Oleh:
Siti Aisyah Karimuna
K1A1 14 042
Pembimbing
dr. Nevita Yonnia Ayu Soraya Sp.M, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Halu Oleo.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Thyroid Associated Orbitopathy (TAO) yang biasa juga disebut dengan
Orpitopathy Graves (OG) adalah kondisi dimana adanya manifestasi pada mata akibat
disfungsi tiroid. Manifestasi klinik berupa penonjolan bola mata atau yang disebut
dengan eksoftalmus merupakan manifestasi paling umum dari penyakit graves.
Penyakit graves adalah penyakit autominun yang ditandai dengan hipertiroidisme,
gondok difus, oftalmopati dan manifestasi pada kulit berupa nodul pretibial. Penyakit
graves menargetkan reseptor Thyroid Stimulating Hormone (TSH-R) pada tirosit yang
menginduksi ekskresi hormon tiroid berlebih. Namun juga dapat terjadi pada penderita
dalam keadaan eutiroid ataupun hipotiroid. Penambahan isi rongga orbita terjadi akibat
pembesaran otot penggerak mata bisa sampai 10 kali dan terjadi peningkatan
penimbunan mukopolisakarida pada jaringan ikat. Biasanya otot yang lebih dulu
terkena adalah M. rectus inferior. Pada stadium akhir bisa terjadi fibrosis otot mata. 1,2
Angka kejadian TAO meningkat pada wanita dibandingkan pria yakni 2,5
sampai 6 kali lipat. Onset terjadi pada usia 30-50 tahun. Sindrom ini telah dikaitkan
dengan hilangnya toleransi kekebalan terhadap reseptor thyrotropin (TSHR) dan
protein auto-antigenik lainnya. TAO adalah manifestasi 25-50% ekstra-tiroid yang
paling umum dan serius dari hipertiroid. 1
Tujuan untuk penanganan TAO adalah modifikasi faktor risiko yang dapat di
kontrol. Walaupun TAO yang berat jarang teradi, namun bila terjadi dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan secara perlahan yang berhubungan dengan
eksposur kornea dan kompresi neuropati optik dan beberapa pasien harus segera di
obati untuk mencegah hilangnya penglihatan secara permanen. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2. (Atas) gambar mata tampak depan. (Bawah) gambar mata potongan
sagittal5
Bola mata orang dewasa normal hampir bulat, dengan diameter
anteroposteror sekitar 24,2 mm. Bulbus oculi berbentuk bulat dengan diameter
antero-posterior sedikit lebih kecil dari diameter lateralnya. Bagian luar bulbus oculi
dibentuk oleh sclera berwarna putih dengan bagian yang bening transparan di
bagian anterior. Mulai dari limbus cornea, sclera bagian depan mata yang terlindung
kelopak mata dilapisi oleh tunica conjunctiva bulbi. Pada perbatasan kelopak mata
dan bola mata bagian sclera tunica conjunctiva bulbi ini meneruskan diri ke
palpebra menjadi tunica conjunctiva palpebarum. Tempat peralihan antara kedua
bagian ini dinamakan fornix conjunctivae superior dan fornix conjunctivae inferior.4
Gambar 3. Anatomi Mata dengan potongan horizontal5
a) Sclera adalah merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sclera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan
sinar masuk ke dalam bola mata.
Kornea adalah selaput bening mata bagian selaput mata yang tembus
cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan
dan terdiri atas lapis:
1) Epitel
Tebalnya 500 um, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertandul yang
saling tumpang tindih, satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dengan
sel polygonal di depannya melalui desmososm dan macula okluden.
Ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolot, dan glukosa yang
merupakan barrier. Sel basar menghasilkan membrane basal yang
melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan
erosi rekuren. Epitel berasal dari ectoderm permukaan
2) Membrane bowman
Terletak di bawah membrane basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma. Lapisan ini tidak dapat beregenerasi
3) Stroma
Menyusun 90% ketebalan kornea. Terdiri atas lamel yang merupakan
susunan kolagen yang sejajar dengan lainnya, ada permukaan terlihatan
antaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini
bercabang. Terbentuknya kembali kolagen kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast
terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk
bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau
sesudah trauma.
4) Membrane descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotell dan merupakan membrane basalnya.
Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 um.
5) Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-
40 um. Endotel melekat pada membrane descement melalui
hemidesmosom dan zonula okluden.
b) Jaringan uvea merupakan jaringan vascular. Jaringan sclera dan uvea
dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah jika terjadi
perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris
didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot yang dapat mengatur jumlah sinar
masuk ke dalam bola mata. Otot dilator terdiri atas jaringan ikat jarang yang
tersusun dalam bentuk yang dapat berkontraksi yang disebut sebagai sel
mioepitel. Sel ini dirangsang oleh system sarah simpatetik yang
mengakibatkan sel berkonstraksi yang akan melebarkan pupil sehingga lebih
banyak cahaya masuk. Otot dilator pupil bekerja berlawanan dengan otot
konstriktor yang mengecilkan pupil dan mengakibatkan cahaya kurang
kedalam mata. Sedang sfingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh
parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan sliar mengatur bentuk lensa
untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik
mata atau biasa disebut dengan akuos humor, yang dikeluarkan melalui
trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sclera.
c) Retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak
10 lapis yang merupakan lapis membrane neurosensoris yang akan merubah
sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat
rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat lepas
dari koroid yang disebut dengan ablasi retina. Retina berbatas dengan koroid
dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan:
1) Lapisan fotoreseptor, terdiri dari sel batang yang mempunyai bentuk
ramping dan sel kerucut
2) Membrane limitan eksterna, yang merupakan membrane maya
3) Lapis nucleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan sel
batang
4) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fototreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
5) Lapis nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral
6) Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat
sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7) Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron
kedua
8) Lapisan serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke
arah saraf optik. Di dalam lapisan lapisan ini terletak sebagaian besar
pembuluh darah retina.
9) Membrane limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan
badan kaca
Warna retina biasanya jingga, kadang pucat pada anemia dan iskemia,
merah pada hyperemia.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin
yang hanya menempel pupil saraf optic, macula dan pars plana. Bila terdapat
jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka
akan robek dan teradi ablasi retina.
Lensa terletak dibelakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya
pada badan siliar melalui zonula zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah
macula lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal
yang terletak di daerah temporal atas dalam rongga orbita.
Gambar 4. Bilik depan dan Bilik belakang mata.5
3. Konjungtiva4
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sclera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan
dengan kulit pada tepi palpebral (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel
kornea di limbus.
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan
melekat erat ke trsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke
posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera
menjadi konjungtivitis bulbaris.
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan
melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak
dan memperbesar permukaan konjungtivva sekretorik. Duktus-duktus kelenjar
lakrimal bermuara ke forniks temporal superior. Konjungtiva bulbaris melekat
longgar pada kapsul tenon dan sclera di bawahnya, kecuali di limbus.4
Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, lunak, dan mudah bergerak yakni
plica semilunaris terletak di kantus internus dan merupakan selaput pembenuk
kelopak mata dalam pada beberapa hewan kelas rendah. Struktur epidermoid kecil
semacam daging caruncula menempel secara superficial ke bagian dalam plica
semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengangung baik elemen kulit
maupun membrane mukosa.4
4. Otot-otot Ekstraokular4,6
5. Palpebra6
C. Epidemiologi
Angka kejadian TAO adalah 2,5-6 kali lipat lebih umum di kalangan wanita.
Namun, oftalmopati lebih sering sering terjadi pada pria. Onset umumnya antara usia 30
dan 50 dan perkembangan penyakit akan lebih parah jika terjadi setelah usia 50 tahun.
Oftalmopati dilaporkan terjadi pada 25-50% pasien dengan penyakit Graves dan 2%
pasien dengan tiroiditis Hashimoto. Sekitar 3-5% dari pasien ini memiliki oftalmopati
parah. Sebagian besar pasien mengalami oftalmopati parah dalam waktu 18 bulan
setelah terdiagnosis menderita graves. Namun onset oftalmopati dapat terjadi hingga 10
tahun sebelum dan hingga 20 tahun setelah timbulnya penyakit tiroid.9
TAO adalah penyebab paling umum dari penyakit orbital di amerika utara dan
eropa dan keduanya eksoftalmus unilateral dan bilateral. Prevalensi pada wanita
dibandingkan pria masing masing 16 per 100.000 vs 3 per 100.000 penduduk. Baik pria
maupun wanita menunjukkan pila usia diagnosis yang bimodal 40-44 tahun dan 60-64
tahun pada wanita, sedangkan pada pria 45-49 tahun dan 65-69 tahun. Usia rata-rata
diagnosos adalah 43 tahun untuk semua pasien dengan kisaran 8-88 tahun. Pasien yang
didiagnosis berusia di atas 50 tahun memiliki prognosis yang lebih buruk secara
keseluruhan.8
D. Etiologi 9
1) Status tiroid. Banyak pasien dengan TAO merupakan pasien dengan hipertiroid.
Namun eutiroidisme atau hipotiroidisme, tiroiditis hashimoto, kanker tiroid, radiasi
pada leher berhubungan dengan TAO. Walaupun pasien eutiroid TAO dapat terjadi
perlahan. Pada pasien dengan hipertiroid, gejala klinis TAO selalu berkembang
dalam waktu 18 bulan.
2) Radioaktif iodin. Walaupun hal ini masih kontroversial, beberapa publikasi
mengatakan bahwa ablasi tiroid dengan radioaktif iodine 131 dapat menunjang
perkembangan terjadinya TAO dibandingkan dengan obat anti tiroid dan
pembedahan. Beberapa studi radioaktif dengan iodin tidak menunjukkan faktor
risiko yang signifikan untuk terjadinya TAO. Namun, beberapa literature
menunjukkan bahwa I131 berpengaruh terhadap terjadinya TAO dimana 15%
pasien yang diobati dengan I131 dapat berkembang menjadi TAO dan bahkan
memiliki TAO yang parah. Hanya 3% pasien yang diobati dengan metimazole yang
menunjukkan TAO yang berat.
3) Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan TAO. Penyakit-penyakit autoimun
seperti mistenia gravis, penyakit adison, vitiligo dan anemia pernisiosa telah
terbukti berhubungan dengan TAO. Pada satu study, 8% pasien dengan kondisi ini
mempunyai reseptor antibodi asetilkolin yang positif. Indefeksi Yersenia
enterotolitica juga telah terbukti berhubungan dengan terjadinya TAO.
4) Rokok. TAO sangan berhubungan kuat dengan kejadian TAO. Studi di eropa
menunjukkan perokok memiliki 2,4 kali lebih besar untuk terjadinya TAO yang
dibandingkan dengan penduduk asia. Perokok aktif lebih berpotensi untuk
terjadinya strabismus daripada yang bukan perokok. Insidensi TAO pada anak
diatas 11 tahun mungkin terjadi akibat peningkatan prevalensi pemakai rokok.
E. Patofisiologi
Lehman dan rekannya merangkum jalur yang masuk akal untuk aktivasi fibroblast
di TAO. Mereka mengusulkan bahwa pengikatan dan aktivasi fibroblast orbital oleh
autoantibodi memicu penyakit mata tiroid. Fibroblas orbital yang diaktifkan
melepaskan kemokin yang merekrut limfosit T ke dalam orbit. Limfosit ini kemudian
berinteraksi dengan fibroblast, yang berpotensi mengaktifkan satu sama lain, lebih
lanjut mempromosikan produksi sitokin dan sekresi faktor pengaktif sel-T. Interaksi
fibroblas dengan sel T menghasilkan deposisi molekul matriks ekstraseluler, proliferasi
fibroblast, dan adipogenesis. 10
Gambar 10. Aktivasi fibroblas oleh aktivitas pro inflamasi yang membentuk sintesis
glikosaminoglikans (GAG) dan asam hialuronat.8
Meskipun patogenesis TAO tidak sepenuhnya dipahami, namun patogenesisnya
dikenal sebagai gangguan autoimun. Telah ditetapkan bahwa autoimunitas berkembang
melawan antigen yang umum terjadi pada kelenjar tiroid dan orbit. Meskipun beberapa
mendukung pandangan bahwa antigen patogenetik yang umum adalah reseptor TSH,
Salvi et al. mengidentifikasi protein 64-kDa yang umum pada kelenjar tiroid dan orbit.
Studi terbaru melaporkan upregulasi gen calsequestrin jantung pada pasien TAO dan
menyarankan bahwa autoimunitas terhadap calsequestrin mungkin menjadi faktor
pemicu dalam patogenesis oftalmopati. Meskipun ada korelasi erat antara oftalmopati
dan antibodi reseptor TSH, segera setelah publikasi autoimunitas terhadap
calsequestrin, autobodi terhadap orbital kolagen membran antigen fibroblast XIII juga
diidentifikasi. Limfosit T reaktif yang mengenali antigen umum tiroid-orbit menyusup
ke orbit dan perimysium otot ekstraokular. Ini ditingkatkan dengan sirkulasi dan
molekul adhesi lokal yang distimulasi oleh sitokin. Setelah infiltrasi orbit dengan
limfosit T, antigen umum dikenali oleh reseptor sel T pada CD4+ limfosit T (Th).
Sitokin yang disekresikan oleh limfosit Th mengaktifkan limfosit CD8+ dan sel B yang
memproduksi autoantibodi, yang memperkuat reaksi kekebalan. Sitokin ini
menstimulasi sintesis dan sekresi glikosaminoglikan (GAG) oleh fibroblas. Karena
sifatnya yang menarik air, GAG menyebabkan edema periorbital, proptosis, dan
pembengkakan otot ekstraokular. Proliferasi fibroblast yang distimulasi oleh sitokin
juga berperan dalam ekspansi konten orbital. Fibroblas orbital termasuk preadipocytes,
yang berubah menjadi adipocytes dengan stimulasi hormon. Sel-sel ini telah terbukti
berkontribusi pada peningkatan volume jaringan lemak retroorbital.8
perkembangan dan usia onset oftalmopati. Sebuah studi mengevaluasi hubungan antara
main histocompatibility complex (MHC) kelas II antigen leukosit manusia (HLA) alel
dan ophthalmopathy mengungkapkan hubungan antara alel HLA-DRB1 dan
keterlibatan otot ekstraokular. Single Nucleotide Pleomorphism (SNP) yang
diidentifikasi dalam gen ARID5B dan NRXN3 juga dapat mengatur pengendapan
lemak dan memiliki hubungan dengan penyakit Graves. Telah ditunjukkan bahwa
substitusi nukleotida dalam promotor gen TG yang terkait dengan interferon alfa (IFNα
) lebih umum pada pasien dengan penyakit tiroid autoimun. Para penulis menyatakan
bahwa IFNα secara langsung mempengaruhi ekspresi gen yang mendasari autoimunitas
tiroid melalui pengikatan faktor pengatur IFN-1 dengan varian TG promoter. Dalam
sebuah penelitian baru-baru ini, SNP gen calsequestrin-1 diusulkan sebagai penanda
genetik untuk TAO.1
F. Klasifikasi dan Manifestasi Klinik
Klasifikasi sederhana TAO adalah tipe I dan tipe II. Cara membedakan kedua
klasifikasi ini tidak terlalu sulit. Tipe I ditandai dengan inflamasi yang minimal dan
terdapat tetraksi miopati. Tipe II digolongkan dngan inflamasi orbital yang signifikan
dan adanya retraksi miopati. 9
Manifestasi Klinik dari TAO dapat sembuh selama 1 tahun atau beberapa tahun.
TAO yang stabil biasanya dapat aktif kembali tetapi ini jarang terjadi. Tanda dan gejala
dapat bervariasi dan tergantung pada stadium yang dialami pasien. Awalnya, terjadi
peradangan aktif akut atau subakut. Kemudian, pasien berkembang menjadi lebih parah
yang ditandai dengan adanya fibrosis. Pasien mungkin mengeluhkan gejala okular
berikut:7, 9
KESIMPULAN
Thyroid Associated Orbitopathy (TAO) juga dikenal dengan Penyakit mata tiroid
(TED) juga dikenal sebagai Thyroid related ophthmopathy (TAO), orbitopathy Grave,
Graft's Ophthalmopathy, atau penyakit mata Graves. TAO adalah sebuah autoimun adalah
penyakit autoimun yang disebabkan oleh antibodi yang diarahkan terhadap reseptor yang
ada di sel tiroid dan otot ekstraocular dan jaringan lunak orbit. Itu kelainan yang ditandai
dengan pembesaran otot ekstraokular, volume jaringan lemak dan ikat.
Studi terbaru menunjukkan bahwa autoantibodi tiroid dan gen sistem kekebalan
memiliki peran penting dalam memprediksi sebelum pengembangan oftalmopati dan
menentukan keparahannya setelah onset. Antibodi anti-TPO dan tingkat kepositifan anti-
TG masing-masing 90% dan 50%, telah dilaporkan terjadinya ophthalmopathy. Selain
autoimunitas, faktor genetik dan lingkungan juga diketahui berpengaruh dalam
etiopatogenesis oftalmopati tiroid.
DAFTAR PUSTAKA