Anda di halaman 1dari 44

Rhinitis Kronis,

Laringofaringitis Kronis
Ahmad Fathoni
20184010091
Identitas Pasien
• Nama : Bp. M
• Usia : 67 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan : Pensiunan PNS
• Alamat : Trirenggo, Bantul
• No. RM : 14-09-26
Anamnesis
• Keluhan Utama
Hidung tersumbat dan keluar cairan.
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli THT RSPS dengan keluhan hidung tersumbat kanan dan kiri dan terdapat
cairan berwarna kuning atau putih keluar dari hidung, keluhan dirasakan sejak tahun 2006 dan
memberat sejak seminggu setelah lebaran (1.5 bulan SMRS). Keluhan dirasakan hilang timbul.
Selain itu, pasien juga mengeluh rasa tidak nyaman di tenggorokan. Pasien juga mengeluhkan
bahwa pasien sering berdeham dan merasa tenggorokannya selalu dipenuhi lendir namun
lendir tersebut tidak dapat dikeluarkan oleh pasien. Nyeri pada bagian dahi dan sekitar hidung
disangkal. Riwayat trauma, operasi hidung, penggunaan semprotan hidung, benjolan atau
tumor pada hidung disangkal. Keluhan pada telinga, demam dan pusing berputar disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Personal Sosial
• Riwayat keluhan serupa (-)
• Riwayat maag (-) Pasien adalah seorang
• Riwayat alergi (-)
• Riwayat asma (-) pensiunan PNS yang tinggal
• Riwayat DM(-)
• Riwayat HT (+) sejak 5 tahun yang lalu
bersama istrinya. Riwayat
• Riwayat operasi (-) minum minuman keras dan
Riwayat Penyakit Keluarga merokok disangkal
• Riwayat keluhan serupa (-)
• Riwayat alergi (-)
• Riwayat asma (-)
• Riwayat DM, HT (-)
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Baik
Tanda vital
• Tekanan darah : 140/90 mmHg
• Nadi : 84x/ menit
• Napas : 18x/ menit
• Suhu : Afebris
Status Generalis
• Kepala : Normocephal • Thorax
Inspeksi : Simetris (+/+)
• Mata
Palpasi : Simetris (+/+), nyeri
Konjungtiva: Anemis (-/-) tekan (-)
Sklera : Ikterik (-/-) Perkusi : Sonor di seluruh
Pupil : Bulat, isokor lapang paru
Auskultasi
• Leher
-Cor : BJ (-), S1 dan S2 reguler,
Deviasi trakea (-) murmur (-), gallop (-)
Pembesaran kelenjar limfe (-/-) -Pulmo : vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
• Abdomen • Ekstremitas
Inspeksi : Simetris Edema : (-/-/-/-)
Auskultasi : Bising usus (+) Akral hangat: (-/-/-/-)
normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), • Neurologis : Tidak diperiksa
hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani pada • Genitalia : Tidak diperiksa
seluruh lapang abdomen
Status Lokalis Telinga
BAGIAN AD AS
PREAURIKULER Edema - -
Nyeri tekan tragus - -
Hiperemis - -
Fistula - -
Fluktuasi - -
AURIKULER Edema - -
Nyeri tekan - -
Hiperemis - -
Fluktuasi - -
RETROAURIKULER Edema - -
Nyeri tekan - -
mastoid - -
Hiperemis - -
Fistula - -
Fluktuasi
BAGIAN
Status Lokalis
AD
Telinga AS
MEATUS Otorea - -
AKUSTIKUS Serumen - -
EKSTERNUS Edema - -
Atresia meatal - -
Massa - -
MEMBRAN Warna Putih perak Putih perak
TIMPANI Perforasi - -
Refleks Cahaya + ( arah pukul 4) + ( arah pukul 7)
Bulging - -
Kolestetom - -
Sekret purulen - -
Gambar

Membran timpani intak Membran timpani intak


reflek cahaya (+) arah reflek cahaya (+) arah
pukul 4 pukul 7
Uji Garputala
TES PENDENGARAN AD AS

TES RINNE + +

TES WEBER Tidak ada lateralisasi

TES SWABACH BC pasien = BC pemeriksa BC pasien = BC pemeriksa

Kesan : Tidak terdapat gangguan pendengaran


Status Lokalis Hidung
PEMERIKSAAN KANAN KIRI

KEADAAN LUAR Bentuk dan Ukuran Normal Normal

RHINOSKOPI Mukosa Hiperemis Hiperemis


ANTERIOR Sekret - -
Krusta - -
Konka Inferior Hiperemis, edema Hiperemis, edema
Septum deviasi - -
Polip tumor - -
Pasase udara + +
Konka Media
Konka Media
Septum
Mukosa
Konka Inferior
Status Lokalis Hidung
PEMERIKSAAN KANAN KIRI
RHINOSKOPI Mukosa Hiperemis Hiperemis
POSTERIOR Sekret - -
Choana Sulit dilihat Sulit dilihat
Fossa Rossenmuller Sulit dilihat Sulit dilihat
Massa/tumor Sulit dilihat Sulit dilihat
Os.tuba eustachius Sulit dilihat Sulit dilihat
Status Lokalis Cavum Oris dan Orofaring
BAGIAN KETERANGAN
MUKOSA Merah muda
LIDAH Atrofi papil (-)
GIGI GELIGI caries (+)
UVULA Merah muda, ditengah
PILAR merah muda, simetris
TONSIL:
• Mukosa hiperemis
• Ukuran T1-T1
• Kripta Normal
• Detritus -/-
• Gambar
BAGIAN KETERANGAN
FARING
• Mukosa Hiperemis
• Post nasal drip -
LARING
• Epiglotis Hiperemis
• Kartilago arytenoid Hiperemis
• Kartilago aryepiglotika Hiperemis
• Plika vestibularis Hiperemis
• Plika vokalis Hiperemis
• Rima glotis Hiperemis
• Trakea Hiperemis
Gambar
1.Epiglotis
2.Kartilago arytenoid
3.Kartilago aryepiglotika
4.Plika vestibularis
5.Plika vokalis
6.Rima glottis
7.Trakea
Diagnosis dan DD

• Diagnosis : Rhinofaringolaringitis kronis


• Diagnosis Banding : Polip Nasi, Rhinosinusitis, Laryngopharyngeal Reflux
• Penatalaksanaan Laringofaringitis Kronis
1. Non Medikamentosa
• Istirahat bersuara
• Meningkatkan asupan cairan
• Menghindari makanan/minuman yang pedas atau dingin
• Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi
• Menghentikan konsumsi rokok
• Bila ada kesulitan bernafas, segera bawa ke faskes terdekat
2. Medikamentosa
• R/ Paracetamol tab 500 mg no XV
S 3dd tab1 kp
• Dexamethason tab 0.5mg no.X
S 3dd tab1
• R/ Cetirizin tab 10mg no. X
S1ddtab1
LARINGOFARINGITIS KRONIS
Definisi
• Faringitis kronis : peradangan persisten mukosa faring yang dapat disebabkan
oleh karena infeksi (bakteri atau virus) atau iritasi (kimiawi atau fisik)
sekurang-kurangnya satu tahun, selama lebih dari 6 jam per hari, selama lebih
dari dua minggu dalam sebulan, dan selama lebih dari tiga bulan per tahun.
• Laringitis kronis: peradangan persisten laring yang berlangsung selama > 3
minggu.
• Laringofaringitis: inflamasi pada laring dan faring.
LARINGITIS
Etiologi

- Infeksi virus paling sering. Infeksi bakteri sangat jarang.


- Coughing induced laryngitis dapat muncul pada bronchitis, penumonia, difteri dll. Sebab lain :
penggunaan suara berlebih, GERD, obat (ex : ACE inhibitor)

Tanda dan Gejala

Perubahan suara, volume suara umumnya berkurang (bisa afonia), serak, sensasi tenggorokan gatal,
kasar dan keinginan terus menerus untuk “clear the throat”.
Gejala lain : demam, malaise, disfagia, odinofagia, stridor dan dispneu (karena edema laring).
LARINGITIS

Diagnosis

- Diagnosis umumnya berdasarkan gejala


- Apabila gejala > 3 minggu  laringoskopi direk/indirek.
Temuan : mukosa laring edema, eritem.
Jenis-jenis Laringitis
1. Laringitis Akut
2. Laringitis Kronis
3. Laringitis Kronis Spesifik
 Laringitis TB
 Laringitis Leutika
Faktor Risiko
• Menurunnya daya tahan tubuh
• malnutrisi
• Iritasi kronis oleh rokok, alcohol, makanan, refluks asam lambung, inhalasi
uap
• Paparan udara dingin
• Vocal abuse
• Rhinitis alergi
Jenis-jenis Faringitis
1. Faringitis Akut
 Faringitis Viral
 Faringits bacterial
 Faringitis Fungal
2. Faringitis Kronis
 Faringitis Kronis Hiperplastik
 Faringitis Kronis Atrofi
3. Faringitis Spesifik
 Faringitis Luetika
 Faringitis TB
Etiologi
Patofisiologi
Penegakan Diagnosis
• Anamnesis
• suara serak/afonia
• Sesak nafas/stridor
• Nyeri tenggorokan/odinofagia/nyeri saat berbicara
• Gejala radang umum: demam, malaise
• Gejala common cold: bersin-bersin, nasal congestion,pusing,
• Obstruksi jalan napas
• Telaah faktor risiko
• Pemeriksaan Fisik
• Laringoskopi Indirek
• Mukosa laring tampak hiperemis dan membengkak
• Radang akut di hidung atau sinus paranasal
• Nodul, ulkus, dan penebalan pita suara
• Pemeriksaan Penunjang
• Foto thorax AP
• Laboratorium darah lengkap
• Foto rontgen soft tissue AP Lateral
Kriteria Rujukan
Tatalaksana
• Non Medikmentosa • Medikamentosa
• Vocal rest • Paracetamol atau ibuprofen untuk
antipiretik dan analgetik.
• Meningkatkan asupan cairan
• Bila terdapat sumbatan laring • Pemberian antibiotic (Penicillin)
apabila peradangan dari paru dan
dilakukan pemasangan ET, atau
penyebab berupa Streptococcus
trakeostomi
group A. Erithromisin tab 3x500mg
• Berkumur dengan obat kumur (dewasa). Anak-anak 50mg/kgBB
antiseptik dibagi dalam tiga dosis
• Kortikosteroid.. Dexamethason
3x0.5mg (3 hari)
Komplikasi
• Obstruksi jalan napas atas
• Pneumonia
• Bronkitis
Prognosis
• Ad vitam : bonam
• Ad functionam : bonam
• Ad sanationam : bonam
Rhinitis
Rinitis diartikan sebagai proses inflamasi yang terjadi pada membranmukosa hidung, yang
ditandai dengan gejala-gejala hidung seperti rasa panas di rongga hidung, rinore, dan
hidung tersumbat.
Secara garis besar, rinitis dibagi kepada 2 bagian yaitu rinitis nonalergik dan alergi. Gejala-
gejala hidung yang berlangsung kronis tanpa penyebab alergi disebut rinitis nonalergik.
Sedangkan bila didapati adanya penyebab alergi (alergen) dikenal dengan rinitis alergik.
Karaktieristik gejala pada rinitis nonalergik sering susah dibedakan dengan rinitis alergik.
Oleh karena itu, hasil negative dari tes sensitivitas yang diperantarai Ig-E terhadap
aeroallergen yang releven, penting untuk menkonfirmasi diagnosis. Dan perlu diketahui
bahwa tes kulit positif pada aeroallergen yang tidak relevan dapat terjadi pada rinitis
nonalergik.
Rhinitis Alergi
Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinorea,
rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantarai oleh IgE (WHO ARIA, 2007).
Seasonal Allergic Rhinitis (SAR)/hay fever
Gejalanya muncul karena trigger yang musiman, biasanya pada negara 4 musim. Alergen : serbuk
sari, spora jamur

Perennial Allergic Rhinitis (PAR)


Gejalanya muncul hampir sepanjang tahun. Alergen yang sering adalah alergen inhalan dan
ingestan.
Intermitten Symptoms Persistent symptoms
- < 4 weeks - > 4 days/week
- And > 4 weeks

Mild Moderate Severe (one or more items)


- Normal sleep - Abnormal sleep
- No impairment of daily activities, - Impairment of daily activities, sport
sport and leisure and leisure
- No impairment of work and school - Impaired work and school
Etiologi Rhinitis Alergi
Rhinitis Alergi merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe 1 yang terjadi akibat paparan
alergen. Berdasarkan masuknya alergen dibagi atas :

Alergen - Masuk bersama dengan udara pernapasan


Inhalan - Misalnya debu rumah, tungau, bulu binatang, jamur dll

Alergen - Masuk ke saluran cerna berupa makanan seperti susu, telur, coklat,
Ingestan ikan, udang

Alergen
- Masuk melalui suntikan atau tusukan
Injektan
Alergen - Masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misal bahan
Kontaktan kosmetik atau perhiasan
Diagnosa Rhinitis Alergi
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
Diagnosa Rhinitis Alergi
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang

Pemeriksaan sitologi Berguna sebagai pelengkap. Jika ditemukan eosinofil meningkat, menunjukkan
hidung kemungkinan alergen berasal dari alergen inhalan

Hitung eosinofil Dapat normal atau meningkat


darah tepi

Pemeriksaan IgE Dengan metode prist-paper radio immunosorbent test, RAST atau ELISA
total

Uji kulit - Uji intrakutan tunggal atau serial, uji prick test
- Uji tempel (patch test). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan
alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. Keuntungannya
adalah selain menentukan alergen penyebab juga dapat menentukan derajat alergi
serta dosis inisial untuk desensititasi
Medikamentosa

H1- antagonist - Cetirizine 10 mg, 1 x 1


- Loratadine 10 mg, 1 x 1
generasi 2
- Nasal : Phenylephrine 0,5%, 4 x 2 tetes/hari (maksimal 3-4
Decongestant hari)
- Sistemik : Pseudoephedrine 2 x 60 mg
- Fluticasone spray
Steroid - Mometasone spray

Leukotriene - Zafirlukast
inhibitor
Rhinitis Non Alergi
Rhinitis Gustatory Rhinitis Hormonal Rhinitis Medikamentosa

Rhinitis terkait makanan dan - Penyebabnya meliputi - Rhinitis karena obat dapat
minuman. Minuman beralkohol hypotiroid, naiknya hormon karena pemakaian obat
dapat menyebabkan rhinitis esterogen pada kehamilan, sistemik maupun topikal
karena efek langsung dilatasi pemakaian kontrasepsi oral - Pemakaian obat sistemik yang
pembuluh darah hidung. dan siklus menstruasi paling sering adalah obat
Makanan yang pedas dapat - Estrogen terbukti antihipertensi seperti reserpin
mengakibatkan rinore profus meningkatkan asam metildopa, beta blocker dan
melalui mekanisme vagal. hyaluronat yang membuat ACE-I
edema dan nasal congestion - Tata laksana : stop pemakaian
obat pencetus
Rhinitis Non Alergi
Rhinitis Vasomotor Non allergic rhinitis with Rhinitis Atrophy
eosinophilia (NARES)
- Keluhan utama pasien hidung - Secara klinis sangan serupa - Rhinitis atrophy atau rhinitis
tersumbat, bergantian kanan dengan rinitis alergi sicca ditandai adanya atropi
dan kiri tergantung posisi - Gejalanya berupa rinore yang mukosa septum, konka,
tidur pasien. Pada pagi hari kronik, hitung gatal dan dinding lateral rongga hidung.
saat bangun tidur, kondisi bersin. - Rinitis atropi dengan ozaena
memburuk karena adanya - Pada pemeriksaan swab ditandi adanya krusta yang
perubahan suhu yang mukosa hidung banyak tebal berbau. Yang tanpa
ekstrem, udara yang lembab eosinofil. Tes alergi hasilnya ozaena akan tampak mukosa
dan karena adanya asap rokok negatif atropi yang kering
- Dibagi menjadi tipe runner, - Penyebabnya diduga
sneezer dan blocker berhubungan dengan
intoleransi aspirin
Prognosis
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
• Ad fungsionam : dubia ad bonam
Referensi
• Adams, George L. Boies: buku ajar penyakit THT (Boeis fundamentals of otolaryngology).
Edisi ke-6. Jakarta: EGC
• Ferrara, L, Naviglio, D, Caruso Armone, A (2013) Approach under the form of
semiquantitative cytological evaluation for chronic pharyngitis. European Journal of
Scientific Research. 218-221.
• Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
• PPK PERHATI-KL 2015
• PPK Dokter Layanan Primer 2014
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai