setiap orang berusia di atas 20
tahun pada saat pemeriksaan fisik medik secara umum. Dikenal beberapa alat tonometer
seperti alat tonometer Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman.
 Tonometri Schiotz
Tonometer Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran tekanan
bola mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat daya tekan alat pada
kornea karena itu dinamakan juga tonometri indentasi Schiotz. Dengan tonometer
Schiotz dilakukan indentasi penekanan terhadap kornea.
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi horizontal dan
mata ditetesi dengan obat anestesi topikal atau pantokain 0,5%. Penderita diminta
melihat lurus ke suatu titik di langit-langit, atau penderita diminta melihat lurus ke salah
satu jarinya, yang diacungkan, di depan hidungnya. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan
penderita. Dengan ibu jari tangan kiri kelopak mata digeser ke atas tanpa menekan bola
mata; jari kelingking tangan kanan yang memegang tonometer, menyuai kelopak
inferior. Dengan demikian celah mata terbuka lebar. Perlahan-lahan tonometer
diletakkan di atas kornea.
Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan kornea, sedang mata
yang lainnya berfiksasi pada satu titik di langit-langit kamar penderita. Jarum tonometer
akan menunjuk pada suatu angka di atas skala. Tiap angka pada skala disediakan pada
tiap tonometer. Apabila dengan beban 5,5 gram (beban standar) terbaca angka 3 atau
kurang, perlu diambil beban 7,5 atau 10 gram. Untuk tiap beban, table menyediakan
kolom tersendiri.

13
 Tonometri Digital
Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tekanan bola mata dengan cepat yaitu
dengan memakai ujung jari pemeriksa tanpa memakai alat khusus (tonometer). Dengan
menekan bola mata dengan jari pemeriksa diperkirakan besarnya tekanan di dalam bola
mata. Pemeriksaan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 Penderita disuruh melihat ke bawah
 Kedua telunjuk pemeriksa diletakkan pada kulit kelopak tarsus atas penderita
 Jari-jari lain bersandar pada dahi penderita
 Satu telunjuk mengimbangi tekanan sedang telunjuk lain menekan bola mata.
Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat menyatakan
tekanan mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan lebih
tinggi atau lebih rendah daripada normal. Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila
tonometer tidak dapat dipakai atau dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea irregular
dan infeksi kornea. Cara pemeriksaan ini memerlukan pengalaman pemeriksaan karena
terdapat faktor subyektif.
b. Gonioskopi 3,6,8
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan
goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut
bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda
asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma
terbuka atau glaukoma sudut tertutup dan malahan dapat menerangkan penyebab suatu
glaukoma sekunder.
c. Oftalmoskopi 3,6
Oftalmoskopi, pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang dinamakan
oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik di dalam mata dan akan dapat
ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik. Saraf optik dapat dilihat
secara langsung. Warna serta bentuk dari mangok saraf optik pun dapat menggambarkan ada
atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma yang sedang diderita. Kelainan pada pemeriksaan
oftalmoskopi dapat dilihat : 8

14
 Kelainan papil saraf optik
- saraf optik pucat atau atrofi
- saraf optik tergaung
 Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna hijau
 Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar.
c. Pemeriksaan lapang pandang 6
Penting, baik untuk menegakkan diagnosa maupun untuk meneliti perjalanan
penyakitnya, juga bagi menetukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu diteliti
keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang
pandangan perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah
menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang
pandangan perifer juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian
nasal atas. Yang kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat
menimbulkan tunnel vision, seolah-olah melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi
buta.

DIAGNOSIS
 Pada anamnesa tidak khas, seperti mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah, kadang-
kadang penglihatan kabur. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan kaca mata
koreksi untuk presbiopia lebih kuat dibanding usianya.3
 Kita harus waspada terhadap glaukoma sudut terbuka pada orang-oarang : berumur 40 tahun
atau lebih, penderita diabetes mellitus, pengobatan kortikosteroid lokal atau sistemik yang
lama dan dalam keluarga ada penderita glaukoma, miopia tinggi.2,3,4,6,8
 Pemeriksaan Tonometri bila antara kedua mata, selalu terdapat perbedaan tensi intraokular 4
mmHg atau lebih, maka itu menunjukkan glaukoma sudut terbuka.6
 Pemeriksaan lapang pandangan 6
Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan perifer belum menunjukkan kelainan,
tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma.
Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang pandangan perifer juga memberikan kelainan berupa
penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas.
 Pemeriksaan oftalmoskopi 6

15
Pada glaukoma sudut terbuka, didalam saraf optik didapatkan kelainan degenerasi yang
primer, yaitu disebabkan oleh insufisiensi vaskuler.
 Pemeriksaan gonioskopi 6
Pada glaukoma sudut terbuka sudutnya normal. Pada stadium yang lanjut, bila telah timbul
goniosinechiae ( perlengketan pinggir iris pada kornea atau trabekula ) maka sudut dapat
tertutup.
 Tes provokasi 6
 tes minum air kenaikan tensi 8-9 mmHg, mencurigakan, 10 mmHg pasti patologis
 tes steroid kenaikan 8 mmHg menunjukkan glaukoma
 pressure congestive test kenaikan 9 mmHg atau lebih, mencurigakan . sedangkan 11
mmHg pasti patologis.

PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa 6
Harusnya disadari betul, bahwa glaukoma primer merupakan masalah terapi
pengobatan (medical problem). Pemberian pengobatan medikamentosa harus dilakukan
terus-menerus, karena itu sifat obat-obatnya harus mudah diperoleh dan mempunyai efek
sampingnya sekecil-kecilnya. Harus dijelaskan kepada penderita dan keluarga, bahwa perlu
pemeriksaan dan pengobatan seumur hidup. Obat-obat ini hanya menurunkan tekanan
intraokularnya, tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya. Minum sebaiknya sedikit-sedikit.
Tak ada bukti bahwa tembakau dan alkohol dapat mempengaruhi glaukoma. Obat-obat yang
dipakai :
 Parasimpatomimetik : miotikum, memperbesar outflow
a. Pilokarpin 2-4%, 3-6 dd 1 tetes sehari
b. Eserin ¼-1/2 %, 3-6 dd 1 tetes sehari
Kalau dapat pemberiannya disesuaikan dengan variasi diurnal, yaitu diteteskan
pada waktu tekanan intraokular menaik. Eserin sebagai salep mata dapat diberikan
malam hari. Efek samping dari obat-obat ini; meskipun dengan dosis yang dianjurkan
hanya sedikit yang diabsorbsi kedalam sirkulasi sistemik, dapat terjadi mual dan nyeri
abdomen. Dengan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan : keringat yang
berlebihan, salivasi, tremor, bradikardi, hipotensi.

16
 Simpatomimetik : mengurangi produksi humor akueus.
Epinefrin 0,5%-2%, 2 dd 1 tetes sehari.
Efek samping : pingsan, menggigil, berkeringat, sakit kepala, hipertensi.
 Beta-blocker (penghambat beta), menghambat produksi humor akueus.
Timolol maleat 0,25-0,5% 1-2 dd tetes, sehari.
Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma, payah
jantung kongestif. Nadi harus diawasi terus. Pada wanita hamil, harus dipertimbangkan
dulu masak-masak sebelum memberikannya. Pemberian pada anak belum dapat
dipelajari. Obat ini tidak atau hanya sedikit, menimbulkan perubahan pupil, gangguan
visus, gangguan produksi air mata, hiperemi. Dapat diberikan bersama dengan
miotikum. Ternyata dosis yang lebih tinggi dari 0,5% dua kali sehari satu tetes, tidak
menyebabkan penurunan tekanan intraokular yang lebih lanjut.
 Carbon anhydrase inhibitor (penghambat karbonanhidrase), menghambat produksi
humor akueus.
Asetazolamide 250 mg, 4 dd 1 tablet ( diamox, glaupax).
Pada pemberian obat ini timbul poliuria
Efek samping : anoreksi, muntah, mengantuk, trombositopeni, granulositopeni, kelainan
ginjal.
Obat-obat ini biasanya diberikan satu persatu atau kalau perlu dapat dikombinasi.
Kalau tidak berhasil, dapat dinaikkan frekwensi penetesannya atau prosentase obatnya,
ditambah dengan obat tetes yang lain atau tablet. Monitoring semacam inilah yang
mengharuskan penderita glaukoma sudut terbuka selalu dikelola oleh dokter dan perlu
pemeriksaan yang teratur.
b. Operasi 8
Pada umumnya operasi ditangguhkan selama mungkin dan baru dilakukan bila :
 Tekanan intraokular tak dapat dipertahankan dibawah 22 mmhg
 Lapang pandangan terus mengecil
 Orang sakit tak dapat dipercaya tentang pemakaian obatnya
 Tidak mampu membeli obat
 Tak tersedia obat-obat yang diperlukan

17
Prinsip operasi : fistulasi, membuat jalan baru untuk mengeluarkan humor akueus,
oleh karena jalan yang normal tak dapat dipakai lagi.
Pembedahan pada glaukoma :
1) Bedah filtrasi
Bedah filtrasi dilakukan tanpa perlu pasien dirawat dengan memberi anestesi lokal
kadang-kadang sedikit obat tidur. Dengan memakai alat sangat halus diangkat sebagian
kecil sklera sehingga terbentuk suatu lubang. Melalui celah sclera yang dibentuk cairan
mata akan keluar sehingga tekanan bola mata berkurang, yang kemudian diserap di
bawah konjungtiva. Pasca bedah pasien harus memakai penutup mata dan mata yang
dibedah tidak boleh kena air. Untuk sementara pasien pascabedah glaukoma dilarang
bekerja berat.
2) Trabekulektomi
Pada glaukoma masalahnya adalah terdapatnya hambatan filtrasi (pengeluaran)
cairan mata keluar bola mata yang tertimbun dalam mata sehingga tekanan bola mata
naik. Bedah trabekulektomi merupakan teknik bedah untuk mengalirkan cairan melalui
saluran yang ada. Pada trabekulektomi ini cairan mata tetap terbentuk normal akan
tetapi pengaliran keluarnya dipercepat atau salurannya diperluas. Bedah trabekulektomi
membuat katup sklera sehingga cairan mata keluar dan masuk di bawah konjungtiva.
Untuk mencegah jaringan parut yang terbentuk diberikan 5 fluoruracil atau mitomisin.
Dapat dibuat lubang filtrasi yang besar sehingga tekanan bola mata sangat menurun.
Pembedahan ini memakan waktu tidak lebih dari 30 menit. Setelah pembedahan perlu
diamati 4-6 minggu pertama. Untuk melihat keadaan tekanan mata setelah pembedahan.
3) Bedah filtrasi dengan implan
Pada saat ini dikenal juga operasi dengan menanam bahan penolong pengaliran
(implant urgary). Pada keadaan tertentu adalah tidak mungkin untuk membuat filtrasi
secara umum sehingga perlu dibuatkan saluran buatan (artificial) yang ditanamkan ke
dalam mata untuk drainase cairan keluar. Beberapa ahli berusaha membuat alat yang
dapat mempercepat keluarnya cairan dari bilik mata depan.
Upaya di dalam membuat ini adalah :
 Dapat mengeluarkan cairan mata yang berlebihan.
 Keluarnya tidak hanya dalam jumlah dan persentase.

18
 Mengatur tekanan maksimum, minimum optimal, seperti hidrostat.
 Tahan terhadap kemungkinan penutupan
 Minimal terjadinya hipotensi
 Desain yang menghindarkan migrasi dan infeksi.
 Bersifat atraumatik

PROGNOSIS 5
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan kasus
glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, tablet, operasi
laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah kerusakan penglihatan
lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat
kesuksesan pencegahan kerusakan mata.

KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap ditandai oleh
peninggian tekanan intraokular, penggaungan dan degenerasi papil saraf optik serta dapat
menimbulkan skotoma (kehilangn lapangan pandang). Glaukoma sudut terbuka adalah glaukoma
yang penyebabnya tidak ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Glaukoma sudut terbuka ini diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaukoma pada kedua mata pada
pemeriksaan pertama, tanpa ditemukan kelainan yang dapat merupakan penyebab.
Glaukoma disebut sebagai “pencuri penglihatan” karena berkembang tanpa ditandai
dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak menyadari
bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya nanti diketahui disaat penyakitnya sudah
lanjut dan telah kehilangan penglihatan. Glaukoma sudut terbuka perlu diwaspadai pada orang :
usia 40 tahun atau lebih, penderita diabetes mellitus, dalam keluarga ada penderita glaukoma,
miopia tinggi.
Pemeriksaan glaukoma yaitu : pemeriksaan tekanan bola mata ( tonometri Schiotz,
tonometri aplanasi, tonometri digital ), gonioskopi, oftalmoskopi, pemeriksaan lapang
pandangan, tes provokasi. Penatalaksanaan glaukoma dilakukan dengan 2 cara yaitu :
medikamentosa dan operatif.

19
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma. dalam : Oftalmologi Umum, ed.
Suyono Joko, edisi 14, Jakarta, Widya Medika, 2000, hal : 220-232
2. Yulia, glaucoma, diunduh dari http://fkuii.org/tiki-index.php?=Glaukoma2, dipublikasikan 3
Desember 2006.
3. Ilyas Sidartha, dkk. Glaukoma. dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3, Jakarta,Balai Penerbit
FKUI, 2002, hal 212-217.
4. Anonim, Glaukoma, diunduh dari http://www.medicastore.com/images/glaucoma.
jpg&imgreful , dipublikasikan tahun 2004.
5. Anonim, Glaukoma, diunduh dari http://www.klinikmatanusantara.com /glaukoma.php ,
dipublikasikan Tahun 2006.
6. Wijaya Nana. Glaukoma. dalam : Ilmu Penyakit Mata, ed. Wijaya Nana, cet.6, Jakarta,
Abadi Tegal, 1993, hal : 219-232.
7. Anonim, Macam-Macam Penyakit, diunduh dari http://www.pfizerpeduli.com/pfizer ,
dipublikasikan Tahun 2007.
8. Ilyas, Sidarta, Glaukoma. edisi 3, Jakarta, Sagung Seto, 2007, hal 57-60, 121-139.

20

Anda mungkin juga menyukai